You are on page 1of 6

Conservative Dentistry Journal Vol.8 No.

2 Juli-Desember 2018 : 54-59

Research Report

Hubungan Tindakan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pasien Terhadap Kepatuhan


Dalam Menjalani Perawatan Berulang

(Relations Between Dental Health Action On Patient Compliance In Repeated


Treatment)

Ahmad Mujahidin1, dan Galih Sampoerna2


1Mahasiswa Pendidikan Dokter Gigi
2Staf Pengajar Departemen Konservasi Gigi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga


Surabaya-Indonesia Bagian Konservasi Gigi

ABSTRACT
Background. Oral health problems in the community one of them is behavioral factors of oral
hygiene. It is associated with the treatment that requires patients to make treatment stages that can’t
be resolved by the operator in a single visit. Treatment done by because there are some conditions
such as emergency cases, complicated and requires a lot of time. Purpose. The aim of the study was
look at the relationship between dental health measures to compliance with repeated treatments.
Method. This study is an observative analytical research using cross sectional design. research is
divided into two parts, to find level of dental health action and Patient Compliance In Repeated
Treatment. Level of oral hygiene of patients is knew by questionnaire. Compliance is measured by
looking at the card status of patients. Result. Found 45.71% of respondents have a high health
measures on dental health, while another 11.43% having low health measures on dental and oral
health. Then there is also a health measure as much as 42.86% of patients who were. A total of
68.57% of people dutifully repeated during treatment and no patient who did not obey repeated
during treatment. A total of 11 patients from 35 patient trial (31.43%) patient compliance in a state
of being. Once associated with poorer spearman correlation test statistic p-value = 0.882.
Conclusion. There was no significant relationship between dental health action patient on patients
compliance in repeated treatments. It is seen from the p-value> 0.05 in spearmen correlation of test
results.

Keywords: Dental Health Action, Patient Compliance, Repeated Treatment


Korespondensi (correspondence): Ahmad Mujahidin, Bagian Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga, Jl. Mayjen Prof. Moestopo 47 60132, Indonesia. E-mail: mj_hyden90@yahoo.com.

PENDAHULUAN (promotif). kemudian upaya pencegahan penyakit


Program kesehatan nasional merupakan (preventif). dan upaya pemulihan atau
strategi yang mengutamakan pelaksanaan penyembuhan penyakit (rehabilitatif). yang
pembangunan nasional berwawasan kesehatan. dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan
Program ini memberikan prioritas terhadap upaya- berkesinambungan. Program ini memuat kesehatan
upaya peningkatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut
54
Conservative Dentistry Journal Vol.8 No.2 Juli-Desember 2018 : 54-59

merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak 1 bila jawaban benar, dan 0 jika jawaban salah.
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.1,2 Kemudian hasil diberi 3 kriteria. Baik jika total
nilai antara 5-6, Sedang jika total nilai antara 3-4
Masalah kesehatan gigi dan mulut pada dan Rendah jika total nilai antara 1-2. Kepatuhan
masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku penderita dilakukan pengukuran dengan menilai
atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. ketepatan waktu datangnya penderita sesuai
Perilaku kesehatan merupakan salah satu faktor dengan jadwal kunjungan, kesesuaian jumlah
yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu kunjungan dengan rencana awal, kesesuaian
atau masyarakat.3 Domain penting dalam perilaku perawatan dengan rencana perawatan, dan tingkat
adalah tindakan. Tindakan adalah bentuk respon kooperatif penderita terhadap operator. Kemudian
aktif dapat berupa perilaku yang nyata. Tindakan hasilnya dibagi dalam beberapa kriteria Patuh jika
merupakan hasil pelaksanaan yang berdasarkan total nilai 4, kurang patuh jika otal nilai 1-3 dan
pada domain lain dalam perilaku seperti tidak patuh jika total nilai 0. Kemudian keduanya
pengetahuan dan sikap.4 di uji hubungannya dengan uji statistik pearson
correlation.
Perawatan berulang adalah perawatan
yang menuntut penderita untuk melakukan tahapan HASIL
perawatan yang tidak bisa diselesaikan oleh
operator dalam sekali kunjungan. Perawatan
Tindakan adalah apa yang dilakukan
dilakukan oleh karena ada beberapa kondisi seperti
responden terkait dengan kesehatan, yaitu
kasus darurat, rumit dan memerlukan banyak
diantaranya pencegahan penyakit (preventif), cara
waktu.5 Banyaknya kunjungan yang diperlukan
memperoleh pengobatan yang tepat (kuratif), cara
untuk perawatan, mengakibatkan perawatan
peningkatan kesehatan (rehabilitatif).4
terkadang tidak tuntas karena ketidakpatuhan
Berdasarkan data yang dihimpun dari hasil
penderita sendiri. Hal ini dikarenakan bentuk
kuisioner. Hasil tersebut dikategorikan dalam tiga
tindakan kesehatan berupa keengganan pasien
karakteristik yaitu tinggi, sedang dan rendah,
datang berkali-kali dan ketidaktahuan pasien
tentang bagaimana pentingnya tahapan-tahapan adalah sebagai berikut:
yang terdapat dalam suatu perawatan. Tabel1: Distribusi responden berdasarkan hasil
kuisioner tindakan kesehatan gigi.
Pasien tidak datang kembali setelah
.
dilakukan tindakan relief of pain oleh operator, Tindakan kesehatan Jumlah Prosentase
karena pasien sudah tidak merasa sakit lagi. gigi Penderita (N) (%)
Ketidakpatuhan dalam menjalani perawatan di Tinggi 16 45,71
bidang konservasi gigi dapat menyebabkan
Sedang 15 42,86
kegagalan perawatan yang berakibat perawatan
Rendah 4 11,43
harus diulang kembali. Hal ini berarti menambah
biaya dan waktu baik untuk pasien maupun dokter Total 35 100
gigi sendiri. perlu komunikasi dan edukasi dari
dokter kepada pasien dengan baik agar pasien Hasil kuisioner menunjukkan bahwa
memperbaiki tindakan yang mengarah pada sebanyak 45,71% responden memiliki tindakan
kesehatan, sehingga berdampak pada peningkatan kesehatan yang tinggi tentang kesehatan gigi dan
kepatuhan pasien terhadap perawatan yang mulut, sedangkan 11,43 % yang lain memiliki
dilakukan. tindakan kesehatan yang rendah tentang kesehatan
gigi dan mulut. Kemudian juga terdapat sebanyak
BAHAN DAN METODE 42,86% tindakan kesehatan penderita dalam
tataran sedang.
Penelitian ini merupakan analitik observatif Kepatuhan dalam perawatan kesehatan
dengan jumlah sampel 35 pasien usia 12-60 tahun dapat diartikan sebagai ketaatan, kooperatif, saling
yang enderita yang sedang menjalani perawatan pengertian, dan hubungan terapeutik. Sebagian
berulang di RSGM-P Fakultas Kedokteran Gigi besar definisi memasukkan elemen tanggung
Universitas Airlangga (dengan minimal 3-4x jawab penderita terhadap perawatan dirinya, peran
kunjungan). Tindakan diukur dengan pemberian terhadap proses pengobatan dan kerja sama dan
skor pada jawaban kuisioner yang telah diisi oleh interaksi penderita dengan petugas kesehatan.6
responden berjumlah 6 buah kuisioner. diberi Skor
55
Conservative Dentistry Journal Vol.8 No.2 Juli-Desember 2018 : 54-59

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan kesehatan gigi terhadap kepatuhan menjalani


kepatuhan perawawatan berulang. Hasil uji statistik spearman
correlation ditemukan bahwa tidak ada hubungan
Kepatuhan Jumlah Prosentase yang signifikan antara keduanya, hal tersebut
Penderita (N) (%) ditunjukkan melalui nilai p sebesar 0,865.
Patuh (4) 24 68,57
kurang patuh (1-3) 11 31,43 Variabel Variabel Nilai (p
1 2 p <0,05) Keterangan
Tidak patuh (0) 0 0
Tidak ada
Total 35 100
Tindakan hubungan
Kepatuhan 0,865 p>0,05
kesehatan yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa signifikan
sejumah besar penderita, yakni 68,57% adalah
patuh selama perawatan berulang dan tidak ada
Selain tindakan kesehatan gigi pasien,
penderita yang tidak patuh selama perawatan
berulang. Tercermin pula bahwa sebanyak 11 penelitian dengan variabel lain yang mungkin
berpengaruh dengan kepatuhan juga dilakukan,
penderita dari 35 penderita coba (31,43%).
diantaranya pendidikan, motivasi, kebutuhan,
kepatuhan penderita dalam keadaan sedang.
persepsi pembiayaan dan hubungan kekerabatan
Tingkat tindakan kesehatan penderita yang
antara operator dan pasien. Dengan menggunakan
tergambarkan dalam tabel sebelumnya melalui
hasil jawaban dari kuisioner kemudian uji pearson correlation dapat ditemukan hasil
sebagai berikut.
dihubungkan dengan tingkat kepatuhan yang telah
dihimpun berdasarkan kriteria yang sudah
ditetapkan. Variabel 1 Variabel 2 p Keterangan
Tidak ada
Tabel 3: Distribusi responden berdasarkan tingkat hubungan
tindakan kesehatan dengan kepatuhan penderita Pendidikan Kepatuhan 0,119
yang
Kepatuhan signifikan
Tidak Ada
Tindakan Patuh Sedang
patuh
hubungan
N % N % N % Motivasi Kepatuhan 0,006
yang
Tinggi 12 34,29 4 11,43 0 0
0 0
signifikan
Sedang 10 28,57 5 14,29
Rendah 2 5,71 2 5,71 0 0 Ada
hubungan
Kebutuhan Kepatuhan 0,020
Diketahui bahwa sebanyak 34,29% yang
responden dengan tingkat tindakan kesehatan signifikan
tinggi dan patuh terhadap perawatan berulang yang
Ada
sedang dijalankan. Tergambar pula 11,43%
penderita dengan tingkat tindakan kesehatan tinggi hubungan
Persepsi Kepatuhan 0,018
namun memiliki kepatuhan yang sedang. yang
Kemudian sebanyak 28,57% penderita dengan signifikan
tingkatan tindakan yang sedang tapi patuh. Selain
itu, sebanyak 14,29% penderita dengan tindakan
Ada
yang sedang memiliki kepatuhan yang sedang pula hubungan
Pembiayaan Kepatuhan 0,034
. Sebanyak 5,71% penderita dengan tingkat yang
tindakan kesehatan gigi rendah namun penderita signifikan
patuh. Sebanyak 5,71% responden dengan tingkat
tindakan kesehatan yang rendah dan kepatuhan Tidak ada
selama perawatannya sedang. Hubungan hubungan
Kepatuhan 0,921
Berdasarkan data yang didapat dari Kekerabatan yang
responden dari tingkat tindakan dan kepatuhan, signifikan
kemudian dicari hubungan antara tingkat tindakan
56
Conservative Dentistry Journal Vol.8 No.2 Juli-Desember 2018 : 54-59

Ditunjukkan bahwa tidak ada hubungan (1983) memberi gambaran tentang hal-hal yang
yang signifikan antara pendidikan dan hubungan mempengaruhi diantaranya seperti paksaan,
kekerabatan dengan kepatuhan penderita. Namun kecocokan terapi atau kesepakatan terapi (Kyngas
ditemukan adanya hubungan yang signifikan et. al, 2000). Kemudian kepatuhan juga
antara motivasi, kebutuhan, persepsi, dan disimpulkan melalui persetujuan penderita
pembiayaan dengan kepatuhan penderita dalam terhadap petunjuk pengobatan berupa perancanaan
menjalani perawatan berulang. perawatan, jadwal pengobatan, kerjasama yang
baik dari penderita (Evangelista, 1999).
PEMBAHASAN Hasil uji statistik Spearman Correlation
Secara operasional, perilaku adalah respon menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek signifikan antara tindakan kesehatan gigi terhadap
tersebut. Respon ini berbentuk dua macam, yaitu kepatuhan dalam menjalani perawatan berulang di
bentuk pasif yang merupakan respon internal dan UPF Konservasi Gigi RSGMP Fakultas
bentuk aktif yang merupakan perilaku yang dapat Kedokteran Gigi Universitas Airlangga pada
diobservasi secara langsung. Bentuk respon aktif periode bulan September hingga November 2011,
dapat berupa tindakan yang nyata.4,7 hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,882. Hasil
Tindakan merupakan respon aktif dari penelitian ini tidak sejalan dengan berbagai teori
perilaku seseorang. Tindakan merupakan apa yang yang ada, antara lain teori perubahan perilaku
dilakukan responden terkait dengan kesehatan, Notoadmodjo ( 2007), yang menyebutkan bahwa
yaitu diantaranya pencegahan penyakit tindakan yang merupakan respon aktif sangat
(preventif), cara memperoleh pengobatan yang mempengaruhi terbentuknya tindakan dan perilaku
tepat (kuratif), cara peningkatan kesehatan sehat, dalam hal ini kepatuhan dalam menjalani
(rehabilitatif). Dari ketiga bentuk tindakan tersebut perawatan berulang.
tentunya berdampak pada perilaku penderita untuk Tingkat tindakan kesehatan gigi penderita
menjalani perawatan dengan patuh.8 Namun, hasil tidak berhubungan secara signifikan terhadap
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kepatuhan dikerenakan kepatuhan disebabkan oleh
linier antara tindakan kesehatan gigi terhadap banyak faktor seperti penelitian yang dilakukan
kepatuhan penderita. Hal ini dapat dilihat pada Widagdo (2003). Melalui data yang dihimpun,
Tabel 5, diketahui bahwa sebanyak 34,29% ditemukan pula bahwa ada beberapa faktor
responden dengan tingkat tindakan kesehatan pemungkin yang berpengaruh di RSGM UPF
tinggi dan patuh terhadap perawatan berulang yang Konservasi Gigi meliputi pembiayaan (p-
sedang dijalankan. Tergambar pula 11,43% value=0,34), motivasi (p-value=0,006), kebutuhan
penderita dengan tingkat tindakan kesehatan tinggi (p-value=0,020), dan persepsi (p-value=0,018).
namun memiliki kepatuhan yang sedang. Sedangkan faktor hubungan kekerabatan (p-
Kemudian sebanyak 28,57% penderita dengan value=0,921) dan pendidikan (p-value=0,119)
tingkatan tindakan yang sedang tapi patuh. Selain tidak berhubungan secara signifikan.
itu, sebanyak 14,29% penderita dengan tindakan Faktor-faktor yang mungkin berpengaruh
yang sedang memiliki kepatuhan yang sedang pula terhadap kepatuhan dapat dibagi dalam beberapa
. Sebanyak 5,71% penderita dengan tingkat bagian yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin
tindakan kesehatan gigi rendah namun penderita dan faktor penguat, faktor faktor tersebut telah
patuh. Sebanyak 5,71% responden dengan tingkat diteliti oleh Wahyu Widagdo (2003)4 namun
tindakan kesehatan yang rendah dan kepatuhan dengan sample penderita tuberculosis namun
selama perawatannya sedang. dengan kriteria sama dengan penelitian ini yakni
Tingkat kepatuhan penderita dalam menjalani perawatan berulang. Faktor predisposisi
penelitian ini menunjukkan bahwa 68,57% meliputi rentang usia, jenis kelamin, pekerjaan,
responden patuh dalam menjalani perawatan pendidikan pengetahuan dan sikap. Sedangkan
berulang, kemudian sekitar 31,43% memiliki dari faktor pemungkin terdiri dari jarak rumah ke
kepatuhan sedang dan tidak ada penderita yang rumah sakit dan ketersediaan transportasi.
tidak patuh selama menjalani perawatan berulang Kemudian dari faktor penguat terdiri atas
(Tabel 3). Kepatuhan penderita dalam penelitian dukungan keluarga dan pelayanan operator.
ini dinilai dari ketepatan waktu dan jumlah Faktor predisposisi kepatuhan mengacu
kedatangan penderita dalam menjalani perawatan, pada Robin (2004), yang berpendapat bahwa
kesesuaian tahapan perawatan dengan rencana faktor demografi dapat berpengaruh pada
perawatan serta tingkat kooperatif penderita. Kim kepatuhan, yaitu diantaranya usia, jenis kelamin,

57
Conservative Dentistry Journal Vol.8 No.2 Juli-Desember 2018 : 54-59

pendidikan dan penghasilan. Menurut Widagdo operator. Faktor dorongan dari keluarga
(2003) dalam tesisnya menyebutkan bahwa faktor mengalami kendala karena sulit untuk mendeteksi
usia cukup memiliki pegaruh terhadap kepatuhan, dan mencari tahu. Faktor pelayanan dari operator
yaitu usia lebih tua lebih tidak patuh dari usia yang menurut Ramonasari (1997) ada hubungan antara
lebih muda, namun tercatat tidak dominan dan pelayanan yang baik dengan kepatuhan penderita
signifikan.ketidakpatuhan penderita pada usia dalam menjalani perawatan berulang (Widagdo,
lebih tua dikaitkan dengan kesibukan.9 Kemudian 2003).
berdasarkan jenis kelamin tercermin bahwa wanita Kyngas (2000) menemukan bahwa beberapa
cenderung lebih patuh menurut Shea et,all (1997).9 hal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa
Keadaan ini dikaitkan dengan kecenderungan faktor internal dan eksternal. Faktor internal
waktu lenggang wanita daripada pria dan diantaranya usia, kesan terhadap penyakitnya
kekhawatiran ibu rumah tangga bila menularkan berupa motivasi, emosi, keinginan untuk sampai
penyakitnya. Namun dalam penelitian, tidak ada pada tujuan perawatan. Rasionalisasi akan
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan pengobatan yang berhubungan dengan hasil
kepatuhan penderita. Dari segi pendidikan menurut perawatan, sementara faktor eksternal berupa
Widagdo pula disebutkan tidak ada hubungan yang kondisi lingkungan sosial ekonomi, dukungan
signifikan antara tingkat pendidikan penderita orang sekitar, rencana pengobatan yang melibatkan
dengan kepatuhan. Hal tersebut dikarenakan faktor petugas kesehatannya, adanya pemahaman tentang
informasi dapat diperoleh dari media-media dan intervensi perawatan yang akan diterima.
penyuluhan sehingga jenjang pendidikan tertentu Motivasi memiliki peranan penting karena
tidak bisa menjadi jaminan sebagai penentu motivasi merupakan dorongan dari dalam diri
kepatuhan.10 Hal tersebut pula dipertegas oleh seseorang yang menyebabakan orang melakukan
Marzuki (2000) yang menyebutkan tidak ada suatu kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang
hubungan antara tingkat pendidikan penderita baik diinginkan (Notoadmodjo, 2007). Dalam hal ini,
yang pada tingkat dan dasar maupun yang tingkat motivasi yang dimaksud adalah motivasi penderita
menengah kepada kepatuhan penderita dalam yang datang ke UPF Konservasi Gigi RSGMP
menjalani perawatan berulang. Dari segi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
pengetahuan, menurut Marzuki (2000) tingkat untuk melakukan perawatan, apakah penderita
pengetahuan penderita memiliki hubungan yang datang dengan keinginannya atau oleh ajakan
signifikan terhadap kepatuhan penderita dalam orang lain. Faktor motivasi ini memiliki pengaruh
menjalani perawatan berulang. Dari segi sikap yang kuat terhadap kepatuhan penderita dalam
penderita menurut Cameroon (1996) terdapat menjalani perawatan (Kyngas, 2000). Teori
hubungan yang signifikan antara sikap dan tersebut terbukti dengan hasil uji statistik yang
kepatuhan. Hal tersebut dihubungkan dengan dilakukan bahwa nilai p motivasi sebesar 0,006.
keadaan bahwa sikap merupakan elemen Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
pembentuk sikap seseorang dalam hal ini signifikan antara motivasi dan kepatuahan
kepatuhan. 10,11, penderita dalam menjalani perawatan berulang.
Faktor pemungkin terdiri dari jarak rumah Sudarma (2008) menyebutkan bahwa dorongan
ke rumah sakit dan ketersediaan transportasi. Dari utama seseorang bersedia melakukan praktik
segi pekerjaan disebutkan bahwa terdapat pengobatan yaitu adanya need for health, tingginya
hubungan yang signifikan antara penderita yang dorongan untuk sehat yang ada dalam diri
bekerja dan penderita yang tidak bekerja, yang menyebabkan dapat mengabaikan masalah
mana penderita yang bekerja cenderung lebih hambatan ekonomi, sosial maupun lainnya.
patuh.10 Shea (1997) menegaskan bahwa pasien Persepsi adalah pemberian makna pada
yang tidak bekerja kepatuhannya lebih buruk dari suatu stimulus, dengan menyimpulkan berbagai
yang bekerja.9 Semnani (1996) berpendapat bahwa informasi dan menafsirkannya. Persepsi penderita
kemiskinan atau tingkat sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lain, contohnya saja
rendah dapat mempengaruhi kepatuhan penderita. penderita dengan penyakit yang sama, satu
Philipus (1997) juga mengutarakan bahwa ada penderita mempersepsikan apa yng dirasakannya
hubungan yang signifikan antara ketersediaan sebagai suatu penyakit sedangkan orang yang lain
transportasi karena mempengaruhi keteraturan mempersepsikan apa yang dirasakannya bukanlah
dalam berobat. 10 merupakan suatu penyakit (Notoadmodjo, 2007).
Beberapa faktor penguat kepatuhan yakni Dari persepsi ini nantinya akan menimbulkan suatu
berupa dorongan dari keluarga dan pelayanan dari kepercayaan atau keyakinan terhadap diri

58
Conservative Dentistry Journal Vol.8 No.2 Juli-Desember 2018 : 54-59

seseorang terhadap suatu penyakit. Hal ini sejalan 2. Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman
dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Jakarta:
nilai p persepsi penderita pada perawatan berulang Departemen Kesehatan RI.
di UPF Konservasi Gigi RSGMP Fakultas 3. Budiharto. 2009. Pengantar Ilmu Perilaku
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga sebesar Kesehatan dan pendidikan Kesehatan
0,018. Penderita harus percaya bahwa jika penyakit Gigi. Jakarta: EGC.
yang dideritanya tidak segera dirawat akan 4. Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi
menimbulkan komplikasi yang lebih serius, kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
sehingga penderita harus mengikuti perawatan Cipta.
yang telah direncanakan oleh petugas kesehatan.4 5. Walton, Torabinejad. 2002. Principles and
Biaya perawatan sangat menentukan Practice of Endodntics. 3rd ed. Philadelphia:
kepatuhan penderita dalam menjalani perawatan, W.B Saunders.
terutama pada perawatan penyakit kronis dan pada 6. Kyngas, H., Duffy, M.E., & Kroll, T. 2000.
perawatan yang membutuhkan waktu lama dan Review conceptual analysis of
berulang, seperti pada perawatan yang ada di UPF compliance.Journal of Clinical Nursing, 9:5-
UPF Konservasi Gigi RSGMP Fakultas 12
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Pada 7. Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. promosi
penelitian ini p pembiayaan yang didapat pada uji kesehatan, teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka
statistik sebesar 0,034. Hasil tersebut Cipta.
mengindikasikan bahwa ada hubungan yang 8. Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu perilaku
signifikan antara nilai pembiayaan dan kepatuhan. kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal ini sejalan dengan penelitian Skinner (1938) 9. Kyngas, H. 1999. A theoretical model of
bahwa faktor eksternal seperti biaya berpengaruh compliance in young diabetics. Journal of
pada perjalanan perawatan seseorang.12 Clinical Nursing, 8:73-80.
Dilihat dari faktor kebutuhan dapat dilihat 10. Widagdo , Wahyu. 2003. Analisis faktor-
sebanyak 60% penderita datang mencari perawatan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
untuk meredakan rasa sakitnya, tanpa harus penderita mengenai pengobatan tuberkulosis
dilakukan perawatan lanjutan, dan hanya 40% yang dalam konteks keperawatan komunitas di
menginginkan perawatan lanjutan hingga tuntas. wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat Jakarta Selatan tahun 2002. Tesis S2. diakses
hubungan yang signifikan antara kebutuhan dan tanggal 20 desember 2011 pada
tingkat kepatuhan dari responden, dengan nilai http://www.digilib.ui.ac.id.
signifikansi p=0,020 Kebutuhan yang dirasakan 11. Marzuki, 2000. Faktor-faktor yang
oleh penderita berhubungan dengan motivasi dan berhubungan dengan kepatuhan berobat
persepsi dari seseorang, sehingga akan penderita TBC paru di puskesmas dalam
mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita.13,15 wilayah kabupaten aceh besar propinsi DI
Sesuai dengan teori pertukaran sosial dalam Aceh tahun 998, tesis pasca UI, Jakarta.
hubungan interpersonal, menyatakan bahwa 12. Marihot Tua Effendi Hariandjaja, 2002.
seseorang berhubungan dengan orang lain karena Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
mengharapkan sesuatu untuk memenuhi Gramedia Widiasarana Indonesia.
14,15
kebutuhannya. 13. Mitchell Alex J. and Thomas Selmes. 2007.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Why Don’t Patients Take Their Medicine?
bahwa tindakan kesehatan gigi dan mulut penderita Reasons and Solutions in Psychiatry. Journal
tidak berhubungan secara signifikan terhadap of Continuing Professional Development.
kepatuhan penderita dalam menjalani perawatan Vol. 13, 336-346.
berulang. 14. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
15. Evangelista, L.S. 1999. Compliance: A
DAFTAR PUSTAKA concept analysis. Nursing Forum, 34 (1): 5-
1. Badan Penelitian Dan Pengembangan 12.
Kesehatan. 2007. Riset kesehatan dasar
Jakarta; Departemen Kesehatan RI.

59

You might also like