You are on page 1of 10

MOTIVAS!

DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGENDALIAN


POPULASI AEDES SPP DI KOTA SUKABUMI

Motivation and Public Participation to Control Population of Aeries Spp.


in Sukabumi City

Heni Prasetyowati', Roy Nusa Rahagus Edo Santya2, Rohmansyah Wahyu Nurindra'
'Peneliti pada Loka Litbang P2B2 Ciamis
2
Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Email: myheraphie@gmail.com

Diterima: 10 September 2014; Direvisi: 25 Maret 2015; Disetujui: 22 Juni 2015

ABSTRACT

DHF is a public health problem in Sukahumi city. The incidence rate of dengue infection in Sukabumi is
350 / 100,000 population and it's relatively high. Many efforts have been done by Sukabumi government
through the district health office, cross-sector, and by the community but so far the results have not been
satisfactory yet. The purpose of this study is to observe the differences in the presence of Aedes spp. at the
time before and after a treatment carried out. The treatments were given in the form of triggering the
community meetings to raise awareness and continued search for a solution for dengue vector control by
the community themselves. Increased public participation begins by motivating communities through
triggers in the treatment area (RW 11 Baros village and RW 3 Sriwedari village). Larvae survey conducted
one month before treatment and two months after treatment. The success of the intervention, decreased the
presence of larvae in the intervention area. During post-triggering assistance period, the commitments
implementation in RW 03 Sriwedari run relatively well_ While in RW 11 Village Baros was less, because
not all people carry their mutual commitment. There is a significant difference (p-value <0.05) between the
larvae survey before and after the intervention. This shown a success in triggers to motivate the community
in controlling Aedes spp. in the study area.

Keywords: Triggering, control vectors, Aedes spp. , Sukahumi

ABSTRAK

DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kota Sukabumi. Sampai saat ini angka kejadian
DBD di Kota Sukabumi tergolong tertinggi di Provinsi Jawa Barat, dengan angka kejadian melebihi
350/100.000 penduduk. Untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah ini telah banyak upaya yang
dilakukan oleh Pemda Kota Sukabumi melalui dinas kesehatan dan lintas sektor maupun oleh
masyarakat,namun sejauh ini belum memuaskan hasilnya. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengamatiadanya perbedaan keberadaan jentik Aedes spp. pada saat sebelum dan sesudah suatu perlakuan
dilaksanakan. Perlakuan yang diberikan berupa pemicuan dalam kegiatan pertemuan warga untuk
menggugah kesadaran dan dilanjutkan mencari solusi untuk pengendalian vektor DBD oleh warga sendiri.
Peningkatan peran serta masyarakat di awali dengan memotivasi masyarakat melalui pemicuan di dacrah
perlakuan (RW I I Kelurahan Baros dan RW 3 Kelurahan Sriwedari). Pemeriksaan jentik dilakukan satu
bulan sebelum perlakuan dan dua bulan setelah perlakuan. Keberhasilan perlakuan dilihat dad
berkurangnya keberadaan jentik di lingkungan perlakuan. Sela ma periode pendampingan pasta pemicuan,
pelaksanaan komitmen warga di RW 03 Kelurahan Sriwedari berjalan relatif balk sedangkan di RW I I
Kelurahan Baros kurang baik karena belum semua warga melaksanakan komitmen bersama mereka.
Terdapat perbedaan bermakna (p-value< 0,05) hash survey jentik antara sebelum dan sesudah intervensi
menunjukkan keherhasilan pemicuan untuk memotivasi warga dalam melakukan pengendalian jentik Aedes
spp. di lokasi penelitian.

Kata kunci: Pemicuan, pengendalian rektor, Aedes spp., Kota Sukahumi

PENDAHULUAN hampir merata pada semua wilayah,


kelompok umur dan jenis kelamin. Laporan
Angka kejadian DBD di Kota
dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
Sukabumi tergolong sangat tinggi, terjadi
menyebutkan Angka Bebas Jentik (ABJ)
106
Motivasi dan peran serta masyarakat...(Heni P, Roy NRES & Rohmansyah WN)

Kota Sukabumi sampai Bulan November pemicuan untuk meningkatkan motivasi


2012 adalah 75,44%, sementara targetnya masyarakat di daerah endemis DBD dalam
lebih dari 95%. Kejadian infeksi virus upaya pengendalian Aedes spp. di Kota
dengue sampai Bulan November tahun 2012 Sukabumi.
mencapai 1.250 orang dari sekitar 300.000
penduduk. Angka kejadian ini tergolong
sangat tinggi karena berada jauh di atas BAHAN DAN CARA
angka 50/100.000 penduduk (Nusa, et.al. Penelitian ini merupakan penelitian
2012). intervensi menggunakan rancangan quasi
Berbagai upaya telah dilakukan experimental yang dilakukan di daerah
untuk menekan angka kejadian infeksi virus endemis DBD di Kota Sukabumi yang
dengue di Kota Sukabumi, antara lain mewakili wilayah kompleks perumahan dan
melalui manajemen program yang sesuai perkampungan, masing-masing memiliki
dengan prosedur, koordinasi lintas sektor, pasangan untuk perlakuan dan kontrol.
pelatihan para kader, pemenuhan sumber Intervensi di lokasi penelitian berupa
daya tenaga clan sarana, pelaksanaan fogging kegiatan pemicuan kesadaran warga yang
focus dan lainnya. Upaya ini belum mampu dilaksanakan dalam forum pertemuan warga.
mengatasi masalah DBD di Kota Sukabumi Dalam pertemuan ini disampaikan
(Nusa, dkk, 2012). Penanggulangan penyakit pemaparan hasil survai jentik yang telah
DBD di Kota Sukabumi masih dianggap dilakukan, pengenalan Ae.aegypti,
tanggung jawab sektor kesehatan semata, perkembangan kasus DBD di Kota Sukabumi
padahal DBD sebenamya harus menjadi dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
tanggung jawab semua pihak karena erat masyarakat dan petugas puskesmas Kota
kaitannya dengan kebersihan dan perilaku Sukabumi. Dalam pertemuan ini warga
manusia.Penanggulangan penyakit DBD secara aktif mcnyampaikan pendapat sena
lebih banyak terkait dengan peran serta pcngalaman scat ada keluarga yang sakit atau
masyarakat (Chadijah, et.al. 2011). mengalami sakit, termasuk kerugian yang di
Peran serta masyarakat dalam upaya sebabkan oleh sakit DBD. Dalam kegiatan
mengatasi masalah DBD bergantung pada pemicuan ini dilakukan dialog dengan warga
adanya motivasi dalam masyarakat. Motivasi mengcnai risiko dan bahaya DBD. Peran tim
adalah dorongan yang timbul dari diri secara peneliti dalam kegiatan dialog pemicuan ini
sadar atau tidak sadar untuk melakukan adalah sebagai fasilitator/ moderator.
tindakan dengan tujuan tertentu (KBBI, Selama pertemuan intervensi (berupa
2002). Motivasi merupakan persyaratan dialog dengan warga), dilakukan pengamatan
masyarakat untuk berpartisipasi. Tanpa oleh tim peneliti tentang proses dialog yang
motivasi, masyarakat sulit untuk berjalan dan komunikasi yang berlangsung
berpartisipasi di semua program. Timbulnya serta mengidentifikasi ide serta inovasi dari
motivasi harus dari masyarakat itu sendiri peserta dialog. Tujuan intervensi agar warga
dan pihak luar hanya memberikan dukungan merasa bahwa pengendalian DBD adalah
(Notoadmodj o, 2010) suatu keharusan mengingat kerugian yang
Kegiatan Pemberantasan Sarang ditimbulkan dan dirasakan oleh warga akibat
Nyamuk (PSN) belum dilaksanakan secara penyakit ini. Dad adanya kesadaran,
konsisten oleh komunitas masyarakat yang selanjutnya masyarakat diharapkan memiliki
ada di Kota Sukabumi, hal ini tampak dari motivasi dan komitmen memilift model
tidak semua wilayah memiliki data Angka upaya pengendalian yang tepat dan sesuai
Bebas Jentik (ABJ) dari pemeriksaan jentik dengan lingkungannya. Kesepakatan itulah
secara berkala oleh warga. Di sisi lain yang menjadi komitmen bersama dalam
terdapat wilayah yang mampu membangun pengendalian DBD di wilayah perlakuan.
komitmen bersama untuk melakukan upaya Setelah tercapai kesamaan pendapat
pengendalian Aedes spp. (Nusa, et.al., 2012). mengcnai bahaya DBD, dilanjutkan dengan
pencarian alternatif upaya untuk mencegah
Penelitian ini bertujuan untuk
terjadinya kasus DBD. Rangkaian kegiatan
mengetahui keberhasilan perlakuan berupa
pemicuan diakhiri dengan rencana aksi yang
107
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 2, Juni 2015: 106 — 115

akan dilakukan oleh warga. Hasil dan warga, karena untuk menieriksa jentik perlu
kegiatan pemicuan diharapkan dapat memasuki rumah warga, sehingga sebelum
menigkatkan motivasi warga untuk pelaksanaan kegiatan dimintakan ijin kepada
melakukan upaya PSN. Setelah timbul pemilik rumah. Rumah yang diperiksa adalah
motivasi diharapkan muncul ide dan prakarsa semua rumah warga yang memberikan ijin
lokal untuk melakukan upaya PSN. untuk dilakukan pemeriksaan. Konsekuensi
Keberhasilan upaya PSN dipantau melalui dari kondisi ini adalah jumlah rumah yang
nilai ABJ di daerah perlakuan. diperiksa antara sebelum dan setelah
Sesuai tujuan penelitian maka data intervensi bisa tidak sama jumlahnya. Hal ini
yang dikumpulkan adalah ABJ sebelum juga tergantung apakah pada saat
intervensi dan setelah intervensi. Selanjutnya pemeriksaan jentik di rumah, penghuninya
dilakukan uji beda sebelum dan sesudah sedang ada di rumah atau tidak.
perlakuan atas data ABJ. Selama Selanjutnya untuk memudahkan
pengumpulan data terdapat kemungkinan gambaran proses penelitian disajikan alur
akan mengganggu atau melanggar privasi kegiatan penelitian pada bagan berikut

-I B
Survey jentik Perlakuan Masa inkubasi dan
pra perlakuan (Pemicuan) aksi pasca perlakuan

ABJ pasca
perlakuan

.\ uji

beda proporsi ,II., J I

I
)sebelum-sesuda.h e• 11
V (McNemar test) •N,II

Wawancara tertutup tentang upaya mungkin berupa besaran frekuensinya. Data


pengendalian Aedes spp. digunakan untuk hasil pemeriksaan jentik dianalisis dengan uji
menggali informasi tentang upaya yang beda yang sesuai dengan tujuan penelitian
dilakukan oleh responden dan keluarganya dan karakteristik data, dirnana data ABJ
dalam pengendalian vektor DBD. Responden bersifat proporsi maka prosedur uji beda
wawancara ini adalah kepala keluarga atau sebelum-sesudah perlakuan yang sesuai
yang mewakili. Dalam wawancara ini adalah uji McNemar (Beth dan Robert. 1994)
ditanyakan jenis dan frekuensi upaya yang
dilakukan responden dan keluarga untuk
mencegah DBD. Wawancara dilakukan HASIL
menggunakan kuisioner dengan kategori
Dan data sekunder kasus DBD yang
tidak pernah sampai sangat sering (dengan
diperoleh dan dinas kesehatan dan observasi
skoring 0 (tidak pernah), 1 (pernah), 2
tim peneliti maka diperoleh dua daerah
(kadang-kadang), 3 (sering), 4 (sangat
endemis DBD di Kota Sukabumi yaitu RW
sering). Wawancara dan survai jentik
11 Kelurahan Baros dan RW 03 Kelurahan
dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.
Sriwedari. Pemilihan kedua lokasi perlakuan
Selanjutnya basil wawancara upaya ini dengan pertimbangan sebagai daerah
pengendalian dan pengamatan selama dialog endemis mewakili wilayah selatan (RW 11
dianalisis secara deskriptif untuk Kelurahan Baros) dan utara (RW 03
menggambarkan variasi data dan jika Kelurahan Sriwedari) Kota Sukabumi.
108
Motivasi dan peran scrta masyarakat...(Heni P, Roy NRES & Rohrnansyah WIN)

Wilayah utara Kota Sukabumi memiliki mempunyai motivasi tintuk melakukan


posisi relatif lebih tinggi dari permukaan laut pengendalian Aeries spp. Salah satu dampak
(600-700 m dp1) dibandingkanwilayah dari motivasi yang muncul adalah adanya
selatan Kota Sukabumi (300-400 m dpl). komitmen warga dalam pertemuan.
Karakteristik lainnya adalah di wilayah Kesepakatan warga di Kelurahan Baros dan
selatan banyak pemukiman berupa kompleks Kelurahan Sriwedari hampir sama yaitu :
perumahan yang relatif teratur, sedangkan di
1. Warga menyadari bahwa DBD
utara banyak kampung dengan pemukiman
merupakan masalah bersama yang harus
yang kurang teratur.
segera ditanggulangi bersama.
Kegiatan intervensi di daerah
2. Adanya kesepakatan pemeriksaan jentik
perlakuan climatal dengan kegiatan
berkala yang dilakukan oleh para peniuda
pertemuan dengan warga di masing-masing
di Kelurahan Sriwedari dan oleh
RW perlakuan. Tujuan pertemuan ini adalah
penvakilan setiap RT di Kelurahan
memicu kesadaran masyarakat di wilayah
Baros.
RW perlakuan beserta aparat terkait untuk
menggali masalah yang berkaitan dengan 3. Adanya kesepakatan perlunya sanksi
pengendalian vektor dan bersama-sama pada masyarakat jika dirumahnya
mencari solusinya. Terlebih dahulu dalam ditemukan jentik.
pertemuan ini disarnpaikan pemaparan hasil
4. Mengaktifkan kembali kader, satgas
survei entomologi yang telah dilakukan
pemberantasan sarang nyamuk dan lain
sebelum perlakuan, pengenalan bionomik
lain.
Ae.aegypti, gambaran perkembangan kasus
infeksi virus dengue di Kota Sukabumi dan 5. Pengurus Kelunthan Baros meminta agar
daerah-daerah yang rnenjadi kantong- kesepakatan hasil dialog diterapkan di
kantong DBD, serta upaya-upaya yang telah seluruh RW wilayah Kelurahan Baros.
dilakukan oleh masyarakat dan petugas 6. Diperoleh kesepakatan waktu untuk
puskesmas Kota Sukabumi. Warga juga mulai dilakukan pemeriksaan jentik
diikutsertakan untuk menceritakan berkala di lingkungan tempat tinggal
pengalaman saat sakit, termasuk kerugian warga.
yang disebabkan oleh sakit DBD. Hal ini
bertujuan agar warga merasa bahwa
pengendalian DBD adalah suatu keharusan Rencana aksi komunitas
mengingat dampak kerugian yang
ditimbulkan dan dirasakan oleh warga. Dari Dalam pelaksanaan komitmen
kesadaran ini, masyarakat selanjutnya pemeriksaan jentik, dilakukan pendampingan
memiliki motivasi dan bersepakat memilih pada awal pemeriksaan jentik oleh thu
model upaya pengendalian yang dirasa tepat peneliti mulai dari pengenalan stadia-stadia
dan sesuai dengan lingkungannya. vektor, bionomik vektor, habitat vektor dan
Kesepakatan itulah yang menjadi komitmen cara melakukan survei entornologi vektor
bersama dalam pengendalian DBD di DBD. Selain itu, sebagai pengawas
wilayah perlakuan dilibatkan petugas puskesmas dengan cara
meminta laporan kegiatan survei jentik
Dalarn acara dialog tersebut, secara rutin sesuai kesepakatan.
masyarakat diarahkan sampai menghasilkan
komitmen warga, rencana aksi komunitas, Selama periode ini, terlihat bahwa
upaya pengendalian dan rencana pemantauan komitmen warga hanya bcrjalan di RW 3
keberadaan jentik di lingkungan RW yang Kelurahan Sriwedari. Pada RW ini yang
diberi perlakuan. bergerak melaksanakan pemantauan jentik
hasil komitmen warga adalah para pemuda
pelajar dan mahasiswa. Upaya yang
Komitmen warga dilakukan antara lain melaksanakan program
pemantauan jentik semiuggu sekali, membuat
Selama pengamatan terhadap selebaran pemberitahuan bebas jentik yang
pertemuan intervensi dialog dilakukan, ditempelkan di rumah warga, dan
nampak masyarakat mulai tergugah dan mengumpulkan barang-barang hekas yang
109
Jumal Ekologi Keschatan Vol. 14 No 2, Juni 2015 106 - 115

bisa jadi tempat bcrkembang biaknya pengendalian secara terpadu. Pengcndalian


nyamuk Ae. aegypti. Kcgiatan ini cukup fisik dilakukan dengan mengelola lingkungan
efektif, hal ini terlihat dad penurunan jentik, sehingga keadaan lingkungan tidak sesuai
pupa dan telur nyamuk di setiap minggunya. bagi perkembangbiakan nyamuk misalnya
Umumnya mereka melakukan pemantauan dengan mengubur barang-barang bekas,
jentik pada hari minggu. Kumpulan pemuda membuang air yang terdapat jcntik Aedes
yang menamakan dirinya "Ventris" ini aktif dan memperhatikan desain dalam
bergerak di bawali koordinasi pejabat RT dan pembangunan rumah atau tama n.
RW di lingkungan RW 03. lnovasi lain yang Pengendalian biologi dilakukan dengan
dilakukan adalah dengan menempelkan memanfaatkan organisms hidup seperti ikan
papan hasil pemeriksaan jentik di setiap pemakan jentik dan tumbuhan pengusir
rumah pada bagian depan rumah, sehingga nyamuk. Pengendalian kimiawi dilakukan
pemilik rumah dan tetangga sekitar dengan menggunakan insektisida baik berupa
mengetahui keberadaan jentik di setiap larvasida, repellent, insektisida rumah tangga
rumah, yang diharapkan dapat menimbulkan dan fogging untuk membunuh nyamuk.
rasa malu. Pengendalian terpadu dilakukan dengan
menggabungkan berbagai teknik
Kondisi ini berbeda dengan RW 11
pengendalian yang ada seperti mclakukan
Kelurahan Baros, dimana komitmen warga
pemeriksaan jentik secara rutin, mclakukan
belum berjalan bahkan sampai kegiatan
pemberantasan secara bersama-sama warga
intervensi ini berakhir. Antara kader
sekitar, dan memcriksa tempat-tempat yang
pemantau jentik dan warga saling
potensial menjadi tempat perkembangbiakan
mengandalkan. Ketika pendampingan
nyamuk. Upaya yang paling banyak
dilakukan, kader dengan semangat
di lakukan adalah pengendalian tcrpadu,
melaksanakan pemantauan jentik, tapi ketika
berupa upaya untuk memeriksa tempat-
tidak dilakukan pendampingan, pelaksanaan
tempat yang potensial sehagai tempat
pemantauan jentik tidak berjalan. Warga di
perkembangbiakan Aedes spp.
RW 11 Kelurahan Baros sangat tergantung
kepada kader pemantau jentik. Meskipun tiap Upaya pengendalian vektor DBD
minggu dilakukan pendampingan, tapi di RW yang dilakukan oleh warga di kedua RW
11 Kelurahan Baros komitmen warga masih mengalami perbedaan sebelurn dan sesudah
belum berjalan. Warga masih acuh dan dilakukan intervensi. Di RW 11 Kelurahan
cenderung bosan dengan rutinitas Baros, peningkatan itu pada beberapa upaya
pemantauan jentik yang dilakukan tiap pengendalian antara lain tertera pada tabel I.
minggu. Aparat RT dan RW pun sepertinya Pada tabel 1. disajikan data rata-rata tingkat
tidak bisa berbuat banyak. Dapat dikatakan frekuensi upaya pengendalian (dengan skor
komitmen warga di RW ini kurang berhasil. 0-4) dengan satuan rata-rata tingkat
frekuensi. Upaya pengendalian yang paling
besar mengalami kenaikan adalah upaya
Upaya pengendalian Aedes spp. tcrpadu terutama yang berkaitan dengan
Sebagai indikator adanya pemeriksaan jentik berkala dan pemeriksaan
peningkatan mot i vasi masyarakat jentik di tempat-tempat potensial
mengendalikan populasi Aedes spp. di kedua perkembangbiakan Aedes spp. Timbul
RW adalah adanya penurunan indcks vcktor kesepakatan warga mengenai periode
DBD di lingkungan perumahan mereka. pemeriksaan jentik berkala dan adanya sanksi
bagi rumah warga yang terdapat jentik.
Berbagai upaya pengendalian vektor DBD
yang dilakukan oleh warga masyarakat di Tcrdapat upaya yang justru mengalami
kedua RW sangat beragam. Upaya penurunan yaitu upaya biologis pada
pcngendalian Aeries spp. yang dilakukan pemeliharaan tanaman pengusir nyamuk dan
sebelum, selarna dan sesudah intervensi peineliharaan ikan karena dirasa warga upaya
ini kurang efektif.
dikelompokkan menjadi pengendalian secara
budaya, fisik, biologi, kimia, dan

110
Motivasi dan peran serta masyarakat...(Heni P, Roy NRES & Rohtnansyah WN)

Tabel 1. Perbedaan upaya pengendalian Aedes spp. sebelum dan sesudah perlakuan di
RW 11 Kelurahan Baros (satuan rata-rata tingkat frekuensi dengan skor 0-4)
No Jenis Upaya Pengendalian Sebelum Sesudah Kenaikan (%)
I Biologi 1,05 1,03 -1,90
2 Fisik 2,95 3,01 2,00
3 Kimia 2,00 2,05 2,50
4 Terpadu 4,96 5,17 4,20
5 Peraturan 0,92

Di RW 03 Sriwedari upaya adalah upaya biologi dimana masyarakat


pengendalian Aedes spp. juga mengalami mulai tergugah memanfaatkan lahan
peningkatan dari sebelum, dan sesudah lingkungan disekitar mereka untuk
intervensi. Secara keseluruhan peningkatan memelihara ikan dan menanam tanaman
upaya pengendalia Aedes spp. di Kelurahan pengusir nyamuk. Di daerah Kelurahan
Sriwedari lebih besar dibandingkan Sriwedari juga muncul konsensus warga
Kelurahan Baros. Berbeda dengan kenaikan untuk melakukan pemeriksaan jentik berkala
upaya pengendalian di Kelurahan Baros, dan sanksi kepada masyarakat yang
upaya yang mengalami kenaikan tertinggi rumahnya ditemukan jentik.

Tabel 2. Perbedaan upaya pengendalian Aedes spp. sebelum dan sesudah perlakuan di
RW 03 Kelurahan Sriwedari (satuan rata-rata tingkat frekuensi dengan skor
0-4)
No Jenis Upaya Pengendalian Sebelum Sesudah Kenaikan (11/4)
1 Biologi 0,86 1,13 31,40
2 Fisik 2,59 3,04 17,66
3 Kimia 1,46 1,68 15,00
4 Terpadu 4,21 5,18 23,00
5 Peraturan 1,07

Keberadaan jentik Aedes spp oleh tim peneliti pada 100 nanah di masing
masing RW saat sebelum, selama dan
Keberadaan jentik Aeries spp. di
sesudah intervensi diperoleh hasil indikator
kedua RW menjadi indikator warga dalam
indeks entomologi sebagai berikut :
melakukan upaya pengendalian Aedes spp.
Berdasarkan survey jentik yang dilakukan

Tabel 3. Indikator entomologi sebelum, selama dan sesudah intervensi di


RW 11 Kelurahan Baros
Perlakuan (RW 11)
Indikator
No Sebelum Selama Sesudah
Entomologi
(%) (%) (%)
ABJ 66,02 74,73 81,82
2 HI 33,98 25,27 18,18
3 CI 6,60 8,80 4,70
4 BI 26,21 19,44 14,05
5 PI 5,80 6,60 2,50

111
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 2, Juni 2015: 106 —115

Tabel 4. Indikator entomologi sebelum, selama dan sesudah inte tnsi


di RW 03 Kelurahan Sriwedari
Perlakuan (RW 03)
Indikator
No Sebelum Selama Scsudah
Entomologi
(%) (%) (%)
ABJ 62,50 74,73 86,00
2 HI 37,50 25,27 14,00
3 CI 7,10 7,20 4,10
4 BI 63,54 15,38 10,00
5 PI 7,30 6,60 1,00

Indikator entomologi di RW 11 Kelurahan Pondok Cina dalam mencegah


Kelurahan Baros dan RW 03 Kelurahan DBD.
Sriwedari menunjukkan adanya perbaikan.
Indikator peningkatan motivasi dapat
ABJ mengalami peningkatan sedangkan
dilihat dengan mcningkatnya upaya
House Index (HI), Container Index (CI),
masyarakat dalam pengendalian vektor DBD
Bretaux Index (BI), PI mengalami
dan tingkat keberlangsungan kegiatan
penurunan. Namun kondisi entomologis
pengendalian vektor di masyarakat tanpa ada
sesudah intervensi masih tcrgolong belum
rasa diawasi atau dinilai, tapi murni karena
sesuai dengan indeks entomologi yang aman
kesadaran masyarakat. Sebelum dilakukan
untuk penularan DBD. Kepadatan populasi
intervensi masyarakat di kedua RW telah
nyamuk (Density Figure) dengan
dilakukan upaya pengendalian vektor.
menggabungkan antara HI, CI dan BI
Upaya-upaya tersebut dikategorikan dalam
diperoleh tingkat risiko penularan 1-5 dengan
upaya fisik, kimia, biologi, terpadu, budaya
risiko penularan sedang (Service, 1993).
dan peraturan. Upaya tersebut mengalami
Perbedaan indeks entomologi di peningkatan setclah dilakukan intervensi.
kedua RW sebelum dan sesudah perlakuan Pcningkatan upaya ini terjadi karena adanya
menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil motivasi masyarakat, dan pengetahuan
analisis statistik menunjukkan bahwa masyarakat yang semakin tinggi mengenai
terdapat perbedaan nyata keberadaan jentik DBD. Hal tersebut terjadi karena di dalam
sebelum dan sesudah intervensi di RW 11 intervensi ini masyarakat digugah
Kelurahan Baros (p-value sebesar 0,01) dan kesadarannya serta diberikan tambahan
di RW 03 Kelurahan Sriwedari (p-value pengetahuan mengenai bionomik vektor dan
sebesar 0,00) sebelum dan sesudah dilakukan tempat-tempat yang potensial sebagai tempat
intervensi. perkembangbiakan nyamuk.
Peningkatan pengetahuan masyarakat
berdampak dalam peningkatan upaya
PEMBAHASAN
pcngendalian Aedes spp. Sebagai contoh,
Adanya komitmen bersama warga di dalam pembcrantasan sarang nyamuk
RW 11 Kelurahan Baros dan RW 03 pengetahuan masyarakat tidak hanya terpaku
Kelurahan Sriwedari menunjukkan adanya pada bak mandi dan penampungan air
iktikad baik warga dalam mencari solusi minum, tetapi kc penampungan air lain
untuk mengatasi masalah DBD di lingkungan scperti pot bunga, vas bunga, talang air dan
mercka. Komitmen ini juga memberikan lain-lain. Pengetahuan masyarakat yang
motivasi dalam did masyarakat untuk kurang tentang tempat-tempat
meningkatkan upaya pengendalian populasi perkembangbiakan jentik Aedes spp.
Aedes spp. sebagai vektor DBD. Motivasi menyebabkan keberadaan Aedes spp. terus
inilah yang menjadi dasar kesadaran dan ada. Masyarakat hanya fokus pada menguras
partisipasi masyarakat dalam pencegahan bak mandi dan tempat-tempat penampungan
DBD. Hal ini sesuai dengan pernyataan Putri air minum. Padahal di sekitar mercka masih
(2012) yang menyebutkan bahwa adanya terdapat tempat penampungan air yang
motivasi sebagai hal yang mampu potensial sebagai tempat perkembangbiakan
meningkatkan partisipasi warga RW 09 nyamuk. Hasil yang sama juga diungkapkan
112
Motivasi clan peran scita Inasyurakat...0-ieni P, Roy NRES & Rolimansyall WN)

Widiasuti dan Yuniarti (2009) dimana secara berdainpak pada porubalian indeks
umum pengetahuan masyarakat Dukuh entomologis ke arith yang lebih baik.
Kenteng, Kelurahan Tegalrejo, Kota Salatiga Berdasarkan basil dari survei jentik yang
meningkat lebih tinggi sesudah penyuluhan dilakukan scholium sclama dan sesudah
mengenai DBD dibandingkan dengan intervensi didapatkan kondisi yang berbeda.
sebeluni penyultilian. Hal tersebut dapat t)mumnya ABJ di kedua kelurahan pada saat
dipahami ballwa ineskipun sebagian besar sesudah intervensi mengalami kenaikan
masyarakat sibuk berdagang, akan tetapi sedangkan Hl, CI, f31 dan PI mengalami
mereka mempitnyai motiyasi tinggi untuk penurunan. Meskipun ABJ daerah perlakuan
belajar. pada akhir intervensi dibawah ABJ Nasional
(95%) tapi umunmya terjadi peningkatan
Upaya pengendalian vektor di RW
ABJ di kedua daerah perlakuan.
11 Kelurahan Baros yang mengalami
peningkatan terbosar adalah upaya terpadu, Peningkatan indeks entomologi
sedangkan di RW 03 Sriwedari adalah upaya Kelurahan Sriwedari menunjakkan basil
biologi. Perbedaan jenis upaya yang Icbih tinggi dibandingkan Kelm-Alan flaws.
mengalami peningkatan ini didasarkan pada Diduga hal mi bet kaitan dengan peningkatan
kondisi lingkungan masyarakat di kedua RW. upaya pengendaliart Aedes spp di RW 03
Masyarakat di Kelurahan Baros, memilih Kelurahan Sriwedari yang lebih tinggi
meningkatkan upaya terpadu/upaya bersama- dibandingkan RW 11 Kelurahan Baros. Peran
sama dibanding upaya yang lain. tokoh masyarakat di daerah Sriwedari yang
Keberlangsungan upaya ini memerlukan ikut aktif dalam upaya pengendalian Andes
pengawasan dan pendampingan. Sedangkan spp. juga meningkatkan motivasi warga,
masyarakat di Kelurahan Sriwedari sehingga upaya pengendalian populasi Aedes
meningkatkan upaya biologi mengingat spp. meningkat. Hal ini sesuai dengan basil
ketersediaan waktu„ sarana dan prasarana di penelitian Sitorus (2009) yang menunjukkan
lingkungan mereka. Upaya peraturan muncul besamya peran tokoh masyarakat dalam
berupa adanya sanksi bagi rumah atau program pengendalian Aedes spp. mulai dari
bangunan yang ditemakan jentik. l'ipaya ini RT, RW, kader bahlcan sescpuh masyarakat
merupakan basil komitmen masyarakat pada di daerah tersebut. Menurut Andriani (200o)
saat awal intervensi. diperlukan peniberian contoh pelaksanaan
kegiatan pencegahan penyakit Denial-11
Di Kelurahan Baros teidapat upaya
Berdarah Dengue klinsitsnya 3M obili tokoh
yang mengalaini penurunan yaitu upaya
masyarakat di lingkungan tempat tinggal
biologis. Masyaiakat di RW mi cenderting
guna peningkatau kesadaran masyarakat
meninggalkan upaya int pada saat sesudah
untuk berpei ilaku lebih baik dalam
intervensi dan lebih meningkatkan upaya
peneegahan penyakit Demam Berdarah
secara terpadu. Upaya biologis justru
Dengue. Peran aktif masyarakat dan tokoh
mengalami kenaikan di Kelurahan Sriwedari
masyarakat inilah yang menjadi motivasi dan
di mana masyarakat mulai tergugah untuk
upaya pengendalian Aede,s spp. di kedua RW
membudidayakan ikan dan tanaman pengusir
ini terpelihara.
nyamuk untuk mengendalikan Aedes spp.
Upaya kimia mengalami kenaikan tapi tidak Meskipun di daerah Kelurahan Baros
sebesar kenaikan upaya terpadu di Retina tetjadi peningkatan indikator entomologis
daerah perlakuan. Dalain pengendalian Aedes yang berbeda nyata, namun dari segi
spp. masyarakat diharapkan aktif mclakukan peningkatan tnotivasi dan peran serta
upaya terpadu dibandingkan upaya kimia masyarakat di daerah ini lcmab. Masyarakat
dengan mengandalkan insektisida dalam hanya man berperan aktif ketika dilakukan
mengendalikan Aedes spp Hal ini mengingat pengawasan atau pendampingan. 'I'anpa
risiko yang ditirnbulkan oleh upaya kimia pengawasan maka pengendalian populasi
dengan met iggunakan insektisida banyak Aedes tidak berjalan secara
merugikan sehingga sebisa mungkin upaya berkesinambungan. Diperlukan pendekatan
ini digunakan jika sangat peidu saja. yang sesuai dengan karakteristik tempat dan
penduduk agar upaya peningkatan motivasi
Meningkatnya upaya pengendalian
bisa berjalan baik. Dengan motivasi yang
vektor DBD oleh masyarakat di kedua RW
113
Jurnal Ekologi Keschatan Vol. 14 No 2, Juni 2015: 106— 115

tinggi partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian populasi Aedes spp.


pengendalian Aedes spp. juga akan secara bersama-sama.
men i ngkat. Kondisi ini berbeda dengan
Upaya peningkatan partisipasi masyarakat di RW 03 Sriwedari yang tinggal
masyarakat dalam pengendalian Aedes spp. di perumahan dengan tipe pemukiman tidak
di dua daerah endcmis DBD ternyata teratur. Peinukiman di Kelurahan Sriwcdari
memberikan hash! yang berbeda. Perbedaan sangat padat dan dengan tipe bangunan yang
peningkatan upaya pengendalian ini berbeda-beda, namun hal ini justru
menunjukkan perbedaan tingkat motivasi menjadikan warga mengenal satu sama lain.
warga untuk inelakukan komitmen yang Rasa saling kenal menjadi dasar untuk
sudah disepakati bersama. Adanya komitmen membangun kebersamaan dalam upaya
warga merupakan bukti adanya itikad balk pengendalian Aedes spp. Masyarakat di
warga untuk bersama-sama memberantas daerah ini mayoritas etnis Sunda sehingga
penyakit DBD. Dalam pelaksanaannya tidak ada kendala bahasa dalam
motivasi masyarakat untuk menjalankan berkomunikasi. Jen is pekerjaan
komitmen perlu dijaga agar komitmen masyarakatnya pun sangat beragam, mulai
tersebut bisa dilaksanakan dengan balk dan dari pegawai sampai pedagang kelontong.
berkelanjutan. Komitmen masyarakat akan Masyarakat banyak memiliki waktu luang
tens terpelihara apabila masyarakat sehingga upaya pengendalian populasi Aedes
memelihara motivasi yang ada pada diri spp. secara bersama-sama dapat lebih
mereka. Dalam suatu daerah, bila berjalan.
masyarakatnya mempunyai
Selain masyarakat, adanya komitmen
persepsi/pandangan bersama tentang
dari pemuka masyarakat setempat untuk
pentingnya tnenjaga kebersihan untuk
mendukung program ini merupakan
mencegah DBD akan mempengaruhi tingkat
keharusan, karena dengan dukungan dalam
kejadian DBD di daerah tersebut (Chahaya,
pertemuan-pertemuan di masyarakat,
2003). membuat motivasi masyarakat menjadi lebih
Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi untuk berpartisipasi. Seorang tokoh
kebcrhasilan pemicuan motivasi masyarakat mempunyai pengaruh yang besar dalam
untuk pengendalian populasi Aedes spp. menggerakkan masyarakat luas, karena
Faktor tempat dan karakteristik penduduk masyarakat umum lebih mudah menerima
diduga merupakan faktor yang berpengaruh apa yang dijelaskan oleh tokoh panutannya
bagi proses peningkatan motivasi. Hal ini (Bahtiar, 2012). Peran tokoh masyarakat di
terlihat pada daerah perlakuan RW 11 Baros RW 11 Kelurahan Baros masih belum
dan RW 03 Sriwedari. Penduduk di RW 11 maksimal, bila dibandingkan peran tokoh
Kelurahan Baros tinggal di daerah masyarakat di RW 03 Kelurahan Sriwedari
perumahan dengan tipe pemukiman dan dimana tokoh RT, RW maupun pemuda
bangunan yang teratur dan berasal dari berperan aktif dalam kegiatan ini.
berbagai etnis. Sebagian dari mereka juga Kelemahan penelitian ini adalah
merupakan penyewa yang berpindah-pindah
waktu penelitian yang terlalu singkat untuk
dari tempat satu kc tempat lain. Kondisi ini
melihat perubahan di masyarakat. Penelitian
membuat antar sebagian masyarakat tidak
partisipatif ini akan membcrikan basil yang
mengenal satu sama lain sehingga
nyata jika dilakukan dalam jangka panjang
mengurangi rasa kebersamaan. Selain itu,
minimal 1-3 tahun. Hal ini sesuai pernyataan
jenis pekerjaan diduga juga mempengaruhi bahwa partisipasi
Sukowati (2010)
motivasi masyarakat. Menurut Dalimuthe
masyarakat merupakan proses panjang dan
(2008) pekerjaan dapat mempengaruhi
memerlukan ketekunan, kesabaran dan upaya
partisipasi masyarakat dalam melakukan
dalam memberikan pemahaman dan motivasi
pemberantasan DBD. Mayoritas masyarakat
kepada individu, kelompok, masyarakat,
yang tinggal di daerah Baros adalah pegawai bahkan pejabat secara berkesinambungan.
yang hanya memiliki waktu senggang pada
hari minggu, sehingga kurang intensif dalam

114
Motivas dan peran serta masyarakat...(Heni P, Roy NRES & Rohmansyall WN)

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan Andriani F. (2006). Gambaran Pengetahuun, SiA-ap clan
Perilaku Masvarakat terhadup Pencegahan
Berdasarkan hasil penelitian dapat Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di
disimpulkan terjadinya peningkatan ABJ dan Kelurahan Nyomplong Wilayult Kerja
Puskesmas Pabuaran Kota Sukabumi.
penurunan Hl, Bl dan CI sebagai akibat
Skripsi. Universitas Kristen Maranata.
peran scrta warga dalam pengendalian Aedes
spp., namun peningkatan ABJ masih dibawah
standar nasional. Peningkatan motivasi Bahtiar Y. (2012) Ilubungan Pengetahuun dan Sikap
memberikan pengaruh terhadap peningkatan Tokoh Masyarakat dengan Perannya dalam
Pengendalian Demam Berdarah di Wilayah
upaya pengendalian Aedes spp.oleh warga. Puskesmas Kawalu Kota Tavikmalava.,
ASPIRATOR Vol 4 No 2.
Beth Dawson dan Robert G Trapp. (1994) Basic &
Saran Clinical Biostatistic. Mc Graw hill
International edition. edisi 3 tahun 1994
Disarankan bagi dinas kesehatan dan Chadijah, Sitti (2011) Peningkaian Peran Serra
sektor terkait (termasuk Kelurahan) untuk Masyarakat Datum Petakvanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD
terns memacu keterlibatan warga dalam
(PSN-DBD) di Dua Kelurahan di Kota Palu
pengendalian jentik. Sebaiknya dibentuk Sulawesi Tengah. Media Litbang Kesehatan
semacam kepengurusan oleh warga dalam Volume 21 Nomor 4 :183-190. Jakarta.
mengelola sumber daya terkait upaya Chahaya, I. (2003) Pemberantasan Rektor Demam
pengendalian jentik vektor DBD yang Berdarah di Indonesia. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
dilakukan oleh warga. Secara berkelanjutan Dalimuthe. (2008) Faktor-laktor yang Mempengaruhi
perlu penguatan motivasi melalui dialog Partisipasi Masvarakat dalam Program
untuk meningkatkan upaya pengendalian Pencegahan Malaria di Kecamatan Salim
DBD. Perlu adanya pencatatan hasil Kabupaten Mandailing Natal. Thesis.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
pengamatan yang dilakukan olch warga.
Sumatera Utara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2002)
Notoadmodjo S. (2010) Promosi Kesehatan: Teori &
UCAPAN TERIMA KASIH Aplikasi (Edisi Revisi), Jakarta : Rineka
Cipta.
Ucapan tcrima kasih disampaikan Nusa, R.R., et.al.. (2012) Pemetaan Model
kepada Kementerian Kesehatan R.I. Pengendalian DBD di Kota Sukabumi.
khususnya Badan Litbang Kesehatan RI, Laporan Hasil Penelitian Loka Litbang P2B2
Ciamis.
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Putri, PD. (2012) Motivasi dan Partisipasi Mugu
Masyarakat, Loka Litbang P2B2 Ciamis yang dalam Mencegah Angka kejudian DPI) di
memberikan dukungan pembiayaan dan RW 09 Kelurahan Pondok Cina Kccamatan
pembinaan dalam pelaksanaan penelitian ini. Be/i. Depok. Skripsi. Program Studi Ilmu
Ucapan terima kasih juga disampaikan Keperawatan. Universitas Indonesia.
Service MW. Mosquito Ecology Field Sampling
kepada Pemerintah Kota Sukabumi beserta Methods (1993) Chapman and Hall. London.
scluruh jajarannya di dinas kesehatan, 1993.
puskesmas, kelurahan, para ketua RT/RW Sitorus, RS. (2009) Perilaku Masyarakat Datum
dan masyarakat Kota Sukabumi atas Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
Dengue Di Puskesmas Medan lohor Kola
dukungan baik moril maupun materiil
Medan. http://hbrary. usu.ac.id
sehingga penelitian ini bisa dilaksanakan /index.phpeomponenUjoumals,andex php?opt
dengan baik. ion corn
journal review&id=13719&task=v ie w.
Diakses pada tgl 13 November 2013
Sukowati S. (2010) Masalah Vektor Demam Berdarah
Dengue dan Upaya Pengendallannya.
Buletin Jendela Epidemiologi Vol 2 Agustus
2010.
Widyastuti, U dan Yuniarti, RA. 2009. Pengendalian
Aedes aegvpti Menggunakan
Mesocyclops aspericorn is melalui Partisipasi
Masvarakat. Media Penelitian. dan
Pengembangan. Kesehatan. Volume. XIX

115

You might also like