You are on page 1of 25

ANALYSIS OF THE SIGNIFICANCE IMPRESSIONS OF MORAL & ETHICS ON

CONCEPTION VALUE CHAINS OF HALAL PRODUCTS


IN ULTRA MICRO BUSINESS CENTERS
(STUDY LIMITATION IN TANGERANG CITY)

Teuku Fajar Shadiq, Edi Mulyadi, Limbarrian Purba Suswanto, Ijat Munajat

Abstract

Morals are an essential part of the journey of human spirituality in any kind activities of
economic, socio-cultural and environmental activity. Iin line with what Kant, a thinker of human
morality in the 17th century, stated that "the high star in the sky is still high in morality in the
human chest". Its existence on earth is a representative of God, therefore all human actions on
earth must be in accordance with what He teaches, including economic activities. Value chain is a
concept that was introduced Porter (1985), which states as a series of activities that can provide
value-added products business, where the added value obtained from a series of activities adding
that value would determine the position of the company compared to other companies, or in other
words, competitive advantage of the company. Competitive advantage is formed from the activities
of design, production, marketing, product delivery and other supporting activities. All of these
activities will determine the company's cost position relative to other companies and can be the
basis for differentiation. This study is a descriptive statistical analysis research design to explain
respondents' perceptions of the statements submitted (Ferdinand, 2006) and the population in this
study is the actors of the Ultra Micro Business Center located iPn several areas of Tangerang
City. This research shows that primary activities, support activities and moral ethics do not
partially significant effect either directly or indirectly on the development of ultra-micro business
centers.

Keywords: Moral & Ethics, Inbound Logistic, Outbound Logistic, Marketing, Ultra
Micro

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |2
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
A. PENDAHULUAN
Moral menjadi bagian penting dalam perjalanan spiritualitas manusia di setiap aktivitas
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Berbagai sudut pandang para filsuf telah menempatkan
moral menjadi nilai yang most valuable pada diri setiap individu. Sejalan seperti yang di wartakan
oleh Kant seorang thinker tentang moral manusia pada abad ke 17 yang mengatakan bahwa
“setinggi-tinggi bintang di langit masih tinggi moralitas di dada manusia”, maka berbicara tentang
moral maka tidak lepas pada sebagai tataran implementasinya. Ketika menyentuh etika sebagai
dalam pandangan filsafat yang menyampaikan tentang hal yang baik dan buruk, maka kemudian
etika dikatakan sebagai bagian dari filsafat moral. Etika sebagai science adalah cabang dari filsafat
yang membahas sistem nilai (moral) yang berlaku. Islam berpandangan bahwa moral merupakan
sistem nilai baik-buruk yang diterima sebagaimana adanya, tetapi etika adalah kajian tentang moral
yang bersifat kritis dan rasional. Banyak pendapat yang mendefisinikan etika, namun kembali
kepada hakikat Manusia dan seorang Muslim yang memiliki basis epistemologi tentang moral dan
etika itu sendiri.

Moral becomes an important part in the course of human spirituality in every


economic, socio-cultural and environmental activities. The various points of view of
philosophers have placed morals as the most valuable value in each individual. In line
with what Kant, a thinker about human morals in the 17th century, said that "as high as the
stars in the sky are still high in morality in the human chest", then talking about morals is
not separated from being the state of its implementation. When it touchesethics as in the
philosophical view that conveys about good and bad things, then ethics is said to be part of
moral philosophy. Etika as a science is a branch of philosophy that discusses the
prevailing value (moral) system. Islam is of the view that morals are a system of good-bad
values that are accepted as they are, but ethics is the study of morals that are critical and
rational. Many opinions define ethics, but go back to the essence of Man and a Moslem
who has an epistemological basis for morals and ethics itself.

Kemudian dikatakan manusia sebagai homo economicus atau rational economic-man


bertindak untuk mendapatkan kesejahteraan (prosperity) setinggi mungkin bagi dirinya sendiri,
tentu dengan mempertimbangkan informasi yang tersedia tentang peluang dan persoalan terhadap
ability dirinya dalam pencapaian tujuan. Ilustrasi ini dapat di cermati pada ekonomi pasar, yang
mempertemukan supply dan demand, rumah tangga (households) dengan korporasi (corporate),
Seorang konsumen maka ia akan memaksimalkan utilitas, sebaliknya seorang produsen akan
memaksimalkan keuntungan.

Then it is said that man as a homo economicus or rational economic-man acts to obtain the
highest possible prosperity for himself, of course by considering the available information about
opportunities and problems with his ability in achieving goals. This illustration can be looked at in
a market economy, which brings together supply and demand, households (households) with
corporations, A consumer then he will maximize utility, on the contrary a producer will maximize
profits.

Ada tiga sifat mendasar homo economicus yang langsung dapat dikritik tanpa mengkaji teori-
teori. Pertama sifat mementingkan diri sendiri. Pengamatan memperlihatkan bahwa tindakan dan

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


3| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
perilaku manusia kadang jauh dari asumsi ini. Misalnya homo economicus tidak akan mau
memberi sedekah atau donasi karena tidak menguntungkan.
There are three fundamental properties of homo economicus that can be directly
criticized without examining the theories. First the nature of selfishness. Observations
show that human actions and behaviors are sometimes far from these assumptions. For
example, homo economicus will not want to give alms or donations because it is
unprofitable.

Banyak yang beranggapan bahwa model ini tidak akurat secara empiris selain juga tidak etis.
Thorstein Veblen, John Maynard Keynes, Herbert Simon mengkritik model rational economic man
dengan argumentasi bahwa pengetahuan atau informasi yang sempurna itu tidak ada. Artinya
semua aktivitas ekonomi pasti mengandung risiko. Jadi keputusan ekonomi dibuat dalam kondisi
ketidakpastian (uncertainty) dan rasionalitas yang terbatas (bounded rationality).

Many assume that this model is empirically inaccurate as well as unethical. Thorstein
Veblen, John Maynard Keynes, Herbert Simon criticize the rational economic man model
with the argument that perfect knowledge or information does not exist. This means that all
economic activity inevitably carries risks. So economic decisions are made in conditions of
uncertainty and bounded rationality.

Dunia telah meninggalkan masa modern yang masuk pada fase post-modern yang memilih
pendekatan subyektif mereduksi gap antara yang tinggi dan rendah, meninggalkan pola lama yang
logis dan rasional yang yang mana menuntut pembaruan konsep untuk mampu mendeskripsikan
dan menjawab isu-isu kontemporer zaman akibat adanya perubahan super cepat (radical modernity)
seperti yang di ungkap Anthony Gidden seorang sosiolog dari Cambridge University dalam
bukunya The Third Way and Its Critic. Hal ini adalah merupakan langkah dalam menciptakan
tatanan masyarakat di masa depan menuju kemakmuran (prosperity) kesejahteraan (well-being).

The world has abandoned the modern era which entered in the post-modern phase
which chose a subjective approach reducing the gap between high and low, leaving behind
a logical and rational old pattern which demands a renewal of concepts to be able to
describe and answer contemporary issues of the times due to super-rapid change (radical
modernity) as Anthony Gidden, a sociologist from Cambridge University, said in his book
The Third Way and Its Critic. This is a step in creating a future order of society towards
prosperity (prosperity) well-being.

Filternya adalah syariat dan bukan sekadar filter moral ciptaan manusia. Islam menyatakan
pada dasarnya alam dengan segala hal yang teredia ini ditujukan pada individu, sehingga dalam
mengatasi berbagai permasalahan dalam bidang eko -nomi terlebih dulu perilaku individu perlu
dibenahi. Di sinilah pentingnya mengubah perilaku homo-economicus menjadi homo islamicus.
Jadi sebagai konsumen ia tidak akan mengonsumsi dengan berlebihan, sebagai produsen ia tidak
akan berusaha dalam bidang-bidang yang dilarang agama, dan sebagai penguasa ia akan
mendahulukan kepentingan umum dengan senantiasa mengutamakan keadilan.

The filter is sharia and not just a moral filter of human creation. Islam states that
basically nature with everything that is available is aimed at the individual, so that in
overcoming various problems in the field of eco-nomi first the behavior of the individual
needs to be addressed. This is where the importance of changing the behavior of homo-

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |4
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
economicus to homo islamicus. So as a consumer he will not consume excessively, as a
producer he will not strive in areas that religion prohibits, and as a ruler he will put the
public interest first by always putting justice first.

Islam memiliki pilar pemikiran fundamental, konseptual dan implementatif yang melekat pada
setiap setiap Muslim dalam perjalanan kehidupannya di dunia. Hal ini merupakan derived dari
basis epistemologi Islam yaitu Qur’an dan As-sunnah yang merupakan unity of knowledge untuk
menjawab fenomena melalui beragam metode yang telah di sediakan seperti: Ijma, Ijtihad, Majelis
to majelis melalui proses syurra.

Islam has a fundamental, conceptual and implementative pillar of thought inherent in


every Muslim in the course of his life in the world. This is a derived from the basis of
Islamic epistemology, namely the Qur'an and As-sunnah which is a unity of knowledge to
answer phenomena through various methods that have been provided such as: Ijma, Ijtihad,
Majelis to majelis through the process of syurra.

Konsepsi ini merupakan pedoman (guideline) untuk memperoleh kemaslahatan (weel-being)


dunia dan akhirat kelak. Bila di kiaskan sebuah konstruksi bangunan, maka Aqidah merupakan
pondasi yang di topang oleh pilar syariat dan beratapkan pada Aqidah untuk menjawab ikhtiar
pengembangan ekonomi Islam itu sendiri yang pada hakikatnya di sediakan tiga sektor yaitu sektor
riil (real sector), sektor sosial (social sector) serta sektor keuangan (financial sector).

This conception is a guideline for obtaining the benefit (weel-being) of the world and
the hereafter in the future. If it is focused on a building construction, then Aqidah is the
foundation supported by the pillars of Shari'a and is roofed on Aqidah to answer the efforts
of islamic economic development itself which is essentially provided in three sectors,
namely the real sector, the social sector (social sector) and the financial sector (financial
sector).

Islamic Well-being Conceptual Framework

Source: By Author

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


5| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Dalam beberapa kurun waktu terakhir ini, eksistensi ekonomi Islam memiliki peran penting
dalam ekonomi global (global economy) yaitu dengan bertambahnya populasi penduduk muslim
maka meningkat pula konsumsi dan demand produk halal yang sesuai syariah (sharia compliance),
yang telah berkembang sub sektor makanan, kosmetik dan obat-obatan (farmasi), jasa keuangan,
busana (fashion), travel Muslim yang bertemakan Muslim-Friendly Tourism hingga media bertema
Islam. Pemicu pertumbuhan tersebut antara lain di dorong oleh pertumbuhan ekonomi (economic
growth) dan meningkatkan kepatuhan terhadap nilai-nilai etika.

In recent periods, the existence of the Islamic economy has an important role in the
global economy, namely with the increase in the Muslim population, the consumption and
demand for halal products that are in accordance with sharia (sharia compliance) has also
increased, which has developed the sub-sectors of food, cosmetics and medicines
(pharmaceuticals), financial services, clothing (fashion ), Muslim travel with the theme of
Muslim-Friendly Tourism to Islamic-themed media. The triggers for this growth are
among others driven by economic growth and increasing compliance with ethical values.

Global Islamic Economy Indicator (GIEI) menempatkan Malaysia menjadi negara yang
memiliki ranking tertinggi dalam pertumbuhan sektor produk halal, Indonesia sendiri berhasil
mengubah posisi yang awalnya pada ranking 10, namun pada akhir tahun 2018 mecapai ranking ke
5. Sektor makanan memiliki nilai aktivitas bisnis Muslim tertinggi produk halal yang dapat di lihat
pada tabel di bawah ini:
The Global Islamic Economy Indicator (GIEI) places Malaysia as the country that has
the highest ranking in the growth of the halal product sector, Indonesia itself managed to
change its position which was originally ranked 10th, but at the end of 2018 it reached the
5th rank. The food sector has the highest value of Muslim business activities of halal
products which can be seen in the table below:

Table 1. Spending of Halal Products


No Nilai Transaksi No Ranking Global
Pengeluaran (Milyar Islamic Economic
Produk Halal Dollar) Indidcator
1 Makanan dan US $ 1,369 1 Malaysia
Minuman
2 Fashion US $ 283 2 Uni Emirat Arab

3 Media US $ 220 3 Bahrain

4 Travel (Muslim- US $ 189 4 Saudi Arabia


Friendly)
5 Farmasi US $ 92 5 Indonesia

6 Kosmetik US $ 64 6 Oman

Sumber: GIE 2019 processed

Kota Tangerang sebagai gerbang masuk (Gateway) Ibu Kota Jakarta dimana Pemerintahan
Pusat berkedudukan serta keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang merupakan
simbol pintu masuk Indonesia, merupakan potensi strategis dalam pengembangan Ekonomi

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |6
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Syariah. Kota Tangerang harus menjadi Brand Ambassador Indonesia sebagai Sharia City (Kota
Syariah). Dengan jumlah populasi penduduk sebanyak lebih dari 2.1 juta orang terdiri dari 13
kecamatan (BPS, 2019) memiliki peluang dalam pengembangan Industri Halal, khususnya pada
sektor Riil (Makanan, Minuman) termasuk puluhan obyek pariwisata yang menarik bagi wisatawan
termasuk dengan cagar-cagar budaya akan menjadi bekal penerimaan Pemkot Tangerang sebagai
kota yang memiliki tagline “Akhlaqul Kharimah” , kota Islami. Jika melihat data PDRB
berdasarkan BPS 2017 Kota tangerang, sektor Transportasi dan Pergudangan masih menjadi
kontributor tertinggi sebesar 31,88%, kemudian di ikuti industri pengolahan (manufacturing)
sebesar 30,26%, hal ini kemudian yang harus di teliti berapa prosentase aktual IKM nya untuk di
intervensi oleh program Pemko, wabil khusus pada IKM yang fokus pada pengembangan industri
halal.

Tangerang City as the gateway to the capital city of Jakarta where the Central
Government is located and the existence of Soekarno-Hatta International Airport, which is
a symbol of Indonesia's entrance, is a strategic potential in the development of the Sharia
Economy. Tangerang City must become Indonesia's Brand Ambassador as a Sharia City.
With a population of more than 2.1 million people consisting of 13 sub-districts (BPS,
2019) has opportunities in the development of the Halal Industry, especially in the Real
sector (Food, Beverages) including dozens of tourism objects that are attractive to tourists
including cultural reserves will be a provision for the acceptance of the Tangerang City
Government as a city that has the tagline "Akhlaqul Kharimah", an Islamic city. If you
look at the GRDP data based on the 2017 BPS of Tangerang City, the Transportation and
Warehousing sector is still the highest contributor of 31.88%, then followed by the
manufacturing industry of 30.26%, this must then be examined what is the actual
percentage of IKM to be intervened by the Pemko program, a special wabil on SMEs that
focus on the development of the halal industry.

Dari berbagai teori disampaikan bahwa sesungguhnya esensi pembangunan merupakan proses
multidimensi yang melibatkan perubahan-perubahan pada struktur sosial, sikap mental dan
kelembagaan, termasuk pula percepatan atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan
ketimpangan, dan pemberantasan kemiskinan seperti yang disampaikan Todaro (2000) dalam
Damarjati (2010).

From various theories, it is stated that the essence of development is actually a


multidimensional process that involves changes in social structures, mental and
institutional attitudes, including the acceleration or acceleration of economic growth,
reduction of inequality, and eradication of poverty as conveyed by Todaro (2000) in
Damarjati (2010).

Penelitian ini juga untuk menjawab pandangan seorang ekonom barat yang mengatakan
Banyak ekonom masa kini untuk mengesampingkan pertimbangan etika dari lingkup ekonomi
dengan alasan bahwa "Judgement-Values" seperti itu didasarkan pada perasaan dan karena itu tidak
rasional seperti yang di katakan oleh John Dewey dalam econimist in search of values (1982).

This research is also to answer the view of a western economist who said Many
economists today to put aside ethical considerations from the economic sphere on the
grounds that such "Judgement-Values" are based on feelings and therefore irrational as
said by John Dewey in the econimist in search of values (1982).

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


7| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Penelitian ini merupakan sebuah studi empirik untuk menganalisis Analisis Signifikansi
Impresi Moral & Etika Terhadap Konsepsi Rantai Nilai Pada Produk Halal Di Sentra Bisnis Ultra
Micro di Kota Tangerang sebagai obyeknya.

This study is an empirical study to analyze the Analysis of the Significance of Moral
& Ethical Impressions on the Conception of Value Chains in Halal Products at the Ultra
Micro Business Center in Tangerang City as the object.
B. STUDY LITERATURE
1. Moral & Ethics
Dalam perspektif Islam Moral dan Etika adalah fundamental sebagai sosok Muslim, sesuai
dengan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam: “Sesungguhnya Aku diutus ke dunia yang
paling utama adalah untuk menyempurnakan akhlak” (H.R. Bukhari). Beberapa teori tentang moral
dan etika seperti yang dikatakan Cotham (1998:5) mendefinisikannya sebagai pelajaran psikologi
dari nilai moral. Secara spesifik, dia mendefinisikan etika dalam konteks bisnis sebagai “the study
of what constitutes right and wrong, or good and bad human conduct in a business context”.
In the Islamic perspective Morals and Ethics are fundamental as a Muslim figure, in
accordance with the words of the Prophet Shalallahu Alaihi Wassalam: "Verily I was sent
into the world the foremost is to perfect morals" (H.R. Bukhari). Some theories about
morals and ethics as Cotham (1998:5) put it as a psychological lesson of moral value.
Specifically, he defines ethics in a business context as "the study of what constitutes right
and wrong, or good and bad human conduct in a business context".

Ibn Taimiyah sebagaimana dikutif oleh Adiwarman Azwar Karim menjelaskan bahwa istilah
harga yang adil menurut IbnTaimiyah adalah kompensasi yang setara (‘iwad} al-misl) dan harga
yang setara (aman al-misl). Dengan demikian harga yang setara adalah harga standar yang berlaku
ketika masyarakat menjual barang-barang dagangannya dan secara umum dapat diterima sebagai
sesuatu yang setara bagi barangbarang tersebut atau barang-barang yang serupa pada waktu dan
tempat khusus. Lepine dan Wesson (2011) “ethics reflects the the degree to which the behaviors of
an authority are in accordance with generally accepted moral norms”. Dalam hal ini etika
merefleksikan perilaku dari individu seseorang sesuai dengan moral dan standar norma yang
berlaku. Pada dasarnya seseorang bertanggungjawan atas perilaku sosial di masyarakat yang
seharusnya dilandasi oleh moral yang berlaku di masyarakat. Jadi selalu ada kendali moral terhadap
setiap perilaku dan sikap seseorang di lingkungan sosial.

Ibn Taimiyah as quoted by Adiwarman Azwar Karim explained that the term fair price
according to IbnTaimiyah is equal compensation ('iwad} al-misl) and equal price (aman al-
misl). Thus the equivalent price is the standard price that prevails when a society sells its
merchandise and is generally acceptable as something equivalent to such goods or similar
goods at a special time and place. Lepine dan Wesson (2011) "ethics reflects the the
degree to which the behaviors of an authority are in accordance with generally accepted
moral norms". In this case ethics reflects on the behavior of an individual person in
accordance with the moral and standards of the prevailing norms. Basically, a person is
responsible for social behavior in society that should be based on the morals prevailing in
society. So there is always moral control over every behavior and attitude of a person in
the social environment.

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |8
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Dalam organisasi, etika dan moral tidak bisa dilepaskan, seperti dikatakan oleh John W
Newstrom (2007), “ethic is the use of moral principles an values to affect the behavior of
individuals and organizations with regard to choice between what is right and wrong” Jadi
pernyataan tersebut mengandung makna bahwa perilaku individu dalam organisasi mengutamakan
prinsip moral yang berkaitan dengan etika dalam melaksanakan pekerjaan.
In organizations, ethics and morals cannot be separated, as john W Newstrom (2007)
said, "ethic is the use of moral principles an values to affect the behavior of individuals
and organizations with regard to choice between what is right and wrong" So the
statement implies that individual behavior in organizations prioritizes moral principles
related to ethics in carrying out work.

2. Value Chain
Value chain merupakan suatu konsep yang diperkenalkan Porter tahun 1985, yang menyatakan
sebagai serangkaian aktivitas yang dapat memberikan nilai tambah pada produk suatu perusahaan,
dimana nilai tambah total yang dari serangkaian aktivitas penambahan nilai tersebut akan
menentukan posisi perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain, atau dengan kata lain
competitive advantage dari perusahaan tersebut. Competitive advantage tidak dapat diketahui dari
perusahaan secara keseluruhan, namun dibentuk dari aktivitas-aktivitas mulai dari perancangan,
produksi, pemasaran, pengiriman produk serta aktivitas-aktivitas pendukung lainnya Seluruh
aktivitas ini akan menentukan posisi cost perusahaan relatif terhadap perusahaan lain dan bisa
menjadi dasar diferensiasi. Kegiatan ini mencakup berbagai macam aktivitas yang dibutuhkan
untuk menghadirkan produk dan disposisi akhir setelah pengiriman ke pengguna akhir (Kaplinsky,
2000, P. 206). Menganalisis rantai nilai perusahaan dapat menunjukkan aktivitas terpisah yang
membentuk operasi perusahaan (Pearce & Robinson, 2000).

Sumber: berbagai literasi di olah


Gambar 1. Value Chain Concept

3. Business Centre
Chavan dan Birajdar (2009); Nidheesh (2009); Sujatha (2011) mengatakan kelompok
masyarakat berkontribusi secara signifikan terhadap pengentasan kemiskinan, transformasi sosial
dan pemberdayaan.
Chavan and Birajdar (2009); Nidheesh (2009); Sujatha (2011) said community groups
contribute significantly to poverty alleviation, social transformation and empowerment.

Menurut Johnson dan Johnson dalam Sarwono (2005:4-5) menyatakn bahwa kelompok
masyarakat adalah kumpulan beberapa kepala keluarga yang menghimpun diri dalam suatu

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


9| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
kelompok karena memiliki keserasian dalam tujuan, motif, dan minat yang sama, selanjutnya
mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi melalui tatap muka
(face to face interaction), dan masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok,
masing-masing menyadari keberadaan anggota kelompok lainnya, masing-masing menyadari
saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.
According to Johnson and Johnson in Sarwono (2005:4-5) it is argued that a
community group is a collection of several heads of families who gather themselves in a
group because they have harmony in common goals, motives, and interests, further
defining a group as two or more individuals who interact through face to face interaction.
and each is aware of his membership in the group, each is aware of the existence of the
other members of the group, each realizes the interdependence positively in achieving
common goals.

C. RESEARCH DESIGN
Dari aspek eksplanasi ilmu, penelitian yang akan dilaksanakan ini merupakan desain
penelitian analisis statistik deskriptif untuk menjelaskan persepsi responden terhadap pernyataan-
pernyataan yang diajukan (Ferdinand, 2006). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pelaku
Sentra Bisnis yang berada pada beberapa wilayah Kota Tangerang. Populasi adalah wilayah
generalisasi yang mempunyai kualitas dan karakteristik dan ciri-ciri tertentu yang diterapkan
sebelumnya (Cooper & Emory: 1996). Teknik Pengambilan Sampel menggunakan Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu, dengan
kriteria yang ditetapkan adalah merupakan usaha mikro dan memiliki telepon selular untuk mengisi
google forms. Adapun jumlah sampel yang diperoleh adalah sebesar 133 sampel. Penelitian ini
dilakukan dengan metode survey melalui Google Forms yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi dari responden menggunakan kuesioner berisi daftar pernyataan yang disampaikan
langsung kepada reponden yaitu para pelaku usaha Sentra Bisnis di wilayah Kota Tangerang. Data
diperoleh melalui database UMKM yang berasal dari Dinas Perdagangan dan Koperasi Kota
Tangerang. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan format kuesioner dengan pernyataan
tertutup.
From the aspect of explanatory science, the research to be carried out is a descriptive
statistical analysis research design to explain respondents' perceptions of the statements
proposed (Ferdinand, 2006). The population in this study is business center actors located
in several areas of Tangerang City. Population is a generalization area that has certain
qualities and characteristics and features that were applied previously (Cooper & Emory:
1996). Sampling Technique using Purposive sampling is a sampling technique by
determining certain criteria, with the criteria set is a microenterprise and has a cellular
phone to fill out google forms. The number of samples obtained was 133 samples. This
research was conducted using a survey method through Google Forms which aims to
collect information from respondents using a questionnaire containing a list of statements
submitted directly to the respondents, namely business actors of the Business Center in the
Tangerang City area. The data was obtained through the MSME database from the
Tangerang City Trade and Cooperative Office. The questionnaire in this study used a
questionnaire format with a closed statement.

D. ANALYSIS AND DISCUSSION

a. Data Description

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |10
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
1. Respondents Based on Business Activities

Tabel 2. Respondents Based on Business Activities

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Grocery Store 10 7.1 7.1 7.1
Culinary (Food &
106 75.7 75.7 82.9
Beverage)
Fashion (Clothing
13 9.3 9.3 92.1
Store)
Convection 4 2.9 2.9 95.0
Valid Agribusiness (Food
Crops, Vegetables,
4 2.9 2.9 97.9
& Fruits/Plantation
Crops)
Fisheries
3 2.1 2.1 100.0
(Aqualculture)
Total 140 100.0 100.0
Source: Primary Data Processed

Berdasarkan Tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa bidang/kegiatan usaha yang dominan adalah
Kuliner dengan total responden sebanyak 106 orang atau 75.7%, kemudian diikuti oleh
bidang/kegiatan fashion sebanyak 10 orang atau 7.1%, sementara itu bidang Toko Kelontong
sebanyak 10 orang atau 7.1%, adapun sisanya adalah bidang lainnya seperti Konveksi dan
Agrobisnis masing-masing sebanyak 4 orang atau 2,9%, dan perikanan budidaya sebanyak 3 orang
atau 2,1%.

Based on Table 2. aboveit can be seen that the dominant field / business activity is
Culinary with a total of 106 respondents or 75.7%, then followed by the fashion field /
activity as many as 10 people or 7.1%, while the Grocery Store field is 10 people or 7.1%,
while the rest are other fields such as Convection and Agribusiness as many as 4 people or
2.9%, respectively, and aquaculture as many as 3 people or 2.1%.
2. Respondent by Location
Tabel 3. Respondent by Location

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Business 35 25.0 25.0 25.0
Special Census
Building
Business
Special

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


11| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Household
33 25.0 23.6 48.6
Residences
Not in
Buildings and
Fixed Locations 54 38.6 38.6 87.1
(Night Market,
Shock Market)

Traveling
18 12.9 12.9 100.0
Merchants
Total 140 100.0 100.0
Source: Primary Data Processed

Berdasarkan Tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa lokasi bangunan yang umum pada responden
adalah Tidak di bangunan dan Lokasi tetap seperti Pasar Malam, Pasar Kaget, dan lain-lain dengan
responden sebanyak 54 orang atau 38,6%, sementara itu usaha yang berlokasi pada bangunan
khusus usaha sebanyak 35 responden atau 25%, dan responden yang menjadikan tempat tinggalnya
menjadi tempat usaha sebanyak 33 responden atau 25%. Adapun usaha yang merupakan
pedagangan keliling ada sebanyak 18 orang atau 12,9%. Dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden merupakan usaha informal mengingat sedikitnya jumlah usaha yang berusaha ditempat
usaha.

Based on Table 3. above it can be seen that the general building locations in the
respondents are Not in buildings and Fixed locations such as Night Markets, Shock
Markets, and others with 54 respondents or 38.6%, while businesses located in special
business buildings as many as 35 respondents or 25%, and respondents who make their
residences into business places as many as 33 respondents or 25%. As for businesses that
are traveling merchants, there are as many as 18 people or 12.9%. It can be seen that most
of the respondents are informal businesses considering the small number of businesses that
are trying in the place of business.
3. Respondent Based on Place of Business
Tabel 4. Respondent Based on Place of Business

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Ownership
29 20.7 20.7 20.7
Certificate
Own without
22 15.7 15.7 36.4
Valid Certificate
Rent 59 42.1 42.1 78.6
Hitchhiking 30 21.4 21.4 100.0
Total 140 100.0 100.0
Source: Primary Data Processed

Berdasarkan Tabel 4. diatas dapat dilihat bahwa hanya 29 orang responden atau 20,7% dari
responden yang merupakan milik sendiri dan bersertifikat. Sementara itu, sebagian besar tempat

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |12
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
usaha responden berstatus sewa/kontrak dengan jumlah responden sebanyak 59 orang atau 42,1%.
Lebih lanjut tempat usaha yang menumpang (bebas biaya sewa) jumlahnya mencapai 30 orang atau
21,4%. Disamping itu terdapat 22 tempat usaha atau sekitar 15.7% dari responden yang merupakan
milik sendiri namun tidak memiliki sertifikat.

Based on Table 4. above it can be seen that only 29 respondents or 20.7% of the
respondents are self-owned and certified. Meanwhile, most of the respondents' business
places had lease/contract status with a total of 59 respondents or 42.1%. Furthermore, the
number of business places that hitchhike (free of rent) amounted to 30 people or 21.4%. In
addition, there are 22 business places or around 15.7% of the respondents who are their
own but do not have a certificate.
4. Respondent Based on Length of Business
Tabel 5. Respondent Based on Length of Business

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
< 10 Years 90 64.3 64.3 64.3
11- 20 Years 39 27.9 27.9 92.1
Valid
 20 Years 11 7.8 7.9 100.0
Total 140 100.0 100.0
Source: Primary Data Processed

Berdasarkan Tabel 5. diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar usaha yakni sekitar 90
responden atau 64.3% memiliki umur usaha kurang dari 10 tahun. Disamping itu sekitar 39
responden memiliki umur usaha antara 11 hingga 20 tahun. Terakhir terdapat 11 responden atau
7.8% usaha yang memiliki umur lusaha lebih dari 20 tahun. Dengan demikian dapat dilihat bahwa
usaha yang dilakukan oleh responden umumnya berupa usaha-usaha yang masih relatif
baru/rintisan.

Based on Table 5. above it can be seen that most businesses, namely around 90
respondents or 64.3% have a business life of less than 10 years. In addition, about 39
respondents had a business life of between 11 and 20 years. Finally, there were 11
respondents or 7.8% of businesses that had a lifespan of more than 20 years. Thus, it can
be seen that the efforts carried out by respondents are generally in the form of businesses
that are still relatively new / start-ups.
5. Respondent Based on Age of Business Owners
Tabel 6. Respondent Based on Age of Business Owners

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid < 25 Years 40 28.6 28.6 28.6
25 - 40
55 39.3 39.3 67.9
Years
41 - 55 41 29.3 29.3 97.1
Years

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


13| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
 56 Years 4 2.9 2.9 100
Total 140 100.0 100.0
Source: Primary Data Processed

Berdasarkan Tabel 6. di atas dapat dilihat bahwa rentang usia pemilik usaha dalam penelitian
ini cukup merata antara generasi Z (usia kurang dari 25 tahun) dengan jumlah responden sebanyak
40 orang atau 28.6%, generasi Y (usia 25 tahun s.d 40 tahun) dengan jumlah responden sebanyak
55 orang atau 39,3%, serta generasi X (usia 41 tahun s.d 55 tahun) dengan jumlah responden
sebanyak 41 orang atau 29.3%. Adapun untuk responden dengan usia lebih dari 56 tahun adalah
sebanyak 4 orang atau 2,9%.

Based on Table 6. above it can be seen that the age range of business owners in this
study is quite evenly distributed between generation Z (age less than 25 years) with the
number of respondents as many as 40 people or 28.6%, generation Y (age 25 years to 40
years) with the number of respondents as many as 55 people or 39.3%, and generation X
(aged 41 years to 55 years) with the number of respondents as many as 41 people or
29.3%. As for respondents over the age of 56 years, it was 4 people or 2.9%.
6. Respondent Based on Educational
Tabel 7. Respondent Based on Educational

Cumulati
Valid
Frequency Percent ve
Percent
Percent
Tidak Tamat SD 8 5.7 5.7 5.7
Taman SD atau
17 12.1 12.1 17.9
sederajat
Tamat SMP atau
26 18.6 18.6 36.4
sederajat
Valid
Tamat SMA atau
71 50.7 50.7 87.1
sederajat
Diploma 6 4.3 4.3 91.4
Sarjana 12 8.6 8.6 100.0
Total 140 100.0 100.0
Source: Primary Data Processed

Berdasarkan Tabel 7. diatas dapat dilihat bahwa pendikan mayoritas dari responden adalah SMA
atau sederajat sebanyak 71 orang atau 50.7%. Selanjutnya diikuti oleh responden dengan
pendidikan SMP sebanyak 26 orang atau sekitar 18,6% dan dengan pendidikan SD atau sederajat
dengan jumlah sebanyak 17 orang atau 12,1%. Sementara itu responden yang menamatkan
pendidikan tinggi seperti Diploma dan Sarjana masing-masing sebesar 6 dan 12 orang, atau sekitar
4,3% dan 8,6%. Adapun responden yang tidak menamatkan pendidikan SD adalah sebesar 8 orang
atau 5,7%.

Based on Table 7. above it can be seen that the majority of respondents' education was
high school or equivalent as many as 71 people or 50.7%. Furthermore, it was followed by
respondents with junior high school education as many as 26 people or around 18.6% and
with elementary education or equivalent with a total of 17 people or 12.1%. Meanwhile,

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |14
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
respondents who completed higher education such as Diploma and Bachelor were 6 and 12
people, respectively, or around 4.3% and 8.6%. The respondents who did not complete
elementary school education were 8 people or 5.7%.

7. Respondent Based on the Number of Staff (Worker)


Tabel 8 Respondent Based on the Number of Staff (Worker)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
1.00 49 35.0 35.0 35.0
2.00 51 36.4 36.4 71.4
3.00 23 16.4 16.4 87.9
4.00 6 4.3 4.3 92.1
5.00 5 3.6 3.6 95.7
Valid
7.00 2 1.4 1.4 97.1
9.00 1 0.7 0.7 97.9
10.00 2 1.4 1.4 99.3
20.00 1 0.7 0.7 100.0
Total 140 100.0 100.0
Source: Primary Data Processed

Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa usaha yang dilakukan oleh responden memiliki
jumlah pekerja sebanyak satu, dua, dan tiga orang, dengan jumlah masing-masing sebesar 49
orang, 51 orang, dan 23 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar usaha
yang dimiliki responden merupakan usaha mikro berdasarkan jumlah tenaga kerja.

Based on Table 8 above, it can be seen that the efforts carried out by respondents have
a number of workers as many as one, two, and three people, with a total of 49 people, 51
people, and 23 people, respectively. Thus, it can be concluded that most of the businesses
owned by respondents are micro-enterprises based on the number of workers.
8. Responden Berdasarkan Perkiraan Omzet per-bulan
Tabel 9. Responden Berdasarkan Perkiraan Omzet per-bulan

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Kurang dari Rp 10 Juta 88 62.9 62.9 62.9
Rp 10 Juta s.d Rp 25
Valid 29 20.7 20.7 83.6
Juta
Rp 26 Juta Keatas 23 16.4 16.4 100.0

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


15| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Total 140 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas omzet usaha yang dimiliki
responden kurang dari Rp 10 juta per bulan dengan jumlah responden sebanyak 88 orang atau
62.9%. Selanjutnya diikuti oleh responden dengan jumlah omzet usaha antara Rp 10 juta s.d Rp 25
Juta dengan responden sebanyak 29 orang atau 20.7%. Adapun responden yang memiliki usaha
dengan omzet lebih dari 26 Juta adalah sebanyak 23 orang atau sekitar 16.4%. Melihat profil
sebagian besar responden berdasarkan omzet usaha merupakan usaha ultra mikro.

9. Responden Berdasarkan Perkiraan Biaya-biaya per-bulan


Tabel 10 Responden Berdasarkan Perkiraan Biaya-biaya per-bulan

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Kurang dari Rp 5
78 55.7 55.7 55.7
Juta
Rp 5 Juta s.d Rp
Valid 32 22.9 22.9 78.6
10 Juta
Rp 10 Juta Keatas 30 21.4 21.4 100.0
Total 140 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa besarnya biaya-biaya dengan kategori
kurang dari Rp 5 Juta adalah sebanyak 78 orang atau 55.7%. Sedangkan untuk kategori biaya Rp 5
Juta s.d Rp 10 Juta adalah sebanyak 32 orang atau 22.9%. Sedangkan usaha yang memiliki biaya
bulanan lebih dari Rp 10 Juta adalah sebanyak 30 orang atau 21.4%.

10.Responden Berdasarkan Kepemilikan Pinjaman Usaha Kepada Orang Lain


Tabel 11 Responden Berdasarkan Kepemilikan Pinjaman Usaha Kepada Orang Lain

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Ya 11 7.9 7.9 7.9
Valid Tidak 129 92.1 92.1 100.0
Total 140 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa hanya 11 orang dari 140 responden yang
memiliki pinjaman atau kredit kepada orang lain secara personal, sedangkan sisanya sebanyak 129
orang tidak memiliki pinjaman kepada orang lain.

11.Responden Berdasarkan Kepemilikan Pinjaman Usaha di Bank/Koperasi


Tabel 12. Responden Berdasarkan Kepemilikan Pinjaman Usaha di Bank/Koperasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Ya 13 9.3 9.3 9.3

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |16
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Tidak 127 90.7 90.7 100
Total 140 100.0 100.0
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa hanya 13 orang dari 140 responden yang
memiliki pinjaman atau kredit di Bank atau Koperasi, sedangkan sisanya sebanyak 127 orang tidak
memiliki pinjaman kepada orang lain. Melihat data kepemilikan pinjaman atau kredit dapat
dideskripsikan bahwa usaha-usaha yang masuk dalam sampel penelitian ini belum mengambil
kesempatan menggunakan fasilitas kredit/pembiayaan baik melalui pinjaman personal ke orang lain
atau ke Lembaga Keuangan.

12.Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Bidang/Kegiatan Usaha


Tabel 13 Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Bidang/Kegiatan Usaha
Pinjaman
usaha di
Pinjaman usaha ke Bank/Kopera
orang lain si
Ya Tidak Ya Tidak
Toko Kelontong 2 8 2 8
Kuliner 3 103 6 100
(Makanan/Minuman
)
Fashion (Toko 3 10 1 12
Bidang/ Pakaian/Busana)
Kegiatan Konveksi 2 2 3 1
Usaha
Agrobisnis (Tanaman 0 4 0 4
Pangan, Sayuran, &
Buah-buahan/Tanama
n Perkebunan)
Perikanan (Budidaya) 1 2 1 2
Total 11 129 13 127
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 13 di atas merupakan Cross-tabulation dari kepemilikan pinjaman/kredit


usaha berdasarkan profil bidang/kegiatan usaha. Dapat dilihat bahwa usaha kuliner meskipun
memiliki porsi yang besar pada bidang/kegiatan usaha namun hanya sedikit yang memiliki
pinjaman/kredit usaha. Sementara itu untuk usaha konveksi sebagian besar memiliki pinjama/kredit
usaha baik pinjaman/kredit personal maupun melalui lembaga.

13.Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Lokasi Usaha


Tabel 14 Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Lokasi Usaha

Pinjaman usaha
Pinjaman usaha di
ke orang lain Bank/Koperasi
Ya Tidak Ya Tidak
Status Milik Sendiri Bersertifikat 4 25 3 26
Tempat Miliki Sendiri Tidak 2 20 3 19
Usaha Bersertifikat

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


17| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Sewa/Kontrak 2 57 5 54
Lainnya (Menumpang) 3 27 2 28
Total 11 129 13 127
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 14 di atas merupakan Cross-tabulation dari kepemilikan pinjaman/kredit


usaha berdasarkan lokasi usaha. Dapat dilihat bahwa usaha-usaha yang tidak memiliki temmpat
yang tetap seperti usaha di Pasar Malam, Pasar Kaget, dan Pedagang keliling hampir tidak
memiliki kesempatan untuk memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan maupun secara
personal. Sementara itu usaha yang belokasi di bangunan tetap baik bangunan khusus usaha
maupun rumah tempat tinggal dapat memperoleh pembiayaan baik melalui lembaga keuangan
maupun secara personal.

14.Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Status Tempat Usaha


Tabel 15 Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Status Tempat Usaha
Pinjaman usaha
Pinjaman usaha di
ke orang lain Bank/Koperasi
Ya Tidak Ya Tidak
Status Milik Sendiri Bersertifikat 4 25 3 26
Tempat Miliki Sendiri Tidak 2 20 3 19
Usaha Bersertifikat
Sewa/Kontrak 2 57 5 54
Lainnya (Menumpang) 3 27 2 28
Total 11 129 13 127
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 15 di atas merupakan Cross-tabulation dari kepemilikan pinjaman/kredit


usaha berdasarkan lokasi usaha. Berdasarkan profil kepemilikan status tempat usaha dapat dilihat
bahwa tempat dengan status milik sendiri dan bersertifikat lebih mudah mendapat pembiayaan
dibandingkan dengan tempat yang bukan milik sendiri, sewa, maupun menumpang.

15.Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Lamanya Usaha


Tabel 16 Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Lamanya Usaha
Pinjaman usaha
Pinjaman usaha di
ke orang lain Bank/Koperasi
Ya Tidak Ya Tidak
Lamanya kurang dari 10 tahun 6 84 5 85
Usaha 11 tahun s.d 20 tahun 5 34 7 32
Lebih dari 20 tahun 0 11 1 10
Total 11 129 13 127
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 16 di atas merupakan Cross-tabulation dari kepemilikan pinjaman/kredit


usaha berdasarkan lamanya usaha. Berdasarkan profil lamanya usaha dapat dilihat bahwa usaha
dengan umur usaha kurang dari 10 tahun dan rentang umur usaha antara 11 tahun s.d 20 tahun
memiliki proporsi yang sama besarnya terkait dengan peluang memiliki pinjaman/kredit usaha

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |18
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
16.Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Usia Pemilik Usaha
Tabel 17 Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Usia Pemilik Usaha

Pinjaman usaha
Pinjaman usaha di
ke orang lain Bank/Koperasi
Ya Tidak Ya Tidak
Umur Kurang dari 25 tahun 4 36 3 37
Pemilik 25 tahun s.d 40 tahun 3 52 2 53
Usaha 41 tahun s.d 55 tahun 4 37 8 33
lebih dari 56 tahun 0 4 0 4
Total 11 129 13 140
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 17 di atas merupakan Cross-tabulation dari kepemilikan pinjaman/kredit


usaha berdasarkan usia pemilik usaha. Berdasarkan usia pemilik usaha dapat diketahui bahwa
pemilik usaha dengan rentang usia antara 41 tahun s.d 55 tahun memiliki peluang memperoleh
pinjaman/kredit yang lebih besar terutama dari lembaga keuangan dibandingkan dengan kategori
usia lainnya.

17.Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan


Tabel 18 Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan

Pinjaman usaha
Pinjaman usaha di
ke orang lain Bank/Koperasi
Ya Tidak Ya Tidak
Pendidikan yang Tidak Tamat SD 1 7 1 7
ditamatkan Taman SD atau 1 16 1 16
sederajat
Tamat SMP atau 3 23 3 23
sederajat
Tamat SMA atau 5 66 7 64
sederajat
Diploma 0 6 0 6
Sarjana 1 11 1 11
Total 11 129 13 127
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 18 di atas merupakan Cross-tabulation dari kepemilikan pinjaman/kredit


usaha berdasarkan pendidikan yang ditamatkan. Berdasarkan profil tersebut diketahui bahwa
pendidikan yang lebih tinggi yakni SMA sederajat keatas lebih mudah dalam memperoleh
pinjaman/kredit baik melalui perorangan dan terutama melalui lembaga keuangan.

18.Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Banyaknya Pekerja


Tabel 19 Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Banyaknya Pekerja

Pinjaman Pinjaman usaha


usaha ke orang di
lain Bank/Koperasi

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


19| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Ya Tidak Ya Tidak
Banyaknya Pekerja 1 2 47 2 47
termasuk Pemilik 2 6 45 5 46
3 2 21 3 20
4 0 6 1 5
5 1 4 2 3
7 0 2 0 2
8 0 1 0 1
10 0 2 0 2
20 0 1 0 1
Total 11 129 13 127
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 19 di atas merupakan Cross-tabulation dari kepemilikan pinjaman/kredit


usaha berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki. Berdasarkan profil jumlah pekerja yang dimiliki
diketahui bahwa usaha dengan jumlah pekerja satu hingga tiga orang lebih banyak yang
mengajukan pembiayaan baik dari pembiayaan perorangan maupun pembiayaan melalui lembaga
keuangan.

19.Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Perkiraan Omzet Bulanan


Tabel 20 Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Perkiraan Omzet Bulanan
Pinjaman usaha
Pinjaman usaha di
ke orang lain Bank/Koperasi
Ya Tidak Ya Tidak
Perkiraan Kurang dari Rp 10 Juta 7 81 8 80
Omzet Rp 10 Juta s.d Rp 25 Juta 1 28 1 28
per-bulan Rp 26 Juta Keatas 3 20 4 19
Total 11 129 13 127
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 20 di atas merupakan Cross-tabulation dari kepemilikan pinjaman/kredit


usaha berdasarkan omzet bulanan. Berdasarkan profil omzet bulanan yang diperoleh diketahui
bahwa usaha dengan omzet kurang dari Rp 10 juta per-bulan lebih banyak mendapatkan
pinjaman/kredit usaha baik dari perseorangan maupun lembaga keuangan. Hal ini mengindikasikan
bahwa pembiayaan yang diterima sebagian besar merupakan termasuk kedalam kategori kredit
mikro.

20.Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Biaya Bulanan


Tabel 21 Kepemilikan Pinjaman Usaha Berdasarkan Biaya Bulanan
Pinjaman Pinjaman usaha
usaha ke di
orang lain Bank/Koperasi
Ya Tidak Ya Tidak
Perkiraan Kurang dari Rp 5 6 72 6 72
Biaya-biaya Juta
per-bulan Rp 5 Juta s.d Rp 10 2 30 3 29
(dalam rupiah) Juta

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |20
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Rp 10 Juta Keatas 3 27 4 26
Total 11 129 13 140
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan Tabel 21 di atas merupakan Cross-tabulation dari kepemilikan pinjaman/kredit


usaha berdasarkan biaya bulanan. Berdasarkan biaya bulanan yang dikeluarkan oleh responden
diketahui bahwa usaha dengan biaya bulanan sampai dengan Rp 10 juta lebih banyak memperoleh
pinjaman/kredit usaha baik dari perseorangan maupun lembaga keuangan.

b. Analisis Data

1. Uji Validitas untuk menguji variable pada pernyataan


Pada bagian ini akan dibahas uji validitas data pada variabel primary activities, support
activities, moral dan etika, dan Sentra Bisnis Halal sebagai berikut:
Tabel 22 Uji Validitas

No Item Pertanyaan r Sig.

Bahan baku yang saya peroleh harganya murah


1 0.727 0,000
dan mudah
Saya mampu menghasilkan barang yang bagus
2 0.672 0,000
dan disukai pelanggan
Saya bisa menjual produk dengan mudah
3 0.773 0,000
langsung ke pelanggan
Saya mampu menjelaskan kelebihan produk
4 0.722 0,000
yang saya jual dengan baik kepada pelanggan
Jika ada komplain dari pelanggan, saya segera
5 0.622 0,000
memperbaikinya
Akses lokasi menuju lokasi penjualan sangat
6 0,754 0,000
baik
Saya mampu merencanakan berapa bahan baku
7 yang dibutuhkan untuk memproduksi barang 0,764 0,000
yang akan dijual
Saya mempunyai kemampuan untuk membuat
produk yang bagus, dan saya juga memiliki
8 0,777 0,000
karyawan yang mampu membuat produk yang
bagus/ berkualitas
Alat-alat yang saya gunakan masih bagus/
9 0,814 0,000
layak pakai dan canggih
Tidak masalah bagi saya untuk sesekali
10 berbohong kepada pelanggan untuk 0,700 0,000
mendapatkan keuntungan
Saya tidak masalah jika harus memasok produk
11 0,830 0,000
saya kepada usaha sejenis
Sistem bagi hasil jauh lebih adil dan
12 menguntungkan dibandingkan dengan 0,918 0,000
menggunakan bunga
13 Produk yang bersertifikat Halal jauh lebih 0,640 0,000

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


21| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
No Item Pertanyaan r Sig.

menguntungkan dibandingkan dengan yang


belum tersertfikat halal
Sumber: Data Primer diolah

Factor Loading untuk jumlah sampel sebanyak 140 orang adalah sebesar 0,55. Pada tabel 22
nilai r harus diatas 0,55. Secara keseluruhan nilai r untuk seluruh variabel diatas 0,55 dengan nilai
probailitas dibawah 0,05 atau 5% yang mengindikasikan bahwa seluruh butir pertanyaan telah
valid.

2. Uji Reliabilitas (untuk uji konsistensi pertanyaan)


Pada bagian ini akan dibahas uji reliabilitas data pada variabel primary activities, support
activities, moral dan etika, dan Sentra Bisnis Halal sebagai berikut:

Tabel 23 Uji Reliabilitas


Cronbach
No Item Pertanyaan
Alpha
1 Bahan baku yang saya peroleh harganya murah dan mudah 0.738
Saya mampu menghasilkan barang yang bagus dan disukai
2 0.726
pelanggan
Saya bisa menjual produk dengan mudah langsung ke
3 0.712
pelanggan
Saya mampu menjelaskan kelebihan produk yang saya jual
4 0.725
dengan baik kepada pelanggan
Jika ada komplain dari pelanggan, saya segera
5 0.729
memperbaikinya
6 Akses lokasi menuju lokasi penjualan sangat baik 0.723
Saya mampu merencanakan berapa bahan baku yang
7 0.717
dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual
Saya mempunyai kemampuan untuk membuat produk yang
8 bagus, dan saya juga memiliki karyawan yang mampu 0.722
membuat produk yang bagus/ berkualitas
Alat-alat yang saya gunakan masih bagus/ layak pakai dan
9 0.744
canggih
Tidak masalah bagi saya untuk sesekali berbohong kepada
10 0.809
pelanggan untuk mendapatkan keuntungan
Saya tidak masalah jika harus memasok produk saya kepada
11 0.761
usaha sejenis
Sistem bagi hasil jauh lebih adil dan menguntungkan
12 0.755
dibandingkan dengan menggunakan bunga
Produk yang bersertifikat Halal jauh lebih menguntungkan
13 0.737
dibandingkan dengan yang belum tersertfikat halal
Sumber: Data Primer diolah

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |22
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Pada tabel 23 diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha seluruh item pertanyaan item diatas 0,6
yang mengindikasikan bahwa seluruh pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini telah reliabel atau
nyata. Hasil ini mengindikasikan bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini konsisten
untuk digunakan berkali-kali kepada responden yang berbeda.

3. Uji Asumsi Klasik


Pengujian model analisis jalur dalam penelitian ini menggunakan bantuan software Jamovi
versi 1.6.23 tahun 2021. Penjelasan secara detail untuk koefisien dan hasil uji hipotesis masing-
masing variabel dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

a) Uji Heteroskedastisitas
Tabel 23
Uji Heteroskedastisitas
  Statistic p
Breusch-Pagan 0.750 0.861
Note. Additional results provided by moretests
Hasil Uji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode Breusch-Pagan menunjukkan
nilai 0.750 dengan nilai p-value sebesar 0.861. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian
homoskedastis karena p-value > 0.861.

b) Uji Heteroskedastisitas
Tabel 24
Uji Autokorelasi
Autocorrelation DW Statistic p
0.233 1.52 0.008

Hasil Uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1.52
berada direntang 1.21 < DW < 1.65 yang menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini berada
dalam rentang abu-abu sehingga tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak.

c) Uji Multikolinearitas
Tabel 25
Uji Multikolinearitas
  VIF Tolerance
Primary Activities (X1) 1.53 0.654
Support Acitivites (X2) 1.53 0.654
Moral dan Etika (X3) 1.00 1.000

Berdasarkan hasil Uji Multikolineritas pada table diatas dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat kolinearitas antar variabel independen dalam penelitian ini karena VIF < 10.

4. Interpretasi Model Penelitian

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


23| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
a) Model Regresi
Tabel 26
Koefisien Regresi
Predictor Estimate SE t p

Intercept 1.4503 0.4694 3.09 0.002


X1 0.1541 0.1028 1.50 0.136
X2 0.2851 0.0957 2.98 0.003
X3 0.0936 0.0717 1.30 0.194

R = 0.406 F = 9.66 p = 0.001


R2 = 0.165
Adjusted R2 = 0.147

Model regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan sentra bisnis halal di Kota
Tangerang dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

Z = 1.45 + 0.15X1 + 0.28X2* + 0.09X3 + e

Adjusted R2 = 0,147, artinya kemampuan variabel primary activities, support activities, dan
moral & etika dalam menjelaskan pengembangan sentra bisnis halal di Kota tangerang adalah
sebesar 14.7%, sedangkan pengaruh faktor lain (diluar model) adalah sebesar 86.3%. Nilai F pada
model ini adalah 9.66 dengan nilai Prob. (F-Statistic) adalah 0.001 (Prob < 0.05), yang artinya
terdapat pengaruh serentak dan signifikan secara statistik dari seluruh variabel independen (primary
activities, support activities, dan moral & etika) terhadap variabel dependen (pengembangan sentra
bisnis halal) di Kota Tangerang.

b) Pengaruh Primary Activities terhadap Sentra Bisnis Halal


X1 = 0.15, artinya ketika terjadi kenaikan nilai primary activities, maka hal ini juga akan
menaikkan potensi pengembangan sentra bisnis halal di Kota Tangerang. Namun demikian hasil ini
tidak signfikan karena karena prob = 0.136 atau diatas 0.05. Dengan demikian H1 dalam penelitian
ini ditolak.

c) Pengaruh Support Activities terhadap Sentra Bisnis Halal


X2 = 0.28, artinya ketika terjadi kenaikan nilai secondary activities, maka hal ini juga akan
menaikkan potensi pengembangan sentra bisnis halal di Kota Tangerang. Hasil ini signfikan karena
karena prob = 0.003 atau dibawah 0.05. Dengan demikian H2 dalam penelitian ini diterima.

d) Pengaruh Moral & Etika terhadap Sentra Bisnis Halal


X1 = 0.09, artinya ketika terjadi kenaikan nilai moral & etika, maka hal ini juga akan
menaikkan potensi pengembangan sentra bisnis halal di Kota Tangerang. Namun demikian hasil ini
tidak signfikan karena karena prob = 0.194 atau diatas 0.05. Dengan demikian H3 dalam penelitian
ini ditolak.

E. KESIMPULAN

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |24
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Variabel primary activities (aktivitas utama) dalam konsepsi rantai nilai serta moral dan etika
juga tidak berpengaruh terhadap pengembangan sentra usaha ultra micro begitupula primary
activites terhadap sentra bisnis halal. Meskipun demikian, variabel secondary activities (aktivitas
pendukung) berpengaruh terhadap pengembangan sentra bisnis halal di Kota Tangerang.

DAFTAR PUSTAKA
Colquitt, Jason A., Jeffery A. LePine, and Michael J. Wesson. (2011). Organizational Behavior.
New York: McGraw-Hill.
Cooper dan Emory. (1996). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta:Erlangga.
Damarjati (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan Pendapatan Di
Propinsi Jawa Tengah.
Dipta, I Wayan. (2008). Strategi Penguatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) melalui
Kerjasama Kemitraan Pola CSR. INFOKOP, Vol. 16.
Draper, N. dan Smith, H. (1992). Analisis Regresi Terapan. Terjemahan Oleh Bambang Sumantri.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gujarati, N.D. (2003). Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Ferdinand, A. (2006). Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk skripsi, Tesis dan
Disertai Ilmu Manajemen. Semarang: Universitas Diponegoro.
Gouët, C., & Van Paassen, A. (2012). “Smallholder Marketing Cooperatives and Smallholders
Market Access”: Lessons Learned from the Actors Involved. The Journal of Agricultural
Education and Extension, 18(4), 369–385.
Hejazziey, Djawahir. (2009) “Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) melalui Lembaga Jeuangan Syariah (LKS) untuk Mengentaskan Kemiskinan dan
Pengurangan Pengangguran. Jurnal Ekonomi Syariah.
Jusmaliani, (2010), Homo Islamicus Basic Assumptions of Islamic Economic Theory Economic
Researcher UPI dalam Repubilka Edisi 3 Maret 2010.
Kanbur, Ravi; Kasekende, Louis; Aryeetey, Ernest; Devarajan, Shantayanan (2012). The Oxford
companion to the economics of Africa. Oxford New York, New York: Oxford University
Press.
Kaplinsky, R., et. al. (2000). “Spreading the Gains from Globalisation: What Can be Learned from
Value Chain Analysis”. IDS Working Paper No.110 Brighton. Insititute Development
Studies.
Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. (2011). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


25| KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA BISNIS
ULTRA MICRO
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)
Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. (2004). Applied Linear Regression Models. New
York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Newstrom. John W., Davis, Keith, (2007). Perilaku Dalam Organisasi. Edisi Ketujuh. Alih bahasa,
Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.
Pearce, J.A. & Robinson, R.B,. (2005). Formulation, Implementation, and Control of Competitive
Strategy. New York: Mc Graw Hill.
Salaam Gateway. (2020). Global Islamic Economic Report 2020.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supranto, Johannes. (2004). Ekonometri. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suseno, F.M, 2010, Hukum Moral, Ajaran Imanuel Kant tentang Etika dan Imperatif Kategoris,
Pustaka Filsafat, Penerbit Kanisius.
Trimo, STP. (2006). Evaluasi Penyuluhan Pertanian Permasalahan dan Upaya Pemecahannya di
Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Unpublished.
Walgito, Bimo. (2008). Psikologi Kelompok. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Widarjono, A. (2007). Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta:
Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Winarno, Wing Wahyu. (2011). Analisis Ekonometrik dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN

ANALISIS SIGNIFIKANSI IMPRESI MORAL & ETIKA TERHADAP


KONSEPSI RANTAI NILAI PADA PRODUK HALAL DI SENTRA
BISNIS ULTRA MICRO |26
(STUDI LIMITASI DI KOTA TANGERANG)

You might also like