You are on page 1of 24

PROPOSAL PTK

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dengan Model


Pembelajaran Discoveri Learning Materi Aku Citra Allah Yang
Unik di SMP Negeri 3 Toho Pada Kelas VII C Fase D

DISUSUN OLEH

Nama : Bernadus Woda, S. Ag


NIM :

SMP Negeri 3 Toho


2023

1
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Proposal
PTK yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Discoveri Learning di SMP Negeri 3 Toho Pada Kelas VII
C”.
Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menyelesaikan
tugas modul 11 PPG bagi guru agama katolik. Dalam penelitian tindakan kelas
ini, penulis banyak mendapat dorongan dan semangat baik langsung maupun tidak
langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada:
1. Ibu YudaNur, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Toho’
2. Bpk Dr. Yohanes Subasno, M, Th selaku Dosen Pembimbing dan Ibu
Veronika Sunarningsih, S. Ag, M.M selaku Guru Pamong kelas 9B-2.
3. Rekan-rekan kelas 9B-2 dan semua pihak yang telah membantu memberikan
motivasi, ide-ide, gagasan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari keterbatasan ilmu yang dimiliki, sehingga mungkin
terdapat kekurangan dalam penulisan tindakan kelas ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Benuang , 17 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... 1
Kata Pengantar ..................................................................................................... 2
Daftar ISi ............................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 4
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
BAB II KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori .................................................................................... 8
1. Motivasi Belajar .............................................................................. 8
2. Model Pembelajaran Discoveri Learning…………………………9
3. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti .................................. 13
4. Materi Keluhuran manusia sebagai Citra Allah ............................... 14
5. Kurikulum Merdeka (Fase E)........................................................... 15
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 15
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 17
B. Variabel Penelitian ....................................................................... 17
C. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data ............................ 17
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu, pendidikan menjadi salah satu pilar penting untuk
memperjuangkan dan mendorong tujuan tersebut. Sistem pendidikan nasional
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi pembelajaran agama,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan
yang diperlukan bagi diri, masyarakat dan negara” dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan manusia yang cerdas. sikap mental dan sosial,
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan
negara perlukan.
Pemerintah terus melakukan peningkatan mutu pendidikan dengan
banyak perubahan dan penambahan kurikulum dan yang terbaru dengan
menetapkan kurikulum mandiri. Ide mengajar dengan kurikulum mandiri adalah
memadukan keterampilan literasi dan numerasi, keterampilan kognitif, afektif
dan psikomotorik serta manajemen teknologi. Dengan cara ini siswa diberikan
kebebasan berpikir sehingga dapat memaksimalkan ilmu yang dibutuhkannya
(Ariga, S. 2022) Selain itu, fokus kurikulum mandiri adalah proyek penguatan
profil siswa Pancasila yang bertujuan untuk memperkuat profil siswa Pancasila.
memastikan peserta didik mempunyai karakter berdasarkan nilai-nilai luhur
Pancasila. Dalam kurikulum mandiri, tingkat keterampilan setiap siswa
dikelompokkan menjadi beberapa tahap. Tahapan

4
pada jenjang SMP hanya terdiri dari satu tahapan saja yaitu fase- D yang
meliputi kelas VII, VIII, dan IX.
Pendidikan agama katolik dan budi pekerti adalah pembelajaran yang
terencana dan konsisten yang tujuannya untuk mengembangkan keterampilan
peserta didik, mempertebal keimanan dan memantapkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran iman katolik. Tujuan pendidikan
agama Katolik dan pendidikan karakter adalah membantu peserta didik
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk menciptakan
kehidupan yang lebih beriman. Keterampilan pengetahuan diperoleh dengan
melakukan: memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas antara lain: mencoba, berdiskusi,
menyajikan, dan mencipta. Sikap dibentuk melalui pembiasaan: penerimaan,
penerapan, penghayatan, evaluasi dan pengamalan.Untuk mencapai tujuan
tersebut, pendidikan agama Katolik dan pendidikan karakter dilaksanakan
melalui proses pembelajaran dimana peserta didik sebagai individu dan
pembelajar berada pada posisi sentral dan dikondisikan secara aktif untuk
mencapai tujuan tersebut. menjadi. konstruktif kesadaran dan belajar mandiri
dalam interaksi siswa satu sama lain, komunikasi dengan pasangan (guru) dan
refleksi serta tindakan selanjutnya terhadap kondisi nyata lingkungan belajar.
Siswa didorong untuk memiliki tingkat berpikir yang tinggi, berpikir kritis,
kreativitas, komunikasi aktif, penelitian, kemampuan reflektif dan keberanian
mengungkapkan sikap dan pendapat. Dengan demikian proses belajar
mengajar berkembang dan diharapkan pada akhirnya tercapai hasil belajar
yang maksimal.
Gambaran pembelajaran sebelum ajaran agama Katolik dan sifatnya,
pada kenyataannya sulit diterapkan di lapangan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor. Berdasarkan hasil observasi disimpulkan bahwa
permasalahan motivasi dan hasil belajar siswa di SMP Negeri 3 Toho di fase
D pada pendidikan agama katolik dan budi pekerti masih tergolong rendah.
Rendahnya motivasi dan prestasi akademik siswa Pendidikan Agama dan
Karakter Katolik SMP Negeri 3 Toho pada fase D terlihat dari masih banyak

5
siswa yang pasif di kelas dan tidak fokus dalam belajar. , sebagian besar siswa
hanya mencatat dan mendengarkan materi guru, siswa tidak berusaha bertanya
kepada guru tentang materi atau hal yang belum diketahuinya, rendahnya rasa
percaya diri, karena jika ada pertanyaan secara lisan siswa hanya berani
menjawab. pertanyaan-pertanyaan bersama-sama, karena siswa tidak berani
menjawab pertanyaan secara individu. Kurangnya motivasi siswa ini tentunya
mempengaruhi kinerja siswa pada kelas VII C pendidikan agama katolik dan
budi pekerti. Oleh karena itu model pembelajaran yang digunakan harus tepat
dan cocok bagi siswa agar lebih mempunyai minat dan motivasi belajar, maka
peneliti mengadopsi model pembelajaran discoveri learning dengan harapan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
a) Motivasi Belajar pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Toho.
b) Model Pembelajaran Discoveri Learning yang digunakan Guru.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana meningkatkan motivasi belajar peserta didik Fase D pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Negeri 3 Toho?
b) Apakah penerapan model pembelajaran Discoveri Learning dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa Fase D SMP Negeri 3 Toho?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik Fase D Kelas VII SMP
Negeri 3 Toho.
b) Mengetahui apakah ada peningkatan motivasi dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran dengan bantuan model Discoveri Learning Fase D
SMP Negeri 3 Toho.

6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi Pendidik.
1) Memperbaiki proses dan kualitas pembelajaran pendiidkan agama
katolik dan budi pekerti di kelas.
2) Memperbaiki pola mengajar guru melalui metod epembelajaran yang
tepat.
3) Meningkatkan kreatifitas guru sehingga memperbaiki mutu
pembelajaran.
b. Bagi Peserta didik.
1) Meningkatkan motivasi belajar siswa, mengembangkan rasa percaya
diri pada siswa bahwa dirinya mampu secara fundamental akademis,
berfikir sistematik dan kritis dalam menerapkannya.
2) Membantu siswa memahami materi dan mengikuti pembelajaran.
3) Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
c. Bagi sekolah
Sekolah merupakan wadah formal bagi para pendidik yang selalu dapat
meningkatkan diri untuk mencapai tujuan visi dan misinya.

7
BAB II KERANGKA TEORI

A. LANDASAN TEORI
1. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan kekuatan pendorong yang membuat
seseorang melakukan sesuatu. Orang yang bermotivasi tinggi melakukan
sesuatu dengan penuh semangat, tekun dan pantang menyerah. Maulimul
Huda (2017) Menurut John W. Santrock, motivasi adalah proses yang
memberikan kekuatan/semangat, arahan dan ketekunan pada perilaku.
Menurut Maulimul Huda (2017), siswa yang motivasi belajarnya tinggi
tercermin dari perilakunya yang menunjukkan minat, konsentrasi,
perhatian dan ketekunan. Sementara itu, perilaku siswa yang motivasinya
rendah menunjukkan tidak menunjukkan minat dan berusaha
menghindari kegiatan belajar. Menurut Sardimani Suharni (2021), belajar
melihat orang yang termotivasi dapat dilihat dari beberapa dimensi,
misalnya (1) rajin menyelesaikan tugas (2) gigih (3) menunjukkan minat
terhadap masalah (4) menikmati pekerjaan mandiri. (4) 5) bosan dengan
tugas-tugas kerja yang sifatnya rutin (6) ) dapat mempertahankan
pendapatnya dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar merupakan suatu penggerak yang menjadikan seseorang
penuh minat untuk rajin mengerjakan sesuatu dengan tekun, pantang
menyerah dan kemampuan bekerja secara mandiri.
Motivasi belajar erat kaitannya dengan perilaku siswa di
sekolah. Motivasi belajar dapat membangkitkan dan mengarahkan siswa
untuk mempelajari sesuatu yang baru. Menurut K.T Aritonang (2018),
beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah gaya
mengajar guru, karakter guru, suasana kelas dan ruang yang digunakan,
sehingga dapat dikatakan guru menyadarkan siswa. Motivasi belajar
dengan model pembelajaran yang tepat dan menarik. Dengan dukungan

8
ruang yang cukup, siswa memperkuat reaksinya terhadap materi
pembelajaran. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari tekad yang
tidak mudah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan untuk
mencapai kesuksesan. Motivasi siswa sangat penting dalam kegiatan
belajar. Termotivasi atau tidaknya seseorang untuk belajar sangat
mempengaruhi proses belajar itu sendiri. Tugas motivasi belajar pada
hakikatnya adalah mendorong dan mengarahkan seseorang atau siswa
agar bekerja dengan tekun, tanpa putus asa dan mandiri, untuk mencapai
tujuan belajar.
Motivasi belajar pendidikan agama Katolik memotivasi,
menggerakkan dan mengarahkan peserta didik Katolik untuk belajar.
Motivasi belajar pendidikan agama Katolik mempengaruhi perilaku siswa
Katolik di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Motivasi belajar dapat
membangkitkan dan mengarahkan siswa untuk lebih rajin, mandiri,
penuh motivasi dan minat belajar. Motivasi belajar yang tinggi
diwujudkan dalam tekad yang tidak mudah putus asa dalam menghadapi
berbagai kesulitan untuk mencapai kesuksesan.

2. Model Pembelajaran Discovery Learning


Sebagai pendidik, guru mempunyai peran penting sebagai pemandu
agar pembelajaran berjalan sesuai tujuan yang direncanakan. Salah satu
tujuan pembelajaran adalah agar siswa dapat berpartisipasi aktif dan
menguasai materi yang disajikan dalam kurikulum. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan guru untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan
menentukan model pengajaran yang tepat.
Model pembelajaran adalah suatu kerangka/langkah kegiatan
pembelajaran yang dibuat secara sistematis oleh guru agar proses
pembelajaran di kelas berjalan dengan baik. Model pembelajaran yang
digunakan guru harus sistematis, disusun secara rinci sesuai dengan langkah-
langkah kegiatan guru dan siswa, karakteristik siswa serta bahan dan alat
bantu juga diperhatikan karakteristik siswa dan materi serta sarana

9
pendukung.
Ada banyak model yang bisa digunakan dalam pembelajaran, Salah
satu bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa
adalah konstruktivisme yang bertujuan untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab mandiri siswa, dan setiap siswa diajak untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran tidak hanya secara mental, tetapi juga fisik. Dengan demikian,
mereka dapat belajar dengan lebih gembira, sehingga keberhasilan akademik
yang diharapkan akan lebih optimal. Model pembelajaran Discovery
Learning ini merupakan pengembangan dari pembelajaran aktif dengan cara
mencari sendiri, mengeksplorasi sendiri, agar hasil yang diperoleh tetap
melekat dalam ingatan, sehingga siswa tidak mudah melupakannya
(Kristin, 2016: 86). Model Discovery Learning memandu siswa untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahuinya dengan cara mencari sendiri
informasinya, setelah itu siswa mengorganisasikan atau membentuk
(secara konstruktif) apa yang diketahui dan dipahaminya ke dalam bentuk
akhir (Cintia, Nichen Irma, Kristin Firosalia, 2018).
Discovery learning merupakan model pembelajaran kognitif yang
dikembangkan oleh Bruner (1966). Discovery learning merupakan suatu
proses pembelajaran dimana guru harus menciptakan situasi pembelajaran
yang bermasalah, menstimulasi siswa dengan pertanyaan, mendorong
siswa untuk menemukan jawabannya sendiri dan bereksperimen.
Pembelajaran penemuan pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan
kemampuan berpikir bebas serta melatih keterampilan kognitif siswa dengan
menemukan dan memecahkan permasalahan yang dihadapinya, membangun
dari apa yang telah diketahuinya dan menghasilkan informasi yang benar-
benar bermakna bagi dirinya.
Menurut (Mubarok, Chusni. Sulistyo, 2014), situasi pembelajaran
yang bermasalah menimbulkan siswa bertanya-tanya, mendorong siswa
mencari jawaban sendiri dan melakukan percobaan. Pembelajaran penemuan
pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan

10
berpikir bebas serta melatih keterampilan kognitif siswa dengan menemukan
dan memecahkan permasalahan yang dihadapinya, membangun dari apa
yang telah diketahuinya dan menghasilkan informasi yang benar-benar
bermakna bagi dirinya. Langkah-langkah dalam model pembelajaran
Discovery Learning adalah sebagai berikut: (1) Guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang merangsang berpikir siswa dan mendorong
mereka membaca buku dan kegiatan pembelajaran lainnya. (2) Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak-
banyaknya permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran dan
merumuskannya dalam bentuk hipotesis. (3) Guru membiarkan siswa
mengumpulkan informasi yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis tersebut. (4) Guru mengolah informasi wawancara siswa,
observasi, dll. (5) Guru melakukannya studi yang cermat untuk
menunjukkan apakah suatu hipotesis benar melalui hasil dan pengolahan
data. (6) Guru menarik kesimpulan untuk mentransformasikannya menjadi
prinsip-prinsip umum yang berlaku untuk semua permasalahan yang sama.
Keunggulan model pembelajaran DiscoveryLearning adalah: (1) Hasil lebih
mendarah daging dibandingkan metode pembelajaran lainnya. (2) Lebih
mudah dan cepat ditangkap. (3) Dapat digunakan dalam bidang studi lain
atau dalam kehidupan sehari- hari. (4) efektif dalam meningkatkan
kemampuan penalaran siswa.
Discovery merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada
pandangan konstruktivis. Menurut Kurniashi dan Sani (2014:64),
pembelajaran penemuan diartikan sebagai pembelajaran yang terjadi
apabila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi
siswa diharapkan mengorganisasikannya sendiri. Discovery learning
merupakan suatu metode pembelajaran yang menuntut guru untuk lebih
kreatif dalam menciptakan situasi yang membuat siswa aktif belajar dan
menemukan pengetahuannya. Menurut Hosnan (2013), pembelajaran
penemuan adalah suatu metode pengajaran dimana siswa tidak disajikan
suatu pelajaran dalam bentuk akhirnya, tetapi diharapkan untuk

11
mengorganisasikannya sendiri. Dimana permasalahan yang disajikan
dirancang oleh guru sedemikian rupa sehingga siswa dapat menganalisis dan
menarik kesimpulan akhir ((Cintia, Nichen Irma, Kristin Firosalia,
2018).
Suyitno (2004) mengemukakan beberapa tujuan pembelajaran
penemuannya, yaitu sebagai berikut; a) meningkatkan partisipasi aktif
siswa dalam perolehan dan pengolahan bahan pembelajaran, b)
membimbing siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat, c) mengurangi
ketergantungan terhadap guru sebagai satu-satunya sumber, d) informasi
yang dibutuhkan siswa, dan e) guru yang siswa untuk mengeksplorasi atau
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber informasi yang tidak pernah
dieksplorasi sepenuhnya.
Teori belajar ini menitikberatkan pada bimbingan seorang guru
yang dapat mendidik siswa untuk memperoleh keterampilan dan
pemahaman yang kompleks serta keterampilan mandiri. Pandangan
konstruksionis sosial murni menegaskan bahwa pembelajaran dapat terjadi
melalui interaksi sosial yang mencakup unsur budaya dan bahasa. Namun
Driver dan Bell dalam Suryono (2014) menyatakan ciri-ciri pembelajaran
konstruktivis sebagai berikut: 1) siswa tidak dianggap pasif, tetapi
mempunyai tujuan, 2) pembelajaran harus mempertimbangkan proses
partisipasi siswa yang optimal, 3) pengetahuan bukanlah sesuatu . yang
berasal dari luar, tetapi dikonstruksi secara pribadi, 4) pembelajaran
bukanlah penyampaian informasi, tetapi mencakup penciptaan lingkungan
belajar, 5) kurikulum bukan hanya apa yang dipelajari, melainkan
seperangkat pelajaran, materi, dan sumber.
Konstruktivisme adalah epistemologi akuisisi pengetahuan
(akuisisi pengetahuan) yang lebih fokus pada desain alih-alih mengirimkan
dan menyimpan informasi. Teori pembelajaran konstruktivisme
merupakan teori pembelajaran yang menekankan bahwa siswa lebih aktif
dibandingkan guru, peran guru adalah sebagai mediator. Teori ini juga
menciptakan siswa yang aktif dan guru yang kreatif dalam menciptakan

12
aktivitas siswa. Teori ini lebih mengutamakan proses daripada hasil karena
mereka percaya bahwa jika proses berjalan dengan baik, maka hasilnya
pun akan baik. Dalam pandangan konstruksionis, siswa berperan sebagai
pembangun dan pengubah pengetahuan. Perspektif ini merupakan pemikiran
Vygotsky (1978) dalam teori pembelajaran sosiokultural. Tidak ada
pengetahuan pada model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme
seperangkat fakta, konsep, atau aturan yang siap diterima dan dihafal,
namun harus dikonstruksi oleh orang atau siswa untuk memberi makna
melalui pengalaman nyata. Hal ini menekankan bahwa konsep bukanlah
hal yang tidak penting sebagai bagian integral dari pembelajaran yang
seharusnya dimiliki siswa, namun bagaimana setiap konsep atau
pengetahuan yang dimiliki siswa dapat memberikan pedoman nyata bagi
siswa untuk menerapkannya dalam dunia nyata (Rusman, 2013, hal. 39).

3. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti


Agama pada dasarnya bukan tentang mengetahui apa yang benar
atau salah. Tidak ada gunanya mengetahui "kebenaran" tetapi tidak
melakukannya, seperti yang dikatakan St. Yakobus: "Sebab sama seperti
tubuh tanpa roh adalah mati, demikian pula iman tanpa perbuatan adalah
mati" (Yakobus 2:26).
Oleh karena itu, tujuan pendidikan agama Katolik secara khusus
adalah membina dan membimbing peserta didik, agar tumbuh dan
berkembang mencapai kepribadian sempurna yang semakin
mencerminkan dirinya dalam gambar Tuhan, karena dengan demikian
“Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya. menurut gambar
Allah diciptakannya dia” (Kejadian 1:27). Sebagai makhluk yang
diciptakan segambar dengan Tuhan, manusia harus mengembangkan sifat-
sifat seperti cinta dan takut akan Tuhan, kecerdasan, keterampilan, akhlak
mulia, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan tanggung jawab
terhadap pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.(Sigit DK: 2013) .

13
4. Materi Aku Citra Allah Yang Unik
Manusia merupakan ciptaan yang paling indah dan istimewa,
manusia telah diberi nilai luhur diatas ciptaan lainnya. Kejadian 1:26-27
mengatakan bahwa manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah
sendiri, artinya diciptakan dengan penuh kebaikan, seperti Tuhan yang
penuh dengan kebaikan, keagungan dan kemuliaan. Manusia yang
segambar dan segambar dengan Allah telah diberi kuasa yang melampaui
segala ciptaan lainnya (Kejadian 1:28), sehingga manusia mempunyai nilai
yang melampaui segala ciptaan lainnya di muka bumi ini. Mazmur 8:1-10
juga menggambarkan bagaimana Tuhan menciptakan manusia dan
menempatkan manusia secara khusus di antara semua ciptaan dan
mencerminkan kemuliaan manusia. Lukas 12:7: “Bahkan rambut
kepalamu pun terhitung semuanya. Maka janganlah kamu takut, karena
kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” Dari ayat di atas kita
dapat melihat bahwa setiap orang itu berharga, bernilai dan mulia. Karena
keistimewaan dan keluhuran tersebut maka setiap orang hendaknya
mencintai, menghargai dan mensyukurinya. bukanlah orang yang tidak
berharga, nilai seseorang tidak terlihat pada kekayaannya, kedudukannya,
rasnya, agamanya atau kedudukannya, melainkan pada nilai-nilai
ketuhanan yang ada dalam dirinya.
Setiap orang harus memahami dan menghormati luhurnya
martabat manusia. Oleh karena itu, segala bentuk perendahan/ degradasi
martabat manusia harus dihindari dan dikutuk. Manusia harus memahami
bahwa Tuhan sendirilah yang meninggikan harkat dan martabat orang-
orang rendahan di hadapan Tuhan menjadi makhluk mulia seperti Dia,
sehingga manusia harus memegang dan menghormati harkat dan martabat
mulia orang lain sebagai ungkapan rasa syukur dan pujian kepada Allah.

14
5. Kurikulum Merdeka (Fase D)
Pemerintah terus melakukan peningkatan mutu pendidikan dengan
banyak perubahan dan penambahan kurikulum dan yang terbaru dengan
menetapkan kurikulum mandiri. Ide mengajar dengan kurikulum mandiri
adalah memadukan keterampilan literasi dan numerasi, keterampilan
kognitif, afektif dan psikomotorik serta penguasaan teknologi. Dengan
cara ini siswa diberikan kebebasan berpikir sehingga dapat
memaksimalkan ilmu yang dibutuhkannya (Ariga, S. 2022) Selain itu,
fokus kurikulum merdeka adalah proyek penguatan profil siswa Pancasila
yang bertujuan untuk memperkuat profil siswa Pancasila. memastikan
peserta didik mempunyai karakter berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Dalam kurikulum merdeka setiap tingkat kompetensi peserta
didik dikelompokkan menjadi fase. Tahapan pada jenjang SMP hanya terdiri
dari satu tahapan saja yaitu fase- D yang meliputi kelas VII, VIII, dan IX.
Pada fase ini, diharapkan peserta didik memiliki keterampilan bahasa
untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial dan
akademik. Peserta didik mengetahui bagaimana memahami, mengolah dan
menafsirkan informasi penemuan tentang berbagai topik dan karya tulis.

B. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu adalah upaya Peneliti mencari perbandingan dan
menemukan inspirasi baru untuk penelitian berikutnya. Penelitian terdahulu
juga akan membantu peneliti dalam mencari referensi, menemukan gagasan
dan untuk menampilkan tingkat keaslian dari penelitian ini. Berikut penelitian
terdahulu yang terkait dengan model pembelajaran yang digunakan.
Penelitian dilakukan oleh Marlis Yolanda Sari (2019) dalam tulisannya
dengan judul Pengaruh Model Discovery Learning Tehadap Motivasi Belajar
Matematika Siswa SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu. Jenis penelitian ini
menggunakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Berdasarkan
penelitian terhadap tujuh pertemuan memberikan informasi tentang kira-kira

15
motivasi siswa belajar matematika dan penerapan model Discovery Learning.
Data yang Berdasarkan
sederhana diperoleh dianalisis
statistik menggunakan statistik
uji 𝑡 dikemukakan uji 𝑡motivasi
bahwa dan regresi linier
belajar
matematika siswa dengan model Discovery Learning lebih baik dibandingkan
motivasi siswa belajar matematika menggunakan model pembelajaran biasa
Artinya model pembelajaran Discovery memberikan dampak Motivasi Belajar
Matematika di SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu. Berdasarkan Statistik regresi
linier sederhana diperoleh dari penerapan model Discovery Pembelajaran
mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar matematika. Dalam penelitian ini
Ditemukan bahwa model pembelajaran penemuan dipengaruhi oleh (45,6%)
Tentang motivasi siswa SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu dalam belajar
matematika. Dari kesimpulan tersebut terlihat bahwa model Discovery
Learning dikatakan cukup berpengaruh terhadap motivasi belajar matematika
siswa SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu.

Persaman sebelumnya dengan penelitian ini adalah:


1. Mengunakan model pembelajaran Discovery Learning untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Penelitian ini dilakukan sama-sama di sekolah negeri.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah:


1. Pembelajaran sebelumnya dilaksanakan dengan alokasi waktu 12 JP
(12xpertemuan) sedangkan penelitian sekarang selama 4x40 menit (2 x
ppertemuan).
2. Mata pelajaran pada penelitian sebelumnya pelajaran matematika.
3. Penelitian sebelumnya dilakukan pada tingkat SMU Negeri sedangkan
penelitian ini dilakukan pada tingkat SMP Negeri.

16
BAB III. METODE

A. Jenis Penelitian
Jenis penilaian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang berfokus pada bukti non-numerik. Bersifat
deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi sebagai data
dan hasil penelitian.
B. Variabel Penelitian
Variable penelitian dalam penelitian ini adalah (1) Motivasi belajar siswa
(2) Model pembelajaran Discovery Learning.

C. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


Pemecahan masalah memerlukan teknik dan alat pengumpulan data yang
tepat agar pemecahan masalah dapat mencapai derajat validitas yang
memungkinkan diperolehnya hasil yang obyektif. Arikunto (2013:265-274)
mengungkapkan data meliputi: Tes, Angket, Wawancara, Observasi,
Dokumentasi. Handari Nawawi (2012; 100-101) mengemukakan teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan adalah: teknik observasi
langsung, teknik observasi tidak langsung, teknik komunikasi langsung, teknik
komunikasi tidak langsung, teknik penelitian dokumenter.
Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas, maka teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam kegiatan ini adalah teknik observasi langsung.
Observasi langsung merupakan suatu metode pengumpulan informasi melalui
pengamatan atau observasi secara dekat terhadap suatu tempat penelitian untuk
mengetahui kondisi yang ada atau untuk menunjukkan keabsahan rencana
penelitian yang akan dilaksanakan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ariga, S (2022). Implementasi kurikulum merdeka pasca pandemi covid-19. Edu


Society: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial …, jurnal.permapendis-sumut.org,

Huda, M (2017). Kompetensi kepribadian guru dan motivasi belajar siswa. Jurnal
penelitian,

Kemendikbud, RI (2015). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based


Learning. Jakarta: Kemen-trian Pendidikan Dan Kebudayaan RI

Konferensi Wali Gereja Indonesia, ALKITAB, Lembaga Alkitab Indonesia;Jakarta

K.T Aritonang (2018) MINAT DAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA. Jurnal pendidikan penabur, 7(10), 11-21.Oleh K.T
Aritonang (2018).

Maya, Y. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Learning


(GDL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa SMPN I Bandar
Baru (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry Banda Aceh).

Patandung, Y. (2017). Pengaruh model discovery learning terhadap peningkatan


motivasi belajar IPA Siswa. Journal of Educational Science and Technology, 3(1),
9-17.

Puspitadewi, R., Saputro, A. N. C., & Ashadi, A. (2016). Penerapan Model


Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi
Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI MIA 3
Semester Genap Sma N 1 Teras Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan
Kimia, 5(4), 114-119.

Putri, R. H., Lesmono, A. D., & Aristya, P. D. (2017). Pengaruh model discovery
learning terhadap motivasi belajar dan hasil belajar fisika siswa MAN
Bondowoso. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(2), 173-180.

Saragih, E. A. (2016). Pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap


hasil belajar fisika ditinjau dari motivasi belajar pada materi elastisitas dan hukum
hooke siswa kelas X SMA YPPK Yos Sudarso Merauke. Jurnal Ilmu Pendidikan
Indonesia, 4(1), 2338-3402.

Sari, Marlis Yolanda (2019) Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap


Motivasi Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu. Other
thesis, Universitas Islam Riau.

18
Suharni, S (2021). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. G-
Couns: Jurnal Bimbingan Dan Konseling,

Suprihatin, S. (2015). Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar


siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, 3(1), 73-82.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

19
Tugas LK 11b. Penyusunan Instrumen PTK

LEMBAR PENGAMATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


PENILAIAN OBSERVASI

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Toho


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Fase/Semester : VII-C/ 1
Tahun Pelajaran : 2023/2024
Waktu Pengamatan : Pada saat pelaksanaan siklus 1 dan 2
Materi : Aku Citra Allah Yang Unik
Tujuan Pembelajaran : Melalui diskusi kelompok dan presentasi, peserta didik
mampu menjelaskan secara benar manusia sebagai citra
Allah yang unik dan sederajat, baik sebagai laki-laki
maupun perempuan yang membuatnya tagwa kepada
Allah. :
1. Peserta didik mampu menjelaskan secara benar manusia sebagai citra Allah
yang unik melalui gambar atau kata-kata ataupun tulisan.
2. Peserta didik mampu menghubungkan keunikannya sesuai dengan pesan Kitab
Suci Kej 1: 26-28 secara kritis melalui diskusi kelompok.
3. Peserta diidk mampu melaksanakan sikap dan perbuatan sebagai citra Allah
yang unik dalam kehidupan sehari-hari secara bertanggung jawab sebagai
wujud syukur kepada Allah.

Prosentase keberhasilan = skor yang ingin dicapai X 100%


Skor maksimal
Nilai dengan Angka Prosentasi Keberhasilan Taraf
Keberhasilan
5 81% - 100% Sangat baik
4 61% - 80% Baik
3 41% - 60% Cukup
2 21% - 40% Kurang
1 0% - 20% Sangat kurang

RUBRIK:

1. Sangat kurang jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
pembelajaran (prosentase 0% - 20%)
2. Kurang jika menunjukan ada sedikit usaha ambil bagian dalam pembelajaran
tetapi belum konsisten (21% - 40%)
3. Cukup jika sudah menunjukkan ada usaha ambil bagian dalam pembelajaran
tetapi belum konsisten (41% - 60%)
4. Baik jika mengambil bagian dalam pembelajaran dan konsisten menjalankan
tugas (61% - 80%)
5. Sangat baik jika sudah menunjukkan ambil bagian dalam menyelesaikan tugas
kelompok secara terus menerus konsisten, memberikan/ ide, gagasan dalam
pembelajaran (80% - 100%)

20
DAFTAR CHECK LIST MOTIVASI BELAJAR SISWA
PENILAIAN OBSERVASI

Fase : VII-C
Materi : Aku Citra Allah Yang Unik
Tanggal Pengamatan :

Bubuhkan tanda ( √) pada kolom-kolom sesuai dengan hasil pengamatan.

No Nama Siswa Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Σ % Nilai


1 2 3 4 5 6

10

11

12

13

14

15

Σ indikator yang mucul


Prosentasi keberhasilan
tindakan (%)

21
Nilai masing-masing
indikator

Keterangan aspek yang diamatai/indikator:


Aspek 1 : Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Aspek 2 : Peserta didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman jika
ada materi yang belum dimengerti.
Aspek 3 : Peserta diidk menunjukkan rasa ingin tahu dengan mengajukan
pertanyaan saat diskusi
Aspek 4 : peserta didik menjawab pertanyaan dari guru
Aspek 5 : peserta didik memberi jawaban, ide/gagasan saat diskusi kelompok

Prosentase keberhasilan = skor yang ingin dicapai X 100%


Skor maksimal

Nilai dengan Angka Prosentasi Keberhasilan Taraf Keberhasilan

5 81% - 100% Sangat baik

4 61% - 80% Baik

3 41% - 60% Cukup

2 21% - 40% Kurang

1 0% - 20% Sangat kurang

22
DAFTAR CHECK LIST MOTIVASI BELAJAR SISWA
PENILAIAN OBSERVASI
No Aspek Yang Dinilai Nilai Rata-rata KET
skor
I. Pra Pembelajaran
1. 1. Kesiapan ruangan, alat, dan media pembelajaran
2. 2. Memeriksa kesiapan peserta didik
II. Membuka Pelajaran
1. Melakukan kegiatan pembukaan, salam, doa, apersepsi
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
rencana kegiatan
III. Kegiatan Inti
a. 2.Penguasaan pembelajaran
1. Menunjukkan materi pembelajaran
2. Mengaitakan materi dengan pengetahuan yang
relevan
3. Menyampaikan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran
4. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
b. 3.Pendekatan/ Strategi Pembelajaran
1. Melaksakan pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran
2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik
3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan sintak
Discovery Learning
4. Menguasai kelas
5. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat
kontekstual
6. Melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
waktu yang telah dialokasikan
c. 4. Pemanfaatan Media Pembelajaran/ Sumber Belajar
1. Menunjukkan keterampilan dalam menggunakan
media
2. Menggunakan media secara efektif dan efisian
3. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan
media
d. 5.Pembelajaran yang memicu dan memelihara
ketertiban peserta didik
1. Menumbuhkan partisifasi aktif peserta didik
dalam pembelajaran
2. Merespons positif pastisipasi peserta didik

23
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, peserta
didik dan sumber belajar
4. Menunjukkan sifat terbuka terhadap respons
peserta didik
5. Menunjukkan keceriaan dan antusiame peserta
didik dalam belajar
e. Kemampuan Khusus Pembelajaran di Fase D
1. Mengembangkan konsep materi ajar
2. Mengembangkan sikap peka, tanggap, dan
adaftif tetapi kritis terhadap materi
pembelajaran
f. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
1. Memantau kemajuan belajar
2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan
pembelajaran
g. 6. Penggunaan Bahasa
1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar
2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar
IV. Penutup
1. Melaksanakan refleksi pembelajaran
dengan melibatkan peserta didik
2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan peserta
didik
3. Melaksanakan tindak lanjut
Jumlah
Skor rata-rata

Nilai:
4 : Baik sekali
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang

24

You might also like