Professional Documents
Culture Documents
TEKNIK KIMIA I
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN LABORATORIUM :
ANISA CAHYANI M1B119003
ERNATA MARBUN M1B119024
MAULIDINI NABILA M1B120004
MELA MAULIANI M1B120008
16) Setiap selesai praktikum di tutup dengan DOA yang di\pimpin oleh
ketua shift.
2. FORMAT LAPORAN
1) Penomoran pada semua bab menggunakan huruf romawi dan untuk judul
bab menggunakan huruf kapital.
2) Untuk judul percobaan menggunakan angka contoh : (PERCOBAAN
KE 1) dan untuk judul laporan menggunakan huruf kapital contoh :
(DISTILASI DAN EKSTRAKSI).
3) Untuk teori dasar minimal 5 lembar serta sumber disebutkan di akhir
paragraf dimana ketika mengutip kalimat tersebut diambil.
4) Untuk alat dan bahan tidak ada spasi.
5) Untuk skema kerja dalam bentuk diagram alir, dan untuk alat di beri
kotak sedangkan untuk bahan dilingkari.
6) Untuk hasil percobaan dalam bentuk tabel.
7) Untuk pembahasan minimal 5 lembar, untuk poin-poinnya akan
diberikan setelah praktikum.
8) Untuk kesimpulan jumlahnya sesuaikan dengan jumlah tujuan
percobaan ( jika tujuan percobaan ada 2 maka kesimpulan ada 2 poin
demikian juga seterusnya).
9) Untuk teori dasar minimal 5 sumber yang diantaranya 2 jurnal 3 buku
atau 2 buku 3 jurnal.
10) Setiap bab berada pada lembar yang berbeda.
11) Dalam penulisan laporan menggunakan pena biru, untuk sumber buku
menggunakan pena biru dan untuk jurnal menggunakan pena berwarna
merah.
12) Sumber di print dan di stabilo berwarna biru.
13) Untuk cover samakan semua warnanya yaitu warna hijau muda.
14) Sebelum memulai praktikum laporan awal dikumpul di meja asleb
yang disertakan dengan kartu asistensi.
15) Alat-alat praktikum diambil setelah pretest dilaksanakan.
16) Untuk pretest mahasiswa hanya diberikan waktu selama 5 menit untuk
5 soal, dan soal dibacakan hanya 2 kali pengulangan.
17) Untuk pte-tes tidak ada remedial atau perbaikan.
3. CONTOH FORMAT PENULISAN LAPORAN
PERCOBAAN KE-
JUDUL
I. HARI DAN TANGGAL
II. TUJUAN PERCOBAAN
2.1.
2.2.
2.3. dan seterusnya…
III. TEORI DASAR
IV. ALAT DAN BAHAN
3.1. ALAT
a)
b)
c) dan seterusnya…
3.2. BAHAN
a)
b)
c) dan seterusnya…
V. SKEMA KERJA
VI. HASIL PERCOBAAN
VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. KESIMPULAN
a)
b)
c) dan seterusnya…
8.2. SARAN
IX. LAMPIRAN
a. Laporan Sementara
b. Perhitungan
c. Pertanyaan
d. Dokumentasi
e. Fotocopy Sumber
PERCOBAAN I
HUKUM HESS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa terampil dalam menghitung panas reaksi (∆H) denganmemakai
prinsip Hukum Hess.
B. TEORI DASAR
Suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya berlangsung melalui satu jalur,
melainkan bisa juga melalui jalur lain dengan hasil yang sama akan tetapi
mungkin juga arah yang ditempuh tidak hanya arah 1, 2 atau 3 melainkan arah
lain (arah 4 atau arah 5) pada percobaan ini akan dilihat apakah energi pada reaksi
arah 1 sama dengan energi reaksi arah 2.
Dalam hukum ini bisa difungsikan guna untuk memprediksi suatu
perubahan entalpi dari hukum kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi
keadaan δh). Entalpi ialah merupakan sebuah fungsi keadaan, perubahan entalpi
dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan
untuk memperoleh produk berbeda.
Hukum ini merupakan suatu hubungan kimia fisika yang diusulkan pada
tahun 1840 oleh germain hess, kimiawan asal rusia kelahiran swiss. Perubahan
entalpi suatu reaksi dapat dihitung walaupun tidak bisa diukur secara langsung.
Cara mengukurnya dengan cara melakukan operasi aritmatika di beberapa
persamaan reaksi yang perubahannya dapat diketahui. Apabila pada suatu
persamaan reaksi dikalikan atau dibagi dengan suatu angka, pada perubahan
entalpi juga harus dikali atau dibagi. Begitu juga dengan jika persamaan dibalik
maka perubahan entalpi juga dibalik.
a. Bunyi Hukum Hess
Di bawah ini adalah merupakan bunyi hukum hess :
‘’Dalam jumlah panas yang dilepaskan pada suatu reaksi kimia tidak tergantung
pada jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir’’.
b. Kegunaan Hukum Hess
Kegunaan hukum ini adalah untuk memprediksi perubahan entalpi dari
hukum kekekalan energi yang dinyatakan sebagai fungsi keadaan ΔH. Hukum
tersebut dapat digunakan untuk menghitung jumlah entalpi keseluruhan proses
reaksi kimia walaupun menggunakan rute reaksi yang berbeda.
D. CARA KERJA
1. Menentukan Perubahan Entalpi Reaksi (∆H arah 1)
a) Timbang 4 gram NaOH padat dalam botol timbang. Pada saat
menimbang, botol timbang harus tertutup rapat.
b) Masukkan 25 ml air suling ke dalam kalorimeter sambil diaduk terus.
Selama selang 15 detik, suhu air dicatat.
c) Masukkan padatan NaOH ke dalam kalorimeter sedikit demi sedikit
sambil diaduk sampai semuanya larut. Selama selang waktu 15 detik,
suhu campuran diukur hingga suhu relatif konstan. Perubahan entalpi
reaksi pengenceran (∆H1) dapat dihitung dengan data suhu yang
diperoleh.
d) Selanjutnya ukur suhu 25 ml HCl 4 M dan masukkan ke dalam
kalorimeter yang berisi larutan NaOH dengan suhu awal sama
dengan suhu awal HCl. Pengadukan terus dilakukan dan suhu diukur
selama selang 15 detik hingga mencapai suhu relatif konstan.
Perubahan entalpi reaksi netralisasi (∆H2) dapat dihitung dengan data
suhu yang diperoleh.
2. Menentukan Perubahan Entalpi Reaksi (∆H arah 2)
a) Masukkan 25 ml air suling ke dalam kalorimeter sambil diaduk terus.
Selama selang 15 detik, suhu air dicatat.
b) Selanjutnya ukur suhu 25 ml HCl 4 M dan memasukkannya ke dalam
kalorimeter. Pengadukan terus dilakukan dan suhu diukur selama
selang 15 detik hingga mencapai suhu relatif konstan. Perubahan
entalpi reaksi pengenceran (∆H3) dapat dihitung dengan data suhu
yang diperoleh.
c) Timbang 4 gram NaOH padat dalam botol timbang. Pada saat
menimbang, botol timbang harus tertutup rapat.
d) Masukkan padatan NaOH ke dalam kalorimeter sedikit demi sedikit
sambil diaduk sampai semuanya larut. Selama selang waktu 15 detik,
suhu campuran diukur hingga suhu relatif konstan. Perubahan entalpi
reaksi netralisasi (∆H4) dapat dihitung dengan data suhu yang
diperoleh
Tabel 1.2 Data yang diperlukan untuk menentukan harga ∆H2 untuk arah 1
Setelah dilakukan
Detik Ke- pencampuran HCl dengan
Temperatur Temperatur larutan NaOH
mula-mula mula-mula Waktu (detik) TNaOH,HCl
TNaOH,H2O = THCl = (℃)
29O C 29℃
1 15
2 30
3 45
4 60
5 75
Tabel 1.3 Data yang diperlukan untuk menentukan harga ∆H3 untuk arah 2
Setelah dilakukan pencampuran
Air dingin HCl dengan H2O
Detik ke-
Waktu (detik) Tad (℃) Waktu (detik) TNaOH, H2O
(℃)
1 15
2 30
3 45
4 60
5 75
6 90
7 Waktu pencampuran
8 120
9 135
10 150
11 165
12 180
13 195
14 210
15 225
Tabel 1.4 Data yang diperlukan untuk menentukan harga ∆H4 untuk arah 2
Setelah dilakukan
Detik Ke- pencampuran HCl dengan
larutan NaOH
Waktu (detik) TNaOH,HCl
(℃)
1 Temperatur Temperatur 15
2 mula-mula mula-mula THCl 30
3 TNaOH, H2O = = 29℃ 45
4 29℃ 60
5 75
6 90
7 105
8 120
9 135
10 150
11 165
F. PERHITUNGAN
Arah 1
1. Hitung perubahan ∆H1 dan ∆H2 harus diingat bahwa energi panas
∆H1 berasal dari energi panas ∆H1 berasal dari energi yang
ditimbulkan pada saat pelarutan NaOH berlangsung
Tetapan Kalorimeter = (℃)
Kapasitas Panas Air = 4,18 J g-1℃-1
2. Hitung perubahan entalpi ∆H1 dan ∆H2 untuk satu mol pereaksi.
Arah 2
1. Hitung perubahan entalpi ∆H3 dan ∆H4
2. Hitung perubahan entalpi ∆H3 dan ∆H4 untuk satu mol pereaksi
3. Hitung perubahan entalpi untuk reaksi berikut dari kedua arah
tersebut.Bandingkan ∆H yang diperoleh dari arah 1 dan arah 2
G. PERTANYAAN
1. Apakah bunyi hukum Hess?
2. Tuliskan hukum Hess untuk percobaan ini?
3. Bila diketahui persamaan termokimia seperti berikut :
2Fe (s) + 3/2 O₂ (g) → Fe₂O₃ (s) ΔH = -839 kJ
2 Al (s) + 3/2 O₂ (g) → Al₂O₃ (s) ΔH = +1680 kJ
Maka ΔH untuk reaksi 2 Al (s) + Fe₂O₃ (s) → 2 Fe (s) + Al₂O₃ (s)
adalah ?
PERCOBAAN II
DISTILASI
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan paham dan terampil dalam :
a) Melakukan Distilasi untuk pemisahan dan pemurnian zat cair.
b) Mengkalibrasi termometer.
B. TEORI DASAR
1. Distilasi
Uap suatu cairan selalu terdapat di atas cairan tersebut walaupun pada
suhu di bawah titik didihnya. Kecenderungan molekul-molekul cairan menguap,
merupakan sifat yang tetap pada suhu tetap yang disebut sebagai tekanan uap.
Tekanan uap suatu cairan berubah dengan adanya zat lain yang larut di dalamnya
(sifat koligatif) dan yang terpenting perubahan suhu akan mengubah tekanan
uapnya.
Prinsip Distilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya,
pada tekanan dan suhu tertentu. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana
tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfir. Tujuan Distilasi adalah pemurnian
zat cair pada titik didihnya, dan memisahkan cairan dari zat padat atau
memisahkan zat cair dari campuran zat cair lainnya yang mempunyai titik didih
yang berbeda.
Ada 4 jenis Distilasi yaitu :
1. Distilasi sederhana
Di dalam Distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik
didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah menguap lebih dulu.
Selain perbedaan titik didih, perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah
substansi menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Distilasi
sederhana dimanfaatkan untuk memisahkan campuran air serta alkohol. Metode
ini digunakan untuk memurnikan cairan-cairan yang tidak terurai pada titik
didihnya dari pengotor-pengotor non volatil atau memisahkan cairan yang
mempunyai perbedaan titik didih paling sedikit antara 70-80oC.
2. Distilasi vakum
Digunakan untuk menguapkan suatu cairan pada tekanan rendah, jauh di
bawah titik didihnya. Biasanya untuk Distilasi zat cair yang mudah terurai pada
suhu tinggi.
3. Distilasi bertingkat atau Distilasi terfraksi
Digunakan untuk memisahkan campuran zat cair yang mempunyai
perbedaan titik didih tidak berbeda banyak. Pada Distilasi ini menggunakan
kolom yang panjang dan mempunyai sekat/trap yang banyak, di tiap trap akan
terjadi proses penguapan-pengembunan tersendiri sehingga akan terjadi proses
pemisahan kedua komponen dalam banyak tahap. Pada bagian bawah akan
terdapat campuran uap yang kaya dengan fraksi yang mempunyai titik didih
tinggi, sedangkan pada bagian atas akan terdapat campuran uap yang kaya dengan
fraksi titik didih rendah. Makin banyak trap yang dipunyai, makin banyak proses
fraksinasi tersebut, sehingga pemisahan akan terjadi lebih sempurna (hukum
raoult).
4. Distilasi Azeotrop
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui dan terampil dalam melakukan teknik pemisahan
dengan jalan pengendapan.
B. TEORI DASAR
Suatu analisis kimia umumnya terdiri dari 5 tahap utama yaitu : sampling,
pengubahan bentuk analit ke dalam bentuk yang sesuai dengan cara analisis,
pengukuran, perhitungan dan interpretasi data. Tahap kedua merupakan tahap
yang menentukan dalam suatu analisis. Dalam tahap ini sampel diperlakukan
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan cara atau teknis analisis yang
dipergunakan. Perlakuan yang dimaksud disini salah satunya adalah memisahkan
analit dari zat-zat yang dapat mengganggu kegiatan analisis.
Pemisahan dengan cara pengendapan merupakan teknis yang secara luas
digunakan khususnya jika anlit akan dianalisis dengan metode gravimetri.
Pengendapan suatu kation dan anion dalam suatu larutan sampel yang terdiri dari
berbagai jenis kation atau anion dapat dilakukan berbagai cara. Satu diantaranya
adalah dengan penambahan suatu ion sehingga terjadi reaksi yang menghasilkan
senyawa berbentuk kristal, gelatin atau gumpalan amorf.
Cara ini pada dasarnya berkaitan erat dengan hasil kali kelarutan suatu
senyawa. Jadi yang penting untuk dilakukan adalah penambahan suatu ion dengan
konsentrasi tertentu sehingga hasil kali kelarutan senyawa kan terbentuk
terlampaui. Pada kondisi yang demikian akan terbentuk suatu endapan. Untuk
memisahkan sejumlah ion perlu pula diatur kondisi sampel sehingga dua atau
lebih kation tidak ikut terendap secara bersama-sama maupun tidak terjadi
kopresifitasi, dsb.
Endapan yang diperoleh dapat dipisahkan dengan cara filtrasi atau lainnya
dan secara kuantitatif berat endapan dapat ditentukan. Pada praktikum kali ini,
ion-ion perak, besi dan krom dipisahkan dengan cara pengendapan ion-ion
tersebut secara bertingkat melalui pengaturan kondisi larutan dan penambahan ion
tertentu sehingga diperoleh suatu endapan. Endapan yang diperoleh
ditindaklanjuti dengan penentuan beratnya secara gravimetri.
D. CARA KERJA
1. Pemisahan dan Penentuan Perak
a) Ke dalam beaker glass, 100 ml larutan sampel ditambahkan larutan
NaCl 5% tetes demitetes sambil diaduk perlahan dan pertahankan agar
temperatur tetap konsan.
b) Penambahan terus dilakukan hingga endapan terbentuk semua, yang
ditandai denganjernihnya larutan sampel bagian atas (waktu 3 menit).
c) Ambil Larutan atas yang berwarna bening dan uji dengan beberapa
tetes NaCl, bila tidak terbentuk larutan putih atau endapan artinya
semua perak telah terendap.
d) Letakan beaker glass tersebut di tempat yang gelap selama 1 jam
sebelum dilakukan penyaringan terhadap endapan.
e) Timbang kertas saring whatman yang akan digunakan untuk
menyaring endapan. Catatberatnya dengan kode A = gr.
f) Lakukan penyaringan secara hati-hati dan semua endapan serta
filtratnya diambil secara seksama. Beri kode untuk filtratnya sebagai
FILTRAT A.
g) Sisihkan terlebih dahulu filtratnya ditempat yang aman.
h) Endapan yang diperoleh dicuci dengan asam nitrat 0,02 N sebanyak
dua kali.
i) Kertas saring beserta endapan dipanaskan dalam oven dengan suhu
110 dan 130.
j) Dinginkan dan dikeringkan dalam desikator/eksikator.
k) Timbang endapannya sebagai berat AgCl
2. Pemisahan Besi
a) Tuangkan filtrat A secara perlahan dengan pengadukan konstan ke
dalam beker gelasyang berisi 100 ml larutan NaOH 5% panas.
b) Didihkan campuran tersebut selama 3 menit dan didinginkan pada
temperatur kamar.
c) Tambahkan beberapa ml larutan hidrogen peroksida 1:1 dan didihkan
kembali.
d) Saring endapan dengan kertas saring whatman (telah ditimbang
beratnya), lalu cuci endapan itu dengan air panas.
e) Pisahkan filtratnya (FILTRAT B) dan satukan dengan air panas bekas
pencuci endapan.Sisihkan dulu larutan ini.
f) Endapan yang diperoleh dilarutkan kembali dengan beberapa ml HCl
2 N, lalu ke dalam larutan ini ditambahkan perlahan larutan amonia
1:1 sehingga seluruh ion besi mengendap.
g) Pengujian adanya ion besi yang belum mengendap dilakukan dengan
penambahan beberapa tetes amoniak.
h) Larutan yang mengandung ion besi kemudian didihkan selama satu
menit.
i) Saring endapan dan cuci dengan amonium nitrat 1% panas sebanyak
2-3 kali. Untuk ion besi hanya dipisahkan saja, penentuan lanjutan
dapat dilaksanakan sebagaimana ion perak. Hasil akhir
A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan dalam praktikum ekstraksi minyak nabati ini adalah :
1. Praktikan memahami proses ekstraksi padat cair menggunakan Soxhlet
Extractor
2. Praktikan memahami nilai ekonomi proses ekstraksi minyak dari biji
(sumber bahan)
B. TEORI DASAR
Ekstraksi padat cair, atau sering disebut leaching, merupakan proses
pemisahan zat yang dapat larut (solut) dari suatu campurannya (sumber) dengan
padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan pelarut cair. Operasi
ini dapat dijumpai dalam industri metalurgi dan farmasi, seperti proses pemisahan
biji emas dan tembaga, juga produk farmasi dari akar atau daun tumbuhan
tertentu. Ekstraksi padat cair juga dimanfaatkan dalam industri pangan untuk
mengekstrak zat yang dapat larut dari bahan makanan. Salah satunya adalah
ekstraksi minyak nabati dari sumber (biji-bijian) dengan menggunakan pelarut
cair.
Ekstraksi menggunakan pelarut menerapkan karakter kelarutan dari zat
atau partikel terhadap pelarut. Penjabaran umum mengenai kelarutan zat terlarut
atau pelarut dapat dinyatakan sebagai “like dissolves like”. Derajat yang
menyatakan suatu zat dapat terdistribusi ke fasa yang lain merujuk pada
persamaan berikut:
8
Keterangan :
7 1. Heater
2. Water bath
5 3. Batu didih
4. Labu bundar
5. Siphon tube
6
6. Keran
7. Thimble
8. Extractor column
9. Kondensor
4
3 2
2. Tahap Ekstraksi 1
Tahap proses ekstraksi menggunakan Soxhlet pada gambar 3.3.
4. Pemurnian Minyak
Proses pemurnian minyak dilakukan dengan Distilasi sederhana seperti
disajikan pada gambar 3.5.
A. TUJUAN PERCOBAAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam
fosfat terhadap karakteristik minyak hasil ekstraksi minyak nabati.
B. TEORI DASAR
Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan fosfatida, wax, dan pengotor
lainnya dengan cara penambahan air, larutan garam, atau larutan asam. Prinsip
pada praktikum ini mengubah fosfatida menjadi gum terhidrasi yang tidak larut
dalam minyak dan selanjutnya akan dipisahkan dengan cara filtrasi atau
sentrifugasi. Hasil ekstraksi dengan metode AOCS merupakan tahapan penting
dalam pemurnian minyak karena dapat memudahkan proses selanjutnya, seperti
netralisasi, dan deodorisasi. Senyawa fosfatida berbentuk lendir (Gum) harus
dihilangkan karena gum merupakan emulsifier (memiliki gugus polar dan
nonpolar), sehingga gum memiliki kemampuan mengikat air dan minyak, selain
itu gum dapat mengganggu keefektifan adsorben untuk menyerap warna. Faktor
yang perlu diperhatikan dalam proses AOCS asam adalah suhu dan konsentrasi
asam fosfat.
Semakin tinggi suhu yang digunakan maka yang terambil dari minyak
akan semakin besar sehingga konsentrasi sisa pada minyak semakin berkurang.
Semakin tinggi konsentrasi asam fosfat maka konsentrasi sisa pada minyak akan
semakin berkurang. Hal ini dikarenakan asam fosfat akan bereaksi dengan dan
terpisah dari minyak. Penggunaan asam fosfat yang terlalu banyak dapat merusak
minyak karena sisa asam fosfat yang tidak bereaksi mengakibatkan kenaikan nilai
asam lemak bebas (FFA) pada minyak, sehingga penggunaan asam fosfat untuk
proses ini harus diperhatikan.
Prinsip praktikum ini adalah penambahan asam untuk meningkatkan
kepolaran fosfolipid sehingga fosfolipid menjadi terhidrasi dan bersifat polar
sehingga tidak larut minyak dan lebih cepat menggumpal, penambahan asam
memudahkan pemisahan gum dengan minyak. Penggunaan asam fosfat pada
praktikum ini lebih sering digunakan karena asam fosfat memiliki kepolaran yang
lebih tinggi dibanding dengan asam sitrat. Derajat keasaman dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
𝑉×𝑁×𝐾
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑎𝑚 =
𝐺
Keterangan :
N : Konsentrasi Asam
V : Volume Asam yang digunakan
K : Berat Molekul Asam
G : Berat Sampel
D. PROSEDUR KERJA
1. Tahap Perlakuan
Minyak hasil ekstraksi ditimbang lalu dipanaskan hingga suhu mencapai
70- 75ºC. Setelah itu, minyak ditambahkan asam fosfat 20% sebanyak 0,3% (v/b)
dari berat minyak. Sampel diaduk selama 10 menit pada suhu yang konstan
hingga terbentuk gum di bagian bawah campuran.. Selanjutnya, diendapkan
selama lebih kurang 15 menit hingga gum terkumpul sempurna dan minyak
dimasukkan ke dalam corong pisah untuk memisahkan minyak dengan gum.
2. Tahap Analisa
Analisa kadar fosfolipid (Metode AOCS Ca 12-55)
Sejumlah 3 g sampel dipanaskan dengan kompor sampai tidak berasap.
Sampel yang telah tidak berasap dimasukkan muffle furnace untuk di abukan
dengan suhu 550-600ºC selama 2 jam. Sampel abu didinginkan dan ditambah 5 ml
aquades dan 5 ml HCl pekat kemudian didihkan selama 5 menit. Selanjutnya
larutan di cuci dengan aquades panas sebanyak 5 ml dan dicuci sebanyak 4 kali.
Larutan hasil pencucian ditambahkan beberapa tetes larutan KOH 50% hingga
larutan keruh dan ditambahkan HCl pekat untuk melarutkan kembali endapan.
Diambil 10 ml kemudian ditambahkan 8 ml larutan hidrazin sulfat dan 2 ml
larutan sodium molibdat dan didihkan selama 10 menit, larutan kemudian
diencerkan sampai 50 ml. Dari larutan hasil diukur absorbansinya pada 650 nm.
PERCOBAAN VI
SEDIMENTASI
A. Tujuan Percobaan
Mempelajari fenomena proses pengendapan partikel di dalam slurry dan
membuat hubungan antara kecepatan sedimentasi partikel terhadap waktu.
B. Dasar Teori
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam
limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses sedimentasi dilakukan
setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk
memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam
dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistem
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses
sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan
flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya.
Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya
untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated
sludge, OD, dll) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan ke unit
pengolahan lumpur tersendiri.
Proses sedimentasi terdiri dari 2 proses yaitu :
1. Gambar 1. Mekanisme sedimentasi secara batch Secara Batch
2. Pengolahan Data
Mengolah data yang telah ditentukan untuk dijadikan variabel konsentrasi
slurry (20, 40, dan 60 % w/v ) melalui perhitungan. Buatlah grafik hubungan
antara kecepatan sedimentasi partikel terhadap waktu(z vst) pada masing-masing
konsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA