You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/359123883

STANDARDISASI

Article · March 2022

CITATIONS READS

0 436

1 author:

Safar Uddin
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Indonesia
202 PUBLICATIONS   13 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kotamo View project

BROGAN View project

All content following this page was uploaded by Safar Uddin on 10 March 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Kotamo E­IECN: 2000­0927
Vol. 2 No.3 (2022) Website: https//jurnal.smbr.com/index.php/kotamo/index

STANDARDISASI

SAFARUDDIN
SMBR LEARNING DEVELOPMENT
safaruddintohir@gmail.com

ABSTRACT
This article discusses standards and standardization associated with the need for the production of goods or
services that are correlated with entrepreneurship, especially for students who are in the process of learning
entrepreneurship. producers as well as intermediaries and sellers of products. This article was written based
on various main reading materials originating from scientific articles and other internet articles, so of course
there will be many similarities between the editor and the contents of this article, this is of course intended
so that the narrative presented does not change the meaning and understanding. In order for this paper to
fulfill the scientific element, this article was compiled using a qualitative method with a theoretical narrative
approach, so that the reader will find interpretations of thought that seem contradictory but are still in line
with the aims and objectives of the discussion of this article. The important conclusion from this article is that
standardization is a basic need that must be met in products, both goods and services.

KEYWORDS: Standards, Goods, Services

ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang standard an standardisasi yang dikaitkan dengan kebutuhan produksi barang
ataupun jasa yang berkorelasi dengan kewirausahaan, utamanya bagi mahasiswa yang sedang dalam proses
belajar kewirausahaan, tujuannya adalah agar kelak orang­orang yang belajar kewirausahaan mampu
menerapkan standar pada produk yang ada, baik sebagai produsen maupun sebagai perantara dan penjual
priduk. Artikel ini ditulis berdasarkan berbagai bahan bacaan utamanya yang berasal dari artikel ilmiah dan
artikel internet lainnya sehingga tentu akan ditemukan banyak sekali kemiripan redaksi da isi artikel ini, hal
ini tentu dimaksudkan agar dalam narasi yang disajikan tidak merubah makna dan pemahamnnya. Agar
tulisan ini memenuhi unsur keilmuan maka artikel ini disusun dengan metode kualitatif dengan pendekatan
naratif teoritik, sehingga pembaca akan menemukan interpretasi­interpretasi pemikiran yang nampak
kontradiktif namun tetap selaras dengan maksud dan tujuan pembahasan artikel ini. Kesimpulan penting dari
artikel ini adalah bahwa standardisasi merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam produk baik
itu barang maupun jasa.

KATA KUNCI: Standar, Barang, Jasa


Jurnal Kotamo E­IECN: 2000­0927
Vol. 2 No.3 (2022) Website: https//jurnal.smbr.com/index.php/kotamo/index

PENDAHULUAN
Globalisasi ekonomi menjadikan standardisasi sebagai faktor penting yang berperan guna
memfasilitasi terjadinya transaksi bisnis, penunjang pertumbuhan industri, media promosi bagi kemajuan
ilmiah, dan perangkat pranata kondisi social. Negara maju menjadikan standardisasi sebagai perangkat
terstruktur untuk memproteksi pasar (technical barrier to trade) di wilayahnya, hingga digunakan untuk
memonopoli pasar global. Kondisi demikian adalah dampak dari semakin terbukanya visi konsumen dalam
membandingkan kualitas satu produk dengan produk lainnya. Dengan demikian maka tidak berlebihan
apabila pemerintah di berbagai negara mencanangkan standardisasi di semua sector usaha yang bertujuan
untuk meningkatkan daya saing bagi produk­produk nasionalnya di pasar global. Salah satu kunci utama
dalam menyebarkan pengetahuan tentang standardisasi ada pada peranan generasi muda yang kelak akan
bertransformasi menjadi pemimpin di masa depan. Mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda memiliki
potensi untuk menjadi agen yang menyebarkan pentingnya standardisasi.
Standardisasi merupakan upaya semua fihak untuk membentuk standar. Standar sebagai sebuah
aturan, umumnya dipakai untuk bimbingan namun demikian dapat juga bersifat wajib (paling sedikit dalam
praktik), memberi batasan spesifikasi dan penggunaan sebuah objek atau karakteristik sebuah proses
dan/atau karakteristik sebuah metode. Tujuan standar ini dapat diilustrasikan melalui contoh sebagai
berikut: apabila seluruh dunia memproduksi kran dan pipa air dalam bentuk dan ukuran yang berbeda‑beda,
maka tidak­lah mungkin berbagai pipa saling bersambung karena masing­masing pipa tidak serasi dengan
pipa lainnya. Untuk itu diperlukan adaptor. Bilamana setiap produsen pipa dan keran air boleh memproduksi
pipa semaunya tanpa memperhatikan ukuran pipa produsen lain, maka hasilnya terjadi kekacauan.
Masing‑masing pipa tidak setara (kompatibel) dengan pipa produk lain, terjadi pembuangan uang, waktu,
tenaga; pasaran akan terpecah menjadi segmen‑segmen kecil, masing‑masing dikuasai oleh pipa ukuran
tertentu. Pada ak­hirnya akan terjadi kemandegan. Sebaliknya bila masing‑masing produsen membuat pipa
dan keran air sesuai dengan ukuran dan model yang disepakati bersama (ini disebut standardisasi) maka
pembakuan tersebut akan menyederhanakan produksi, memperluas pasar. produk tertukarkan dengan
produk lain serta dapat disambung dengan pipa produk pabrik lain.

TINJAUAN TEORI
Pengertian standarisasi yaitu penentuan dari suatu ukuran yang harus diikuti dalam memproduksi
dalam sesuatu atau hal. Standarisasi juga bisa sebagai proses pembuatan membentuk standar. Standar
sendiri memiliki pengertian sebagai sebuah aturan yang biasanya digunakan yang bersifat wajib. Untuk itu,
standarisasi bisa dikatakan merupakan suatu proses dari sebuah pembentukan standar teknis yang nantinya
akan dijadikan sebagai acuan atau cara uji, standar definisi, standar spesifikasi, sekaligus prosedur standar
atau praktik, dan lain sebagainya.
Istilah dari standarisasi berasal dari kata standar yang memiliki arti satuan ukuran dan dapat digunakan
sebagai dasar pembanding kualitas, kuantitas, nilai, dan hasil karya yang nyata. Dalam arti yang luas, standar
menunjukkan spesifikasi dari suatu produk, bahan, maupun proses. Standarisasi diimplementasikan pada
saat sebuah perusahaan menghasilkan dan mengeluarkan sebuah produk ke pasaran. Contoh penggunaan
standar seperti, sebuah perusahaan mobil yang sepakat untuk membuat mesin dipergunakan segala macam
jenis busi mobil.
Dengan menggunakan standarisasi maka, suatu kelompok bisa dengan mudah berkomunikasi sesuai
dengan pedoman yang sudah ditetapkan agar menjaga tetap fokus. Standarisasi dalam berbagai bidang
memiliki peranan penting masing­masing. Salah satunya standarisasi dalam bidang informasi ilmu
pengetahuan dan teknik maupun pada bidang lainnya. Standarisasi memiliki dampak yang besar dalam
pengolahan bahan, perlengkapan, serta sarana dan prasarana dalam bidang tertentu.
Tujuan dari adanya standarisasi maupun standar dengan memperhatikan dari definisi yaitu:
Jurnal Kotamo E­IECN: 2000­0927
Vol. 2 No.3 (2022) Website: https//jurnal.smbr.com/index.php/kotamo/index

 Berusaha agar pengembangan, pemasokan, dan manufaktur dari suatu produk serta jasa bisa lebih aman,
lebih bersih, lebih efisian, dan lebih berkualitas.
 Menjadi pedoman dari teknis pemerintah untuk beberapa bidang seperti, legislasi lingkungan,
keselamatan dalam kesehatan, dan penyetaraan.
 Menyempurnakan dan mempercepat waktu proses produk masuk ke dalam pasar serta suatu jasa yang
berasal dari inovasi.
 Memberikan fasilitas terbaik dalam perdagangan antarnegara agar lebih adil.
 Membuat hidup masyarakat lebih nyaman, lebih tenteram, dan lebih sederhana karena adanya
pemecahan pada setiap permasalahan bersama.
 Saling berbagi dalam kemajuan teknologi dan praktik mengenai manajemen yang baik dan benar.
 Memberikan jaminan pada konsumen atau pemakai umum menyangkut pada produk dan jasa.

Dengan adanya standar serta standarisasi dalam kehidupan masyarakat maka, dapat menjamin produk
dan jasa yang diinginkan serta dibutuhkan oleh masyarakat bersama lebih ramah lingkungan, bermutu tinggi,
keamanan terjamin, serta biaya lebih ekonomis. Oleh karena itu, suatu negara pastinya berlaku sebuah
standar yang sering disebut sebagai standar nasional. Di Indonesia sendiri standar dikeluarkan oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN), sedangkan standar pada tingkat internasional dikenal sebagai International
Organization for Standardization (ISO).
Standar ISO memberikan manfaat dan dampak positif bagi masyarakat dalam teknologi dan ekonomi,
antara lain:

 Dalam bidang perdagangan, ISO membuat lapangan persaingan yang selaras untuk semua kompetitor
pada suatu pasar.
 Bagi pemerintah, ISO merupakan suatu landasan dalam bidang teknologi dan ilmiah yang mendukung
adanya legislasi kesehatan, keselamatan, dan juga lingkungan.
 Bagi negara berkembang, ISO menjadi sumber pengetahuan bagi negara berkembang dalam memberi
batasan jasa dan produk untuk memenuhi kebutuhan ekspor.
 Bagi konsumen suatu produk dan jasa, ISO dapat menjamin yang terbaik bagi konsumen terkait
keamanan, kenyamanan, kualitas, dan keandalan suatu produk dan jasa tersebut.

Bagi setiap orang, ISO menjamin segala sesuatu seperti, mesin, alat, angkutan, produk, dan jasa yang
digunakan aman untuk keselamatan siapapun. Setiap orang di mana saja di seluruh bagian negara manapun
harus mengetahui dan mengerti mengenai pengertian standarisasi.

METODE
Metode dalam penulisan artikel ini didasarkan pada Metode Penelitian Kualitatif, Landasan Metode
penelitian adalah filsafat postpositivisme. Digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (lawan
eksperimen), dimana peneliti sebagai instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan). Analisis data bersifat induktif/kualitatif. Hasil penelitian kualitatif menekankan makna
dari pada generalisasi. Pendekatan teori yang dipakai adalah Grounded theory, adalah salah satu jenis
penelitian kualitatif, yang mana peneliti bisa menarik generalisasi apa yang diamati/dianalisa secara induktif,
teori abstrak tentang proses, tindakan atau interaksi berdasarkan pandangan partisipan yang diteliti. Dalam
penelitian teoritis ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan berkaitan
pengumpulan data pada suatu latar alamiah, menggunakan metode alamiah dan dilakukan peneliti yang
tertarik secara alamiah. Definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar
alamiah.
Jurnal Kotamo E­IECN: 2000­0927
Vol. 2 No.3 (2022) Website: https//jurnal.smbr.com/index.php/kotamo/index

PEMBAHASAN
Standardisasi bukanlah kebutuhan dari industri besar semata, namun usaha kecil dan menengah pun
membutuhkan standardisasi agar produknya mampu menembus pasar global. Penting bagi pelaku UKM
untuk melakukan standarisasi dan sertifikasi produk jika ingin memasuki pasar global. Produk UKM Indonesia
masih belum bisa memenuhi standar global. Saat ini, hanya 1,2 juta UKM yang memiliki sertifikat merek dan
49 ribu UKM yang memiliki sertifikat paten. Jumlah yang sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah semua
UKM di Indonesia yang berjumlah 64 juta. Inilah juga mengapa UKM kesulitan untuk meningkatkan penjualan
di pasar domestik.
Standardisasi adalah upaya untuk menjaga kualitas produk dan efisiensi usaha. Sedangkan Sertifikasi
adalah kegiatan penilaian kesesuaian yang berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis dan produk telah
memenuhi regulasi. Standardisasi dan sertifikasi memiliki beberapa manfaat, yaitu:

 Menjamin posisi UKM menjadi lebih aman agar terhindar dari pelanggaran hak kekayaan intelektual agar
tidak dicuri
 Menjamin dalam pengembalian modal atau investasi.
 Sebagai asset UKM untuk bisa mendapatkan proyek atau investor.
 Memberikan kemudahan dalam pengembangan usaha, seperti melalui waralaba dan lisensi.
 Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa kualitas produk memang sesuai dengan apa yang
dijanjikan sehingga meningkatkan kepercayaan konsumen.
 Melindungi konsumen dari produk yang kualitasnya rendah.
 Produk diakui kualitasnya secara internasional sehingga bisa diperdagangkan lintas negara

Konsumen di Indonesia semakin cerdas, karena biasanya mengecek apakah sudah ada sertifikasi
produk atau belum. Misalnya untuk produk makanan, salah satunya adalah Good Agriculture Practice (GAP)
yang menandakan produk pertaniannya aman dikonsumsi. Beda produk akan beda sertifikasi. Contoh lain
adalah popok kain untuk bayi. Ada contoh kasus dimana popok kain yang diproduksi sudah memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI). Sejak itu, penjualan meningkat pesat. Untuk produk bayi dan anak­anak,
faktor keamanan dan kesehatan menjadi hal yang diperhatikan, sehingga peredaran produk secara resmi
harus memiliki SNI.

Jenis­Jenis Standardisasi dan Sertifikasi

 Bersifat Wajib (Primer). Standardisasi dan sertifikasi yang harus dimiliki oleh pengusaha, berupa perizinan
atau regulasi yang diterbitkan oleh instansi pemerintah. Contohnya adalah Izin Edar BPOM, PIRT, Halal,
Batas Maksimal Residu Pestisida dan Batas Kontaminasi (melalui Sertifikasi Analisis atau COA), dan lain­
lain.
 Bersifat Umum (Sekunder). Standardisasi dan sertifikasi yang tidak wajib namun dibutuhkan/dituntut oleh
pasar pada umumnya (diterbitkan oleh instansi pemerintah maupun swasta). Contohnya adalah Halal,
Good Agricultural Practices (GAP), Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis and Critical
Control Points (HACCP), Standar Nasional Indonesia (SNI), ISO tertentu, serta terkait HKI (Hak Kekayaan
Intelektual) seperti Merek dan Paten.
 Bersifat Khusus (Tersier). Standardisasi dan sertifikasi yang diminati oleh segmen pasar tertentu
(diterbitkan oleh instansi pemerintah maupun swasta). Contohnya Organik, Eco­friendly, Fair Trade,
Vegan. Disini terdapat juga standar spesifikasi teknis terkait kualitas produk seperti bentuk, rasa, bahan
untuk memenuhi kebutuhan segmen pembeli/konsumen tertentu.

Pentingnya Standardisasi dan Sertifikasi dalam Bisnis


Haruskah sahabat Wirausaha mengurusnya? Untuk memahaminya, mari coba kita pahami konteks
berikut: untuk apa kuliah sampai S3? Susah dan lama. Di dunia pendidikan, honor mengajar untuk yang sudah
Jurnal Kotamo E­IECN: 2000­0927
Vol. 2 No.3 (2022) Website: https//jurnal.smbr.com/index.php/kotamo/index

lulus S3 lebih tinggi dibanding yang lulus S2. Sama halnya dengan menjadi konsultan atau pembicara,
apresiasi para pihak juga lebih tinggi karena sudah ada bukti legal bahwa seseorang sudah lulus S3. Kira­kira
seperti itu standardisasi atau sertifikasi, yang fungsi utamanya adalah untuk membuat tenang dan yakin para
calon pembeli, bahwa kita sebagai produsen, akan menerapkan standar produksi, pelayanan dan kualitas
mutu tertentu secara konsisten.
Perlu diingat bahwa, dalam proses mengembangkan bisnis, besar kemungkinan kita akan berinteraksi
dengan agen (broker/trader) yang tugasnya mengumpulkan beberapa pemasok kelas menengah, untuk
memenuhi permintaan pembeli besar (offtaker). Pada broker/trader perlu menjaga reputasi perusahaannya
di mata klien offtakernya, sehingga akan bisa lebih menenangkan bagi mereka untuk bermitra dengan
pemasok yang sudah memenuhi standar tertentu karena offtaker membutuhkan kapasitas besar, kualitas
yang konsisten dan berkelanjutan/kontinuitas. Berikut di bawah ini adalah standar/sertifikasi yang wajib dan
umum serta berlaku di bidang usaha apa saja pada UMKM; SNI dan ISO.
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu­satunya standar yang berlaku secara nasional di
Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan ditetapkan oleh
Badan Standardisasi Nasional (BSN). Sebenarnya, penerapan SNI dan ISO dalam standar sistem manajemen
mutu adalah sama. Hal itu merujuk ke lembaga pemerintah yang ditunjuk untuk bertugas dan bertanggung
jawab di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, yaitu Badan Standardisasi Nasional (BSN). BSN
merupakan anggota International Organization for Standardization (ISO), suatu organisasi Internasional yang
menghasilkan standar (ISO) yang berpusat di Jenewa, Swiss. BSN sesuai tugas dan fungsinya melakukan
harmonisasi dengan standar internasional. Jadi, bisa dikatakan, lembaga pemerintah itu mengadopsi secara
identik dengan menerjemahkan keseluruhan isi dari dokumen ISO menjadi SNI. Akan tetapi, BSN dapat pula
melakukan adopsi dengan memodifikasi standar ISO. Hal itu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di
Indonesia. Jadi bisa dikatakan bahwa SNI yang mengadopsi ISO sudah setara dengan standar internasional.
Beberapa tujuan diberlakukannya SNI adalah:

 Perlindungan konsumen, tenaga kerja yang membuat produk, dan masyarakat dari aspek keselamatan,
keamanan, dan kesehatan,
 Pertimbangan keamanan negara,
 Tuntutan perkembangan ekonomi dan kelancaran iklim usaha dan persaingan yang sehat
 Pelestarian fungsi lingkungan hidup, maka pemerintah menetapkan produk­produk tertentu yang
wajib memiliki SNI sebelum diedarkan di masyarakat.

Manfaat memiliki ISO adalah:

 Meningkatkan kredibilitas perusahaan. Setiap aktivitas perusahaan yang menerapkan ISO sudah bisa
dipastikan telah memenuhi standar, di mana masyarakat umum pun dapat mengetahui standar
tersebut. Artinya ada kepercayaan publik yang dibangun dari standarisasi internasional.
 Jaminan kualitas standar internasional. Aplikasi ISO harus melewati sebuah proses uji yang disebut
siklus PDCA. Siklus ini diterapkan di semua bidang usaha dengan melakukan proses identifikasi,
analisis, dan eksekusi agar sesuai dengan mutu standar internasional.
 Sarana branding perusahaan. ISO juga bermanfaat sebagai sarana branding perusahaan yang
mengaplikasikannya. Masyarakat dunia yang mengenal ISO, akan sangat sadar bahwa perusahaan
yang menerapkan ISO tersebut dapat dipercaya. Kepercayaan terhadap perusahaan dengan ISO akan
meningkatkan nilai brand di benak konsumen.

Berikut adalah jenis standar ISO yang umum kita jumpai di berbagai industri:

 ISO 22000: merupakan standar yang berhubungan dengan sistem tata kelola keamanan pangan.
Pebisnis yang bidang usahanya berkutat pada bidang makanan dan minuman, diharuskan
Jurnal Kotamo E­IECN: 2000­0927
Vol. 2 No.3 (2022) Website: https//jurnal.smbr.com/index.php/kotamo/index

memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan konsumen. Akibatnya bisnis makanan dan
minuman tersebut haruslah menaikkan kontrol internal terutama pada bidang produksi. Setiap
produk makanan dan minuman semestinya memiliki rencana proses dan pengendalian resiko, itulah
isi dari ISO 22000.
 ISO 9001: merupakan sistem manajemen mutu yang paling populer dan sempat diperbaharui. Versi
ISO 9001 yang terbaru adalah ISO 9001:2008. Tujuan utama dari ISO versi ini adalah menaikkan
efektivitas manajemen mutu dengan memanfaatkan pendekatan proses. Pendekatan proses
mengedepankan aktivitas identifikasi, penerapan, pengelolaan, dan peningkatan
berkesinambungan.
 ISO 5001: merupakan standar yang ditetapkan sebagai sistem manajemen energi. Tujuan utamanya
adalah membantu berbagai lembaga untuk membangun sistem dan proses pemanfaatan energi.
Misalnya dalam kinerja, efisiensi, juga konsumsi energi. ISO 5001 dirancang sebagai standar yang
dapat diaplikasikan dengan standar lain, sehingga penerapannya dapat diaplikasikan dalam berbagai
bidang usaha.
 Sertifikasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI): Identitas atas suatu standar milik perusahaan kita sendiri
juga dapat dilegalkan untuk keperluan perlindungan melalui pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual
(HKI), baik berupa Sertifikat Merek, Hak Cipta, Desain Industri, atau bahkan Hak Paten. Berikut adalah
penjelasan singkat dari masing­masing.
 Sertifikat Merek adalah dokumen non­perizinan berupa bukti kepemilikan HAKI untuk melindungi
hak kepemilikannya atas suatu tanda yang bisa membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi
oleh orang/badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
 Sertifikat Hak Paten adalah dokumen non­perizinan yang merupakan bukti bahwa karya intelektual
yang bersifat teknologi (invensi) dan mengandung pemecahan/solusi teknis terhadap masalah yang
terdapat pada teknologi yang telah ada sebelumnya terlindungi. Invensi paten dapat berupa produk
maupun proses.
 Sertifikat Hak Cipta adalah dokumen non­perizinan yang melindungi hak eksklusif pencipta yang
timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan.
 Sertifikat Desain Industri adalah dokumen non­perizinan yang melindungi suatu kreasi tentang
bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, yang memberikan kesan
estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.
 HKI, dalam hal ini perlindungan terhadap produk atau karya, harus dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari pembajakan dari kompetitor. Keberadaan HAKi pada produk juga memudahkan UKM
memasuki pasar karena adanya kepastian mengenai kepemilikan dan hak UMKM atas produk atau
karyanya. Namun, ada beberapa kendala bagi UKM, yaitu: Produk yang sedang hip cenderung
menjadi korban dari pembajakan atau pemalsuan produk; Proses pendaftaran HAKI yang panjang
dan memerlukan biaya besar; Jikapun sertifikat hak paten sudah keluar, tren produk sudah berubah

Apakah penting untuk melindungi hak kekayaan intelektual? Jawaban atas penting atau tidaknya
melindungi merek sebagai suatu standar kualitas produk atau layanan perusahaan terletak pada masing­
masing sahabat UKM. Dalam praktek internasional, umum dilakukan pemasangan simbol ® atau TM pada
logo atau nama merek dagang. Apa maksudnya?

o Simbol ® : dipakai untuk menandakan bahwa suatu merek dagang sudah didaftarkan resmi dan
dilindungi (tidak boleh lagi ditiru).
Jurnal Kotamo E­IECN: 2000­0927
Vol. 2 No.3 (2022) Website: https//jurnal.smbr.com/index.php/kotamo/index

o Simbol TM: dipakai sekedar untuk memberitahu publik bahwa nama atau logo adalah suatu mereka
dagang, namun belum terdaftar resmi, sehingga tidak terlindungi resmi secara hukum. Namun,
biasanya sudah cukup efektif untuk menggugah etika competitor bisnis tertentu.

Kebanyakan perusahaan besar memang melakukan perlindungan pada merek dagangnya untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan manfaat komersial merek oleh pihak lain. Contohnya adalah jika ada
pihak yang menggunakan logo merek tertentu, yang sudah lebih dulu terkenal, di produk barunya dengan
tujuan agar cepat laku tanpa seizin pemilik merek. Ini dapat mencederai citra brand (yang sudah terkenal)
jika kualitas produk yang ditempeli logo mereknya tidak sesuai harapan konsumen. Atau contoh lainnya
adalah jika ada pihak lain yang secara tidak etis meraup keuntungan penjualan karena memakai logo merek
kita tanpa seizin kita dan kita tidak mendapatkan manfaat komersial tersebut.
Beberapa masalah standarisasi/sertifikasi yang dihadapi oleh UKM. Meskipun standardisasi/sertifikasi
sangat penting untuk meningkatkan daya saing di pasar domestik dan pasar global, namun terdapat beberapa
hal yang perlu kita hadapi untuk bisa mengurusnya.

 Penyebaran informasi mengenai standarisasi/sertifikasi yang tidak merata. Pelaku usaha disarankan
untuk lebih proaktif dalam mencari informasi mengenai hal ini. Salah satu caranya adalah dengan
bergabung dengan organisasi usaha yang sejenis atau koperasi, karena biasanya organisasi akan
memberikan pelatihan tentang jenis sertifikasi apa saja yang dibutuhkan dan lembaga kompetensi
mana yang benar kompeten. Penting untuk mencari lembaga sertifikasi yang kompeten agar
sertifikat yang dimiliki diakui secara nasional maupun internasional.
 Proses yang panjang dan berbelit­belit. Setiap pengurusan sertifikasi pastinya memiliki beberapa
persyaratan dan prosedur yang harus dilalui. Akan tetapi, janganlah ini menjadi suatu penghambat
bagi teman­teman dalam mengurusnya. Karena kita harus ingat mengenai manfaat setelah
mendapatkan sertifikasi ini.
 Biaya pengurusan yang mahal. Hal ini karena banyaknya uji kompetensi yang harus dilakukan
sebelum suatu produk dinyatakan memenuhi standar, sehingga dikenakan biaya yang tidak murah.
Namun, ketahuilah bahwa kita juga akan mendapatkan peningkatan penjualan yang lebih besar
daripada biaya pengurusan sertifikat ini.
 Tidak terbatas hanya di sertifikasi produk. Untuk standar ekspor, termasuk di ASEAN, pasar global
menuntut tidak hanya produknya yang memiliki sertifikat, tapi juga dalam sertifikasi untuk usahanya
seperti sistem manajemen. Misalnya, UKM yang menghasilkan produk jamu, selain sertifikasi Halal
untuk produknya, perusahaan produsen jamunya pun harus memiliki sertifikasi sistem manajemen
seperti ISO 22000. Jadi bisa saja produk itu gagal dijual ke luar negeri, karena perusahaannya tidak
bersertifikat sistem manajemen.

KESIMPULAN
Standardisasi adalah aspek penting yang harus dipenuhi bagi semua produk baik barang atau jasa,
tanpa standardisasi artinya produk akan ditolak oleh konsumen, dengan standardisasi artinya produk akan
dapat memenuhi kebutuhan konsumen diseluruh penjuru dunia dan dapat bersesuaian dengan produk
sejenis dan rantai produk lain sehingga standardisasi adalah kunci utama agar produk dapat beradaptasi
dengan kebutuhan konsumen. Produk yang telah memenuhi ketentuan standardisasi umumnya dilengkapi
dengan sertifikat standard yang dikeluarkan lembaga formal dibawah arahan masing­masing negara.
Sebagai bagian dari aturan pemerintah, standardisasi dirasakan menjadi kendala karena proses
pengurusannya memakan waktu dan biaya tertentu. Akan lebih baik jika mengurus standardisasi produk
untuk memperoleh sertifikasi yang dibutuhkan dikerjakan secara parallel dimana produk yang diprodusir
mengikuti acuan standar yang telah dikeluarkan sembari melakukan pendaftaran di lembaga standar, karena
Jurnal Kotamo E­IECN: 2000­0927
Vol. 2 No.3 (2022) Website: https//jurnal.smbr.com/index.php/kotamo/index

proses pendaftaran yang panjang untuk setiap sertifikasi. Seperti yang sudah disebutkan diatas, urutannya
adalah mengurus izin usaha terlebih dahulu, lalu berikutnya sertifikasi. Bisa juga mengurus keduanya secara
paralel apabila pengurusan izinnya membutuhkan waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA
Presiden Republik Indonesia (2000) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000
Tentang Standardisasi Nasional.
https://gatrik.esdm.go.id/assets/uploads/download_index/files/659cc­pp­102­tahun­2000.pdf
Tim BSN (2019), Buku Pengantar Standardisasi ini merupakan materi awal tentang pendidikan standardisasi,
yang terus disempurnakan oleh suatu tim dari BSN dan beberapa Perguruan Tinggi.
http://www.alexandersutan.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/Textbook­Pengantar­Standardisasi.pdf
BSN: Perlunya Standar Usaha Tentang SNI Apa Perlunya SNI dan Apa Manfaatnya Sertifikasi Direktorat
Jenderal Kekayaan Intelektual.
Kinanthi Dararizki, Content Manager ukmindonesia.id https://www.ukmindonesia.id/baca­artikel/297

View publication stats

You might also like