You are on page 1of 14

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH III

KONSEP ASKEP POST OPERATIF

Dosen Pengampu :

Dul Majid, S.Kep.,Ns. M.Tr

Disusun oleh Kel 3:

1. Joesevina Deva A (2010054)


2. Khoirunnisa Umi R (2010056)
3. Kurnia Hidayatul I (2010058)
4. M. Mahar Bagus S (2010060)
5. Marshanda Pravitasari (2010062)
6. M. Irsyad M (2010064)
7. Naning Adi Tama (2010066)
8. Naval Mudratama (2010068)
9. Neriza Ovina T (2010070)
10. Ni Nyoman Angelina (2010072)
11. Nofia Putri A (2010074)
12. Novela Dea F (2010076)
13. Orifa (2010078)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA
TA. 2022/2023
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
POST OPERATIF

A. Post Operatif
1. Definisi Post Operatif
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh (Smeltzer
dan Bare, 2002).
Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihsn dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
(Uliyah dan Hidayat, 2008).
Tahap pasca-operasi dimulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke
unit pasca-operasi dan berakhir saat pasien pulang.
2. Jenis-jenis Operatif
a. Menurut fungsinya (tujuannya), Potter dan Perry (2006) membagi menjadi :
1) Diagnostic : biopsy, laparotomy eksplorasi
2) Kuratif (ablatif) : tumor, appendiktomi
3) Reparative : memperbaiki Iuka multiple
4) Rekonstruktif : mamoplasti, perbaikan wajah
5) Paliatif : menghilangkan nyeri
6) Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau
struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea)
b. Menurut luas atau tingkat resiko
1) Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien
2) Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi
lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor
3. Komplikasi Post Operatif
Menurut Majid (2011) mengatakan komplikasi post operasi adalah perdarahan
dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit
dingin-basah pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernapasan cepat dan dalam,
bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.
4. Prosedur Post Operatif
1. Semua pasien setelah tindakan anestesi umum atau regional, memiliki resiko
gangguan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
2. Pasien pasca bedah yang telah layak dipindahkan ke RR/PACU, selama
transport dari intra Op ke RR, harus didampingi oleh dokter anestesi atau
perawat anestesi yg mengetahui keadaan pasien pra dan selama anestesi
3. Selama transport pasien secara kontinu di pantau dan di evaluasi jalan
nafas,pernafasan dan kardiovaskulernya
4. Dokter anestesi atau perawat anestesi yg bertanggung jawab terhadap pasien
tersebut melakukan serah terima pasien dengan petugas ruang pulih
5. Status keadaan umum pasien sewaktu tiba di ruang pulih dicatat di lembar
catatan perawatan ruang pulih
6. Selama di ruang pulih kondisi pasien terus di pantau, di evaluasi dan di catat
di catatan perawatan ruang pulih. Penilaian Skor Aldrete, monitoring jalan
nafas, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan temperatur pasien
7. Selain hal diatas,selama di ruang pulih pasien juga mendapat penatalaksanaan
nyeri, mual dan muntah
8. Kriteria pasien di pindahkan dari RR ke ruang rawat
- Jalan nafas,ventilasi,oksigenasi & temperatur dlm kondisi baik dan stabil
- Tidak membutuhkan penatalaksanaan dan pemantauan intensif pasca
bedah
- Skor aldrette >8, di setujui oleh dokter anestesi dan di tandatangani di
lembar catatan perawatan ruang pulih
- Beberapa pasien membutuhkan topangan ventilasi dan kardiovaskuler
intensive, sehingga membutuhkan ruang HCU/ICU.
5. Perawatan Post Anestesia Di Ruang Pulih (Recovery Room)
1) Pemindahan pasien dari kamar operasi

a. Pasien yang belum sadar baik atau belum pulih dari pengaruh anestesia, po
sisi kepala diatur sedemikian rupa agar kelapangan jalan napas tetap adeku
at sehingga ventilasi terjamin.
b. Apabila dianggap perlu, pada pasien yang belum bernapas spontan, diberik
an napas buatan.
c. Gerakan pada saat memindahkan pasien dapat menimbulkan atau menamb
ah rasa nyeri akibat tindakan pembedahan dan bisa terjadi dislokasi sendi.
d. Pada pasien yang sirkulasinya belum stabil bisa terjadi syok atau hipotensi.
e. Pasien yang dilakukan blok spinal, posisi penderita dibuat sedemikian rupa
agar aliran darah dari daerah tungkai ke proksimal lancar.
f. Yakinkan bahwa infus, pipa nasogastrik dan kateter urin tetap berfungsi de
ngan baik atau tidak lepas.
g. Tidak perlu mendorong kereta tergesa-gesa karena hal tersebut dapat meng
akibatkan rasa nyeri dari daerah bekas operasi, perubahan posisi kepala, se
hingga dapat menimbulkan masalah ventilasi, muntah atau regurgitasi, dan
kegoncangan sirkulasi.
2) Serah terima pasien di ruang pulih
Menurut Brunner dan Suddarth bahwa dalam serah terima pasien pasca
operatif meliputi diagnosis medis dan jenis pembedahan, usia, kondisi umum,
tanda-tanda vital, jalan napas, obat-obat yang digunakan, masalah yang terjadi
selama pembedahan, cairan yang diberikan, jumlah perdarahan, informasi tent
ang dokter bedah dan anesthesia.
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat serah terima adalah:

a. Masalah-masalah tatalaksana anestesia, penyulit selama ane


tesia/pembedahan, pengobatan dan reaksi alergi yang mungkin terjadi.
b. Tindakan pembedahan yang dikerjakan, penyulit-penyulit saat pembedaha
n, termasuk jumlah perdarahan.
c. Jenis anestesia yang diberikan dan masalah-masalah yang terjadi, termasuk
cairan elektrolit yang diberikan selama operasi, diuresis serta gambaran sir
kulasi dan respirasi.
d. Posisi pasien di tempat tidur.
e. Hal-hal lain yang perlu mendapatkan pengawasan khusus sesuai dengan pe
rmaslaahan yang terjadi selama anestesi/operasi.
f. Dan apakah pasien perlu mendapatkan penanganan khusus di ruangan tera
pi intensif (sesuai dengan instruksi dokter).12
3) Tujuan perawatan pasca anestesia/pembedahan di ruang pemulihan
Tujuan perawatan pasca anestesia yaitu untuk memulihkan kesehatan fi
siologi dan psikologi antara lain:
 Mempertahankan jalan napas, dengan mengatur posisi, memasang sunctio
n dan pemasangan mayo/gudel.
 Mempertahankan ventilasi/oksigenasi, dengan pemberiam bantuan napas
melalui ventilator mekanik atau nasal kanul.
 Mempertahankan sirkulasi darah, dapat dilakukan dengan pemberian caira
n plasma ekspander.
 Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
4) Pasien yang tidak memerlukan perawatan pasca anestesia/bedah di ruang pem
ulihan
a. Pasien dengan analgesik lokal yang kondisinya normal / stabil.
b. Pasien dengan risiko tinggi tertular infeksi sedangkan di ruang pemulihan ti
dak ada ruang isolasi.
c. Pasien yang memerlukan terapi intensif.
d. Pasien yang akan dilakukan tindakan khusus di ruangan (atas kesepakatan
Dokter Spesialis Bedah dan Spesialis Anestesiologi.
5) Kriteria kembali ke bangsal
▪ Hemodinamik stabil
▪ Ventilasi spontan adekuat
▪ Nyeri terkontrol
▪ Suhu normal
▪ Mual / muntah minimal dan pasien dapat menjaga dirinya sendiri

6. Pemindahan pasien dari kamar operasi


Pemindahan pasien dilaksanakan dengan hati-hati mengingat :
1) Pasien yang belum sadar baik atau belum pulih dari pengaruh anestesia, posisi
kepala diatur sedemikian rupa agar kelapangan jalan napas tetap adekuat
sehingga ventilasi terjamin.
2) Apabila dianggap perlu, pada pasien yang belum bernapas spontan, diberikan
napas buatan.
3) Gerakan pada saat memindahkan pasien dapat menimbulkan atau menambah
rasa nyeri akibat tindakan pembedahan dan bisa terjadi dislokasi sendi.
4) Pada pasien yang sirkulasinya belum stabil bisa terjadi syok atau hipotensi.
5) Pasien yang dilakukan blok spinal, posisi penderita dibuat sedemikian rupa
agar aliran darah dari daerah tungkai ke proksimal lancar.
6) Yakinkan bahwa infus, pipa nasogastrik dan kateter urin tetap berfungsi
dengan baik atau tidak lepas.
7) Tidak perlu mendorong kereta tergesa-gesa karena hal tersebut dapat
mengakibatkan rasa nyeri dari daerah bekas operasi, perubahan posisi kepala,
sehingga dapat menimbulkan masalah ventilasi, muntah atau regurgitasi, dan
kegoncangan sirkulasi.

7. Serah terima pasien di ruang pulih


Menurut Brunner dan Suddarth bahwa dalam serah terima pasien pasca operatif
meliputi diagnosis medis dan jenis pembedahan, usia, kondisi umum, tanda-tanda
vital, jalan napas, obat-obat yang digunakan, masalah yang terjadi selama
pembedahan, cairan yang diberikan, jumlah perdarahan, informasi tentang dokter
bedah dan anesthesia.
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat serah terima adalah:
1) Masalah-masalah tatalaksana anestesia, penyulit selama
anetesia/pembedahan, pengobatan dan reaksi alergi yang mungkin terjadi.
2) Tindakan pembedahan yang dikerjakan, penyulit-penyulit saat pembedahan,
termasuk jumlah perdarahan.
3) Jenis anestesia yang diberikan dan masalah-masalah yang terjadi, termasuk
cairan elektrolit yang diberikan selama operasi, diuresis serta gambaran
sirkulasi dan respirasi.
4) Posisi pasien di tempat tidur.
5) Hal-hal lain yang perlu mendapatkan pengawasan khusus sesuai dengan
permaslaahan yang terjadi selama anestesi/operasi.
6) Dan apakah pasien perlu mendapatkan penanganan khusus di ruangan terapi
intensif (sesuai dengan instruksi dokter)
Tujuan perawatan pasca anestesia yaitu untuk memulihkan kesehatan fisiologi
dan psikologi antara lain :
1) Mempertahankan jalan napas, dengan mengatur posisi, memasang sunction
dan pemasangan mayo/gudel.
2) Mempertahankan ventilasi/oksigenasi, dengan pemberiam bantuan napas
melalui ventilator mekanik atau nasal kanul.
3) Mempertahankan sirkulasi darah, dapat dilakukan dengan pemberian cairan
plasma ekspander
4) Observasi keadaan umum, observasi vomitus (muntahan), dan drainase
5) Memantau balance cairan
6) Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injury
Kriteria pasien yang tidak memerlukan perawatan post op di ruang pemulihan
antara lain :
1. Pasien dengan analgesik lokal yang kondisinya normal/stabil
2. Pasien dengan risiko tinggi tertular infeksi sedangkan di ruang pemulihan
tidak ada ruang isolasi
3. Pasien yang memerlukan terapi intensif
4. Pasien yang akan dilakukan tindakan khusus di ruangan
Kriteria pasien yang diperbolehkan kembali ke ruang rawat inap :
1. Sratus hemodinamik stabil
2. Ventilasi spontan adekuat
3. Nyeri terkontrol
4. Suhu normal
5. Mual/muntah minimal

8. Pemantauan dan penanggulangan kedaruratan medik


1. Kesadaran
Pemanjangan pemulihan kesadaran merupakan salah satu faktor penyulit yang
sering dihadapi oleh pasien post op. Apabila hal ini terjadi maka diudahan untuk
selalu memantau tanda-tanda vital yang lain dan mempertahankan fungsinya
agar tetap adekuat. Komplikasi pasien post anestesia seperti tanda lambat bangun
yaitu yang terjadi bila ketidaksadaran selama 60 – 90 menit setelah anestesi
umum. Hal ini bisa diakibatkan :
A. Sisa obat anestesi
B. Sedatif
C. Obat analgetik
D. Penderita dengan kegagalan organ, misalnya:
• Disfusi hati, ginjal
• Hipoproteinemia
• Usia
• Hipotermia
Berikut adalah beberapa obat yang dapat menetralisir obat anastesi,
yaitu :
a. Nalokson (0,2 mg), terhadap efek opiat.
b. Flumazenil (0,5 mg) terhadap efek benzodiazepine.
c. Phisostigmin (1-2 mg) terhadap efek obat pelumpuh otot.

2. Respirasi
Parameter nilai respirasi yang harus dikaji pada pasien post op adalah :
No. Parameter Normal
1. Suara nafas paru Sama dengan kedua paru
2. Frekuensi nafas 10 – 35 x/menit (tergantung usia)
3. Irama nafas Teratur
4. Volume tidal Minimal 4 – 5 ml/kgbb
5. Kapasitas vital 20 – 40 ml/kgbb
6. Inspirasi paksa -40 cmH2O
7. PaO2pada FiO2 30% 100 mmHg
8. PaCO2 30 – 45 mmHg

3. Sumbatan Jalan Nafas


Pasien tidak sadar sangat mudah mengalami sumbatan jalan napas akibat dari
jatuhnya lidah ke hipofaring, timbunan air liur atau sekret, bekuan darah, gigi
yang lepas dan isi lambung akibat muntah atau regurgitasi.Sumbatan bisa terjadi
pada daerah supra laring, laring ataupun infra laring

4. Depresi napas
Depresi sentral adalah yang paling sering akibat dari efek sisa opiat, disamping
itu bisa juga disebabkan oleh keadaan hipokapnea, hipotermia dan hipoperfusi.

5. Sirkulasi
Parameter hemodinamik yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tekanan darah
Tekanan darah normal berkisar 90/50 – 160/100.
Sebab-sebab hipertensi pasca bedah adalah hipertensi yang diderita prabedah,
nyeri hipoksia dan hiperkarbia, penggunaan vasopresor, dan kelebihan cairan.
Dan ada pula sebab-sebab hipotensi / syok pasca bedah adalah perdarahan,
defisit cairan, depresi otot jantung dan dilatasi pembuluh darah yang
berlebihan.
2. Dernyut Jantung
Denyut jantung normal berkisar 55 – 120 x/menit (tergantung usia) dengan
irama yang teratur. Sebab-sebab gangguan irama jantung :
1) Takikardia, disebabkan oleh hipoksia, hipovolumia, akibat obat
simpatomimetik, demam, dan nyeri.
2) Brakikardia, disebabkan oleh blok subarakhnoid, hipoksia (pada bayi) dan
reflek vagal.
3) Distrimia (diketahui dengan EKG), paling sering disebabkan karena
hipoksia.

6. Fungsi ginjal dan saluran kencing


Perhatikan produksi urin, terutama pada pasien yang dicurigai risiko tinggi gagal
ginjal akut pasca bedah/anestesia.Pada keadaan normal produksi urin mencapai >
0,5 cc/KgBB/jam

7. Fungsi saluran cerna


Kemungkinan terjadi regurgitasi atau muntah pada periode pasca
anestesia/bedah, terutama pada kasus bedah akut, senantiasa harus diantisipasi.
Untuk mengatisipasi hal ini, pencegahan regurgitasi/muntah lebih penting
artinya daripada menangani kejadian tersebut.

8. Aktivitas motorik
Pemulihan aktivitas motorik pada penggunaan obat pelumpuh otot, berhubungan
erat dengan fungsi respirasi. Bila masih ada efek sisa pelumpuh otot, pasien
mengalami hipoventilasi dan aktivitas motorik yang lain juga belum kembali
normal. Petunjuk yang sangat sederhana untuk menilai pemulihan otot adalah
menilai kemampuan pasien untuk membuka mata atau kemampuan untuk
menggerakkan anggota gerak terutama pada pasien menjelang sadar

9. Suhu tubuh
Penyulit hipotermi pasca bedah, tidak bisa dihindari terutama pada pasien
bayi/anak dan usia tua. Beberapa penyebab hipotermi di kamar operasi adalah:
1) Suhu kamar operasi yang dingin
2) Penggunaan desinfektan
3) Cairan infus dan transfusi darah

10. Masalah nyeri


Trauma akibat luka operasi sudah pasti akan menimbulkan nyeri. Hal ini harus
disadari sejak awal dan bila pasien mengeluh rasa nyeri atau ada tanda-tanda
pasien menderita nyeri, segera berikan analgetika.
Intensitas nyeri dinilai dengan “visual analog scale” (VAS) dengan rentang nilai
dari 1-10 yang dibagi menjadi :
1) Nyeri ringan ada pada skala 1-3
2) Nyeri sedang ada pada skala 4-7
3) Nyeri berat ada pada skala 8-10

Pedoman penanggulangan nyeri pasca bedah mempergunakan konsep analgesia


preemptif:
1) Menekan pada proses transduksi di daerah cedera, mempergunakan preparat
atau obat yaitu analgesia lokal atau analgetik non steroid atau anti
prostaglandin, misalnya : asam mefenamik, ketoprofen dan ketorolak.
2) Menekan pada proses transmisi, mempergunakan obat analgesia lokal dengan
teknik analgesia regional, seperti misalnya blok interkostal dan blok epidural.
3) Menekan pada proses modulasi mempergunakan preparat narkotika secara
sistemik yang diberikan secara intermiten atau tetes kontinyu

11. Posisi
Posisi pasien perlu diatur di tempat tidur ruang pulih. Hal ini perlu diperhatikan
untuk mencegah kemungkinan :
1) Sumbatan jalan napas, pada pasien belum sadar
2) Tertindihnya/terjepitnya satu bagian anggota tubuh
3) Terjadinya dislokasi sendi-sedi anggota gerak
4) Hipotensi, pada pasien dengan analgesia regional
5) Gangguan kelancaran aliran infus

9. Pemantauan pasca anestesi dan kriteria pengeluaran


Mempergunakan Skor Aldrete Pasca Anestesia di Ruang Pulih
Penilaian dilakukan :
1. Saat masuk
2. Selanjutnya dilakukan penilaian setiap saat dan dicatat setiap 5 menit sampai
tercapai nilai total 10. Nilai untuk pengiriman pasien adalah 10.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum mengirim ke ruangan adalah:
1. Observasi minimal 30 menit setelah pemberian narkotik atau obat
penawarnya (nalokson) secara intervena.
2. Observasi minimal 60 menit setelah pemberian antibiotik, antiemetik atau
narkotik secara intramuskular.
3. Observasi minimal setelah oksigen dihentikan.
4. Observasi 60 menit setelah ekstubasi
5. Tindakan lain akan ditentukan kemudian oleh Dokter Spesialis Anestesiologi
dan Dokter Spesialis Bedah.
Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang pemulihan jika nilai
pengkajian post anestesi adalah >7-8.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operatif


1. Pengkajian
a. Anamnesa
Identitas pasien seperti nama pasien, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat
rumah, No. RM. Sedangkan penanggung jawab (orang tua, keluarga terdekat)
seperti namanya, pendidikan terakhir, jenis kelamin, No. HP
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat Penyakit
Keluarga. Apabila ada keluhan nyeri bisa menggunakan PQRST yaitu :
1) P (Provokes) : Penyebab timbulnya nyeri.
2) Q (Quality) : Rasanya nyeri seperti ditekan, ditusuk atau diremasremas.
3) R (Region) : Lokasi nyeri berada di bagian tubuh mana
4) S (Saverity) : Skala nyeri
5) T (Time) : Nyeri dirasakan sering atau tidak
c. Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik ini menggunakan pengkajian 6B yaitu :
1) B1 : Breating (Pernapasan)
Untuk mengatur pola napas, bunyi napas, bentuk dada simetris atau tidak,
ada gerakan cuping hidung atau tidak, ada atau tidak cyanosis
2) B2 : Bleeding (Kardiovaskuler/Sirkulasi)
Untuk mengetahui Bunyi Jantung, Irama Jantung, Nadi, Tekanan Darah
3) B3 : Brain (Persyarafan/Neurologik)
Untuk mengukur nilai GCS, Kesadaran
4) B4 : Bladder (Perkemihan)
Terpasang kateter urine atau tidak, urine (jumlah, warna), ada atau tidak
distensi kandung kemih
5) B5 : Bowel (Pencernaan)
Rongga mulut ada lesi atau tidak, adanya dehidrasi atau tidak, bising usus
6) B6 : Bone (Muskuloskeletal)
Warna kulit, suhu, integritas kulit, adanya lesi atau decubitus atau tidak
d. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan agen injuri fisik (SDKI D.0077 , Hal 172 )
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (SDKI D.0142 , Hal
304)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini (SDKI D.0080 ,
Hal 180 )
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (SDKI
D.0111 , Hal 246 )
e. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury fisik (SDKI D.0077 , Hal
172 )
Kriteria Hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri
b) Rasa nyeri berkurang
c) Mampu mengenal nyeri
Intervensi :
a) Kaji skala nyeri
b) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengkaji
pengalaman nyeri
d) Ajarkan pasien pengobatan non farmakologi
e) Kolaborasikan pemberian analgetik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (SDKI D.0142 ,
Hal 304)
Kriteria Hasil :
a) Bebas dari tanda - tanda infeksi
b) Mampu mencegah timbulnya infeksi
c) Jumlah leukosit dalam jumlah normal
d) Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
a) Monitor kerentanan terhadap infeksi
b) Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
c) Berikan perawatan luka
d) Jika ada tanda - tanda infeksi kolaborasikan dengan dokter
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini (SDKI
D.0080 , Hal 180 )
Kriteria Hasil :
a) Mampu mengontrol cemas
b) Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
a) Identifikasi tingkat kecemasan
b) Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya
c) Motivasi keluarga untuk menemani
d) Gunakan pendekatan yang menenangkan
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (SDKI
D.0111 , Hal 246 )
Kriteria Hasil :
a) Mengetahui makanan makanan yang boleh dikonsumsi
b) Mengetahui tujuan dari diet yang dianjurkan
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan diet yang dianjurkan
b) Berikan penyuluhan diet pada pasien post operasi

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/43913/3/BAB_II.pdf diakses pada tanggal 16
november 2022 pukul 19.00 WIB

You might also like