You are on page 1of 19

MINI RISET

MK.KETERAMPILAN DASAR
BK

PRODI PGSD S1-FIP

Skor nilai:
PERAN WALI KELAS

DALAM PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING

Oleh kelompok 4

Fransiska yunita litau 1215011001

Agnes mutika kirana putri barus 1212311003

Alvi Novita Dalimiunthe 1213311169

Rindang Nur Rezeki 1213311174

Devi Utami 1213311185

DOSEN PENGAMPU : RAFAEL LISINUS GINTINGS.Pd.,M.Pd

MATA KULIAH : KETERAMPILAN DASAR BK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya kami dapat menyusun tugas Mini Riset ini dengan baik, dan tepat pada
waktunya. Mini Riset ini telah dibuat dari beberapa sumber dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan tugas ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan tugas Mini Riset ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Mini Riset ini
baik dari materi maupun teknik penyajiannya Oleh karena itu kami mengajak pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun mini riset ini. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan tugas selanjutnya. Penulis berharap semoga
tugas yang kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua .Terima kasih.

Medan, Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

_Toc86924186
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................. 1
C. TUJUAN PENELITIAN ................................................................................................................. 1
D. MANFAAT PENELITIAN ............................................................................................................. 1
BAB II .............................................................................................................................................................. 3
TINJAUAN TEORI ............................................................................................................................................ 3
1. PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ..................................................................... 3
2. TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ............................................................................... 4
3. ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING .......................................................................... 4
4. PERANAN DAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBELAJARAN SISWA .. 7
5. PERAN GURU DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING .............................. 7
BAB III ............................................................................................................................................................. 9
METODE PENELITIAN ..................................................................................................................................... 9
1. METODE PENELITIAN ..............................................................................................................10
2. SUBJEK PENELITIAN ................................................................................................................10
3. ASSESMENT DATA .....................................................................................................................10
BAB IV ........................................................................................................................................................10
PEMBAHASAN .........................................................................................................................................10
1. KETERANGAN TENTANG WAWANCARA LANGSUNG ...................................................11
2. HAL-HAL YANG DIAMATI .......................................................................................................12
3. HASIL ANALISIS .........................................................................................................................12
BAB V .........................................................................................................................................................15
PENUTUP ..................................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN ..............................................................................................................................15
B. SARAN............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu sistem pendidikan nasional yang menjuru
pada pelayanan terkait masalah – masalah dan usaha mengembangkan potensi peserta
didik. Bimbingan dan konseling menjadi wadah permasalahan siswa dengan harapan
mendapatkan solusi dan masukan dari permasalahan – permasalahan yang dialami peserta
didik. Bimbingan konseling tidak semata hanya seputar permasalahan, tetapi juga
menangani upaya pecegahan permasalahan yang dapat timbul, serta upaya memeberikan
edukasi dalam menggiring peserta didik berkembang, lebih mengenal diri sendiri , dapat
menghargai diri sendiri dan orang lain, menanamkan rasa tanggung jawab dan sikap
mandiri, serta mengwujudkan tujuan pendidikan nasional untuk menciptakan SDM yang
unggul dalam pengetahuan, keterampilan , dan karakter.

Dalam perannya pada sekolah dasar ( SD ) , bimbingan konseling diambil alih oleh wali
kelas yang berperan sebagai pengajar sekaligus konselor. Wali kelas sebagai orang tua
peserta didik di sekolah yang dipercaya lebih mengenal karakter anak – anak didiknya dan
cenderung lebih dekat dengan peserta didik, sehingga pengawasan terhadap permasalahan
dan perkembangan peserta didik akan lebih optimal untuk dilaksanakan. Peran bimbingan
dan konseling ini sangatlah penting dalam masa tumbuh kembang anak. Permasalahan –
permasalahan yang timbul, bila mendapatkan pengawasan bimbingan konseling akan lebih
cepat untuk dipecah sehingga tidak akan memicu kemasalah yang lebih serius. Di usia
dasar anak – anak yang cepat disadari titik kelemahannya, akan mendapatkan upaya untuk
mengatasi kelemahan tersebut dan kemudian mendapat usaya pengembangan diri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana guru melaksanakan tugasnya sekalaku wali kelas sekaligus konselor
dalam layanan bimbingan dan konseling di SD N. 114343 Sukarame ?
2. Masalah apa yang sering ditemukan wali kelas dalam pelayanan bimbingan
konseling? Solusi apa yang dilakukaan untuk mengatasi masalah tersebut ?
3. Usaha apa saja yang dilakukan wali kelas sebagai konselor terkait mendorong
perkembangan potensi siswa?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk memenuhi tugas KKNI pada Mata Kuliah Keterampilan Dasar
Bimbingan dan Konseling.
2. Mengetahui peran wali kelas sekaligus konselor dalam layanan bimbingan
dankonseling di SD N. 114343 Sukarame.
D. MANFAAT PENELITIAN

1
1. Sebagai bentuk usaha pendalaman pemahaman mahasiswa dalam melakukan dan
menyusun mini riset.
2. Pendalam pemahaman siswa terkait layanan bimbingan dan konseling.
3. Menjadi sumber pengetahuan atau refrence bagi pembaca dalam melakukan mini riset
layanan dan bimbingan dan konseling

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu kata “
Guidance” berasal dari kata kerja “to guidance” yang mempunyai arti menunjukkan,
membimbing, menuntun, ataupun membantu, sesuai dengan istilahnya, maka secara umum
dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Ada juga yang menerjemahakan kata
“Guidance” dengan arti pertolongan. Berdasarkan arti ini, secara etimologis, bimbingan
berarti bantuan, tuntunan atau pertolongan; tetapi tidak semua bantuan, tuntunan atau
pertolongan berarti konteksnya bimbingan. Hallen (2005) menyatakan bahwa seorang guru
yang membantu siswa menjawab soal-soal ujian bukan bentuk dari konteks bimbingan.
Bantuan, tuntunan atau pertolongan yang bermakna bimbingan konteksnya sangat
psikologis. Miller (1978) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu
untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri
secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat. Disisi lain, Stoops dan Wahlquist
(1958) mengemukakan “guidance is continuous process of helping the individual develop
to the maximum of his capacity in the direction most beneficial to him self and to society.”
(Bimbingan adalah proses bantuan yang berkesinambungan terhadap individu untuk
mengembangkan kemampuan secara maksimal sehingga banyak bermanfaat bagi dirinya
dan masyarakat). Menurut Mortensen dan Schmuller (1976), “guidance may be defined as
that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and
specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities
and capacities in terms of the democratic ideal.” (Bimbingan adalah bagian dari
keseluruhan program pendidikan yang menyediakan kesempatan-kesempatan dan
pelayanan khusus dari staf agar setiap individu dapat mengembangkan kemampuan dan
kapasitasnya dalam bingkai cita-cita demokrasi).
Secara terminologi American Personel and Guidance Association (APGA) dalam
Tohirin (2008: 23) mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang
profesional dan individu yang memerlukan bantuan bantuan yang berkaitan dengan
kecemasan biasa atau konflik dalam pengambilan keputusan. Makna dari pengertian ini
adalah konseling merupakan hubungan secara profesional antara seorang konselor dengan

3
klien yang mencari bantuan agar klien dapat mengatasi kecemasan dan mampu mengambil
keputusan sendiri atas pemecahan masalah yang dihadapinya
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan
Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing
(konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal
balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan
menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
2. TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Tujuan Bimbingan dan Konseling Bimo Walgito (2004: 33) menyatakan bahwa tujuan
Bimbingan dan Konseling adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan, pengajaran,
dan membantu individu untuk mencapai kesejahteraan. Tujuan bimbingan adalah untuk
membantu para siswa agar ia dapat mengatasi kesulitan-kesulitan atau permasalahan yang
dihadapi, dan mengarahkan pada kebaikan secara cermat.
Disisi lain Dewa Ketut Sukardi (2008: 28) menyatakan bahwa tujuan lain Bimbingan dan
Konseling secara umum adalah sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu terwujudnya
manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Menurut Syaiful Akhyar (2015: 27-
30), ada beberapa tujuan dari konseling, yaitu:
a. Menyediakan fasilitas untuk perubahan tingkah laku.
b. Meningkatkan hubungan antar perorangan dan pembinaan kesehatan mental.
c. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi masalah.
d. Bimbingan Konseling Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan.
e. Meingkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan. Tujuan akhir dari
bimbingan dan konseling adalah agar klien terhindar dari berbagai masalah,
apakah masalah tersebut berkaitan dengan gejala penyakit mental (neurona dan
psychose), sosial maupun spritual, atau dengan kata lain agar masing-
masingindividu memiliki mental yang sehat. Mental yang sehat (qolbun saliim)
dapat ditandai: orang yang senantiasa tawakkal, bersyukur, sabar, atau tabah, tawa

3. ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING

4
Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Menurut Prayetno (2015: 115), asas-asas bimbingan
dan konseling yaitu asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian,
kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan dan tut wuri
handayani. Adapun penjelasan mengenai asas-asas tersebut adalah sebagai berikut:
a. Asas Kerahasiaan.
Asas kerahasiaan ini menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan. Dalam hal ini guru pembimbing
berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga
kerahasiaannya benar-benar terjamin.
b. Asas Kesukarelaan.
Jika asas kerahasiaan benar-benar sudah tertanam pada diri siswa atau klien, maka
sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan dengan sukarela
membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk meminta bimbingan.
c. Asas Keterbukaan.
Bimbingan dan konseling yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan.
Baik klien maupun konselor harus bersifat terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya
sekadar berarti bersedia menerima saran- saran dari luar tetapi dalam hal ini lebih
penting dari masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.
d. Asas Kekinian.
Masalah individu yang ditanggulangi adalah masalah yang sedang dirasakan bukan
masalah yang sudah lampau, dan bukan masalah yang akan dialami masa mendatang.
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-
nunda pemberian bantuan. Dia harus mendahulukan kepentingan klien dari pada yang
lain.
e. Asas Kemandirian.
Dalam memberikan layanan pembimbing hendaklah selalu menghidupkan
kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan sampai orang yang dibimbing itu
menjadi tergantung kepada orang lain, khususnya para pembimbing/ konselor.
f. Asas Kegiatan.

5
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti, bila
individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan
bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus
diraih oleh individu yang bersangkutan.
g. Asas Kedinamisan.
Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan dalam
individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
Perubahan tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton,
melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih
maju.
h. Asas Keterpaduan.
Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai aspek individu yang
dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi
kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.
i. Asas Kenormatifan.
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu
ataupun kebiasaan sehari- hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun
proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
j. Asas Keahlian.
Usaha layanan bimbingan dan konseling secara teratur, sistematik dan dengan
mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu
mendapatkan latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan
usaha pemberian layanan.
k. Asas Alih tangan.
Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas bimbingan dan konseling sudah
mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien belum dapat terbantu
sebagaimana yang diharapkan, maka petugas ini mengalih-tangankan klien tersebut
kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.
l. Asas Tutwuri handayani.

6
Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing.
4. PERANAN DAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBELAJARAN
SISWA
Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya
dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas
dan tidak bias terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai
petanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis
gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut;
a. Hasil belajar rendah, di bawah rata-rata kelas.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang denga usaha yang dilakukannya.
c. Menunjukkan sikap yang kurang wajar; suka menentang, dusta, tidak mau
menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.
d. Menunjukkan tingakah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka
mengganggu, dan sebagainya.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia
mempunyai maslah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga tidak mengerti
kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu. Apabila
masalahnya itu belum teratasi, mereka mungkin tidak dapat belajar dengan baik, karena
konsentrasinya akan terganggu.Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka
bimbingan dan komseling dapat memberikan layanan dalam;
a. bimbingan belajar,
b. bimbingan sosial, dan
c. bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
5. PERAN GURU DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:

a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium,


studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

7
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-
lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement
untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan.Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
g. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
h. guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik
maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya
berhasil atau tidak.

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan mengutip
pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran peserta
didik, yang mencakup :

a. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di
dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
b. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin,
merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan
kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama
proses berlangsung (during teaching problems).
c. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan
dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan
proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek
keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya

8
BAB III
METODE PENELITIAN

9
1. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Maka , teknik analisis
data pun secara terpadu dengan cara menanyakan langsung kepada guru SD dengan
menanyakan secara langsung.

2. SUBJEK PENELITIAN
Subjek pada penelitian ini adalalah guru SDN 114343 SUKARAME kec.kualuh hulu
kab.labuhanbatu Utara.

3. ASSESMENT DATA
Jenis penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan mewawancarai
guru SD yang mengajar di sekolah SDN 114343 SUKARAME

BAB IV
PEMBAHASAN

10
1. KETERANGAN TENTANG WAWANCARA LANGSUNG

Dalam wawancara langsung pelaksanaan sekolah dasar yang terletak dilingkungan Sukarame
Bopet Air Salak,Kec.Kualuh Hulu,Kab.Labuhan Batu Utara.Yang dimana sekolah yang kami
analisis ini mempunya metedo pembelajaran yang terlihat banyak menggunakan metode dalam
proses belajar.Baik sebelum kita menganalisis hasil wawancara ini disini saya akan
memperkenalkan nama guru SD yang kami wawancara yaitu ibu Sorikaya Siagian S.Pd.

Adapun hasil wawancara langsung kami memberikan beberapa pertanyaan kepada ibu sori,yang
diantaranya:

Pewawancara:Masalah apa saja yang sering muncul dalam pelayanan bimbingan konseling di
SD Negeri 114343 Sukarame?

Narasumber:Masalah yang sering muncul itu ialah rendahnya pencapaian nilai belajar siswa.

Pewawancara:Oh begitu yah buk,jadi buk usaha apa saja yang dilakukan guru di SD Negeri
114343 Sukarame sebagai wali kelas untuk mendorong perkembangan peserta didik?

Narasumber:Upaya nya itu ialah memberikan remedial terhadap nilai yang rendah yang diperoleh
oleh siswa.

Pewawancara:Jadi,bagaimana solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah-masalah peserta


didik pada pelayanan bimbingan konseling di SD Negeri 114343 Sukarame?

Narasumber:Kalau solusi,biasanya guru bekerjasama dengan orang tua agar bisa mendorong
minat belajar siswa,dan kami serta orang tua dapat membantu siswa tersebut memecahkan masalah
mereka.

Pewawancara:Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah yang dihadapi
peserta didik?

Narasumber:Upaya yang kami lakukan itu ialah mencari kelemahan dan penyebab kurang nya
minat belajar terhadap peserta didik atau siswa.

Pewawancara:Bagaimana cara seorang wali kelas sekaligus guru BK untuk mengetahui keadaan
siswa yang sedang mengalami masalah di SD Negeri 114343 Sukarame?

11
Narasumber:Kalau cara,biasanya kami melalui kurang aktifnya siswa mengikuti proses belajar
mengajar dalam kelas.

Pewawancara:Tantangan apa saja yang ditemukan oleh wali kelas sekaligus guru bk dalam
pelayanan bimbingan konseling di SD Negeri 114343 Sukarame dan cara mengatasi tantangan
dalam melakukan pelayanan di SD Negeri 114343 Sukarame?

Narasumber:Tantangannya ialah kurangnya perhatan orang tua terhadap kurangnya minat belajar
siswa,cara mengatasinya dengan mengajak orang tua bekerjasama didalam mendorong minat
belajar siswa.

2. HAL-HAL YANG DIAMATI

Pewawancara:Metode dan strategi yang dilakukan seorang wali kelas sekaligus guru bk dalam
melakukan pelayanan BK di SD Negeri 114343 Sukarame?

Narasumber:Metode yang sering di lakukan setiap wali kelas itu seperti tanya
jawab,ceramah,serta penugasan.

Pewawancara:Jumlah kasus yang ditangani selama melakukan pelayanan BK di SD Negeri


114343 Sukarame?

Wawancara:Jumlah kasus yang saya ditangani itu terdiri dari 2 siswa.

Pewawancara:Perkembangan peserta didik sosial,mental nya?

Narasumber:Perkembangannya itu hanya dilihat dari minat belajar peserta didik.

Pewawancara:Pengaruh pelayanan bimbingan konselng di SD Negeri 114343 Sukarame?

Narasumber:Pengaruhnya itu baik karena dapat merubah siswa menjadi siiswa yang aktif dalam
pembelajaran.

3. HASIL ANALISIS
Adapun hasil observasi yang kami peroleh dari sebuah wawancara yang dilakukan bersama
salah satu tenaga pendidik atau seorang guru di SD Negeri 114343 Sukarame, Labuhan Batu
Utara adalah adanya permasalahan mengenai rendahnya pencapaian nilai yang diperoleh siswa,
kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas dan

12
kurangnya perhatian orangtua terhadap perkembangan pembelajaran yang dialami siswa di
sekolah tersebut.
Pada saat wawancara berlangsung, kami mengetahui bahwa tenaga pendidik telah bekerja
sama dengan pelayanan bimbingan konseling untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
yang dialami siswa. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh layanan bimbingan konseling dan
tenaga pendidik yang berada di sekolah tersebut adalah. Pertama, untuk mengatasi masalah
mengenai rendahnya pencapaian nilai yang diperoleh siswa. pelayanan bimbingan konseling
meminta tenaga pendidik untuk memberikan remedial terhadap siswa yang memperoleh nilai
yang rendah. Hal itu dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam memperbaiki
nilai yang telah ia dapatkan setelah mengikuti ujian di sekolah.
Kedua, pelayanan bimbingan konseling meminta para guru untuk mengajak siswa supaya
dapat berkreasi di dalam kelas. Dalam hal ini guru harus berupaya memberikan pembelajaran
yang menarik yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu dari siswa tersebut. Dengan demikian
siswa akan berani untuk berbicara di kelas guna untuk memecahkan rasa ingin tahu yang
dimilikinya, maka dari itu perlahan siswa akan aktif dalam proses pembelajarannya.
Ketiga, pelayanan bimbingan konseling juga bekerjasama dengan orangtua siswa untuk
mendorong minat belajar dari Siswa tersebut. Diharapkan orangtua siswa dapat menggantikan
posisi seorang guru saat sang anak telah berada di rumah, dengan begitu anak akan mendapatkan
bimbingan dan pembelajaran baik saat dia sedang berada di sekolah ataupun di rumah. Dengan
begitu orangtua dari peserta didik akan mengetahui proses perkembangan pembelajaran yang
diperoleh anaknya.
Keempat, pelayanan bimbingan konseling berusaha untuk mencari Kelemahan dan
penyebab kurangnya minat belajar siswa tersebut. Jikalau hal itu sudah didapatkan, maka peran
bimbingan konseling dan tenaga pendidik adalah memberikan pembelajaran yang sesuai dengan
minat peserta didik, sehingga pembelajaran pun akan mudah dipahami dan dimengerti oleh
masing-masing siswa. Dengan begitu akan tercapailah nilai yang diharapkan dari siswa tersebut.
4. LAMPIRAN

13
14
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
hasil observasi yang kami peroleh dari sebuah wawancara yang dilakukan bersama salah satu
tenaga pendidik atau seorang guru di SD Negeri 114343 Sukarame, Labuhan Batu Utara adalah
adanya permasalahan mengenai rendahnya pencapaian nilai yang diperoleh siswa, kurangnya
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas dan kurangnya perhatian
orangtua terhadap perkembangan pembelajaran yang dialami siswa di sekolah tersebut
B. SARAN
Kami tahu bahwa laporan Mini Riset ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kami sengat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca khususnya para dosen pengampu mata kuliah
Keterampilan Dasar BK yaitu bapak Rafael Lisinus Ginting, S.Pd., M.Pd. Kritik dan saran yang
para pembaca berikan akan kami jadikan motivasi untuk menghasilkan laporan Mini Riset yang
lebih baik kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA
Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers.
Miller, Frank W, James A. Fruehling and Gloria J. Lewis, 1978. Guidance Principles and
Service. Third Edition, Columbus, Ohio: Charler E. Merril Publishing Company.
Surya, Moh, 1988. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Teori dan Konsep), Yogyakarta:
Kota Kembang
Sukardi dan Kusumawati. 2008. Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta Sukardi, Dewa Ketut, 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan
dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Farozin, Muh. 1999. “Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Proses Belajar
Mengajar”. Dinamika Pendidikan. Nomor 2/ Tahun VI November.

16

You might also like