Professional Documents
Culture Documents
Kel 3 - Konsep Askep Post Op-2
Kel 3 - Konsep Askep Post Op-2
Dosen Pengampu :
SURABAYA
TA. 2022/2023
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
POST OPERATIF
A. Post Operatif
1. Definisi Post Operatif
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh (Smeltzer
dan Bare, 2002).
Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihsn dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
(Uliyah dan Hidayat, 2008).
Tahap pasca-operasi dimulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke
unit pasca-operasi dan berakhir saat pasien pulang.
2. Jenis-jenis Operatif
a. Menurut fungsinya (tujuannya), Potter dan Perry (2006) membagi menjadi :
1) Diagnostic : biopsy, laparotomy eksplorasi
2) Kuratif (ablatif) : tumor, appendiktomi
3) Reparative : memperbaiki Iuka multiple
4) Rekonstruktif : mamoplasti, perbaikan wajah
5) Paliatif : menghilangkan nyeri
6) Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau
struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea)
b. Menurut luas atau tingkat resiko
1) Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien
2) Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi
lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor
3. Komplikasi Post Operatif
Menurut Majid (2011) mengatakan komplikasi post operasi adalah perdarahan
dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit
dingin-basah pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernapasan cepat dan dalam,
bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.
4. Prosedur Post Operatif
1. Semua pasien setelah tindakan anestesi umum atau regional, memiliki resiko
gangguan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
2. Pasien pasca bedah yang telah layak dipindahkan ke RR/PACU, selama
transport dari intra Op ke RR, harus didampingi oleh dokter anestesi atau
perawat anestesi yg mengetahui keadaan pasien pra dan selama anestesi
3. Selama transport pasien secara kontinu di pantau dan di evaluasi jalan
nafas,pernafasan dan kardiovaskulernya
4. Dokter anestesi atau perawat anestesi yg bertanggung jawab terhadap pasien
tersebut melakukan serah terima pasien dengan petugas ruang pulih
5. Status keadaan umum pasien sewaktu tiba di ruang pulih dicatat di lembar
catatan perawatan ruang pulih
6. Selama di ruang pulih kondisi pasien terus di pantau, di evaluasi dan di catat
di catatan perawatan ruang pulih. Penilaian Skor Aldrete, monitoring jalan
nafas, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan temperatur pasien
7. Selain hal diatas,selama di ruang pulih pasien juga mendapat penatalaksanaan
nyeri, mual dan muntah
8. Kriteria pasien di pindahkan dari RR ke ruang rawat
- Jalan nafas,ventilasi,oksigenasi & temperatur dlm kondisi baik dan stabil
- Tidak membutuhkan penatalaksanaan dan pemantauan intensif pasca
bedah
- Skor aldrette >8, di setujui oleh dokter anestesi dan di tandatangani di
lembar catatan perawatan ruang pulih
- Beberapa pasien membutuhkan topangan ventilasi dan kardiovaskuler
intensive, sehingga membutuhkan ruang HCU/ICU.
5. Perawatan Post Anestesia Di Ruang Pulih (Recovery Room)
1) Pemindahan pasien dari kamar operasi
a. Pasien yang belum sadar baik atau belum pulih dari pengaruh anestesia, po
sisi kepala diatur sedemikian rupa agar kelapangan jalan napas tetap adeku
at sehingga ventilasi terjamin.
b. Apabila dianggap perlu, pada pasien yang belum bernapas spontan, diberik
an napas buatan.
c. Gerakan pada saat memindahkan pasien dapat menimbulkan atau menamb
ah rasa nyeri akibat tindakan pembedahan dan bisa terjadi dislokasi sendi.
d. Pada pasien yang sirkulasinya belum stabil bisa terjadi syok atau hipotensi.
e. Pasien yang dilakukan blok spinal, posisi penderita dibuat sedemikian rupa
agar aliran darah dari daerah tungkai ke proksimal lancar.
f. Yakinkan bahwa infus, pipa nasogastrik dan kateter urin tetap berfungsi de
ngan baik atau tidak lepas.
g. Tidak perlu mendorong kereta tergesa-gesa karena hal tersebut dapat meng
akibatkan rasa nyeri dari daerah bekas operasi, perubahan posisi kepala, se
hingga dapat menimbulkan masalah ventilasi, muntah atau regurgitasi, dan
kegoncangan sirkulasi.
2) Serah terima pasien di ruang pulih
Menurut Brunner dan Suddarth bahwa dalam serah terima pasien pasca
operatif meliputi diagnosis medis dan jenis pembedahan, usia, kondisi umum,
tanda-tanda vital, jalan napas, obat-obat yang digunakan, masalah yang terjadi
selama pembedahan, cairan yang diberikan, jumlah perdarahan, informasi tent
ang dokter bedah dan anesthesia.
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat serah terima adalah:
2. Respirasi
Parameter nilai respirasi yang harus dikaji pada pasien post op adalah :
No. Parameter Normal
1. Suara nafas paru Sama dengan kedua paru
2. Frekuensi nafas 10 – 35 x/menit (tergantung usia)
3. Irama nafas Teratur
4. Volume tidal Minimal 4 – 5 ml/kgbb
5. Kapasitas vital 20 – 40 ml/kgbb
6. Inspirasi paksa -40 cmH2O
7. PaO2pada FiO2 30% 100 mmHg
8. PaCO2 30 – 45 mmHg
4. Depresi napas
Depresi sentral adalah yang paling sering akibat dari efek sisa opiat, disamping
itu bisa juga disebabkan oleh keadaan hipokapnea, hipotermia dan hipoperfusi.
5. Sirkulasi
Parameter hemodinamik yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tekanan darah
Tekanan darah normal berkisar 90/50 – 160/100.
Sebab-sebab hipertensi pasca bedah adalah hipertensi yang diderita prabedah,
nyeri hipoksia dan hiperkarbia, penggunaan vasopresor, dan kelebihan cairan.
Dan ada pula sebab-sebab hipotensi / syok pasca bedah adalah perdarahan,
defisit cairan, depresi otot jantung dan dilatasi pembuluh darah yang
berlebihan.
2. Dernyut Jantung
Denyut jantung normal berkisar 55 – 120 x/menit (tergantung usia) dengan
irama yang teratur. Sebab-sebab gangguan irama jantung :
1) Takikardia, disebabkan oleh hipoksia, hipovolumia, akibat obat
simpatomimetik, demam, dan nyeri.
2) Brakikardia, disebabkan oleh blok subarakhnoid, hipoksia (pada bayi) dan
reflek vagal.
3) Distrimia (diketahui dengan EKG), paling sering disebabkan karena
hipoksia.
8. Aktivitas motorik
Pemulihan aktivitas motorik pada penggunaan obat pelumpuh otot, berhubungan
erat dengan fungsi respirasi. Bila masih ada efek sisa pelumpuh otot, pasien
mengalami hipoventilasi dan aktivitas motorik yang lain juga belum kembali
normal. Petunjuk yang sangat sederhana untuk menilai pemulihan otot adalah
menilai kemampuan pasien untuk membuka mata atau kemampuan untuk
menggerakkan anggota gerak terutama pada pasien menjelang sadar
9. Suhu tubuh
Penyulit hipotermi pasca bedah, tidak bisa dihindari terutama pada pasien
bayi/anak dan usia tua. Beberapa penyebab hipotermi di kamar operasi adalah:
1) Suhu kamar operasi yang dingin
2) Penggunaan desinfektan
3) Cairan infus dan transfusi darah
11. Posisi
Posisi pasien perlu diatur di tempat tidur ruang pulih. Hal ini perlu diperhatikan
untuk mencegah kemungkinan :
1) Sumbatan jalan napas, pada pasien belum sadar
2) Tertindihnya/terjepitnya satu bagian anggota tubuh
3) Terjadinya dislokasi sendi-sedi anggota gerak
4) Hipotensi, pada pasien dengan analgesia regional
5) Gangguan kelancaran aliran infus
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/43913/3/BAB_II.pdf diakses pada tanggal 16
november 2022 pukul 19.00 WIB