You are on page 1of 20

PSYMPATHIC : Jurnal Ilmiah Psikologi eISSN: 2502-2903, pISSN: 2356-3591

Volume 7, Nomor 2, 2020: 217-236 DOI: 10.15575/psy.v7i2.4848

Peran Learning Goal Orientation dan Big Five Personality


terhadap Adaptabilitas Karier Siswa SMK
Jati Fatmawiyati, Duta Nurdibyanandaru, Dewi Retno Suminar
Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga, Jl. Airlangga 4-6, Surabaya, Indonesia
e-mail: jati.fatmawiyati-2017@psikologi.unair.ac.id

Abstract

The purpose of this study is to investigate learning goal orientation (LGO) and Big Five
Personality in effect with carrier adaptability. This study used quantitative approach. Simple
random sampling technique was used to recruit 93 twelve-grades SMKN "X" Malang students
majoring in Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) and Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). We
used adapted instruments consist of LGO Scale, Big Five Inventory (BFI) and Career Adapt-
Abilities Scale (CAAS). The simultaneously regression test shows that both LGO and Big Five
Personality has an effect to carrier adaptability (37%). LGO partially has effect on carrier
adaptability. For all big five personality dimensions, opennes to experience has effect to carrier
adaptability but other dimensions such as extraversion, conscientiousness, neuroticism, and
agreeableness has no effect.

Keywords: learning goal orientation, big five personality, career adaptability, vocational
school student
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh learning goal orientation (LGO) dan big
five personality terhadap adaptabilitas karier. Penelitian memakai pendekatan kuantitatif. Teknik
simple random sampling dipilih untuk menetapkan sampel penelitian sejumlah 93 siswa kelas
XII SMKN “X” Malang jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) dan Rekayasa Perangkat
Lunak (RPL). Penelitiaan memakai LGO Scale, Big Five Inventory (BFI) dan Career Adapt-
Abilities Scale (CAAS) sebagai alat ukur. Uji regresi secara simultan membuktikan terdapat
pengaruh LGO dan big five personality terhadap adaptabilitas karier (37%). Secara parsial, uji
regresi memperlihatkan baik LGO maupun dimensi opennes to experience pada big five
personality memengaruhi adaptabilitas karier. Sedangkan dimensi extraversion,
conscientiousness, neuroticism dan agreeableness pada big five personality tidak memengaruhi
adaptabilitas karier.
Kata Kunci: learning goal orientation, big five personality, adaptabilitas karier, siswa SMK

Pendahuluan dan bakat yang didukung keterampilannya


secara profesional (Kemendikbud, 2017).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Undang-undang mengenai sistem
adalah pendidikan formal jenjang
pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003
menengah yang melaksanakan pendidikan
(Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
kejuruan. Merujuk pada Peraturan
juga menegaskan bahwa pendidikan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990, tujuan
kejuruan menyiapkan siswa utamanya
pendidikan SMK yaitu terutama membuat
untuk bekerja di bidang tertentu.
siswa siap memasuki lapangan kerja dan
Pendidikan jenjang menengah mempunyai
mengembangkan sikap profesional mereka.
tujuan khusus menyiapkan peserta didik
Pendidikan kejuruan juga mengutamakan
untuk mampu bekerja menempati lowongan
agar siswa mampu mengembangkan
pekerjaan yang tersedia sesuai kompetensi
kemampuannya untuk melakukan jenis
program keahlian. Dengan demikian
pekerjaan tertentu. Dengan demikian,
pendidikan kejuruan bermaksud
tamatan pendidikan kejuruan sepatutnya
menyiapkan siswa agar mampu bekerja
mampu melakukan pekerjaan sesuai minat

217
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2020, Vol. 7, No. 2, Hal. : 217-236

atau berkarier pada bidang tertentu sesuai


dengan kompetensinya. Sementara itu,
tuntutan dari perusahaan pun membutuhkan
pekerja dengan kompetensi dan keahlian
yang relevan dengan spesifikasi bidang
pekerjaan (Wiroko, 2017).
Kenyataan di lapangan menunjukkan
kesenjangan antara kondisi ideal dengan
realita. Terdapat lulusan SMK yang
memiliki pekerjaan tidak relevan dengan Gambar 1. Grafik tamatan jurusan RPL SMKN “X”
keahliannya. Permasalahan ini terjadi di Malang
SMKN “X” Malang. Sekolah ini
merupakan Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri yang terletak di kota Malang, Jawa
Timur. Sekolah ini mempunyai 9 jurusan
yaitu Multimedia, Animasi, Mekatronika,
Produksi Grafika, Persiapan Grafika,
Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ),
Rekayasa Perangkat lunak (RPL), Logistik
dan Perhotelan. Siswa sekolah ini
berjumlah sekitar 3300 siswa, yang mana
setiap angkatan kelas berisi kurang lebih Gambar 2. Grafik tamatan jurusan TKJ SMKN “X”
1100 siswa (SMKN “X” Malang, 2020). Malang
Latar belakang sosial ekonomi siswa
SMKN “X” Malang mayoritas berada pada Berturut-turut sepanjang tiga tahun
tingkat menengah ke bawah. Hal ini terlihat (tahun ajaran 2015/2016, 2016/2017 dan
dari orang tua siswa yang mayoritas 2017/2018) diketahui hanya sedikit jumlah
berpendidikan tingkat menengah, bekerja tamatan jurusan RPL dan TKJ yang bekerja
sebagai karyawan swasta maupun relevan dengan bidang keahlian selama
berwiraswasta dengan penghasilan rata-rata masa transisi karier (SMKN “X” Malang,
berkisar upah minimum regional kota 2019). Data mengenai tamatan jurusan RPL
Malang (SMKN “X” Malang, 2018a). dan TKJ SMKN “X” Malang tersebut
Tidak semua tamatan SMKN “X” tertera pada gambar 1 serta gambar 2.
Malang bekerja relevan dengan keahlian Data tamatan jurusan RPL SMKN “X”
atau kompetensi yang dikuasai. Kondisi Malang yang tertera pada gambar 1
demikian ditunjukkan dari laporan menunjukkan bahwa pada tahun ajaran
Penyerapan Tamatan SMKN “X” Malang 2015/2016 hanya 8 (7%) siswa dari total
jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) 108 siswa tamatan RPL yang berkarier
serta Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). relevan dengan keahlian yang dikuasai.
Jurusan RPL adalah program keahlian yang Pada tahun ajaran 2016/2017 tercatat 16
mencetak tenaga terampil di bidang (15%) siswa saja tamatan RPL yang
pemrograman software. Sedangkan jurusan bekerja relevan dengan jurusan. Terakhir,
TKJ adalah program keahlian yang pada tahun ajaran 2017/2018 terdata hanya
menyiapkan peserta didik di bidang 6 (15%) siswa tamatan RPL yang bekerja
perangkat keras komputer dan jaringan sesuai dengan bidang keahliannya (SMKN
sebagai tenaga profesional (SMKN “X” “X” Malang, 2019).
Malang, 2020). Data tamatan jurusan TKJ SMKN “X”
Malang yang tertera pada gambar 2
menunjukkan bahwa pada tahun ajaran

218
Peran Learning Goal Orientation dan Big Five Personality terhadap Adaptabilitas Karier Siswa SMK (Jati Fatmawiyati, Duta
Nurdibyanandaru, Dewi Retno Suminar)

2015/2016 terdapat sekitar 7 (6%) siswa bidang keahlian yang dimiliki. Oleh karena
dari total 110 tamatan TKJ yang memiliki itu, berkaitan dengan sedikitnya jumlah
pekerjaan relevan dengan keahliannya. lulusan SMK Negeri “X” Malang jurusan
Siswa yang telah bekerja sesuai dengan RPL dan TKJ yang bekerja relevan dengan
jurusan pada tahun ajaran 2016/2017 hanya bidang keahlian, maka hal ini diduga
11 (10%) orang dari total 107 siswa jurusan menjadi indikasi kurangnya kemampuan
TKJ yang lulus. Tahun ajaran 2017/2018 beradaptasi karier pada siswa. Siswa
tercatat hanya 11 (9%) siswa dari total 119 diprediksi kurang memiliki kesiapan untuk
siswa tamatan TKJ yang bekerja relevan menjalani masa transisi karier dari sekolah
dengan bidang keahlian. Dengan demikian ke dunia kerja.
dapat disimpulkan bahwa hanya sedikit Kesiapan peserta didik SMKN “X”
jumlah tamatan siswa jurusan RPL dan TKJ Malang saat berada pada lingkungan kerja
yang bekerja relevan dengan bidang bisa diketahui juga dari hasil Survei
keahlian (SMKN “X” Malang, 2019). Kepuasan Pelanggan terhadap pelayanan
Penelitian yang dilakukan van Vianen yang diberikan oleh sekolah. Hasil survei
dkk. (2012) dan Tolentino dkk., (2014) pada tahun 2016 dan 2018 (SMKN “X”
memperlihatkan bahwa seseorang yang Malang, 2018b) menunjukkan bahwa
mampu melakukan adaptasi dalam unsur kesiapan kerja siswa menduduki
kariernya akan mendukung lulusan baru penilaian kepuasan yang paling rendah.
memperoleh pekerjaan yang relevan Selain itu, kesiapan mental dan etos kerja
bahkan dalam kondisi ekonomi yang serba siswa paling banyak dikritik oleh
tidak pasti. Seseorang yang mampu perusahaan. Berdasarkan hasil survei
melakukan adaptasi dalam kariernya juga tersebut dapat diindikasikan bahwa
diprediksi akan berhasil menjalani masa kesiapan kerja siswa SMKN “X” Malang
transisi karier. Ia pun lebih mampu tergolong rendah dari sudut pandang
menemukan kesempatan kerja serta perusahaan sebagai stakeholder.
memutuskan pilihan karier yang lebih Memperhatikan fenomena yang terjadi
berkualitas dan baik. Selain itu, berturut-turut sepanjang tiga tahun di
kemampuan beradaptasi karier yang tinggi SMKN “X” Malang, memperlihatkan
mengarahkan individu melakukan strategi keadaan yang mungkin pula dapat terjadi
pencarian kerja tipe eksplorasi dan pada siswa yang duduk di kelas XII jurusan
terfokus, yang berorientasi untuk RPL dan TKJ SMKN “X” Malang. Siswa
memperoleh pekerjaan sesuai kualifikasi, kelas XII merupakan siswa tingkat akhir
minat dan kebutuhan individu (Koen dkk., yang akan menjadi tamatan baru serta
2010). menjalani masa transisi. Selaras dengan hal
Rendahnya tingkat adaptabilitas karier tersebut, Babarović dan Šverko (2016)
mengarahkan individu untuk menggunakan menjelaskan bahwa siswa di kelas akhir
strategi pencarian kerja serampangan (Koen sekolah menengah berfokus pada transisi
dkk., 2010). Strategi pencarian kerja karier yang akan datang. Koen dkk. (2010)
serampangan antara lain pencarian kerja juga menjelaskan bahwa lulusan atau
yang dilakukan oleh individu dengan tamatan baru merupakan individu yang
standar kerja yang rendah dan tidak jelas, akan menjalani transisi dari sekolah ke
mencari pekerjaan apa pun tanpa dunia kerja (school to work transition). Hal
memperhatikan jenis pekerjaan (Koen yang mungkin dapat dilakukan agar lebih
dkk., 2010). Dengan kata lain, individu berhasil dalam menjalani masa transisi
yang memiliki kemampuan beradaptasi karier, salah satunya yaitu dengan cara
karier yang rendah akan menerima mempersiapkan karier individu secara tepat
pekerjaan apapun, bahkan jenis (Koen dkk., 2010).
pekerjaannya yang tidak sesuai dengan

219
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2020, Vol. 7, No. 2, Hal. : 217-236

Kesiapan individu guna menghadapi Dimensi perhatian (corcern), artinya


hambatan atau rintangan saat transisi karier individu mempunyai perhatian terhadap
yaitu adaptabilitas karier (Savickas & karier dan mempersiapkan masa depan
Porfeli, 2012) atau diistilahkan dengan kariernya. Wujud dari perhatian individu
career adaptability. Savickas dan Porfeli terhadap karier berupa pandangan optimis
(2012) mendefiniskan adaptabilitas karier dan perencanaan yang tepat untuk
sebagai konstruk psikososial yang menghadapi berbagai hal yang akan terjadi
menunjukkan sumberdaya individu untuk di masa depan. Keduanya, baik rasa
menangani transisi kerja, tugas-tugas optimisme maupun perencanaan karier
perkembangan karier serta trauma pribadi tidak lepas dari pertimbangan pengalaman
yang berkenaan dengan peran karier atau masa lalu dan kondisi yang individu hadapi
pekerjaan. saat ini (Savickas & Porfeli, 2012).
Keterlibatan individu dalam perilaku Dimensi pengendalian (control),
adaptif sebelum transisi karier akan artinya individu yakin akan memiliki masa
mendukung persiapan yang menumbuhkan depannya sendiri serta bertanggung jawab
kualitas pekerjaan dan kesuksesan karier terhadap kariernya (Savickas & Porfeli,
para pencari kerja (Koen dkk., 2010; 2012). Menurut Savickas dan Porfeli
Hirschi, 2010). Individu akan memahami (2012) pengendalian (control) mendukung
kompetensi yang dimiliki, memeriksa seseorang lebih memiliki rasa tanggung
pemilihan karier dan melakukan jawab menata baik diri maupun
perencanaan karier yang lingkungannya untuk menghadapi berbagai
memungkinkannya memperoleh pekerjaan perubahan melalui ketekunan, usaha dan
sesuai dengan diri individu (Koen dkk., kedisiplinan diri. Wujud control ini
2010). Dengan demikian, agar siswa yang meliputi sikap tegas dan asertif yang
akan lulus sukses menghadapi masa transisi membuat individu mau terlibat pada tugas-
karier serta mampu menemukan pekerjaan tugas perkembangan karier, bukan malah
yang sesuai bidang keahliannya, maka menangguhkannya apalagi melalaikannya.
mereka perlu mengembangkan Sikap ini akan mendukung individu untuk
adaptabilitas kariernya. turut serta menjalani aktivitas-aktivitas
Adaptabilitas karier terdiri dari empat yang dapat menambah ketegasannya dalam
dimensi (Savickas, 1997). Dimensi ini membuat keputusan karier.
antara lain perhatian (corcern), Dimensi rasa ingin tahu (curiosity),
pengendalian (control), rasa ingin tahu merujuk pada sikap mengeksplorasi
(curiousity) dan keyakinan (confidence). beragam peran dan situasi terkait karier
Dimensi-dimensi ini merepresentasikan yang dibutuhkan individu di masa
sumberdaya sekaligus strategi adaptabilitas mendatang (Savickas & Porfeli, 2012).
karier yang dipakai untuk Wujud dari rasa ingin tahu berupa inisiatif
mengorganisasikan tugas perkembangan untuk menelaah beragam jenis pekerjaan
karier, transisi karier dan pengalaman yang ingin ditekuni dan berupaya meraih
trauma yang berkenaan dengan karier kesempatan untuk bekerja pada bidang
individu (Gunawan, 2014). Sumber daya yang dikehendaki. Curiousty ini akan
adaptasi karier merupakan kekuatan atau menumbuhkan sikap penyesuaian dalam
kapasitas pengaturan diri yang dapat diri individu seperti berani mencoba, tidak
dilakukan individu untuk menyelesaikan takut mengambil risiko dan berinisiatif
masalah yang tidak diketahui, tidak jelas mengajukan berbagai pertanyaan seputar
dan bersifat kompleks yang disebabkan karier (Savickas & Porfeli, 2012).
adanya tugas kejuruan atau pekerjaan, Terakhir, dimensi keyakinan diri
transisi kerja serta trauma kerja individu (confidence), yaitu tingkat keyakinan
(Savickas & Porfeli, 2012). individu untuk mampu mengatasi masalah

220
Peran Learning Goal Orientation dan Big Five Personality terhadap Adaptabilitas Karier Siswa SMK (Jati Fatmawiyati, Duta
Nurdibyanandaru, Dewi Retno Suminar)

dan melakukan upaya yang diperlukan siswa tidak mempunyai ketetapan pada
dalam menyelesaikan hambatan (Savickas kariernya. Siswa menunjukkan adanya
& Porfeli, 2012). Wujud keyakinan diri kebingungan karier yang ditampakkan dari
berupa sikap yang terus-menerus berjuang, belum mampunya siswa memutuskan
tekun dan tidak mudah menyerah. pilihan kariernya ke depan. Menurut
(Savickas & Porfeli, 2012). Savickas (1997) individu yang mengalami
Penerapan adaptabilitas karier siswa kebingungan karier (career indecision)
kelas XII SMKN “X” jurusan TKJ dan mengindikasikan bahwa individu tersebut
RPL masih tergolong kurang. Hal ini memiliki pengendalian karier (career
diketahui dari hasil wawancara dengan 9 control) yang rendah. Sebaliknya, individu
siswa kelas XII jurusan TKJ dan RPL. yang memiliki pengendalian karier tinggi,
Hasil wawancara menunjukkan bahwa memiliki ketegasan dalam mengambil
siswa belum sepenuhnya merefleksikan keputusan terkair karier.
karakteristik-karakteristik yang tertuang Berdasar hasil wawancara (17
dalam dimensi adaptabilitas karier. September 2018) juga dapat diketahui
Berdasarkan hasil wawancara yang bahwa siswa kelas XII SMKN “X” Malang
dilakukan pada 17 September 2018, jurusan RPL dan TKJ masih tergolong
diketahui bahwa siswa kelas XII SMKN kurang dalam memiliki rasa keingintahuan
“X” Malang jurusan TKJ belum berpikir terhadap karier mereka ke depannya. Siswa
secara matang dan jelas mengenai rencana belum menunjukkan upaya pencarian
kariernya ke depan setelah menyelesaikan informasi yang memadai terkait pekerjaan
sekolah. Ada kecenderungan siswa atau karier yang ingin ditekuni. Hal ini
menyerahkan tanggung jawab kariernya bertentangan dengan konsep career
kepada pihak Bursa Kerja Khusus (BKK) curiousity yang mengarah kepada
sekolah. Temuan ini dapat dimaknai siswa ketekunan dan rasa ingin tahu untuk
cenderung memiliki kepedulian karier yang mempelajari lebih jauh tentang tipe
rendah. Sebagaimana konsep career pekerjaan serta peluang yang ada pada
concern (Savickas, 1997), individu dengan pekerjaan (Gunawan, 2014; Savickas,
kepedulian karier rendah akan 1997).
menyerahkan tanggung jawab atau tugas- Siswa kelas XII SMKN “X” Malang
tugas terkait karier kepada orang lain, jurusan RPL juga belum menerapkan
misalnya konselor karier atau orang tua. konsep dari career confidence. Diantaranya
Sebaliknya individu yang peduli dengan yakni siswa cenderung mudah menyerah
karier akan mempunyai keyakinan dan dan kurang tekun dalam menyelesaikan
sikap optimis yang tampak dari tugas-tugas dalam praktek kerja industri,
perencanaan kariernya (Savickas, 1997). yang pada dasarnya merupakan bagian dari
Senada dengan pernyataan Hermawati tugas kariernya. Hal ini berlawanan dengan
(2013) individu yang bersikap optimis konsep confidence yang mengindikasikan
dalam orientasi masa depan, ia akan adanya keyakinan dan upaya individu
membuat sejumlah antisipasi untuk masa untuk mengatasi masalah dan hambatan
mendatang sehingga memiliki orientasi karier yang dihadapi (Savickas & Porfeli,
yang jelas pada pilihan pekerjaan serta 2012).
perencanaan karier yang matang. Learning goal orientation (LGO)
Berdasarkan hasil wawancara menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
beberapa siswa jurusan RPL (17 September terhadap tingkat adaptabilitas karier
2018) diketahui mengalami kebingungan individu (Tolentino dkk., 2014). Dweck
apakah akan terjun ke dunia kerja atau (1986) mendefiniskan LGO sebagai
meneruskan pendidikannya di perguruan karakteristik yang relatif atau cenderung
tinggi. Temuan ini mengindikasikan bahwa stabil, yang berupa usaha untuk

221
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2020, Vol. 7, No. 2, Hal. : 217-236

mengembangkan kompetensi serta usahanya setelah mengalami kegagalan


ketekunan pada diri individu untuk karena individu menganggap bahwa usaha
menghadapi hambatan. merupakan sarana menuju pencapaian
Individu dengan LGO tinggi tujuan mereka (Dweck & Leggett, 1988).
menganggap kemampuan sebagai suatu hal Dengan demikian, LGO dikaitkan dengan
yang fleksibel, bukan sebagai sesuatu yang reaksi adaptif terhadap tugas-tugas
tetap atau tidak dapat diubah (Dweck, kompleks, mengerahkan upaya, bertahan
1986). Ketika individu memahami dalam menghadapi kegagalan,
kemampuan sebagai suatu hal yang bersifat menggunakan strategi yang efektif, belajar
fleksibel, maka penguasaan kemampuan dari kegagalan, menghasilkan peningkatan
bergantung pada usaha yang dilakukan. kinerja dan pencapaian tujuan (Noordzij
Berpegang pada orientasi tersebut, dkk., 2013).
individu cenderung terlibat dalam perilaku Individu yang memiliki LGO tinggi
adaptif untuk meningkatkan diketahui memiliki regulasi atau pengaturan
kompetensinya. Terkait dengan karier, diri yang efektif dalam bidang akademik
maka individu akan terdorong untuk serta pekerjaan (Payne dkk., 2007; Elliot
meningkatkan kompetensi dalam karier, dkk., 1999 dalam Faadhilah, 2016).
yakni kemampuan beradaptasi dalam Individu yang memiliki tingkat LGO tinggi
kariernya. berdasarkan sejumlah penelitian terdahulu
Individu yang memiliki LGO menilai menunjukkan peningkatan dalam
kondisi yang menantang sebagai peluang pembelajaran mandiri, aspirasi karier dan
untuk pengembangan dirinya (Tolentino kepuasan karier (Tolentino dkk., 2014).
dkk., 2014). Dengan demikian, individu Dalam setting pekerjaan, LGO sangat
yang memiliki LGO lebih tinggi relevan dalam lingkungan kerja saat ini,
dimungkinkan memahami dan menilai yang mengharuskan pekerja untuk proaktif,
kondisi kehidupannya yang menantang, menyelesaikan masalah, bersikap inovatif
dalam hal ini yaitu masa transisi karier dan proaktif terhadap gagasan-gagasan
sebagai faktor pendukung karier daripada baru, dan beradaptasi dengan situasi yang
mempersepsikannya sebagai hambatan. Hal baru dan terus berubah (Luthans, 2011).
ini diprediksi dapat memaksimalkan Penelitian tentang LGO dengan
pertumbuhan pribadi pada diri individu adaptabilitas karier dilakukan oleh
serta mendukung individu untuk lebih Tolentino dkk. (2014) pada mahasiswa di
mengembangkan kemampuannya dalam Australia. Penelitian ini membuktikan
beradaptasi dengan tantangan karier bahwa ada korelasi positif antara LGO
(Tolentino dkk., 2014). Dengan kata lain, dengan adaptabilitas karier. Korelasi paling
pola motivasi adaptif yang melekat pada kuat terjadi antara LGO dengan dimensi
LGO memfasilitasi pembentukan confidence dan curiousity. Penelitian lain
pengaturan diri untuk beradaptasi karier terkait LGO dilakukan oleh Faadhilah
karena pola motivasi adaptif ini (2016) pada 83 mahasiswa tingkat akhir
mendukung pembentukan dan Universitas Airlangga. Penelitian ini
pemeliharaan karier serta pencapaian memperlihatkan hasil adanya korelasi
tujuan individu (Tolentino dkk., 2014). positif antara LGO dengan adaptabilitas
Individu yang memiliki LGO tinggi karier. Berbeda dengan penelitian oleh
memandang kegagalan dan kinerja yang Tolentino dkk. (2014), penelitian
buruk mencerminkan kemampuan mereka. Faadhilah (2016) membuktikan korelasi
Oleh karena itu, kegagalan dipandang paling kuat terjadi antara LGO dengan dua
sebagai umpan balik yang berguna yang dimensi adaptabilitas karier yaitu control
memberikan peluang belajar. Individu dan concern.
dengan LGO yang tinggi meningkatkan

222
Peran Learning Goal Orientation dan Big Five Personality terhadap Adaptabilitas Karier Siswa SMK (Jati Fatmawiyati, Duta
Nurdibyanandaru, Dewi Retno Suminar)

Faktor kepribadian juga berasosiasi kepercayaan diri yang lebih tinggi (Pulford
dengan dimensi adaptabilitas karier & Sohal, 2006; Schaeferet, dkk., 2004)
(Savickas & Porfeli, 2012). Lebih spesifik, dalam van Vianen dkk. (2012). Penelitian
van Vianen dkk. (2012) menyatakan bahwa oleh Chong dan Leong (2017) juga
dimensi kepribadian big five berasosiasi menunjukkan bahwa conscientiousness
dengan adaptabilitas karier. Kepribadian memiliki pengaruh terhadap tingkat
big-five adalah pendekatan dalam Psikologi adaptabilitas karier.
yang dipergunakan untuk mengetahui dan Dimensi neuroticism ditandai oleh
mengukur kepribadian dengan memandang ketidakstabilan, ketidakamanan pribadi dan
kepribadian berdasarkan lima tipe yaitu depresi, sehingga stabilitas emosinya
ekstraversion, agreeableness, openness to rendah. Individu dengan neuroticism yang
experience, conscientiousness serta tinggi cenderung menunjukkan kurangnya
neurotism. penyesuaian psikologis positif (Judge dkk.,
Pada dimensi extraversion, individu 1999, dalam van Vianen dkk., 2012).
ekstrovert suka menjadi pusat aktivitas Neuroticism dipahami sebagai kebalikan
sosial, suka menjalin relasi dengan orang dari kontrol dan individu dengan
lain dan memupuk interaksi positif. Dalam neurotisme tinggi menilai peristiwa stres
masa transisi karier, individu extrovert sebagai ancaman daripada tantangan. Oleh
mungkin sangat terampil dalam mencari karena itu, neuroticism berhubungan
dan memanfaatkan dukungan dari orang negatif dengan dengan dimensi kontrol dan
lain, sehingga mampu mendukung diri kepercayaan diri pada adaptabilitas karier
mereka dengan sumber daya sosial yang (van Vianen dkk., 2012).
diperlukan saat menghadapi ketidakpastian Dimensi openness to experience
dan stres yang terkait dengan transisi karier mengacu pada imajinasi, keingintahuan
(van Vianen dkk., 2012). intelektual, dan fleksibilitas berpikir
Dimensi agreeablenes mengacu pada (McCrae & Costa, 1992, dalam van Vianen
perilaku interpersonal, mempercayai orang dkk., 2012). Pribadi yang memiliki minat
lain, peduli, baik hati dan lembut (McCrae pada sesuatu yang baru dan inovatif
& Costa, 1992; dalam van Vianen dkk., diprediksi akan cenderung bersikap
2012). Individu ini termasuk pribadi yang imajinatif, intelek dan sensitif (Costa & Mc
mampu bersepakat, percaya kepada orang Crae 1992 dalam Cervone & Pervin,
lain dan bersikap kooperatif (Costa & Mc 2012). Oleh karenanya openness to
Crae, 1992 dalam Cervone & Pervin, experience terkait dengan rasa ingin tahu,
2012). Agreeableness berkorelasi dengan lebih terlibat dalam perencanaan masa
adaptabilitas karier diperkirakan karena depan dan karier (Rogers dkk., 2008)
agreeableness berperan sebagai sehingga openness to experience terkait
kemampuan sosial yang sangat penting secara positif terhadap kemampuan
untuk mendukung eksplorasi karier (Li adaptabilitas karier (van Vianen dkk.,
dkk., 2015). 2012).
Dimensi conscientiousness mengacu Sejumlah penelitian (Li dkk., 2015;
pada pengendalian diri, kebutuhan untuk Teixeira dkk., 2012; Zacher, 2014; Rossier
pencapaian, ketekunan, bekerja keras, dkk., 2012; van Vianen dkk., 2012) telah
bertanggung jawab, dan terorganisir (Judge dilakukan untuk menganalisis kepribadian
dkk., 1999, dalam van Vianen dkk., 2012). big five dengan adaptabilitas karier.
Oleh karenanya conscientiousness Beberapa penelitian tersebut menunjukkan
mendorong perilaku mencari pekerjaan hasil yang beragam. Sebagai contoh,
yang efektif (van Vianen dkk., 2012), penelitian Zacher (2014) pada 1.723
berhubungan positif dengan perencanaan karyawan di Australia menemukan bahwa
karier (Rogers dkk., 2008), serta memiliki dimensi conscientiousness, openness to

223
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2020, Vol. 7, No. 2, Hal. : 217-236

experience, agreeableness dan yang menelaah sumber daya, sikap,


extraversion berkorelasi positif, sedangkan disposisi, dan perilaku yang mendukung
neuroticism ditemukan berkorelasi negatif individu untuk beradaptasi dalam karier
dengan adaptabilitas karier. Berbeda (Savickas & Porfeli, 2012).
dengan penelitian Li dkk., (2015) pada 264 Adanya fakta tentang jumlah lulusan
mahasiswa di China, membuktikan ada SMK yang relatif sedikit bekerja relevan
korelasi positif antara conscientiousness, dengan keahlian selama masa transisi
openness to experience dan agreeableness karier, hasil survei kepuasan pelanggan
dengan adaptabilitas karier, neuroticism yang menunjukkan kurangnya kesiapan
ditemukan berkorelasi negatif, tetapi kerja siswa serta adanya indikasi
extraversion tidak berkorelasi dengan kurangnya kemampuan adaptabilitas karier
adaptabilitas karier. Oleh karena hasil siswa kelas XII SMKN “X” Malang
penelitian yang beragam, maka penelitian jurusan RPL dan TKJ merupakan
mengenai penelitian big five personality permasalahan yang perlu untuk diteliti.
dengan adaptabilitas karier perlu dibuktikan Mengacu pada latar belakang tersebut,
kembali secara empiris. peneliti hendak mengkaji pengaruh LGO
Selain itu, sejauh pengamatan peneliti, dan big five personality terhadap
penelitian serupa tentang big five adaptabilitas karier siswa SMKN “X”
personality dengan adaptabilitas karier, Malang jurusan RPL dan TKJ.
baru sebatas menggunakan sampel
penelitian dari kalangan mahasiswa, Metode Penelitian
lulusan perguruan tinggi dan pekerja yang Penelitian ini memakai metode
dilakukan di luar Indonesia. Untuk kuantitatif. Apabila ditinjau dari tujuannya,
penelitian sebelumnya yang terkait LGO termasuk penelitian korelasional dengan
dengan adaptabilitas karier (Faadhilah, tipe kausal. LGO dan big five personality
2016; Tolentino dkk., 2014), penelitian merupakan variabel independen, sedangkan
dilakukan sebatas pada mahasiswa sebagai adaptabilitas karier sebagai variabel
sampel penelitian. Sedangkan dalam dependen dalam penelitian.
penelitian ini, akan dilakukan penelitian Populasi penelitian yaitu siswa yang
dalam konteks yang berbeda, yakni konteks duduk di kelas XII SMKN “X” Malang
siswa SMK yang akan menjalani masa jurusan RPL dan TKJ tahun pelajaran
transisi karier dari bangku sekolah ke dunia 2018/2019 dengan jumlah 263 siswa.
kerja. Teknik probability sampling dengan
Kondisi negara, budaya, ekologi dan metode simple random sampling digunakan
ekonomi yang tidak sama berpotensi untuk menentukan sampel penelitian.
memunculkan peluang serta desakan atau Roscoe (Sugiyono, 2011) menyatakan
tuntutan yang berlainan dalam penelitian dengan analisis multivariate
menumbuhkembangkan kemampuan (regresi ganda) dapat menentukan jumlah
beradaptasi individu (Savickas & Porfeli, ukuran sampel yakni paling sedikit 10 kali
2012). Perbedaan individu dalam dari jumlah variabel penelitian. Sehingga,
kemampuannya beradaptasi dan faktor jumlah sampel yang digunakan dalam
penyebab yang saling berkaitan menjadi hal penelitian paling sedikit 10 kali dari 3
penting untuk dipelajari. Pendekatan variabel yaitu 30 orang. Sampel penelitian
tradisional terkait pilihan karier tidak lagi jurusan RPL sebanyak 45 orang dari total
relevan karena kondisi dan lingkungan 135 siswa, sedangkan jurusan TKJ
kerja yang berubah dengan cepat, sehingga sebanyak 48 orang dari total 128 siswa.
individu pun dituntut mempersiapkan diri Dengan demikian total sampel pada
serta mengantisipasi perubahan ini. Oleh penelitian ini yaitu 93 orang.
karena itu, penting dilakukan penelitian

224
Peran Learning Goal Orientation dan Big Five Personality terhadap Adaptabilitas Karier Siswa SMK (Jati Fatmawiyati, Duta
Nurdibyanandaru, Dewi Retno Suminar)

Sebagai alat pengumpul data pada tindakan yang memakai unjuk kerja
dipergunakan teknik survei dengan sebelumnya sebagai tolok ukur untuk
memakai kuesioner. Kuesioner dalam mengevaluasi unjuk kerja saat ini. Contoh
penelitian ini terdiri dari tiga skala. item LGO Scale yakni “Kesempatan untuk
Pertama, pengukuran big five mengembangkan kemampuan saya
personality memakai skala Big Five merupakan suatu hal yang penting”.
Inventory (BFI). BFI disusun oleh John dan Contoh item lainnya, yakni “Saya berusaha
Srivastava (1999). Ramdhani (2012) telah keras untuk meningkatkan performa kerja
mengadaptasi BFI ini dalam budaya serta sebelumnya”. Penelitian ini memakai
bahasa Indonesia. Pada BFI dilakukan batasan ≥ .30 untuk menentukan bahwa
Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk item valid (Azwar, 2016). Hasil uji
menguji kesesuaian masing-masing validitas seluruh item LGO Scale
dimensi dengan nilai λ berkisar ≥ .40 untuk menunjukkan corrected item-total
model pengukuran itemnya (Lau dkk., 2010 correlation berkisar .41 sampai dengan .52,
dalam Ramdhani, 2012). CFA pada BFI ini artinya terbukti valid. Nilai reliabilitas pada
menghasilkan model yang terdiri dari 28 LGO Scale ini sebesar .774, sehingga
item dengan kualitas baik dengan skor λ instrumen layak digunakan untuk
antara .43 sampai dengan .80 (Ramdhani, penelitian.
2012). Adapun reliabilitas Cronbach’s Ketiga, Career Adapt-Ability Scale
Alpha sekitar .60–.79, artinya dapat (CAAS). CAAS yang disusun Savickas dan
diterima reliabilitasnya (Sugiyono, 2011). Porfeli (2012) dan diadaptasi dalam bahasa
Hasil uji reliabilitas BFI ini memiliki nilai Indonesia oleh peneliti dipakai untuk
.86, sehingga reliabilitas diterima. mengetahui tingkat adaptabilitas karier.
Ramdhani (2012) menunjukkan BFI Hasil uji validitas CAAS menghasilkan
terbagi atas lima dimensi yaitu corrected item-total correlation sebesar .33
extraversion, contoh itemnya “Saya adalah sampai dengan .70, artinya seluruh item (24
seorang yang bersemangat”. Dimensi butir) dinyatakan valid. Skala CAAS ini
agreeableness, contoh itemnya “Saya memiliki nilai reliabilitas yang baik yakni
adalah seorang yang suka menjalin .924, sehingga layak digunakan untuk
kerjasama dengan orang lain”. Dimensi penelitian. Skala CAAS terdiri dari 24 item
conscientiousness, contoh itemnya “Saya yang terbagi atas empat dimensi. Pertama,
adalah seorang yang melakukan pekerjaan dimensi perhatian (career concern), contoh
hingga tuntas”. Dimensi neuroticism, itemnya “Saya mempersiapkan masa depan
contohnya “Saya adalah seorang yang saya”. Dimensi pengendalian (career
sering merasa khawatir”. Terakhir, dimensi control), dengan contoh item “Saya
openness to experience, contoh itemnya membuat keputusan sendiri”. Dimensi
“Saya adalah seorang yang berdaya cipta”. keingintahuan (career curiosity), contoh
Kedua, instrumen untuk mengukur itemnya “Saya mencari tahu berbagai
LGO yaitu skala Learning Goal pilihan sebelum mengambil keputusan”.
Orientation (LGO) Scale. Skala ini disusun Terakhir, dimensi keyakinan (career
Button dkk. (1996) dan diadaptasi dalam confidence), dengan contoh item “Saya
bahasa Indonesia oleh peneliti. LGO Scale mengatasi hambatan”.
terdiri dari 8 item dan memiliki internal Tahap analisa data meliputi uji asumsi
konsistensi sebesar .87 (Button dkk., 1996). klasik yang dilanjutkan dengan uji hipotesis
Button dkk. (1996) menetapkan indikator penelitian. Tahap uji asumsi klasik
LGO antara lain: memiliki kehendak untuk dilakukan untuk memenuhi syarat
mengembangkan diri, merepresentasikan dilakukannya uji regresi linier berganda.
kehendak individu untuk ikut serta berbagai
aktivitas yang menantang serta mengarah

225
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2020, Vol. 7, No. 2, Hal. : 217-236

Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 4


Uji Multikolinieritas
Uji normalitas yang tertera pada tabel 1 Variabel Collinierity Statistic
menunjukkan tingkat signifikasi pada VIF Tolerance
variabel big five personality sebesar .354; Big Five Personality 1.338 .748
variabel LGO sebesar .479 dan variabel LGO 1.338 .748
adaptabilitas karier senilai .941. Hasil uji
ketiga variabel menunjukkan tingkat Tabel 5
signifikansi memiliki nilai lebih dari .05, Uji Heteroskedastisitas
artinya keseluruhan variabel berdistribusi Variabel Signifikansi
normal. Big Five Personality .661
Model regresi yang tepat sepatutnya LGO .932
antara variabel bebas dengan variabel
terikat ada korelasi linier (Sugiyono, 2011). Tidak ditemukannya multi-kolinieritas
Pada tabel 2, variabel big five personality pada penelitian merupakan bentuk regresi
dengan adaptabilitas karier memiliki nilai yang sesuai dengan ketentuan (Ghozali,
signifikansi linierity .000. Variabel LGO 2011). Pada tabel 4 tertera hasil
dengan adaptabilitas karier juga perhitungan variabel LGO dan big five
menunjukkan signifikansi linierity .000. personality bernilai VIF hitung lebih kecil
Hasil uji linieritas keduanya menunjukkan dibandingkan dengan VIF banding (1.338 <
kurang dari .05, artinya secara signifikan 10.00) dan tolerance hitung lebih besar dari
ada hubungan yang linier. tolerance banding (.748 > .10). Mengacu
Tidak ditemukannya autokorelasi pada hasil uji multikolineritas ini, maka
merupakan bentuk regresi yang tepat diketahui tidak ada multikolinieritas pada
(Ghozali, 2011). Pada tabel 3, tertera ketiga data penelitian.
variabel penelitian menunjukkan nilai Tidak ditemukannya gejala
asymp.sig sebesar .603, yang lebih tinggi heteroskedositas menjadi ketentuan
dari .05. Hal ini berarti tidak ditemukan dilakukannya regresi (Ghozali, 2011). Hasil
gejala autokorelasi. uji heteroskedasitas variabel penelitian
tertera pada tabel 5. Hasil uji
Tabel 1 heteroskedasitas big five personality
Uji Normalitas siginifikansinya adalah .661 sedangkan
Variabel Asymp.Sig (2-tailed) LGO berada pada angka .932. Siginifikansi
Big Five Personality . 354
LGO . 479
pada kedua variabel bernilai lebih dari .05,
hal ini membuktikan tidak ditemukannya
gejala heteroskedasitas.
Tabel 2 Berdasarkan keseluruhan hasil uji
Uji Linieritas asumsi klasik membuktikan data pada
Variabel Asymp.Sig (2-tailed) penelitian telah memenuhi syarat untuk
Adaptabilitas Karier
Big Five Personality .603
dianalisis dengan uji regresi linier
LGO berganda. Pertama, hasil analisis data
mengenai pengaruh secara bersama-sama
variabel big LGO dan five personlity
Tabel 3 terhadap variabel adaptabilitas karier dapat
Uji Autokorelasi diketahui di tabel 6. Analisis regresi secara
Variabel Linierity Sig.
bersama-sama atau simultan (Uji F) tertera
Adaptabilitas Karier * Big .000
Five nilai F = 26.618 yang memiliki signifikansi
Adaptabilitas Karier *LGO .000 .000 < .05. Uji regresi berganda ini
membuktikan ada pengaruh yang signifikan
antara variabel LGO dan big five

226
Peran Learning Goal Orientation dan Big Five Personality terhadap Adaptabilitas Karier Siswa SMK (Jati Fatmawiyati, Duta
Nurdibyanandaru, Dewi Retno Suminar)

personality terhadap variabel adaptabilitas Tabel 6


karier secara simultan. Hal ini dapat Uji Analisis Regresi Bersama-sama (Uji F)
ANOVAb
dimaknai bahwa LGO dan big five
Mean
personality yang ada pada diri siswa kelas Model df Square F Sig.
XII SMKN “X” Malang jurusan RPL dan Regression 2 4357.73 26.618 .000a
TKJ memberikan pengaruh terhadap Residual 90 163.717
kemampuan adaptabilitas karier mereka. Total 92
Jika tingkat LGO dan big five personality a. Predictors: (Constant), LGO, Big Five
siswa semakin tinggi, maka tingkat b. Dependent Variable: Adaptabilitas Karier
adaptabilitas karier pada diri siswa pun
semakin tinggi. Sebaliknya, jika tingkat Tabel 7
Uji Determinasi
LGO dan big five personality siswa
Summary
semakin rendah, maka tingkat adaptabilitas Std. Error
karier pada siswa juga semakin rendah. R Adjusted of the
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat R Square R Square Estimate
dijelaskan bahwa saat siswa mampu .610a .372 .358 12.795
meningkatkan sumber dayanya melalui a. Predictors: (Constant), LGO, Kepribadian
Big Five
LGO dan big five personality, maka hal ini
akan mendukung siswa untuk dapat lebih
Table 8
peduli dan menyiapkan masa depan Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
kariernya (career concern). Siswa juga Coefficientsa
lebih mampu untuk bertanggung jawab dan Unstandardized Std
Coefficients Coeff
mengontrol hal-hal yang berkaitan dengan Model
Std.
kariernya (career control). Siswa akan B Error Beta T Sig.
lebih baik dalam menggali beragam peran (Constant) -13.960 19.125 -.730 .467
dan situasi terkait karier yang LGO .972 .301 .339 3.224 .002
Big Five :
diperlukannya pada masa mendatang Extraversion .676 .537 .140 1.259 .211
(career curiousity). Selain itu, peningkatan Agreeableness .104 .760 .014 .137 .891
sumber daya siswa melalui LGO dan big Conscientious- .439 .511 .103 .861 .392
ness
five personality juga meningkatkan Neuroticism .412 1.253 .033 .329 .743
keyakinan dan upaya untuk dapat Opennes 1.256 .551 .227 2.280 .025
menuntaskan kesulitan maupun masalah a. Dependent Variable: Adaptabilitas Karier (Y)
karier yang dihadapinya (career
Faktor yang mungkin dapat
confidence).
memengaruhi adaptabilitas karier selain
Tabel 7 yaitu hasil uji determinasi
LGO dan big five personality salah satunya
menunjukkan nilai koefisien R = .610, hal
yaitu faktor dukungan sosial (Hirschi,
ini mengindikasikan ada korelasi kuat
2009; Wang & Fu, 2015; Giffari, 2017).
antara LGO dan big five personality
Berbeda dengan LGO dan big five
terhadap variabel adaptabilitas karier.
personality yang merupakan faktor internal
Seberapa kuat pengaruh LGO dan big five
memengaruhi adaptabilitas karier,
personality terhadap adaptabilitas karier
dukungan sosial menjadi faktor eksternal
siswa pun dapat diketahui dari nilai
yang berpengaruh terhadap adaptabilitas
Rsquare = .372. Hal ini mengindikasikan
karier (Sulistiani & Handoyo, 2018). Faktor
besarnya persentase sumbangan pengaruh
dukungan sosial bisa bersumber dari orang
LGO dan big five personality terhadap
tua, guru, teman, keluarga, significant other
adaptabilitas karier yaitu sebesar 37%,
dan lingkungan sekolah atau institusi
pengaruh 63% lainnya dijelaskan variabel
pendidikan (Hirschi, 2009; Han &
lain yang tidak termasuk dalam penelitian
Rojewski, 2015; Tian & Fan, 2014).
ini.
Penelitian membuktikan dukungan sosial

227
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2020, Vol. 7, No. 2, Hal. : 217-236

yang tinggi menjadi prediksi kuat dalam 1.665, dengan signifikansi .211 > .05,
memengaruhi tingkat adaptabilitas karier sehingga terbukti secara parsial dimensi
seseorang (Han & Rojewski, 2015; Tian & extraversion pada big five personality tidak
Fan, 2014). memberikan pengaruh pada adaptabilitas
Menurut Hirschi (2010) dukungan karier; 3) Pengaruh big five personality
sosial mampu memengaruhi adaptabilitas dimensi agreeableness terhadap
karier karena dukungan sosial yang adaptabilitas karier diperoleh t hitung = .137
berbentuk dukungan instrumental dan < t table = 1.665, dengan signifikansi .891
emosional dari beragam pihak akan > .05, artinya secara parsial dimensi
membantu seseorang dalam menyusun agreeableness pada big five personality
rencana karier dan menjelajahi seputar tidak memengaruhi adaptabilitas karier; 4)
kariernya. Dukungan sosial ini dapat Pengaruh big five personality dimensi
berupa informational support, positive conscientiousness terhadap adaptabilitas
social interaction, tangible support, dan karier, diperoleh t hitung = .861 < t table =
emotional support yang bersumber dari 1.665, taraf signifikansi .392 > .05, artinya
guru, lingkungan sekolah atau institusi terbukti secara parsial dimensi
pendidikan, keluarga, teman atau conscientiousness pada big five personality
significant other (Yousefi dkk., 2011). tidak memengaruhi adaptabilitas karier; 5)
Pelayanan bimbingan karier, ketersediaan Pengaruh big five personality dimensi
informasi karier, seminar pengembangan neuroticism terhadap adaptabilitas karier,
karier, tes minat bakat tentang karier, job diperoleh t hitung = .329 < t table = 1.665,
shadowing dan konseling karier yang taraf signifikansi .743 > .05, artinya secara
diberikan secara profesional oleh pihak parsial dimensi neuroticism pada big five
sekolah juga merupakan dukungan sosial personality tidak memiliki pengaruh pada
yang memengaruhi tingkat adaptabilitas adaptabilitas karier; 6) Pengaruh big five
karier (Han & Rojewski, 2015). Dengan personality dimensi opennes to experience
demikian, penelitian selanjutnya dapat terhadap adaptabilitas karier, diperoleh t
melihat faktor eksternal yang memengaruhi hitung = 2.280 > t table = 1.665, taraf
adaptabilitas karier, salah satunya yakni signifikansi .025 < .05, bermakna secara
dukungan sosial yang bersumber dari parsial dimensi opennes to experience pada
lingkungan sekolah atau institusi big five personality memiliki pengaruh
pendidikan, guru, keluarga, teman atau yang signifikan pada adaptabilitas karier.
significant other. Persamaan regresi untuk variabel LGO
Hasil penelitian kedua, pada tabel 8 dan big five personality terhadap variabel
Uji Regresi Parsial (Uji t) dapat dilihat adaptabilitas karier adalah sebagai berikut:
analisis data mengenai pengaruh satu Y=-13.960+.972LGO+.104agreeableness
variabel bebas secara parsial koefisien +.439conscientiousness+.676extraversion
regresi (variabel LGO dan big five +.412neuroticism+1.256opennes to
personality) terhadap variabel adaptabilitas experience.
karier. Perhitungan tersebut menunjukkan Persamaan regresi di atas memiliki
hasil sebagai berikut: 1) Pengaruh LGO makna bahwa variabel LGO memiliki nilai
terhadap adaptabilitas karier diperoleh t koefisien regresi sebesar .972, dapat
hitung = 3.224 > t table = 1.665, taraf dimaknai apabila ada kenaikan pada LGO
signifikansi .002< .05, artinya secara senilai satu satuan dan variabel lainnya
parsial LGO memberikan pengaruh yang dianggap tetap, maka akan menyebabkan
signifikan terhadap adaptabilitas karier; 2) berubahnya nilai adaptabilitas karier
Pengaruh big five personality dimensi dengan peningkatan sebesar .972.
extraversion terhadap adaptabilitas karier Sedangkan apabila variabel big five
diperoleh t hitung sebesar = 1.259 < t tabel = personality yang meliputi dimensi

228
Peran Learning Goal Orientation dan Big Five Personality terhadap Adaptabilitas Karier Siswa SMK (Jati Fatmawiyati, Duta
Nurdibyanandaru, Dewi Retno Suminar)

agreeableness, neuroticism, cenderung senang dengan tugas-tugas yang


conscientiousness, extraversion dan memungkinkan adanya pengembangan
opennes to experience serta variabel LGO kemampuan dan keahlian (Dweck &
nilainya adalah konstan, maka nilai Leggett, 1988). Mengacu pada hal tersebut,
adaptabilitas karier adalah -13.960, yang terdapat kecenderungan pada diri individu
mana nilai tersebut menunjukkan tingkat untuk terlibat dalam perilaku adaptif guna
adaptabilitas karier yang rendah. meningkatkan atau mengembangkan
Pengujian regresi parsial kompetensinya. Apabila karakterstik ini
memperlihatkan variabel LGO secara dikaitkan dengan dimensi karier, maka
signifikan memberikan pengaruh pada individu akan terdorong untuk
variabel adaptabilitas karier. Dimensi LGO meningkatkan kompetensi yang terkait
berpengaruh secara positif terhadap dengan kariernya, yakni kompetensi atau
adaptabilitas karier, mengandung makna kemampuan beradaptasi dalam kariernya.
apabila tingkat LGO siswa semakin kuat Selain itu, individu yang memiliki
maka tingkat adaptabilitas karier siswa juga LGO tinggi memiliki pola respon adaptif
akan semakin kuat. Berlaku kebalikannya, yang baik, antara lain bersifat gigih atau
tingkat LGO siswa yang semakin lemah pantang menyerah, memiliki upaya yang
akan membuat tingkat adaptabilitas karier kuat dalam mengatasi hambatan serta
siswa semakin lemah pula. Temuan cenderung menyukai tantangan (Yi &
penelitian selaras dengan penelitian Hwang, 2003). Dengan demikian, pola
Tolentino dkk. (2014) dengan responden motivasi adaptif yang melekat dalam LGO
mahasiswa dua perguruan tinggi Australia yang dimiliki siswa kelas XII SMKN “X”
dan Faadhilah (2016) dengan partisipan Malang jurusan RPL dan TKJ akan
sejumlah mahasiswa tingkat akhir memfasilitasi pembentukan pengaturan diri
Universitas Airlangga. Individu harus yang diperlukan untuk dapat beradaptasi
memiliki concern, control, curiousity dan karier. Hal ini karena pola motivasi adaptif
confidence untuk memiliki kemampuan tersebut akan mendukung terbentuk dan
beradaptasi dalam karier. Berkaitan dengan terpeliharanya karier pada diri siswa serta
kompetensi curiousity (eksplorasi) dan pencapaian tujuan karier pada diri siswa
confidence (keyakinan memecahkan (Tolentino dkk., 2014).
masalah) keduanya perlu LGO yang tinggi Kondisi yang sulit atau menantang
(Savickas, 2005). Hal ini karena LGO tidak dilihat sebagai suatu hambatan oleh
dikaitkan dengan reaksi adaptif terhadap individu dengan LGO tinggi, tetapi dinilai
tugas-tugas kompleks, mengerahkan upaya, sebagai kesempatan atau peluang yang
bertahan dalam menghadapi kegagalan, memberikan ruang pada mereka untuk
menggunakan strategi efektif, belajar dari dapat berkembang. Oleh karena itu,
kegagalan, menghasilkan peningkatan individu yang memiliki LGO lebih tinggi
kinerja dan pencapaian tujuan (Noordzij dimungkinkan memahami dan menilai
dkk., 2013). kondisi kehidupan yang dihadapinya,
Individu dengan LGO tinggi memiliki dalam hal ini yaitu masa transisi karier dari
suatu keyakinan bahwa kemampuan yang dunia pendidikan ke dunia kerja sebagai
dimiliki dapat ditempa dan dikembangkan faktor yang mendukung kariernya, daripada
secara berkelanjutan. Merujuk pada teori menilai sebagai sebuah hambatan. Dengan
incrimental, individu yang memiliki LGO demikian, siswa kelas XII SMKN “X”
tinggi menyakini bahwa kemampuan yang Malang jurusan RPL dan TKJ yang
dimiliki individu dapat diasah dan memiliki LGO tinggi akan memahami dan
ditingkatkan melalui tantangan, sehingga menilai kondisi yang dihadapinya, yaitu
kemampuan individu dapat berkembang. masa transisi karier dari dunia pendidikan
Individu yang memiliki LGO tinggi akan SMK ke dunia kerja sebagai tantangan

229
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2020, Vol. 7, No. 2, Hal. : 217-236

yang dihadapi untuk mendukung Belanda; dan penelitian yang dilakukan


pengembangan kariernya, bukan menilai oleh Nilforooshan dan Salimi (2016)
masa transisi karier sebagai hambatan. Hal kepada 201 mahasiswa di Iran.
ini dapat memaksimalkan perkembangan Penjelasan mengenai mekanisme
pribadi siswa untuk mengembangkan pengaruh dimensi openness to experience
kemampuannya dalam beradaptasi dengan terhadap adaptabilitas karier berkaitan
tantangan karier (Tolentino dkk., 2014). dengan karakteristik openness to
Adapun tantangan karier yang dihadapi experience. Karakteristik yang dimaksud
siswa kelas XII SMKN “X” Malang, dalam yaitu memiliki imajinasi, keingintahuan
hal ini salah satunya adalah mampu intelektual, dan fleksibilitas, sehingga hal
memperoleh pekerjaan yang relevan atau ini terkait dengan rasa ingin tahu individu.
sesuai dengan bidang keahlian yang Individu yang terbuka lebih ingin tahu
dimilikinya selama masa transisi karier. tentang diri mereka sendiri dan lebih suka
Hasil uji regresi secara parsial berbagai pilihan yang berkaitan dengan ide,
memperlihatkan pada variabel big five nilai, dan pengalaman. Rasa ingin tahu ini
personality hanya dimensi openess to memungkinkan mendukung individu untuk
experience yang berpengaruh terhadap melakukan eksplorasi terhadap kariernya
adaptabilitas karier. Openess to experience (Li dkk., 2015; McCrae & Costa, 1992; Le
memberikan pengaruh positif terhadap Pine dkk., 2000, dalam van Vianen dkk.,
adaptabilitas karier, artinya apabila tingkat 2012).
openess to experience siswa semakin tinggi Adanya rasa ingin tahu tersebut
maka tingkat adaptabilitas karier pada diri mengindikasikan keterkaitan antara
siswa juga akan semakin tinggi. Hal ini openness to experience dengan curiousity
berlaku sebaliknya, jika tingkat openess to pada subskala adaptabilitas karier.
experience siswa semakin rendah, maka Sebagaimana penjelasan Savickas dan
tingkat adaptabilitas karier siswa pun Porfeli (2012), career curiousity merujuk
semakin rendah. Hasil ini digambarkan pada sikap mengeksplorasi beragam peran
melalui persamaan regresi Y = -13.960 + dan situasi terkait karier yang diperlukan
1.256 opennes to experience. Nilai oleh individu di masa mendatang. Adanya
koefisien regresi untuk variabel big five curiousity ini akan mendukung seseorang
personality dimensi opennes to experience menggali hal-hal yang berkenaan dengan
adalah 1.256, dapat dimaknai apabila penyesuaian diri dalam lingkungan atau
dimensi opennes to experience mengalami konteks kerja. Individu juga terbantu untuk
kenaikan sejumlah satu satuan sedangkan membayangkan dirinya berada pada
variabel lainnya dianggap tetap, maka akan beragam situasi maupun peran yang terkait
menyebabkan berubahnya nilai dengan karier (Savickas & Porfeli, 2012).
adaptabilitas karier dengan peningkatan Dengan demikian, siswa SMKN “X”
sebesar 1.256. Malang jurusan RPL dan TKJ yang
Hasil penelitian mengenai pengaruh memiliki openess to experience tinggi
positif openness to experience dengan memungkinkan mereka mempunyai
adaptabilitas karier ini serupa dengan curiousity yang kuat dalam
sejumlah penelitian terdahulu. Sejumlah mengeksplorasi karier sehingga dapat
penelitian tersebut diantaranya oleh meningkatkan adaptabilitas kariernya.
Teixeira dkk. (2012) pada 908 responden Openness to experience yang tinggi
terdiri dari mahasiswa, lulusan perguruan pada diri seseorang akan mendorong
tinggi dan karyawan di Brasil; Zacher individu untuk lebih terlibat dalam
(2014) dengan responden 1.723 karyawan perencanaan masa depan (Prenda &
di Australia; van Vianen dkk. (2012) Lachman, 2001, dalam van Vianen dkk.,
dengan responden 465 mahasiswa di 2012) dan perencanaan karier (Rogers dkk.,

230
Peran Learning Goal Orientation dan Big Five Personality terhadap Adaptabilitas Karier Siswa SMK (Jati Fatmawiyati, Duta
Nurdibyanandaru, Dewi Retno Suminar)

2008) daripada mereka yang kurang extraversion mungkin sebagian besar lebih
terbuka untuk pengalaman baru. Openness memberikan dampak terhadap perilaku
to experience dapat memotivasi individu interpersonal daripada memengaruhi
untuk siap menghadapi masa depan, perilaku karier. Individu extravert
sehingga individu terdorong membuat menyukai pusat aktivitas sosial dan
perencanaan karier sebagai kesiapannya menumbuhkan interaksi positif (van Vianen
menghadapi masa depan kariernya. Adanya dkk., 2012). Oleh karena itu, berdasarkan
perencanaan karier ini mengindikasikan karakter individu extrovert yang demikian
hubungan antara openness to experience maka menjadikan siswa yang memiliki
dan concern pada subskala adaptabilitas extraversion tinggi, karakteristiknya tidak
karier. Dengan demikian, siswa kelas XII memengaruhi adaptabilitas karier yang
SMKN “X” Malang jurusan RPL dan TKJ dimiliki siswa.
yang memiliki openess to experience tinggi Karakteristik individu ekstrovert yang
memungkinkan mendukung siswa untuk lebih fokus tertuju kepada hal lainnya
peduli terhadap masa depan karier yang daripada diri mereka sendiri sehingga
diwujudkan dengan melakukan eksplorasi yang di-upgrade bukanlah
perencanaan karier sehingga dapat dirinya, melainkan hal lainnya. Hal ini
meningkatkan adaptabilitas kariernya. menjadikan karakteristik extraversion yang
Openness to experience berhubungan tinggi pada siswa tidak mendukung
dengan keingintahuan intelektual, perilaku eksplorasi kariernya (Nauta,
fleksibilitas kognitif serta fungsi intelektual 2007). Dengan kata lain, siswa dengan
yang lebih canggih (McCrae & John, 1992, extraversion yang tinggi akan mencari tahu
dalam Teixeira dkk., 2012). Sebagai hal-hal diluar dirinya yang cenderung tidak
konsekuensinya, individu intelektual berkaitan dengan karier. Oleh karena itu,
mungkin merasa dirinya lebih kompeten perilaku eksplorasinya tidak mendukung
untuk menyelesaikan masalah dan individu untuk mengetahui beragam peran
mengatasi situasi yang menuntut, sehingga serta situasi yang penting untuk kariernya
menampilkan tingkat confidence dan di masa mendatang. Mengacu pada
control yang lebih tinggi (Teixeira dkk., pengujian data, secara signifikan dimensi
2012). Dimensi confidence ini mengarah agreeableness tidak memberikan pengaruh
pada tingkat keyakinan individu untuk pada adaptabilitas karier. Hasilnya serupa
mampu mengatasi masalah dan melakukan dengan temuan van Vianen dkk. (2012)
upaya dalam menyelesaikan hambatan yang meneliti mahasiswa di Belanda dan
(Savickas & Porfeli, 2012). Dengan Rossier dkk. (2012) dengan partisipan
demikian, siswa kelas XII SMKN “X” mahasiswa, job seekers, pekerja, dan
Malang jurusan RPL dan TKJ yang pensiunan di Swiss.
memiliki openness to experience yang Penjelasan mengenai mekanisme tidak
tinggi mendukung keyakinan siswa agar adanya pengaruh dimensi agreeableness
mampu memecahkan masalah dan terhadap adaptabilitas karier berkaitan
melakukan upaya-upaya untuk dengan karakteristik agreeablenes yang
menuntaskan hambatan karier. mengacu pada perilaku interpersonal,
Uji regresi secara parsial membuktikan saling percaya mempercayai orang lain,
bahwa dimensi extraversion pada variabel peduli, baik hati dan lembut (McCrae &
big five personality secara signifikan tidak Costa, 1992; dalam van Vianen dkk.,
berpengaruh terhadap adaptabilitas karier. 2012). Karakteristik agreeableness yang
Hasil ini selaras dengan penelitian pada 264 demikian menjadikan individu sebagian
mahasiswa di China oleh Li dkk. (2015). besar lebih memberikan dampak terhadap
Extraversion tidak memiliki pengaruh perilaku interpersonal daripada
terhadap adaptabilitas karier disebabkan memengaruhi perilaku karier (van Vianen

231
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2020, Vol. 7, No. 2, Hal. : 217-236

dkk., 2012). Agreeableness berkaitan mendasari kinerja adaptif (Pulakos dkk.,


dengan kecenderungan interpersonal seperti 2002).
pada extraversion. Individu agreeableness Terkait dengan penelitian ini dapat
cenderung lebih altruistik, simpatik, dan dinyatakan bahwa dimensi
percaya pada orang lain, sehingga conscientiousness secara signifikan tidak
tampaknya tidak ada dasar teoretis atau memberikan pengaruh terhadap
empiris untuk mengaitkan antara adaptabilitas karier siswa kelas XII SMKN
agreeableness dengan adaptabilitas karier “X” Malang jurusan RPL dan TKJ
(Reed dkk., 2004). Dengan demikian, diperkirakan karena secara umum siswa
karakteristik agreeableness yang melekat lebih terarah untuk berperilaku dan berpikir
pada diri siswa kelas XII SMKN “X” dengan pola konvensional, kaku dan terikat
Malang jurusan RPL dan TKJ lebih kuat dengan aturan sehingga
berdampak kepada perilaku interpersonal conscientiousness pada siswa tidak
daripada memengaruhi karier siswa, berpengaruh terhadap kemampuan
sehingga karakteristik ini pun tidak adaptabilitas karier siswa. Pengujian data
memengaruhi adaptabilitas karier siswa. secara parsial menghasilkan temuan
Hasil pengujian data memperlihatkan variabel big five personality dimensi
bahwa dimensi conscientiousness pada big neuroticism tidak memberikan pengaruh
five personality secara signifikan tidak pada adaptabilitas karier. Temuan ini
memberikan pengaruh terhadap berbeda dengan sejumlah penelitian
adaptabilitas karier. Hal ini berkaitan terdahulu yang membuktikan neuroticism
dengan aspek dependability yang berkorelasi negatif terhadap adaptabilitas
terkandung dalam conscientiousness tidak karier (Rossier dkk., 2012; Li dkk., 2015;
ditemukan memprediksi kinerja adaptif Teixeira dkk., 2012; Zacher, 2014; van
atau tidak mendukung kemampuan Vianen dkk., 2012;).
beradaptasi individu (Griffin & Hesketh, Penjelasan mengenai mekanisme tidak
2005; Pulakos dkk., 2002). adanya pengaruh dimensi neuroticism
Aspek dependability terdiri dari faset: terhadap adaptabilitas karier berkaitan
(a) order, merupakan kecenderungan untuk dengan karakteristik neuroticism yang
teratur dan rapi; (b) dutifulness, kepatuhan ditandai oleh ketidakstabilan,
yang ketat pada seperangkat standar; dan ketidakamanan pribadi dan depresi,
(c) deliberation, menggambarkan seseorang sehingga stabilitas emosi yang dimiliki
yang berhati-hati, bijaksana dan terencana. rendah dan cenderung menunjukkan
Ketika situasi membutuhkan kemampuan kurangnya penyesuaian psikologis yang
beradaptasi, ketiga aspek dependability positif (Judge dkk., 1999, dalam van
tersebut kemungkinan tidak dapat berfungsi Vianen dkk., 2012). Terlebih lagi, karena
dengan baik untuk dapat beradaptasi. Hal individu neurotik memiliki kecenderungan
ini disebabkan aspek dependability lebih untuk pesimisme dan merenungkan pikiran
mengarahkan individu untuk bertindak negatif, sehingga individu mungkin kurang
serta berpikir dengan konvensional, tidak peduli tentang masa depan kejuruannya,
fleksibel, kaku dan terikat pada aturan yang kurang siap untuk hari esok, dan menjadi
mungkin mempersulit individu berfungsi kurang mau belajar tentang diri dan
dalam lingkungan kerja yang berubah pengalaman baru (Nilforooshan & Salimi,
dengan cepat, sehingga tidak mendukung 2016). Dengan demikian, berdasarkan
kemampuan beradaptasi individu (Pulakos uraian tersebut, menjadikan neuroticism
dkk., 2002). Dependability kemungkinan pada diri siswa kelas XII SMKN “X”
menjadi indikasi kinerja yang lebih stabil Malang jurusan RPL dan TKJ tidak
dan konsisten daripada perilaku yang berpengaruh terhadap adaptabilitas karier
bervariasi dan fleksibel yang diyakini individu.

232
Peran Learning Goal Orientation dan Big Five Personality terhadap Adaptabilitas Karier Siswa SMK (Jati Fatmawiyati, Duta
Nurdibyanandaru, Dewi Retno Suminar)

M. (1996). Goal orientation in


Simpulan organizational research: A conceptual
and empirical foundation.
Temuan pada penelitian ini yaitu LGO
Organizational Behavior and Human
dan big five personality memberikan
Decision Processes, 67(1), 26–48.
pengaruh terhadap kemampuan
https://doi.org/10.1006/obhd.1996.006
adaptabilitas karier siswa kelas XII SMKN
3
“X” Malang jurusan RPL dan TKJ. Apabila
Cervone, D., & Pervin, L. A. (2012).
tingkat LGO dan big five personality
Kepribadian : Teori dan Penelitian
semakin tinggi, maka tingkat adaptabilitas
(10th ed.). Salemba Humanika.
karier siswa juga akan semakin tinggi. Hal
Chong, S., & Leong, F. T. L. (2017).
ini dapat dimaknai bahwa saat siswa
Antecedents of career adaptability in
mampu meningkatkan sumber dayanya
strategic career management. Journal
melalui LGO dan big five personality,
of Career Assessment, 25(2), 268–280.
maka hal ini akan membantu siswa untuk
https://doi.org/10.1177/106907271562
peduli dan menyiapkan masa depan
1522
kariernya dengan lebih baik. Siswa juga
Departemen Pendidikan Nasional. (2003).
lebih mampu untuk bertanggung jawab dan
Undang-Undang Republik Indonesia
mengontrol kariernya ke depan. Tingkat
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
eksplorasi karier mereka pun diprediksi
Pendidikan Nasional (pp. 147–173).
akan lebih baik. Selain itu, peningkatan
Dweck, C. S. (1986). Motivational
sumber daya siswa melalui LGO dan big
processes affecting learning. American
five personality juga membuat mereka lebih
Psychologist, 41(10), 1040–1048.
yakin dan berupaya kuat untuk dapat
https://doi.org/10.1037/0003-
menuntaskan hambatan maupun masalah
066X.41.10.1040
karier yang dihadapi. Sebaliknya, apabila
Dweck, C. S., & Leggett, E. L. (1988). A
tingkat LGO dan big five personality
social-cognitive approach to
bernilai rendah, maka tingkat adaptabilitas
motivation and personality.
karier siswa pun akan semakin rendah.
Psychological Review, 95(2), 256–273.
Oleh karena itu, bagi siswa penting untuk
https://doi.org/10.1037/0033-
terlibat kegiatan-kegiatan yang
295X.95.2.256
mengembangkan karakteristik LGO dan big
Faadhilah, A. M. (2016). Hubungan
five personality, sehingga pola adaptif yang
learning goal orientation dengan
melekat pada kedua faktor ini mampu
adaptabilitas (career adaptability)
meningkatkan adaptabilitas karier mereka.
pada mahasiswa tingkat akhir jurusan
sastra Jepang universitas Airlangga
Daftar Pustaka
(Skripsi tidak diterbitkan). Universitas
Azwar, S. (2016). Penyusunan skala Airlangga, Fakultas Psikologi.
psikologi. Pustaka Pelajar. Ghozali, I. (2011). Aplikasi analisis
Babarović, T., & Š verko, I. (2016). multivariate dengan program SPSS.
Vocational development in Badan Penerbit Universitas
adolescence: career construction, Diponegoro.
career decision-making difficulties and Giffari, N. (2017). Pengaruh social support
career adaptability of Croatian High terhadap career adaptability pada
School students. Primenjena mahasiswa tingkat akhir fakultas
Psihologija, 9(4), 429– 447. Psikologi universitas Airlangga
https://doi.org/10.19090/pp.2016.4.429 (Skripsi tidak diterbitkan) Universitas
-448 Airlangga, Fakultas Psikologi.
Button, S. B., Mathieu, J. E., & Zajac, D. Griffin, B., & Hesketh, B. (2005). Are

233
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2020, Vol. 7, No. 2, Hal. : 217-236

conscientious workers adaptable? Pembinaan Sekolah Menengah


Australian Journal of Management, Kejuruan Direktorat Jenderal
30(2), 245–259. Pendidikan Dasar dan Menengah
https://doi.org/10.1177/031289620503 Kementerian Pendidikan dan
000204 Kebudayaan RI.
Gunawan, W. (2014). Adaptabilitas karier: Koen, J., Klehe, U.-C., & Van Vianen, A.
Strategi menghadapi afta dan E. M. (2012). Training career
memanfaatkan bonus demografi. adaptability to facilitate a successful
Journal Noetic Psychology, 4(2), 110– school-to-work transition. Journal of
126. Vocational Behavior, 81(3), 395–408.
Han, H., & Rojewski, J. W. (2015). https://doi.org/10.1016/j.jvb.2012.10.0
Gender-specific models of work-bound 03
Korean adolescents’ social supports Koen, J., Klehe, U.-C., Van Vianen, A. E.
and career adaptability on subsequent M., Zikic, J., & Nauta, A. (2010). Job-
job satisfaction. Journal of Career search strategies and reemployment
Development, 42(2), 149–164. quality. Journal of Vocational
https://doi.org/10.1177/089484531454 Behavior, 77(1), 126–139.
5786 https://doi.org/10.1016/j.jvb.2010.02.0
Hermawati, N. (2013). Gambaran orientasi 04
masa depan area pekerjaan pada Li, Y., Guan, Y., Wang, F., Zhou, X., Guo,
mahasiswa fakultas psikologi UIN K., Jiang, P., … Fang, Z. (2015). Big-
SGD Bandung. Psympathic: Jurnal five personality and BIS/BAS traits as
Ilmiah Psikologi, 6(1), 731–742. predictors of career exploration: The
Hirschi, A. (2009). Career adaptability mediation role of career adaptability.
development in adolescence: Multiple Journal of Vocational Behavior, 89,
predictors and effect on sense of power 39–45.
and life satisfaction. Journal of https://doi.org/10.1016/j.jvb.2015.04.0
Vocational Behavior, 74(2), 145–155. 06
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2009.01.0 Luthans, F. (2011). Organizational
02 behavior. In B. Gordon (Ed.), McGraw
Hirschi, A. (2010). The role of chance Hill Irwin (12th ed.).
events in the school-to-work transition: https://doi.org/10.5005/jp/books/10358
The influence of demographic, _23
personality and career development Nauta, M. M. (2007). Career interests, self-
variables. Journal of Vocational efficacy, and personality as
Behavior, 77(1), 39–49. antecedents of career exploration.
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2010.02.0 Journal of Career Assessment, 15(2),
02 162–180.
John, O. P., & Srivastava, S. (1999). The https://doi.org/10.1177/106907270629
Big Five trait taxonomy: History, 8018
measurement, and theoretical Nilforooshan, P., & Salimi, S. (2016).
perspectives. In P. J. Oliver, R. Robins, Career adaptability as a mediator
& L. . Pervins (Eds.), Handbook of between personality and career
personality: Theory and research (2nd engagement. Journal of Vocational
Ed) (pp. 1–71). The Guilford Press. Behavior, 94, 1–10.
Kemendikbud. (2017). Panduan https://doi.org/10.1016/j.jvb.2016.02.0
sinkronisasi bidang keahlian di SMK 10
dengan prioritas potensi unggulan Noordzij, G., van Hooft, E. A. J., van
wilayah dan tenaga kerja. Direktorat Mierlo, H., van Dam, A., & Born, M.

234
Peran Learning Goal Orientation dan Big Five Personality terhadap Adaptabilitas Karier Siswa SMK (Jati Fatmawiyati, Duta
Nurdibyanandaru, Dewi Retno Suminar)

P. (2013). The effects of a learning- Savickas, M. L. (2005). The theory and


goal orientation training on self- practice of career construction. In S. D.
regulation: A field experiment among Brown & R. W. Lent (Eds.), Career
unemployed job seekers. Personnel development and counseling: Putting
Psychology, 66(3), 723–755. theory and research to work (pp. 42–
https://doi.org/10.1111/peps.12011 70). John Wiley & Sons, Inc.
Pulakos, E. D., Schmitt, N., Dorsey, D. W., Savickas, M. L., & Porfeli, E. J. (2012).
Arad, S., Borman, W. C., & Hedge, J. Career adapt-abilities scale:
W. (2002). Predicting adaptive Construction, reliability, and
performance: Further tests of a model measurement equivalence across 13
of adaptability. Human Performance, countries. Journal of Vocational
15(4), 299–323. Behavior, 80(3), 661–673.
https://doi.org/10.1207/S15327043HU https://doi.org/10.1016/j.jvb.2012.01.0
P1504_01 11
Ramdhani, N. (2012). Adaptasi bahasa dan SMKN “X” Malang.(2020, 23 Juni).
budaya inventori big five. Jurnal (2020). Profil SMKN “X” Malang.
Psikologi, 39(2), 189–207. https://smknxmalang.sch.id/smk-
Reed, M. B., Bruch, M. A., & Haase, R. F. negeri-x-malang/profil/
(2004). Five-factor model of SMKN “X” Malang. (2018a). Kuesioner
personality and career exploration. siswa SMKN “X” Malang.
Journal of Career Assessment, 12(3), SMKN “X” Malang. (2018b). Laporan
223–238. Survei Kepuasan Pelanggan SMKN
https://doi.org/10.1177/106907270326 “X” Malang.
1524 SMKN “X” Malang. (2019). Laporan Data
Rogers, M. E., Creed, P. A., & Ian Penyerapan Tamatan SMKN “X”
Glendon, A. (2008). The role of Malang.
personality in adolescent career Sugiyono. (2011). Metode penelitian
planning and exploration: A social kuantitatif, kualitatif dan R dan D.
cognitive perspective. Journal of Alfabeta.
Vocational Behavior, 73(1), 132–142. Sulistiani, W., & Handoyo, S. (2018).
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2008.02.0 Career adaptability: The influence of
02 readiness and adaptation success in the
Rossier, J., Zecca, G., Stauffer, S. D., education context: a literature review.
Maggiori, C., & Dauwalder, J.-P. Proceedings of the 3rd ASEAN
(2012). career adapt-abilities scale in a Conference on Psychology,
french-speaking Swiss sample: Counselling, and Humanities (ACPCH
Psychometric properties and 2017), 133, 195–205.
relationships to personality and work https://doi.org/10.2991/acpch-
engagement. Journal of Vocational 17.2018.32
Behavior, 80(3), 734–743. Teixeira, M. A. P., Bardagi, M. P.,
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2012.01.0 Lassance, M. C. P., Magalhães, M. de
04 O., & Duarte, M. E. (2012). Career
Savickas, M. L. (1997). Career adapt-abilities scale—Brazilian form:
adaptability: An integrative construct Psychometric properties and
for life-span, life-space theory. The relationships to personality. Journal of
Career Development Quarterly, 45(3), Vocational Behavior, 80(3), 680–685.
247–259. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2012.01.0
https://doi.org/10.1002/j.2161- 07
0045.1997.tb00469.x

235
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2020, Vol. 7, No. 2, Hal. : 217-236

Tian, Y., & Fan, X. (2014). Adversity career concerns: Predicting career
quotients, environmental variables and adaptability in young adults. The
career adaptability in student nurses. Spanish Journal of Psychology, 14(1),
Journal of Vocational Behavior, 85(3), 263–271.
251–257. https://doi.org/10.5209/rev_SJOP.2011
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2014.07.0 .v14.n1.23
06 Zacher, H. (2014). Career adaptability
Tolentino, L. R., Garcia, P. R. J. M., Lu, V. predicts subjective career success
N., Restubog, S. L. D., Bordia, P., & above and beyond personality traits
Plewa, C. (2014). Career adaptation: and core self-evaluations. Journal of
The relation of adaptability to goal Vocational Behavior, 84(1), 21–30.
orientation, proactive personality, and https://doi.org/10.1016/j.jvb.2013.10.0
career optimism. Journal of Vocational 02
Behavior, 84(1), 39–48.
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2013.11.0
04
van Vianen, A. E. M., Klehe, U.-C., Koen,
J., & Dries, N. (2012). Career adapt-
abilities scale — Netherlands form:
Psychometric properties and
relationships to ability, personality, and
regulatory focus. Journal of Vocational
Behavior, 80(3), 716–724.
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2012.01.0
02
Wang, Z., & Fu, Y. (2015). Social support,
social comparison, and career
adaptability: A moderated mediation
model. Social Behavior and
Personality, 43(4), 649–660.
https://doi.org/10.2224/sbp.2015.43.4.6
49
Wiroko, E. P. (2017). Tantangan dan
strategi rekrutmen di Indonesia.
Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi,
4(2), 193–204.
https://doi.org/10.15575/psy.v4i2.1442
Yi, M. Y., & Hwang, Y. (2003). Predicting
the use of web-based information
systems: Self-efficacy, enjoyment,
learning goal orientation, and the
technology acceptance model.
International Journal of Human-
Computer Studies, 59(4), 431–449.
https://doi.org/10.1016/S1071-
5819(03)00114-9
Yousefi, Z., Abedi, M., Baghban, I.,
Eatemadi, O., & Abedi, A. (2011).
Personal and situational sariables, and

236

You might also like