You are on page 1of 9

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

MAKNA GENDHING–GENDHING BAKU RASULAN


DALAM RITUAL SRÈDÈKAN

Nil Ikhwan
Dosen Jurusan Karawitan
Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Surakarta

Intan Fatimah Syariasih


Alumni Mahasiswa Jurusan Karawitan
Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Surakarta

Abstrak

Penelitian ini difokuskan pada makna rasulan dalam ritual Srèdèkan dengan gabungan pendekatan,
emik dan etik. Selain itu, dibahas mengenai bentuk maupun tatanan rasulan dalam ritual Srèdèkan
serta gendhing – gendhing baku yang disajikan. Gendhing–gendhing baku ritual Srèdèkan terbagi menjadi
dua bagian, larangan dan Srèdèkan. Gendhing–gendhing larangan terdiri dari lima gendhing. Gendhing–
gendhing Srèdèkan terbagi menjadi lima ge;ndhing. Gendhing–gendhing baku rasulan dalam ritual
Srèdèkan dan sesaji yang memberi makna untuk masyarakat. Makna gendhing larangan antara lain;
mengingatkan manusia akan tujuan, gagasan fikiran hidup dan leluhur; menyelamatkan hidup manusia
di dunia beserta anak cucunya, melancarkan rejeki masyarakat agar pedaringan yang dimiliki selalu
penuh; dan agar usia manusi sampai keturunan anak, cucu, buyut bahkan canggah bila Tuhan
menghendaki. Makna gendhing baku Srèdèkan ditimbulkan dari dahnyang Srèdèk.

Kata Kunci: Makna, Gendhing, Rasulan, Srèdèkan.

Abstract

This research focuses on the meaning of rasulan in the Srèdèkan ritual using a combined emic and etic approach.
It also discusses the form and structure of rasulan in the Srèdèkan ritual and the standard gendhing performed.
The standard gendhing in the Srèdèkan ritual can be divided into two categories, namely larangan and Srèdèkan.
Gendhing larangan consist of five gendhing. Gendhing Srèdèkan also consist of five gendhing. The standard
gendhing rasulan in the Srèdèkan ritual and the offerings made have an important meaning for the community.
The meaning of gendhing larangan, amongst others, is to remind people of their goals, ideas and thoughts about
life and their ancestors; to save the lives of people and their descendants in this world; to bring prosperity so that
they are never short of food; and to enable them to live a long life, to enjoy time with their children, grandchildren,
great-grandchildren, and even great-great-grandchildren, if God is willing. The meaning of gendhing Srèdèkan
comes from dahnyang Srèdèk.

Keywords: Meaning, Gendhing, Rasulan, Srèdèkan.

Pengantar yang berpenari cantik. Terdapat salah satu


Dukuh yang masih mempercayai Sredekan hingga
Sredekan dahulu dipercayai masyarakat sekarang, yakni di Ngledoksari. Masyarakat
untuk memimpin ritual di beberapa Dukuh. mempercayai bahwa dahnyang Dukuh
Seiring berkembangnya kesenian rakyat, Sredekan Ngledoksari masih menginginkan Sredekan selama
banyak diganti dengan ritual lain oleh masyarakat Sredek masih hidup (Ratno, wawancara 21
karena umur Sredek yang semakin tua dan Januari 2015). Sredekan adalah beksan yang diiringi
kurang menarik menurut masyarakat. karawitan dan dilakukan oleh seorang perempuan
Masyarakat menggantikannya dengan tayub bernama Sredek. Sredek dalam ritual Sredekan

40 Volume 17 Nomor 1 Bulan Mei 2017


Makna Gendhing–Gendhing Baku Rasulan dalam Ritual Srèdèkan Nil Ikhwan & Intan Fatimah Syariasih

berperan sebagai pendoa, pembeksa, sekaligus Pengamatan Sredek dan Mardi membentuk suatu
penanggung jawab ritual. Penamaan Sredekan kelompok karawitan yang digunakan untuk
berasal dari nama pembeksa ritual yaitu Sredek. mbarang atau menyambung hidup di dunia.
Berawal dari nama Sredek tersebut masyarakat Kelompok karawitan Sredek dan Mardi
kemudian mengenal sebuah ritual dengan nama diperkenalkan kepada masyarakat dan dikenal
Sredekan. Sredekan diciptakan oleh seorang dengan nama Sredekan.
perempuan bernama Sredek pada tahun 1954 Pelaksanaan Sredekan dilaksanakan dua
(Sredek, wawancara 22 Januari 2015). tahun sekali pada bulan Ruwah hari Selasa Kliwon
Kekuatan Sredek sebagai pendoa, atau Jumat Kliwon. Dalam pelaksanaan Sredekan
pembeksa, sekaligus penanggung jawab ritual terdapat ritual (ikral, larangan dan slametan) yang
dipengaruhi oleh dahnyang dari Sredek yang masih dilakukan sebelum Sredek beksa. Ritual ini
bernama Den Bagus Bayi. Sejarah dahnyang dimaksudkan sebagai wujud syukur masyarakat
Sredek berasal dari anak seorang ledhek. Ledhek kepada Tuhan Yang Maha Esa dan untuk bersih
beksa dari tempat satu ke tempat lain. Ledhek desa (Sredek, wawancara 22 Januari 2015). Pada
adalah sebutan lain untuk penari wanita. Ketika masyarakat tradisional, selamatan juga menjadi
perjalanan pulang ledhek dihadang oleh dua laki fenomena yang istimewa sekaligus memuat
– laki dan diperebutkan sampai kedua laki – laki makna dalam jika diteliti (Endraswara, 2006 : 170).
tersebut bertengkar. Ledhek sedang mengandung
pada saat itu. Timbullah niat buruk dari kedua Ritual Sredekan
lelaki yang memperebutkan ledhek sehingga ledhek
dibunuh menggunakan keris. Keris tersebut Ritual Sredekan dilatarbelakangi sejarah
merupakan keris yang dipakai ledhek untuk beksa. yang cukup panjang. Sredek tidak semata – mata
Keris ditancapkan pada perut ledhek dan akhirnya menciptakan ritual. Berawal dari minat Sredek
meninggal. Nyawa dari kandungan ledhek terhadap kesenian beksa atau tari yang sedang
tersebut yang akhirnya menjadi dahnyang dari populer di masyarakat saat itu menjadikan
Sredek. (Sredek, wawancara 24 Maret 2016). Sredek mempunyai niat menyambung hidup di
Masyarakat Dukuh Ngledoksari juga dunia dengan cara mbarang. Mardi pengendang
semakin memperkuat ritual ini karena pernah dan Sredek sebagai pembeksa. Setelah Sredek
terjadi bencana alam longsor ketika masyarakat dewasa, mertua Sredek memberikan wasiat
mulai melupakan ritual Sredekan. Sredekan turun-temurun keluarganya kepada Sredek.
digunakan dalam tiga hal, yaitu ikral, Ngluwari Sredek beranggapan wasiat tersebut adalah
ujar dan rasulan. Sesuai fokus penelitian yang wahyu yang diturunkan Allah SWT. Bermaksud
berada di Dukuh Ngledoksari, maka penelitian agar Sredek mampu membantu kehidupan
mengerucut pada ritual Sredekan yang digunakan masyarakat.
untuk rasulan. Awal terciptanya ritual Sredekan Ritual Sredekan diadakan pada hari selasa
dikarenakan dua faktor. Faktor utamanya adalah kliwon atau jumat kliwon. Bakunya, di Dukuh
adanya bakat dan wahyu yang diturunkan Allah Ngledoksari Kecamatan Tawangmangu diadakan
SWT kepada Sredek. Kedua, untuk menyambung pada hari selasa kliwon bulan ruwah. Bila tidak
hidup di dunia (Sredek, wawancara 20 Februari terdapat hari selasa kliwon pada bulan ruwah, baru
2015). pelaksanaan ritual Sredekan diganti dengan hari
Sredek seorang berbakat otodidak dalam jumat kliwon. Dalam pelaksanaannya disesuaikan
belajar mandiri dengan cara melihat ataupun dengan kekuatan dari dahnyang suatu desa yang
pendengaran. Sredek mempunyai minat dan akan melaksanakan ritual Sredekan. Bermaksud
bakat terhadap kesenian, belajar kemanapun agar mendapatkan kebaikan selamanya untuk
untuk mendapatkan ilmu kesenian, salah satunya individu dan masyarakat. Tanggal (bukan
menonton pertunjukan tari atau wayang wong penanggalan jawa) tidak terlalu dipentingkan
di Sriwedari. Sredek dan Mardi melakukan dalam menentukan hari untuk ritual Sredekan.
pengamatan terhadap kesenian dengan melihat Pelaksanaan Sredekan dilaksanakan rutin dua
berbagai pertunjukan di Sriwedari dan pedesaan. tahun sekali. Bertujuan untuk mensyukuri hasil
Pertunjukan di pedesaan seperti tayub. panen dan masyarakat bisa melaksanakan ritual

Volume 17 Nomor 1 Bulan Mei 2017 41


Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Sredekan secara rutin. Pelaksanaan ritual Sredekan terselubung dalam kekelaman (in her duister
tanpa Sredekan juga dilaksanakan masyarakat gehuld). Berdasarkan arti tersebut, maka mistik
setiap sebagai sebuah paham (disebut mistisisme) dapat
tahunnya di Dukuh Ngledoksari (Sredek, dimaknai sebagai paham yang serbamistis (misal
wawancara 20 Februari 2015). Kekuatan dahnyang ajarannya berbentuk rahasia atau serbarahasia,
pada hari dan pasaran, mempunyai kekuatan tersembunyi, gelap atau terselubung dalam
sama dengan berbagai peristiwa yang kekelaman), sehingga hanya dikenal, diketahui, atau
melaksanakan ritual di hari selasa kliwon. Hari dipahami oleh orang – orang tertentu saja, terutama
tersebut dianggap hari yang sakral dan sekali para penganutnya. Mistisisme juga dapat
merupakan hari pertemuan Sunan Paku Buwana disebut sebagai manunggaling kawulo-Gusti (Jaiz,
dengan penguasa Laut Kidul. Pertemuan tersebut 1980 : 76).
digambarkan dengan sebuah tari Bedhaya Selain doa, terdapat sesaji yang digunakan
Ketawang. Kesakralan tari ini bisa dilihat dari dalam prasyarat magis ritual Sredekan. Dalam
penarinya yang harus dalam keadaan bersih, mistik kejawen, maksud sesaji sebenarnya
artinya tidak sedang haid; latihan yang merupakan upaya harmonisasi melalui jalan
diselenggarakan pada hari Selasa Kliwon; spiritual yang kreatif untuk menyelaraskan dan
pertunjukkan diselenggarakan untuk menghubungkan antara daya aura magis manusia
memperingati hari penobatan Sunan setahun dengan seluruh ciptaan Tuhan yang saling
sekali (Haryono, 2003 : 36-37). berdampingan di dunia ini, khususnya kekuatan
Tempat untuk ritual Sredekan berada di alam dan makhluk gaib (Abimanyu, 2014 : 55).
punden dan balai desa yang letaknya dekat Ritual Sredekan mempunyai tiga kegunaan,
pundhen atau rumah warga yang mempunyai antara lain; pertama Ikral. Ikral adalah
pekarangan luas. Pundhen adalah tempat yang penyampaian maksud diadakannya ritual pada
dikeramatkan oleh penduduk setempat yang suatu Dukuh. Ikral lebih ditekankan pada ritual
dipercaya sebagai tempat tinggal ruh yang yang berupa doa – doa. Doa untuk ikral sama
dipercayai penduduk setempat dan sekelilingnya dengan doa untuk rasulan. Pelaksanaan
sebagai penjaga (mbaureksa atau dhanyang) desa disesuaikan dengan kepercayaan Dukuh yang
atau kawasan tertentu (Supanggah, 2007 : 274). melaksanakan. Perbedaan ikral dengan rasulan
Ritual Sredekan mempunyai prasyarat terdapat pada penyebutan nama Dukuh, dahnyang
magis pada setiap kepentingannya. Prasyarat yang terdapat dalam doa, tidak menggunakan
tersebut seperti doa dan sesaji yang digunakan. sesaji tambahan jenang seperti rasulan, serta tidak
Di ritual Sredekan, Sredek hanya menggunakan menggunakan Sredekan yang terdapat pada
doa, bukan mantra. Mantra mempunyai unsur rasulan. Sredekan digunakan untuk kebutuhan
negatif seperti pesugihan, santet, dan sebagainya dahnyang.
(Sredek, wawancara 20 Februari 2015). Mantra Kedua Ngluwari ujar atau melepas nadzar.
berbeda dengan Sihir. Mantra juga tidak sama Melepas nadzar adalah ritual pelepasan nadzar
maknanya dengan doa. Doa merupakan seseorang karena telah terpenuhi permintaannya.
permohonan kepada Tuhan. Sementara, mantra Misalnya seorang ibu yang menghendaki
itu ibarat upaya untuk menarik picu senapan yang keturunan untuk putranya, bila terpenuhi
bernama daya hidup (Abimanyu, 2014: 52). keinginan si ibu maka akan menanggap Sredek.
Sesuai pernyataan Abimanyu, bahwa Ritual pelepasan nadzar si ibu dilaksanakan saat
sebenarnya yang bersifat negatif adalah sihir. menanggap Sredek untuk beksa. Ritual melepas
Mantra dalam adat kejawen lebih menitik nadzar dalam Sredekan dilaksanakan oleh
beratkan pada daya hidup. Doa yang digunakan seseorang yang mempunyai nadzar sesuai waktu
Sredek tidak mengandung unsur mantra, namun yang dikehendaki penadzar. Doa yang
sesaji yang digunakan mengandung unsur mistik digunakan berbeda dengan rasulan dan ikral.
kejawen. Mistik, menurut asal katanya berasal Perbedaannya terletak pada penyebutan nama
dari bahasa Yunani, mystikos, yang artinya rahasia Dukuh diganti dengan penyebutan nama
(geheim), serbarahasia (geheimzinnig), penadzar. Sesajinya sama dengan ikral.
tersembunyi (verborgen), gelap (donker) atau

42 Volume 17 Nomor 1 Bulan Mei 2017


Makna Gendhing–Gendhing Baku Rasulan dalam Ritual Srèdèkan Nil Ikhwan & Intan Fatimah Syariasih

Ketiga rasulan. Rasulan adalah ritual bersih seperti RT, RW, Bayan, dan perwakilan dari
desa yang bertujuan untuk menyelamatkan bumi warga dengan menarik kupat luar oleh kepala
yang dikelola masyarakat yang ditanami berbagai Dukuh. Serah terima adalah pemberian
macam tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan pernyataan kepada kepala Dukuh bahwa segala
sehari-hari (Sredek, wawancara 22 Januari 2015). keinginan dari masyarakat Dukuh Ngledoksari
Rasulan terdapat sesaji yang terdiri dari piranti, sudah disampaikan kepada Yang Maha Kuasa.
slametan dan tambahan. Pelaksanaan rasulan Ikral, larangan dan Sredekan dilaksanakan dalam
disesuaikan dengan kekuatan dahnyang pada satu tempat pukul 15.00 sampai pukul 17.30.
Dukuh tersebut. Tempat tidak pernah menetap, terkadang berada
di balai desa atau rumah warga yang mempunyai
Rasulan dalam Ritual Sredekan tanah lapang.
Pada tahap ke tiga terdapat Larangan.
Rasulan dalam Ritual Sredekan memiliki Larangan adalah acara disajikannya gendhing–
tahapan-tahapan dalam sajiannya. Tahap pertama gendhing wajib untuk dahnyang Ngledoksari.
adalah penyerahan sesaji. Penyerahan sesaji Gendhing larangan terdiri dari lima gendhing. Lima
adalah acara menaruh semua sesaji beserta gendhing tersebut disajikan disela – sela Sredekan
membakar kemenyan oleh sesepuh Ngledoksari yaitu, setelah gambyong pangkur disajikan
di tempa yang dianggap keramat oleh warga kemudian larangan dilanjutkan gendhing baku
masyarakat di pundhen. Masyarakat Ngledoksari Sredekan Bendrong sampai Jangkrik Genggong.
mengenalnya dengan acara kondangan. Kondangan Gendhing larangan hanya menggunakan buka
dilaksanakan pada pukul 12.30 sampai pukul gendhing, penyajian gendhing yang utuh terdapat
14.00 siang. Penyerahan sesaji bermaksud untuk pada gendhing Kebo Giro. Disetiap gong buka
meminta ijin sekaligus menyerahkan sesaji gendhing, Sredek, pak RW dan pak RT
kepada dahnyang Dukuh Ngledoksari. menjatuhkan uang receh. Saat gendhing Kebo Giro
Penyerahan Sesaji di pundhen menggunakan disajikan, masyarakat Dukuh Ngledoksari
beberapa sesaji ditujukan kepada dahnyang di memasukan uang seikhlasnya ke beri. Gendhing
antaranya nasi gurih, jadah, lawuh Tahu, Tempe, Kebo Giro selesai bila barisan masyarakat Dukuh
Jangan Sambel Goreng, Kacang kedelai hitam, Peyek, Ngledoksari tidak ada yang memasukkan uang
Krupuk),ingkung, Jajanan Pasar (Kacang Tanah, lagi.
Gedhang Kepok, Tape, Snack, Ketan Putih, Ketan Tahapan terakhir adalah Sredekan. Sredekan
Hitam, Gethuk) Jadah Gula Jawa dan Pisang Raja adalah acara inti dari ritual. Sredekan yang
Gedhang Comot, Kembang Kinang, Rokok Sak Ler, dilaksanakan oleh Sredek sebagai pembeksa dan
Uang Dua Ribu, Pala Kependhem (Uwi, Tela, Tales, sebagian masyarakat sebagai pengrawit. Sredekan
Pohung, Gentho Jagung warna coklat, dan Gentho menggunakan lima gendhing untuk Sredek beksa.
Jagung warna Putih) Asahan (Nasi Biasa, Krupuk, Sredek menggunakan tiga kali pergantian kostum
Peyek, Tahu, Tempe, Pasung, Apem, Jangan Sambel dalam lima gendhing. Kostum pertama untuk beksa
Goreng, Bakmi, Ragi) Gambyong, kostum kedua untuk beksa
Tahapan ke dua adalah Ikral. Ikral adalah Gathutkaca Gandrung, dan kostum ketiga untuk
acara berkumpulnya masyarakat Dukuh beksa Jangeran dilanjutkan gendhing Paman Doplang
Ngledoksari untuk melangsungkan ritual, agar dan Jangkrik Genggong.
mendapatkan kelancaran atas keinginan
masyarakat. Sredek bertanggung jawab pada Ikral Gendhing–Gendhing Baku Rasulan
karena Sredek mampu berkomunikasi dengan
dahnyang di Dukuh Ngledoksari. Roh leluhur itu Gendhing sebagai susunan nada yang telah
harus dihormati dan didoakan, sebab memiliki bentuk (Martapangrawit, 1975 : 3).
dimungkinkan akan memberikan sawab (berkah) Gendhing sesungguhnyalah merupakan sesuatu
kepada penerusnya (Endraswara, 2006: 28). yang lebih kompleks dari sekedar urusan
Selesai acara ikral dilanjutkan acara serah terima susunan nada dan bentuk. Karawitan, yang
dengan masyarakat Ngledoksari. Serah terima notabene secara tradisi termasuk dalam keluarga
dilakukan oleh Sredek dengan kepala Dukuh, musik tradisi oral sesungguhnyalah gendhing atau

Volume 17 Nomor 1 Bulan Mei 2017 43


Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

komposisinya baru dapat dinikmati atau di- Gendhing–gendhing Sredekan difungsikan sebagai
“amati” (lewat pendengaran setelah sebuah sarana pemenuhan dahnyang dan sarana hiburan
gending tertentu disajikan oleh para pengrawit masyarakat.
(dan termasuk para vokalis, bila jenis gendhing Pangkur, secara umum dalam karawitan
tersebut memang memerlukannya) (Supanggah, Jawa termasuk gendhing klenengan. Pangkur juga
2007: 70). bisa tergolong menjadi gendhing beksan bila
Gendhing–gendhing baku yang disajikan sudah beralih fungsi menjadi gendhing untuk
untuk rasulan dalam ritual Sredekan terbagi dua keperluan beksan atau tari, dan menjadi gendhing
yaitu, larangan dan Sredekan. Dua bagian gendhing Gambyong Pangkur. Begitu juga Pangkur yang
tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk dimaksud dalam ritual Sredekan dipergunakan
dahnyang, tetapi berbeda fungsi dan makna. untuk beksan dan menggunakan Gambyong
Gendhing–gendhing larangan terdapat lima gendhing Pangkur untuk awalan Sredekan.
sebagai berikut. Bahkan banyak karya karya tari yang
1. Eling – Eling Slendro Manyura menggunakan nama gendhing sebagai (bagian
2. Slamet Slendro Manyura dari) “judul” tarinya. Jenis – jenis tari Bedhaya,
3. Pedaringan Kebak Slendro Manyura srimpi, dan Gambyong serta golek merupakan
4. Bondhet Slendro Sanga contoh kongkritnya (Supanggah, 2007: 123).
5. Kebo Giro Slendro Sanga. Empat genre tari yang baru saja disebut
merupakan tari utama pada masa kerajaan
Penggunaan lima gendhing larangan Surakarta dan Yogyakarta masih berjaya, dengan
bertujuan untuk memenuhi keinginan dahnyang catatan bahwa gambyong lebih berkembang di luar
(Sredek, wawancara 24 Maret 2016). istana (Supanggah, 2007: 124).
Gendhing–gendhing yang termasuk dalam Bendrong, dilihat dari sudut pandang
bagian sredekan terdapat lima gendhing sebagai pengelompokkan gendhing menurut Supanggah
berikut. termasuk dalam gendhing beksan karena
1. Pangkur Pelog Barang dipergunakan untuk keperluan tari yaitu tari
2. Bendrong Slendro Manyura Gambiranom atau Gathutkaca Gandrung.
3. Jangeran Slendro Sanga Gathutkaca Gandrung merupakan gendhing
4. Paman Doplang Pelog Nem pethilan menurut Supanggah, bertemakan cinta.
5. Jangkrik Genggong Slendro Sanga Pethilan adalah suatu bentuk koreografi dengan
menggunakan tema dan/atau karakter atau
Beberapa kebiasaan pengelompokkan tokoh yang diambil atau mendapat inspirasi dari
gendhing–gendhing yang telah diberlakukan di suatu ceritera tertentu (Supanggah, 2007: 131).
dunia karawitan antara lain didasarkan seperti Jangeran dalam Sredekan difungsikan
berikut. sebagai gendhing beksa. Masyarakat menyebut
1. Laras dan / atau Pathet Gendhing gendhing Jangeran dengan sebutan Jangeran ndesa.
2. Menurut Bentuk Paman Doplang sama fungsinya sebagai gendhing
3. Menurut Ukuran beksa Sredek. Sebagian masyarakat menyebut
4. Menurut Fungsi / Guna (Supanggah, Paman Doplang dengan Mendhem Gadhung.
2007 : 95). Penyajian gendhing tidak baku pada pukul
Berdasarkan pernyataan Supanggah di 14.10. Sebelum gendhing larangan dilakukan
atas gendhing–gendhing baku rasulan dalam ritual penyajian gendhing tidak baku seperti Bonangan,
Sredekan ditinjau berdasarkan fungsi atau guna. Ladrang Wilujeng Pelog Barang, Ladrang Sri Widada
Pengelompokkan gendhing–gendhing baku dalam Pelog Barang dan gendhing–gendhing semarangan
ritual Sredekan berdasarkan fungsi atau guna untuk mengisi waktu luang sebelum dimulainya
menjadi jembatan penghubung terciptanya ritual Sredekan. Penyajian Sredekan dimulai setelah
makna untuk masyarakat dusun Ngledoksari. pukul 15.00.
Gendhing–gendhing larangan dalam ritual Pemenuhan keinginan dahnyang dengan
Sredekan pada kenyataannya difungsikan untuk cara memainkan kelima gendhing sebelum
ritual, dan hanya bukanya saja yang digunakan. gendhing–gendhing baku Sredekan disajikan, penting

44 Volume 17 Nomor 1 Bulan Mei 2017


Makna Gendhing–Gendhing Baku Rasulan dalam Ritual Srèdèkan Nil Ikhwan & Intan Fatimah Syariasih

sebagai perwujudan pemenuhan pada dahnyang Makna Gendhing–Gendhing Baku Rasulan


di Dukuh Ngledoksari. Gendhing larangan dalam Ritual Sredekan
dimainkan buka gendhing dengan benar.
Ke dua, gendhing–gendhing Sredekan yaitu, Mistik sastra dan gending akan
Pangkur Pelog Barang, Bendrong Slendro Manyura, melukiskan perwujudan bagaimana manusia
Jangeran Slendro Sanga, Paman Doplang Pelog Nem, menjalankan mistik kejawen. Sastra dan gending
dan Jangkrik Genggong Slendro Sanga. Ritual Sredekan akan menjadi wahana mistik, ketika manusia
menggunakan Pangkur untuk beksa Gambyong berupaya menemukan Tuhan. Kedua unsur ini
sebagai ciri khas Sredekan agar mudah dikenal tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena
masyarakat. saling melengkapi. Keduanya, dalam ritual mistik
Sredek diajarkan doa oleh mertua untuk kejawen, hendaknya sublim dan menyatu.
menjalankan proses ritual Sredekan, sehingga Gending tanpa sastra kurang terasa indah, sastra
Sredek mendapat wasiat bahwa kehadiran tanpa gending juga kurang meyakinkan. Jadi,
Sredek di dunia mempunyai maksud lain dapat sastra dan gending merupakan implementasi
menjadi pembeksa, ledhek. Sredek harus bisa sebuah pencarian Tuhan dengan keindahan
memimpin ritual, bertujuan untuk menolong (Endraswara, 2006 :99).
masyarakat. Desa di Jawa Tengah yang Seluruh kehidupan dalam aspeknya
menganggap penari teledek tertentu memiliki adalah sebuah musik, dan menyelaraskan diri
kekuatan layaknya seorang dukun, yang mampu dengan harmoni musik yang sempurna adalah
memberi sarana penyembuhan (Soedarsono, pencapaian spiritual sejati (Khan, 2002 : 137).
2002: 201). Kepercayaan masyarakat terhadap ritual Sredekan
Kemampuan Sredek belajar ilmu kejawen dipengaruhi oleh Sredekan itu sendiri. Sredekan
dan mengetahui hal – hal diluar nalar manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu Sredek – pelaku
menjadi faktor terciptanya Sredekan. Mpu Kanwa, ritual, tarian, dan gendhing. Pengaruh Sredek
inti ajaran kejawen adalah amemayu hayuning terhadap masyarakat Ngledoksari saat Sredek
bawana, yang dimuat dalam Kakawin Arjuna menjalankan ritual hingga kerasukan atau
Wiwaha (Abimanyu, 2014 : 29). Tugas hidup kerawuhan dahnyang membuat Sredek menjadi
amemayu hayuning bawana, oleh Ki Ageng sosok wanita tangguh kuat.
Suryamentaram dan Ki Hajar Dewantara, Kerawuhan atau trance merupakan
dikembangkan menjadi mahayu hayuning sarira, fenomena bisa dijumpai di berbagai kebudayaan
mahayu hayuning bangsa, mahayu hayuning bawana masyarakat di seluruh dunia, bukan hanya di Bali
( memelihara dan melindungi keselamatan (Dibia, 1994 : 8). Kekuatan yang dimiliki Sredek
pribadi, bangsa, dan dunia) (Timoer, 1993: 35). menyebabkan semua permintaan yang muncul
Kejawen Sredek adalah ilham dari Tuhan. dari masyarakat menjadi terkabul. Saat Sredek
Orang yang menerima ilham sangat tenang dan sudah kerawuhan dahnyangnya, Sredek menjadi
tidak peduli dengan apa yang datang. Yang pasti seseorang yang berbeda. Gerak tubuhnya seakan
ia sangat ingin menerima sesuatu dengan penuh bukan dari dirinya sendiri, namun berasal dari
gairah. Dan dengan memfokuskan pikirannya gerak dahnyang yang merasuki Sredek. Eliade juga
pada pikiran gaib, dengan sadar atau tidak sadar, menjelaskan simbol dan mitos memberi daya
manusia menerima ilham (Khan, 2002: 304). tarik pada imajinasi yang sering hidup di atas
Gendhing–gendhing yang digunakan Sredek ide kontradiksi. Keduanya memikat orang
mempunyai latar belakang kejawen, sehingga sepenuhnya, emosi, kehendak, dan bahkan aspek
Sredek dipercayai memiliki sebab akibat untuk kepribadian yang bersifat bawah sadar (Sumadi,
masyarakat. Sebab akibat tersebut dapat kita lihat 2009 : 270).
dalam makna gendhing–gendhing baku rasulan Gerak tubuh dan doa – doa dari Sredek
dalam ritual Sredekan. mempuyai pengaruh kuat dari dahnyang yang
sudah merasuki Sredek melalui alam bawah sadar
Sredek. Gendhing–gendhing larangan menjadi baku
karena merupakan kelangenan atau kesukaan dari

Volume 17 Nomor 1 Bulan Mei 2017 45


Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

dahnyang Dukuh Ngledoksari. Begitu juga Makna yang ditimbulkan dari pemilihan
gendhing Sredekan mempunyai makna tersendiri. gendhing– gendhing larangan merupakan makna
Berikut penjabaran makna tiap gendhing baku yang timbul dari judul gendhing. Judul gendhing
yang digunakan untuk rasulan dalam ritual merupakan simbol dari maknagendhing–gendhing
Sredekan. larangan.
Pertama, makna gendhing–gendhing Kedua, makna Gendhing–Gendhing
larangan. Setiap pemilihan gendhing mempunyai Sredekan. Gendhing– gendhing baku Sredekan
makna tersendiri untuk masyarakat. Makna mempunyai makna namun bukan dari judul
ditimbulkan dari judul gendhing, isi teks gendhing, gendhing. Pemaknaan gendhing–gendhing baku
maupun kesakralan atas kegunaan gendhing Sredekan lebih dipengaruhi oleh dahnyang dari
tersebut. Ada kata – kata tertentu yang menarik Sredek bernama Den Bagus Bayi. Penampilan
berkah tertentu dalam kehidupan (Khan, 2002 : tayub sebagai hiburan pribadi ini hanya bisa
317). Penggunaan gendhing–gendhing larangan, terlaksana dengan hadirnya teledek, yaitu penari
menarik berkah tertentu dalam suatu kehidupan, wanita yang bertugas sebagai penghibur para pria
sehingga pemaknaan timbul dari judul gendhing. yang ngibing atau menari bersamanya. Yang
Berikut penjelasan tiap gendhing baku larangan di menjadi sumber penggarapan gambyong di Pura
Dukuh Ngledoksari. Mangkunegaran bukanlah teledek yang sedang
1. Gendhing Eling – Eling menari bersama penari pria, tetapi
Gendhing Eling – Eling mempunyai makna penampilannyaketika ia sedang menari sendiri
agar manusia selalu ingat akan tujuan, sambil berusaha menarik pria yang berduit yang
gagasan fikiran hidup dan ingat leluhur atau ingin ngibing bersamanya. Sudah barang tentu
dahnyang yang berada di Dukuh. karena tujuan penciptaan tari gambyong sangat
2. Gendhing Slamet berbed dengan penampilan penari teledek pada
Gendhing Slamet mempunyai makna untuk waktu menari sendiri sambil menarik perhatian
menyelamatkan hidup manusia di dunia pria yang berada di sekitarnya, tembang atau
beserta anak cucunya. nyanyian Jawa yang dilantunkan ditiadakan.
3. Gendhing Pedaringan Kebak Selain itu, apabila penari teledek dalam menari
Gendhing Pedaringan Kebak mempunyai makna ia lebih banyak melakukan gerak – gerak
agar rejeki yang disimpan tidak cepat habis improvisasi, gambyong memiliki patokan –
walaupun selalu diambil untuk suatu patokan yang telah ditentukan oleh istana
kebutuhan, dan agar rejeki yang dikumpulkan (Soedarsono, 2002 : 307).
tidak diambil oleh lelembut. Pedaringan Para koreografer masih memiliki peluang
Kebak juga bermaksud agar hasil pertaian untuk mencipta gambyong dengan gaya pribadi,
masyarakat Dukuh Ngledoksari berlimpah yang biasanya diberi nama sesuai dengan
dan dapat mengisi pedaringan sampai penuh. gending atau lagu gamelan yang mengiringi,
4. Gendhing Bondhet seperti misalnya Gambyong Pangkur, Gambyong
Gendhing Bondhet mempunyai makna agar Sumyar, dan Gambyong Ayun – ayun (Soedarsono,
kehidupan manusia didunia gesang 2002 : 308).
bebondhetan. Gesang bebondhetan yang dimaksud Berbagai gendhing–gending baku rasulan
adalah diberi panjang umur sampai beberapa mempunyai makna yang menimbulkan interaksi
keturunan dari anak, cucu, buyut, dan bila simbolik di dalam ritual Sredekan. Berawal dari
Tuha menghendaki diharapkan masyarakat mempunyai keinginan terhadap desa
kehidupannya sampai keturunan canggah. maupun masyarakat itu sendiri, kemudian
5. Gendhing Kebo Giro meminta bantuan seseorang yang dipercaya
Gendhing Kebo Giro mempunyai makna mempunyai asep baik bagi masyarakat. Asep yang
mengusir segala lelembut yang sering dimaksud merupakan pengaruh terhadap
mengganggu manusia agar kembali ke tempat masyarakat. Sredek dipercaya mampu
asalnya. menyampaikan doa atau keinginan masyarakat.
Melewati ijin dahnyang dari suatu Dukuh dan

46 Volume 17 Nomor 1 Bulan Mei 2017


Makna Gendhing–Gendhing Baku Rasulan dalam Ritual Srèdèkan Nil Ikhwan & Intan Fatimah Syariasih

Sredek menyampaikan ke Tuhan YME, hal ini Makna gendhing larangan berasal dari judul
telah membentuk sebuah interaksi. Masyarakat gendhing dan ritual yang dilaksanakan. Makna
membutuhkan upacara karena dengan gendhing larangan antara lain; mengingatkan
mengadakan upacara tersebut, mereka akan manusia akan tujuan dan gagasan fikiran hidup;
selalu dilindungi oleh Yang Maha Kuasa menyelamatkan hidup manusia di dunia beserta
(Soetomo dan Woewarso, 1988/1989: 76). Untuk anak cucunya, melancarkan rejeki masyarakat
memenuhi keinginan, masyarakat dan Sredek agar pedaringan yang dimiliki selalu penuh; dan
sudah menjalin beberapa interaksi. Interaksi agar usia manusia sampai keturunan anak, cucu,
adalah merupakan hubungan timbal balik yang buyut bahkan canggah bila Tuhan menghendaki.
dinamis (Soetomo dan Woewarso, 1988/1989: Makna gendhing baku Sredekan ditimbulkan dari
75). dahnyang Sredek. Dahnyang Sredek dipanggil saat
ritual dan Sredek mengalami kerawuhan sampai
Kesimpulan Sredekan selesai disajikan. Kedua gendhing baku
rasulan digunakan untuk pemenuhan kepada
Ritual Sredekan tercipta karena adanya dahnyang Dukuh Ngledoksari dan sebagai sarana
bakat dan wahyu dari Allah SWT yang hiburan masyarakat atas bersih dusun yang
diturunkan kepada Sredek, dan suatu tekat hidup dilaksanakan.
Sredek dalam menyambung hidup di dunia.
Ritual Sredekan mempunyai tiga kegunaan yaitu, Kepustakaan
ikral, ngluwari ujar, dan rasulan. Ritual Sredekan aktif
dijalankan masyarakat untuk rasulan, misalnya di Abimanyu, Petir. 2014. Mistik Kejawen : Menguak
Dukuh Ngledoksari. Masyarakat Dukuh Rahasia Hidup Orang Jawa. Jogjakarta :
Ngledoksari mempercayai ritual Sredekan karena Palapa.
memberi makna untuk masyarakat dan Dukuh. Dibia, I Wayan. 1994. “Tari-Tarian Bali Kreasi
Rasulan dalam ritual Sredekan mempunyai Baru : Bentuk, Pertumbuhan dan
gendhing baku yang dibagi menjadi dua yaitu, Perkembangannya”. Artikel lengkap
larangan dan Sredekan. Gendhing larangan terdiri dalam Jurnal Seni Budaya Mudra No. 2
dari lima gendhing antara lain, Eling – Eling Slendro Th.II, Denpasar : STSI Denpasar.
Manyura, Slamet Slendro Manyura, Pedaringan Kebak Endraswara, Suwardi. 2006. Metode Penelitian
Slendro Manyura, Bondhet Slendro Sanga, dan Kebo Kebudayaan. Yogyakarta : Gadjah Mada
Giro Slendro Sanga. Gendhing Sredekan terbagi University Press.
menjadi lima antara lain, Pangkur Pelog Barang, __________________. 2006. Mistik Kejawen;
Bendrong Slendro Manyura, Jangeran Slendro Sanga, Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam
Paman Doplang Pelog Nem, dan Jangkrik Genggong Budaya Spiritual Jawa. Yogyakarta:
Slendro Sanga. Penyajian gendhing larangan disela- Narasi.
sela penyajian gendhing Sredekan. Penyajian Haryono, Sutarno. 2003. Tayub dalam Ritual Bersih
gendhing Sredekan yang utama, Pangkur. Setelah Desa : Sebuah Study Kasus di Jogowangsan,
Pangkur, penyajian gendhing larangan. Gendhing Tlogorejo, Purworejo, Jawa Tengah.
larangan hanya menggunakan buka gendhing, Yogyakarta : Yayasan Lentera Budaya.
penyajian gendhing yang utuh terdapat pada Jaiz, M.H. Amien. 1980. Masalah Mistik Tasawuf
gendhing Kebo Giro. Di setiap gong buka gendhing, dan Kebatinan. Bandung: Alma’arif.
Sredek, pak RW dan pak RT menjatuhkan uang Khan, Hazrat Inayat. 2002. Dimensi Mistik Musik
receh. Saat gendhing Kebo Giro disajikan, dan Bunyi. Yogyakarta : Pustaka Sufi.
masyarakat Dukuh Ngledoksari memasukkan Martapangrawit. 1975. Catatan Pengetahuan
uang seikhlasnya ke beri. Gendhing Kebo Giro selesai Karawitan I. ASKI Surakarta.
bila barisan masyarakat Dukuh Ngledoksari Soetomo WE dan Tjoek Soewarso BA. 1988/1989.
tidak ada yang memasukkan uang lagi. Upacara Tradisional Jawa Tengah. Proyek
Dilanjutkan gendhing Sredekan Bendrong, Jangeran, Inventarisasi dan Dokumentasi
Paman Doplang, dan Jangkrik Genggong. Kebudayaan Daerah Jawa Tengah.

Volume 17 Nomor 1 Bulan Mei 2017 47


Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Soedarsono, R. M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia _________________. 2007. Bothekan Karawitan II :


di Era Globalisasi. Gadjah Mad University Garap. ISI Press Surakarta.
Press. Timoer, Soenarto. 1993. Nilai Keterbukaan Budaya
Sumadi, Ketut. 2009. “Modal Budaya Sebagai Tradisional Jawa dalam Jurnal Menggali
Dasar Pengembangan Pariwisata di Filsafat dan Budaya Jawa. Surabaya :
Desa Adat Kuta”. Disertasi Program Lembaga Javanologi.
Pascasarjana Universitas Udayana
Denpasar. Narasumber
Supanggah, Rahayu. 2002. Bothekan Karawitan I. 1. Ratno (46 tahun), Kepala RW Ngledoksari,
Ford Foundation & Masyarakat Seni Ngledokari rt 1 rw 12
Pertunjukan Indonesia. 2. Sredek (77 tahun), Pembeksa dan pemimpin
ritual Sredekan, Puntuk Unggul, rt 1 rw
17 Tunggul Rejo, Jumantono

48 Volume 17 Nomor 1 Bulan Mei 2017

You might also like