You are on page 1of 12

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI

PEMANFAATAN POTENSI BUDAYA LOKAL


p-ISSN: 2301-4261
e-ISSN: 2621-6418 Madania Cahya Rani1, WG. Pramita Ratnasari2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
EMPATI: JURNAL ILMU
KESEJAHTERAAN SOSIAL Email: (1)madaniacahyarani@gmail.com (2)wg.pramita@uinjkt.ac.id
VOL. 10 NO. 1 Juni 2021
DOI: 10.15408/empati.v10i1.21505 Abstract. Betawi batik in the Terogong area has existed since the 1960s constitutes craftsmen
Halaman: 78 - 89 mostly women. However, with the development of modernization, this culture has begun to
disappear since the 1970s. The founders of Terogong Betawi Batik, Mrs Siti Laila and Mrs
Hafidzoh saw this as a potential to empower local women and revive the culture of their
ancestors. This study aims to understand the empowerment process carried out by Terogong
This is an open access article under
CC-BY-SA license
Betawi Batik craftsmen, and to see the results obtained by these female craftsmen during their
involvement in this home industry. This research was conducted using a descriptive qualitative
research type with observation, interviews, and documentation studies data collection
techniques. The theory employed in this research is the stage theory proposed by Teguh
Sulistiyani, and the theory of believing empowerment to see the results put forward by Schuler,
Hashemi and Riley as quoted by Edi Suharto. The results of this study indicate that the
empowerment process within the Terogong Betawi Batik female craftsman could positively
increase their capacities such as freedom of mobility, acquaintance ability, well-coordinated
capability, the augmented involvement in household decisions, and economic family security.
These craftswomen who succeeded in the empowerment process carried out by Terogong
Betawi Batik management achieved benefits both in material and intellectual.

Keywords: women's empowerment; potential local culture; Betawi Batik.

Abstrak. Batik Betawi di wilayah Terogong sudah ada sejak tahun 1960-an dengan pengrajin
yang mayoritas perempuan. Namun seiring berkembangnya zaman yang semakin modern,
budaya tersebut sudah mulai hilang sejak tahun 1970-an. Pendiri Batik Betawi Terogong, Ibu
Siti Laila dan Ibu Hafidzoh melihat hal tersebut sebagai potensi yang mereka punya untuk
memberdayakan perempuan sekitar dan membangkitkan kembali budaya yang dimiliki nenek
moyangnya terdahulu. Tujuan dari penelitian ini untuk lebih mengetahui proses
pemberdayaan yang dilakukan oleh para perempuan yang berlatar belakang budaya Betawi
sebagai pembatik batik Betawi Terogong, dan mengetahui hasil yang diperoleh pengrajin
perempuan selama bergabung dalam industri rumahan tersebut. Penelitian ini dilakukan
menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data
yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu teori tahapan pemberdayaan yang dikemukakan oleh Teguh Sulistiyani, dan teori
keberhasilan pemberdayaan untuk melihat hasil yang dikemukakan oleh Schuler, Hashemi
dan Riley dalam Edi Suharto. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya
usaha Batik Betawi Terogong tersebut proses pemberdayaan yang dilakukan pengrajin
perempuan dapat meningkatkan kapasitas diri mereka seperti: kebebasan mobilitas,
kemampuan membeli kebutuhan rumah tangga, dan ikut terlibat dalam keputusan-keputusan
rumah tangga, dan jaminan ekonomi keluarga. Para perempuan pengrajin batik Betawi
Terogong sudah berhasil dalam proses pemberdayaan yang dilakukan oleh pengelola Batik
Betawi karena banyak manfaat yang didapat dari materiil maupun intelektual mereka dari
proses tersebut.

Kata kunci: pemberdayaan perempuan; potensi budaya lokal; Batik Betawi .

Open Journal Systems


 Read Online
 PDF Reader
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

PENDAHULUAN juga bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART),


menjadi buruh atau bekerja di sektor non domestik,
Upaya pemberdayaan perempuan menjadi
seperti berdagang, membuat kue atau menjadi
bagian dari pembangunan manusia sebagai salah salah
buruh pabrik yang semata-mata hanya untuk
satu sumber daya yang memiliki potensi yang cukup
menambah penghasilan keluarga yang kurang
besar dan dapat dikembangkan dalam konteks
mencukupi. Islam menegaskan bahwa tidak ada
pembangunan nasional. Adapun permasalahan ini
terkait dengan teori sumber daya manusia yang
pembedaan fungsi penciptaan laki-laki dan
memandang mutu penduduk sebagai kunci utama
perempuan. Al-Quran menjelaskan bahwa fungsi
dalam suatu pembangunan (Muhadjir, 1987). Human
diciptakan laki-laki dan perempuan di muka bumi
capital theory juga menekankan bahwa manusia
ini sama, maka tugas kemanusiaannya pun akan
merupakan sumber daya utama, berperan sebagai sama, seperti dijelaskan dalam Firman Allah SWT:
subjek, baik dalam upaya meningkatkan taraf “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik
hidupnya maupun dalam melestarikan dan laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
memanfaatkan lingkungan sekitarnya, sehingga beriman, maka sesungguhnya Kami berikan
manusia dapat menjadi agen utama dalam suatu kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
pembangunan dan pengembangan masyarakat. akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
Adanya fenomena mengenai perempuan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
dengan kondisi lingkungan ekonomi rendah, di kerjakan.” (Q.S. An-Nahl, 16:97)
mana sistem budaya patriarki secara tidak langsung Di balik fenomena peran ganda perempuan
telah memberikan batasan-batasan bagi perempuan tersebut, berdampak pada terjadinya proses
sehingga timbul ketidaksetaraan (gender) turut produksi terciptanya barang dan jasa yang semakin
melahirkan kedekatan identitas perempuan dengan dinamis dalam masyarakat. Salah satunya dengan
kemiskinan (Suharto, 2010). Pengalaman pada adanya kekayaan sumber daya lokal yang dapat
perempuan dan laki-laki yang cukup berbeda dalam dimanfaatkan secara optimal. Sesuatu yang perlu
menghadapi kemiskinan serta kesempatan lain di dicermati sebagai proses penciptaan kesempatan
ranah publik di mana perempuan, jika dibandingkan kerja dan berusaha produktif, kreatif, inovatif
laki-laki, akan tampak jauh lebih tertinggal dalam sumber daya lokal.
mengakses sumber daya ekonomi sebagai pintu Dalam suatu daerah, kapasitas budaya lokal
dalam penghapusan berbagai ketidakadilan dalam dan sumber daya alam yang mampu dijadikan
masyarakat khususnya bagi pengembangan sumber peluang kreativitas perempuan dan menjadikannya
daya di kalangan perempuan. Upaya tersebut sebagai sumber pengelolaan kekayaan yang telah
mengisyaratkan bahwa adanya penurunan angka disediakan oleh sistem global, sebagai bagian dalam
kemiskinan harus dapat mendorong peningkatan meningkatkan eksistensi manusia untuk membuat
partisipasi di sektor publik, dan peningkatan konsep sistem lokal. Seperti dikemukakan oleh
kesejahteraan perempuan. Jika perempuan tidak Soeroso (2014) bahwa faktor penentu dalam
dijadikan sebagai sasaran pengentasan kemiskinan, konteks pelestarian kebudayaan adalah dengan
dan analisa gender tidak hanya digunakan untuk menjaga suasana kekerabatan yang kondusif,
melihat sumber penyebab timbulnya kemiskinan, kemudian menciptakan kenyamanan kehidupan
maka program-program pengentasan kemiskinan sosial antara warganya, salin menjaga toleransi,
sulit dijangkau kebanyakan perempuan yang serta meningkatkan rasa saling percaya diantara
memiliki keterbatasan akses terhadap ruang publik. warga dalam bermasyarakat (Vitasurya, 2016). Hal
(Akhir et al., tt.). Oleh karena itu, peran perempuan itu dapat meningkatkan pendapatan keluarga jika
sebagai salah satu penggerak perekonomian di dimanfaatkan dengan baik dan benar.
masyarakat harus sudah mulai diperhitungkan Salah satu daerah yang memiliki potensi
sebagai salah satu sumber daya manusia khususnya kebudayaan adalah Jakarta atau biasa yang disebut
di Indonesia. masyarakat Betawi. Masyarakat Betawi merupakan
Peran perempuan khususnya pada masyarakat
salah satu etnis yang kaya akan keragaman budayanya,
dengan tingkat ekonomi rendah dalam suatu keluarga
seperti seni, bahasa dan adat istiadat masyarakatnya.
menjadi menjadi ganda atau multi tugas, yaitu ketika
Keberagaman ini membawa aneka persepsi,
mengurus segala keperluan keluarga seperti
pemaknaan, dan pemahaman tentang masyarakat
menyiapkan keperluan anak bersekolah; suami yang
Betawi. Beberapa kalangan bahkan menyebut bahwa
akan berangkat bekerja; dan lain sebagainya,
penduduk Betawi itu heterogen atau majemuk,
kemudian sebagai individu, perempuan
dimaknai bahwa masyarakat tersebut

Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 79 - 89 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

berasal dari proses pertemuan budaya berbagai terhadap berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
etnis dan bangsa asing sehingga budaya yang kejadian, rencana dan/atau kegiatan. Lingkup
dihasilkan pun beraneka ragam. penelitian studi kasus bersifat mikroskopis, yaitu
Kebudayaan Betawi memiliki keunikan di mempelajari secara mendalam tingkat individu,
beberapa bidang, seperti makanan atau kuliner, kelompok, institusi, dan latar belakang atau
musik tradisional, seni tari dan teater, pakaian adat, lingkungan tertentu.
kerajinan tangan, hingga upacara adat. Walaupun Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
kebudayaan itu sudah mulai kalah kehadirannya adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
dengan kebudayaan baru atau modern, tetapi deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ucapan dari
kebudayaan Betawi tetap memiliki peminat orang-orang yang diwawancarai dan diamati.
tersendiri atau diminati oleh masyarakat lain. Pendekatan ini dapat digunakan untuk memahami
Sebagai keunggulan dari daerah lain di Indonesia, fenomena dalam kehidupan masyarakat serta
kebudayaan Betawi juga memiliki kerajinan batik aktivitas sosial lain, dan dalam pendekatan kualitatif
sebagai salah satu bagian dari seni tekstilnya. Seni berusaha untuk memahami atau penginterpretasi
batik Betawi terkenal akan nuansa warna dan ragam fenomena dalam sudut pandang pemaknaan yang
motif dengan kekhasan nuansa kesenian Betawi, diberikan oleh masyarakat setempat
dan flora fauna lokal yang dipengaruhi oleh Usaha atau industri ini berlokasi di Jl.
kebudayaan Cina, Timur Tengah dan Eropa. Hal ini Terogong III RT10/RW09 Cilandak Barat, Jakarta
disebabkan adanya proses akulturasi dari berbagai Selatan. Penempatan lokasi ini dipilih berdasarkan
kebudayaan yang terjadi di wilayah Betawi. pertimbangan mengenai kondisi objektif wilayah
Pemanfaatan potensi budaya lokal yang dikemas tersebut yang memiliki potensi budaya lokal Jakarta
dalam pemberdayaan perempuan sebagai bentuk yaitu batik betawi. Adapun penelitian ini dilakukan
peningkatan ekonomi keluarga dengan berlatar mulai bulan Februari sampai dengan selesai. Waktu
budaya Betawi tersebut dapat di lihat di wilayah penelitian dilakukan pada pertengahan Agustus
Terogong, Kelurahan Cilandak Barat, Kota Jakarta 2020 sampai dengan selesai.
Selatan yang dijuluki sebagai kampung Batik Betawi Sumber data yang digunakan dalam penelitian
berkat motif-motif batik yang merupakan ciri khas dari ini meliputi dua macam, yaitu data utama (primer) dan
adat Betawi atau kota Jakarta. Batik Betawi Terogong data pendukung (sekunder), sebagai berikut: (1)
ini muncul dari kegelisahan masyarakat yang mulai Sumber data utama (primer), yaitu sumber data yang
khawatir dengan banyaknya budaya asing yang baru diperoleh langsung dari narasumber yang akan diteliti
lahir di era globalisasi ini dan secara moral kurang dengan wawancara mendalam terhadap narasumber
tepat atau baik untuk generasi anak muda di atau informan tersebut. Narasumber pada penelitian
Indonesia. Batik sebagai budaya Indonesia harus tetap ini ialah pemilik dan para pengrajin perempuan yang
dilestarikan dan bisa tetap mengikuti perkembangan diberdayakan di industri batik rumahan tersebut; (2)
zaman karena dibuat lebih menarik. Sumber data pendukung (sekunder) diperoleh dari
Lalu bagaimana proses pemberdayaan dan dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini
peran perempuan yang dilakukan dalam proses yang bersumber dari buku-buku dan atau literatur lain
pembuatan Batik Betawi Terogong dengan yang mendukung.
memanfaatkan potensi budaya lokal yang tersedia? Adapun teknik pengumpulan data yang akan
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berikut: (a) Observasi, peneliti telah melakukan
bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan observasi secara rutin untuk mengetahui kondisi
oleh para pengrajin batik Betawi Terogong dan lingkungan di lokasi penelitian, meliputi aktivitas
untuk mengetahui hasil yang diperoleh pengrajin masyarakat, serta segala kegiatan yang dilakukan
perempuan selama bergabung dalam industri oleh Batik Betawi Terogong. Kegiatan ini dilakukan
rumahan tersebut. sebanyak 8 kali di lokasi penelitian yaitu wilayah
Terogong, Cilandak Barat, Jakarta Selatan; (b)
METODE Wawancara, dilakukan agar diperoleh data yang
akurat dalam wawancara, dan dalam penelitian ini
Penelitian ini menggunakan pendekatan dilakukan kepada: (1) Pemilik Batik Betawi
kualitatif melalui studi kasus untuk mengkaji kasus- Terogong, yaitu Ibu Hafidzoh dan Ibu Laila yang
kasus tertentu dalam konteks atau lingkungan dilakukan guna untuk mendapatkan informasi dan
kehidupan nyata kontemporer. Metode ini data mengenai Batik Betawi Terogong dari awal
digunakan untuk eksplorasi secara mendalam

Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 80 - 89 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

terbentuk hingga sekarang; (2) para pengrajin Indikator Keberdayaan


perempuan, yaitu para ibu-ibu pengrajin Batik
Terdapat delapan poin yang menjadi indikator
Betawi Terogong, yakni sebanyak 6 orang yang
pemberdayaan dan dikemukakan oleh Schuler,
berguna untuk mendapatkan data informasi
Hashemi, and Riley, dikutip dalam buku Edi Suharto
mengenai proses dan hasil yang dirasakan oleh para
(2009) disebutkan bahwa empowerment index atau
pengrajin perempuan di Batik Betawi Terong. Studi
indeks pemberdayaan, adalah sebagai berikut: a.
Dokumentasi dalam penelitian ini, yaitu menyusun
kebebasan mobilitas; b. kemampuan membeli
dokumen yang digunakan sebagai pelengkap dari
komoditas kecil; c. kemampuan membeli komoditas
pengumpulan data, adapun dokumen yang
besar; d. terlibat dalam pembuatan keputusan-
digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi data
keputusan dalam rumah tangga; e. kebebasan
arsip dari kelurahan Cilandak Barat, dokumen yang
relative dari dominasi keluarga; f. memiliki
berasal dari artikel-artikel, dokumen bersumber
kesadaran hukum dan politik; g. keterlibatan
dari jurnal, serta dokumen berupa kumpulan
penyelesaian permasalahan keluarga; h. jaminan
gambar dari lokasi penelitian berbentuk foto.
ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga.
Tabel 1.1: Informan industry batik Betawi Terogong
No Informan Jumlah Pemberdayaan Perempuan
1 Pemilik Batik Betawi Terogong 1 Konsep peran ganda perempuan yang didasari
2 Pengrajin Perempuan 6
oleh suatu paradigma yang sama yaitu adanya
Jumlah Total Informan 7
pembedaan yang dikotomis antara ruang domestik
Sumber: diolah oleh peneliti
dan ruang publik. Konsep ini yang pada awalnya
Teknik analisis data yang digunakan dalam diharapkan dapat menjadi solusi untuk
penelitian ini adalah menggunakan analisis memberdayakan perempuan, namun dalam proses
deskriptif, yakni menelah seluruh data yang tersedia selanjutnya malah sering menimbulkan banyak
dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh kontradiksi. Hal ini terjadi disebabkan paradigma
melalui pengamatan peneliti di lapangan. Maka, data yang digunakan masih belum bisa terlepas dari pola
yang disajikan dalam penelitian ini berupa uraian- berpikir yang dikotomis dan bias gender. Jika pada
uraian penjelasan dan pemaparan dari data yang akhirnya, keterlibatan perempuan dalam berbagai
telah didapat dari sumber data primer serta sumber sektor tersebut dipilah-pilah dengan menggunakan
data sekunder. kategori peran ganda, maka tidak mustahil
terjadinya mentalitas dikotomis pula. Pemilahan
HASIL DAN DISKUSI seperti ini akan melahirkan kepribadian yang
terpecah atau split personality dan akan berdampak
Pemberdayaan Masyarakat pada permasalahan berikutnya bagi perempuan.
Tahapan Pemberdayaan Oleh karena itu, perempuan seharusnya dibebaskan
untuk memilih perannya dalam masyarakat selama
Ada beberapa tahapan pemberdayaan yang ia mampu berkomitmen terhadap tanggung jawab
dikemukakan oleh Sulistiyani (2017). Tahap-tahap dan keadilan untuk orang di sekitarnya dan atau
yang harus dilakukan sebagai berikut: (a) Tahap keluarganya (Wibowo, 2011). Sehingga perempuan
Penyadaran, yaitu tahap pembentukan seseorang
memiliki peran yang tidak dapat dikesampingkan
dalam perilaku peduli dan sadar sehingga berpikir
begitu saja, salah satunya ketika perempuan berada
untuk meningkatkan kapasitas dirinya; (b) Tahap
dalam ranah penggerak ekonomi, khususnya
Transformasi, merupakan tahap penambahan
ekonomi keluarga.
wawasan pengetahuan dan keterampilan
Sebagaimana dikemukakan oleh Kartono
masyarakat agar terbuka wawasannya sehingga
(1989), bahwa perbedaan fisiologis yang dialami
dapat mengambil peran dalam suatu pembangunan;
perempuan sejak mereka lahir, pada umumnya
(c) Tahap Peningkatan Kemampuan Intelektual,
kemudian diperkuat oleh struktur sosial dan budaya
berupa tahap keahlian dalam keterampilan sehingga
yang ada, khususnya oleh adat istiadat, sistem
terbentuk kemampuan dan inisiatif yang
sosial-ekonomi serta pengaruh pendidikan dapat
mengantarkan pada kemandirian baik individu
berimplikasi terhadap perkembangan kepribadian
maupun masyarakat.
seseorang. Sistem patriarki yang melegitimasi
perempuan menjadikan ruang gerak perempuan
tidak terlalu luas pada jaman dahulu, namun di
masa modern sekarang ini ruang gerak tersebut

Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 81 - 89 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

mengalami perubahan sehingga perempuan dapat kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke
mengakomodir berbagai potensi yang ada pada generasi, dan dapat didefinisikan sebagai
dirinya. keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil
Kemajemukan etnis di Indonesia menjadikan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
ragam budaya dan adat istiadat yang menarik untuk yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
dikaji dari berbagai perspektif. Salah satunya etnis (Koentjaraningrat, 1990). Oleh karena itu budaya
Betawi sebagai suatu kelompok masyarakat yang bersifat keseluruhan dalam ranah kehidupan
tumbuh dan berkembang di Ibu Kota dengan manusia atau bersifat holistik. Budaya bersifat
berbagai permasalahannya. Artikel ini akan abstrak dan luas akan tetapi dapat dilihat dalam
membahas perempuan etnis Betawi dengan melihat bentuk perilaku dan hasil karya dari manusia,
bagaimana mereka memberdayakan diri sehingga dengan kata lain bahwa budaya merupakan
dapat menunjukkan potensi yang ada di sekitar keseluruhan dari pernyataan pikiran dan perasaan
mereka. manusia secara material dan immaterial untuk
menyesuaikan diri kepada lingkungannya serta
Perempuan Etnis Betawi meningkatkan taraf hidup atau cara hidup yang
dibina guna memenuhi kebutuhan pokoknya
Akulturasi budaya memberikan dampak
(Soekanto, 1982).
terhadap kaum perempuan Betawi sehingga
Tradisi dalam suatu kebudayaan merupakan
pergerakan mereka menjadi terbatas karena adanya
pergulatan yang mereka lakukan ketika
potensi yang besar dan dapat digunakan oleh
mengakomodasi nilai-nilai tradisi dan modernisasi
masyarakat. Potensi yang selama ini terpendam dan
dalam konstruksi budaya Betawi. Seperti dalam
jarang dilihat oleh orang lain, padahal apabila suatu
penelitian elfara yang mengatakan bahwa perempuan
budaya dikelola secara baik dalam masyarakat
Betawi sering dikatakan kolot atau ketinggalan jaman maka tradisi yang ada dalam budaya tersebut dapat
yang sudah menjadi stereotip perempuan Betawi yang memberikan karakter pada masyarakat pelaku
dikenal dengan aktivitasnya seperti dapur, sumur, dan budaya tersebut. Selain itu, budaya lokal juga
Kasur. Sehingga secara tidak langsung perempuan memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika ditelisik
Betawi menjadi termarginal dan sulit. Namun seiring peluang potensi dan kesempatan yang ada.
berkembangnya zaman, para perempuan Betawi juga Masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dalam
ingin menampilkan dirinya dengan kesan sebagai tradisi budayanya memiliki kreativitas untuk
perempuan yang memiliki kemampuan dan memanfaatkan potensi tersebut sehingga akan
kesuksesan sesuai dengan bidang keahlian yang memberi nilai tambah atau nilai ekonomis terhadap
dikuasainya. Pengelolaan kesan ini penting untuk produk-produk hasil budaya local tersebut.
menampilkan diri, pengukuhan harga diri sekaligus
pengembangan identitas sehingga kesempatan Industri Budaya
memberdayakan diri dengan kesan bahwa sebagai Istilah industri budaya atau culture industry
perempuan Betawi tidak hanya dihubungkan dengan awalnya dikemukakan oleh Theodor W. Adorno dan
ranah domestik semata tetapi telah mengalami suatu M. Horkheimer Ketika mereka membahas tentang
perubahan yang signifikan menjadi perempuan yang budaya massa. Adorno menekankan bahwa suatu
mandiri dan diakui keberadaannya. budaya yang diproduksi secara massif dan standar
bukan hanya berasal dari ekspresi kultural
masyarakat semata, melainkan menjadi produk
Potensi Budaya Lokal yang berasal dari suatu aktivitas industri. Industri
Budaya Lokal budaya telah menyatukan berbagai konsep budaya
(seni lukis dan seni musik) yang lama menjadi suatu
Budaya atau sering disebut kebudayaan, konsep yang familiar dan dapat dikonsumsi oleh
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata Budhayah, semua kalangan masyarakat. Produk-produk
yaitu bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti tersebut memang diciptakan untuk kepentingan
hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal konsumsi massa dan dalam banyak hal akhirnya
manusia, sedangkan dalam bahasa Inggris menentukan asal muasal produk tersebut dengan
kebudayaan berasal dari kata Culture, yang berasal suatu perencanaan yang strategis dalam hitungan
dari kata latin colere yang berarti mengolah atau bisnis (Adorno, 1997).
mengerjakan. Pengertian budaya yang lebih lengkap Wujud industry budaya adalah komoditas,
adalah suatu cara hidup yang dimiliki bersama oleh dalam suatu proses produksi hingga distribusi

Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 82 - 89 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

bahkan tahap konsumsi. Artinya bahwa suatu meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik.
industry budaya secara langsung membutuhkan Dalam kegiatan memotivasi para perempuan itu
tindakan-tindakan kreatif untuk menghasilkan dihadirkan sebanyak 25 orang perempuan dari
keuntungan sebagai sumber muasalnya. Sebagai lingkungan sekitar, akan tetapi hanya 5 orang yang
suatu komoditas, produk yang dihasilkan harus bersedia untuk bergabung di Batik Betawi Terogong
mengedepankan standarisasi dan Teknik-teknik Dengan bergabungnya perempuan sekitar
distribusi dengan hanya sedikit memberi perhatian pendiri ini selama beberapa bulan, membuat
pada proses produksi yang bermutu. perempuan lain atau tetangganya tertarik untuk
Teknik yang digunakan dalam industri budaya belajar membatik, berawal dari keisengan hanya
dapat identik dengan beberapa teknik dalam karya untuk mempelajari cara membatik ada yang tertarik
seni, seperti seni musik dan seni rupa, yaitu karya untuk ikut bergabung sebagai pengrajin. Kemudian
seni secara teknik dilihat karena memiliki seiring berjalannya waktu, banyak kegiatan dan
keterkaitan dengan organisasi internal dari objek itu pencapaian yang sudah didapatkan oleh Batik
sendiri, yaitu awalnya objek dikembangkan atau Betawi Terogong sehingga membuat usaha ini
diciptakan oleh para seniman, kemudian masuk ke semakin dikenal banyak orang baik pejabat, artis
dalam budaya massa yang identik dengan industri maupun turis. Hal itu membuat perempuan yang
budaya di mana awalnya merupakan bagian yang lain semakin tertarik lagi untuk bergabung sebagai
tidak terpisahkan dari produksi mekanik dan pengrajin dan sadar akan kebutuhan untuk
distribusi sehingga menjadi sesuatu yang diluar peningkatan pendapatan ekonomi dalam keluarga.
objek itu sendiri namun tidak menghilangkan nilai
objek tersebut. Proses Pelatihan
Proses ini merupakan kegiatan pendidikan
Temuan Lapangan
dalam jangka pendek yang menggunakan prosedur
Proses Pelaksanaan Kegiatan Usaha Batik yang sistematis dan terorganisir. Kegiatan yang
Betawi Terogong dilakukan untuk memberikan keterampilan dan
keahlian khusus kepada suatu komunitas atau target.
Kegiatan pemberdayaan terhadap perempuan
Pendiri Batik Betawi Terogong telah melakukan
yang dilakukan oleh kelompok usaha Batik Betawi
pelatihan kepada calon pengrajin Batik selama 3 bulan.
Terogong merupakan suatu usaha untuk
Dalam jangka waktu 3 bulan, pendiri memberikan
meningkatkan pendapatan ekonomi perempuan
pelatihan selama 3 tahap, yaitu tahapan pertama,
dalam keluarga sekaligus melestarikan budayaa
pelatihan bagaimana caranya mencanting, menghias,
lokal yaitu Batik Betawi. Proses pemberdayaan yang
dan menutup warna pertama.
dilakukan meliputi:
Proses pelaksanaan
Proses penyadaran
Kegiatan produksi Batik Betawi Terogong
Tahap penyadaran merupakan proses
dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu dari pukul
pembentukan perilaku sadar dan peduli sehingga
08.00–15.00 WIB. Tetapi tidak terlalu diberikan
seseorang merasa butuh untuk meningkatkan
kewajiban dalam pengerjaan, karena lebih fleksibel
kapasitas dirinya guna keadaan hidup yang lebih baik.
dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga yang sambil
Pendiri usaha Batik Betawi Terogong ini menilai
mengurus suami dan anak mereka.
bahwa pada proses penyadaran yang dilakukan di
wilayah Terogong untuk menemukan pengrajin
Proses pemasaran
perempuan tidak mudah, karena adanya stigma yang
muncul di masyarakat dahulu bahwa membatik itu Suatu proses yang biasa disebut dengan
hanya untuk orang-orang yang kurang mampu. Namun istilah marketing, yaitu sebuah kegiatan yang
Ibu Laela beserta dua direkturnya terus berusaha diharapkan dapat menarik minat masyarakat agar
untuk menyadarkan para perempuan Terogong terpengaruh untuk membeli suatu barang/produk.
dengan cara memberikan motivasi, berbekal dari ilmu Masyarakat akan diajak atau dipengaruhi untuk
yang didapat oleh rekan Ibu Laela yang lulusan mau memakai atau membeli produk barang atau
psikologi, mereka memberanikan diri untuk berbagi jasa yang ditawarkan. Kegiatan ini lekat kaitannya
wawasan serta motivasi yang menyadarkan para dengan strategi untuk menginformasikan sebuah
perempuan bahwa pentingnya meningkatkan produk kepada pembeli.
kapasitas diri yang berguna untuk

Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 83 - 89 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

Pemasaran yang dilakukan oleh para kehidupannya. Pengrajin dapat menambah


pengrajin Batik Betawi Terogong yaitu dengan penghasilannya sehingga dapat membantu suami
memasarkan produk batiknya di sosial media atau keluarganya untuk memenuhi kebutuhan
seperti Instagram, Facebook dan WhatsApp. Selain hidupnya, namun tidak lupa untuk tetap
sosial media, pendiri Batik Betawi Terogong juga menjalankan tugas mereka sebagai istri dan ibu.
rajin mengikuti event seperti pameran. Kemudian
tak sedikit juga usahanya untuk memasarkannya Proses Pemberdayaan oleh Usaha Batik
dari mulut ke mulut atau dengan jejaring teman Betawi Terogong
yang mereka miliki.
Penelitian ini difokuskan pada teori proses
pemberdayaan yang dikemukakan oleh Sulistiyani
Proses pembuktian (2004) yaitu: (1) tahap penyadaran, (2) tahap
Merupakan suatu cara untuk membuat orang transformasi pengetahuan, dan (3) tahap
lain percaya atas kerja keras yang selama ini peningkatan kemampuan intelektual.
dilakukan melalui hasil prestasi yang didapat
selama waktu tertentu. Proses pembuktian yang Tahap Penyadaran
dilakukan oleh usaha Batik Betawi Terogong yaitu Tahap penyadaran yang dilakukan oleh Batik
mulai mengikuti pameran-pameran di acara atau Betawi Terogong terhadap masyarakat sekitar
festival/budaya, kemudian dari pameran tersebut terutama perempuan sebagai calon pengrajin batik
banyak orang yang melihat baik dari pejabat, orang adalah tahapan pembentukan perilaku/behavior
terkenal atau pihak manapun. Berdasarkan jejaring yang merupakan langkah persiapan dalam proses
yang sudah didapatkan, memperoleh kepercayaan pemberdayaan masyarakat. Pada tahap ini, pendiri
untuk membuatkan Batik Betawi bagi para guru, usaha batik Betawi sebagai pelaku pemberdayaan
dosen, finalis abang none, ataupun pejabat. Hal itu berusaha menciptakan kondisi yang efektif dalam
membuat Batik Betawi Terogong semakin terkenal memfasilitasi untuk berlangsungnya proses yang
dan dilihat oleh media dan turis asing yang tertarik diharapkan.
oleh Budaya Betawi. Intervensi yang dilakukan terhadap
masyarakat sekitar usaha batik Betawi Terogong
Hasil Pemberdayaan Ekonomi Perempuan fokus kepada kemampuan afektif mereka untuk
Setelah Bergabung di Usaha Batik Betawi mencapai kesadaran yang diharapkan. Proses
Terogong penyadaran akan membuka peluang minat dan
Berdasarkan hasil temuan ini, peneliti melihat kesadaran masyarakat tentang pentingnya kondisi
ada beberapa hasil pemberdayaan ekonomi yang saat itu sehingga menstimulus mereka untuk
diperoleh dari para pengrajin perempuan Batik melihat pentingnya memperbaiki kondisi hidupnya
Betawi Terogong, yaitu: 1) Memiliki wawasan agar lebih baik (Sulistiyani, 2017).
pengetahuan dalam melestarikan Budaya. Dari Sedangkan menurut peneliti, proses
kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh pendiri penyadaran merupakan langkah awal yang sangat
Batik Betawi Terogong ini juga menghasilkan penting dalam membentuk kemandirian masyarakat
pengetahuan kepada pengrajin, Oleh sebab itu, yang termasuk dalam tujuan pemberdayaan,
dengan diadakannya pelatihan yang dilakukan Batik masyarakat harus lebih dulu sadar untuk
Betawi Terogong telah berhasil meningkatkan meningkatkan kapasitas dirinya guna mendapatkan
pengetahuan dan menyadarkan perempuan untuk kehidupan yang lebih baik. Pemilik usaha Batik
ikut melestarikan Budaya Betawi. 2) Meningkatkan Betawi Terogong menyadari kondisi wilayah dan
Pendapatan Ekonomi dalam Keluarga. Hasil dari potensi masyarakat yang dimiliki. Untuk itu, pemilik
pemberdayaan ekonomi perempuan yang dilakukan mengajak masyarakat khususnya perempuan
oleh Batik Betawi Terogong bisa dikatakan berhasil sekitar untuk mengikuti seminar yang bertujuan
meningkatkan pendapatan ekonomi perempuan untuk memberikan motivasi dan penyadaran
sehingga mereka bisa secara mandiri dalam kepada perempuan wilayah Terogong untuk
membantu perekonomian rumah tangga. Dari meningkatkan kapasitas dirinya dalam membantu
pemberdayaan ekonomi perempuan yang dilakukan perekonomian keluarga.
oleh usaha Batik Betawi Terogong bisa dikatakan Dari pernyataan diatas, pengrajin Batik Betawi
telah mencapai tujuan pemberdayaan yaitu Terogong menyadari bahwa dengan kondisi mereka
kemandirian seseorang dalam meningkatkan taraf yang sedang kurang baik, membutuhkan untuk

Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 84 - 89 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

meningkatkan kapasitas diri demi kehidupan yang Tahap berikutnya adalah peningkatan
lebih baik. Namun tidak banyak juga pengrajin yang kemampuan intelektual yang dilakukan oleh para
menyadari bukan dari sisi ekonominya saja, tetapi pengrajin Batik Betawi Terogong yaitu untuk
juga ingin melestarikan budaya mereka yang meningkatkan kemampuan, kecakapan dan
merupakan warisan nenek moyang masyarakat kemahiran dalam keterampilan sehingga
Betawi. menghasilkan inisiatif dan kemampuan inovatif
untuk menuju kemandiriannya. Tahap ketiga ini
Tahap Transformasi Pengetahuan merupakan tahapan pembentukan kemandirian
yang akan ditandai oleh kemampuan pengrajin
Tahap transformasi pengetahuan merupakan
dalam menghasilkan karya-karya dan melakukan
tahapan kedua yang harus dilakukan oleh pemberdaya
inovasi di lingkungannya. Oleh karena itu, apabila
yaitu usaha Batik Betawi Terogong untuk
masyarakat atau pengrajin batik telah mencapai
meningkatkan wawasan dan keterampilan dapat
tahap ketiga ini, maka diharapkan proses
berperan dalam pembangunan berkelanjutan. Pada
kemandirian telah tercapai dalam suatu
tahap ini, proses transformasi pengetahuan dan
pembangunan dan pemberdayaan, di samping itu,
keahlian dapat berjalan dengan baik, dan dengan
kemandirian mereka harus tetap dapat dilanjutkan
penuh semangat dapat berjalan secara efektif. Jika
dan terpelihara dengan baik sehingga terbentuk
pada tahap penyadaran atau tahap pertama telah
sikap kedewasaan dalam kemandirian masyarakat
berada dalam kondisi yang stabil dan baik, maka
(Sulistiyani, 2017).
masyarakat akan belajar mengenai kecakapan yang
memiliki relevansi dengan apa yang menjadi Tahapan ini menurut peneliti merupakan
kebutuhannya tersebut. Pada tahap kedua ini, tahap di mana pemberdaya memberikan motivasi,
masyarakat sekedar menjadi objek pembangunan dan pelatihan dan bimbingan kepada pengrajin Batik
atau pemberdayaan, dan belum menjadi subjek dalam Betawi Terogong agar dapat meningkatkan
pembangunan (Sulistiyani, 2017). kemampuan mereka untuk lebih berdaya dan
Pada tahap transformasi ini adalah tahap di mandiri, dan di samping itu keberdayaan mereka
mana kondisi seseorang atau kelompok sekitar harus tetap berlanjut (sustainable).
wilayah industri batik Terogong yang berubah dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya Keberhasilan Para Pengrajin Batik Betawi
untuk menjadi individu yang memiliki kapasitas diri dengan Bergabung di Usaha Batik Betawi
untuk menjadi lebih baik dan siap untuk mandiri. Terogong
Pemberdayaan batik Betawi Terogong membagikan Kedudukan masyarakat yang marginal dan
pengetahuan dengan mengajarkan cara membatik dan tanpa kekuasaan terhadap kebebasan ekonomi
teknik-teknik yang digunakan; dari mulai dapat menjadi lebih berdaya jika telah
menggambar motif atau pola hingga cara memberikan melaksanakan proses-proses dalam pendekatan
warna sampai proses pengemasan. pemberdayaan secara menyeluruh. Pendekatan
Dari beberapa pernyataan yang telah diulas yang digunakan tersebut sebagai pemberdayaan
sebelumnya, peneliti menemukan bahwa masyarakat pada dasarnya berupa pokok pikiran
kemampuan tiap individu untuk menguasai ilmu dari teori pembangunan yang harus berpusat pada
tersebut berbeda-beda. Pemberdaya memberikan masyarakat (people centered development) yang
waktu selama 3 bulan untuk pelatihan, tetapi jika dalam implementasinya dijabarkan melalui
ada yang masih belum bisa dikuasai salah satu pendekatan pemberdayaan masyarakat yang
tekniknya akan diberikan waktu tambahan lagi memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih
sampai benar-benar menguasai setiap detail nya. besar kepada masyarakat khususnya kelompok
Pemberdaya melakukan pembelajaran masyarakat lokal untuk mengelola proses
tersebut kepada siapa saja yang ingin bergabung pembangunannya (Soetomo, 2011).
menjadi pengrajin Batik Betawi Terogong, namun Seperti yang telah dilakukan oleh para pembatik
jika ada anggota yang baru masuk ia bisa Batik Betawi Terogong melalui usaha
mengalihkannya kepada pengrajin senior untuk pemberdayaannya dengan memanfaatkan potensi
memberikan ilmu yang sudah ia dapat selama budaya lokal yang ada yaitu Batik Betawi. Dengan
menjadi pengrajin Batik Betawi Terogong. adanya usaha Batik Betawi Terogong yang terletak di
wilayah Terogong, Cilandak Barat, Jakarta Selatan,
Tahap Peningkatan Kemampuan Intelektual telah membantu perempuan untuk meningkatkan
kapasitas dirinya agar dapat dan mampu

Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 85 - 89 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

meningkatkan taraf kehidupan terutama dari sektor Kebebasan Mobilitas


ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya.
Merupakan kebebasan seseorang dalam
Berdasarkan data wawancara di lapangan
melakukan pergerakan yaitu saat individu memiliki
bahwa pelatihan dan pemberian motivasi yang
kebebasan untuk melangkah keluar rumah atau
diberikan oleh usaha Batik Betawi Terogong dapat
keluar wilayahnya demi melakukan aktivitas sehari-
menjadi modal awal proses pemberdayaan kepada
hari. Dalam hal ini kebebasan mobilitas merupakan
perempuan-perempuan di wilayah Terogong,
salah satu indikator dalam pemberdayaan suatu
seperti yang disampaikan dalam wawancara kepada
kelompok.
Ibu Hafizoh:
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti
“Kita coba tawarin ibu-ibu batik disini itu agak bahwa pengrajin Batik Betawi Terogong telah
susah. Akhirnya kita buat kegiatan gitu untuk menjadi lebih mandiri dan mampu melakukan
memotivasi ibu-ibu yah, kita undang sebanyak 25 kegiatan di luar rumah tanpa bantuan orang lain,
orang. Yang dibantu sama psikolog juga untuk kebebasan mobilitas ini digunakan untuk
memberikan motivasi. Nah dari 25 orang itu hanya meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
5 yang mau gabung untuk membatik gituu” mereka sehingga dapat bersosialisasi dengan baik di
(Wawancara pribadi dengan Ibu Hafizoh sebagai luar rumah dalam lingkungan sosialnya.
direktur di Batik Betawi Terogong).

Modal yang dimaksud tersebut adalah keahlian Kemampuan Membeli Komoditas Kecil
dalam teknik membatik seperti, mencanting. Dengan Kemampuan ini merupakan suatu kondisi di
adanya pelatihan dan penyadaran yang dilakukan mana individu dapat membeli keperluan atau
tersebut dapat menjadi modal awal kemampuan memenuhi primernya baik untuk kebutuhannya
sebagai pengrajin batik. Seperti yang dikatakan oleh sendiri maupun keluarganya dengan menggunakan
Ibu Hafizoh selaku pendiri Batik Betawi Terogong: uang yang merupakan hasil dari kegiatan individu
“Iya jadi setiap ada yang mau gabung, kita kasih
tersebut.
materi dulu bagaimana caranya membatik yang Para pengrajin Batik Betawi Terogong setelah
baik dan benar, teknik, pewarnaannya. Pokoknya melewati tahap-tahap pemberdayaan, memiliki
kita gak akan kasih kalau mereka belum benar- kemampuan untuk dapat membeli keperluan yang
benar bisa, jago gitu buat ngebatiknyaa seperti itu.” mereka butuhkan dengan uang yang diperoleh dari
(Wawancara lansung dengan pendiri Batik Betawi membatik di Batik Betawi Terogong tanpa meminta
Terogong, 2020) uang kepada suami mereka ataupun orang lain.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Yanti:
Demikian pula dari para pengrajin yang harus
belajar membatik tidak dalam waktu yang sebentar, “Ya lumayan uangnya buat beli-beli keperluan
Ibu Yanti selaku pengrajin Batik Betawi Terogong dapur mah, sama jajan anak. Seengganya ga
yaitu sebagai berikut: ngandelin suami kalo sabun dirumah abis haha.”
(Pengrajin Batik Betawi Terogong, 2020)
“Di kasih pelatihan waktu itu 3 bulan mba, tapi
yang paling susah dan lama itu di bulan pertama Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa
yang latihan mencanting, itu benar-benar butuh usaha Batik Betawi Terogong telah membantu para
kesabaran juga, tapi alhamdulillah kalo kita niat pengrajin perempuan untuk memiliki kemampuan
mah kan bisa aja ya.” (Wawancara langsung membeli keperluan-keperluan primer dalam rumah
kepada pengrajin Batik Betawi Terogong, 2020) tangganya atau dirinya sendiri dengan menggunakan
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, uang hasil bekerja sebagai pengrajin Batik, sehingga
pemberdayaan yang dilakukan oleh usaha Batik kebutuhan mereka dapat terpenuhi tanpa membebani
Betawi Terogong memiliki dampak dan hasil yang atau mengandalkan uang sang suami.
dapat meningkatkan kemampuan ekonomi para
pengrajin batik. Untuk melihat berhasil atau Kemampuan Membeli Komoditas Besar
tidaknya pemberdayaan berbasis ekonomi, peneliti Kemampuan ini merujuk pada suatu kondisi
menggunakan teori Suharto (2010) untuk melihat di mana individu dapat membeli kebutuhan
beberapa indikator keberdayaan. Berdasarkan 5 sekunder atau tersier sebagai penunjang dalam
indikator keberdayaan tersebut hasil yang pemenuhan kebutuhan hidupnya. Berdasarkan hasil
ditemukan di lapangan oleh peneliti, yaitu sebagai wawancara di atas dapat dikatakan bahwa pengrajin
berikut: Batik Betawi Terogong memiliki kemampuan untuk

Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 86 - 89 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

membeli komoditas besar seperti barang-barang secara sendiri atau terpisah dari pasangannya.
yang berharga tinggi sebagai penunjang kebutuhan Seperti tabungan yang akan bermanfaat jika
rumah tangga mereka dan alat komunikasi berupa digunakan dimasa yang akan dating jika sewaktu-
handphone untuk kemudahan berinteraksi dengan waktu dibutuhkan, hal ini menyatakan bahwa ketika
individu lain seperti yang disampaikan oleh Ibu seseorang sudah merasa cukup atas kebutuhan
Susan: dirinya maka akan menyisihkan sebagian uangnya
untuk disimpan agar bermanfaat untuk masa yang
“Dulu buat tambahan beli hp ini nihh, karena pas akan datang. Hal tersebut dilakukan oleh Ibu Ani,
waktu itu lagi rusak kan jadi ya mau gamau harus
dibelii buat kepentingan juga ya jaman sekarang…” “… walaupun kebutuhan banyak tapi harus tetep
(pengrajin Batik Betawi Terogong, 2020) nyisihin mbak, walaupun 10.000 sehari juga harus
pinter-pinter sekarang mah, kalo gak ngutang mulu
Dari sini tampak adanya taraf ekonomi yang sana sini…” (pengrajin batik 2020).
meningkat yang didapat dari hasil pemberdayaan
yang dilakukan oleh para pengrajin Batik Betawi Dari hasil penelitian tersebut, menyatakan
Terogong. Sebelumnya mereka tidak memiliki bahwa para pengrajin perempuan telah berusaha
mesin cuci dan handphone, namun setelah adanya mempunyai jaminan ekonomi keluarganya untuk
pemberdayaan tersebut mereka dapat memenuhi kepentingan di masa yang akan datang walaupun
kebutuhan rumah tangga ataupun dirinya sendiri. hanya sedikit-sedikit.

Terlibat dalam Keputusan-keputusan Rumah KESIMPULAN


Tangga
Kegiatan membatik pada kelompok
Merupakan suatu kondisi di mana individu masyarakat pengrajin Batik Betawi Terogong
memiliki kemampuan untuk pengambilan memberikan manfaat yang baik bagi pemberdayaan
keputusan secara mandiri mandiri ataupun bersama masyarakat, khususnya kaum perempuan di
suami dalam menyelesaikan keputusan yang akan wilayah, Cilandak Barat, Jakarta Selatan dengan
mempengaruhi anggota keluarga, misalnya meningkatnya taraf ekonomi untuk pemenuhan
mengenai renovasi rumah, pemilihan tempat kebutuhan keluarga. Maka dapat disimpulkan
pendidikan anak atau sekolah, mengangsur kredit bahwa proses dan hasil pemberdayaan yang
barang-barang atau membuat tabungan, membuka dilakukan oleh Batik Betawi Terogong yaitu
usaha sendiri dan lain sebagainya. meliputi tahap-tahap proses pemberdayaan (1)
Dari hasil penelitian yang dilakukan, Tahap penyadaran, pendiri Batik Betawi Terogong
ditemukan bahwa adanya keberanian dalam telah membuatkan pelatihan untuk memberikan
mengambil keputusan sebagaimana yang dilakukan materi seputar batik dan sekaligus memberikan
oleh Ibu Lala: motivasi kepada peserta seminar. Pengrajin Batik
Betawi Terogong menyadari bahwa dengan kondisi
“...ini Ibu sambil buka usaha warung juga, karena
mereka yang sedang kurang baik, membutuhkan
anak kan buka usaha cuci motor tuh, jadi saya bisa
buka warung minuman, indomie buat rame-ramein untuk meningkatkan kapasitas diri demi kehidupan
sekalian. Ngebatik juga Ibu di sini, jadi sambil yang lebih baik. Namun tidak banyak juga pengrajin
jagain warung kalo sepi sambil ngebatik gitu...” yang menyadari bukan dari sisi ekonominya saja,
(pengrajin Batik, 2020) tetapi juga ingin melestarikan budaya mereka yang
merupakan warisan nenek moyang masyarakat
Sehingga penelitian tersebut, dapat Betawi; (2) Tahap transformasi pengetahuan. Selain
disimpulkan bahwa pengrajin perempuan di Batik memberikan seminar motivasi, pemberdaya Batik
Betawi Terogong telah memiliki kemampuan dalam Betawi Terogong memberikan pengetahuan seputar
mengambil keputusan yang berguna untuk dirinya cara membatik dan bagaimana teknik-teknik yang
sendiri maupun keluarganya tanpa ada paksaan digunakan, dari mulai menggambar pola hingga
atau memberatkan pihak manapun. Pemberdaya melakukan pembelajaran tersebut
kepada siapa saja yang ingin bergabung menjadi
Jaminan Ekonomi dan Kontribusi dalam pengrajin Batik Betawi Terogong, namun jika ada
Keluarga anggota yang baru masuk ia bisa mengalihkannya
Kondisi jaminan pemenuhan kebutuhan kepada pengrajin senior untuk memberikan ilmu
ekonomi, dan kontribusi dalam keluarga merupakan yang sudah ia dapat selama menjadi pengrajin Batik
investasi jangka panjang yang dimiliki oleh individu Betawi Terogong; (3) Tahap peningkatan

Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 87 - 89 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

kemampuan intelektual, merupakan tahap di mana yang akan dating dengan menyisihkan sebagian
pemberdayaan diberikan dalam bentuk motivasi, penghasilan mereka dari membatik.
pelatihan dan bimbingan kepada para pengrajin
batik Betawi Terogong agar dapat meningkatkan DAFTAR PUSTAKA
kemampuan dan keahlian yang dimiliki supaya bisa
AA, M. A. P. (2007). Manajemen Sumber Daya
lebih mandiri, selain itu dengan keberdayaan dan
Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
kemandirian mereka dapat tetap terpelihara dengan
Adi, I, R. (2003). Pemberdayaan, Pengembangan
baik dan selanjutnya dapat membentuk kedewasaan
Masyarakat dan Intervensi Komunitas.
dalam bermasyarakat.
Lembaga. Depok: Fakutas Ekonomi
Hasil dari program pemberdayaan yang
Universitas Indonesia.
diperoleh para pengrajin Batik Betawi setelah
Aida Vitayala S. Hubeis. (2010). Pemberdayaan
bergabung dengan usaha Batik Betawi Terogong yaitu,
Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor: IPB
pertama, kebebasan mobilitas pengrajin Batik Betawi
Press.
Terogong telah menjadi lebih mandiri dalam
Ambar Teguh Sulistiyani. (2004). Kemitraan dan
berkeputusan dan mampu keluar dari rumah sendiri
Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava
untuk pemenuhan keperluan pribadi dan keluarga
Media.
tanpa bantuan orang lain. Kebebasan mobilitas yang
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif
mereka miliki juga digunakan untuk meningkatkan
Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.
kemampuan dan pengetahuan mengenai proses
membatik sehingga dapat bersosialisasi dengan baik
Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian
terhadap lingkungannya; kedua, kemampuan membeli Kualitatif; Teori dan Praktek. Jakarta: PT Bumi
komoditas kecil, yaitu Usaha Batik Betawi Terogong Aksara.
telah membatu para pengrajin perempuan untuk Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu
memiliki kemampuan membeli keperluan-keperluan Antropologi 1990. Jakarta: Rineka Cipta.
primer dalam rumah tangganya atau dirinya sendiri Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif.
dengan menggunakan uang hasil bekerja sebagai ed. revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
pengrajin Batik, sehingga kebutuhan mereka dapat Muhadjir, N. (1987). Ilmu Pendidikan dan Perubahan
tercukupi tanpa membebani atau mengandalkan uang Sosial Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta:
sang suami; ketiga, Kemampuan membeli komoditas Rake Sarasin
besar, para pengrajin Batik Betawi Terogong memiliki Purbasari, M. (2010). Indahnya Betawi. Jurnal
kemampuan untuk membeli komoditas besar seperti Humaniora, 1(1), 1.
barang-barang yang berharga tinggi sebagai penunjang https://doi.org/10.21512/humaniora.v1i1.21
kebutuhan rumah tangga mereka dan alat komunikasi 42
berupa handphone untuk kemudahan berinteraksi Purwadi. (2005). Upacara tradisional Jawa:
dengan individu lain. Di sini terlihat adanya menggali untaian kearifan lokal (Cet. 1.).
peningkatan ekonomi yang didapat dari hasil Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pemberdayaan yang dilakukan oleh para pengrajin Rohidi, T. R. (1992). Analisis kualitatif (deskripsi
batik Betawi Terogong dalam pembelian barang- singkat dalam konteks penelitian kualitatif).
barang tersier yang sebelumnya tidak terbeli, seperti PUSLIT - IKIP SEMARANG.
mesin cuci, telepon genggam, dan alat elektronik lain, Soedjatmoko. (1984). Etika Pembebasan Piihan
namun setelah adanya kegiatan pemberdayaan Karangan tentang Agama, Kebudayaan,
tersebut, mereka dapat memenuhi kebutuhan rumah Sejarah dan Ilmu Pengatahuan (1st ed.). LP3
tangga maupun dirinya sendiri; keempat, keterlibatan ES.
dalam keputusan-keputusan Rumah Tangga, yaitu Soekanto, S. (1982). Sosiologi: suatu pengantar (edisi
ketika para pengrajin perempuan di Batik Betawi kesatu). Bandung: Remadja Karya.
Terogong telah memiliki kemampuan dalam Soetomo. (2011). Pemberdayaan masyarakat.
mengambil keputusan yang berguna untuk dirinya Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
sendiri maupun keluarganya tanpa ada paksaan atau Sugiyono. (2007). Metode penelitian administrasi.
memberatkan pihak manapun; kelima, Jaminan Bandung: Alfabeta.
ekonomi dan kontribusi keluarga, para pengrajin Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif
perempuan telah berusaha mempunyai jaminan Kualitatif & R&D. Bandung: Alfabeta.
ekonomi keluarganya untuk kepentingan di masa Suharto, E. (2010). Membangun masyarakat
memberdayakan rakyat: Kajian strategis

Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 88 - 89 © 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
Pemberdayaan Perempuan... 10.15408/empati.v10i1.21505

pembangunan kesejahteraan sosial &


pekerjaan sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sumodiningrat, G. (1998). Membangun
perekonomian rakyat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Sutopo, H. B. (2006). Metodologi penelitian kualitatif


(2 nd ed). Surabaya: Sebelas Maret University
Press.
Suryana. 2010. Metode Penelitian Model Praktis
Penlitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
UPI
Wibowo, D, E. (2011). Peran ganda perempuan dan
kesetaraan gender. Yogyakarta: Muwazah.
Wrihatnolo, R. R. (2007). Manajemen pemberdayaan:
Sebuah pengantar dan panduan untuk
pemberdayaan masyarakat.
Yulistiani, I. (2001). Ragam Penelitian Kualitatif:
Penelitian Lapangan. Fakultas Sosial dan Ilmu
Politik UI.

SKRIPSI
Diana, A. (2015). Kontribusi Perempuan dalam
ekonomi keluarga (Studi kasus Home Industry
Kerupuk Ikan Ibu Sumarni di Dusun Suko Desa
Damarsi Kecamatan Buduran Kabupaten
Sidoarjo). Fakulas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UIN Sunan Ampel, Surabaya
Fiqih Akbar. (2017). Peran Perempuan Dalam
Meningkatkan Pendapatan Keluarga din
Industri Rumahan Primajaya Kelurahan
Kerukut Kecamatan Limo Kota Depok. Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
HIdayatullah, Jakarta

JURNAL
Ni Nyoman Seriati, S. (2013). Pemberdayaan
Masyarakat Desa dalam Melaksanakan
Revitalisasi Budaya Lokal “Bersih Desa” di
Ketingan, Sleman. Jurnal Penelitian Humaniora
18(1). Retrieved from www.pu.go.
Malik, A., & Mulyono, S. E. (2017). Pengembangan
Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal
melalui Pemberdayaan Masyarakat. Journal of
Nonformal Education and Community
Empowerment, 1(1), 87–101.
https://doi.org/10.15294/pls.v1i1.15151

ARTIKEL
Republika Online. (2020). Kearifan Lokal Batik
Betawi Terogong. (n.d.). Retrieved from
https://republika.co.id/berita/puz21g366/na
sional/jabodetabek-
nasional/19/07/17/puqwwr284-kearifan-
lokal-batik-betawi-terogong

© 2021 Empati: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial


Vol. 10, No. 1 (2021): Empati Edisi Juni 2021 89-89

You might also like