You are on page 1of 10

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p.

057-066
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

Analisis Angkutan Sedimen Sungai Welang


Pasuruan Menggunakan Aplikasi HEC-RAS
Muhammad Iqbal Saifuddin Zuhri1*, Dian Sisinggih1, Runi
Asmaranto1
1
Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Jalan MT.
Haryono No. 167, Malang, 65145, INDONESIA

*Korespondensi Email: iqbalszuhri@gmail.com

Abstract: Welang River is one of the rivers that cross Pasuruan Regency with the
upper reaches of the river being on Mount Welirang. The capacity of the Welang
River is no longer able to accommodate and flow the magnitude of flood discharge,
The causes is erosion and sedimentation. Therefore, it is necessary to carry out
sediment transport analysis using the HEC-RAS application. To be able to do
modeling, several data are needed, including topographic data, dominant discharge
data (14.91 m3/second), design flood data (435.04 m3/second), and gradation data of
Welang River sediment grains. Before do modeling, it is necessary to calibrate and
validate the transport method that is closest to the existing field conditions. The way
to calibrate the transport method is by sedimentation modelling in 2019-2021, the
result that is closest by the existing condition is Meyer Peter Muller with an NSE
value of 0.69. The modelling for 5 years (2022-2027) found that the Welang River
sediment transport was 1.86 x 10 tons per year with changes in aggradation and
degradation of an average of 0.4 m. The Planning of Normalization is to improve the
slope due to sedimentation with a volume of excavations 110,669 m3. And to prevent
the flood, levees was added with height average of 1,4 m.

Keywords: River, Sediment Transport, HEC-RAS

Abstrak: Sungai Welang merupakan salah satu sungai yang melintasi Kabupaten
Pasuruan dengan hulu sungai berada di Gunung Welirang. Daya tampung Sungai
Welang sudah tidak mampu menampung dan mengalirkan besarnya debit banjir,
salah satu penyebabnya adalah karena terjadi erosi dan sedimentasi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan analisis angkutan sedimen menggunakan aplikasi HEC-RAS. Untuk
dapat melakukan pemodelan dibutuhkan beberapa data antara lain data topografi, data
debit dominan (14,91 m3/detik), data banjir rencana (435,04 m3/detik), dan data
gradasi butiran sedimen Sungai Welang. Sebelum dilakukan pemodelan, perlu
dilakukan kalibrasi dan validasi untuk menentukan metode pengangkutan yang paling
mendekati dengan kondisi lapangan yang ada. Kalibrasi dilakukan dengan melakukan
pemodelan sedimentasi pada tahun 2019 – 2021, hasilnya adalah metode yang paling
mendekati Meyer Peter Muller dengan nilai NSE 0,69. Pemodelan angkutan sedimen
yang dilakukan selama 5 tahun (2022-2027) didapatkan bahwa besar angkutan
sedimen Sungai Welang adalah sebesar 1,86 x 10 ton per tahunnya dengan perubahan
agradasi dan degradasi rata-rata sebesar 0,4 m. Perencanaan normalisasi dilakukan

*Penulis korespendensi: iqbalszuhri@gmail.com


Zuhri, M. I. S. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 057-066

dengan perbaikan slope akibat sedimentasi dengan volume galian sebesar 110.669
m3, serta penambahan tanggul dengan tinggi rata-rata 1,4 m agar tidak terjadi
limpasan.

Kata kunci: Sungai, Angkutan Sedimen, HEC-RAS

1. Pendahuluan
Banjir merupakan permasalahan yang sering terjadi di Indonesia, penyebabnya adalah akibat curah
hujan yang tinggi dan sungai yang tidak dapat menampung debit banjir tersebut. Ketidakmampuan
Sungai dalam menampung debit banjir disebabkan oleh kapasitas sungai yang mengalami perubahan
volume tampungan akibat adanya erosi dan sedimentasi.
Erosi seringkali terjadi di bagian hulu, salah satu faktor pengaruh erosi adalah vegetasi penutup
tanah dan tata guna lahan. Sedangkan proses sedimentasi merupakan proses dimana terkumpulnya
butir-butir tanah yang terjadi karena kecepatan aliran air yang mengangkut bahan sedimen hingga
mencapai kecepatan pengendapan (settling velocity). Sedimen pada umumnya mengendap pada daerah
genangan banjir, saluran air, sungai, dan waduk. [1]
Hampir setiap tahun Sungai Welang mengalami kejadian banjir. Akibatnya adalah ruas jalan
nasional tergenang dengan durasi 5-12 jam dan mengakibatkan kemacetan yang parah. Selain itu banjir
juga seringkali merendam 2 desa dengan ketinggian mencapai 0,4 m. [2]
Beberapa usaha untuk menanggulangi permasalahan banjir pada Sungai Welang adalah dengan
pembangunan tanggul dan normalisasi untuk meningkatkan kapasitas sungai. Oleh karena itu, untuk
mengetahui angkutan sedimen, perubahan morfologi sungai dan pengendalian banjir Sungai Welang
dilakukan pemodelan angkutan sedimen menggunakan bantuan aplikasi HEC-RAS.
2. Bahan dan Metode
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian berlokasi pada Sungai Welang, Kabupaten Pasuruan. Sungai Welang terletak pada DAS
Welang dengan bagian hulu merupakan Gunung Arjuno dan Gunung Bromo. Ruas sungai yang
digunakan adalah pada bagian hilir dengan panjang 3,95 km dan terletak pada Kelurahan Dhompo
Kecamatan Kraton, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1;

Gambar 1: Peta Lokasi Penelitian

58
Zuhri, M. I. S. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 057-066

2.2 Data Penelitian


Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder, beberapa data
tersebut antara lain;
1. Data Gradasi Butiran Sedimen
Data gradasi merupakan data primer yang diambil dengan cara mengambil sampel sedimen
Sungai Welang dan kemudian diuji dalam laboratorium.
2. Data debit harian
Data debit harian AWLR Dhompo yang diperlukan adalah 10 tahun terakhir. Digunakan dalam
menentukan debit dominan dan debit banjir rancangan.
3. Data topografi Sungai Welang
Data topografi Sungai Welang digunakan untuk input dalam pemodelan.
4. Data Sondir
Data sondir diperlukan untuk mengetahui kedalaman tanah keras pada Sungai Welang
2.3 Metode Penelitian
2.3.1 Analisis Hidrologi
1. Debit Banjir Rancangan
Debit banjir rancangan ditentukan dengan menggunakan metode log pearson tipe III
menggunakan debit harian maksimum tahunan tahun 2003-2021. [3]

𝐿𝑜𝑔𝑋 = 𝐿𝑜𝑔𝑋̅ + 𝐺. 𝑆𝑑 Pers. 1


2. Uji Distribusi
Uji kecocokan distribusi yang digunakan adalah uji Smirnov-Kolmogorov dan Uji Chi Square
untuk mengetahui apakah data debit tersebut sesuai.
3. Debit Dominan
Debit dominan merupakan debit yang berpengaruh pada perubahan morfologi pada sungai.
Penentuan debit dominan dilakukan dengan menggunakan grafik shield modifikasi [4],
berdasarkan kecepatan geser butiran sedimen Sungai Welang.

𝑈 ∗ = √𝑔 . ℎ . 𝐼 Pers. 2

Dimana U8 = Kecepatan geser (m/detik), h = Kedalaman (m), dan I = Kemiringan dinamis


saluran (m)
2.3.2 Analisis Gradasi Butiran Sedimen
Untuk mendapatkan gradasi butiran sedimen Sungai Welang dilakukan pengambilan sampel pada
3 titik ruas sungai analisa. Lokasi sampling ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah. Selanjutnya
dilakukan uji ayakan (sieve test) di dalam laboratorium.

Gambar 2: Peta Lokasi Sampling

59
Zuhri, M. I. S. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 057-066

2.3.3 Kalibrasi dan Validasi Metode Angkutan Sedimen


Dalam Aplikasi HEC-RAS terdapat beberapa metode angkutan sedimen yang digunakan antara
lain, metode Ackers White untuk menghitung total load [5];
𝐺𝑔𝑟 𝛾𝑠 𝐷50
𝑋= 𝑈 𝑛
Pers. 3
𝐻( )
𝑉

Dimana, X = Konsentrasi angkutan sedimen (ppm), Ggr = Tingkat angkutan sedimen tak
berdimensi, 𝛾𝑠 = Berat jenis sedimen (kg/m3), D50 = Diameter butiran (m), H = Kedalaman rata-rata (m)

Metode Engelund Hansen untuk angkutan sedimen berupa pasir;


3
3
𝜏𝑏 2 𝑑 𝑑
𝑔𝑠 = 𝑉2 ( ) 50 2 ∗ 50
√𝑔(𝛾𝑠−1) = 𝑉 (𝜏 )2 √𝑔(𝛾𝑠−1) Pers. 4
(𝛾𝑠 −𝛾)𝑑50
𝛾 𝛾

Dengan, gs = Transport sedimen (kg), γ = Berat jenis air (kg/m3), 𝛾𝑠 = Berat jenis sedimen (kg/m3),
𝜏𝑏 = Tegangan geser, 𝜏 ∗ = Angka shield, dan d50 = Diameter butiran

Metode Meyer-Peter Muller (MPM), yang merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
analisa angkutan sedimen pada saat ini [6];
3
1 2
𝐾 2
𝛾 ( 𝑠) 𝑅 𝑆𝑠 = 0,047 (𝛾𝑠 − 𝛾)𝑑 + 0,25 𝜌 3 𝑞𝑏 3 Pers. 5
𝐾𝑟

Dengan, 𝛾𝑠 = Berat jenis sedimen (kg/m3), 𝛾 = Berat jenis air (kg/m3), R = Jari-jari hidrolik (m), Ss
= Kemiringan garis energi, D = Diameter rata-rata sedimen (m), 𝜌 = Massa jenis air (kg/m3), qb = Bed
load dalam saluran (kg/s/m) berat per waktu dan lebar (K s/Kr), Ss = Konstanta untuk Sr
Dikarenakan setiap fungsi transport sedimen dikembangkan pada kondisi yang berbeda-beda, maka
diperlukan validasi terhadap keakuratan simulasi [7]. Kalibrasi dan validasi dilakukan dengan
mencocokkan morfologi sungai pada tahun 2021 dengan hasil pemodelan pada aplikasi HEC-RAS,
kemudian nilai tersebut dievaluasi menggunakan metode NSE (Nash-Sutcliffe efficiency). Metode yang
memiliki nilai NSE mendekati 1 akan digunakan dalam analisis selanjutnya. [8]
2
𝑜𝑏𝑠 𝑠𝑖𝑚
∑𝑛
𝑁𝑆𝐸 = 1 − [ 𝑖=1(𝑌𝑖 −𝑌𝑖 ) Pers. 6
2]
𝑜𝑏𝑠 𝑚𝑒𝑎𝑛
∑𝑛
𝑖=1(𝑌𝑖 −𝑌 )
2.3.4 Simulasi Model HEC-RAS
1. Geometry
Data geometri yang digunakan dalam pemodelan adalah data topografi sungai berupa cross
section dan potongan memanjang [9] hasil pengukuran pada tahun 2021.
2. Data Sedimen
Gradasi sedimen pada 3 titik yang telah didapatkan di-input pada menu define bed gradation.
Pada titik selain 3 titik tersebut, dilakukan interpolasi secara otomatis. Data sondir digunakan
dalam kedalaman maksimal gerusan.
3. Boundary Condition
Boundary condition pada simulasi pemodelan ini pada adalah flow-series yang berupa debit
dominan selama 5 tahun. Sedangkan Boundary condition sedimen digunakan sediment load.

60
Zuhri, M. I. S. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 057-066

4. Analisis Angkutan Sedimen dan Perubahan Morfologi Sungai


Hasil pemodelan angkutan sedimen dapat berupa jumlah total angkutan tiap cross section,
perubahan berdasarkan waktu, dan besar perubahan morfologi yang dapat divisualisasikan
dalam bentuk grafik maupun angka.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Analisis Hidrologi
3.1.1 Debit banjir rancangan
Data debit harian maksimum tahunan diambil dengan mengambil nilai debit yang paling tinggi
setiap harinya hasil pencatatan pada AWLR Dhompo. Kemudian digunakan distribusi log pearson III
untuk menentukan debit banjir rancangan. Debit banjir rancangan Sungai Welang ditunjukkan pada
tabel 1;
Tabel 1: Perhitungan debit rancangan Log Pearson III

Kala Ulang Debit Rancangan


No G
(Tahun) (m3/detik)
1 1,01 -1,822 14,91
4 2 -0,112 68,510
5 5 0,792 153,46
6 10 1,332 248,30
7 20 1,751 360,92
8 25 1,961 435,04
9 50 2,396 641,52
10 100 2,809 926,61

Selanjutnya data hasil distribusi Log Pearson III diuji menggunakan uji Smirnov-Kolmogorof.
Hasilnya adalah Nilai Δkritis untuk data berjumlah 19 dengan derajat kepercayaan (α) 5% adalah 0,30
atau 30%. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Δmax sebesar 11,64% yang berarti bahwa Δmax < Δkritis.
Dapat disimpulkan bahwa sebaran data untuk distribusi Log Pearson III pada uji Smirnov Kolmogorof
diterima. Sedangkan pada Uji Chi Square didapatkan Nilai X2kritis untuk data berjumlah 19 dengan
derajat bebas 2 dan derajat kepercayaan (α) 5% adalah 5,99. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
X2hitung sebesar 3,895 yang berarti bahwa X2hitung < X2kritis. Dapat disimpulkan bahwa sebaran data untuk
distribusi Log Pearson III pada uji Chi Square diterima.

3.1.1 Debit dominan


Debit dominan dipilih berdasarkan debit rancangan yang telah dihitung sebelumnya. Debit yang
digunakan adalah debit yang dapat menggerakkan butiran sedimen d 50. Penentuan kecepatan geser kritis
(U*cr) menggunakan grafik shield modifikasi yang disajikan pada Gambar 3. Dengan d50 = 1,09 mm
𝑈 ∗2
(Gambar 4), dan bilangan reynolds (R) = 87,2 maka didapatkan 𝜌𝑠−𝜌𝐶𝑟
𝑤
= 5 . 10-2 (Gambar 3).
𝑔𝑑
𝜌𝑤

Jika 𝜌𝑠 = 2650 kg/m3, 𝜌𝑤 = 1000 kg/m3 dan g = 9,81 m/detik2, maka U*cr = 0,030 m/detik. Jika
U* > U*cr maka butiran bergerak. Rekapitulasi perhitungan pergerakan butiran terdapat pada tabel 2
dibawah ini. Karena pada kala ulang (T) terendah yakni 1,01 dengan persentase kejadian (P) 99%
butiran sudah bergerak, maka debit dominan yang digunakan untuk memprediksi sedimentasi pada
Sungai Welang adalah Q1,01 yakni 14,91 m3/detik.

61
Zuhri, M. I. S. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 057-066

Gambar 3: Grafik Shield Modifikasi

Tabel 2: Perhitungan Gerak Butiran

T Q h U* U*cr
3 Keterangan
(tahun) (m /detik) (m) (m/detik) (m/detik)
1,01 14,91 0,85 0,096 0,030 Bergerak
1,11 68,510 1,03 0,106 0,030 Bergerak
1,25 153,46 1,14 0,111 0,030 Bergerak
2 248,30 1,43 0,124 0,030 Bergerak
5 360,92 1,88 0,143 0,030 Bergerak
10 435,04 2,22 0,155 0,030 Bergerak
20 641,52 2,52 0,165 0,030 Bergerak
25 926,61 2,69 0,170 0,030 Bergerak
50 14,91 3,07 0,182 0,030 Bergerak
100 68,510 3,48 0,194 0,030 Bergerak

3.2 Sedimen Sungai Welang


Dari hasil sampling dan uji ayakan didapatkan bahwa d50 Sungai Welang sebesar 1,09 mm, gradasi
butiran pada tiap-tiap titik pengambilan disajikan pada Gambar 4 di bawah ini;

D50 = 2,71 D50 = 0,46

62
Zuhri, M. I. S. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 057-066

D50 =

Gambar 4: Gradasi Butiran Sungai Welang

3.3 Kalibrasi dan Validasi Metode Angkutan

Validasi angkutan menggunakan 5 metode angkutan sedimen, Ackers-White, Engelund Hansen,


Laursen (Copeland), Meyer Peter Muller dan Toffaleti dengan cara membandingkan morfologi pada
tahun . Dari ke-lima metode tersebut Meyer Peter Muller dan Engelund Hansen mendapatkan nilai NSE
tertinggi, yaitu 0,670 dan 0,551. Selanjutnya kedua metode tersebut dilakukan kalibrasi untuk
mendapatkan nilai NSE terbaik. Kalibrasi dilakukan dengan mengubah scale factor yang ada pada menu
transport function and calibration metode ini dipilih karena merupakan metode yang direkomendasikan
[6]. Dari hasil kalibrasi didapatkan bahwa kondisi model yang paling mendekati kondisi di lapangan
adalah dengan menggunakan transport function scale factor 0,3 dan critical mobility 0,4, dengan nilai
NSE pada Tabel 3 di bawah;
Tabel 3: Nilai NSE Hasil Kalibrasi

No. Metode Nilai NSE Interpretasi


1 Engelund Hansen 0,638 Memenuhi
2 Meyer Peter Muller 0,690 Memenuhi

3.3 Simulasi model HEC-RAS


Pemodelan dilakukan menggunakan metode Meyer-Peter Muller dan debit dominan (Q1th) selama
5 tahun (2021-2027). Dari pemodelan tersebut didapatkan bahwa volume angkutan sedimen Sungai
Welang adalah sebesar 6,38 x 104 m3 atau rata-rata angkutannya sebesar 1,28 x 104 m3 per tahun. Jika
diubah ke dalam satuan massa maka angkutan sedimen sungai Welang adalah sebesar 9,30 x 10 4 ton
atau rata-rata sebesar 1,86 x 104 ton per tahunnya.
Terjadi perubahan morfologi Sungai Welang hasil pemodelan, kondisi awal slope adalah 0,11%
berubah menjadi 0,09% hal ini menunjukkan bahwa slope Sungai Welang semakin landau. Perubahan
morfologi tersebut terbagi menjadi 3 bagian, di bagian hulu cenderung mengalami degradasi dengan
perubahan rata-rata 0,4 m, di bagian tengah mengalami agradasi dengan rata-rata sebesar 0,3 m dan di
bagian hilir Sungai Welang mengalami degradasi dengan rata-rata kedalaman 0,7 m. Perubahan
morfologi Sungai Welang dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini;

63
Zuhri, M. I. S. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 057-066

6.0
Perubahan Dasar Sungai Welang
5.0 Selama 5 Tahun

4.0
Elevasi (m)

3.0

2.0

1.0

0.0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Jarak (m)
Elevasi 2021 Elevasi 2027

Gambar 5: Perubahan Elevasi Dasar Sungai Welang Hasil Pemodelan

3.4 Perencanaan Pengendalian Banjir


Kondisi eksisting Sungai Welang yang dipengaruhi sedimentasi pada tahun 2027 hasil pemodelan
HEC-RAS dengan debit kala ulang 25 tahun (Q 25th), seluruh cross section mengalami limpasan dengan
tinggi rata-rata 1,8 m (Gambar 6). Untuk itu, perlu dilakukan upaya penanggulangan banjir Sungai
Welang. Beberapa upaya dalam pengendalian banjir adalah dengan normalisasi dan pembangunan
tanggul. [10]

Gambar 6: Kondisi eksisting Sungai Welang pada debit banjir kala ulang 25 tahun

Upaya yang dilakukan adalah dengan memperbaiki slope Sungai Welang. Perbaikan dilakukan
dengan normalisasi yaitu mengubah slope 0,09% menjadi 0,15% selain itu, normalisasi dilakukan
dengan memperhatikan kondisi eksisting sekitar sungai, volume galian untuk normalisasi adalah
sebesar 110.669 m3. Hasilnya banjir hanya surut sebesar 0,4 m, namun belum dapat menanggulangi
limpasan Q25th Sungai Welang, untuk itu perlu dilakukan penanganan lebih lanjut. Upaya selanjutnya
adalah dengan menambahkan tanggul dengan rata-rata 1,4 m pada sisi kiri dan kanan Sungai. Hasilnya
dapat dilihat pada Gambar 4 dimana limpasan dari debit Q25th Sungai Welang dapat dikendalikan.

64
Zuhri, M. I. S. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 057-066

Gambar 7: Kondisi pasca penanganan Sungai Welang pada debit banjir kala ulang 25 tahun

4. Kesimpulan
1. Terjadi perubahan kemiringan dasar Sungai Welang yang awalnya 0,11% menjadi 0,09%.
Perubahan pada 0-1,5 km dari hulu adalah degradasi rata-rata sebesar 0,4 m, 1,5-3 km adalah
agradasi rata-rata sebesar 0,3 m dan 3-3,8 km adalah degradasi rata-rata sebesar 0,7 m
2. Dengan pemodelan menggunakan debit dominan (Q 1,01th) sebesar 14,91 m3/detik selama 5 tahun
(2021-2027) angkutan sedimen Sungai Welang adalah sebesar 6,38 x 104 m 3 dengan rata-rata
angkutannya sebesar 1,28 x 104 m3 per tahun, atau sebesar 9,30 x 104 ton dengan rata-rata
sebesar 1,86 x 104 ton per tahunnya.
3. Pengendalian banjir Sungai Welang dilakukan dengan cara normalisasi dengan volume galian
110.669 m3 dan penambahan tanggul dengan tinggi rata-rata 1,4 m agar tidak terjadi limpasan
pada saat debit kala ulang Q25th (435,04 m3/detik).
Ucapan Terima kasih
Ucapan terima kasih diucapkan kepada Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur khususnya
UPT PSDA WS Welang-Pekalen, Pasuruan yang telah men-support data dalam keperluan penelitian
ini.
Daftar Pustaka
[1] Arsyad. S, “Konservasi Tanah dan Air,” Bogor: IPB Press, 2010
[2] M. Arifin, “3 Bulan 4 Kali Banjir Pasuruan, Warga: Tak Tahu Lagi Harus Ngadu ke Mana,”
detikjatim, 30 Maret, 2022. [Online]. Tersedia: https://www.detik.com/jatim/berita/d-
6008228/3-bulan-4-kali-banjir-pasuruan-warga-tak-tahu-lagi-harus-ngadu-ke-mana. [Diakses
11 Juli 2022]
[3] Soewarno, “Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data.” Bandung: Nova, 1995.
[4] Dwi. P, “Teknik Pengangkutan Sedimen,” Himpunan Mahasiswa Pengairan, Universitas
Brawijaya, 1987.
[5] Anonymous, “HEC-RAS Sediment Transport, User’s Manual”. Hydraulic reference Manual
USACE (Institute for Water Resources, Hydrologic Engineering Center) California.
[6] M. Pragnjono, “Sedimen Transpor,” Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil
Universitas Gadjah Mada, 1988.

65
Zuhri, M. I. S. et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 057-066

[7] Dian. S et al., “Sediment transport function in HEC-RAS 4.0 and their evaluation using data
from sediment flushing of Wlingi reservoir – Indonesia,” IOP Conf. Series: Earth and
Environmental Science 437 (2020) 012014, doi:10.1088/1755-1315/437/1/012014.
[8] D. N. Moriasi, Hydrologic and Water Quality Models: “Performance Measures and Evaluation
Criteria,” American Society of Agricultural and Biological Engineers, vol. 58(6): 1763-1785,
pp/ 1763-1785, doi:10.13031/trans.58.10715.
[9] Runi. A, “HEC-GeoRAS Panduan Praktis Insinyur Pengairan Untuk Analisa Hidrolika Sungai
– Genangan Banjir,” Malang: CV. AE Media Grafika
[10] Sosrodarsono, “Perbaikan dan Pengaturan Sungai,” Jakarta: PT Pradya Paramita, 1994.

66

You might also like