You are on page 1of 10

TUGAS UJI KOMPETENSI 3

LEMBAR REFLEKSI
SETELAH MELAKUKAN
PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

NAMA : INTAN DWI KRISWANTI

NIM : 858919136

POKJAR LUMAJANG
UPBJJ – UNIVERSITAS TERBUKA JEMBER
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau, tak
dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran dan permasalahan perbedaan. Begitu
juga dalam sistem pendidikan kita. Misalnya dalam penyebaran guru SD, sistem
pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru
wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara lokal dimana-
mana, termasuk di Papua masih mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000
orang.
Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota
besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah terutama di
daerah yang terpencil. Akibatnya kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya
perbedaan ini. Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti
merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar mungkin hal ini
dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan Pembelajaran
Kelas Rangkap (PKR). Dalam pembahasan ini, akan memahami hakikat PKR, oleh karena
itu tidak lagi mempunyai anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk
diatasi. Namun justru sebaliknya jika kita akan mendapatkan pemahaman bahwa PKR
adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus dihadapi sebagai tugas guru SD.
Disamping itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi oleh guru,
tetapi PKR juga mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar
dikelas rangkap.

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan deskripsi masalah yang diuraikan di atas, d a p a t d i r u m u s k a n
masalah sebagai berikut:
Apakah Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadikan suatu model pembelajaran
untuk saat ini?
III. Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan penulisan laporan yang ingin
dicapai adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadiakan model
pembelajaran untuk saat ini
BAB II
ISI LAPORAN

I. Pendapat Pribadi PKR Sebagai Model Pembelajaran


Menurut Penulis di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari
ribuan pulau, tak dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran dan permasalahan
perbedaan beberapa hal. Begitu juga dalam sistem pendidikan kita. Misalnya dalam
penyebaran guru SD. Sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara
merata ke segala penjuru wilayah di tanah air. Dalam masalah perbedaan kualitas hasil
belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan
mereka yang berada di daerah, terutama di daerah yang terpencil. Akibat kekurangan guru
mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini.
Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan guru di beberapa SD di Indonesia
adalah dengan penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Namun demikian, mengajar
dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya
kualitas hasil belajar. Mungkin hal ini dikarenakan kita belum menemukan teknik yang
tepat untuk melakukan PKR. Pemahaman yang baik tentang PKR oleh guru maupun calon
guru diharapkan akan mampu melaksanakan pembelajaran PKR dengan efektif dan efisien,
sehingga ada anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi.
Namun, justru disadari bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan yang harus
dihadapi sebagai tugas guru.
Dalam PKR lebih banyak menuntut siswa belajar mandiri dan konstektual, sehingga
secara tidak langsung interaksi antara siswa yang baik dan intensif akan membentuk
karakter siswa yang positif.
II. Sumber Berita Sebagai Pendukung Diperlukannya Pembelajaran Kelas Rangkap
https://kalimantanpost.com/2022/06/guru-kelas-rangkap-solusi-pembelajaran-jam-kosong/

https://probolinggokab.go.id/atasi-kekurangan-guru-116-lembaga-sdn-terapkan-multigrade/

III. Teori Pendukung Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)


Menurut Djalil (2012) menyatakan bahwa pembelajaran kelas rangkap (PKR) adalah
bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas
atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang
berbeda. pembelajaran kelas rangkap juga mengandung makna, seorang guru mengajar
dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid dengan kemampuan belajar yang
berbeda-beda. Setiap siswa memiliki kemampuan dalam menyerap materi yang
didapatkannya dengan cara yang berbeda-beda. Maka sudah menjadi tugas seorang guru
mampu memahami berbagai karakteristik perbedaan individu setiap siswa.
Menurut Pradipto (2007) seorang guru harus mengenal anak- anak di kelasnya secara
personal. Kemampuan untuk menangkap materi pembelajaran masing-masing anak
berbeda satu dengan lainnya (bersifat individual). Pemberian materi ajar harus disesuaikan
degan kemampuan peserta didik. Seorang siswa bisa menyelesaikan sebuah soal atau
memahami materi dalam waktu yang berbeda-beda. Dari perbedaan ini, guru bertugas
membantu anak-anak yang mengalami kesulitan mengerjakan soal ataupun memahami
materi. Sehingga guru tidak bisa menyamaratakan kemampuan anak. Guru harus bertanya
kepada anak satu per satu tentang kesulitan yang mereka hadapi. Apa yang belum dipahami
anak, guru harus bisa membantu supaya mereka paham ataupun juga dengan meminta
teman-teman sebayanya untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Sumar (2017) bahwa disamping profesionalisme
seorang guru, pembelajaran juga terkait erat dengan subjek belajar,yaitu peserta didik.
Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik, yaitu faktor yang ada
pada diripeserta didik dan faktor yang berasal dari luar peserta didik. Faktor minat,
motif, dan perhatian dari dalam peserta didik perlu dimunculkan karena faktor
inilah yang sangat menentukna keberhasilan belajar peserta didik. Peran guru akan
sangat membantu memunculkan faktor ini dengan bilbingan, arahan dari guru,
sehingga peserta didik diharapkan akan menjadi pribadi yang matang, kreatif,
inovatif, dan mandiri.
Proses pembelajaran di dalam kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab
seorang guru. Untuk itu pengenalan peserta didik secara mendalam juga menjadi
tugas utama seorang guru. Guru yang akan memahami karakteristik peserta
didiknya harus mengetahui berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peserta
didiknya tersebut. Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar peserta
didik. yaitu faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu
sendiri dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri peserta didik.
Dalam Alisuf (2007) menejelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa secara besar terbagi menjadi dua bagian sebagai berikut :
a) Faktor internal siswa
1) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik,
serta kondisi panca inderanya terutama pengkihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi dan
kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi,
ingatan, berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki
b) Faktor eksternal siswa
1) Faktor lingkungan siswa, faktor ini terbagi menjadi dua yaitu faktor alam
dan non sosial (seperti keadaan suhu, kelembapan udara, waktu, letak
madrasah atau sekolah, dan sebagainya) dan faktor lingkungan sosial
seperti manusia dan budayanya.
2) Faktor instrumental, yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung
dan sarana fisik kelas, sarana dan alat pembelajaran, media pembelajaran,
guru, dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi pembelajaran

c) Kelebihan dan Kelemahan Model PKR


Menurut Wardhani, IGK dalam bukunya Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap
menjelaskan bahwa:
Kelebihan Model PKR 221:
1) Kegiatan pendahuluan dan penutupan masing-masing kelas dapat dilakukan
secara bersama-sama dalam ruangan yang akan digunakan untuk
pembelajaran.
2) Tidak membuang waktu terlalu banyak dalam pembelajaran, sebab dua
kelas melakukan pembelajaran dalam satu ruangan bersama-sama.
3) Guru mudah dalam melakukan pemantauan terhadap siswa selama
pembelajaran berlangsung.
4) Menghemat tenaga guru karena tidak perlu berpindah-pindahruangan.
5) Membina persahabatan antar kelas.
6) Guru lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar tetap tercipta iklim
kelas yang menyenangkan.
Kelemahan Model PKR 221
1) Siswa tidak dapat fokus dengan apa yang sedang dipelajari atau
dikerjakan karena terganggu oleh aktivitas kelas lain.
2) Tidak semua guru memiliki kemampuan mengelola siswa heterogen dalam
ruangan yang sama
3) Bertambahnya pekerjaan administratif, pekerjaan akademik,pelayanan dan
tanggung jawab guru terhadap siswa karena guru mengajar kelas rangkap.
Dari uraian di atas model ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan
model ini adalah dapat meningkatkan keaktipan siswa, untuk bekerjasama
dengan antara tingkat kelas yang berbeda dalam satu ruangan yang sama, dan
juga melatih siswa agar berani untuk bertanggung jawab terhadap kelompok
yang diembannya, dan kelemahan dari model ini yaitu tidak semua siswa
mempunyai keberanian untuk mengembangkan potensi yang ada didalam diri
siswa tersebut, disamping itu tidak semua guru bisa mengembangkan
kemampuan untuk mengelola siswa yang heterogen dalam ruangan yang sama.

d) Prinsip-Prinsip yang Mendasari PKR


Prinsip-prinsip dalam PKR adalah ketentuan-ketentuan umum yang khusus
memandu dan mengarahkan pikiran dan perilaku gurudalam menyikapi dan
mengelola pembelajaran. PKR seperti pembelajaran pada umum memiliki
prinsip umum baik yang bersifat psikologis- pedagogis maupun didaktik-
metodik. Sedangkan yang bersifat psikologis-pedagogis adalah yang berkenaan
dengan perubahan perilaku siswa, sedangkan yang bersifat didaktik-metodik
adalah yang berkenaan dengan strategi atau prosedur pembelajaran. Beberapa
prinsip umum psikologis-pedagogis antara lain :
1) Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan
perilaku menuntut perlakuan pembelajaran yang cocok dengan
tingkatannya.
2) Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari diri siswa
atau ”motivasi instrinsik” maupun yang datang dari luar diri siswa atau
motivasiinstrumental. Oleh karena itu pembelajaran harus diawali
dengan menumbuhkan motivasi siswa agar terasa butuh dan mau belajar.
Bila sudah tumbuh, motivasi tersebut perlu dipelihara dan malah
ditingkatkan melalui berbagai bentuk penguatan atau” reinforcement”.
3) Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun
pengetahuan, sikap dan ketrampilan melalui transformasi pengalaman.
Proses tersebut dapat dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman
kongkrit (concrete experience), pengamatan mendalam (reflective
observation), pemikiran abstrak (abstract conceptualization), dan
percobaan atau penerapan secara aktif (active experimentation).
4) Belajar dari teman seusia atau “peer group “terutama mengenai sikap dan
ketrampilan sosial dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang
sengaja dirancang.
5) Pencapaian dampak instructional atau ”instructional effects” dan dampak
pengiring atau ”nurturant effect” menuntut lingkungandan suasana belajar
yang dirancang dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana belajar secara
kontekstual.

Implementasi dari prinsip umum psikologis-pedagogis terhadap


pembelajaran adalah munculnya prinsip didaktik-metodik sebagai berikut :

1) Penganekaragaman pembelajaran agar dapat melayani perbedaan


individual siswa.
2) Pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar agar dapat
membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa.
Penerapan aneka pen
3) Kedekatan, metode, dan teknik pemeblajaran yang berpotensi
mengaktifkan siswa dalam keseluruhan siklus proses belajar.
4) Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan dampak
pengiring.
Di samping memiliki prinsip umum di atas, PKR memiliki prinsip khusus
seperti berikut :
1) Keserempakan kegiatan belajar-mengajar
2) Kadar tinggi waktu keaktifan akademik.
3) Kontak psikologis guru-murid yang berkel
4) Lanjutan. Pemanfaatan sumber belajar yang efisien.
5) Belajar dari teman sebaya.
6) Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan pengiring.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Bagi seorang guru PKR, penguasaan keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perseorangan akan sangat membantu dalam mengorganisasikan
kegiatan belajar mengajar karena hakikat kedua bentuk pengajaran ini
hampir sama. Berbagai bentuk pengorganisasian dapat dipergunakan oleh
guru dalam menerapkan pengajaran kelompok kecil dan perseorangan.
Namun, harus diingat bahwa variasi kelas besar, kelompok kecil, dan
perseorangan harus digunakan sesuai dengan hakikat topic yang disajikan,
dan kegiatan selalu di akhiri dengan kulminasi oleh sebab itu Pembelajaran
Model PKR sangat memungkinkan untuk diterapkan sebagai solusi dan alat
untuk mencapai tujuan pembelajarAn dimana dalam penerapannya mampu
menjadi solusi untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi tiap- tiap
sekolah di daerah.
B. Saran
Sekolah yang memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah
tersebut hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip PKR agar nantinya jika
pelaksanaan terwujud dalam sekolah tersebut dapat menjadi Pembelajaran
Kelas Rangkap yang ideal. PKR yang ideal yang secara terencana
menerapkan prinsip-prinsip PKR akan menyebabkan belajar menjadi
menyenangkan dan menantang, guru menjadi kreatif memanfaatkan sumber
belajar, murid aktif, iklim kelas ceria, menyenangkan sehingga muncul
kerja sama dan persaingan yang sehat antar murid.
DAFTAR PUSTAKA

https://probolinggokab.go.id/atasi-kekurangan-guru-116-lembaga-sdn-terapkan-
multigrade/

https://kalimantanpost.com/2022/06/guru-kelas-rangkap-solusi-pembelajaran-jam-
kosong/

IGK. AK. Wardhani, Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap, Materi Pokok


(Jakarta:Universitas Terbuka, 2012)

Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung:


Refika Aditama, 2012), hlm. 41

Susilowati, Pembelajaran Kelas Rangkap, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2001)

You might also like