Professional Documents
Culture Documents
ZAKAT
ZAKAT PROFESI
1. Zakat
Kata zakatberasal dari bahasa Arab, secara bahasa artinya
suci, tumbuh berkembang dan berkah. Makna zakat secara
bahasa ini mencerminkan sifat zakat yang dapat mensucikan
harta dan jiwa serta mengandung nilai positif yang dapat
dikembangkan berupa kebaikan bagi si muzakki dan
kemaslahatan ekonomi bagi para mustahiq. Sebagaimana
firman Allah swt Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-
Konsep (Beberapa istilah
1
dan definisi) di KB orang yang mensucikan dirinya.” (QS. al-Syams: 9)
Menurut syara’, para ulama mendefinisikannya dengan “Harta
tertentu yang wajib dikeluarkan sebagiannya kepada para
mustahiq.” Sedangkan Sayyid Sabiq mendefinisikan, “Zakat
adalah suatu nama hak Allah yang harus dikeluarkan oleh
manusia kepada fuqara.” Selanjutnya Sabiq menambahkan,
“Dinamakan zakat karena mengharap berkah, pensucian diri,
dan bertambahnya kebaikan.” Hal ini sejalan dengan firman
Allah swt: ِ َ Artinya: “Ambilah dari harta mereka shadaqah
yang dapat membersihkan harta dan mensucikan jiwa
mereka.” (QS. At-Taubah: 103).
2. Zakat profesi
zakat profesi dapat dimaknai sebagai zakat pekerjaan yang
sudah menjadi keahlian seseorang yang diperoleh melalui
proses pendidikan seperti dokter, dosen, pengacara, pilot, dan
guru, semua contoh pekerjaan ini dapat dikatakan profesi
karena keahliannya diperoleh melalui proses pendidikan yang
cukup lama.
zakat profesi meliputi semua pekerjaan yang halal dan baik.
Zakat dapat dikeluarkan sesuai dengan waktu perolehannya
setelah diambil terlebih dahulu untuk kewajiban biaya
terhadap keluarga dan biaya operasional. Seseorang dengan
profesinya yang berpenghasilan pas-pasan bahkan kurang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bukanlah termasuk
profesi yang wajib dikeluarkan zakatnya, bahkan mereka
tergolong orang yang berhak menerima zakat (mustahiq);
seperti tukang becak.
ulama menetapkan nishab zakat prof disetarakan dengan
zakat emas, yakni minimal memiliki harta yang setara dengan
harga 85% gram emas. Adapun syarat-syarat lain yang harus
dipenuhi adalah 1) harta kepemilikan penuh, yakni harta
profesi benar-benar milik sendiri; 2) penghasilan sudah
memenuhi kebutuhan pokok; dan 3)telah mencapai nishab;
berdasarkan fatwa MUI minimal setara dengan 85 gram emas;
sedangkan pendapat Abu Zahra, minimal setara dengan 930
liter atau 653 kg hasil panen. Sedangkan jumhur ulama yang
dikutip oleh Sulaiman Rasyid menetapkan nishabnya adalah
setara dengan 93, 6 gram Emas. Sedang syarat 4) , bebas dari
hutang; yakni muzakki benar-benar bebas dari hutang. Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan bahwa
penghasilan yang dimaksud ialah setiap pendapatan seperti
gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain lainnya yang diperoleh
dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai,
karyawan, maupun tidak rutin seperti dokter, pengacara,
konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh
dari pekerjaan bebas lainnya. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dalam fatwa MUI No 3 tanggal 7 Juni tahun 2003 menyebutkan
bahwa semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan
zakatnya dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu
tahun, yakni senilai emas 85 gram dalam setahun. Zakat
penghasilan dapat dikeluarkan pada saat menerima jika sudah
cukup nishab. Jika tidak mencapai nishab, maka semua
penghasilan dikumpulkan selama satu tahun; kemudian zakat
dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah cukup nishab.
Hal ini juga dikuatkan dalam SK BAZNAS Tahun 2021 Tentang
Nisab Zakat Pendapatan dan Jasa tahun 2021, bahwa; Nishab
zakat pendapatan/ penghasilan pada tahun 2021 adalah
senilai 85 gram emas atau setara dengan Rp79.738.415,-
(Tujuh puluh sembilan juta tujuh ratus tiga puluh delapan
empat ratus lima belas rupiah) per tahun atau Rp6.644.868,-
(Enam juta enam ratus empat puluh empat ribu delapan ratus
enam puluh delapan rupiah) per bulan.
3. Zakat produktif
zakat produktif adalah zakat yang didistribusikan kepada
mustahik, yang dikelola dan dikembangkan melalui perilaku-
perilaku bisnis. Indikasinya adalah harta zakat dimanfaatkan
sebagai modal yang diharapkan dapat meningkatkan taraf
ekonomi mustahik. Termasuk juga dalam pengertian zakat.
produktif jika harta zakat dikelola dan dikembangkan oleh
amil yang hasilnya disalurkan kepada mustahik secara
berkala. Lebih tegasnya zakat produktif adalah zakat yang
disalurkan kepada mustahik dengan cara yang tepat guna,
efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan
produktif, sesuai dengan pesan syariat dan peran serta fungsi
sosial ekonomis dari zakat. zakat produktif ini memiliki
hikmah syar’i yang serupa dengan hikmah zakat yaitu
mensejahterakan kehidupan mustahik. Dengan zakat
produktif, status mustahik mampu berubah menjadi muzakki
dengan potensi yang dimilikinya; mustahik akan mampu
memberdayakan dana zakat yang diterimanya sebagai modal
usaha yang pada akhirnya, ia pun akan menjadi pengusaha
yang sukses.
4. Zakat tanah yang disewakan
zakat hasil tanah yang disewakan dapat diartikan sebagai
zakat hasil tanah yang langsung dihasilkan oleh tanah tersebut
berupa tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan buah. Hasil
dimaksud bisa berupa makanan pokok, seperti padi, kurma,
gandum atau buah-buahan, seperti, jeruk, anggur, semangka,
atau berupa sayur-sayuran, seperti ketimun, kacang, bawang,
dan lain sebagainya. Kewajiban untuk mengeluarkan zakat
hasil tanah yang disewakan didasari oleh ayat berikut ini: