You are on page 1of 30

PERAN GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN

PEMAHAMAN ILMU FIQIH TERHADAP SISWA

PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh Kelompok 4 :
 Abdul Aziz Maulana
 Ahmad Mualif
 Mukti Husaeni
 Daeng Didi Rahim
 Rokiyah
 Nendi Apriani
 Nova Aulia
 Witha Damayanti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


UNIVERSITAS ISLAM AN-NUR LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan nikmat iman, islam dan sehat wal a’fiyat, Sholawat beserta salam
penulis sampaikan kepada junjungan alam kanjeng nabi MUHAMMAD SAW
yang menjadi panutan alam dan yang memberikan syafa’at kepada kita selaku
ummatnya di hari kiamat kelak. Oleh karna itu berkat rahmat dan hidayah
ALLAH serta sholawat dan salam kepada ROSULULLAH SAW penulis dapat
menyusun Proposal Skripsi ini dengan mudah dan lancar.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa Ujian Proposal Skripisi ini belum
mencapai titik yang sempurna, maka dari itu saran dan kritik yang membantu
meningkatkan terhadap penulisan ini akan saya terima dan saya hargai.
Semoga Ujian Proposal skripsi ini bisa diterima dengan baik.

Kalianda, 10 September 2023

i
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 2
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 2
D. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
BAB II KAJIAN TEORITIS ........................................................................... 4
A. Tinjauan Tentang Guru ..................................................................... 4
1. Pengertian Guru .......................................................................... 4
2. Peran Guru .................................................................................. 5
3. Tugas Guru .................................................................................. 6
B. Tinjauan Tentang Ilmu Fiqih .............................................................. 8
1. Pengertian Ilmu Fiqih ................................................................... 8
2. Sumber Ilmu Fiqih ........................................................................ 9
3. Hukum Dalam Ilmu Fiqih ............................................................. 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 16
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 16
B. Metode Penelitian ............................................................................. 16
1. Jenis Penelitian ........................................................................... 16
2. Pendekatan ................................................................................. 17
C. Data dan Sumber Data ..................................................................... 17
D. INSTRUMEN PENELITIAN .............................................................. 18
1. Observasi .................................................................................... 18
2. Wawancara .................................................................................. 19
3. Dokumentasi ................................................................................ 20
E. Teknis Analisis Data .......................................................................... 21
PENUTUP ................................................................................................... 23

ii
A. Kesimpulan ....................................................................................... 23
B. Saran ................................................................................................ 24
Daftar Pustaka ..............................................................................................

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam

menciptakan yang berpendidikan. Pendidikan juga merupakan proses untuk

meningkatkan martabat manusia, oleh sebab itu manusia perlu dididik

sedemekian rupa sehingaa mampu meningkatkat perkembangan manusia

menjadi manusia terbaik dihadapan allah SWT dan menjadi manusia yang

paham terhadap agama. Sebagaimana sabda nabi

Muhammad SAW :

”Barang siapa yang allah ingkinkan kebaikan padanya, maka allah

faqihkan kan ia dalam masalah agama.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ketika seseorang telah dikehendaki menjadi manusia terbaik (the

best) maka orang tersebut akan diberikan kepahaman oleh allah SWT

dalam urusan agamanya, begitu seseorang telah dikendaki oleh allah SWT

menjadi manusia terbaik, maka orang tersebut adalah orang yang paling

beruntung dari pada manusia lainnya yang tidak dikehendaki oleh allah

SWT menjadi manusia terbaik.

Manusia yang dikehendaki oleh allah menjadi seseorang yang paham

akan agamanya bisa juga di definisikan sebagai orang yang berada di jalan

allah SWT, dalam artian manusia yang dikehendaki oleh allah SWT paham

terhadap agama yaitu orang-orang yang menuntut ilmu agama, karna salah

satu jalan seseorang menuju paham terhadap agamanya ialah dengan cara

menuntut ilmu agama tersebut.

1
Berdasarkan latar belakang diatas, secara umum menunjukan bahwa

Pendidikan Agama Islam adalah peran yang sangat penting dalam

menjadikan manusia terbaik dihadapan allah SWT. Sedangkan ilmu fiqih

menjadi jalan yang sangat pas untuk masalah ini, karna didalam ilmu fiqih

mengatur tata cara peribadahan atau hukum-hukum syari’at yang

merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam. Pemahaman belajar

santri dapat diraih dengan baik apabila santri mempunyai kesungguhan

belajar yang kemudian akan berdampak pada

peribadahannya.

Dalam mempelajari ilmu fiqih, bukan sekedar teori yang berarti

tentang ilmu yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus

mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila

berisi suruhan atau perintah, harus dapat dilaksanakan,bila berisi larangan,

harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Pembelajaran ilmu fiqih harus dimulai

dari kanak-kanak. Keberhasilan fiqih dapat dilihat dalam kehidupan sehari-

hari baik di dalam pesantren maupun di luar pesantren. Contohnya, dalam

pesantren kecenderungan santri untuk melaksanakan sholat sendiri secara

rutin. Sedangkan di luar pesantren intensitas santri dalam menjalankan

ibadah seperti sholat dan puasa dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga

pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam

penyampaian materinya. Pembelajaran yang baik adalah bersifat

menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek,

sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi

2
kuantitas juga kualitas yang telah dilakukan di pesantrenpesantren.

Mengacu dari pembelajaran tersebut, maka pembelajaran yang aktif

ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan santri

secara langsung, baik mental maupun emosi. Hal semacam ini aering

diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian

tujuan target dan kurikulum, salah satu upaya guru dalam menciptakan

suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran

yakni dengan menggunakan metode yang benar.

Metode secara harfiah berarti cara, dalam pemakaian yang umum,

metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk

mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode

didefinisikan sebagai caracara menyajikan bahan pelajaran pada santri

untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, dengan demikian salah satu

keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran

adalah keterampilan memilih metode.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, Maka identifikasi masalah yang tertera

di atas adalah :

1. Kurangnya pemahaman ilmu fiqih terhadap siswa

2. Kurangnya ketertarikan siswa dalam pelajaran imu fiqih.

3. Kurangnya pengamalan ilmu fiqih

3
C. Pembatasan Masalah

Dari masalah yang telah disebutkan diatas, agar pembahasan lebih

terfokus, Maka batasan Masalah yang akan dikaji adalah :

1. Peran guru dalam meningkatkan pemahaman terhadap siswa dalam

pengamalan ibadah sholat.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran guru dalam meningkatkan pemahaman ilmu fiqih.

2. Bagaimana peran guru dalam memotivasi siswa agar tertarik pada


pelajaran ilmu fiqih.

3. Bagaimana sistem untuk meningkatkan siswa dalam pengamalan ilmu


fiqih.

E. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru di sekolah.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman santri terhadap ilmu fiqih di

Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat.

3. Untuk mengetahui peran guru dalam meningkatkan pemahaman ilmu

fiqih terhadap santri di Pondok Pesantren Nurul Nidayah Pusat

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini penulis berharap agar penelitiannya bisa

meningkatkan pemahaman santri yang lebih luas dan bisa memperkaya

wawasan terhadap ilmu fiqih.

4
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Guru

1. Pengertian Guru

Guru (Pendidik) mempunyai dua pengertian, arti yang luas dan arti

yang sempit. Pendidik dalam arti yang luas adalah semua orang yang

berkewajiban membina anak-anak. Pendidik dalam arti yang sempit

adalah orang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru dan

dosen (Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Yogyakarta : Teras, 2009,

hal.139).

Sayyidina Ali pernah berkata bahwa guru adalah, orang yang telah

memberikan satu ilmu walaupun satu hurup saja.

Berprofesi menjadi guru, berarti harus memberikan ukhuwah

terhadap anak didiknya dan juga harus bisa menjaga, wibawa, dan

integritasnya.

Guru juga sering dibahasakan dengan kata al-a’lim atau ustadz

dalam bahasa arab, yang memberikan ilmu terhadap setiap orang yang

membutuhkan terhadap ilmunya.

Guru adalah sosok sukarelawan yang selalu memberikan ilmu yang

ia mengerti dan ia pahami terhadap setiap orang yang membutuhkan

ilmu-ilmunya, dengan hati yang tulus dan ikhlas mengajarkan ilmu-

ilmunya tanpa

5
mengaharapkan balasan apapun dari orang yang ia didik, bahkan

seorang guru rela mengorbankan waktunya hanya untuk mengajarkan

ilmu yang ia pahami. Lebih istimewa lagi seorang guru sampai

memikirkan bagaimana caranya agar santrinya bisa bermanfaat dan

bisa mengajarkan terhadap ilmu-ilmu yang dipelajarinya di masyarakat

kelak.

2. Peran Guru

Peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah

tindakan yang dilakukan oleh orang atau lembaga untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Seorang guru memiliki banyak peran tidak hanya di

lingkungan pesantren tetapi juga di lingkungan masyarakat dan keluarga.

Peran guru tidak hanya seorang oengajar, pembimbing dan pendidik,

masih banyak peran guru yang lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh

Muhammad Surya (Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung :

Pustaka Bani Quraisy, 2003 hal.185) sebagai berikut :

a. Guru sebagai pelatih, artinya seorang guru harus memberikan

peluang yang sebesar-besarnya bagi anak didik atau peserta didik

untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya dengan kondisi

masing-masing.

b. Guru sebagai konselor, yaitu seorang guru harus menciptakan situasi

interaksi belajar mengajar, dimana anak didik melakukan perilaku

pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada

jarak yang kaku dengan guru.

6
c. Guru sebagai manager pembelajaran, artinya guru memiliki

kemandirian dan otonomi seluas-luasnya dalam mengelola

keseluruhan kegiatan belajar mengajar dengan mendinamiskan

seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran.

d. Guru sebagai partisipan, artinya guru tidak hanya berperilaku

mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya

dengan anak didik atau peserta didik.

e. Guru sebagai pemimpin, artinya seorang guru diharapkan menjadi

seorang yang mamou menggerakan orang lain untuk mewujudkan

perilaku menuju tujuan bersama.

f. Guru sebagai panutan, artinya seorang guru benar-benar menjadi

contoh dalam berperilaku dan kebiasaan baik diluar maupun di

dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

g. Guru sebagai pembelajar, artinya seorang guru secara terus-

menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta

meningkatkan kualitas profesionalnya.

h. Guru sebagai pengarang, artinya seorang guru selalu kreatif dan

inovatif mengahasilkan karya yang akan digunakan untuk

melaksanakan tugas-tugas keprofesionalan-nya.

3. Tugas Guru

Guru (Pendidik) adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok

arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik atau peserta

didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan

7
mengembangkan kepribadian anak didik atau peserta didik menjadi

seorang yang berguna bagi agama bangsa dan negara.

Dalam prespektif islam, mengemban amanat sebagai guru, bukan

terbatas pada pekerjaan atau jabatan seseorang, melainkan memiliki

dimensi nilai yang lebih luas dan agung, yaitu tugas kerasulan dan

ketuhanan. Dikatakan sebagai tugas ketuhanan karena, mendidik

merupakan sifat “fungsional” Allah (sifat rububbiyah) sebagai “rabb” yaitu

seorang “guru” bagi seorang makhluk, sedangkan tugas kerasulan, yaitu

menyampaikan pesan Allah kepada ummat manusia. Secara lebih

khusus, tugas nabi dan kaitannya dengan pendidikan, sebagaimana

tercantum dalam surat al jumu”ah ayat 2 yang artinya :

"dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang

rosul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada

mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan

Hikmah (As-sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-

benar dalam kesesatan yang nyata.”

Ayat diatas menggambarkan bahwa tugas rosul adalah melakukan

pencerahan, pemberdayaan, transformasi dan mobilisasi potensi umat

manusia menuju kepada cahaya (nur) setelah sekian lama terbelenggu

kegelapan.

Guru memiliki banyak tugas, baik yang oleh dinas maupun diluar

dinas, dalam bentuk pengabdian. Guru merupakan profesi/jabatan atau

pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang

8
kependidikan walaupun pada kenyataannya masih ada dan bahkan

masih banyak dilakukan oleh orang luar kependidikan.

Tugas seorang guru bukan merupakan sebuah tugas ringan,

Memilki profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat

menunaikan tugas dengan baik dan ikhlas. Guru harus mendapatkan

haknya secara profesional dengan gaji yang patut diperjuangkan

melebihi profesi-profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan

kompetensi guru dan kualitas belajar anak didik atau peserta didik bukan

sebuah slogan di atas kertas.

B. Tinjauan Tentang Ilmu Fiqih

1. Pengertian Ilmu fiqih

Ilmu fiqih terdiri dari dua kata atau kalimat dalam bahasa arab

yang menjadi satu kesatuan dalam bentuk Idhahat sehingga

mempunyai arti tersendiri, agar kita mengetahui secara gambalang

alangkah baiknya jika kita mengetahui makna dari setiap kalimat

secara rinci terlebih dahulu. Kata ilmu adalah mashdar yang

mempunyai arti paham atau ma’rifat.

Fiqih artinya ada dua yaitu menurut lughot (bahasa) dan

menurut ishtilah (syara’). Fiqih menurut lugoth oleh (syaikh zainuddin

bin abdul aziz al malibari, fathul mu’in hal.2) adalah ‫( الفھم‬Mengerti).

Fiqih menurut ishtilah

(Syara’) yaitu :

‫العلم باألحكام الشرعیة العملیة المكتسب من أدلتھا التفصلیة‬

“Mengetahui beberapa hukum Syara’ dalam bentuk peribadahan


yang
9
diambil dari dalil-dalil yang terperinci.(fathul mu”in hal : 2)

2. Sumber ilmu fiqih

Sumber ilmu fiqih menurut Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Al

Malibari dalam kitab fathul mu’in yaitu diambil dari 4 sumber :

a. ‫( الكتاب‬al-qur’an)

Al-qur’an yaitu suatu lafadz yang diturunkan kepada

kanjeng nabi Muhamammad SAW yang menjadi ibadah dengan

membacanya (Abuya Muhammad Abdullah Mukhtar, minhatul

mu’in wal mubin (Pimpinan Pondok Pesantren An-nidzom,

sukabumi), hal 3). Al-qur’an merupakan sumber utama untuk

hukum fiqih islam. Oleh karna itu, kita harus berpatokan kepada

al-qur’an jika ingin mengetahui masalah hukum-hukum dalam

fiqih. Seperti misalnya kita ingin mengetahui hukum puasa

romadhon. Maka kita harus terlebih dahulu mencari hukum

tersebut dalam al-qur’an, seperti dalam firman Allah SWT dalam

surat al-baqoroh ayat 183 :

‫یا أیھا الذین امنوا كتب علیكم الصیام كما كتب على الذین من قبلكم لعلكم تتقون‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu

berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang

sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”

b. ‫( السنة‬hadist)

Sunnah atau hadist adalah semua ucapan, perbuatan dan

ketetapan yang berasal dari nabi Muhammad SAW (Abuya

10
Muhamammad Abdullah Mukhtar, minhatul mu’in wal mubin

(Pimpinan Pondok Pesantren An-nidzom, Sukabumi), hal 3).

Kedudukan sunnah ini menjadi sumber kedua dalam penetapan

hukum fiqih islam. Awalnya kita akan merujuk kepada al-qur’an.

Namun, jika kita tidak menemukan hukum di dalam alqur’an,

maka langkah dalam pengambilan hukum ilmu fiqih yang kedua

adalah dari sunnah atau hadist, dengan syarat, sunnah tersebut

dengan sanad yang shahih. Sementara tugas sunnah adalah

sebagai penjelas atas apa yang ada di dalam al-qur’an yang

masih globah atau umum. Dengan demikian maka sunnah hadir

sebagai perinci dari tata cara sholat yang baik dari segi

bacaannya maupun gerakan-gerankannya.

Seperti sabda rasulullah SAW :

“Adapun ketika ruku’ maka hendaklah kalian mengagungkan

kepada allah”

c. ‫( اجماع‬ijma’ ulama)

Ijma’ adalah kesepakatan seluru ulama mujtahid dari


ummat nabi Muhammad SAW di suatu masa setelah wafatnya
nabi Muhamammad SAW atas hukum syari’at (Abuya
Muhammad Abdullah Mukhtar, muinhatul mu’in wal mubin (An-
nidzom,Sukabumi), hal 4). Oleh karna itu, kesepakatan para
ulama mujtahid baik di masa sahabat atau setelahnya tentang
suatuhukum dari hukum-hukum syari’at, maka hal itu
dinamakan ijma’, dan ummat Muslim wajib melaksanakannya.
Sehingga kedudukan ijma’ itu berada posisi ketiga sebagai
rujukan atau sumber pengambilan hukum fiqih islam. Jika kita
tidak menemukan hukum di dalam al-qur’an dan sunnah, maka
langkah ketiga dalam mengambil hukum fiqih islam ialah
melihat, mengambil dan mengamalkan kesepakatan/ijma’
ulama tentang masalah tersebut. Seperti haramnya puasa bagi

11
perempuan yang sedang haidh (Abdullah Bin Abdurrahman,
syarh minhajul qowwim (daarul ilmi, Surabaya), hal 28 ).

d. ‫( قیاس‬qiyas)

Qiyas adalah menyamakan suatu hal yang belum

ditemukan hukum syaari’atnya dengan hal lain yang telah ada

penjelasan hukumnya karena adanya suatu alasan yang sama

antara keduanya. Qiyas merupakan jalan alternatif setelah kita

tidak menemukan hukum atas suatu masalah di dalam al-

qur’an, sunnah dan ijma’.

Adapun rukun yang ada di dalam qiyas ada 4 :

1. Masalah yang diqiyaskan (far.)

2. Masalah yang dijadikan rujukan qiyas (ashl).

3. Hukum dari ashl.

4. Adanya persamaan sebab (ellat) antara far dan

ashl. Sementara itu, contoh tentang qiyas adalah masalah

khamr. Allah SWT telah tegas mengharamkan khamr di dalam

al-qur’an. Sebab keharamannya adalah karena khamr

memabukan yang dapat menghilangkan kesadaran akal. Oleh

karna itu, jika kita menemukan minuman lain meskipun

berbeda label atau namannya, yang tidak disebut khamr,

tetapi disebut bir, brendy, whisky, narkoba dan lainlain. Maka,

jika kita menemukan minuman dengan nama lain tersebut

akan memabukan, maka hukumnya adalah haram. Karena

ada persamaan (ellat) yaitu memabukan seperti khamr. Maka


12
jatuhnya hukum haram terhadap minuman yang memabukan

selain khamr ialah dengan cara diqiyaskan, karna tidak ada

dalil yang mengharamkan terhadap minuman yang

memabukan selain khamr.

3. Hukum dalam Ilmu Fiqih

Hukum yang ada dalam ilmu fiqih yaitu terdiri dari 5 (lima) hukum :

a. Hukum Wajib

Wajib, merupakan suatu perbuatan yang hukumnya jika dilakukan

mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa.

b. Hukum Haram

Haram, merupakan suatu perbuatan yang hukumnya jika

dilakukan mendapat dosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala.

c. Hukum Sunnah

Sunnah, merupakan suatu perbuatan yang hukumnya jika

dilakukan mendapat pahala dan jika tidak dilakukan tidak

mendapat pahala dan tidak berdosa.

d. Hukum Mubah
Mubah, merupakan suatu perbuatan yang hukumnya jika

dilakukan tidak berdosa dan tidak mendapat pahala dan jika

ditinggalkan juga tidak mendapat pahala dan tidak berdosa.

e. Hukum Makruh

Makruh, merupakan suatu perbuatan yang hukumnya jika

dilakukan tidak berdosa dan tidak mendapat pahala dan jika

ditinggalkan mendapat pahala.

13
Contoh amalan untuk masing-masing hukum diatas adalah :

a. Contoh amalan yang hukumnya wajib adalah sholat sehari

semalam 5 waktu, membayar zakat bagi yang sudah masuk

kriteria wajib zakat, berpuasa pada bulan suci ramadhan dan

masih banyak amalan-amalan wajib yang lainnya.

b. Contoh amalan yang hukumnya haram adalah membunuh,

berzina, musyrik (menyekutukan allah) dan mencuri dan masih

banyak amalanamalan yang haram lainnya.

c. Contoh amalan yang hukumnya sunnah adalah berpuasa pada

hari senin dan kamis (selain bulan suci ramadhan), bersedekah,

sholat rowatib dan masih banyak amalan-amalan sunnah yang

lainnya.

d. Contoh amalan yang hukumnya mubah adalah makan, minum

dan tidur serta masih masih banyak amalan-amalan mubah yang

lainnya.

e. Contoh amalan yang hukumnya makruh adalah makan, minum

sambil berdiri dan masih banyak amalan-amalan makruh lainnya.

Pembagian hukum fiqih terdiri atas 4 (empat) :

a. Hukum yang berkaitan dengan ibadah mahdhoh (khusus), yaitu

hukum yang mengatur persoalan ibadah manusia dengan Allah

SWT, seperti sholat, puasa, puasa dan haji. Sebagaimana Allah

SWT telah memerintahtah kepada kita dalam firman-Nya surat Al-

baqoroh ayat 43 :
14
“Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah

beserta orang-orang yang rukuk.”

b. Hukum yang berkaitan dengan masalah mu’amalah, yaitu

permasalah hubungan sesama manusia dalam rangka memenuhi

material dan hak kebutuhan masing-masing, seperti transaksi jual

beli, perserikatan dagang dan sewa menyewa. Sebagaimana

Allah telah berfirman dalam surat Aljumu’ah ayat 10 :

“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di

bumi, carilah karunia allah dan ingatlah allah banyak-banyak agar

kamu beruntung.”

c. Hukum yang berkaitan dengan masalah keluarga, seperti nikah,

talak, rujuk, nasab dan nafkah. Sebagaimana Allah SWT telah

berfirman dalam surat An-nisa ayat 34 :

“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena

allah telah melebihkan sebagian mereka (suami) atas sebagian

yang lain (istri). Dan karena mereke (suami) telah memberikan

nafkah dari hartaya.”

d. Hukum yang berkaitan dengan tindak pidana, seperti zina,

pencurian, perampokan, pemukulan dan bentuk pelanggaran

terhadap anggota tubuh serta harta lainnya. Sebagaimana Allah

SWT telah berfirman dalam surat

Al-baqoroh ayat 179 :

“Dan dalam qishas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai

orangorang yang berakal agar kamu bertaqwa.”

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul

Hidayah Pusat (Yanuhi), Jln. KH. Mama Bakri Rt. 02/05, Desa Sadeng

Kaum, Kec.

Leuwisadeng, Kab. Bogor Barat. Tempat ini dipilih karena Pesantren ini

berbasis salafiyah yang masih mengajarkan kitab kuning termasuk Ilmu

Fiqih. Oleh karena itu, Pesantren ini dianggap sesuai dengan inti

penelitian tentang Peran Guru

Dalam Meningkaitkan Pemahaman Ilmu Fiqih Terhadap Siswa

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,

Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta,

2016, hal.2).

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

16
1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)

dalam arti penelitian difokuskan pada kasus kemudian dipahami dan

dianalisis secara mendalam. Metode penelitian ini digunakan

mendeskripsikan secara historik dan komprehensif tentang gejala dan

peristiwa dalam Peran Guru Dalam Meningkatkan Pemahaman ilmu

fiqih.

2. Pendekatan

Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kualitatif. penulis

melakukan pendekatan ini karena penelitian ini bersifat

“naturalistic”artinya penelitian ini terjadi secara alami, apa adanya, dalam

situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan

kondisinyamenekankan pada deskripsi secara alami.

C. DATA DAN SUMBER DATA

Data dan sumber data dalam penelitian adalah sesuai dengan

masalah yang akan diteliti, sumber data primer yaitu Pimpinan Pondok

Pesantren Nurul Hidayah Pusat sadeng Leuwisadeng Bogor. Pimpinan

pondok ini sebagai sumber data tentang arah tujuan pesantren visi

misi,dan latar belakang Peran Guru Dalam Meningkatkan Pemahaman

Ilmu Fiqih di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Sadeng

Leuwisadeng Bogor. Kedua, guru atau pengajar pelajaran ilmu fiqih yang

bertanggung jawab serta mengawasi pembelajaran di Pondok Pesantren

Nurul Hidayah Pusat Sadeng Leuwisadeng Bogor. Ketiga, Seksi

Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Sadeng Leuwisaeng

17
Bogor. Dalam hal ini peneliti dapat mengetahui respon mereka tentang

Peran Guru Dalam meningkatkan Pemahaman Ilmu Fiqih Terhadap

Santri di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Pusat Sadeng Leuwisadeng

bogor melalui observasi dan wawancara yang mendalam.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data

dengan memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata(Suharmisi

Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2014, hal.199).

Observasi juga mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan

teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner (Sugiyono, Metode

Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2016,

hal.145).

Menurut Nasution (1998) observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu

fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh oleh observasi

(Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung :

Alfabeta, 2016, hal.226).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung yaitu

dengan cara meninjau kelapangan dan mengamati seluruh rangkaian

kegiatan secara pasif karena tidak terlibat secara langsung, namun

terlibat secara proses. Observasi yang dilakukan peneliti adalah secara

18
terbuka sehingga mereka sadar bahwa ada yang mengamati hal yang

mereka lakukan.

Observasi ini digunakan untuk menggali data seputar kegiatan

santri seharihari yang berkenaan dengan pemahama ilmu fiqih mereka,

kegiatan belajar mengajar pelajaran ilmu fiqih, serta hal-hal lain yang

berhubungan dengan pemahaman ilmu fiqih.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara, untuk memperoleh informasi yang dituju (Suharmisi

Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2014, hal.198).

Dalam wawancara nanti, peneliti akan menggunakan bentuk wawancara

bebas terpimpin. Dengan demikian, dapat diperoleh data yang mendalam

sekaligus mengarah kepada pokok permasalahan. Hal ini dilakukan

untuk menggali data-data yang berkaitan dengan peranan

profesionalisme guru dalam meningkatkan pemahaman ilmu fiqih di

Pondok Pesantren Nurul Hidayah Sadeng Leuwisadeng Bogor.

Metode wawancara peneliti gunakan untuk menggali data terkait

peranan profesionalisme guru dalam meningkatkan pemahaman ilmu

fiqih di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Sadeng Leuwisadeng Bogor.

Adapun informanya

adalah:

19
a. Guru (Mudarris) pada mata pelajaran ilmu fiqih untuk memperoleh

informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran ilmu fiqih di

Pondok Pesantren Nurul Hidayah Sadeng Leuwisadeng Bogor.

b. Seksi Pendidikan (kurikulum pengajian) untuk memperoleh

informasi sistem belajar mengajar tentang ilmu fiqih.

c. Pimpinan atau kepala Pondok Pesantren untuk memperoleh

informasi tentang profil Pondok Pesantren Nurul Hidayah Sadeng

Leuwisadeng

Bogor.
Pertanyaan yang peneliti tanyakan adalah sebagai berikut :

a. Apakah peran guru sangat penting dalam meningkatkan

pemahaman Ilmu Fikih di Pondok Pesantren Nurul Hidayah?

b. Apakah Ilmu Fikih sangat penting dipelajari khususnya di kalangan


santri?

c. Apa saja kitab Fikih yang dikaji di Pondok Pesantren Nurul


Hidayah?

d. Bagaimana sistem pembelajaran Ilmu Fikih di Pondok Pesantren


Nurul

Hidayah?

e. Bagaimana evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran Ilmu


Fikih?

f. Apakah ada problem dalam pembelajaran Ilmu Fiqih ?

g. Bagaimana solusi untuk mengatasi masalah tersebut ?

3. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang

yang ditulis (Suharmisi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka

20
Cipta, 2014, hal.201). Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-

hal atau variabel berupa catatan transkip buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen, leger, agenda, dan sebagainya. Dalam menggunakan

metode dokumentasi, peneliti memegang ceklist untuk mencari variabel

yang sudah ditentukan. Apabila terdapat variabel yang dicari, maka

peneliti tinggal membutuhkan variabel yang sesuai. Untuk mencatat hal-

hal yang bersifat atau belum ditentukan dalam daftar variabel, peneliti

dapat menggunakan kalimat bebas. Dalam penelitian ini teknik

dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran

umum Pondok

Pesantren Nurul Hidayah Sadeng Leuwisadeng Bogor.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data adalah langkah-langkah yang digunakan

seorang peneliti untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan

sebagai sesuatu yang harus dilalui sebelum mengambil kesimpulan.

Sementara itu, tujuan analisa di dalam penelitian adalah menyempitkan

dan membatasi penemuan-penemuan

sehingga menjadi suatu data yang teratur, tertata dan lebih berarti.

Aktifitas dalam analisis data yaitu :

1. Data Reduction (Redukasi data)

Data yang didapat dilapangan jumlahnya cukup banyak untuk itu

perlu dicatat secara teliti dan rinci dan diambil hal-hal yang pokok

serta memfokuskan halhal yang penting, sehingga dapat dicari tema

21
dan polanya. Maka dalam penelitian ini data yang diperoleh dan

informan primer, yaitu : Dewan guru, santri dan ilmu fiqih.

2. Display data (Penyajian Data)

Setelah data diredukasi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

bagan, frowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman

menyatakan bahwa yang paling sering digunakan dalam penelitian

kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Maka dalam hal ini, penulis

akan memaparkan hasil penelitian secara naratif untuk

menggambarkan implementasi peranan profesionalisme guru dalam

meningkatkan pemahaman ilmu fiqih di Pondok Pesantren Nurul

Hidayah

Sadeng Leuwisadeng Bogor.

3. Conclusion Drawing/Verifivatio (Penarikan kesimpulan)

Langkah ketiga dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila

tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid

dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel. Agar kesimpulan tidak kabur dan tidak diragukan, maka

22
dalam tahap analisis kesimpulan itu harus diverifikasi, dan dengan

bertambahnya data yang diperoleh, kesimpulan itu bisa lebih

grounded.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitan dan analisis Peran Guru Dalam meningkatkan

Pemahaman Ilmu Fiqih di Pondok Pesantren Nurul Hidayah khususnya

santri Sadeng Leuwisadeng Bogor yang telah dibahas terdahulu, maka

dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Peran guru dalam berupaya meningkatkan pemahaman ilmu fiqih

sangat penting di Pondok Pesantren Nurul Hidayah khususnya

dikalangan santri pemula, karena jika guru kurang memperhatikan

peserta didik dalam menjelaskan Ilmu Fiqihnya maka peserta didik

pun kurang memahami dan susah untuk mempraktekkan atau

mengamalkan Ilmu Fiqih tersebut, begitupun sebaliknya jika guru

menguasai dan memahami Ilmu Fiqih tersebut maka peserta didik

akan mudah memahaminya dan mempraktekkan atau mengamalkan

23
Ilmu Fiqih tersebut. Kurangnya peran guru dalam berupaya mengajar

santri dalam meningkatkan pemahaman, sehingga para peserta didik

kurang begitu memahami Ilmu fikih.

2. Kurangnya pemahaman Ilmu Fiqih pada santri, dikarenakan dari

seorang guru yang kurang menguasai atau memahami Ilmu Fiqih

tersebut. Dan juga memang peserta didik mempunyai kecerdasan

atau kemampuan dalam menangkap pemahaman itu berbeda-beda.

3. Peran Guru Dalam Meningkatkan Pemahaman Ilmu Fiqih sangatlah

penting, hal ini dikarenakan para peserta didik tidak akan memahami

Ilmu Fiqih jika guru (pendidik) kurang menguasi dalam menjelaskan

bahkan mempraktekkan Ilmu Fiqih tersebut. Karena Ilmu Fiqih

mengajarkan tata cara beribadah yang baik dan benar, sehingga jika

peserta didik tidak mengetahui Ilmu Fiqih maka ibadahnya tidak akan

diterima.

B. Saran

Setelah penulis menyusun proposal skripsi ini, penulis akan

mengemukakan beberapa saran, diantaranya:

1. Mulailah menekuni Ilmu Fiqih dan hilangkanlah rasa malas pada

pelajaran tersebut, karena Ilmu Fiqih itu sangat penting terutama bagi

peserta didik yang sedang menekuni ilmu agama (santri).

Sebenarnya ilmu tersebut mudah apabila kita telah mencintainya.

Maka awalilah belajar satu ilmu dengan mencintainya terlebih dahulu.

24
2. Timbulkanlah rasa sadar yang mendalam bahwa belajar Ilmu Fikih itu

hukumnya fardu, karena dengan mempelajari Ilmu Fikih kita akan

mengetahui tata cara beribadah yang baik dan benar..

3. Untuk para guru/asatidz pelajaran Ilmu Fiqih, ajarkanlah peserta

didik/santri dengan metode yang baik dan efisien, sehingga peserta

didik/santri dapat memahaminya dengan mudah dan bisa

mempraktekkannya dengan mudah, dan juga tidak menimbulkan rasa

bosan dan jenuh dalam pembelajaran Ilmu

Fiqih.

25
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah.

Hakim Naisyaburi, Muhammad bin Abdullah, Al-Mustadrak ‘Ala Al-Shahihaini, Beirut,

Darul ma’rifah.

Kitab fathul mu’in, karangan Syaikh Zainuddin Bin Abdul Aziz Al Malibari

You might also like