You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/354727122

Identifikasi Penyebab Penyakit Blas Padi Pada Kombinasi Pola Tanam System
of Rice Intensification (SRI) dan Jajar Legowo

Conference Paper · July 2021


DOI: 10.25047/agropross.2021.235

CITATION READS

1 10

3 authors, including:

Evan Purnama Ramdan Umi Kulsum


Universitas Gunadarma Brawijaya University
14 PUBLICATIONS   3 CITATIONS    25 PUBLICATIONS   28 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Evan Purnama Ramdan on 27 May 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Proceedings:
Peningkatan Produktivitas Pertanian Era Society 5.0 Pasca Pandemi

Tempat : Politeknik Negeri Jember


Tanggal : 22 Juli 2021

AGROPROSS Publisher :
National Conference Agropross, National Conference Proceedings of Agriculture
Proceedings of Agriculture ISBN : 978-623-94036-6-9
DOI : 10.25047/agropross.2021.235

Identifikasi Penyebab Penyakit Blas Padi Pada Kombinasi Pola Tanam


System of Rice Intensification (SRI) dan Jajar Legowo

Author(s): Shyntiya Ayu Lestari(1), Evan Purnama Ramdan(1), Umi Kulsum(2)*


(1)
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Depok
(2)
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan, Jatisari, Karawang
* Corresponding author: umibbpopt@gmail.com

ABSTRACT Keywords:
Blast is an important disease of rice plants that can infect the leaves and neck of the panicle. Disease
Identification of the cause of the disease is important to determine the appropriate control. This incidence;
study will identify the cause of rice blast disease in a combination of SRI and Jajar legowo cropping
patterns. The research was conducted from August to September 2020 at BBPOPT Jatisari, disease
Karawang. Field observations were carried out on 6 rice fields with different cropping patterns, severity;
including P1: SRI + jarwo 2:1, P2: SRI + jarwo 3:1, P3: SRI + jarwo 4:1, P4: SRI + jarwo 5:1,
P5: SRI without jarwo combination, and P6: Tegal planting system (control). Each plot was then Oryza sativa;
divided into 5 sub-plots as replicates (1 point in each corner of the plot and 1 point in the middle Pyricularia
of the plot). Each plot was then observed for symptoms, incidence, and disease severity. Rice
grisea.
showing blast symptoms was then brought to the BBPOPT Phytopathology Laboratory for
morphological identification. The results showed that the symptoms of rice blast found were
rhombic brown spots with pointed edges. In the center of the spots are gray and brown and a little
orange at the edges of the spots. The percentage of incidence and severity of disease is 43.33-
46.50% and 26-28%, respectively, with moderate attack category. Morphological identification
showed that the cause of rice blast disease in the combination of SRI and jajar legowo cropping
patterns was Pyricularia grisea which was characterized by oval-shaped conidia, slightly pointed
at the tip, 2 to 3 bulkheads, and blunt conidia.

Kata Kunci: ABSTRAK


Blas merupakan penyakit penting tanaman padi yang dapat menginfeksi bagian daun dan leher
Kejadian malai. Pengenalan penyebab penyakit penting dilakukan untuk menentukan pengendalian yang
penyakit; tepat. Penelitian ini akan mengidentifikasi penyebab penyakit blas padi pada kombinasi pola tanam
SRI dan Jajar legowo. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2020 di
keparahan
BBPOPT Jatisari, Karawang. Pengamatan lapang dilakukan pada pada 6 petak sawah dengan pola
penyakit; tanam berbeda, meliputi P1: SRI + jarwo 2:1, P2: SRI + jarwo 3:1, P3: SRI + jarwo 4:1, P4: SRI
Oryza sativa; + jarwo 5:1, P5: SRI tanpa kombinasi jarwo, dan P6: Sistem tanam tegal (kontrol). Setiap petak
kemudian dibagi menjadi 5 sub petak sebagai ulangan (1 titik di setiap sudut petak dan 1 titik di
Pyricularia tengah-tengah petak). Setiap petakan kemudian diamati gejala, kejadian, dan keparahan penyakit.
grisea Padi yang menunjukkan gejala blas kemudian di bawa ke Laboratorium Fitopatologi BBPOPT
untuk diidentifikasi secara morfologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala blas padi yang
ditemukan berupa bercak coklat belah ketupat dengan tepi runcing. Pada bagian tengah bercak
berwarna abu-abu dan warna coklat dan sedikit orange di bagian tepi bercak. Adapun persentasi
kejadian dan keparahan penyakit berturut-turut sebesar 43.33-46.50% dan 26-28% dengan kategori
serangan sedang. Identifikasi secara morfologi menunjukkan bahwa penyebab penyakit blas padi
pada kombinasi pola tanam SRI dan jajar legowo adalah Pyricularia grisea yang dicirikan dengan
konidia berbentuk oval, agak runcing dibagian ujung, memiliki 2 sampai 3 sekat, dan ujung
pangkal konidia tumpul.

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 312


Author(s): Shyntiya Ayu Lestari, Evan Purnama Ramdan, Umi Kulsum ______________________________

PENDAHULUAN dapat menyebabkan kegagalan panen


Padi (Oryza sativa L.) merupakan hingga 100% (Sobrizal et al. 2007). Faktor-
salah satu tanaman pangan yang diperlukan faktor yang dapat mempengaruhi penyakit
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. blas diantaranya faktor tanah, pengairan
Pada tahun 2019 produksi tanaman padi dan penggunaan pupuk yang berlebihan
yaitu sebesar 54,60 juta ton gabah kering (Lestari et al. 2011). Faktor kelembaban
giling (GKG) dan mengalami penurunan merupakan salah satu fator yang sangat
sebesar 4,60 juta ton atau 7,76 % mempengaruhi timbulnya gejala blas, baik
dibandingkan tahun 2018 (BPS, 2020). pada daun maupun pada leher malai
Penurunan hasil tersebut diakibatkan oleh (Santoso dan Anggiani 2008). Selain itu,
beberapa faktor dan salah satunya adalah penggunaan pestisida dan pupuk sintetik
adanya serangan hama dan penyakit. Wang yang berlebihan dapat menimbulkan
et al. (2014) melaporkan bahwa kehilangan masalah yang besar terutama bagi
hasil produksi padi akibat gangguan kesehatan tanah dan mengakibatkan
penyakit blas ini bervariasi di berbagai penurunan produktivitas tanaman (Lestari
negara seperti Jepang, Brazil, India, Korea, et al. 2011).
China, Filipina, Vietnam, Italia, Iran, dan Pengendalian secara preventif sangat
Indonesia berturut-turut sebesar 20–100%, penting dilakukan sehingga dapat
100%, 5–10%, 8%, 14%, 50–85%, 38– mengurangi resiko terjadinya serangan
83%, 22–26%, 20–80%, dan 50–90%. Blas hama dan penyakit yang dapat menurunkan
merupakan salah satu penyakit penting hasil produksi tanaman (BBPADI, 2015).
tanaman padi di Indonesia yangdisebabkan Penyakit blas dapat dikendalikan
oleh jamur Pyricularia grisea (Tasliah et menggunakan varietas tahan dan aplikasi
al. 2015). Penyakit ini dapat ditemukan fungisida (Namai 2011, Sharma et al.
pada beberapa bagian tanaman padi seperti 2012). Namun menurut Liu et al. (2015),
daun, leher daun, batang, malai dan biji. penggunaan fungisida kimiawi secara
Selain itu, penyakit blas biasanya berlebihan dan tidak terkendali dapat
menyerang pada semua fase pertumbuhan merusak lingkungan. Penggunaan varietas
tanaman padi mulai dari persemaian tahan komponen utama dalam
sampai menjelang panen (BBPADI, 2015). pengendalian penyakit blas dan dinilai
Gejala yang muncul akibat infeksi P. lebih efektif, ekonomis, dan mudah
grisea berupa bercak dengan bentuk belah diaplikasikan petani (Sharma et al. 2012).
ketupat dengan warna abu-abu atau putih Selain itu, beberapa cara pengendalian
dan warna coklat disekelilingnya. Variasi penyakit dapat dilakukan dengan
dari bentuk, warna dan ukuran bercak menggunakan penerapan teknik budidaya
tergantung dari umur dan ketahanan tanaman sehat, penanaman varietas tahan,
varietas tanaman (Ou 1985). Penyakit blas (BBPADI, 2015) dan agens hayati seperti
dapat berkembang parah hingga Trichoderma sp., Gliocladium sp., P.
menginfeksi bulir padi P. grisea yang polymyxa, P. fluorescence dan B. subtilis
terbawa gabah saat panen akan menjadi (Lestari et al. 2021). Akan tetapi, untuk
patogen tular benih (seed borne) menentukan alternatif pengendalian yang
(BBPADI, 2015). tepat bagi tanaman diperlukan informasi
Penyakit blas dapat menyebabkan akurat mengenai penyebab penyakit pada
kerugian hasil yang bervariasi tergantung tanaman. Oleh karena itu, pada penelitian
pada varietas yang ditanam, lokasi, musim, ini akan dilakukan identifikasi penyebab
dan teknik budidaya. Pada stadium penyakit blas padi pada kombinasi pola
vegetatif penyakit blas dapat menyebabkan tanam System of Rice Intensification (SRI)
tanaman mati dan pada stadium generatif dan jajar legowo.

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 313


Author(s): Shyntiya Ayu Lestari, Evan Purnama Ramdan, Umi Kulsum ______________________________

METODOLOGI Evaluation System) for Rice edisi ke-4,


Penelitian ini dilakukan pada bulan (IRRI, 1996). dapat dilihat pada Tabel 1.
Agustus sampai September 2020 di Balai Tabel 1. Skoring penyakit blas
Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Karawang, Kat.
Keterangan
Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Skor
0 Tidak ada gejala Penyakit
lahan sawah yang memiliki sistem 1 Gejala belum terlihat jelas
kombinasi pola tanam SRI dan jajar 2 Gejala <5% dalam satu rumpun
legowo. 3 Gejala = 5% - <25% dalam satu rumpun
4 Gejala = 25% - 50% dalam satu rumpun
Lokasi pengamatan 5 Gejala = 50 % dalam satu rumpun
Lokasi pengamatan dilakukan pada
lahan sawah dengan pola tanam kombinasi Identifikasi penyebab penyakit blas
SRI dan jajar legowo yang terdiri dari 6 Identifikasi dilakukan dengan cara
petak pengamatan meliputi P1 = SRI mengambil daun dan leher malai yang
dengan kombinasi Jajar Legowo 2:1, P2 = bergejala, kemudian dilakukan identifikasi
SRI dengan kombinasi Jajar Legowo 3:1, morfologi menggunakan buku illustrated
P3 = SRI dengan kombinasi Jajar Legowo Genera of Imperfect Fungi dari Barnett dan
4:1, P4 = SRI dengan kombinasi Jajar Barry, (1972) dan Dematiaceous
Legowo 5:1, P5 = SRI tanpa kombinasi, Hyphomycetes dari Ellis, (1971). Metode
dan P6 = Sistem Tegal (Konvensional). isolasi umum merupakan modifikasi
Setiap petak kemudian dibagi menjadi 5 metode isolasi jamur patogen tanaman
sub petak sebagai ulangan (1 titik di setiap Mehrota & Aggarwal (2003). Sempel daun
sudut petak dan 1 titik di tengah-tengah padi bergejala blas yang digunakan ± 2
petak). Setiap petakan kemudian diamati sampai 3 helai daun padi dan leher malai
gejala, kejadian, dan keparahan penyakit. padi yang bergejala. Sampel tanaman padi
Pengamatan gejala dilakukan dengan bergejala blas dipotong kecil (± 1 cm) lalu
pengamatan penampakan secara visual disterilisasi menggunakan NaoCl 1 %
dilapangan. selama 3 menit. Kemudian dibilas air steril
selama 1 menit sebanyak 3 kali dan
Kejadian dan keparahan penyakit dikeringkan pada tissue steril. Setelah itu 6
Penghitungan kejadian penyakit blas – 8 potongan sampel disusun pada media
menggunakan rumus: tumbuh Potato Dextrose Agar (PDA).
a
KT = x 100%, dengan Biakan diinkubasi pada suhu ruang ±28°C
b
KT: Kejadian penyakit, a: jumlah rumpun selama 7 hari.
yang terserang, dan b : jumlah Isolasi jamur dilakukan
rumpun yang diamati menggunakan daun tanaman padi begejala
Penghitungan keparahan penyakit blas blas. Pada isolasi jamur dengan metode ini
setiap minggu menggunakan rumus: diperoleh beberapa jenis jamur dan bakteri
KP =
Σ(n x v)
x 100%, dengan yang beragam. Pemurnian koloni P. grisea
NxZ dilakukan dengan cara menyeleksi bagian
miselium P. grisea saja. Hal ini karenakan
KP: Keparahan penyakit, n: Jumlah
dalam satu cawan petri tersebut ada
rumpun yang terserang dalam setiap
beberapa mikroba kosmopolit. Pemurnian
kategori serangan, v: Kategori (skor)
dilakukan dengan cara memindahkan
serangan, N: Jumlah rumpun yang diamati,
koloni P. grisea ke media PDA pada tube
dan Z: Kategori (skor) tertinggi yang
menggunakan jarum enth/ose. Miselium
digunakan.
jamur P. grisea hasil biakan murni diambil
Skoring penyakit pada tanaman padi
sebanyak satu ose kemudian letakkan di
ditentukan berdasarkan SES (Standard

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 314


Author(s): Shyntiya Ayu Lestari, Evan Purnama Ramdan, Umi Kulsum ______________________________

atas preparat. Preparat tersebut kemudian P. grisea. Hal ini sesuai dengan Ou (1985)
ditetesi air steril sebagai sebanyak 1 tetes yang menyatakan bercak blas adalah elips
dan ditutup dengan cover glass. Hal ini dengan ujungnya agak runcing seperti
dilakukan utuk mengidentifikasi P. grisea belah ketupat. Bercak yang telah
secara morfologi (Samson, et al., 1995). berkembang, bagian tepi berwarna coklat
dan bagian tengah berwarna putih keabu-
Rancangan Penelitian dan Analisis Data
abuan. Bercak bermula kecil berwarna
Rancangan penelitian ini
hijau gelap, abu-abu sedikit kebiru-biruan.
menggunakan Rancangan Acak Kelompok
Bercak ini terus membesar pada varietas
(RAK), yang terdiri atas 6 perlakuan dan
yang peka, khususnya bila dalam keadaan
diulang sebanyak 6 kali. Data yang
lembab. Bercak yang telah berkembang
diperoleh dianalisis data yang digunakan
penuh mencapai 1-1,5 cm dan lebar 0,3-0,5
adalah sidik ragam (ANOVA). Apabila
cm dengan tepi berwarna coklat. Penyakit
dalam analisis keragaman menunjukan
blas yang menyerang daun disebut sebagai
adanya beda nyata antara beberapa
blas daun dan yang menyerang leher malai
perlakuan pola tanam tergadap kejadian
disebut blas leher (Santoso et al. 2007).
dan keparahan penyakit maka akan
Penyakit blas menimbulkan dua
dilanjutkan dengan menggunakan Uji
gejala khas, yaitu blas daun dan blas malai.
Lanjut Duncan dengan menggunakan taraf
Blas daun merupakan bercak coklat
sebesar 5%. Perhitungan dilakukan dengan
kehitaman, berbentuk belah ketupat
menggunakan aplikasi SAS.
dengan pusat bercak berwarna putih. Blas
malai berupa bercak coklat kehitaman pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
pangkal leher yang dapat mengakibatkan
Gejala dan Tanda Penyakit Penyakit
leher malai tidak mampu menopang malai
Blas
dan patah. Kadang-kadang jamur ini juga
Berdasarkan pada (Gambar 1) dapat
menyerang bagian benih (Tebeest et al.,
dilihat bahwa gejala dari penyakit blas
2007). Pada bagian tengah bercak
pada padi berupa bercak coklat yang
berwarna putih keabu-abuan dengan tepi
bentuk belah ketupat dengan tepi agak
berwarna cokelat tua. Gejala bercak daun
runcing, yang biasanya di tengah-tengah
blas mulai terlihat pada saat tanaman padi
terdapat bercak berwarna abu-abuan agak
berumur 40 hari setelah tabur benih
putih dan di tepi pinggir berwarna coklat
(Yuliani dan Maryana 2014). Penyakit blas
dan sedikit berwarna orange. Penyakit blas
menimbulkan dua gejala khas, yaitu blas
padi biasanya terdapat pada daun padi,
daun yang menyerang tanaman padi pada
leher malai padi yang terjadi pada fase
fase vegetatif dan blas leher yang
vegetatif maupun generatif. Penyakit blas
menyerang pada awal pembungaan
tersebut biasanya diakibatkan oleh jamur
(Bonman, 1992).

Gambar 1. Gejala Penyakit Blas pada Padi (dok.pribadi)

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 315


Author(s): Shyntiya Ayu Lestari, Evan Purnama Ramdan, Umi Kulsum ______________________________

Identifikasi Pyricularia grisea secara jamur dengan metode ini diperoleh


Morfologi beberapa jenis jamur dan bakteri yang
Hasil isolasi pada media PDA beragam. Oleh karena itu perlu dilakukan
menunjukkan bahwa metode isolasi umum pemurnian untuk memperoleh biakan yang
dilakukan menggunakan beberapa sampel benar-benar merupakan P. grisea (Gambar
tanaman padi begejala blas. Pada isolasi 2).
A B

Gambar 2. Hasil Isolasi Jamur P. grisea (doc.pribadi)


Pemurnian koloni P. grisea terdapat konidia P. grisea. Pada konidia P.
dilakukan dengan cara menyeleksi bagian grisea memiliki bentuk oval namun agak
miselium P. grisea saja yang diambil runcing dibagian ujung dan memiliki 2-3
secara hati-hati sehingga tidak terkena sekat serta ujung pangkalnya agak tumpul.
bakteri atau jamur yang lainnya. Hal ini Berdasarkan hasil pengamatan P. grisea
karenakan dalam satu cawan petri tersebut secara mikroskopis menunjukkan bahwa P.
ada beberapa mikroba kosmopolit. grisea memiliki panjang sebesar 108,301
Pemurnian dilakukan dengan cara µm dengan lebar kisaran anatara 24.083 –
memindahkan koloni P. grisea ke media 49.878 µm (Gambar 4). Hal ini sesuai
PDA pada tabung reaksi menggunakan dengan Barnett dan Barry (1972) yang
jarum enth atau ose. Hasil dari biakan menyatakan bahwa bentuk dari konidia P.
murni dapat di lihat pada (Gambar 3) grisea yaitu berbentuk panjang, ramping,
bahwa warna dari koloni P. grisea tersebut dan kebanyakan berbentuk sederhana,
berwarna putih dengan miselium seperti konidia P. grisea membentuk sedikit elips
kapas dan sedikit berwarna abu-abu agak pada bagian pangkal yang sedikit lebar
kehitaman. Hal ini sesuai dengan dibandingkan dengan ujungnya yang agak
Srivastava et al, (2014) yang menyatakan meruncing, bersel 2 hingga 3 (Gambar 4).
bahwa karakter morfologi dari berbagai Jamur P. grisea termasuk dalam kelompok
jenis isolat P. grisea memiliki warna Ascomycetes. Secara morfologi jamur ini
koloni yang bervariasi dari warna abu-abu mempunyai konidia berbentuk bulat
sampai hitam dan menghasilkan tepi koloni lonjong, tembus cahaya dan bersekat dua
yang halus dan kasar. Dimana konidia atau mempunyai tiga ruangan (Ou 1985).
pyriform selalu hialin sampai pucat olive, Sedangkan menurut Ellis, (1971)
2-septa dengan 3 ruang (Srivastava et al, menyatakan bahwa bentuk dari konidia P.
2014). grisea yaitu berbentuk ramping
Sementara itu proses identifikasi membentuk sedikit elips pada bagian
penyebab Blas dilakukan berdasarkan ciri pangkal yang sedikit lebar dibandingkan
morfologi yaitu secara mikroskopis dengan ujungnya yang agak meruncing,
menunjukkan bahwa hasil identifikasi bersel 2 hingga 3.
berdasarkan ciri morfologi secara
mikroskopis menunjukkan bahwa pada
pengamatan mikroskop perbesaran 40 X

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 316


Author(s): Shyntiya Ayu Lestari, Evan Purnama Ramdan, Umi Kulsum ______________________________

menyebar di hampir semua sentra produksi


padi di Indonesia. Beberapa areal
persawahan beririgasi yang dilaporkan
terjangkit penyakit blas adalah Subang,
Karawang, Indramayu, Garut, dan
Sukabumi di Jawa Barat; seluruh
kabupaten penghasil padi pada lahan
sawah irigasi dan tadah hujan dataran
Gambar 3. Hasil biakan murni P. grisea
rendah di Jawa Tengah; dan Lamongan,
(doc. Pribadi)
Jombang, Mojokerto, Pasuruan,
Probolinggo serta Lumajang di Jawa Timur
(Sudir et al. 2013, Yulianto et al. 2014a).
Tabel 1. Kejadian Penyakit pada Berbagai
Perlakuan Kombinasi SRI dan
Jajar Legowo.
Kode Perlakuan Kejadian Penyakit (%)
Gambar 4. Konidia jamur P1 46.67a
P2 13.33b
Pyriculariagrisea P3 40.00ab
Kejadian dan Keparahan Penyakit Blas P4 20.00ab
di Lapang P5 33.33ab
P6 26.67ab
Epidemi penyakit blas di Indonesia Keterangan : P1 = SRI dengan kombinasi jarwo
yang semula terjadi pada tanaman padi 2:1, P2 = SRI dengan kombinasi jarwo 3:1, P3 =
gogo, sejak awal tahun 1985 telah berstatus SRI dengan kombinasi jarwo 4:1, P4 = SRI dengan
sebagai penyakit utama padi di lahan kombinasi jarwo 5:1, P5 = SRI tanpa kombinasi,
P6 = Sistem tanem tegal (konvensional). Angka-
sawah tadah hujan dan pada awal tahun
angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh
2000 berkembang di lahan irigasi. Sudir et huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji
al. (2014) melaporkan penyakit blas sudah 5% (uji Duncan)

50.00
Kejadian Penyakit (%)

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Perlakuan
Gambar 5. Grafik Rataan Kejadian Penyakit pada Berbagai Perlakuan
Kombinasi SRI dan Jajar Legowo.

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 317


Author(s): Shyntiya Ayu Lestari, Evan Purnama Ramdan, Umi Kulsum ______________________________

Berdasarkan grafik diatas penyakit blas karena kadar silika pada


menyatakan bahwa kejadian penyakit dinding sel jaringan tanaman yang
tertinggi yaitu pada perlakuan P1 (SRI menghambat penetrasi patogen menjadi
dengan kombinasi jarwo 2:1) dan P3 (SRI rendah (Mew et al. 1986). Pada lahan yang
dengan kombinasi jarwo 4:1) kekurangan air, intensitas penyakit blas
dibandingkan dengan perlakuan lainnya lebih tinggi daripada di lahan yang cukup
yaitu sebesar 46,50 % dan 43,33 %. air. Jarak tanam yang rapat dan curah hujan
Sedangkan kejadian penyakit blas yang yang kurang dapat meningkatkan intensitas
terendah terdapat pada perlakuan P2 (SRI penyakit blas pada varietas rentan.
dengan kombinasi jarwo 3:1) yaitu sebesar Tabel 2. Keparahan Penyakit pada
28,33 % (Gambar 5). Hal ini dikarenakan
pada lahan perlakuan P1 kondisi lahanya Berbagai Perlakuan Kombinasi
cukup kering dan tanahnya dangkal SRI dan Jajar Legowo.
dibandingkan perlakuan yang lain, Kode
sedangkan pada perlakuan P3 lahannya Keparahan Penyakit (%)
Perlakuan
cukup air sehingga menjadi lembab dan P1 18.67a
jarak tanamnya rapat sehingga kejadian P2 5.33b
penyakinya lebih tinggi. Pada perlakuan P3 16.00ab
P4 8.00ab
P2, lahannya cukup air dan jarak tanam P5 16.67ab
tidak terlalu rapat sehingga kejadian P6 10.67ab
penyakit blasnya rendah jika dibandingan Keterangan : P1 = SRI dengan kombinasi jarwo
dengan 4 perlakuan lainnya. Hal ini sesuai 2:1, P2 = SRI dengan kombinasi jarwo 3:1, P3 =
dengan Santoso dan Nasution (2008), yang SRI dengan kombinasi jarwo 4:1, P4 = SRI dengan
menyatakan bahwa perkembangan kombinasi jarwo 5:1, P5 = SRI tanpa kombinasi,
penyakit blas dipengaruhi oleh P6 = Sistem tanem tegal (konvensional). Angka-
kelembaban, suhu, cahaya, varietas, dan angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh
pemupukan nitrogen. Tanaman padi yang huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji
kekurangan air rentan terhadap penyebab 5% (uji Duncan)

30.00
25.00
Keparahan Penyakit

20.00
15.00
(%)

10.00
5.00
0.00
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Perlakuan

Gambar 6. Grafik Rataan Keparahan Penyakit pada Berbagai Perlakuan Kombinasi SRI
dan Jajar Legowo.
Berdasarkan pada grafik rataan P1 (SRI dengan kombinasi jarwo 2:1) dan
keparahan penyakit diatas bahwa penyakit P3 (SRI dengan kombinasi jarwo 4:1)
blas pada pengaruh Kombinasi Pola Tanam dengan tingkat keparahan penyakit blas
System of Rice Intensification (SRI) dan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan
Jajar Legowo yang tertingi pada perlakuan lainnya yaitu sebesar 28,00% dan 26,00%.

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 318


Author(s): Shyntiya Ayu Lestari, Evan Purnama Ramdan, Umi Kulsum ______________________________

Sedangkan pada keparahan penyakit blas bersama-sama berkontribusi dalam


yang terendah terdapat pada perlakuan P2 meningkatkan keparahan penyakit blas
(SRI dengan kombinasi jarwo 3:1) yaitu (Swamy et al. 2009).
sebesar 17,00 % (Gambar 6). Hal ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah KESIMPULAN
satunya kondisi lingkungan seperti suhu Berdasarkan hasil dari pembahasan
kelembaban dimana jika jarak tanam yang diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab
terlalu rapat dapat mengakibatkan penyakit blas pada padi diakibatkan oleh
kelembaban meningkat, dimana beberapa faktor salah satunya adalah
kelembaban dapat mempengaruhi sistem pola tanam, suhu, varietas yang
tingginya keparahan penyakit blas. Hal ini rentan, dan penggunaan pupuk berlebihan.
sesuai dengan Zulaika (2017) yang Gejala penyakit blas pada padi di lapangan
menyatakan bahwa perubahan pada suhu yaitu berupa bercak coklat yang bentuk
udara akan berpengaruh pada penyebaran belah ketupat dengan tepi agak runcing,
jamur pathogen penyebab blas, sehingga yang biasanya di tengah-tengah terdapat
perubahan yang signifikan pada kondisi bercak berwarna abu-abuan agak putih dan
lingkungan (termasuk iklim) dapat di tepi pinggir berwarna coklat dan sedikit
berpengaruh terhadap sebaran penyakit berwarna orange. Koloni P. grisea yang
dan dataran rendah, memiliki kondisi iklim berhasil diisolasi memiliki karakter
yang lebih panas, dimana suhu lingkungan miselium seperti kapas dengan warna putih
cenderung lebih besar dari pada suhu hingga abu-abu kehitaman dengan tepi
optimum perkembangan jamur penyakit koloni halus. Sementara hasil identifikasi
blas. secara morfologi, P. grisea menunjukkan
Penyakit blas disebabkan oleh ciri berupa konidia berbentuk oval, agak
cendawan P. grisea (Sudir et al., 2001; runcing dibagian ujung dan memiliki 2-3
Santoso & Nasution, 2008). Perkembangan sekat serta ujung pangkalnya agak tumpul.
penyakit blas dipengaruhi oleh Persentase kejadian dan keparahan
kelembaban, suhu, cahaya, varietas, dan penyakit yang diperoleh di lapangan
pemupukan nitrogen (Santoso & Nasution, berturut-turut sebesar 43.33-46.50% dan
2008). Tanaman padi yang kekurangan air 26-28% baik pada pola tanam
rentan terhadap penyebab penyakit blas konvensional dan kombinasi SRI-Jarwo.
karena kadar silika pada dinding sel Meskipun tingkat kejadian dan keparahan
jaringan tanaman yang menghambat penyakit masih dapat dikategorikan
penetrasi patogen menjadi rendah (Mew et sedang, tetapi akan menjadi permasalahan
al. 1986). Faktor sistem penanaman serius jika tidak dikendalikan
memiliki pengaruh terhadap jarak tanam
yang berhubungan dengan masuknya sinar UCAPAN TERIMA KASIH
matahari ke dalam sela-sela rumpun Penulis mengucapkan terimakasih
tanaman padi. Jarak tanam yang terlalu kepada ibu Tika Dewi Munifah selaku Staf
rapat dapat menghambat sinar matahari Laboratorium Fitopatologi Balai Besar
masuk sehingga menyebabkan kondisi Peramalan Organisme Pengganggu
iklim mikro lembab, suhu yang relatif Tumbuhan (BBPOPT) yang telah
hangat sehingga optimum bagi patogen membantu dalam proses identifikasi
untuk berkembang (Swamy et al. 2009). Pyricularia grisea secara mikroskopis
Faktor ketinggian tempat juga sehingga bisa terlaksana dengan baik.
menunjukkan pengaruh terhadap tingkat
keparahan penyakit blas, faktor letak
geografi seperti ketinggian tempat, secara

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 319


Author(s): Shyntiya Ayu Lestari, Evan Purnama Ramdan, Umi Kulsum ______________________________

DAFTAR PUSTAKA Liu, Y., X. Qi, N. D. Young, K. M. Olsen,


Badan Pusat Statistik [BPS]. (2020). Luas A. L. Caicedo and Y. Jia. (2015).
panen dan produksi padi pada tahun Characterization of resistance gene
2019 mengalami penurunan to rice blast fungus Magnaporthe
dibandingkan tahun 2018 masing- oryzae in a “Green Revolution” rice
masing sebesar 6,15 dan 7,76 %. variety. Molecular Breeding 35(52):
Retieved from 1-8.
https://www.bps.go.id/pressrelease/2 Mew, T.W., A.K.M. Shahjahan, and V.
020/02/04/1752/luas-panen-dan- Mariappan. (1986). Diseases and
produksi-padi-pada-tahun-2019- disease management of rainfed
mengalami-penurunan- lowland rice. Pages 339-348 in
dibandingkan-tahun-2018-masing- Progress in rainfed lowland rice.
masing-sebesar-6-15-dan-7-76- International Rice Research Institute,
persen.html P.O. Box 933, Manila, Philippines.
Barnett, H. L dan Hunter B.,B. (1972). Namai, T. (2011). Race differentiation of
Ilustrated Genea Of Imperfact Fungi. the rice blast fungus, Pyricularia
America : United States Of America oryzae, and environmentally friendly
BBPADI. (2015). Penyakit Blas Pada control of rice blast disease. J. Gen.
Tanaman Padi Dan Cara Plant. Pathol. 77:350-353.
Pengendaliannya. Retived from Ou, SH. (1985). Rice Diseases (2nd ed.).
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/ Com. Mycological Inst. Kew,
index.php/info-berita/info England. 380 p.
teknologi/penyakit-blas-pada- Santoso dan A. Nasution. (2008).
tanaman-padi-dan-cara- Pengendalian penyakit blas dan
pengendaliannya. penyakit cendawan lainnya. Buku
Bonman, J,M. (1992). Durable resistance Padi 2. Hlm. 531- 563. Dalam:
to rice blast disease-environmental Darajat A.A., A. Setyono, A.K.
influences. Euphytica 63: 115-123. Makarim, dan A. Hasanuddin (Ed.).
Ellis, M,B. (1971). Dematiaceous Padi Inovasi Teknologi. Sukamandi:
Hyphomycetes. England : Balai Besar Penelitian Tanaman
Commonwealth Mycological Padi.
Institute. Santoso, A. Nasution, D.W. Utami, I.
IRRI. (1996). Standard Evaluation System Hanarida, A.D. Ambarwati, S.
for Rice. Los Banos (PH): IRRI. Mulyopawiro, dan D. Tharreau.
Lestari, P., Trijatmiko, R,T., Reflinur, (2007). Variasi genetik dan spectrum
Warsun, A., Tasliah, Ona, I., Vera virulensi pathogen blas pada padi
Cruz, C., and M. Bustaman. (2011). asal Jawa Barat dan Sumatera. Jurnal
Mapping quantitative trait loci Penelitian Pertanian Tanaman
conferring blast resistance in upland Pangan 26(3): 150-155
indica rice (Oryza sativa L.). J. Crop Sharma, T. R., A. K. Rai, S. K. Gupta, J.
Sci. Biotech. 14(1): 57-63. Vijayan, B. N. Devanna and S. Ray.
Lestari, S.A., Kulsum, U. & Ramdan, E. P. (2012). Rice Blast Management
(2021). Efikasi beberapa agens hayati Through Host-Plant Resistance:
terhadap penekanan pertumbuhan Retrospect and Prospect. Agric. Res.
Pyricularia grisea secara in vitro. 1(1): 37- 52.
Agrosains: Jurnal Penelitian Sobrizal, Santoso, Anggiani, and Suwarno.
Agronomi, 23 (1): 31-36. (2007). Rice blast disease in
Indonesia. p. 71-80. In Yoshimichi

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 320


Author(s): Shyntiya Ayu Lestari, Evan Purnama Ramdan, Umi Kulsum ______________________________

Fukuta, Casiana M. Vera Crus and N. and herbicides against rice blast in
Kabayashi (Ed.). A Differential Cauvery Delta. J Plant Dis.
System for Blast Resistance for 22(2):450–451.
Stable Rice Production Environment. Tasliah, J. Prasetiyono, T. Suhartini dan I.
JIRCAS Working report No. 53. H. Soemantri. (2015). Ketahanan
Tsukuba, Japan. galur-galur padi Pup1 terhadap
Srivastava, D, Shamim, M,d., Kumar., D, penyakit blas. Jurnal Penelitian
Pandey., P, Khan,.N.A, and Singh,. Pertanian Tanaman Pangan 34(1):
K.N. (2014). Morphological and 29-36.
Molecular Characterization of TeBeest, D,O., Guerber, C., & Ditmore M.
Pyricularia oryzae Causing blast (2007). Rice Blast. Diakses pada
Disease in Rice (Oryza sativa) from tanggal 23 Juni 2020. Tersedia pada
North india. IJRS. Volume 4[7]:4 http://www.apsnet.org
Sudir, A, Nasution, Santoso, dan B, /edcenter/intropp/less
Nuryanto. (2014). Penyakit blas P. ons/fungi/ascomycetes/Pages/RiceBl
grisea pada tanaman padi dan strategi ast.aspx
pengendaliannya. Iptek Tanaman Yuliani, D. dan Y,E, Maryana. (2014).
Pangan. 9(2): 85-96 Integrasi teknologi pengendalian
Sudir, D. Yuliani, A. Nasution, dan B. penyakit blas pada tanaman padi di
Nuryanto. (2013). Pemantauan lahan sub-optimal. Prosiding
penyakit utama padi sebagai dasar Seminar Nasional Lahan Sub
skrining ketahanan varietas dan Optimal. Palembang 22-27
rekomendasi pengendalian di September 2014. p.835–845.
beberapa daerah sentra produksi padi Zulaika. (2017). Pemodelan Keparahan
di Jawa. Laporan Hasil Penelitian Penyakit Blas (Pyricularia oryzae
2013. Sukamandi: Balai Besar Cav.) pada Tanaman Padi di
Penelitian Tanaman Padi. 33p. Kabupaten Subang. Institut Pertanian
Swamy, H,N., Sannaulla, S, Kumar, M,D,. Bogor, Bogor.
(2009). Evaluation of new fungicides

Managed by : Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember 321

View publication stats

You might also like