You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak adalah mahluk unik yang memiliki kebutuhan berbeda disetiap tahap tumbuh
kembangnya, oleh karena itu orang tua perlu memahami pentingnya menyediakan fasilitas
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tersebut (Cahyaningrum, 2012). Pada
masa ini anak memandang bahwa penyakit sebagai suatu hukuman, sehingga ketika anak
sakit dan mengalami hospitalisasi dapat menimbulkan stres pada anak. Stressor yang
ditunjukkan dapat berupa cemas, kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri. Stres
hospitalisasi dapat memberikan efek pada perilaku anak saat pemulangan seperti menuntut
perhatian lebih dari orang tua, sangat menentang perpisahan, ketakutan baru, terbangun di
malam hari, menarik diri, pemalu, rewel, dan tempertantrum (Wong et al., 2013).

Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di
rumah sakit. Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan dan sebagian besar proses keperawatan menjadikan anak takut bahkan
trauma. Anak-anak di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta mengalami
hospitalisasi dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, mengalami kecemasan dan stres
(Kaluas et al., 2015). Berdasarkan survey kesehatan nasional (Susenas) tahun 2014
didapatkan angka kesakitan anak sebanyak 15,26 % data per usia di di indonesia usia 0-4
tahun sebesar 29,8 %, usia 5-12 tahun sebesar 10,91 %. Menurut Faozi (2010) sebanyak
69,2 % anak mengalami hospitalisasi berulang sering dan 30,8 % hospitalisasi berulang
sedang. Dampak yang ditimbulkan menyebabkan penanganan dalam perawatan anak sering
kali terhambat (Susenas, 2018).

perawatan traumatis adalah penyediaan perawatan terapeutik dalam pengaturan, oleh


personil, dan melalui penggunaan intervensi yang menghilangkan atau meminimalkan
tekanan psikologis dan fisik yang dialami oleh anak-anak dan keluarga mereka di mulai dari
pendekatan psikologis, seperti mempersiapkan anak-anak untuk prosedur, untuk intervensi
fisik, seperti menyediakan ruang untuk orang tua untuk kamar dengan anak. Tekanan
psikologis mungkin termasuk kecemasan, ketakutan, kemarahan, kekecewaan, kesedihan,
malu, atau bersalah (Hockenberry, 2018).

Pelayanan Atraumatik care merupakan suatu pelayanan perawatan terapeutik dalam tatanan
pelayanan kesehatan anak melalui penggunaan tindakan yang mengurangi distres fisik
maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tua (Saribu, dkk., 2021).
Tekanan fisik dari sulit tidur dan imobilisasi terhadap gangguan dari rangsangan sensorik
seperti rasa sakit, suhu ekstrem, suara keras, lampu terang, atau kegelapan. Tujuan utama
dalam memberikan perawatan atraumatik adalah: pertama, lakukan Traumatik care adalah
tindakan perawat yang bisa membuat anak yang dirawat tidak menyebabkan trauma dan
dapat mengurangi stressbaik fisik dan psikologis. Pada penelitian lain yang dilakukan Da
Motta (2014) didapatkan hasil pencegahan trauma hospitalisasi dapat dilakukan dengan
menerapkan atraumatic care. Penerapan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya
cedera dan nyeri pada anak.

Menurut (De Breving et al., 2015) menyatakan bahwa implementasi Atraumatic Care pada
anak yang dirawat di rumah sakit dapat menurunkan trauma pada anak dan orang tua akibat
prosedur invasif. Alasan tersebut membuat perawat dituntut untuk memberikan pelayanan
perawatan yang berkualitas kepada anak maupun orang tua dengan pelaksanaan Atraumatic
care sehingga dapat meminimalkan kecemasan pada anak saat hospitalisasi. Tindakan
perawat untuk mengatasi hospitalisasi dengan teknik non farmakologis pada anak salah
satunya biasa dilakukan dengan metode distraksi. Distraksi adalah pengalihan perhatian
pada sesuatu selain nyeri, hal ini bertujuan agar pasien fokus terhadap sesuatu yang lain
tersebut, agar tidak merasakan nyeri maupun hal yang sedang dialami (Saribu, dkk., 2021).

Beberapa contoh tindakan atraumatic care adalah dengan memodifikasi lingkungan rumah
sakit seperti di rumah sendiri. Dekorasi bernuansa anak seperti tirai, hiasan dinding. Manfaat
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat berbagai alternatif spalk
yang dapat mengurangi kecemasan pada anak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Sartika, dkk. (2019) hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
kecemasan siswa prasekolah yang memasang spalk manakarra dibandingkan dengan spalk
rumah sakit, penggunaan Spalk Manakarra lebih efektif dalam mengurangi pra sekolah
tingkat kecemasan anak-anak dalam infus intravena.

Berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan di ruangan gambir,maka kelompok akan


menerapkan atraumatik care dengan inovasi Spalk Makarra pada anak yang mengalami
hospitalisasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menyusun intervensi proyek inovasi pada anak yang sedang di rawat di
Ruangan Gambir RSAB Harapaj Kita.
2. Tujuan Khusus
a. Menyusun intervensi atraumatik care dengan memodifikasi Spalk yang ada di
RSAB Harapan Kita
b. Menciptakan inovasi baru dalam perawatan anak secara atraumatik care dengan
pemakaian Spalk manakarra pada anak yang terpasang infus.

DAFTAR PUSTAKA
Breving, R.M., Ismanto, A.Y., Onibala, F. (2015). Pengaruh penerapan atraumatic care terhadap
respon kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi di RSU Pancaran Kasih GMIM
Manado dan RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. e-Journal Keperawatan,3(2).

Cahyaningrum, D. S. (2012). Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: CV. Trans
Info Media

You might also like