You are on page 1of 12

Indonesian Journal of Educational Assessment

p-ISSN : 2655-2892
e-ISSN : 2684-8074
http://ijeajournal.kemdikbud.go.id

PENGARUH KEBIASAAN SISWA MENJAWAB SOAL URAIAN


TERHADAP HASIL UN 2018

The Influence of Student Habits in Answering The Essay Questions toward


to the 2018 UN Results

Safari
Pusat Penilaian Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta Pusat
E-mail: safari_puspendik@yahoo.com

Naskah Diterima Tanggal 9 Agustus 2019 – Direvisi Akhir Tanggal 6 Oktober 2019 –
Disetujui Tanggal 20 November 2019 – Publikasi Online: 29 Desember 2019

Abstract. The main purpose of this study is to answer the following question Is there any influences of
students' habits in answering the essay questions toward the results of the 2018 SMP National Exam (UN)?
The population of this study was SMP students who participated in the 2018 UN. The data in this study is
provide in the form of test scores and student answers on questionnaires taken from 34 provinces
throughout Indonesia. The questionnaire was filled in voluntarily on the last day of the UN, so the number
of respondents who filled out the questionnaire was 3.224.331 students from 37.859 junior high schools.
These respondents is a sample in this study. Based on the results of the T-test analysis, the following results
were obtained. The effect of students' habits in answering the essay questions on 2018 UN results is proven.
This means that there is a significant difference (P <0,000) between students who are used to and are not
used to answer essay questions on the results of the 2018 National Examination. The conclusion is that
there is a significant difference between the students who are used to and not used to answer essay
questions toward the results of the National Examination 2018 for subjects: Indonesian, English,
Mathematics, and Natural Sciences, (Sig. 0,000).
Keywords: habits, students, junior high school, description, UN.

PENDAHULUAN kompetensi dasar (KD) dapat ditanyakan hanya


Mulai tahun 2018 ujian nasional (UN) dengan bentuk soal yang seragam atau sama, yaitu
menggunakan bentuk soal uraian di samping bentuk bentuk pilihan ganda. Contoh isi teks/bacaan dalam
soal pilihan ganda. Proporsinya adalah bentuk soal tes AKSI SMP/MTs 2019 tentang wilayah antartika
pilihan ganda sebanyak 90% dan soal bentuk uraian yang letaknya berada di kutub selatan.
sebanyak 10%. Berdasarkan hasil penelitian bentuk Materi/kompetensi ini tidak bisa ditanyakan dengan
soal yang dipergunakan dalam ujian dapat bentuk pilihan ganda seperti ini apalagi uraian,
mempengaruhi pembelajaran (Wallerstedt dkk., (misal soalnya adalah “Wilayah antartika terletak
2012). Butir soal pilihan ganda (PG) dan butir soal pada kutub .... a. Selatan* b. Utara c. Barat d. Timur
uraian (U) memiliki indeks kesulitan dan e. Tenggara) karena materi yang dipergunakan
diskriminasi yang tidak sama, meskipun indeks untuk membuat pengecoh yang logis hanya ada satu
kesulitan adalah relatif sama, tetapi dalam hal yaitu kutub utara. Apabila ada guru yang membuat
indeks diskriminasi bentuk soal uraian adalah lebih pengecoh kutub: barat, timur, tenggara. Kutub ini
baik (Dhakal dkk., 2018). Hal ini menunjukkan tidak ada karena tidak logis, Tuhan tidak pernah
bahwa setiap bentuk soal memiliki kelebihan dan menciptakan kutub barat, timur, dan tenggara.
kelemahan masing-masing. Dalam kenyataannya Contoh dalam IPA seperti jenis gerhana, yaitu
tidak semua materi atau kompetensi dalam hanya gerhana matahari dan bulan, pengecoh
gerhana bintang, planet dllnya itu tidak logis. Dalam
Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, jenis kalimat logis, bukan asal. Misal kunci jawaban yang
hanya dua, yaitu: kalimat aktif dan pasif, pengecoh berbentuk angka, pengecohnya asal dibuatkan
setengah aktif dan setengah pasif atau lainnya itu dengan cara menuliskan angka-angka di atasnya
tidak logis. Dalam matematika seperti: genap dan (naik) atau angka-angka di bawahnya (turun). Bila
ganjil, pembilang dan penyebut, pengecoh setengah siswa sudah terbiasa menjawab soal dengan
pembilang dan setengah penyebut atau lainnya itu pengecoh yang tidak logis seperti itu, siswa akan
tidak logis. Materi atau kompetensi seperti itu hanya merasa kesulitan bila menjawab soal yang tingkat
tepat diujikan dengan bentuk isian, jawaban singkat, validitas dan reliabilitasnya tinggi termasuk
menjodohkan, dan benar-salah. Materi/kompetensi menjawab bentuk soal uraian. Perhatikan contoh
yang ditanyakan dengan bentuk pilihan ganda, pembuatan pengecoh yang logis pada Gambar 1
soalnya harus dapat dibuatkan pengecoh dengan berikut.

48:4-2x3= ....
a. 6*
b. 8
c. 30
d. 72

Gambar 1: Contoh Pembuatan Pengecoh yang Logis


Penjelasan:
Kunci : 48 : 4 – 2 x 3 = 12 – 6 = 6.
Pengecoh B : 48 : 4 – 2 x 3 = 48 : 2 x 3 = 48 : 6 = 8.
Pengecoh C : 48 : 4 – 2 x 3 = 12 – 2 x 3 = 10 x 3 = 30.
Pengecoh D : 48 : 4 – 2 x 3 = 48 : 2 x 3 = 24 x 3 = 72.

Pembuatan pengecoh yang logis seperti itu Essay Scoring (AES). AES dikembangkan dengan
sangat penting untuk remedial siswa, yaitu tujuan untuk mengatasi masalah waktu, biaya, dan
mengetahui kesalahan siswa dengan tepat, sehingga keandalan dalam penilaian tertulis. Program ini
guru dapat dengan mudah memberitahunya. Contoh dapat digunakan dalam penilaian kelas berisiko
soal uraian seperti, tuliskan 5 sila Pancasila! (Skor rendah untuk memudahkan para guru dalam
5). Pedoman penskorannya berisi 5 sila Pancasila, rutinitas penilaian uraian. Program ini didesain
yang setiap sila diberi skor 1, sehingga skor hanya untuk menskor yang menggunakan bahasa
maksimumnya 5. Jadi setiap bentuk soal memiliki Inggris (Wong dan Bong, 2019).
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Perhatikan jawaban soal uraian yang
Bentuk soal pilihan ganda yang paling sulit dikerjakan siswa SMP dalam komputer seperti
adalah menyusun pengecohnya, sedangkan bentuk berikut. Disajikan teks yang berjudul “Antartika:
soal uraian yang paling sulit adalah menyusun Daratan Es” yang berisi teks dan surat orang yang
pedoman penskoran atau rubriknya yang objektif. berdomisili di sana. Soal nomor 1, siswa harus
Apalagi sistem koreksi lembar jawaban siswa masih menjawab pertanyaan, “Berikan dua alasan
dilakukan secara manual. Masalahnya adalah bila mengapa orang mengunjungi Antartika tidak pada
penskornya lebih dari satu orang, unsur subjektivitas bulan antara April dan September?” Pedoman
antarpenilai dipertanyakan lihat Tabel 3. Walaupun penskoran, jawaban siswa, dan hasil penskoran
sekarang sudah ada program yang dipergunakan antar-penilai seperti pada Tabel 1, 2, dan 3.
untuk menskor soal uraian namanya Automated

Tabel 1. Pedoman Penskoran


Skor Aspek yang Dinilai
2 Jika siswa menjawab (1) karena bulan April musim dingin dan (2) suasana bulan
April sangat gelap.
1 Jika siswa benar menjawab salah satu jawaban
0 Jika siswa salah menjawab dari pernyataan
9 Tidak menjawab

Tabel 2. Jawaban Siswa


Nilai Menurut Penskor
Siswa Jawaban Siswa
Guru A
A Bacaan di samping menyampaikan segala sesuatu yang kamu perlu 1
ketahui tentang antartika.
-Pada bulan april sampai september di antartika suhu rata-rata di
antartika mencapai -89 celsius.
-Pada bulan april sampai september di antartika air panas yang
dilemparkan keluar akan membeku sebelum mencapai es.

PENGARUH KEBIASAAN SISWA MENJAWAB SOAL URAIAN TERHADAP HASIL UN 2018. Safari 21
Nilai Menurut Penskor
Siswa Jawaban Siswa
Guru A
B 1-Karena pada bulan april dan september di benua antartika 2
bermusim dingin dan
2- karena pada bulan april dan september di benua antartika selalu
gelap selama enam bulan.
C Indah dan menakjubkan 0
D 9
E Karena pada saat bulan tersebut kutub akan lebih dingin karena 1
musim hujan
F 1-Pada bulan april-september, antartika selalu gelap sehingga susah 2
untuk melacak.
2- Suhu rata-rata pada musim dingin di bulan april-september
mencapai -89 derajat celcius.
dst ....
Sumber: Puspendik Balitbang Kemdikbud 2019.

Tabel 3. Hasil Penskoran Antar-Penilai Pada 10 Lembar Jawaban Siswa Untuk Butir Soal Nomor 1 (Setelah Berdiskusi).
Penskor Guru A Guru B Guru C Guru D Guru E
Guru A 10 10 10 10 9
Guru B 10 10 10 10 9
Guru C 10 10 10 10 9
Guru D 10 10 10 10 9
Guru E 9 9 9 9 10

Penskor Guru F Guru G Guru H Guru I Guru J


Guru F 10 10 10 9 10
Guru G 10 10 10 9 10
Guru H 10 10 10 8 10
Guru I 10 10 10 9 8
Guru J 10 10 10 8 10

Tabel 2 menunjukkan bahwa jawaban siswa Bentuk uraian menjadi lebih tepat “untuk
untuk satu butir soal sangat bervariasi. Ada siswa tujuan refleksi pengetahuan seseorang dalam materi
yang menjawab dengan uraian yang panjang (siswa pelajaran” (Zeidner,1987, hlm. 357; lihat juga
A), ada yang pendek (siswa C dan E), ada juga yang Parmenter, 2009). Bentuk uraian sebagai bentuk
dikosongkan seperti siswa D. Siswa dapat menjawab penilaian yang lebih otentik daripada bentuk lainnya
benar soal itu, tergantung pada tingkat pemahaman (Jacobs & Chase, 1992; Lukhele, Thissen, &
isi teks dan inti pertanyaan yang dipahami siswa. Wainer, 1993; Reiner et al., 2002; Wiggins, 2011).
Bila siswa sudah terbiasa menjawab soal uraian Karena bentuk uraian dapat mengukur pertanyaan
seperti itu ada asumsi bahwa siswa akan lebih atau tugas yang lebih kompleks dan membutuhkan
mudah dan cepat menjawab pertanyaannya dengan tanggapan yang harus dikonstruksi sendiri oleh
tepat dibandingkan dengan siswa yang tidak biasa siswa daripada sekadar mengenali respons yang
atau jarang menjawab soal uraian seperti itu. benar dalam seleksi yang ditentukan sebelumnya
Banyak ahli mengatakan bahwa tingkat keseringan (Walstad, 2006), Dengan demikian, ujian esai dapat
menjawab soal bentuk uraian akan memiliki menghindari perilaku menebak siswa (Clay, 2001;
keuntungan di antaranya adalah potensi untuk Jacobs & Chase, 1992; Parmenter, 2009).
memunculkan keterampilan kognitif tingkat yang Menjawab soal uraian sangat erat dengan
lebih tinggi akan lebih mudah (Clay, 2001; Pusat penerapan keterampilan menulis (Dar & Khan,
Penelitian Pembelajaran dan Pengajaran [CRLT], 2015; Hyland, 2003; Mahboob, 2014). Kellogg
2016; Jacobs & Chase, 1992; Nilson, 2017; (2001) berpendapat bahwa menulis adalah proses
Parmenter, 2009; Reiner, Bothell, Sudweeks, & pengenalan yang menguji memori, kemampuan
Wood, 2002; Scouller, 1998; Walstad, 2006). berpikir dan perintah verbal untuk secara sukses
Dengan jawaban soal uraian, guru dapat menilai mengekspresikan ide-ide; karena komposisi teks
alasan siswa, pemikiran kritis, kreativitas, atau yang mahir menunjukkan keberhasilan
kemampuan untuk menyintesis material atau pembelajaran bahasa kedua (Geiser & Studley, 2002;
menulis argumen (Bean, 1996; Ory & Ryan, 1993; Hyland, 2003; McCutchen, 1984; Nicker-son,
Reiner et al. 2002; Walstad, 2006). Penggunaan soal Perkins, & Smith, 2014). Menulis sangat
uraian juga dapat memberi penghargaan bermanfaat, yaitu karena dua faktor:
pengetahuan yang lebih dalam tentu saja materi dan penggunaannya sebagai alat untuk komunikasi ide
menilai hasil belajar yang lebih kompleks (Jacobs & yang efektif, dan penelitian yang luas (Dar & Khan,
Chase, 1992; Minbashian, Huon, & Bird, 2004; 2015; Graham & Perin, 2007; Haider, 2012; Hyland,
Parmenter, 2009; Scouller, 1998). 2003). Masalah penulisan yang dihadapi siswa dapat
diklasifikasikan ke dalam kategori linguistik,

22 IJEA Vol. 2 No. 2. Desember 2019: 20 - 31


psikologis, kognitif dan pedagogis (Haider, 2012; ekspresi pengetahuan linguistik dan domain-spesifik
Hyland, 2003). Mereka berjuang dengan komponen (Kellogg & Raulerson, 2007).
struktural Bahasa Inggris; karena struktur yang tidak Selain itu, akan lebih mudah bagi guru untuk
tepat menyulitkan konten dan pemahaman teks, memantau siswa mereka dari sudut pandang yang
yang pembaca baca melalui keterlibatan proses luas (Nik, Sani, Kamaruzaman, Hasbollah, 83 al.,
mental (Quintero, 2008; Nik, Hamzah, & Rafidee, 2010). Hal yang paling penting, perlu bahwa sikap
2010). Demikian pula, teks yang tidak koheren gagal terhadap menulis dan menangani masalah-
untuk mengkomunikasikan ide-ide yang masalahnya berubah. Guru harus menggunakan
menyebabkan kurangnya kepercayaan pada peserta strategi untuk memperoleh ide dari siswa agar
didik bahkan jika mereka telah menguasai perintah dituliskan di selembar kertas untuk meningkatkan
sintaksis, leksikal dan tata bahasa atas komposisi kemampuan verbal mereka. Selain itu, umpan balik
teks (Rico, 2014). Siswa juga menghadapi masalah instan dan kritis perlu diberikan pada output
psikologis, kognitif, sosial dan linguistik saat mereka, sehingga kepercayaan mereka meningkat
menuangkan ide dalam menjawab soal uraian (Bilal, (Haider, 2012).
Tariq, Din, Latif, & Anjum, 2013; Dar & Khan, Masalah utama dalam jawaban siswa adalah
2015; Haider, 2012; Mahboob & Talaat, 2008). penggunaan diksi dan penulisan dan penggunaan
Untuk siswa C dan D pada Tabel 2 ejaan yang perlu bimbingan yang serius. Kesalahan
menunjukkan bahwa soal ini sangat sulit karena ini termasuk penggunaan preposisi, artikel, tenses,
nilainya 0 dan 9. Penyebabnya di antaranya adalah singular / jamak, kata kerja, struktur yang salah, dan
siswa yang bersangkutan belum bisa memahami penggunaan ekspresi informal dan lisan. Kosakata
antara inti pertanyaan dan isi bacaan dengan tepat. juga menimbulkan masalah bagi peserta didik
Keadaan seperti itu, bisa saja dimungkinkan bahwa karena mereka tidak menyadari makna kolokasional
tingkat kebiasaan menjawab soal uraian kedua siswa dan konotasional dari kata-kata tersebut. Haider
itu belum optimal dan siswa yang bersangkutan (2012) juga menemukan masalah kosa kata yang
memiliki sikap negatif terhadap bentuk soal uraian. sama dalam studi mereka. Sesuai dengan temuan
Hasil penelitian Bilal dkk. (2003) menunjukkan (Megaiab, 2014), kesalahan ejaan dan tanda baca
bahwa sebagian besar siswa merasa sangat sulit juga ditemukan dalam jawaban siswa.
dalam menjawab soal uraian karena sikap negatif Ahmed (2010) juga mengamati efek pada
siswa terhadap bentuk uraian dan kurangnya dialog keterampilan menulis karena lingkungan kelas tidak
antara siswa dan guru tentang langkah-langkah kondusif untuk belajar; kamar padat yang terletak di
konstruktif yang perlu diambil untuk mengatasi lokasi yang bising, jumlah pelajar yang banyak, dan
masalah ini. Waktu yang tidak memadai untuk kurangnya fasilitas dasar lainnya menghambat
mengajar menulis, ruang kelas yang penuh sesak, proses pengembangan keterampilan menulis.
pedagogi tradisional dan latar belakang akademis Masalah dan tantangan ini dapat diatasi dengan
siswa yang lemah telah dilaporkan sebagai beberapa beberapa langkah perbaikan di tingkat individu
faktor yang memengaruhi keterampilan menulis maupun kelembagaan. Para peserta menyarankan
siswa (Bilal et al, 2013; Butt & Rasul, 2012). para guru untuk meningkatkan keterpaparan peserta
Demikian pula, buku teks usang yang tidak didik terhadap keempat keterampilan dengan
mempromosikan pentingnya keterampilan menulis, penekanan khusus pada membaca dan menulis.
juga tidak memberikan peluang, juga akibatnya Temuan Al-Khairy (2013) juga menekankan
gagal untuk mengajak audiens (Haider, 2012). Para perlunya pengajar yang berkualitas, terlatih, dan
guru harus mempromosikan keterampilan kreatif termotivasi. Umpan balik yang konstruktif harus
mendorong siswa untuk membiasakan menjawab disediakan oleh guru untuk membantu peserta didik,
soal uraian (Mansoor, 2005; Rahman, 2002; kritik pada tulisan mereka harus diminimalkan, dan
Siddiqui, 2007). Kemampuan menulis siswa dapat kompetisi penulisan harus diselenggarakan untuk
ditingkatkan dengan menumbuhkan minat mereka, para peserta didik. Disarankan juga bahwa
motivasi dan kesenangan menulis, melalui teknologi modifikasi ini harus diimplementasikan pada tingkat
(Graham & Perin, 2007). Demikian pula, beberapa menengah dan menengah sehingga peserta didik
strategi metakognitif, kognitif, dan sosial-efektif juga menghadapi lebih sedikit kesulitan dalam
dapat digunakan untuk memungkinkan siswa untuk keterampilan menulis.
mengetahui dan secara praktis menjalankan proses Siswa yang lebih cakap memiliki kecerdasan
penulisan (O'Malley & Chamot, 1990). Selanjutnya, verbal yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa pelajar
para guru dapat mengadaptasi pendekatan yang lebih sukses mungkin lebih pintar 'secara
pedagogik mereka dan dapat saling merancang verbal' daripada rekan mereka yang kurang cakap.
tugas-tugas yang dapat memotivasi dan mendorong Akhirnya, kecerdasan verbal dan visual - dengan
siswa dengan memberi mereka kebebasan memilih skor rata-rata tertinggi - adalah dua jenis kecerdasan
topik yang menarik minat mereka (Pineteh, 2013; yang paling banyak digunakan oleh kelompok
Quintero, 2008). Ini akan membentuk kembali pola berprestasi tinggi dan rendah, (Gohar dan Sadeghi,
penulisan mereka, mungkin, melalui praktik yang 2015). Teori kecerdasan ganda didalilkan oleh
luas dan dengan melibatkan keterampilan fisik dan Howard Gardner (1983) adalah model kecerdasan
kognitif yang memberikan kontrol penulis atas yang mengklasifikasikan kecerdasan manusia ke

PENGARUH KEBIASAAN SISWA MENJAWAB SOAL URAIAN TERHADAP HASIL UN 2018. Safari 23
dalam modalitas spesifik; kecerdasan yang berbeda mereka juga mampu memfasilitasi, mencerminkan,
dipahami sebagai alat pribadi dan seseorang dan memberikan dukungan yang kuat. Gambaran
mungkin lebih berbakat dalam beberapa kecerdasan umum perubahan kebijakan dan praktik dalam
daripada yang lain (Mirzazadeh, 2012). Dengan pengajaran penulisan menunjukkan bahwa instruksi
demikian, melalui teori MI, Gardner (1983) penulisan 30 tahun yang lalu relatif sederhana dan
menyatakan bahwa setiap individu menyukai tingkat kurang memfasilitasi (Applebee dan Langer, 2011).
kecerdasan yang berbeda-beda dan dengan demikian Praktik-praktik ini secara progresif telah berubah
memiliki profil kognitif yang unik dan eksklusif, menjadi pendekatan yang lebih mendukung dan
Seorang guru tidak hanya mengajarkan cara memperkaya. Meskipun ada perubahan pendekatan
menulis tetapi ia harus memahami teori dalam dan praktik yang berkelanjutan di 15467 Mas Aida
menulis (Graves, 1991). Bahkan, dalam mengajar Abd Rahim et al. Efektivitas menggunakan
menulis, banyak guru meminta siswa mereka untuk pertanyaan-why dalam meningkatkan keterampilan
menghasilkan komposisi tanpa cukup bimbingan menulis siswa sekolah dasar di Malaysia. Pengajaran
atau langkah-langkah tentang cara membuat yang menulis, instruksi penulisan yang digunakan dalam
baik. Hansen (1987) dan Harste et al, (1988) telah pengajaran menulis perlu mencerminkan kreativitas
menemukan bahwa sebagian besar guru peduli dan kematangan siswa dalam produk tulisan
dengan produk akhir penulisan, tetapi memiliki mereka. Di sisi lain, guru juga membutuhkan
sedikit pemahaman tentang proses yang digunakan dukungan dan alat untuk mempersiapkan diri
penulis sukses dalam menciptakan produk itu. mereka sendiri untuk mengajarkan semua elemen
Karena itu, sebagai guru menulis, kita harus kompleks dan tujuan penulisan yang berbeda
memahami teori-teori penulisan karena dengan (Coxhead dan Byrd, 2007).
memahami teori-teori tersebut, kita dapat Dari berbagai uraian di atas, permasalahan
menentukan pendekatan apa yang akan digunakan. dalam penelitian ini adalah apakah terdapat
Zebroski (sebagaimana dikutip dalam John, 1990) pengaruh kebiasaan siswa dalam menjawab soal
menyarankan "Jika kita menulis dan mengajar bentuk uraian terhadap hasil ujian nasional (UN)
menulis, kita harus memiliki teori penulisan SMP 2018? Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
menurut definisi" (hal.24). adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
Sejalan dengan Zebroski, John (1990) kebiasaan siswa dalam menjawab soal bentuk uraian
mengatakan bahwa: "Teori dapat dicapai baik dalam terhadap hasil ujian nasional (UN) SMP 2018.
sejarah maupun substansi, perlu untuk memilih
salah satu dari beberapa model komprehensif yang METODE PENELITIAN
akan digunakan untuk mengklasifikasikan Metode penelitian yang dipergunakan adalah
komponen penting." Pada tahun 1945, awal dari era metode eksploratif. Dasar penggunaan metode ini
modern pengajaran bahasa kedua di Amerika adalah disesuaikan dengan tujuan utama penelitian
Serikat, ada empat pendekatan yang paling ini di antaranya adalah untuk memperoleh fakta-
berpengaruh seperti Komposisi Terkendali, Retorika fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari
Tradisional Saat Ini, Pendekatan Proses dan Tujuan keterangan-keterangan secara faktual berdasarkan
Akademik Bahasa Inggris. Hyland (2007) data penelitian ini. Populasi penelitian ini adalah
mengusulkan teori genre sebagai salah satu siswa SMP peserta UN tahun 2018. Data dalam
pendekatan yang cukup untuk instruksi menulis penelitian ini berbentuk skor tes dan jawaban siswa
karena lebih baik mempersiapkan para guru dalam terhadap kuesioner di 34 provinsi di seluruh
mengajar penulisan bahasa kedua dan secara efektif Indonesia. Pengisian kuesioner dilakukan secara
menanggapi penulisan siswa. Pedagogi genre sukarela di hari terakhir UN. Jumlah responden ini
memberikan lebih banyak kesempatan kepada guru merupakan sampel dalam penelitian ini. Jumlah
untuk mengembangkan lingkungan menulis yang siswa SMP yang mengikuti Ujian Nasional tahun
mendukung di kelas. Selain itu, guru atau instruktur pelajaran 2017/2018 adalah 3224331 siswa. Data
memiliki kesempatan untuk tidak hanya selengkapnya seperti dalam Tabel 4 berikut.
mengajarkan unsur-unsur secara tertulis, tetapi

Tabel 4. Jumlah SMP serta Peserta UN Tahun Pelajaran 2017/2018 di 34 Provinsi


No. Provinsi Jumlah SMP Jumlah Siswa SMP
1. DKI Jakarta 1066 119083
2. Jawa Barat 4949 570887
3. Jawa Tengah 3220 387770
4. DI Yogyakarta 437 42572
5. Jawa Timur 4475 402106
6. Aceh 1056 61921
7. Sumatera Utara 2437 211769
8. Sumatera Barat 788 68813
9. Riau 1133 83369
10. Jambi 648 40529

24 IJEA Vol. 2 No. 2. Desember 2019: 20 - 31


No. Provinsi Jumlah SMP Jumlah Siswa SMP
11. Sumatera Selatan 1267 112517
12. Lampung 1298 99760
13. Kalimantan Barat 1234 73674
14. Kalimantan Tengah 795 34474
15. Kalimantan Selatan 585 38300
16. Kalimantan Timur 606 49871
17. Sulawesi Utara 704 39309
18. Sulawesi Tengah 818 41261
19. Sulawesi Selatan 1616 123247
20. Sulawesi Tenggara 721 40501
21. Maluku 614 31377
22. Bali 399 65994
23. NTB 852 56546
24. NTT 1585 102420
25. Papua 628 36043
26. Bengkulu 417 27615
27. Maluku Utara 465 19290
28. Bangka Belitung 201 19224
29. Gorontalo 321 16050
30. Banten 1400 137506
31. Kepulauan Riau 341 26719
32. Sulawesi Barat 337 20003
33. Papua Barat 288 13941
34. Kalimantan Utara 158 9870
Nasional 37859 3224331
Sumber: Puspendik, Balitbang Kemdikbud 2018

Metode analisis yang dipergunakan dalam dianalisis dengan mempergunakan program SPSS
penelitian ini adalah analisis T-tes. Analisis ini 22.00 dan Mplus versi 8.2.
dipergunakan untuk menghitung pengaruh
kebiasaan siswa dalam menggunakan bentuk soal HASIL PENELITIAN
uraian terhadap hasil UN 2018. Agar hasil analisis Berdasarkan persentase jumlah siswa yang
penelitian ini dapat diperoleh secara akurat, maka telah mengisi kuesioner 219685 siswa dari jumlah
semua data dalam penelitian ini diolah atau peserta UN 3224331 adalah seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase Kebiasaan Siswa Menggunakan Bentuk Soal Uraian


Cumulative
Biasa/Tidak Biasa Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Biasa 146827 66.8 66.9 66.9
Tidak 72736 33.1 33.1 100.0
Total 219563 99.9 100.0
Missing System 122 .1
Total 219685 100.0

Tabel 5menginformasikan bahwa sebagian biasa menggunakan soal uraian adalah 33,1%).
besar (66,8%) siswa sudah biasa menggunakan Adapun siswa yang tidak menjawab pertanyaan ini
bentuk soal uraian, sedangkan siswa yang tidak hanya 122 (0,1%) siswa.

Tabel 6. Uji T-Test


Mata Pelajaran T df Signifikan
Bhs. Indonesia -65,230 219529 0,000
Bhs. Inggris -73,788 219529 0,000
Matematika -67,169 219529 0,000
IPA -60,308 219529 0,000

Tabel 6 menunjukkan bahwa pengaruh menggunakan soal bentuk uraian terhadap hasil UN
kebiasaan siswa menggunakan soal bentuk uraian 2018 untuk mata pelajaran: Bahasa Indonesia,
terhadap hasil UN 2018 adalah terbukti. Artinya Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA, (Sig. 0,000).
terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,000) antara Adapun hubungan keseluruhan variabel
siswa yang sudah biasa dan tidak biasa terlihat pada Gambar 2 berikut, yaitu hasil analisis
dengan program Mplus versi 8.2.

PENGARUH KEBIASAAN SISWA MENJAWAB SOAL URAIAN TERHADAP HASIL UN 2018. Safari 25
Gambar 2. Hubungan Kebiasaan Menggunakan Soal Uraian dengan Hasil UN

Berdasarkan Gambar 2 informasinya seperti faktornya 1,010), dan Bahasa Indonesia (loding
berikut. Hubungan mata pelajaran termudah sampai faktornya --0,256); (4) mata pelajaran IPA: Bahasa
tersulit dengan uraian terdapat pada hubungan Indonesia (loding faktornya 0,704), Bahasa Inggris
dengan mata pelajaran: Matematika (loding (loding faktornya 0,441), dan Matematika (loding
faktornya 0,031), IPA (loding faktornya 0,020), faktornya 1,166).
Bahasa Inggris (loding faktornya -0,137), dan
Bahasa Indonesia (loding faktornya -0,314). PEMBAHASAN
Hubungan antar- mata pelajaran termudah sampai Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tersulit terdapat pada hubungan antara: (1) mata terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,000) antara
pelajaran Bahasa Indonesia dengan: IPA (loding siswa yang sudah biasa dan tidak biasa
faktornya 0,704), Bahasa Inggris (loding faktornya menggunakan soal bentuk uraian terhadap hasil UN
0,159), dan Matematika (loding faktornya -0,256); 2018. Dalam analisis, data ini dikaitkan dengan
(2) mata pelajaran Bahasa Inggris dengan: IPA kriteria siswa yang memperoleh nilai UN sangat
(loding faktornya 0,441), Bahasa Indonesia (loding baik, baik, cukup, dan kurang. Hasil penelitian ini
faktornya 0,159), dan Matematika (loding faktornya secara bertingkat dapat dilihat seperti pada Tabel 7
1,010); (3) mata pelajaran Matematika dengan: IPA berikut.
(loding faktornya 1,166), Bahasa Inggris (loding

Tabel 7. Jawaban Siswa Berdasarkan Kriteria Nilai


Matematika IPA
Bahasa Indonesia (%) Bahasa Inggris (%)
No. Kriteria (%) (%)
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Sangat Baik (85-100) 5,9 5,0 2,0 2,2 2,1 2,1 0,6 0,6
2. Baik (70-85) 20,3 12,5 5,9 5,0 3,7 3,2 3,9 3,4
3. Cukup (55-70) 24,4 10,1 12,8 7,5 6,8 4,6 11,9 7,7
4. Kurang (0-55) 16,2 5,6 46,1 18,4 54,3 23,3 50,5 21,4
Total 66,9 33,1 66,9 33,1 66,9 33,1 66,9 33,1

Tabel 7 menginformasikan bahwa siswa yang tinggi. Apakah soal yang diberikan bentuk uraian
memperoleh nilai tinggi (sangat baik dan baik) atau lainnya.
jawaban ya dan tidak adalah seimbang Teori ini menghubungkan antara peluang
dibandingkan dengan siswa yang memperoleh nilai menjawab benar suatu soal dengan kemampuan
cukup dan kurang. siswa yang memperoleh nilai siswa. Semakin tinggi kemampuan siswa dalam
cukup dan kurang, jawaban ya lebih besar daripada memahami materi yang telah diajarkan, maka
jawaban tidak. Ini menunjukkan bahwa siswa yang semakin tinggi pula peluang menjawab benar soal
memperoleh nilai tinggi tidak berpengaruh dengan yang menanyakan materi yang telah diajarkan itu.
bentuk uraian dibandingkan dengan siswa yang Semakin rendah kemampuan siswa dalam
memperoleh nilai cukup dan kurang. Hasil ini memahami materi yang telah diajarkan, maka
sesuai dengan pendapat Hambleton, Swaminthan, semakin kecil pula peluang menjawab benar suatu
dan Rogers (1991: 2-5) bahwa siswa yang sudah soal yang menanyakan materi yang telah diajarkan.
tuntas belajarnya, peluang menjawab soal pasti

26 IJEA Vol. 2 No. 2. Desember 2019: 20 - 31


Jadi di sini, tidak langsung berkaitan erat bahwa keterampilan menulis yang buruk berasal dari
dengan bentuk atau jenis uraian itu sendiri. Ini dua faktor: guru dan pelajar.
terbukti dengan hasil penelitian Tarhadi dkk. (2007) Guru tidak memiliki strategi pembelajaran
yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang tepat untuk menulis soal uraian, di antaranya
yang signifikan antara tes terstruktur dan tes esai. adalah: (1) guru dalam menulis butir soal tidak
Artinya tes objektif tipe terstruktur dapat menentukan materi/kompetensi penting mana yang
menggantikan tes uraian, sedangkan tes objektif tepat diujikan dengan bentuk soal uraian; (2) untuk
biasa tidak dapat menggantikan tes uraian (Tarhadi menyusun soal yang menuntut level kognitif tinggi,
dkk., 2007). Dalam mata pelajaran matematika, guru belum terampil menyusun stimulusnya dengan
siswa lebih banyak melakukan kesalahan konsep tepat; (3) dalam menyusun rubrik atau pedoman
daripada kesalahan prinsip, kesalahan operasi, penskoran untuk soal bentuk uraian, disusun pada
kesalahan dikarenakan kecerobohan (Wiyartimi, saat menskor lembar jawaban siswa; (4) dalam
2010:91). Kesalahan yang dapat dilakukan siswa menyusun pedoman penskoran, pemberian skor
saat menyelesaikan soal matematika di antara pada aspek yang diukur sangat subjektif, sehingga
adalah: 1) kesalahan konsep, yaitu kesalahan antar-penskor memiliki reliabilitas yang rendah; (5)
siswa dalam menafsirkan dan menggunakan bila penskornya terdiri dari beberapa orang,
konsep matematika. 2) kesalahan prinsip, yaitu pendoman penskorannya tidak disimulasikan dan
kesalahan siswa dalam menafsirkan dan didiskusikan bersama antarpenilai dengan cara
menggunakan rumus - rumus matematika. 3) mencoba menskor beberapa jawaban siswa; (6)
kesalahan operasi, yaitu kesalahan siswa dalam teknik menskor jawaban soal uraian tidak dilakukan
menggunakan operasi dalam matematika. 4) secara bertahap, yaitu menskor semua jawaban
Kesalahan karena kecerobohan, yaitu kesalahan siswa untuk semua nomor soal.
siswa karena salah dalam perhitungan (Wiyartimi,
2010:91). Berdasarkan hasil penelitian Yulia dkk, SIMPULAN
(2017) menunjukkan bahwa persentase kesalahan Berdasarkan semua uraian di atas, hasil
konsep 35,54 %; persentase kesalahan prinsip penelitian dapat disimpulkan dengan adanya
31,24%, persentase kesalahan operasi 21,95%, dan temuan-temuan dan saran seperti berikut ini.
persentase kesalahan dikarenakan kecerobohan Sebagian besar (66,8%) siswa SMP sudah biasa
11,27%. menjawab soal bentuk uraian, sedangkan siswa yang
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tidak biasa menjawab soal uraian adalah (33,1%).
soal-soal matematika secara langsung atau pun tidak Adapun siswa yang tidak menjawab pertanyaan ini
langsung dipengaruhi oleh pola penyelesaian soal hanya 122 (0,1%) siswa. Pengaruh kebiasaan siswa
pada saat siswa duduk di bangku sekolah dasar. menggunakan soal bentuk uraian terhadap hasil UN
Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa 2018 adalah terbukti. Artinya terdapat perbedaan
masih terdapat siswa yang tidak bisa menjawab soal yang signifikan (P<0,000) antara siswa yang sudah
pembuktian dan tidak melakukan tindakan apapun, biasa dan tidak biasa menggunakan soal bentuk
yang meliputi (1) decoding, (2) comprehension, uraian terhadap hasil UN 2018.
(3) transformation, (4) processskill, dan (5) encoding Kesimpulannya adalah bahwa terdapat
(Utami, 2018). Di samping itu, pengembangan perbedaan yang signifikan antara siswa yang sudah
profesional guru saat ini mulai terbatas, tidak biasa dan tidak biasa menggunakan soal bentuk
menjadi prioritas utama. Hal ini bisa berdampak uraian terhadap hasil UN 2018 untuk mata
pada kualitas pengajaran yang tidak tergantung pada pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
jenis sekolah (primer / menengah), lokasi sekolah Matematika, dan IPA, (Sig. 0,000). Ini
(perkotaan / pedesaan), dan pengalaman mengajar menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai
selama bertahun-tahun (Gore dkk., 2017). tinggi tidak berpengaruh dengan bentuk soal yang
Banyak faktor yang mempengaruhi dipergunakan dalam ujian (bentuk uraian atau
keterampilan siswa dalam menulis jawaban soal pilihan ganda) dibandingkan dengan siswa yang
uraian di antaranya terkait dengan motivasi siswa, memperoleh nilai cukup dan kurang. Siswa yang
media sosial, umpan balik yang tidak konsisten dari memperoleh nilai cukup dan kurang, jawaban ya
guru, kurangnya pendekatan analitis dan evaluatif (terbiasa menjawab soal uraian) lebih besar daripada
siswa, dan ukuran kelas yang besar dan tidak jawaban tidak (tidak biasa menjawab soal uraian).
terkelola juga berdampak negatif terhadap akurasi
struktural dan komunikasi bacaan siswa (Pineteh, SARAN
2013). Termasuk guru yang tidak terlatih, metode Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada
pengajaran dan sistem ujian yang tidak efektif, beberapa saran penting yang harus diketahui guru
kurangnya praktik membaca dan menulis, ruang seperti berikut ini. (1) Guru dalam menulis butir soal
kelas besar, motivasi rendah dan kurangnya ide harus menentukan materi/kompetensi penting mana
(Fareed dkk., 2016). Kurangnya rasa percaya diri yang tepat diujikan dengan bentuk soal uraian,
siswa juga disebabkan oleh strategi pengajaran yang pilihan ganda, isian, jawaban singkat, menjodohkan,
tidak sesuai dengan gaya belajar siswa dan latar atau benar-salah karena tidak semua materi/
belakang budaya (Ahmad et al., 2013). Dikatakan kompetensi dapat ditanyakan hanya dengan bentuk

PENGARUH KEBIASAAN SISWA MENJAWAB SOAL URAIAN TERHADAP HASIL UN 2018. Safari 27
uraian atau pilihan ganda. (2) Untuk menyusun soal Berman, R. and Cheng, L. (2001). English
yang menuntut level kognitif tinggi, diperlukan academic language skills: Perceived
stimulus lebih dari satu subjek. (3) Dalam menyusun difficulties by undergraduate and graduate
rubrik atau pedoman penskoran untuk soal bentuk students, and their academic achievement.
uraian, hendaknya disusun setelah menulis butir soal Journal of Applied Linguistics, 4.
selesai. (4) Dalam menyusun pedoman penskoran, Bilal, H. A., Tariq, A. R., Din, N., Latif, H., &
pemberian skor pada aspek yang diukur harus Anjum, M. N. (2013). Investigating the
seobjektif mungkin, sehingga antar-penskor memiliki problems faced by the teachers in developing
reliabilitas yang tinggi. (5) Bila penskornya terdiri English writing skills. Asian Journal of Social
dari beberapa orang, hendaknya pendoman Sciences and Humanities, 2 (3), 238–244.
penskorannya disimulasikan dan didiskusikan Butt, M. I., & Rasul, S. (2012). Errors in the writing
bersama antarpenilai dengan cara mencoba menskor of English at the degree level: Pakistani
beberapa jawaban siswa. (6) Teknik menskor teachers’ perspective. Language in India, 12
jawaban soal uraian seharusnya bertahap, yaitu (9), 195–217.
menskor semua jawaban siswa per nomor soal, Byrd, P. (2007). Preparing writing teachers to teach
misal nomor 1 sampai selesai, kemudian the vocabulary and grammar of academic
melanjutkan menskor jawaban siswa untuk nomor prose. questions in improving the writing skill
soal 2 dan seterusnya. of upper primary Journal of Second
Language Writing. Vol. 16, pp. 129-147.
UCAPAN TERIMA KASIH Center for Research on Learning and Teaching.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih (2016). Best practices for designing and
kepada Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) grading exams. Ann Arbor: University of
yang telah mendokumentasikan data UN setiap Michigan Center for Research on Learning
tahun dan data tes AKSI 2019 yang datanya and Teaching. Retrieved from
dipergunakan untuk penelitian ini. Di samping itu, http://www.crlt.umich.edu/P8_0
penulis mengucapkan terima kasih kepada teman- Cheng, L. (2001). English academic language
teman di Puspendik yang telah memberikan skills: Perceived difficulties by undergraduate
masukan, saran, dan komentar, sehingga and graduate students, and their academic
terwujudnya tulisan ini. achievement. Canadian Journal of Applied
Linguistics, 4(1-2). 25-40.
***** Clay, B. (2001). Is this a trick question? A short
REFERENSI guide to writing effective test questions.
Ahmad, N., Khan, F. N., Munir, N., et al. (2013). Lawrence, KS: Kansas Curriculum Center.
Factors affecting the learning of English at Cordingley, P.; Cordingley, M. ; Bell, D. ; and
secondary school level in Khyber Evans, A. (2005). Firth The impact of
Pakhtunkhwa, Pakistan. International Journal collaborative CPD on classroom teaching and
of English Language and Literature learning. Review: What do teacher impact
Studies, 2 (2), 95–101. data tell us about collaborative CPD? EPPI-
Ahmed, A. H. (2010). Students’ problems with Centre, Social Science Research Unit,
cohesion and coherence in EFL essay writing Institute of Education, University of
in Egypt: Different perspectives. Literacy London, London, UK (2005) Retrieved from
Information and Computer Education http://eppi.ioe.ac.uk/cms/Default.aspx?tabi
Journal (LICEJ), 1 (4), 211–221. d=395&language=en-US Google Scholar.
Al-Khairy, M. A. (2013). Saudi English-major Coxhead, A. and Byrd, P. (2007). Preparing teach
undergraduates’ academic writing problems:A the vocabulary and grammar of academic
taif university perspective. English Language prose. The effectiveness of using wh-questions
Teaching, 6 (6), 1–12. in improving the writing skill of upper
Applebee, A. N. and Langer, J.A. (2011). A primary school students in Malaysia.
snapshot of writing instruction in middle Council for the Accreditation of Educator
schools and high schools. Journal . Vol. 100, Preparation. (CAEP). (2015). Evidence Guide
No. 6, pp. 14. Author, Washington, DC (2015) Google
Avalos, B. (2011). Teacher professional development Scholar.
in Teaching and Teacher Education over ten Darling-Hammond, L. (2000) Teacher quality and
years Teaching and Teacher student achievement Education Policy
Education, 27 (2011), pp. 10-20 Analysis
ArticleDownload PDFView Record in Archives, 8 (1) (2000), 10.14507/epaa.v8n1.2
ScopusGoogle Scholar 000 Google Scholar
Bean, J. C. (1996). Engaging ideas: The professor’s
guide to integrating writing, critical thinking,
and active learning in the classroom. San
Francisco: Jossey-Bass.

28 IJEA Vol. 2 No. 2. Desember 2019: 20 - 31


Darling-Hammond, L. (2013). Getting teacher Hattie, J. (2008). Visible learning: A synthesis of
evaluation right: What really matters for over 800 meta-analyses relating to
effectiveness and improvement Teachers achievement Taylor & Francis, Hoboken,
College Press, New York, NY (2013) Google NJ (2008) Google Scholar
Scholar Haider, G. (2012). An insight into difficulties faced
Dar, M. F., & Khan, I. (2015). Writing anxiety by Pakistani student writers: Impli-cations for
among public and private sectors Pakistani teaching of writing. Journal of Educational
undergraduate university students. Pakistan and Social Research, 2 (3), 17–27.
Journal of Gender Studies, 10 (1), 121–136. Hyland, K. (2003). Second language writing. Ernst
Dhakal, A.; Yadav, SK.; and Dhungana, GP. Klett Sprachen. Jacobs, & L, H. (1981).
(2018). Assessing Multiple-Choice Questions Testing esl composition: A practical
and Structured Short Answer Questions in approach. English composition program.
Human Anatomy to Predict Newbury House, Massechautes.
Students'Examination Performance. Journal Hill, HC.; Beisiegel, M,; and Jacob, R. (2013).
of Research in Medical Education & Ethics, Professional development research:
Vol 8, No. 2, July, 2018, pp 127-131. DOI: Consensus, crossroads, and challenges
10.5958/2231-6728.2018.00024.0. Educational Researcher, 42 (9) (2013),
Fareed, M.; Ashraf, A.; and Bilal, M. (2016). ESL pp. 476- 487, 10.3102/0013189X13512674
Learners' Writing Skills: Problems, Factors, Jacobs, L., & Chase, C. (1992). Developing and
and Suggestions. Journal of Education and using tests effectively: A guide for faculty. San
Social Sciences, Vol 4(2): 1, 2016. Francisco, CA: Jossey-Bass.
Gardner, H. (1983). Frames of mind: The theory Kellogg, R. T., & Raulerson, B. A. (2007).
of multiple intelligences. New York: Basic Improving the writing skills of college
Books. students. Psychonomic bulletin & review, 14
Geiser, S., & Studley, w. R. (2002). Uc and the sat: (2), 237–242.
Predictive validity and differen-tial impact of Kellogg, R. T. (2001). Long-term working memory
the SAT I and SAT II at the University of in text production. Memory & cogni-tion, 29
California. Educational Assessment, 8 (1), (1), 43–52.
1–26. Kennedy, MM. (2016). How does professional
Ghabol, N., Mariadass, M.E., and Kashef, S. H. development improve teaching? Review of
(2012). Investigating Malaysian ESL Educational Research, 86 (4) (2016), pp. 945-
Students' Writing Problems on 980.
Conventions, Punctuation, and Language Langer, J.A. 2011. A snapshot of writing
Use at Secondary School Level. Journal of instruction in middle schools and high
Studies in Education, 2(3). pp. 130-143. schools. The English . Vol. 100, No. 6, pp. 14-
Gohar, MJ and Sadeghi, N. (2015). Gardner’s 27.
Multiple Intelligence Theory and Foreign Lukhele, R., Thissen, D., & Wainer, H. (1994). On
Language Achievement. International Journal the relative value of multiple‐ choice,
of English and Education, Volume: 4, Issue: constructed response, and examinee‐selected
1, January 2015, ISSN 2278-4012. items on two achievement tests. Journal of
Gore, J.; Lloyd, A.; Smith, M.; Bowe, J.; Ellis, H.; Educational Measurement, 31(3), 234-250.
and Lubans, D. (2017). Effects of Professional Mahboob, A., & Talaat, M. (2008). English
Development on The Quality of Teaching: language teachers and teacher education in
Results from a randomised Controlled Trial Pakistan. TESOL, Alexandria, USA.
of Quality Teaching Rounds. Teaching and Mahboob, A. (2014). Epilogue: Understanding
Teacher Education, Volume 68, November language variation: Implications for eil
2017, Pages 99-113. pedagogy. Springer, Switzerland.
Graham, S., & Perin, D. (2007). Writing next- Mansoor, S. (2005). Language planning in higher
effective strategies to improve writing of education: A case study of Pakistan. Oxford
adolescents in middle and high schools. The University Press Karachi.
Elementary School Journal, 94 (2), 169– McCutchen, D. (1984). Writing as a linguistic
181. problem. Educational Psychologist, 19 (4),
Guskey, T. R. and Yoon, K.S. (2009). What works 226–238.
in professional development? Phi Delta Megaiab, M. M. (2014). The English writing
Kappan, 90 (7) (2009), pp. 495-500 Cross Ref competence of the students of an Indonesian
View Record in ScopusGoogle Scholar. senior high school. In Proceedings of the
Hambleton, R. K.; Swaminathan, H.; and Rogers, West East Institute (WEI) Academic
H. J. (1991). Fundamentals of Item Response Conference, Indonesia.
Theory. Newbury Park: Sage Publications.

PENGARUH KEBIASAAN SISWA MENJAWAB SOAL URAIAN TERHADAP HASIL UN 2018. Safari 29
Minbashian, A., Huon, G. F., & Bird, K. D. (2004). Reiner, C. M., Bothell, T. W., Sudweeks, R. R., &
Approaches to studying and academic Wood, B. (2002). Preparing effective essay
performance in short-essay exams. Higher questions: A self-directed workbook for
Education, 47, 161–176. educators. Stillwater, OK: New Forums 13
Mirzazadeh, M. (2012). Impacts of Multiple Press.
Intelligences on Learning English in the Rico, L. J. A. (2014). Identifying factors causing
ESL Classroom. American Journal of difficulties to productive skills among foreign
Scientific Research, 60, 64-74. languages learners. Opening Writing Doors
Murray, J. P. (1990). Better testing for better Journal, 11 (1), 65–86. 91 Journal of
learning. College Teaching, 38(4), 148– 152. Education & Social Sciences.
Nelson, C. E. (2010). Dysfunctional illusions of Rockoff, J.E. (2004). The impact of individual
rigor. To Improve the Academy, 28(1), 177– teachers on student achievement: Evidence
192. Nilson, L. (2017) Teaching at its best: A from panel data American Economic
research-based resource for college instructors Review, 94 (2) (2004), pp. 247-
(4th ed.). San Francisco: Jossey-Bass. 252, 10.1257/0002828041302244 View
Nickerson, R. S., Perkins, D. N., & Smith, E. E. Record in ScopusGoogle Scholar
(2014). The teaching of thinking. Rout-ledge, Rowe, K. (2003). The importance of teacher quality
United Kingdom. as a key determinant of students' experiences
Nik, Y. A., Hamzah, A., & Rafidee, H. (2010). A and outcomes of schooling Proceedings of the
comparative study on the factors affecting the Australian Council for Educational Research
writing performance among Bachelor (ACER) Research Conference, “Building
students. International Journal of Educational teacher quality: What does the research tell
Research and Technology, 1 (1), 54–59. us?”, ACER, Melbourne, Australia (2003),
Nik, Y. A., Sani, B. B., Kamaruzaman, M. N. B. W. pp. 15-23 View Record in ScopusGoogle
C., Hasbollah, H. R. B., et al. (2010). The Scholar;.
writing performance of undergraduates in the Sallerstedt, S.; Erickson, G.; and Wallerstedt, SM.
University of Technology, Mara, Terengganu, (2012). Short Answer Questions or Modified
Malaysia. Journal of Languages and Essay Questions More than a Technical Issue.
Culture, 1 (1), 8–14. International Journal of Clinical Medicine,
O’Malley, J. M., & Chamot, A. U. (1990). Learning 2012, 3, 28-30.
strategies in second language acquisition. DOI:10.4236/ijcm.2012.31005 Published
Cambridge University Press, United Online January 2012.
Kingdom. (http://www.SciRP.org/journal/ijcm).
Organisation for Economic Co-operation and Scouller, K. (1998). The influence of assessment
Development. (OECD). (2005). Teachers method on students’ learning approaches:
matter Author, Paris, France (2005) Google Multiple choice question examination versus
Scholar. assignment essay. Higher Education, 35, 453–
Ory, J. C., & Ryan, K. E. (1993). Tips for improving 472.
testing and grading. Newbury Park, CA: Siddiqui, S. (2007). Rethinking education in
Sage. Pakistan: Perceptions, practices, and possi-
Parmenter, D. A. (2009). Essay versus multiple- bilities. Paramount Publishing Enterprise,
choice: Student preferences and the United States.
underlying rationale with implications for test Tarhadi, Kartono, dan Yumiati. (2007). Penggunaan
construction. Academy of Educational Tes Uraian dibandingkan dengan Tes Pilihan
Leadership Journal, 13(2), 57–71. Ganda Terstruktur dan Tes Pilihan Ganda
Pineteh, E. A. (2013). The academic writing Biasa. Jurnal Pendidikan, Volume 8, Nomor
challenges of undergraduate students: A 2, September 2007, 102-109.
South African case study. International Timperley, H. and Alton-Lee, A. (2008). Reframing
Journal of Higher Education, 3 (1), 12. teacher professional learning: An alternative
Puspendik, Balitbang, Kemdikbud. (2019). policy approach to strengthening valued
Pengolahan Data Hasil Main Survei AKSI outcomes for diverse learners Review of
2019 Region 5. Jakarta. Research in Education, 32 (2008), pp. 328.
Quintero, L. M. (2008). Blogging: A way to foster Utami, AD. (2018). Tipe Kesalahan Mahasiswa
EFL writing. Colombian Applied Linguistics dalam Menyelesaikan Soal-soal Geometri
Journal, 10 (1), 7–49. Berdasar Newman's Error Analysis (NEA).
Rahman, T. (2002). Language, ideology and power Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 4
(Vol. 1). Oxford University Press, United No. 2, hlm 85-92.
Kingdom.

30 IJEA Vol. 2 No. 2. Desember 2019: 20 - 31


Vescio, V. ; Ross, D. And Adams, A. (2008). Wong, WS & Bong, CH. (2019). A Study for the
A review of research on the impact of Development of automated Essay Scoring
professional learning communities on (AES) in Malaysian English Test
teaching practice and student learning Environment. International Journal of
Teaching and Teacher Innovative Computing 9(1) 69-78. ISSN 2180-
Education, 24 (1) (2008), pp. 80-91 4370. Journal Homepage: https://ijic.
Walstad, W. B., & Becker, W. E. (2006). utm.my/
Achievement differences on multiple-choice Yulia, R; Fauzi; dan Awaludin. (2017). Analisis
and essay tests in economics. The American Kesalahan Siswa Mengerjakan Soal
Economic Review, 84(2), 193–196. Matematika di Kelas V SDN 37 Banda Aceh.
Wiggins, G. (2011). A true test: Toward a more Jurnal Ilmiah pendidikan Guru Sekolah
authentic and equitable assessment. Phi Delta Dasar, FKIP Unsyiah Volume 2 Nomor 1,
Kappan, 92(7), 81–93. Winkelmes, M., Boye, 124-131, Februari 2017.
A., & Tapp, S. (Eds.). (In press). Zeidner, M. (1987). Essay versus multiple-choice
Transparency in higher education teaching type classroom exams: The student’s
and leadership. Sterling, VA: Stylus. perspective. The Journal of Educational
Wiyartimi. (2010). Kesalahan-Kesalahan Siswa Research, 80(6), 352–358.
dalam Mengerjakan Soal Matematika.
Jakarta: Bumi Aksara

PENGARUH KEBIASAAN SISWA MENJAWAB SOAL URAIAN TERHADAP HASIL UN 2018. Safari 31

You might also like