You are on page 1of 18

MAKALAH SOSIOLOGI

“ISLAM DAN PERUBAHAN SOSIAL”


Dosen Pengampu : Dr. Sahrul, M.Ag

Disusun Oleh : BPI-A/V


Kelompok 6

Marzuki Lutfi Nasution 0102201024

Mega Julia Hutagalung 0102201039

Nur Febriyani 0102201027

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT kareka telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ISLAM DAN PERUBAHAN SOSIAL”.
Adapun tujuan kami menulis makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Sosiologi.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Dr. H. Sahrul, M.Ag


sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Sosiologi dan orang-orang sekitar kami. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan
atau kesalahan dalam makalah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami memohon maaf sebesar-besarnya bila makalah ini banyak
kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 26 0ktober 2022

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................ 3
PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A. Konsep Perubahan Sosial ................................................................ 3
B. Ruang Lingkup Perubahan Sosial ................................................... 4
C. Faktor-faktor yang Mempengruhi Perubahan Sosial .................... 5
D. Teori-teori Perubahan Sosial Barat ................................................ 8
E. Pandangan Islam Tentang Perubahan Sosial ............................... 11
BAB III ..................................................................................................... 14
PENUTUP ................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ..................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada ada dasarnya perubahan adalah suatu keharusan, sebab setiap ciptaan Allah
pasti akan mengalami perubahan, baik dalam arti perubahan yang menuju perkembangan
atau menuju kemusnahan. Sebab seluruh ciptaan tuhan pasti hancur kecuali tuhan sendiri.
Perubahan sosial yang yang dimaksud oleh manusia bukan secara individu melainkan
perubahan antar pribadi seluruh komunitas masyarakat.

Perubahan sosial yang terjadi dewasa ini di tengah-tengah kemajuan ilmu


pengetahuan, teknologi, globalisasi dan Era Millennial tidak bisa dihindari oleh umat
Islam.Mau tidak mau, setuju atau tidak bersentuhan dengan perubahan terjadi kontak dan
percampurbauran kebudayaan.Marwah Daud Ibrahim menjelaskan bahwa perubahan
sosial telah masuk ke dalam rumah.

Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin tidaklah menolak perubahan sosial,
setuju bahkan mendorong terjadinya perubahan.Terutama merubah perilaku buruk, tradisi
berpikir tradisional menjadi rasional, bermanfaat bagi umat manusia dan terbentuknya
masyarakat Islami yang benar benar tunduk dan patuh terhadap tuntutan Ilahi. Ketika
muncul perubahan sosial yang mengarah pada kerusakan akhlak dan bertentangan dengan
ajaran Islam maka sikap Umam umat memfilter kebudayaan yang layak untuk diterima
atau ditolak.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Perubahan Sosial ?


2. Apa Saja Ruang Lingkup Perubahan Sosial ?
3. Apa Saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial ?
4. Apa Saja Teori-Teori Perubahan Sosial Barat ?
5. Bagaimana Pandangan Islam Tentang Perubahan Sosial ?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Konsep Perubahan Sosial?


2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Perubahan Sosial ?
3. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial?
4. Untuk mengetahui Teori-Teori Perubahan Sosial?
5. Untuk mengetahui Pandangan Islam Mengenai Perubahan Sosial ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Perubahan Sosial

Di kalangan para ahli beragam pendapat tentang perubahan sosial sebagai berikut:
Parsudi suparlan dalam A.W. Widjaya mendefinisikan perubahan sosial adalah perubahan
pada struktur sosial dan interaksi sosial antara lain mencakup peran dan status, komunikasi
dalam keluarga, sistem politik dan percepatan sebaran penduduk.Sedangkan pengertian
perubahan kebudayaan yaitu perubahan gagasan, aturan, norma-norma, karakter,
teknologi, selera, rasa keindahan, seni dan bahasa. 1

Soerjono Soekanto menjelaskan perubahan sosial adalah bagian dari perubahan


kebudayaan dan cukup sulit ditarik garis pemisah antara keduanya. 2Pendapat yang sama
juga dikatakan oleh Muslim Abdurrahman perubahan sosial juga bagian dari perubahan
kebudayaan. 3Unsur-unsur nya terdiri atas tiga hal yaitu budaya, sosial dan kepribadian.
Budaya yaitu selalu dikaitkan dengan ide atau gagasan karakter nilai nilai yang dianut oleh
setiap individu maupun kelompok masyarakat.sosial ialah suatu sistem yang berkaitan
dengan sejumlah peranan kelompok dalam masyarakat.Kepribadian yaitu tata nilai atau
perilaku yang dimiliki oleh individu, dan masyarakat, ada yang bersifat baik dan buruk.
Masalah budaya dan sosial lebih bersifat idealis, tetapi dalam prakteknya dapat diamati
secara empiris.Masalah kepribadian jelas batasannya, karena terkait dengan perbuatan
baik jujur dan buruk dan hal itu juga dapat diamati secara nyata dalam kehidupan
masyarakat.
Dalam pandangan Ibnu Khaldun sebagai seorang pemikir pertama mengenai
perubahan sosial menjelaskan, perubahan sosial merupakan pergerakan secara historis dari
masyarakat nomaden (berpindah-pindah) menuju masyarakat yang menetap.Dalam
pandangan Khaldun, masyarakat tidak bersifat statis, tetapi akan terus mengalami
perubahan sebagaimana kondisi alam, agama, bangsa dan kebudayaan. Semua itu berbeda
sesuai dengan perbedaan hari, masa peralihan dari satu keadaan menuju ke keadaan yang

1
A.W. Widjaya, Individu, Keluarga dan Masyarakat (Jakarta: Pressindo,1986), h. 106.
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press,1994), h.142.
3
Muslim Abdurrahman, Islam Transformatif (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h. 174.
3
lain.Nabi Muhammad SAW telah membawa perubahan sosial terbesar yaitu dapat dilihat
dari caranya ketika mengubah sosial kultural atau kebiasaan budaya yang waktu itu dari
masyarakat yang suka perang, hobby mabuk mabukan, membunuh menjadi masyarakat
yang kaya akan intelektual progresif dan kebiasaan kebiasaan buruk itu pun hilang.

Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa


perubahan sosial ialah perubahan pola berpikir, tingkah laku, sosial, bahasa, budaya,
politik, ilmu pengetahuan dan teknologi.Memiliki dampak positif dan negatif terhadap
kehidupan masyarakat.

B. Ruang Lingkup Perubahan Sosial

Ruang lingkup kajian perubahan sosial sebenarnya cukup luas yaitu meliputi
seluruh aspek kehidupan masyarakat tetapi tidak semua aspek tersebut akan mampu
dibicarakan secara tuntas karena itu J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto membagi tiga
bidang pembahasan perubahan sosial (1).struktur sosial (2).kultural dan (3).
interaksional. 4Bidang kajian yang lebih umum ditambahkan oleh Basrowi yaitu
pendidikan, ekonomi, hukum, komunikasi dan teknologi. 5

Kalau dikaitkan dengan cepatnya perubahan sosial dewasa ini maka ruang lingkup
perubahan sosial tidak lagi fokus pada beberapa aspek tersebut di atas tetapi juga dikaitkan
dengan faktor manusia, Konsumerisme-Materialisme dan sikap beragama masyarakat
meliputi:(1). Religius (2). Moderat (Islam jalan Tengah) dan (3). Islam Simbolis.

Faktor manusia yakni dikaitkan bahwa manusia yang dapat menentukan perjalanan
sejarah hidupnya bukanlah oleh orang lain.Karena manusia telah diberikan kekuatan akal
yang tidak ada pada makhluk lain konsumerisme-Materialisme bahwa kecenderungan-
kecenderungan masyarakat belakangan lebih bersifat konsumtif dan Materialisme yakni
cenderung mengejar kehidupan duniawi mengabaikan terhadap kehidupan
akhirat.Sedangkan sikap beragama ditemukan beberapa tipologi penganut agama moderat

4
J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Ed. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan
(Jakarta: Encanaa, 2005), h. 342.
5
Basrowi, Pengantar Sosiologi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h.156.
4
dan Islam Simbolis.Religius maksudnya tidak terkontaminasi dengan perbuatan bid’ah,
khufarat dan takhayul.Islam moderat yakni mengakomodasi praktek-praktek keagamaan
lokal sering dikatakan sunnah nabi padahal tidak pernah dipraktekkan oleh nabi
Muhammad SAW. Sedangkan Islam Simbolis identik dengan Islam kartu tanda penduduk
atau KTP.Menurut Clifford Geertz disebut Islam abangan penganut Islam Simbolis ini
jauh lebih besar jumlahnya dari sikap beragama religius atau Islamis. Mengukurnya cukup
cukup sederhana lihatlah jamaah masjid di sekitarmu penduduknya mayoritas tetapi
jamaahnya minimalis.

C. Faktor-faktor yang Mempengruhi Perubahan Sosial

Terjadinya perubahan sosial di masyarakat disebabkan oleh dua faktor yaitu


internal dn eksternal. Faktor internal yaitu sisi dalam meliputi (1). Bertambah dan
berkurangnya penduduk pada masyarakat kota dan desa; urban dan transmigrasi. (2).
Penemuan-penemuan baru terutama dalam bidang teknologi. (3). Konflik sosial antara
individu, anggota dan kelompok. (4). Terjadinya perang saudara atau pemberontakan
dalam negeri. (5). Faktor manusia yang mau merobah nasib (diri).

Faktor eksternal yaitu faktor luar meliputi (1). Lingkungan sekitar manusia,
misalnya terjadi gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, semburan lumpur dan angin puting
beliung. Menyebabkan masyarakat pindah ke tempat-tempat pengungsian dan mencari
hunian baru. Ketika berada di tempat pengungsian baru maka terjadi percamburbauran
budaya. Sedikit atau banyak akan mempengaruhi pola hidup. (2). Timbulnya konflik dan
peperangan yang mengakibatkan rusaknya tatanan masyarakat sehingga terjadi migrasi
(eksodus) penduduk dari suatu negara ke negara lain. (3). Pengaruh kebudayaan
misalnya, asimilasi, pameran budaya bersama dan saat ini sedang terjadi yaitu pengaruh
globalisasi sehingga cukup mudah mengakses kebudayan-kebudayaan yang berkembang
di seluruh dunia. 6 (4). Pengaruh penyebaran virus corona covid-19 kepada kehidupan
sosial bahkan dunia.

Jalaluddin Rakhmat, mendeskripsikan tiga faktor utama yang menyebabkan terjadi


perubahan sosial. (1). Muncul ide-ide besar dalam pikiran manusia cerdas, kreatif, dan

6
Soerjono Soekanto, Sosiologi, h. 359-360.
5
inovatif. (2). Lahirnya pemimpin-pemimpin besar di dunia yang bisa merobah corak
berpikir dan perbuatan manusia (3). Timbulnya gerakan sosial di masyarakat. Misal,
revolusi sosial karana lebarnya kesenjangan sosial antara golongan kaya dengan fakir dan
miskin serta gerakan reformasi. 7

Dalam pandangan Islam, faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan sosial. (1).


Perubahan akidah dari musyrik menjadi muslim. Hal itu banyak terjadi di kalangan para
budak yang dimerdekakan oleh Rasullah SAW dan para sahabat. (2). Dibukanya pintu
ijtihad untuk membuka ruang rasionalitas sehingga senantiasa berpikiran maju, berkarya
dan berdaya saing. Mirip dengan teologi transformatif ASWAJA (Ahlus-sunnah wa al-
Jamaah) yang muktazillah. (3). Menyeimbangkan kehidupan dunua dan akhirat,
maknanya yaitu kehidupan dunia tidak boleh diabaikan tetapi dijadikan sebagai pintu
masuk untuk memperoleh kebahagian kelak di sorga

Perubahan akidah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya telah membawa


perubahan besar bagi individu maupun kelompok bahkan negara. Terutama dari segi
perubahan kebudayaan menuju masyarakat Islam. Dibukanya pintu ijtihad memberi
peluang kepada intelektual muslim dan para ulama untuk menerjemahkan Islam kedalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan, menafsirkan Islam secara konperehensif, dan
memaknai Islam tidak hanya sebatas ubidiyah. Di sinilah pentingnya pembaruan Islam
atau tajdid. Makna tajdid yakni melakukan pembaruan, dalam artian bukanlah agama
Islam yang dirombak, dimodifikasi maupun ditambah dan dikurangi tetapi diperlukan
pribadi, kelurga masyarakat maupun negara.8

Terkait dengan tajdid, M.Amien Rais menjelaskan ada lima agenda utama
pembaruan Islam, yaitu :

1. Permbaruan akidah. Maksudnya bukanlah merobah akidah tetapi melakukan


pemurnian (tanzih) atau pembersihan dari unsur-unsur syirik, bid’ah, khurafat dan
takhayul.
2. Pembaruan pemahaman teologi Islam dalam arti berupaya membumikan ajaran
Islam dalam kehidupan individu, keluarga dan masyarakat. Teologi bukanlah
sekedar pemahaman tentang sifat-sifat Allah saja, sering disebut dua puluh.

7
Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial (Bandung; Rosdakarya, 2000), h. 47.
8
M. Amien Rais, Tauhid Sosial (Bandung: Mizan, 1998), h. 53.
6
Apakah seorang muslim pelaku dosa besar disebut muslim atau bukan? Apakah
Alqur’an makhluk atau bukan? Teologi yang diinginkan yaitu teologi tekstual
menuju kontekstual yang dapat merobah dan mengatasi permasalahan umat
3. Umat Islam selalu dimotivasi untuk memperbarui ilmu pengetahuan dan
teknologinya. Usai shalat doa kaum muslimin; Ya Allah Tuhan kami berikanlah
kepada kami kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad SAW
bersabda artinya; barangsiapa yang ingin sukses kehidupan di dunia, maka wajib
baginya menguasai ilmu, barangsiapa yang ingin sukses dalam kehidupan akhirat
maka wajib baginya menguasai ilmu; dan barangsiapa yang ingin sukses di dunia
dan akhirat maka wajib baginya menguasai ilmu. Karena itu, kepada umat Islam
Indonesia apabila ingin menguasai masa depan dan bersaing dengan umat lain
maka kata kuncinya pentingnya penguasaan iptek dan melakukan kegiatan
penelitian dan pengembangan . Seperti yang dilakuka umat islam pada periode
Bani Abbasiyah di Baghdad, era kejayaan di masa lalu.
4. Umat Islam haruss mulai memodernisasi diri dalam bidang organisasi dan
manajemen. Dewasa ini masih dirasakan bersama betapa lemahnya organisasi
Islam dalam bidang manajamen. Masih banyak ditemukan bersifat tradisional,
pemimpin tidak berwawasan masa depan, bersifat eksklusif, tidak memiliki
jaringan kerjasama, terjadi konflik antar pengurus dalam tubuh organisasi dan
kurang memiliki program kerja nyata yang bisa diwujudkan. Dari segi fasilitas
perkantoran cukup minim, misalnya kurang optimal menggunakan komputer
sebagai perangkat kerja, maupun intertnet. Pada hal saat ini merupakan kebutuhan
primer perkantoran untuk dapat mengakses perkembangan dunia mapun kemajuan
ilmu penegetahuan dan teknologi. Kalau tidak akan ketinggalan zaman.
5. Pembaruan etos kerja yang lebih Islami. Kerja keras, jujur disiplin dan menghargai
waktu merupakan suatu etos kerja yang dijelaskan dalam Alqur’an. Tetapi kadang-
kadang di sebagian kalangan kaum muslimin kurang memahami pesan-pesan yang
di sampaikan oleh Alqur’an. Kadang-kadang Alqur’an bagi umat Islam dianggap
sebagai bahan bacaan saja, dibaca secara rutin dan dipandang sebagai ibadah.
Seharusnya adalah dikaji secara mendalam sehingga mendorong etos kerja umat
Islam semakin meningkat. 9

9
Ibid, h. 53-59.
7
Berkaitan dengan kerja inilah Azyumardi Azra dalam Nurcholish Madjid
menyatakan bahwa seluruh agama di dunia, dapat dikatakan cukup menekankan sikap
disiplin, etose kerja, motoivasi dan prestasi merupakn nilai-nilai Islam yang kelak
ditransformasikan ke dalam etika sosial. Bahkan sikap disiplin, misalnya menjadi bagian
integral dari keabsahan ibadah-ibadah keagamaan. Dengan kata lain, tanpa pemenuhan
disiplin, etos kerja yang telah ditetapkan oleh hukum-hukum agama menjadi tidak sah
bahkan sia-sia. Demikian pula transformasi sosial (perubahan sosial) dan pembaruan etos
kerja dalam kehidupan umat harus merupakan sebuah kebutuhan yang harus segera
diwujudkan.10

D. Teori-teori Perubahan Sosial Barat

Teori-teori perubahan sosial dunia Barat pada umumnya dimulai dari perubahan
struktur budaya, struktur sosial dan struktur teknik. Struktur budaya meliputi agama, dan
nilai-nilai seperti kapitalisme, liberalisme, nasionalisme, demokrasi dan marhaenisme.
Struktur sosial yakni kelompok yang terorganisir dalam lembaga-lembaga, tidak perlu
lembaga formal. Termasuk dalam struktur sosial ialah jamaah, umat dan suku. Struktur
teknik yaitu realitas sosial yang menjadi sarana mencapai tujuan ke negaraan. Termasuk
di dalamnya struktur kepemimpinan, struktur kekuasan, teknik, legisltif (pembuat undang-
undang), yudikatif, eksekutif, struktur kepartaian dan struktur kepemilikan; kelas atas,
menengah, dan kelas bawah. 11

Ketiga teori perubahan sosial Barat tersebut di atas, agaknya cukup sulit dijelaskan
mana yang lebih besar pengaruhnya terhadap masyarakat. Kalau dirujuk pada teori
Marxian (pengikut Karl Marx) misalnya bahwa struktur sosial sebagai variabel terpenting
yang mempengaruhi terjadinya perubahn sosial. Berbeda dengan teori Weberian (pengikut
Max Weber) yang menyebut bahwa struktur teknik jauh lebih besar pengaruhnya di
masyarakat. Sedangkan Emile Durkheim (1858-1917) berpendapat bahwa kalau ingin
melakukan perubahan sosial secara masif mulailah perubahan dari struktur budaya baru
beralih ke struktur sosial dan struktur teknik. Apa yang dikatakan oleh Emile Durkheim
kalau dicermati merupakan gabungan pendapat (teori) Marxian dan Weberian. Meskipun

10
Nurcholis Madjid, et, al, kehampaan, h. 389.
11
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Bayang Masjid (Bandung: Mizan, 2001), h. 317.
8
demikian ditemukan perbedaanya bahwa struktur budaya adalah perubahan pada nilai-
nilai sosial yang mempengaruhi struktur sosial dan struktur teknik.

Teori perubahan sosial tersebut diatas, kalau dianalisis secara cermat maka lebih
cenderung menjelaskan kondisi sosial primer manusia (lahiriyah) dan tidak ada sedikitpun
menyinggung tentang spiritual (rohani) manusia sebagai faktor terpenting penyeba b
terjadinya perubahan sosial. Mengapa demikian ? karena pada umumnya sosiolog Barat
tunduk pada apa yang dillihatnya secara empiris di luar itu tidak akan dibahasnya

Di luar tiga teori tersebut di atas, ada juga sebagian para ahli berpendapat bahwa
terjadinya perubahan sosial dikaitkan dengan teori sosio-historis. Menurut teori ini
terjadinya perubahan sosial karena faktor latarbelakang sejarah yang menekankan proses
evaluasi di masyarakat. Ada dua model asumsi yang dikemukakan (1). Perubahan sosial
sebagai suatu siklus. (2). Perubahan sosial sebagai suatu perkembangan alamiah .12

Perubahan sosial sebagai siklus yakni cukup sulit ditentukan awal mula terjadinnya
perubahan sosial. Perubahan sosial di masyarakat cenderung di pahami sebagai
sunnatullah yaitu proses alami dengan melihat sejarah sebagai rentetan peristiwa yang
tidak pernah berakhir. Tokoh-tokoh penganut teori ini antara lain, yaitu Ibn Khaldun
(1332-1406), sosiolog muslim, Aronold Josep Tonbee (1889-1975), sosiolog Inggris dan
Pitirim Sorikin (1889-1968), sosiolog Rusia.

Perubahan sosial sebagai sebuah proses perkembangan biasanya terjadi secara


lamban tetapi pasti dan akan selalu bergerak terus menrus tiada henti sampai pada akhirnya
terjadi perubahan pada struktur sosial dan budaya yang kompleks dan modern. Dalam teori
etnik Jawa disebut teori selamat (alon alomn asal kelakon) biarlah lambat asal selamat
sampai ketujuan. Tokoh-tokoh penganut teori ini, antara lain Auguste Comte (1798-1853),
Herbert Spencer (1820-1903) dan Emile Durkheim (1855-19717).

Teori berikutnya adalah teori struktural fungsional. Menurut teori ini perubahan
sosial terjadi karena faktor dinamika adaptif-menuju keseimbangan baru, akibat
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Berkaitan dengan hal ini, Usman Pelly dan Asih

12
J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, ed, Sosiologi, h. 357.
9
Menanti menjelaskan maksud pengaruh eksternal yaitu pengaruh modernisasi yang
banyak menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Berbeda dengan teori struktural
fungsional, teori psikologi sosial menjelaskan bahwa terjadi perubahan sosial sebagai
peran individual yang selalu berpikir rasional, kreatif, inovatif dan berwawasan masa
depan. 13

Berbeda dengan teori psikologi sosial, teori konflik menjelaskan bahwa terjadinya
perubahan sosial karena timbulnya persaingan, ktidakharmonisan (pertikaian) dan sikap
saling bertentangan di masyarakat. Persaingan di sini di pahami bukanlah untuk saling
menghancurkan satu sama lain tetapi lebih tepat dipahami sebagai bentuk persaingan sehat
atau kompromi untuk kemajuan bersama. Ral Dahrendrof (1929-2009) mengemukakan
beberapa ciri teori konflik 14, sebagai berikut :
1. Masyarakat pada umumnya berada pada situasi konflik
2. Konflik-konflik sosial disebabkan karena adanya kepentingan, persaingan
dan sikap kontradiktif
3. Kepentingan individu mapun kelompok cenderung bersifat polarisasi
4. perubahan sosial merupakan akibat dari konflikn sosial yang tidak mungkin
ditolak dan dicegah oleh masyakarat
Berkaitan dengan sumber konflik, di antaranya :
1. Timbulnya perbedaan kepentingan antara kelompok berkuasa dan yang
dikuasai atau antara pemimpin dengan yang dipimpin. Di Indonesia
pemerintah dengan partai diluar pendukung pemerintahan
2. Terjadinya polarisasi kekuasaan artinya kesenjangan antara pemimpin dan
rakyat. Penguasa hidup mewah tetapi rakyat hidup tidak sejahtera
3. Kesalahan dalam melaksanakan wewenang, kekusaan dan kepemimpinan.
Ketika pemimpin tidak melaksanakan wewenangnya maka sering
menimbulkan konflik sosial di masyarakat yang cukup sulit di atasi.
Pada masyarakat majemuk, ada tiga sumber konflik, yaitu :
1. Perebutan pengelolaan sumber daya alam, alat-alat produksi dan sumber-
sumber ekonomi di kuasai oleh minoritas sedangkan kelompok mayoritas
lebih cenderung mengurusi pemerintahan

13
Usman Pelly dan Asih Menanti, Teori-teori Sosial Budaya (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), h. 195.
14
Soerjono Soekanto, Sosiologi. H. 79.
10
2. Perluasan batas-batas kelompok sosial budaya. Contoh, perluasan
pemukiman di kota dan desa serta transmigrasi.
3. Benturan kepentingan politik antara pemerintah dan opisisi. Pada
umumnya berkaitan dengan jabatan, kepemimpinan, benturan ideologi,
agama, kepentingan pemerintah dan rakyat yang selalu berbeda . 15

E. Pandangan Islam Tentang Perubahan Sosial

Sebelum membahas tentang perubahan sosial dalam perspektif Islam secara


terperinci, terlebih dahulu dikemukakan oleh teori- teori Islam tentang perubahan
sosial.Teori tersebut dirujuk pada Q.S Ar-Ra’du (13:11), sebagai berikut:

‫ّللاَ ََل يُغَيِّ ُر َما بِّقَ ۡو ٍم َحتٰى يُغَيِّ ُر ۡوا َما‬ ٰ ‫ت ِّم ۡۢۡن بَ ۡي ِّن يَدَ ۡي ِّه َو ِّم ۡن خ َۡل ِّف ٖه يَ ۡحفَظُ ۡونَهٗ ِّم ۡن ا َ ۡم ِّر‬
ٰ ‫ّللاؕ ِّ ا َِّّن‬ ٌ ‫لَهٗ ُمعَ ِّق ٰب‬
‫س ۡۤو ًءا فَ ََل َم َردَّ لَ ٗهۚ َو َما لَ ُه ۡم ِّم ۡن د ُۡونِّ ٖه ِّم ۡن َّوا‬ ٰ َ‫ٍبِّا َ ۡنفُ ِّس ِّه ۡمؕ َواِّذَ ۤا ا َ َراد‬
ُ ‫ّللاُ بِّقَ ۡو ٍم‬
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan
dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Berdasarkan ayat tersebut di atas, Djafar Syah Idris mendeskripsikan empat teori
perubahan sosial dalam Islam yaitu:
1. Allah SWT Maha kuasa, Maha Agung, Maha mulia dan memiliki kekuasaan
mutlak di alam semesta langit dan bumi.
2. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah di muka bumi memiliki kebebasan
berkehendak terbatas sesuai dengan kemampuan akalnya.
3. Manusia dianugerahi oleh Allah SWT akal untuk dapat melakukan perubahan
sosial secara otonom dalam kehidupannya.
4. Perubahan sosial yang dilakukan oleh manusia adalah untuk manusia dan harus
disesuaikan dengan tuntutan Islam. 16

15
Usman Pelly dan Asih Menanti, Teori-teori, h. 66-67.
16
Jakfar Syah Idris, Perspektif Muslim Tentang Perubahan Sosial (Bandung; Pustaka,
1988), h. 33.
11
Pada poin pertama teori perubahan sosial Islam, menyatakan bahwa kekuasaan
Allah SWT maha mutlak di alam semesta dan inilah yang membedakan teori perubahan
sosial Islam dengan teori perubahan sosial barat.Dunia barat pada umumnya beranggapan
bahwa Allah SWT tidak maujud atau tidak ada wujud sehingga segala sesuatu yang
berkaitan dengan fenomena alam dan sosial dapat diatur oleh akal manusia padahal
kemampuan manusia sangat terbatas.

Poin kedua, konsep Islam jauh lebih unggul dari konsep determinisme sejarah yang
beranggapan bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan memilih, segala sesuatu nya
dipaksakan oleh kehendak Tuhan.Dalam Islam Allah SWT memberikan kebebasan, hak
otonomi penuh kepada manusia untuk menentukan masa depannya tetapi harus tunduk
pada hukum moral atau prinsip prinsip akidah Islam.Artinya manusia memiliki kebebasan
tetapi tidak terlepas dari Wahyu sebagai alat ukurnya.

Pada poin ketiga, Allah SWT memberikan kebebasan kepada manusia untuk
melakukan perubahan sosial dalam hidupnya dimulai dari ikhtiar (usaha), sabar dan
Tawakal.Ikhtiar adalah bentuk supaya menentukan jalan hidup dengan bersifat
optimis.Artinya tidak boleh putus asa atas rahmat Allah SWT landasannya adalah Iman
atau keyakinan aqidah.Iman tidaklah bersifat buta dan emosional tetapi atas dasar
pertimbangan ilmu dan rasionalitas. Sabar ialah keteguhan hati dan ketepatan sikap
optimis di dalam mendinamisasi kehidupan pribadi dan umat.Karena itu kurang tepat
sabar dipahami rela menerima apa adanya.Sikap yang benar adalah setelah dilakukan
ikhtiar dan sabar, apapun hasil yang dicapai harus diterima secara ikhlas.Berkaitan dengan
hal ini Allah SWT berfirman sebagai berikut: Dan mohonlah pertolongan dengan sabar
dan shalat dan itu sungguh berat kecuali bagi orang orang yang Khusuk.

Sedangkan Tawakkal ialah sikap atau keyakinan seseorang atas dasar petunjuk
Allah SWT di dalam menjalani kehidupan.Dengan demikian Tawakkal tidak bisa
dipahami dalam makna bersifat pasif dan pasrah tetapi memiliki semangat produktivita,
kesungguhan dan upaya maksimal dalam mengarungi kehidupan dunia.

Pada poin ke empat perubahan sosial yang dilakukan oleh manusia adalah untuk
manusia bukan untuk Sang Khalik.Karena itu harus sejalan dan tidak boleh melenceng
dari tuntutan ajaran Islam.Jika dianalisis keempat teori perubahan sosial tersebut di atas,
12
maka Islam menolak dengan tegas filsafat Materialisme yang menyebut bahwa perubahan
sosial sebatas perubahan fisik. Islam melihat perubahan sosial juga disebabkan oleh faktor
spritual manusia dalam pandangan Islam, manusia bukanlah segala-galanya tetapi
diberikan kebebasan untuk melakukan perubahan sosial dan perubahan kebudayaan harus
sesuai dengan tuntutan Allah SWT.

Pandangan Islam tentang perubahan sosial itu adalah Sunnatullah atau alamiah,
aktornya manusia dan hasilnya adalah untuk kemaslahatan manusia.Syaratnya yaitu
beriman kepada Allah SWT, punya daya saing, ahli dalam berbagai bidang profesi, sukses
dan bertawakal kepada Allah SWT.Beriman kepada Allah SWT merupakan syarat utama
agar perubahan yang dilakukan tidak melenceng dari tuntutan ajaran Islam.

Mengutip Ahmad Syafii Maarif perubahan sosial dalam Islam dimotivasi oleh
faktor Iman Islam dan ijtihad.Iman adalah landasan pokok atau pondasi, tanpa Iman
manusia bagaikan robot berjalan tetapi tidak punya hati untuk mengelola hidupnya.Islam
adalah jalan keselamatan dan kemuliaan. Sedangkan ijtihad digunakan ketika tidak
ditemukan dalil dalam Alqur’an dan sunnah.Pada posisi ini manusia diberi keleluasaan
menggunakan akal untuk mengatur hidup, mencari kehidupan duniawi, sejahtera tetapi
tidak boleh melupakan hari akhiratnya.

Jika dikaitkan pendapat tersebut di atas, maka kehidupan umat Islam dewasa ini
harus bisa memberi arah terhadap perubahan sosial.Landasan atau rujukan adalah Iman
sebagai pendamaian dasar ayat-ayat Alqur’an bisa diterjemahkan ke dalam kehidupan
sosial (normatif-empiris), berikhtiar, punya daya nalar, daya saing,sumber daya manusia
handal dan mampu mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan dan teknologi.Dari
perubahan sosial tersebut diharapkan terbentuk masyarakat ideal yaitu di dalamnya tegak
amar makruf dan Nahi Munkar.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari sisi negatif yakni pola berfikir hampir tidak terkontrol bahkan bersifat bebas
menimbulkan renggangnya hubungan Silaturrahim merusak tatanan akhlak, adat,
kesopanan, tata Pergaulan yang dulunya santun berubah menjadi masyarakat individualis
dan berkarakter keras. Tunduk dan Patuh terhadap ajaran agama beralih menjadi
masyarakat yang tidak menghormati nilai nilai ajaran agama, menghina para nabi
mempermainkan tata cara shalat melalui video Tiktok meskipun tidak seluruh masyarakat
berperilaku demikian.

Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin tidaklah menolak perubahan sosial,
setuju bahkan mendorong terjadinya perubahan.Terutama merubah perilaku buruk, tradisi
berpikir tradisional menjadi rasional, bermanfaat bagi umat manusia dan terbentuknya
masyarakat Islami yang benar benar tunduk dan patuh terhadap tuntutan Ilahi. Ketika
muncul perubahan sosial yang mengarah pada kerusakan akhlak dan bertentangan dengan
ajaran Islam maka sikap Umam umat memfilter kebudayaan yang layak untuk diterima
atau ditolak.

B. Saran

Kami dari kelompok 6 sebagai penulis menyadari bahwasanya makalah ini


memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Tentunya penulis akan
memperbaiki makalah ini dan penulis membutuhkan saran dan juga kritik mengenai
makalah yang telah dibuat. Oleh karena itu, kepada pembaca diharapkan untuk membaca
dan penulis menerima semua saran dan juga kritik dari kalian semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Muslim, Islam Transformatif (Jakarta: Pustaka Firdaus), 1995.

Basrowi, Pengantar Sosiologi (Bogor: Ghalia Indonesia), 2005.

Idris, Muhammad Jakfar Syah. Perspektif Muslim Tentang Perubahan Sosial (Bandung:
Mizan), 1988.

J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Ed. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta:
Encanaa), 2005.
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Bayang Masjid (Bandung: Mizan), 2001.

Rahmat Jalaluddin, Rekayasa Sosial (Bandung; Rosdakarya), 1999.

Rais M. Amien , Tauhid Sosial (Bandung: Mizan), 1998.

Soerjono, Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press), 2002.

Usman Pelly dan Asih Menanti, Teori-teori Sosial Budaya (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan), 1994.

Widjaya, A.W. ed. Manusia Indonesia Individu, Keluarga dan Masyarakat


(Jakarta: Pressindo), 2000.

15

You might also like