You are on page 1of 7

1.

Biografi Mohammad Sohibul Iman

Mohammad Sohibul Iman adalah anggota DPR RI dari fraksi PKS. Dia lahir di Tasikmalaya,
Jawa Barat pada tanggal 5 Oktober 1965. Sejak kecil jiwa kepemimpinannya ditunjukkan dengan
sering mengikuti organisasi. Aktivitas organisasi sudah dijalani mulai sejak SD, SMP, dan SMA
(Pramuka dan OSIS), kemudian dilanjutkan dalam kegiatan ekstra kurikuler di perguruan tinggi.

Meskipun sempat kuliah di IPB sampai semester 3 namun seluruh pendidikan tinggi (S1-S3) bisa
dia selesaikan di Jepang. Beberapa organisasi yang tercatat spernah diikuti antara lain seperti
ISTECS (Institute for Science and Technology Studies), YPNF (Yayasan Pendidikan Nurul
Fikri), HSF (Hokuriku Scientific Forum), MITI (Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia),
YIT (Yayasan Inovasi Teknologi), dan lain-lain.

Dia pernah mengabdi di lembaga teknologi pemerintahan, perguruan tinggi, dan perusahaan
konsultan. Selama bertugas sebagai PNS di BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional) dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) ia banyak
menangani proyek penelitian terutama yang berkait dengan kebijakan teknologi dan industri.

Selain itu, dia juga banyak terlibat dalam program reformasi, restrukturisasi, dan revitalisasi di
lembaga negeri ini. Di dunia akademik, selain berpengalaman sebagai dosen, di beberapa
perguruan tinggi, dia pernah menjabat sebagai rektor Universitas Paramadina, Jakarta. Bahkan
dia pernah mendedikasikan dirinya pada konsultan hak paten di Amroos Law Consultant, Jakarta.

Setelah reformasi tahun 1998, Sohibul bergabung dengan PK (Partai Keadilan) dan dipercaya
sebagai Ketua Departemen IPTEK-LH DPP PK. Selanjutnya sejak tahun 2005 hingga 2010
diamanahi sebagai Ketua DPP PKS bidang Ekuintek (Ekonomi, Keuangan, Industri, dan
Teknologi). Amanah tersebut cukup berat, tapi berkat bantuan dan kerjasama teman teman dan
saudara saudara disekitar dia, sampai saat Sohibul masih bisa menjalankannya.

Sebagai Anggota DPR dari PKS tentu saya harus memperjuangkan visi PKS. Secara pribadi
menjabarkan dalam tiga misi, yaitu berjuang bersama, antara lain menegakkan moralitas
bernegara, membangun kemandirian ekonomi, mengembangkan budaya maju.

PENDIDIKAN
2004 : Ph.D. dari Graduate School of Knowledge Science, Japan Advanced Institute of Science
and Technology (JAIST)
1994 : Master of Engineering dari Takushoku University, Tokyo
1992 : Bachelor of Engineering dari Waseda University, Tokyo
1987 – 1988 : Kursus Bahasa Jepang di Center for Foreign Language Studies, Takushoku
University, Tokyo
1985 – 1987 : Mahasiswa IPB sampai Tingkat 2, berhenti karena mendapat beasiswa ke Jepang

KARIR
Anggota DPR RI Fraksi PKS
Rektor dan dosen Universitas Paramadina Jakarta
2. Biografi Suharna Surapranata

Suharna Surapranata adalah Menteri Ristek dan Teknologi (Menristek) Kabinet Bersatu II.
Suharna terpilih setelah mengalahkan kandidat populer lainnya yang sempat diwacanakan publik
seperti Onno W Purbo.

Tidak banyak yang diketahui mengenai sepak terjang Suharna, baik secara pribadi maupun
dalam karir politiknya di Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sebelum memulai karir sebagai politisi, Suharna banyak berkutat sebagai aktivis masjid kampus.
Dia juga pernah bekerja sebagai peneliti di Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) dan Dosen
FMIPA UI, serta mengikuti Pendidikan Kepemimpinan Nasional Lemhanas KSA X tahun 2002.

Bersama dengan beberapa rekannya, pada tahun 1988 Suharna mendirikan Partai Keadilan (PK)
yang kemudian berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Bapak 10 anak ini juga merupakan salah satu pendiri Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi
Indonesia (MITI). Sejak berdiri tahun 2004, MITI telah membangun jaringan di seluruh
Indonesia dan luar negeri yang mencakup lebih dari 300 ilmuwan doktor Indonesia di seluruh
dunia.

Dari sinilah karir Suharna terus naik hingga akhirnya dia terpilih menjadi Menristek pada masa
presiden SBY. Di PKS sendiri, Suharna adalah Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP), yang
secara struktueal tidak berhubungan langsung dengan teknologi.

Pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBY melakukan reshuffle kabinet. Suharna yang
menjabat sebagai Menristek digantikan oleh Gusti Muhammad Hatta.

PENDIDIKAN
S1 Fakultas MIPA Universitas Indonesia (1978)
S1 University of Tsukuba, Jepang (1986)
Magister Instrumentasi dan Kontrol Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (1991)
Pendidikan Kepemimpinan Nasional Lemhanas KSA X (2002).

KARIR
Menteri Ristek dan Teknologi (Menristek) Kabinet Bersatu II
Peneliti di Badan Tenaga Atom Nasional (Batan)
Dosen FMIPA UI
Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) partai PKS
Salah satu pendiri Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI)
3. Biografi H. Ahmad Heryawan

H. Ahmad Heryawan merupakan Gubernur Jawa Barat yang saat ini masih menjabat untuk
periode 2008-2013 dan merupakan politikus dari Partai Keadilan Sejahtera. Dalam menjalankan
tugasnya, ia ditemani oleh Dede Yusuf sebagai wakilnya.

Sebelum menjabat sebagai gubernur Jawa Barat, ia menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD
Provinsi DKI Jakarta periode 2004-2009. Sebagai seorang pemimpin daerah, misi yang ia bawa
adalah menciptakan masyarakat yang memiliki dasar pengetahuan (knowledge) untuk
melahirkan dunia dengan wajah baru. Selain itu, Ahmad Heryawan juga memberikan prioritas
pada pendidikan murah, sejuta lapangan kerja, kesehatan masyarakat, perbaikan ekonomi
masyarakat, dan pembenahan infrastruktur di seluruh wilayah Jawa Barat.

Selain menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, ia merupakan Ketua Umum Pengurus Besar
Persatuan Umat Islam (PUI) sejak tahun 2004 hingga sekarang. Ahmad Heryawan adalah
politikus yang juga aktif sebagai pendakwah atau mubaligh. Sebelum terjun ke dunia politik, ia
sempat aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi, antara lain Ma'had Al Hikmah, Dirosah Isla
miyyah Al Hikmah, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Jakarta, dan Pusat Studi Islam Al Manar. Hal unik yang dikenal masyarakat luas dari sosok
gubernur ini adalah ia sempat mendapat predikat sebagai Gubernur yang paling banyak
memasang spanduk, baliho, atau banner dan sejenisnya di sepanjang jalanan Kota Bandung dan
Jawa Barat.

Gubernur Ahmad Heryawan pada tahun 2011 dinobatkan sebagai tokoh perubahan 2011 oleh
sebuah media cetak nasional. Pada tahun 2012, ketokohan Ahmad Heryawan disosialisasikan
sendiri olehnya melalui SBB yang tersebar di beberapa sudut jalan di Kota Bandung. Ia menilai
bahwa tindakannya yang terkesan “show-off” dan ingin memanfaatkan kedudukannya sebagai
seorang pejabat daerah adalah wajar untuk tetap mengikat dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat. Sementara itu dia akan maju lagi dalam pemilihan Gubernur periode 2013-2018.
Kali ini dia menggaet Deddy Mizwar sebagai wakilnya.

Menjelang Pilpres 2014 mendatang, Ahmad Heryawan menjadi salah satu kandidat capres dari
partai PKS.

PENDIDIKAN
SD Negeri Salaawai 1 (1980)
SMP Negeri Sukaraja (1983)
SMA Negeri 3, Sukabumi (1986)
Fakultas Syariah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) (1992)

KARIR
Dosen Lembaga Dakwah Islam Al Hikmah
Dosen Universitas Ibnu Khaldun
Dosen Tidak Tetap FE Extention UI
Ketua Fraksi PK DPRD DKI 1999-2004
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta 2004-2009
Gubernur Jawa Barat
Penghargaan
Enterpreneurship Development (2011)
Anu Bhawa Sasana Desa (2011)
Penghargaan Pendidikan Inklusif (2011)
Adiupaya Puritama bidang Penyelenggara Perumahan dan Kawasan Permukiman (2011)
Ganesa Prajamanggala Bakti Adi Utama (2011)
Satya Lencana Kebaktian Sosial (2011)
Anugerah Parahita Ekapraya (APE) Pratama (2011)
Transmigrasi Award (2011)

4. Biografi Dr. Muhammad Hidayat Nur Wahid

Dr. Muhammad Hidayat Nur Wahid, MA adalah mantan Ketua Majelis Permusyawaratan
Rakyat periode 2009-2009. Ia menggantikan Amien Rais dan kemudian digantikan oleh Taufiq
Kiemas. Dalam pemilihan umum, Hidayat menang dua angka dari lawannya, Sucipto yang
diusung Koalisi Kebangsaan.

Hidayat kecil lebih banyak menghabiskan waktunya di Jawa Tengah. Ia memilih mendalami
Islam dalam setiap sekolah yang dipilihnya. Lulus dari SDN Kebondalem Kidon, Pramban,
Klanten tahun 1972, ia masuk Pondok Pesantren Wali Songo, Ngabar Ponorogo tahun 1972,
kemudian ke Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo lulus tahun 1978.

Masih dalam satu provinsi yang sama, Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijogo Yogyakarta jadi
pilihan untuk meraih gelar sarjana tahun 1979. Setelah itu ia melanjutkan ke Fakultas Dakwah
dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah Arah Saudi dan lulus pada 1983 dengan judul skripsi
Mauqif Al Yahud Min Islam Al Anshar.

Pria yang lahir di Klaten, 8 April 1960 ini kemudian melanjutkan pendidikan lagi untuk meraih
gelar Master melalui program pascasarjana Universitas Islam Arab Saudi jurusan Aqidah hingga
1987. Lalu, di tahun 1992, Hidayat akhirnya merangkumkan gelar doktor lewat progam
Pascasarjana Universitas Islam Medina, Arab Saudi, Jurusan Aqidah Fakultas Dakwah dam
Ushuludin.

Sejak masa sekolah, Hidayat sudah gemar berorganisasi. Ia tercatat sebagai Anggota Pelajar
Islam Indonesia (1973), Andalan Koordinator Pramuka Gontor bidang Kesekretariatan (1977-
1978), Training HMI IAIN Yogyakarta (1979), Sekretaris MIP PPI Madinah, Arab Saudi (1981-
1983), Ketua PPI Arab Saudi (1983-1985), Peneliti Lembaga Kajian Fiqh dan Hukum Al Khairot,
dan Anggota Pengurus Badan Wakaf Ponfok Modern Gontor (1999).

Dengan ilmu yang didapat serta pengalaman itu yang diaplikasikannya lewat kinerja di partai,
akhirnya Hidayat diangkat menjadi Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mulai 21 Mei 2000
sampai 11 Oktober 2004. Bersama partai ini pula ia maju dalam pemilihan calon legislatih
daerah pemilihan Jawa Tengah 5 yang meliputi Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten,
Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta. Hidayat meraih total suara 106.521 dan duduk di
bangku DPR Komisi I yang membidangi Pertahanan, Luar Negeri, dan Informasi.
Dalam kehidupan pribadinya, Hidayat dikaruniai empat anak dari pernikahan dengan Hj. Kastian
Indriawati (alm), yang bernama Inayati Dzil Izzati, Ruzaina, Alla Khairi, dan Hubaib Shidiqi.
Kemudian setelah istri pertamanya meninggal, Hidayat menemukan tambatan hati lainnya yakni
dr. Diana Abbas Thalib dan dikaruniai anak kembar bernama Daffa Muhammad Hidayat dan
Daffi Muhammad Hidayat.

Tahun 2012, Hidayat yang diusung PKS maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Berpasangan
dengan Didik J Rachbini dari Partai Amanat Nasional, Hidayat mendapat nomor urut empat
dengan jargon 'Ayo Beresin Jakarta'. Sayangnya, dalam putaran pertama langkahnya langsung
terhenti.

PENDIDIKAN
1972: SDN Kebondalem Kidul I, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah
1973: Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. (SLTP)
1978: Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur (SMA)
1979: IAIN Sunan Kalijogo, Fakultas Syari’ah, Yogyakarta
1983: Universitas Islam Madinah, Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Saudi Arabia; Skripsi
“Mauqif Al-Yahud Min Islam Al Anshar” (Sarjana)
1987: Program Master Universitas Islam Madinah, Departemen Aqidah Thesis “Al Bathiniyyaun
Fi Indonesia, ‘Ardh wa Dirosah”. (Master)
1992: Program Doktor, Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia.

KARIR
Dosen Pasca Sarjana Magister Studi Islam, UMJ.
Dosen Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum, UMJ.
Dosen Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Dosen Fakultas Ushuludin (Program Khusus) IAIN, Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dosen Pasca Sarjana Universitas Asy-Syafi’iyah, Jakarta.
Ketua LP2SI (Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam) Yayasan Al-Haramain, Jakarta.
Dewan Redaksi Jurnal “Ma’rifah”.
Ketua Forum Dakwah Indonesia.
Presiden Partai Keadilan 2000- 2002
Presiden Partai Keadilan Sejahtera 2003 – 2004.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Republik Indonesia 2004 – 2009.
Ketua Badan Kerjasama Antar-Parlemen DPR RI, 2009 - 2014.

PENGALAMAN ORGANISASI:
Anggota PII, 1973
HMI IAIN Walisongo Yogyakarta, Trainning, 1979
MIP PPI Madinah Arab Saudi, Sekretaris, 1981 – 1982
Anggota Pengurus Badan Wakaf Pesantren Gontor, 1999- Sekarang
Ketua PPI Saudi Arabia 1982- 1985
Anggota Majelis Tablig dan Da’wah Khusus PP Muhammadiyah
Wakil Ketua Dewan Penasihat ICMI Pusat 2005- 2010
5. Biografi Ahmad Syaikhu

Mengawali kariernya di PNS sebagai auditor, Ahmad Syaikhu kemudian terjun ke dunia politik.
Dari legislatif hingga eksekutif.

Putra dari pasangan K.H Ma’soem bin Aboelkhair dan Nafi’ah binti Thohir ini mengenyam
pendidikan dasar dari kelas 1 hingga kelas 5 di SDN Ciledug III. Ia terpaksa pindah sekolah ke
SDN Lemahabang II karena ikut sang ayah yang dipindahtugaskan sebagai Ketua Kantor Urusan
Agama Sindanglaut, Cirebon.

Selanjutnya Ahmad meneruskan sekolah ke SMPN dan SMAN Sindanglaut Cirebon. Setelah
lulus, ia kuliah di Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN).

Di samping itu, ia juga mendapatkan pendidikan agama dari orang tua, guru privat, dan kiai-kiai
di Pondok Pesantren Buntet Cirebon, Jawa Barat.

Ahmad mengawali kariernya sebagai Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) perwakilan Provinsi Sumatera Selatan, Palembang dari tahun 1986 hingga 1989. Lalu,
setelah itu ke BPKP Pusat pada Deputi Bidang Pengawasan Keuangan Daerah.

Pada tahun 2004, Ahmad dicalonkan oleh PKS sebagai anggota DPRD Bekasi. Tentu saja,
terjunnya ia ke dunia politik membuat dirinya harus memilih antara tetap menjadi PNS atau
seorang politikus. Ia pun menanggalkan statusnya sebagai PNS dan resmi menjadi Anggota
DPRD Bekasi tahun 2004-2009.

Sebelum berakhir tugasnya di DPRD Bekasi, suami dari Lilik Wakhidah ini mencalonkan diri
sebagai calon Walikota Bekasi pada 2008, namun kalah oleh pasangan Mochtar Mohammad-
Rahmat Effendi.

Selang setahun, ayah 6 anak ini terpilih sebagai anggota DPRD Jawa Barat dan menjabat pada
periode 2009-2013.

Sukses di legislatif, ia kembali mencoba bertarung pada Pilkada Bekasi. Kali ini, ia maju
sebagai calon wakil walikota Bekasi. Saat usianya 48 tahun, Ahmad terpilih sebagai wakil
walikota Bekasi mendampingi walikota Rahmat Effendi. Mereka dilantik pada 10 Maret 2013
dan menjabat hingga 2018.

Di samping karier politiknya, Ahmad Syaikhu juga aktif dalam berorganisasi. Sejak SMP dan
SMA, ia menjadi pengurus OSIS. Sedangkan saat kuliah, ia dpercaya sebagai Ketua Bidang
Kerohanian Islam dan Ketua Masjid Kampus Baitul Maal Badan Pendidikan dan Latihan
Keuangan (BPLK).

Bersama teman-temannya, Ahmad mendirikan beberapa yayasan di antaranya Yayasan At-


Tibyan di Jakarta Timur yang bergerak dalam pendidikan Islam dengan membuka TPA, Yayasan
Istiqomah Bina Umat (IBU) di Pondok Gede Bekasi yang bergerak dalam Tahfidzul Qur’an
(menghafalkan Al-Qur’an), serta Yayasan Adzkia di Bekasi Timur yang bergerak di bidang
sosial dan ekonomi.

Selain aktif di organisasi agama dan sosial, Ahmad juga menyukai olahraga bulutangkis dan
menembak. Ia bahkan dikukuhkan sebagai Ketua Perbakin (Persatuan Menembak Sasaran dan
Berburu Seluruh Indonesia) Cabang Kota Bekasi.

Keahlian menembak didapatkan melalui pembekalan Konsepsi Nasional bagi pimpinan dan
anggota DPRD se-Indonesia gelombang I di Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional) yang
berlokasi di Sekolah Polisi Negara Lido Sukabumi.

Dalam pembekalan tersebut, Ahmad berhasil meraih peringkat pertama. Pada tahun 2017,
Ahmad maju sebagai calon wakil gubernur Jawa Barat mendampingi Mayjen Purnawirawan
Sudrajat yang diusung Partai PKS dan Gerindra. Mereka akan bertarung dalam Pilkada 2018.

PENDIDIKAN
SDN Ciledug III
SDN Lemahabang II, Cirebon
SMPN Sindanglaut, Cirebon
SMAN Sindanglaut, Cirebon
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)

KARIER
Pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMP dan SMA
Ketua Bidang Kerohanian Islam STAN
Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Sumatera
Selatan, Palembang (1986-1989)
Auditor BPKP Pusat pada Deputi Bidang Pengawasan Keuangan Daerah (1989)
Anggota DPRD Kota Bekasi (2004-2009)
Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat (2009-2013)
Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPRD Jawa Barat
Ketua Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin) Kota Bekasi
Dewan pengawas Yayasan Islamic Center IQRO’
Ketua Ta’mir Masjid Annur, Yayasan Miftahul Amal Bojong Rawalele Jatimakmur Pondok
Gede Bekasi
Wakil Wali kota Bekasi (2013-2018)

You might also like