You are on page 1of 11

JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No.

2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

HUBUNGAN UMUR IBU DAN PARITAS DENGAN DERAJAT LASERASI


PERINEUM DI RSUD DR. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Siti Haniyah1 , Prasanti Adriani2


1,2
STIKes Harapan Bangsa Purwokerto
hani_albantuli@yahoo.co.id
prasantiadriani@gmail.com

ABSTRACT
Perineal laceration or also known as perineal rupture is one of the most often trauma
suffered by women during childbirth, even during normal delivery child birth process. Laceration can
be classified as mild (first and second degrees) and severe (third and fourth degrees). Perineal
laceration may occur due to several factors such as age of mother and parity. Large infant head and
rigid perineal muscles in primiparous can cause perineal laceration due to the perineum is not strong
enough to hold the babies head strain.
This research aims to determine the relationship between age of mother and parity with
perineal laceration degree at dr R. Goeteng Taroenadibrata Hospital, Purbalingga.
The research design uses corelation study with retrospective approach. Samples were collected using
quota sampling technique. Respondents in this research were 305 mothers who gave birth
spontaneously with perineal lacerations. Data was taken by performing documentation study using
ssecondary data.
There results of corellation between age of mother and perineal laceration degree with p-
value 0,136 > α 0,05 and corellation between parity with perineal laceration degree with p-value
0,000 < α 0,05. The conclusions of this research are there was corellation between age of mother
with perineal laceration degree and there was a significant relationship between parity with perineal
laceration degree.

Keywords: age of mother, parity, perineal laceration degree.

PENDAHULUAN atau abses dapat dilakukan perbaikan bedah


Melahirkan pervaginam sering sekunder (Frigerio, 2016).
dikaitkan dengan laserasi perineum spontan. Berdasarkan Austrian Birth Registry
Laserasi dapat diklasifikasikan menjadi ringan 2011, frekuensi laserasi perineum derajat tiga
(derajat I dan II) dan parah (derajat III dan IV), sebesar 1,5% dan derajat empat sebesar 0,1%
dan yang terakhir melibatkan kerusakan dimana kejadian laserasi perineum pada ibu
sfingter anal. Laserasi deraajat IV dianggap primipara sebesar 1,8% dan ibu multipara
sebagai indikator kualitas yang berguna dalam sebanyak 0,9%. Di Jerman pada tahun 2012,
perawatan obstetrik, tingkat prevalensinya sekitar 0,95% mengalami derajat tiga dan
bervariasi dari 0,6% sampai 8%. Mereka bisa 0,09% derajat empat. Sebaliknya, kejadian lesi
menghasilkan morbiditas jangka panjang yang otot sfingter dubur eksternal atau internal
signifikan. Komplikasi bisa termasuk sebanyak 11% (Aigmueller, 2015).
inkontinensia feses dan dispareunia. Fistula

78
JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No. 2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

Perlukaan jalan lahir ini dapat terjadi Kejadiannya trauma atau ruptur
karena beberapa faktor diantaranya faktor perineum sangat bervariasi antara penelitian
maternal dan faktor janin. Faktor maternal dengan kejadian cenderung lebih tinggi di
meliputi partus presipitatus, tidak mampu rumah sakit dibandingkan dengan di komunitas.
berhenti mengejan, partus yang diselesaikan Ada beberapa bukti dari satu penelitian besar
secara tergesa-gesa, edema dan kerapuhan tunggal di Inggris bahwa kejadian tersebut
perineum, varikositas perineum dan arcus telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir,
pubis sempit. Faktor janin meliputi bayi yang dan di Norwegia dari 1% di akhir 1960-an
besar, posisi kepala abnormal, kelahiran menjadi 4,3% di tahun 2004, dan Swedia dari
bokong, ekstraksi forceps, dystorsia bahu dan 1,7% pada tahun 1990 menjadi 4,2% pada
anomali congenital (Damayanti, 2014). tahun 2004 (Smith, Lesley A. et al., 2013).
Sementara (Nasution N, 2011 dalam Laserasi perineum sendiri dimulai dari
Prawitasari, et al., 2015) menyebutkan bahwa derajat satu hingga derajat empat. Laserasi
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perineum ketiga dan keempat, juga dikenal
ruptur perineum dari faktor ibu terdiri dari sebagai cedera sfingter anal kebidanan
paritas, jarak kelahiran, cara meneran yang (OASIS), ditandai dengan robekan dari vagina
tidak tepat, dan umur ibu. Kemudiaan dari melalui sfingter anus, masing-masing sering
faktor persalinan pervaginam meliputi mengakibatkan gejala yang tidak dapat
ekstraksi vakum maupun trauma alat dibedakan, dari yang dijelaskan secara
(episiotomi). tradisional (yaitu, kehilangan flatus dan tinja
Persalinan normal yang bisa yang tidak terkontrol). Cedera sfingter anus ini
mengakibatkan terjadinya kasus ruptur tidak disebabkan oleh persalinan yang
perineum yaitu pada ibu primipara maupun terhambat tapi karena trauma pada saat bayi
multipara (Doni, 2017). Beberapa wanita yang keluar dari vagina (Pinder et al., 2017).
melahirkan secara vaginal pada kelahiran Hasil studi terdahulu yang dilakukan oleh
kedua dengan tingkat robekan parah sebanyak (Doni, 2017) berjudul “Hubungan Berat Badan
7,2% yaitu pada wanita yang sebelumnya Lahir Dengan Derajat Ruptur Perineum Pada
pernah mengalami robekan, dibandingkan Persalinan Normal” didapatkan hasil mayoritas
dengan wanita yang sebelumnya tanpa robekan bayi lahir dengan berat badan lahir normal
sebanyak 1,3%. Hal ini menunjukan perbedaan (80%) dan sebagian besar ibu mengalami
lebih dari lima kali lipatnya (Edozien, 2014). ruptur perineum derajat 2 (57,5%) pada
Berdasarkan faktor-faktor diatas secara tidak persalinan normal. Kemudian didapatkan hasil
langsung umur ibu bisa digunakan sebagai bahwa ada hubungan yang signifikan antara
indikator dari salah satu faktor diatas.

79
JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No. 2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

berat badan bayi lahir dengan derajat ruptur Analisa data menggunakan uji kendall-tau
perineum pada persalinan normal. dengan taraf signifikasi 0,05.
Berdasarkan hasil pra survey yang HASIL PENELITIAN
dilakukan di RSUD dr. R. Goeteng 1. Gambaran derajat laserasi perineum di
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Taroenadibrata Purbalingga pada tanggal 16 Purbalingga
Desember 2017 didapatkan data diantaranya
Derajat
Presentase
sebanyak 1285 ibu bersalin pervaginam di Laserasi Frekuensi (f)
(%)
Perineum
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Derajat I 105 34,4
Purbalingga selama tahun 2017, laserasi Derajat II 186 61,0
Derajat
perineum yang sering terjadi yaitu derajat satu 14 4,6
III
Total 305 100
dan dua, pelaksanaan prosedur episiotomi di
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Tabel 1 menunjukan bahwa derajat
Purbalingga sendiri sudah jarang digunakan. laserasi yang paling banyak terjadi di RSUD dr.
Prosedur episotomi hanya akan dilakukan R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga adalah
apabila terjadi kaku perineum dan derajat II yaitu sebanyak 61,0 %. Derajat I
kemungkinan akan terjadi robekan atau sebanyak 34,4 % dan derajat III sebanyak 4,6
laserasi yang lebih parah dibandingkan dengan %.
dilakukan episiotomi. 2. Gambaran Umur ibu di RSUD dr. R.
METODE PENELITIAN Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. R. Umur Frekuensi (f) Presentase (%)
< 20 tahun 36 11,9
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dengan
20-35 tahun 231 75,6
menggunakan desain penelitian corelation >35 tahun 38 12,5
Total 305 100
study dengan pendekatan retrospektif,
dilakukan pada bulan Mei- 2018. Populasi dari Tabel 2. menunjukan bahwa sebagian
penelitian ini ialah ibu yang mengalami besar umur ibu yang melahirkan di RSUD dr.
laserasi perineum spontan pada tahun 2017 R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga adalah
yaitu sebanyak 1285 ibu. Pengambilan sampel usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 75,6 %.
menggunakan teknik quota sampling yaitu 3. Karakteristik paritas ibu di RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
sebanyak 305 ibu. Penelitian ini tidak
menggunakan instrumen melainkan Paritas
Frekuensi Presentase
(f) (%)
menggunakan lembar tabel yang berisi nama Primipara 142 46,6
ibu, usia, paritas dan derajat laserasi perineum Multipara 158 51,8
Grande
untuk memudahkan dalam pengambilan data. 5 1,6
multipara
Total 305 100

80
JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No. 2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima, yang


besar paritas ibu yang melahirkan di RSUD dr. berarti tidak ada hubungan berat badan lahir
R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga adalah bayi dengan derajat laserasi perineum di
Multipara yaitu sebanyak 51,8 %. RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.
4. Gambaran umur ibu dan Paritas di
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga 6. Hubungan paritas dengan derajat
Paritas laserasi perineum di RSUD dr. R. Goeteng
Gr Taroenadibrata Pubalingga
and Derajat Laserasi
Umur Multip em Perineum
Primipara Total
ibu ara ulti Der Der
Deraja Tot
par Paritas
tI
ajat ajat
al
r
a II III
< 20 Primipara 28 102 12 142
35 1 0 36 Multipara 74 82 2 158 -
tahun
20-35 Grandemu 0,000 0,3
105 122 4 231 3 2 0 5 06
tahun ltipara
>35 Total 105 186 14 305
2 35 1 38
tahun
Total 142 158 5 305 Tabel 6 menunjukan bahwa sebagian

Tabel 4 hasil uji crosstabs menunjukan besar ibu primipara dan multipara mengalami

bahwa sebagian umur ibu pada rentang usia laserasi perineum derajat dua, sedangkan tiga

20-35 tahun mempunyai status multipara dari lima ibu grandemultipara mengalami

sebanyak (122) laserasi perineum derajat satu. Dari hasil uji


Kendall Tau diperoleh hasil r negatif yang
5. Hubungan umur ibu dengan derajat berarti hubungan tidak searah dimana semakin
laserasi perineum di RSUD dr. R.
sedikit jumlah paritas maka kemungkinan
Goeteng Taroenadibrata Pubalingga
derajat laserasi yang dialami semakin tinggi
Derajat Laserasi Perineum
Umur Derajat Deraj dan nilai p-value 0,000 < α 0,05 maka dapat
Derajat II Total r
ibu I at III
< 20 disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak, yang
9 23 4 36
tahun
0,
20-35 berarti ada hubungan yang signifikan antara
79 143 9 231 0
tahun 1,000
3
>35 paritas dengan derajat laserasi perineum di
17 20 1 38 4
tahun
Total 105 186 14 305 RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar ibu Purbalingga.

mengalami laserasi perineum derajat dua, baik


ibu yang melahirkan bayi dengan kategori PEMBAHASAN

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), normal Berdasarkan hasil penelitian yang

maupun giant baby. Dari hasil uji Kendall Tau didapatkan dari 305 data ibu yang melahirkan

diperoleh p-value 0,136 > α 0,05 maka dapat secara pervaginam di RSUD dr. R Goeteng

81
JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No. 2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

Taroenadibrata Purbalingga terdapat sebanyak berkembang dengan sempurna. Sedangkan


105 (34,4%) ibu mengalami laserasi perineum pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi seorang
derajat I, 186 (61,0) derajat II, 14 (4,6%) wanita sudah mengalami penurunan
derajat III. Dari 305 ibu diantaranya ibandingkan fungsi reproduksi normal
melahirkan bayi dengan kriteria Berat Badan sehingga kemungkinan untuk terjadinya
Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 40 (13,1), komplikasi pasca persalinan terutama
kriteria berat badan lahir normal 262 (85%), perdarahan akan lebih besar.
Giant baby 3 (1,0). Diantaranya 142 (46,6) ibu
primipara, 158 (51,8) multipara dan 5 (1,6) 1. Hubungan Umur Ibu dengan derajat
grandemultipara. laserasi perineum di RSUD dr. R.
Laserasi perineum sendiri merupakan Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
hal yang umum terjadi pada ibu yang Setelah dilakukan penelitian mengenai
melahirkan pervaginan. Derajat laserasi hubungan umur ibu dan paritas dengan derajat
perineum antara ibu yang satu dengan ibu yang laserasi perineum didapatkan hasil diperoleh p-
lain dapat berbeda-beda. Derajat sendiri berarti value 0,034 < α 0,05 yang berarti bahwa ada
tingkatan sedangkan perineum merupakan hubungan umur ibu dengan derajat laserasi
daerah yang terletak antara vulva dan anus perineum di RSUD dr. R. Goeteng
yang selalu berperan pada persalinan Taroenadibrata Purbalingga. Pada umur < 20
khususnya persalinan pervaginam. Ruptur tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi
perineum derajat II yaitu robekan sampai dengan sempurna, sehingga bila terjadi
mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kehamilan dan persalinan akan lebih mudah
kulit perineum dan otot perineum. Beberapa mengalami komplikasi. Selain itu, kekuatan
peneliti beranggapan bahwa sebagian besar ibu otot- otot perineum dan otot-otot perut belum
mengalami ruptur perineum derajat II yaitu bekerja secara optimal, sehingga sering terjadi
derajat atau tingkatan robeknya jaringan persalinan lama atau macet yang memerlukan
yang terletak antara vulva dan anus yang tindakan. Faktor resiko untuk persalinan sulit
selalu berperan pada persalinan normal pada ibu yang belum pernah melahirkan pada
(Sarwono 2009 dalam Doni, 2017). lompok umur ibu dibawah 20 tahun dan pada
Wanita melahirkan anak pada usia < kelompok umur di atas 35 tahun adalah 3 kali
20 tahun atau > 35 tahun merupakan faktor lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi
risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan sehat (20-35 tahun) (Fraser et al, 2012).
yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Dalam penelitian Mustika dan Suryani
Hal ini dikarenakan pada usia di bawah 20 2010 didapatkan bahwa ada hubungan umur
tahun, fungsi reproduksi seorang wanita belum ibu dengan derajat laserasi perineum, Hasil uji

82
JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No. 2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

statistik diperoleh nilai korelasi Chi Square mengurangi trauma atau laserasi perineum
dengan ρ value 0,022 < α 0,05yang artinya Ho yang serius yaitu derajat tiga dan empat.
ditolak, hal ini menunjukan ada hubungan Menurut (Scott, 2017) dari University
bermakna antara umur ibu bersalin dengan of Colorado Hospital, adapun strategi
kejadian ruptur perineum pencegahan laserasi perineum diantaranya pijat
Menurut beberapa sumber terdapat perineum pada antepartum atau intrapartum
beberapa teknik maupun cara yang bermanfaat (dari minggu ke-34 sampai persalinan),
untuk mengurangi robekan perineum misalnya kompres hangat, posisi persalinan lateral (uji
menurut (Proverawati, 2010) bahwa senam coba acak dibandingkan dengan litotomi).
kegel memiliki manfaat dalam proses Pemijatan perineum dilakukan pada bulan-
kehamilan salah satunya dapat memudahkan bulan terakhir kehamilan dapat meningkatkan
wanita melahiran bayi tanpa banyak merobek perubahan hormonal yang melembutkan
jalan lahir (tanpa atau sedikit merobek jalan jaringan ikat, sehingga jaringan perineum lebih
lahir). Selain senam kegel ada juga teknik lain elastis dan lebih mudah meregang. Ini
yang bermanfaat untuk mengurangi robekan sekaligus melatih calon ibu untuk aktif
perineum. Menurut studi terdahulu yang mengendurkan perineum ketika merasakan
dilakukan oleh (Aasheim et al, 2017) pada tekanan saat kepala bayi muncul. Ini juga dapat
bulan September 2016 mengenai Perineal mengurangi rasa sakit akibat peregangan.
techniques dijelaskan bahwa terdapat teknik Peningkatan elastisitas perineum akan
yang dapat digunakan untuk mengurangi mencegah kejadian robekan perineum maupun
trauma perineum, adapun hasil dari studi episiotomi (Aprillia, 2010).
tersebut diantaranya: Jalan lahir akan lentur pada perempuan
a. Kompres hangat yang rajin berolahraga atau rajin bersenggama.
Lebih sedikit perempuan dalam kelompok Olahraga renang dianjurkan karena dapat
kompres hangat mengalami robekan derajat melenturkan jalan lahir dan otot-otot di
ketiga atau keempat. sekitarnya. Jalan lahir yang lentur dapat
b. Pijat perineum (Perineal massage) melahirkan kepala bayi dengan lingkar kepala
Ada lebih banyak wanita dengan perineum > 35 cm, padahal diameter awal vagina adalah
utuh pada kelompok pijat perineum dan 4 cm (Nursaidah, 2017).
lebih sedikit wanita dengan laserasi atau Ada beberapa kemungkinan lain yang
robekan derajat tiga atau robekan derajat bisa mencegah besarnya derajat laserasi
empat. perineum akibat bayi besar misalnya dari pihak
Dari keduanya kemudian dapat disimpulkan penolong persalinan itu sendiri seperti
bahwa pijat dan kompres hangat berguna untuk persiapan yang matang sebelum proses

83
JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No. 2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

persalinan pada ibu dengan bayi besar, Pada tabel 4.6 digambarkan bahwa
tindakan lain guna mengurangi besarnya hampir semua ibu yang mengalami laserasi
derajat laserasi baik yang dilakukan pada saat perineum derajat tiga yaitu ibu primipara
masa kehamilan maupun sebelum persalinan sebanyak 12 orang. Hal ini bisa diperkuat
seperti senam hamil, pijat perineum, ataupun dengan teori yang dikemukakan oleh (Sarwono,
senam kegel. Hal inilah yang kemungkinan 2009 dalam Kristianti & Putriyana, 2015) salah
membuat hasil dari penelitian ini tidak sejalan satu faktor resiko terjadinya robekan perineum
dengan penelitian terdahulu yang mengatakan adalah primigravida, serta didukung juga
bahwa ada hubungan berat badan lahir bayi dengan teori yang mengatakan bahwa paritas
dengan derajat laserasi perineum. sangat berpengaruh dengan terjadinya robekan
2. Hubungan paritas dengan derajat perineum pada saat proses persalinan
laserasi perineum di RSUD dr. R berlangsung, hal ini terjadi karena perineum
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. umumnya bersifat elastis, tetapi juga dapat
Berdasarkan uji analisa data pada ditemukan perineum yang kaku terutama pada
penelitian yang sudah dilakukan mengenai ibu yang baru mengalami kehamilan pertama
hubungan paritas dengan derajat laserasi (primigravida) (Suririnah, 2008 dalam
perineum di RSUD dr. R Goeteng Kristianti & Putriyana, 2015).
Taroenadibrata Purbalingga, didapatkan hasil Kelenturan atau keelastisitasan jalan
p-value 0,000 < α 0,05 yang berarti ada lahir berkurang bila calon ibu kurang olahraga,
hubungan yang signifikan antara paritas atau genitalnya sering terkena infeksi. Infeksi
dengan derajat laserasi perineum di RSUD dr. akan mempengaruhi jaringan ikat dan otot di
R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. bagian bawah dan membuat kelenturanya
Hasil penelitian ini sejalan dengan hilang (karena infeksi dapat membuat jalan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh lahir menjadi kaku) (Nursaidah, 2017).
Nurjanah, 2015 dimana ada hubungan paritas Berbeda halnya dengan ibu dengan
ibu bersalin dengan kejadian ruptur perineum kaku perineum yang kebanyakan terjadi pada
pada persalinan normal. Adapun yang ibu primipara. Pada saat bayi atau kepala bayi
membedakan hasil penelitian ini dengan melewati perineum, perineum sulit untuk
penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah, 2015 meregang akibat otot-ototnya masih kaku,
yaitu hasil penelitian ini mengukur derajat sehingga robekan perineum tidak dapat
laserasi yang ditimbulkan sementara penelitian dihindari. Terlebih apabila usia ibu pada saat
terdahulu hanya menentukan iya atau tidaknya hamil masih terlalu muda, mengingat teori
laserasi perineum. yang dikemukakan oleh (Nasution N, 2011
dalam Prawitasari, et al 2015) bahwa usia/

84
JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No. 2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

umur ibu juga merupakan salah satu faktor paling banyak adalah multipara 158
yang dapat mempengaruhi perlukaan/ laserasi (51,8%).
jalan lahir. 4. Ada hubungan antara umur ibu dengan
Menurut (Detiana, 2010) usia ideal derajat laserasi perineum di RSUD dr. R.
untuk hamil ialah antara 20-29 tahun. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga,
Sementara dalam penelitian ini terdapat ibu berdasarkan hasil uji Kendall Tau
primipara yang usianya kurang dari 20 tahun diperoleh p-value 0,034 < α 0,05
yaitu sebanyak 36 ibu. Hal inilah yang 5. Ada hubungan antara paritas dengan
kemungkinan membuat laserasi perineum derajat laserasi perineum di RSUD dr. R.
derajat tiga paling banyak dialami oleh ibu Goeteng Taroenadibrata Purbalingga,
primipara dalam penelitian ini. berdasarkan hasil uji Kendall Tau
Hal ini juga pernah diteliti oleh diperoleh diperoleh p-value 0,000 < α
Nursaidah pada tahun 2017 melalui 0,05
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Berat SARAN
Badan Lahir Bayi, Umur, Paritas Terhadap Penelitian ini dapat digunakan sebagai
Ruptura Perineum Pada Ibu Bersalin di RSUD acuan bahwa ada hubungan paritas dengan
Sidoarjo” dan salah satunya menyimpulkan derajat laserasi perineum, sehingga penolong
bahwa ada hubungan bermakna antara umur persalinan dapat melakukan tindakan
ibu bersalin dengan kejadian ruptur perineum. pencegahan guna meminimalisir laserasi
Dikarenakan pada umur < 20 tahun, organ- perineum yang dialami, khususnya pada ibu
organ reproduksi belum berfungsi dengan primipara atau ibu yang baru akan melahirkan
sempurna. untuk pertama kalinya.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
KESIMPULAN kajian pendidikan kesehatan pada pasien
1. Derajat laserasi yang terjadi di RSUD dr. bersalin.Peneliti selanjutnya dapat melakukan
R Goeteng Taroenadibrata penelitian menggunakan pendekatan cross
Purbalinggapaling banyak adalah derajat sectional, dengan menggunakan data-data
II yaitu sebanyak 186 (61,0 %). primer dan menggunakan teknik observasi
2. Umur ibu yang melahirkan di RSUD dr. dalam pengambilan data derajat laserasi
R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga perineum. Sehingga dapat meminimalisir
paling banyak adalah usia 20-35 tahun perbedaan dalam menentukan derajat laserasi.
yaitu 75,6 %.
3. Paritas ibu melahirkan di RSUD dr. R
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

85
JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No. 2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

DAFTAR PUSTAKA persalinan normal. Jurnal Keperawatan


Intan Husada, 4 (1), pp. 30-38.
Aasheim, V. Et al. (2017) Perineal Techniques
During The Second Stage of Labour for Edozien, LC. et al. (2014) Impact of third‐ and
Reducing Perineal Trauma (Review). fourth‐degree perineal tears at first birth
[http] Cochrane Library. Available from: on subsequent pregnancy outcomes: a
http://cochranelibrary- cohort study [www] An International
wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD006 Journal of Obstetrics & Gynaecology
672.pub3/pdf/abstract [Accessed 20/ 3/ 18] (BJOG). Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25
Abdullah, S dan Sutanto, T.E. (2015) 040835 [Accessed 26/ 10/ 17]
Satatistika Tanpa Stress. Jakarta Selatan:
Transmedia Pustaka. Frigerio, M. et al. (2016) Third and Fourth
Degree Perineal Tears: Incidence and
Aigmueller, T. Et al. (2015) Management of Risk Factors in an Italian Setting.
3rd and 4th Degree Perineal Tears after European Journal of Obstetrics &
Vaginal Birth. German Guideline of the Gynecology and Reproductive Biology,
German Society of Gynecology and (206), pp e27.
Obstetrics (AWMF Registry No. 015/079,
October 2014) [www] Geburtshilfe Garedja, YY. et al. (2013) Hubungan
Frauenheilkd. Available from: Berat Badan Lahir Dengan Ruptur
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article Perineum Pada Primipara di RSUP
s/PMC4477621/ [Accessed 2/ 2/ 18]. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Jurnal e-Biomedik (eBM), 1 (1), pp.
Anggraini, F.D. (2016) Hubungan berat bayi 719-725.
dengan robekan perineum pada persalinan
fisiologis di RB Lilik Sidoarjo. Jurnal Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian
Ilmiah Kesehatan, 9 (1), pp. 91-97. Keperawatan Dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Aprillia, Y. (2010) Hipnostetri: Rileks,
Nyaman dan Aman Saat Hamil & Klein, S et al. (2012) Buku Bidan: Asuhan
Melahirkan. Jakarta: GagasMedia. Pada Kehamilan, Kelahiran &
BKKBN (2008) Kesehatan Wanita. Jakarta: EGC.

Bornemeier, W.C. (2015) Obstetric Anal Kristianti, S dan Putriyana, Y. (2015)


Sphincter Injury (OASI): Third or Fourth Hubungan Senam Kegel Pada Ibu
Degree Perineal Tear. Sydney Pelvic Hamil Primigravida TM III Terhadap
Floor Health. Available from: Derajat Robekan Perineum di
sydney.edu.au [Accessed 18/ 4/ 2018]. Wilayah Puskesmas Pembantu
Bandar Kidul Kota Kediri. Jurnal
Damayanti, I.P. et al. (2014) Buku Ajar: Ilmu Kesehatan, (ISSN 2303-1433),
Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada 3 (2), pp. 91-98.
Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Deepublish. Lapau, B. (2013) Metode Penelitian
Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan
Detiana, P. (2010) Hamil Aman dan Nyaman Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta:
Diatas Usia 30 Tahun. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Media Pressindo. anggota IKAPI DKI Jakarta.

Doni, S.D. (2017) Hubungan berat badan lahir


dengan derajat ruptur perineum pada

86
JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No. 2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

Lusiana, N. et al. (2015). Buku Ajar Pregnancy and Childbirth, 17 (308)


Metodologi Penelitian Kebidanan. pp. 1-5.
Yogyakarta: Deepublish.
Praptomo, Agus Joko. Et al. (2016).
Manuaba, I.A.C. et al. (2009) Memahami Metodologi Riset Kesehatan
Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi Teknologi Laboratorium Medik dan
ke-2. Jakarta: EGC. Bidang Lainnya. Yogyakarta:
Deepublish.
Manuaba, I.B.G. et al. (2012) Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Proverawati. (2010). Senam Kesehatan
Aplikasi Senam Untuk Kesehatan.
Marmi. (2012) Intranatal Care: Asuhan Yogyakarta: Muha Medika.
Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sani K, F. (2016) Metodologi Penelitian
Farmasi Komunitas dan
Nasution, N. (2011) Faktor-faktor yang Eksperimental. Yogyakarta:
Berhubungan dengan Terjadinya Deepublish.
Ruptur Perineum pada Ibu Bersalin Santos, R.C.S.D dan Riesco, M.L.G.
Di RSU Dr.Pirngadi Medan Periode (2016) Implementation of care
Januari-Desember 2007. Dalam: practices to prevent and repair
Prawitasari, Eka, dkk. (2015) perineal trauma in childbirth. Revista
Penyebab Terjadinya Ruptur Gaúcha de Enfermagem (RGE),
Perineum pada Persalinan Normal di 37(spe):e68304, pp. 1-11.
RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang. Jurnal Ners dan Scott, J. (2017). Prevention of Obstetric
Kebidanan Indonesia, (ISSN2354- Lacetation. University of Colorado
7642), pp. 77-81. Hospital, pp. 1-26. Available from:
http://www.cuvailobgyn.com/uploads
Nurjanah, N. (2015) Hubungan antara /2/3/6/9/23693993/2._vail2017_prev
paritas ibu bersalin dan berat badan ention_of_ob_lacs_scott.pdf
bayi baru lahir dengan kejadian [Accessed 20/ 3/18].
ruptur perineum pada persalinan
normal di RSUD Indramayu periode Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek
Januari – Juni tahun 2015, (10), pp. Penulisan Riset Keperawatan. Edisi
221-232 ke-2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nursaidah. (2017) Pengaruh Berat Badan Sinclair, C. (2009) Buku Saku Kebidanan.
Lahir Bayi, Umur, Paritas Terhadap Edisi bahasa Indonesia. Jakarta: EGC
Ruptura Perineum Pada Ibu Bersalin
di RSUD Sidoarjo. Hospital Smith, LA. et al. (2013) Incidence of and
Majapahit, 9 (2), pp. 66-77. risk factors for perineal trauma: a
prospective observational study.
Oxorn, H dan Forte, W.R. (2010) Ilmu BMC Pregnancy and Childbirth, 13
Kebidanan: Patologi dan Fisiologi (59), pp. 1-9.
Persalinan. Yogyakarta: CV. Andi
Offset dan Yayasan Essentia Medika. Sondakh, J.J.S. (2013) Asuhan Kebidanan
Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Pinder, L.F. et al. (2017) Nurse- Jakarta: Penerbit Erlangga.
midwives’ ability to diagnose acute
third- and fourth-degree obstetric Suryani dan Hendryadi. (2015) Metode
lacerations in western Kenya. BMC Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi

87
JURNAL EDUNursing, Vol. 3, No. 2, September 2019
http://journal.unipdu.ac.id
ISSN : 2549-8207
e-ISSN : 2579-6127

Pada Penelitian Bidang Manajemen http://apps.who.int/iris/bitstream/106


dan Ekonomi Islam. Jakarta: 65/44145/5/9789241546669_5_eng.p
Prenadamedia Group. df [Accessed 26 Oktober 2017].

Sumantri, A. (2011) Metodologi Wiknjosastro, H. (2006) Ilmu Kebidanan.


Penelitian Kesehatan. Edisi Pertama. Dalam: Doni, Stefania Dai. (2017)
Jakarta: Kencana prenada Media Hubungan berat badan lahir dengan
Group. derajat ruptur perineum pada persalinan
normal. Jurnal Keperawatan Intan Husada,
Swarjana, I.K. (2012) Metodologi 4 (1), pp. 30-38.
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
CV Andi Offset. Yeni, R.M. (2014) Robekan Perineum.[https]
Wordpress. Tersedia dari:
Wasis. (2008) Pedoman Riset Praktis https://rizkimarizayeni.wordpress.com/20
Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC 14/06/24/robekan-perineum/ [Diakses 9
November 2017].
WHO. (2008) World Health Organization.
Education material for teachers of Zulfikar dan Budiantara, I.N. (2014)
midwifery : midwifery education Manajemen Riset Dengan Pendekatan
modules. 2nd ed. [http] World Komputasi Statistika. Yogyakarta:
Health Organization. Available from: Deepublish.

88

You might also like