You are on page 1of 18

Evaluasi Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD

dalam Pengarusutamaan Lingkungan Hidup

TJAHJO SUPRAJOGO

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Kampus Bukittinggi


Jl. Raya Bukittinggi – Payakumbuh KM.14 Kec. Baso, Kabupaten Agam. Telp./Faks (0752) 426803

Abstract: DPRD (The House of Local People’s Representatives) as an legislative institution has
the most important role in making the public policies. For strengthening the role of DPRD in
environment mainstream so the caucus of DPRD was shaped. Through caucus channels, be
provided that many problems of environment getting the very serious concern from DPRD with
using their authoritative functions such as legislation, budgeting and controlling. The aims of this
research are evaluating how the role of caucus of DPRD and identifying supporting and inhibiting
factors of caucus role and recommendation for DPRD’s caucus in mainstreaming environment.
This research using descriptive-qualitative method with purposive sampling. Depth interview and
documentation as tehnique of gathering data. Unit of analysis in this research is environment
caucus of DPRD at some regencies/municipalities of West Java Province and especially DPRD of
Bandung municipality. The result of this research found that the caucus have tried to achieve the
targets in optimum although the caucus has to still work harder for actualizing green party, green
politician, green parlement, green policy and green budgeting and even green government. The
implication of this research, there is the new paradigm in public policy study that based on
mainstreaming environment. Further, it can be called Eco-Policy Study.

Keywords : Caucus, green policy, green parlement, green budgeting, green government

Seiring kemajuan hasil pembangunan yang telah hutan atas nama kepentingan ekspor kayu telah
dicapai Indonesia selama empat dasawarsa terakhir menciptakan kerusakan sebagian besar hutan kita
yang berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi sebagai paru-paru utama dunia. Yang mana keru-
nasional yang tinggi, ternyata telah berimplikasi pada sakan hutan yang terjadi telah mengakibatkan banjir
eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran maupun tanah longsor di musim hujan yang kian
dan tanpa batas. Perencanaan pembangunan yang panjang masanya sekaligus kekurangan air dan gagal
lebih menekankan pada perspektif ekonomi panen bagi para petani pada musim kemarau. Dam-
(Kapitalistik) semata seringkali mengukur perolehan pak kerusakan lingkungan hidup di negara kita
prestasi pembangunan hanya pada keuntungan- tersebut riel mengancam keselamatan dan mem-
keuntungan dan kegunaan ekonomi yang memiliki bahayakan kehidupan kita baik dengan hilangnya
kecendrungan mengabaikan aspek-aspek yang lain harta benda bahkan jiwa sebagai korbannya.
termasuk perspektif politik, sosial, budaya apalagi Kerusakan hingga kehancuran lingkungan hidup di
lingkungan. Indonesia menuntut keseriusan upaya penye-
Pembangunan gedung-gedung bertingkat di lamatannya. Apalagi dengan adanya pemanasan glo-
perkotaan yang menegasikan perlunya kawasan hijau bal (Global Warming) yang diakibatkan oleh
yang nyata-nyata selalu menimbulkan banjir di musim kerusakan dan perusakan lingkungan kini menjadi
hujan. Polusi yang ditimbulkan banyaknya kendaraan permasalahan yang krusial bagi Indonesia sebagai
dan proyek-proyek industrialisasi di perkotaan negara yang memiliki kekayaan dan sumber daya
menjadikan jutaan orang di perkotaan menghirup alam yang melimpah ruah.
udara yang kotor mengandung debu, timbal dan Lingkungan hidup dan sumber-sumber
karbondioksida. Penyalahgunaan hak pengelolaan kehidupan Indonesia saat ini berada di ambang

138
Evaluasi Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD, (Suprajogo) 139

kehancuran akibat over-eksploitasi selama 32 dan persoalan lingkungan hidup agar mengarus utama
tahun. Berlakunya otonomi daerah dengan tidak dalam produk kebijakan daerah berupa Peraturan
disertai tanggung jawab dan tanggung gugat dari Daerah (Perda) yang dihasilkan.
pelaksana negara, rakyat semakin terpinggirkan dan Kegagalan demokrasi berdamai dengan
termarjinalkan haknya, sementara perusakan ling- lingkungan hidup menyadarkan para ilmuwan politik
kungan dan sumber kehidupan berlangsung di depan sejak era 1980-an tentang pentingnya menimbang
mata. Keadaan ini kian memburuk seiring dengan lingkungan hidup dalam kerja demokrasi, dari sinilah
reformasi yang setengah hati. Isu dan permasalahan kemudian berkembang teori-teori “demokrasi yang
lingkungan dan sumber kehidupan di Indonesia tidak sensitif lingkungan”. Sejumlah terminologi baru dalam
menjadi perhatian serius para pengambil kebijakan khazanah demokrasi pun diperkenalkan. Misalnya,
bahkan masih termarginalkan. Padahal dalam (Ball, 2005; 3) “ekodemokrasi” (ecodemocracy)
tataran politik, isu lingkungan merupakan bagian yang dan “demokrasi hijau” (green democracy). Secara
menentukan dalam suatu pengambilan keputusan. umum, yang ditawarkan adalah konsep penginte-
Perencanaan pembangunan nasional yang grasian dimensi lingkungan hidup ke dalam proses
masih berkarakteristik mengabaikan wawasan dan hasil demokrasi. “Sensitivitas lingkungan hidup”
lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari kebija- diperkenalkan sebagai ukuran tambahan untuk
kan pembangunan yang didesain oleh negara. Untuk menilai kualitas praktik demokrasi. Seiring dengan
itu, adanya intervensi kebijakan harus dilakukan oleh itu diperkenalkanlah konsep-konsep baru seperti
para pembuat kebijakan itu sendiri. DPRD sebagai green polity, green policy, green budget, green
lembaga legislastif daerah yang merupakan mitra party, green politician, dan sebagainya. Belaka-
pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan ngan, gagasan ini dipercanggih dalam konsep
termasuk kebijakan pembangunan, perlu memiliki “Biokrasi” (Biocracy). Fatah (2008:6) menjelaskan
wawasan pengarusutamaan lingkungan hidup. bahwa dalam mekanisme birokrasi, DPR/DPRD
Diharapkan nantinya dalam menjalankan fungsi mempunyai peranan dan fungsi dalam perumusan,
legislasi dan anggaran serta pengawasan (Ke- pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pemerintah
bijakan), DPRD berorientasi pada lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
hidup. sebagai salah satu pilar demokrasi ditinjau dari per-
Berangkat dari kenyataan tersebut diatas, spektif sistem kebijakan publik, adalah sebagai insti-
peneliti melakukan kajian evaluatif kiprah Kaukus tusi yang menyerap dan menghimpun, menampung
Lingkungan Hidup Anggota DPRD dalam penga- dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dalam ben-
rusutamaan lingkungan hidup. Pertanyaan penelitian tuk produk kebijakan berupa Peraturan Daerah
yang dikemukakan peneliti adalah bagaimana kiprah (Perda). Fungsi utama DPRD dalam sistem kebija-
Kaukus Lingkungan Hidup DPRD Kabupaten dan kan publik dapat dilihat pada gambar 1 sebagai
Kota, Provinsi Jawa Barat dalam mengawal isu-isu berikut:

Gambar 1. Bagan Posisi dan Fungsi DPRD Dalam Sistem Kebijakan Publik
140 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 11, Nomor 2, Juli 2011: 138 -155

DPRD selaku lembaga legislatif harus kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD
merepresentasikan kepentingan masyarakat ter- dalam pengarusutamaan lingkungan hidup.
masuk dalam pengarusutamaan kebijakan ling-
kungan hidup. DPRD dituntut penuh perhatian, kepe- METODE
kaan dan kiprahnya dalam melaksanakan fungsi
regulasi, penganggaran dan pengawasan kebijakan Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli,
yang berorientasi pada isu-isu dan problema ling- Agustus dan September 2008. Metode penelitian
kungan hidup. ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
Untuk menjembatani, mendorong dan memperkuat dengan memakai sample bertujuan (purposive sam-
wakil rakyat lebih peduli pada pemecahan problema pling) yaitu DPRD Provinsi Jawa Barat, beberapa
lingkungan hidup melalui optimalisasi fungsi legislasi, DPRD Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat dan
penganggaran dan pengawasan kebijakan, DPRD DPRD Kota Bandung. Pemilihan penelitian di
membentuk kaukus (Caucus). Kaukus merupakan Provinsi Jawa Barat didasarkan alasan bahwa pro-
sebuah forum pertemuan dari para anggota partai vinsi ini termasuk salah satu provinsi yang mempelo-
politik dan atau anggota Dewan, atau organisasi yang pori pendirian dan pendeklarasian Kaukus Ling-
lebih kecil di bawahnya untuk mengkoordinasikan kungan Hidup di tingkat provinsi. Satuan kajian (unit
kegiatan anggota-anggotanya, menentukan kebijakan of analysis) dalam penelitian ini adalah forum-fo-
kelompok, atau mencalonkan kandidat tertentu rum Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD
untuk berbagai posisi politik. Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari Kabupaten/
Tujuan kaukus ini tidak lain agar anggota Kota di Provinsi Jawa Barat yang meliputi Kabu-
Dewan dalam penentuan kebijakan pembangunan paten Majalengka, Kuningan, Ciamis, Indramayu,
daerah dapat mensejajarkan masalah lingkungan Cirebon, Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kaukus
hidup dengan berbagai masalah penting lainnya LH DPRD Kota Bandung. Informan dari anggota-
seperti politik, ekonomi maupun sosial. Pembentu- anggota Kaukus Lingkungan Hidup DPRD Kabu-
kan kaukus parlemen untuk lingkungan hidup dan paten Majalengka, Kuningan, Ciamis, Indramayu,
pembangunan berkelanjutan ini adalah sebagai Cirebon, Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kaukus
bentuk upaya parlemen dalam mendukung gerakan LH DPRD Kota Bandung dan DPRD Provinsi Jawa
pelestarian lingkungan hidup terutama guna Barat.
menghadapi perubahan iklim. Berdasarkankan jenis data dan sumber data
Kaukus lingkungan hidup DPRD Provinsi yang diperlukan dalam penelitian ini maka tehnik
dan Kabupaten/Kota mempunyai peran dan fungsi pengumpulan data yang digunakan meliputi : wawan-
sebagai berikut: 1). Membangun “Publik Sadar cara mendalam (depth interview) dengan memakai
Lingkungan“; 2). Melakukan lobi bagi “Kebijakan pedoman wawancara (Interview guide) baik secara
Sensitif Lingkungan“; 3). Menyusun strategi dan terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dokumen-
taktik menuju “Parlemen Hijau“; 4). Merancang tasi yang relevan. Peneliti menggunakan analisa
“Kebijakan Sensitif Lingkungan“; 5). Mengawasi induktif yaitu informasi dari masing-masing daerah
kerja pejabat publik dengan ukuran sensivitas ling- –informan yang diwawancarai- dikumpulkan,
kungan; 6). Menominasikan kandidat pejabat publik dianalisa dan ditarik kesimpulan untuk menemukan
dan politisi yang sensitif lingkungan. sejauh mana Kaukus Lingkungan Hidup DPRD
Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat telah mela-
bagaimana kiprah (peran dan fungsi) Kaukus kukan peran dan fungsinya. Analisa data dianggap
Lingkungan Hidup Anggota DPRD dalam pengaru- selesai manakala peneliti merasa telah mencapai
sutamaan lingkungan hidup pada proses formulasi “titik jenuh” profil data, dan telah menemukan pola
kebijakan publik di daerah, mengidentifikasi faktor- aturan yang dicari peneliti. Metode autentisitas data
faktor pendukung dan penghambat kiprah Kaukus (validasi data) menggunakan triangulasi dimana
Lingkungan Hidup Anggota DPRD serta menyusun data diperoleh dari beberapa informan yang
rekomendasi yang diperlukan untuk mendorong memberikan informasi, yang mana apabila data dan
Evaluasi Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD, (Suprajogo) 141

atau informasi dirasakan tidak ada lagi yang baru Bandung, sesuai dengan kedudukan dan perannya,
dan atau berbeda dari informan-informan yang kaukus telah melakukan berbagai aktivitas antara
sebelumnya maka data/informasi dianggap cukup. lain :

HASIL Membangun “Publik Sadar Lingkungan”


Kegiatan yang dilakukan untuk membangun
Kaukus lingkungan hidup DPRD Provinsi kesadaran publik terhadap pelestarian lingkungan,
Jawa Barat dibentuk dan dideklarasikan tanggal 24 melalui fasilitasi EPW Lingkungan Hidup Provinsi
Oktober 2004 yang terdiri DPRD Provinsi Jawa Jawa Barat melakukan seminar-seminar, lokakarya-
Barat, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, lokakarya serta workshop-workshop dengan
Kabupaten Cimahi dan Kabupaten Sumedang, yang melibatkan narasumber-narasumber yang memiliki
diketuai oleh Hj. Tetty Kadi Bawono. Pembentukan keahlian dalam bidangnya masing-masing, khusus-
dan pendeklarasian forum ini dilakukan dua tahun nya tentang lingkungan hidup, konservasi dan
setelah program pembentukan kaukus lingkungan pelestarian lingkungan, global warming, dan isu-
hidup DPRD-DPRD se-Indonesia yang dicanangkan isu lingkungan lainnya. Peserta selain terdiri dari
oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup yaitu anggota kaukus lingkungan hidup DPRD se Provinsi
tahun 2002. Jawa Barat, juga melibatkan berbagai perguruan
Kedudukan Kaukus Lingkungan hidup tinggi negeri/swasta di Jawa Barat, eksekutif dan
DPRD sendiri berada di luar struktur dan alat-alat legislatif, dan berbagai LSM yang peduli lingkungan
kelengkapan DPRD, sehingga sifatnya lebih bersifat baik yang lokal (Jawa Barat) maupun Nasional.
forum informal dan bergerak serta bekerja dilandasai Selain itu, juga dengan fasilitasi EPW
oleh semangat kepedulian anggota forum terhadap Provinsi Jawa Barat dan bersama-sama Forum
isu-isu lingkungan hidup. Jadi keberadaan kaukus Kaukus Lingkungan se-Provinsi Jawa Barat
lingkungan hidup DPRD sebagai forum informal tidak melakukan aktivitas sosial antara lain, Jumat bersih,
berada di bawah komisi maupun fraksi yang ada di penanaman pohon-pohon di sepanjang jalan,
struktur kelembagaan DPRD Provinsi, Kabupaten mendorong “Sekolah Hijau”, lingkungan hijau,
dan Kota. Sehingga sifatnya lebih fleksibel dengan “Kelurahan Hijau”, dan “Kecamatan Hijau”. Dan
keanggotaan yang berasal lintas komisi dan lintas bekerja sama dengan media lokal untuk menyua-
fraksi, dengan keanggotaan yang tidak pengikat. rakan kepentingan lingkungan hidup.
Sebagai contoh, tercatat ada 3 (Tiga) anggota DPRD Hal ini sebagaimana juga dinyatakan oleh
kota Bandung yang tergabung dalam forum kaukus salah satu anggota Kaukus DPRD Kota Bandung
lingkungan hidup DPRD Kota Bandung, namun ketika diwawancarai oleh peneliti : “ Di Jawa Barat
karena sifat keanggotaannya tadi yang tidak terikat nama forum DPRD Peduli Lingkungan hidup, di
maka tidak secara penuh atau tetap anggota forum dalamnya terdapat klaster Ciayumajakuning (Cimahi,
melaksanakan aktivitas kegiatannya. Sehingga untuk Indramayu, Majalengka, Kuningan). Sejak forum ini
mengoptimalkan fungsi-fungsi kaukus lingkungan berdiri tahun 2005, karena namanya forum maka
hidup DPRD kota Bandung, kegiatan dan aktivitas kita tidak ada kegiatan-kegiatan yang formal tetapi
mereka sering bergabung dengan Forum Anggota kita mengadakan tukar-menukar pendapat (shar-
Peduli Lingkungan Hidup Jawa Barat yang terdiri ing of knowledge), mengisi di satu radio swasta
dari Provinsi dan 3 (tiga) Kabupaten lainnya yang setiap Jumat sore yang mengundang eksekutif baik
ada di Jawa Barat, yang difasilitasi oleh Environ- di tingkat Kabupaten maupun Provinsi, juga para
ment Parlement Watch (EPW) Provinsi Jawa praktisi tentang masalah hutan lindung, masalah air,
Barat, yang didukung keberadaannya oleh dan semacamnya “ (Wawancara dengan Ikhsan, 29
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Juli 2008).
Berdasarkan keterangan yang diperoleh Selanjutnya menurut beliau :” Melalui forum-
dari informan anggota kaukus lingkungan hidup forum ini, dari semua anggota Dewan diikutkan agar
DPRD Provinsi Jawa Barat maupun DPRD Kota melek (membuka mata, peneliti) terhadap masalah-
142 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 11, Nomor 2, Juli 2011: 138 -155

masalah lingkungan baik yang memang masuk di melalui kegiatan-kegiatan sosial lingkungan lainnya
wilayahnya masing-masing maupun lintas wilayah, dengan pendekatan secara informal, hal ini dilakukan
baik ketika dalam Musrenbang (Musyawarah mengingat forum kaukus lingkungan ini bersifat in-
Perencanaan Pembangunan), pengalokasian formal dan diluar struktur kelembagaan DPRD. Agar
anggaran (APBD), prioritas anggaran di dalam lobi ini efektif biasanya, dengan melibatkan secara
APBD. Juga kita terlibat dalam kegiatan-kegiatan pro aktif EPW lingkungan hidup Jawa Barat dengan
yang diselenggarakan fihak lain maupun kita aktivis-aktivis lingkungan hidup baik yang berasal
menyelenggarakan bagi anggota Dewan seperti dari kalangan kampus maupun LSM-LSM
pelatihan-pelatihan, pertemuan antar forum terutama lingkungan.
apabila ada masalah-masalah strategis seperti ketika Diantara bentuk lobi-lobi yang dilakukan
ada kasus sampah di kota Bandung. Apabila antara agar baik fihak legislatif maupun eksekutif daerah
anggota Dewan dan fihak eksekutif terdapat kendala nyata terlibat dalam membangun kepedulian
atau jarak maka Kaukus bisa mendekatkan terhadap lingkungan hidup salah satunya melalui
mereka…”. pendekatan anggaran, yaitu sejauh mana pos
Untuk menambah pengetahuan dan anggaran dari APBD untuk peduli lingkungan hidup
wawasan anggota kaukus lingkungan hidup DPRD dan bagaimana prioritas daerah mengenai hal itu.
dan pemahaman mereka akan konsep pengarus- Tjoek Koeswartojo sebagai salah satu tokoh dan
tamaan lingkungan hidup maka forum Kaukus telah aktivis lingkungan hidup dari Kaukus Anggota DPRD
dikondisikan pula sebagai media pembelajaran Peduli Lingkungan Jawa Barat menyatakan: “ Dalam
bersama bagi semua anggota kaukus LH DPRD. masalah anggaran memang repot sekali misalnya kita
Jawaban Wakil Forum Kaukus Lingkungan Hidup harus membaca 6000 halaman untuk mengetahui
DPRD Jawa Barat tatkala diwawancarai peneliti mana kegiatan yang pro lingkungan hidup dan mana
menyatakan sebagai “Kaukus merupakan suatu yang bukan, tidak mudah, tetapi secara ideologis
kelompok yang memperjuangkan suatu gagasan yang penting memiliki niatan. Melalui anggaran
lingkungan hidup, tetapi kami adalah suatu forum adalah salah satu kunci untuk melihat apakah Pemda
belajar. Mengapa begitu? Karena proses politik (Pemerintah Daerah) memiliki concern (perhatian)
adalah negoisasi, berdebat yang pada akhirnya untuk terhadap lingkungan hidup atau tidak, memang tidak
menghasilkan konsensus…”. mudah untuk bisa mengetahui bagaimana anggaran
Bentuk-bentuk lain untuk membangun “Publik yang berwawasan lingkungan (Green Budgeting).
Sadar Lingkungan“ telah dilakukan kegiatan- Paling tidak dapat diperiksa kira-kira di dalam hal
kegiatan kreatif seperti yang digagas oleh Kabupaten terkait lingkungan hidup berapa alokasi yang
Kuningan melalui semisal PEPELING (Pengantin diberikan Pemda, tetapi itupun tidak bisa lebih de-
Peduli Lingkungan) yaitu berupa aktivitas partisipatif tail lagi. “ (Wawancara, Juli 2008)
anggota masyarakat apabila mereka mau menikah
diharuskan memiliki 3 pohon untuk ditanam di Merancang “Kebijakan Sensitif Lingkungan”
sekeliling tempat tinggal mereka. Berbagai keputusan telah dihasilkan dari
rancangan kebijakan sensitif lingkungan antara lain,
Melakukan lobi bagi “Kebijakan Sensitif Peraturan Daerah (PERDA) tentang sempadan
Lingkungan” sumber daya air, PERDA kawasan lingkungan,
Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan PERDA pengendalian pencemaran udara, PERDA
kelompok eksekutif dalam hal ini Badan Pemeli- Kawasan Bandung Utara, PERDA pengelolaan
haraan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa lahan kritis. Yang kesemua lahir dengan melalui
Barat dan Kota Bandung sendiri, untuk terlibat se- berbagai pendekatan lobi baik melalui anggota
cara pro aktif dalam setiap aktivitas pelestarian ling- kaukus lingkungan DPRD Provinsi Jawa Barat
kungan dan isu-isu lingkungan hidup lainnya. Bentuk maupun DPRD Kota Bandung, atau juga dengan
aktivitasnya, selain melalui kegiatan-kegiatan ilmiah menggunakan kemampuan lobi diluar anggota
seperti seminar, lokakarya dan workshop juga kaukus yang berasal dari EPW lingkungan hidup
Evaluasi Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD, (Suprajogo) 143

Jawa Barat dan aktivis-aktivis lingkungan baik dari lengka: “Kita baik dalam penyusunan Perda maupun
kalangan kampus maupun LSM-LSM lingkungan. penganggaran sudah terus melibatkan diri ataupun
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan salah menginisiasi. Respon teman-teman anggota Dewan
satu informan dari anggota Kaukus DPRD Kota yang lain juga baik, meski ada juga tarik-menarik
Bandung kepada peneliti bahwa : “ Kaukus ikut kepentingan politis. Satu fraksi dengan fraksi yang
mempengaruhi dalam penyusunan PERDA lain biasanya ada rasa “iri” ketika ada isu-isu tertentu
(Peraturan Daerah) terkait RTRW (Rencana Tata dari fraksi tertentu yang “menarik”. Maka dukungan
Ruang dan Wilayah) di tingkat Provinsi sebagaimana diperoleh dari rekan-rekan karena adanya rekan-
diacu oleh 4 (Empat) Kabupaten/Kota “. rekan Kaukus yang berada tersebar di fraksi-fraksi
Kendala-kendala yang dihadapi dalam juga sehingga dapat memperkuat isu lingkungan.
melakukan lobi bagi upaya menciptakan dan Alhamdulillah mengalir bagus. Dari 6 orang yang
merancang “Kebijakan Sensitif Lingkungan” tergabung dalam Kaukus bersinergi terus. “
antara lain adalah tidak mudahnya mempengaruhi (Wawancara dengan Bapak Subur, 2008).
proses-proses politik yang berlangsung di legislatif
daerah agar setiap partai politik baik di fraksi maupun Mengawasi kerja pejabat publik dengan
komisi untuk mendukung kebijakan peduli ukuran sensivitas lingkungan
lingkungan hidup. Kondisi ini tergambar dari Di lapangan, Kaukus Lingkungan Hidup
wawancara peneliti dengan salah satu informan dari DPRD telah melakukan pula tugas mengawasi
Kaukus DPRD Provinsi Jawa Barat: “ Anggota bagaimana kinerja pejabat publik di daerah terkait
Kaukus itu tidak banyak, paling hanya sekitar 10 % kepedulian lingkungan hidup. Meskipun dalam
dari keseluruhan anggota Dewan, maka bagaimana pelaksanaan di lapangan tidak mudah dan justru
kelompok yang kecil memiliki pengaruh besar di banyak menghadapi persoalan-persoalan praktek
dalam legislatif, yang mana proses politik berlang- kontra produktif bagi kepedulian lingkungan hidup.
sung di dalamnya, masing-masing fraksi kan Hal ini seperti diungkapkan oleh informan yang
mempunyai anggota-anggota, kita berupaya mem- diwawancarai oleh peneliti : “Apalagi untuk penga-
pengaruhi, yang mana kelompok yang pro lingkungan wasan di lapangan lebih sulit lagi karena kalau dilihat
terus berusaha bertahan berhadapan dengan misalnya penghijauan, ketika diperiksa kemudian
kelompok lain yang tidak pro lingkungan. Yang pro saling mengklaim ini program saya, yang lain bilang
lingkungan sebetulnya tidak mesti berada dalam satu ini program saya. Pengawasan yang tehnis memang
fraksi, atau dalam satu komisi, yang penting adalah sangat sulit untuk dilakukan…”.
proses-proses politiknya”. Juga dinyatakan oleh informan dari Kaukus
Selanjutnya menurut wakil Forum Kaukus DPRD Kabupaten Majelengka : “Untuk persoalan-
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat juga persoalan di Majalengka tidak terlalu berbeda jauh
menyatakan bahwa : “ Dalam kaukus…berlangsung dari daerah-daerah lain yaitu yang menonjol
proses politik adalah negoisasi, berdebat yang pada persoalan kerusakan lingkungan karena galian C, ini
akhirnya untuk menghasilkan konsensus. Konsensus yang masih terus kita monitoring dengan Pemda
bisa terjadi karena kita saling mempercayai, yang terutama SKPD terkait, di sisi lain yang mengawasi
perlu adalah kita membangun kepercayaan. juga ada yang gak beres sehingga kita pantau terus
Pengalaman di DPRD untuk membangun konsensus hingga pada akhirnya ada beberapa galian C yang
adalah tidak mudah bahkan seringkali bisa dead- sudah kita tutup, banyak juga yang tidak memiliki
lock dikarenakan belum (sepenuhnya) saling izin resmi. Kita terus berusaha di barisan terdepan
percaya. Untuk membangun saling percaya untuk memantau, yang dapat izin pun terus kita
diperlukan kesamaan dalam melihat suatu pantau, apabila menimbulkan kerusakan lingkungan
permasalahan …”. ya kenapa diteruskan karena apabila kami hitung
Gambaran yang lain proses-proses yang antara PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang kami
berlangsung di legislatif daerah dikemukakan salah terima dibandingkan dengan kerusakan lingkungan
satu anggota Kaukus DPRD Kabupaten Maje- yang kami terima ternyata lebih besar kerusakan
144 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 11, Nomor 2, Juli 2011: 138 -155

lingkungannya. Maka kita terus pantau dan evaluasi. bertemu untuk mendiskusikan isu-isu tertentu atau-
Sekarang yang menjadi tanggung jawab kita bersama pun bekerjasama dalam rangka berbagi bersama
dengan Kabupaten Kuningan adalah menjaga Taman tujuan-tujuan politis (a shared political goals).
Konservasi “ (Juli 2008). Eksistensi kaukus lingkungan hidup yang
Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terdiri dari individu-individu lintas partai, lintas fraksi,
pelaksanaan kiprah kaukus lingkungan hidup anggota dan lintas komisi yang mau bergabung tanpa paksaan
DPRD antara lain adalah : a). Kesadaran masyarakat dari pihak manapun menjadi sarana efektif yang
(Publik); b). Dukungan Pemerintah Pusat dan sangat relevan pada saat ini untuk ikut ambil bagian
Pemerintah Daerah; c). Dukungan organisasi dan dalam mem-pressure dan mempenetrasi gagasan
aktivis lingkungan hidup; d). Dukungan lembaga ataupun agenda politis (political agenda) ling-
donor; e). Kedudukan Kaukus Lingkungan Hidup kungan hidup ketika penyusunan agenda pemerin-
Anggota DPRD dan; f). Tidak ada pos anggaran tahan dan proses formulasi kebijakan publik dan
tersendiri bagi Kaukus bahkan hingga implementasinya. Posisi dan peran
Mengingat memang Kaukus bukanlah unit kaukus lingkungan hidup anggota DPRD –maupun
sebagai bagian secara struktur formal dari DPRD partai politik- terhadap DPRD tatkala menjalankan
maka Kaukus tidak memiliki pos anggaran tersendiri. fungsinya di legislatif pada prinsipnya tidak jauh
Hal ini terungkap dari wawancara peneliti dengan berbeda dari posisi dan peran yang dilakukan selama
wakil Kaukus DPRD Provinsi Jawa Barat: “ Forum ini oleh masyarakat, media massa dan kelompok-
yang ada sifatnya sektarian, temporer saja, tidak kelompok kepentingan atau penekan (pressure
permanen, suatu saat merencanakan kegiatan groups). Namun sesungguhnya kiprah kaukus
diskusi, mengundang pakar, merumuskan dan lingkungan hidup (anggota) DPRD secara ideal dapat
menuliskan dalam rekomendasi atau paper untuk memainkan peran yang lebih dibandingkan peran
diberikan kepada rekan-rekan di DPRD. Dulu untuk masyarakat dan kelompok-kelompok penekan
kelangsungan yang permanent pernah forum di Jabar lainnya yang memang posisinya secara tegas berada
memiliki kantor secretariat, tetapi tidak bisa meme- ‘di luar kotak parlemen’. Kaukus lingkungan hidup
lihara dan menjaga kelangsungan secretariat karena (anggota) DPRD meskipun bukan bagian (sub
memang forum tidak memiliki anggaran sendiri. Fo- ordinat) secara formal institusional di dalam struktur
rum (kaukus) tidak dianggarkan oleh DPRD dika- organisasi lembaga legislatif akan tetapi masih me-
renakan ini adalah forum non struktural (DPRD)“. miliki hubungan informal secara ‘politis’ dan ‘moril’
mengingat para anggotanya adalah bagian dari partai
PEMBAHASAN politik dan atau DPRD. Kaukus LH DPRD memiliki
peluang dan tantangan yang sangat strategis dan
Terbentuknya kaukus dalam pengarusuta- politis dalam upaya memperjuangkan lingkungan
maan lingkungan hidup DPRD merupakan terobosan hidup dalam agenda politik (Suarna, 2008; 211).
baru untuk mengatasi ‘rintangan-rintangan politis’ Posisi dan kiprah Kaukus terhadap DPRD dapat
(political barriers) dalam kerangka mempengaruhi peneliti gambarkan pada gambar 2.
proses pembuatan kebijakan publik (Public policy Meski demikian, ada satu hal penting yang
making process). Kaukus sebagai sebuah forum harus diakui dan tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
pertemuan dari para pendukung atau para anggota kenyataan pada tataran empiris praktis di dunia
suatu partai politik telah menggambarkan adanya politik tidak secara otomatis suatu gagasan dan
perilaku politis (political behavior) baru dan unik ‘kepentingan’ anggota-anggota partai politik dan atau
bagi para politisi di Indonesia mengingat keberadaan DPRD yang berada di dalam kaukus lingkungan
dan kiprah Kaukus ini adalah berangkat dari praktek- hidup akan sejalan dengan agenda politik partai dan
praktek dan pengalaman yang terjadi di politik dan atau fraksi dan komisi di parlemen. Bahkan tidak
pemerintahan Amerika Serikat. Yang mana kaukus mustahil justru isu-isu ataupun persoalan lingkungan
adalah bermula sebagai suatu kumpulan dari hidup bisa menjadi agenda ‘nomor sekian’ dari
anggota-anggota Kongres Amerika Serikat yang berbagai agenda pemerintahan seperti masalah
Evaluasi Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD, (Suprajogo) 145

Gambar 2. Bagan Posisi dan Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD Terhadap DPRD

pengangguran dan ketenagakerjaan, pencabutan kesadaran dan aktivitas politis (Burn, 2008; 8). Oleh
subsidi BBM, kenaikan harga bahan-bahan pokok, karenanya dalam konteks Indonesia adalah tidak
tingginya biaya hidup sehari-hari dan sebagainya. mudah pula untuk mengusung pengarusutamaan
Berkaca pada pengalaman Canada tahun 1992- lingkungan hidup sebagai agenda kebijakan (politik)
1997an sebagai contoh, para politisi di parlemen pemerintahan yang mendapatkan prioritas yang
yang ingin kembali menggelindingkan program-pro- tinggi dibandingkan agenda-agenda publik yang lain.
gram proteksi lingkungan hidup tidak ragu-ragu untuk Dalam tataran kebijakan publik, berdasarkan
mengambil inspirasi dari pendapat umum (Opinion wawancara yang telah dilakukan peneliti bahwa isu
polls) yang menunjukkan bahwa lingkungan hidup lingkungan hidup sampai saat ini di Provinsi Jawa
menempati urutan kelima dibelakang masalah Barat dan beberapa Kabupaten dan Kota yang
pengangguran dan isu-isu ekonomi ketika dilakukan diteliti pada awalnya masih merupakan isu marjinal
survey (Bailey, 1999; 4). Demikian pula halnya feno- dalam pengambilan keputusan publik. Namun upaya
mena di Amerika Serikat, terjadi suatu perdebatan terus-menerus yang dilakukan anggota-anggota
publik mengenai seberapa jauh isu-isu lingkungan Kaukus Lingkungan Hidup DPRD dalam
hidup menjadi agenda politik, bagaimana isu-isu mensosialisasikan dan menyuarakan isu-isu dan
tersebut menembus cukup kesadaran umum yang persoalan lingkungan hidup sudah mulai menggugah
mempengaruhi pemilihan umum (Pemilu) Amerika kesadaran kognitif para anggota DPRD.
pada level nasional. Terdapat sepasang asumsi Mencermati Kaukus Lingkungan Hidup
politik, pertama bahwa masyarakat Amerika secara DPRD Provinsi Jawa Barat maupun DPRD Kota
umum menempatkan prioritas paling tinggi pada Bandung khususnya dengan berbagai kiprahnya,
persoalan keamanan dan keselamatan mereka menurut pencermatan peneliti terdapat beberapa
meliputi keamanan financial dan keselamatan fisik. faktor yang menjadi pendorong kesungguhan Kau-
Kriminalitas, terorisme, dan perang sebagai contoh kus dalam memperjuangkan lahirnya kebijakan-
masalah yang menciptakan kesan tantangan- kebijakan legislatif terkait lingkungan hidup, antara
tantangan terhadap keselamatan fisik. Sama dengan lain:
hal itu, pemutusan kerja, inflasi, harga minyak, biaya
perawatan kesehatan dan kredit yang kian sulit Kesadaran Masyarakat
membangkitkan perasaan ketidakstabilan keuangan. Sesuai hasil wawancara dengan salah satu
Asumsi kedua, tantangan-tantangan terhadap anggota kaukus LH DPRD Kota Bandung
perhatian (concern) prioritas tinggi tersebut terdahulu, berbagai upaya telah dilakukan untuk
cenderung menyediakan motivasi terbaik bagi membangun kesadaran kognitif masyarakat (Publik)
146 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 11, Nomor 2, Juli 2011: 138 -155

tentang pentingnya persoalan lingkungan hidup. tersebut, misalnya dengan tindakan pengendalian
Media radio di daerah yang dimanfaatkan untuk pencemaran udara dan konservasi hutan di Bandung
sharing of knowledge and information isu-isu dan Utara, dan sebagainya. Bagi DPRD sebagai institusi
persoalan lingkungan hidup baik antara DPRD, pembuat kebijakan publik (Public policymaker)
pemerhati lingkungan hidup dan Pemda cukup mendukung dan melandasi pemecahan lingkungan
strategis untuk menyampaikan pesan-pesan (mes- hidup melalui produk kebijakan yang dihasilkan.
sages) mainstream lingkungan hidup bagi masya-
rakat. Mengingat radio adalah salah satu media Melakukan Lobi bagi Kebijakan Sensitif
massa yang dalam waktu dan kesempatan yang Lingkungan
sama dapat menghantarkan pesan kepada khalayak Keberadaan Badan dan Dinas Pengelolaan
umum secara masal dan serentak. Lingkungan Hidup Daerah baik di Provinsi Jawa
Kegiatan Jumat bersih, penanaman pohon- Barat maupun di Kota Bandung, memberi satu
pohon di sepanjang jalan, sosialisasi “ Sekolah kekuatan dalam memperjuangkan isu-isu tentang
Hijau”, “ Kelurahan dan Kecamatan Hijau” dilak- lingkungan hidup, sehingga bisa bersinergi dan
sanakan forum antar Kaukus LH se-Provinsi Jawa berkolaborasi memperjuangkan isu-isu lingkungan.
Barat adalah upaya membentuk kesadaran koginitif, Hal ini sama dengan dorongan yang diberikan oleh
afektif dan bahkan psikomotorik seluruh pemangku pemerintah pusat melalui Kementerian Negara
kepentingan, baik masyarakat, Pemda maupun Lingkungan Hidup yang mendorong Pemerintah
DPRD. Berbagai stakeholder dan masyarakat pada Daerah pada upaya-upaya pelestarian lingkungan
saat ini banyak yang memiliki kepedulian terhadap hidup di daerah.
lingkungan, karenanya terdapat peluang besar untuk Terkait penerapan peran dan fungsi “
melibatkan peran serta masyarakat dalam Melakukan lobi bagi Kebijakan Sensitif Lingkungan”
pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan seperti Kaukus Lingkungan DPRD Provinsi Jawa Barat,
ekosistem mangrove, hutan lindung dan taman DPRD Kota Bandung maupun Kaukus DPRD
nasional (Suarna, 2008; 214). Kabupaten/Kota di Jawa Barat harus secara intensif
Hal lain yang kian memperkuat kesadaran melakukan komunikasi dengan fihak legislatif
masyarakat akan peduli lingkungan hidup adalah (DPRD) baik secara perorangan maupun
terjadi bencana alam pada tahun-tahun terakhir ini kelembagaan dan Kepala Daerah berikut jajaran
yang sering melanda kota Bandung dan sekitarnya perangkat daerah terutama SKPD-SKPD terkait
serta berdampak pada masyarakatnya, seperti banjir lingkungan hidup seperti Bappeda, Badan/Dinas
di daerah-daerah pemukiman, masalah sampah yang Lingkungan Hidup, Dinas PU, Dinas Tata Kota dan
betebaran di pusat-pusat kota dan pemukiman, yang yang lainnya. Hal ini sangat diperlukan dalam rangka
mengakibatkan kenyamanan hidup masyarakat kota membangun cara pandang ataupun “opini” yang
Bandung terusik. Hal ini berpengaruh pada mulai “sama” terhadap berbagai persoalan lingkungan
tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kepedulian hidup utamanya yang dihadapi oleh masing-masing
terhadap lingkungan meskipun tidak dapat dipungkiri Kabupaten/Kota maupun lintas Kabupaten/Kota
dalam kenyataannya masih belum seluruh dan Provinsi Jawa Barat. Berpijak dengan cara
masyarakat. Kesadaran masyarakat dengan isu-isu pandang yang “sama” terhadap berbagai persoalan
lingkungan tadi menjadi pendorong bagi kaukus lingkungan hidup akan sangat kondusif dalam
lingkungan hidup anggota DPRD untuk lebih proaktif mengembangkan aksi bersama diantara para
lagi menyuarakan isu-isu lingkungan baik dalam in- pemangku kepentingan baik di legislatif maupun
ternal DPRD maupun dengan eksekutif, dan pada eksekutif daerah pada saat mengatasi, memecahkan
umumnya akan mendapat dukungan positif dari dan bahkan mengantisipasi masalah-masalah
masyarakat secara luas. Dengan dukungan secara lingkungan hidup yang dihadapi.
luas dari publik maka mendorong pelaksana Upaya Kaukus Lingkungan Hidup DPRD
kebijakan dalam hal ini pemerintah daerah untuk baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Jawa Barat
segera merespon dan menyikapi isu-isu lingkungan dalam melakukan berbagai pendekatan terutama
Evaluasi Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD, (Suprajogo) 147

juga ke Pemerintah Daerah setempat sudah sesuai nyelenggaraan pemerintahan baik di pusat maupun
dengan gagasan dari target agenda jangka panjang daerah. Dalam konteks daerah, tentunya dukungan
penguatan Kaukus Lingkungan Hidup berupa riel pemerintah daerah (Pemda) berupa perwujudan
mengkonsolidasikan Indonesia melalui penguatan birokrasi yang mengarusutamakan lingkungan hidup
“Biokrasi” sebagaimana dikemukakan (Fatah, 2008; pada pelaksanaannya tidak mudah dimanifestasikan
6). Hubungan kerja DPRD Kabupaten/Kota dengan apabila kerangka konseptual belum terbangun
Pemerintah Daerah dalam rangka pengarusutamaan dengan jelas dan gamblang di benak para
lingkungan hidup tergambar pada bagan mekanisme penyelenggara pemerintahan. Mengkonstruksi
kerja “Biokrasi” seperti pada gambar 3. model implementasi –organisasi- pemerintahan yang
Biokrasi ini sebagai pemerintahan yang berorientasi pada lingkungan hidup, lebih lanjut
menimbang makhluk hidup, yang mana bukan saja merupakan suatu tugas ‘besar’ tersendiri yang harus
manusia yang mesti ditimbang dan diwakili kepen- dipersiapkan dan dikerjakan terlebih dahulu sebelum
tingannya, tetapi juga binatang, ekosistem, dan membicarakan pelaksanaan di lapangan. Akan
generasi mendatang. Konsep ini pada intinya mene- tetapi, setidak-tidaknya dalam bentuk sederhana
gaskan bagaimana pemerintahan –baik legislatif mau- yang sudah lebih kongkrit selama ini dilakukan adalah
pun eksekutif- dalam perumusan, implementasi dan tindakan pemerintah daerah dalam mengantisipasi
penghakiman kebijakan berorientasi pada pengarus- dan memecahkan masalah-masalah lingkungan hidup
tamaan lingkungan hidup. (Ball, 2007: 101-102). yang terjadi.
Secara teoritik, konsep “Biokrasi” merupa- Peranan pemerintah dalam menanggapi
kan gagasan baru untuk di Indonesia, apalagi jika keperihatinan publik atas persoalan lingkungan dapat
dibawa ke tataran praksis yaitu dalam praktek pe- ditindak-lanjuti dengan membuat dan menegakkan

Sumber : Eep Saefulloh Fatah, Optimalisasi Kaukus Lingkungan Hidup, 2008, Makalah FGD Penguatan Kapasitas Forum
Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD, KLH.

Gambar 3. Mekanisme Birokrasi


148 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 11, Nomor 2, Juli 2011: 138 -155

peraturan untuk pengendalian dampak lingkungan berhadap-hadapan apalagi belakang-membelakangi,


maupun mengendalikan atau semisal menindak demikian pula sebaliknya.
perusahaan yang menghasilkan dampak negatif pada Dukungan organisasi dan aktivitas lingkungan
lingkungan. Tindakan ini dapat diklasifikasi sebagai hidup sangat diperlukan dalam mengartikulasikan
tindakan disinsentif karena memberikan hukuman dan mengagregasikan kepentingan masyarakat –
kepada mereka yang melanggar aturan namun bisa termasuk ekosisistem, binatang dan generasi men-
berdampak positif bagi lingkungan. datang- terkait isu dan persoalan lingkungan hidup
Inisiasi penguatan Kaukus terhadap peran dalam proses-proses pembuatan kebijakan daerah
birokrasi dalam pengarusutamaan lingkungan hidup di DPRD untuk menghasilkan produk-produk
pada akhirnya harus mampu menciptakan “ kebijakan pro lingkungan hidup. Dari hasil wawan-
pemerintah daerah (yang) hijau” (Green govern- cara dan pengamatan yang dilakukan peneliti, fo-
ment) yaitu sosok Pemda yang memiliki benar-benar rum Kaukus LH DPRD baik Provinsi Jawa Barat
concern, commitment dan willingness pada dan DPRD Kota Bandung khususnya, sudah meng-
lingkungan hidup. Sebagai eksekutif di daerah, gandeng beberapa organisasi lingkungan hidup dan
Pemda terus-menerus harus ikut mensosialiasikan EPW (Environmental Parliament Watch) Provinsi
arti penting kepedulian terhadap lingkungan hidup, Jawa Barat untuk mendukung upaya pengarusu-
mengartikulasikan berbagai aspirasi dan tuntutan tamaan lingkungan hidup di DPRD.
publik terkait isu-isu dan persoalan lingkungan, dan
mengkomunikasikan secara intensif dan massif Dukungan Lembaga-lembaga Donor
kebijakan-kebijakan Pemda dalam hubungannya Salah satu pendorong lain untuk aktivitas kaukus
dengan lingkungan hidup, berjalan seiring bersama lingkungan hidup DPRD kota Bandung adalah
dengan DPRD. Perumusan dan implementasi adanya bantuan pendampingan tehnis (Technical
kebijakan apapun di daerah harus tetap kental ber- assistance) dari lembaga donor seperti UNDP,
nuansa mengedepankan pertimbangan lingkungan Partnership, dan beberapa yang lain. Yang mana
hidup. fasilitasi secara finansial dan supervisi mendorong
bagi upaya-upaya melahirkan kesadaran akan
Dukungan Organisasi dan Aktivis Lingkungan pemahaman terhadap isu lingkungan hidup sehingga
Keberadaan aktivis-aktivis lingkungan hidup mampu memberi dampak bagi lahirnya berbagai
baik yang berasal dari kalangan kampus maupun kebijakan yang pro pada lingkungan hidup.
LSM-LSM lingkungan juga menjadi salah satu Dalam mensikapi bantuan lembaga donor
pendorong bagi kegiatan aktivitas kaukus lingkungan maupun kerjasama yang ditawarkan mereka, forum
hidup DPRD Provinsi Jawa Barat dan DPRD Kota Kaukus Lingkungan Hidup DPRD Provinsi maupun
Bandung khususnya, karena dengan keterlibatan Kabupaten/Kota Jawa Barat harus sejak awal me-
mereka sebagai kelompok penekan terhadap isu- miliki visi, misi, agenda kerja, program dan kegiatan
isu lingkungan, maka sering menjadi pendorong yang jelas, terencana bahkan terukur terkait kepe-
percepatan lahirnya berbagai kebijakan pro ling- dulian lingkungan hidup. Dengan perspektif ini maka
kungan hidup. forum Kaukus tidak sekedar melaksanakan dan
Ada sesuatu yang mendasar yang harus yang menggenapi apa yang memang sudah menjadi pro-
dibangun antara institusi pemerintahan baik legislatif gram dan kegiatan-kegiatan lembaga-lembaga do-
(DPRD) maupun eksekutif (Pemda) dengan nor, apalagi bila mengesankan bahwa setiap sepak
organisasi-organisasi madani (NGO/CSO) adalah terjang forum Kaukus dengan agenda program dan
pola kemitraan yang simbiosis mutualistik diantara kegiatannya terkait kepedulian lingkungan hidup
kedua fihak. Pemerintah daerah maupun DPRD di didikte oleh fihak lain.
era keterbukaan seperti sekarang ini tidak bisa lagi Kekuatan utama bagi tumbuhnya isu-isu
memandang kelompok-kelompok aktivis selaku kepedulian pada lingkungan hidup sesungguhnya
pressure groups –termasuk organisasi dan para basis intinya adalah di masyarakat. Apabila setiap
aktivis lingkungan hidup- Vis A Vis ataupun saling individu dari anggota masyarakat baik secara
Evaluasi Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD, (Suprajogo) 149

perorangan maupun kolektif memiliki perhatian (con- bersinergi pula menggunakan kekuatan-kekuatan di
cern) pada lingkungan hidup maka secara otomatis luar keanggotaan kaukus lingkungan hidup DPRD
penanggung jawab terdepan pemecahan berbagai seperti dukungan dan tekanan dari masyarakat dan
persoalan terkait lingkungan hidup termasuk sebagai kelompok-kelompok penekan dari LSM-LSM dan
salah satu contoh adalah masalah sampah yang sem- ORMAS (Organisasi Masyarakat) untuk kian mem-
pat menggunung dan mencengangkan di Kota perkuat daya tekan secara politis dalam pengarusu-
Bandung adalah masyarakat itu sendiri. tamaan lingkungan hidup di parlemen.
Selain faktor-faktor pendorong tersebut
diatas, ditengarai oleh peneliti masih adanya bebe- Aktivitas sebagai anggota kaukus vs sebagai
rapa faktor penghambat bagi kiprah Kaukus Ling- anggota DPRD maupun partai politik
kungan Hidup DPRD Provinsi Jawa Barat maupun Anggota-anggota DPRD kota Bandung
DPRD Kota Bandung khususnya, antara lain: tergabung dalam anggota Kaukus Lingkungan Hidup
DPRD secara informal, sedangkan mereka secara
Kedudukan kaukus lingkungan hidup DPRD: formal struktural terikat dalam komisi-komisi dan
unit informal fraksi-fraksi yang ada di DPRD kota Bandung, se-
Karena kedudukan Kaukus lingkungan hi- hingga kadang mereka secara perorangan lebih
dup DPRD, tidak dalam struktur kelembagaan merasa dituntut dan disibukkan oleh tugas-tugas for-
DPRD dan tidak merupakan alat kelengkapan mal kelembagaan Dewan. Akibatnya bisa dapat
Dewan seperti komisi dan fraksi, maka secara legiti- diperkirakan bahwa untuk lebih aktif dalam kegiatan
masi kedudukan kaukus hanya bersifat informal. kaukus lingkungan sering terhambat karena tugas-
Dengan kedudukannya yang bersifat informal ber- tugas dinas kelembagaan tadi. Kondisi ini juga
akibat pada keanggotaannya juga tidak mengikat diperparah mengingat keberadaan anggota-anggota
dan terstruktur formalistik, tetapi hanya merupakan DPRD tadi terikat secara organisatoris dengan par-
forum komunikasi antar anggota DPRD yang peduli tai-partai yang mengusungnya, sehingga ketika akan
terhadap isu-isu lingkungan, yang berasal dari lintas dilaksanakan pilkada semisal pada saat pemilihan
komisi dan lintas fraksi. Walikota Bandung, sebagaimana yang pernah ter-
Dengan melihat kedudukannya memang jadi, maka perhatian mereka akan tercurah pada
Kaukus lingkungan Hidup DPRD tidak bisa kegiatan-kegiatan pemenangan calon kepala daerah
“menekan” langsung secara formal struktural ter- yang diperjuangkan oleh partai-partai mereka. Hal
hadap DPRD dalam pembuatan berbagai rancangan ini juga akan sama dialami pada setiap kegiatan
kebijakan publik agar pro terhadap isu lingkungan Pemilu (Pemilihan Umum), dimana dalam tiap-tiap
hidup, namun Kaukus tetap memiliki posisi tawar tahap terkait pemilu baik pemilihan legislatif maupun
(bargaining position) untuk mempengaruhi DPRD pemilihan Presiden, mereka sebagai anggota partai
agar mengarusutamakan lingkungan hidup dalam akan terkuras waktunya untuk kegiatan tersebut.
legislasi. Pada saat tiba pemilihan mereka sebagai anggota
Kehadiran Kaukus lingkungan hidup DPRD di legislatif periode-periode berikutnya, yang mana
Kabupaten/Kota dan Provinsi diharapkan dapat mereka pada umumnya akan lebih konsentrasi dan
mempercepat proses internalisasi kepentingan ling- perhatian (Concern) untuk memperjuangkan diri
kungan dalam proses pengambilan keputusan. Kau- mereka agar dapat terpilih kembali dan duduk
kus lingkungan sebagai salah satu institusi lingkungan menjadi anggota DPRD periode masa kerja
yang memiliki nilai poilitis dan strategis dapat menjadi berikutnya.
salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan
kelembagaan lingkungan saat ini. Tentu semuanya Tidak adanya pos anggaran tersendiri bagi
tergantung seberapa kuat Kaukus ‘mempengaruhi’ kaukus
DPRD dalam pengambilan keputusan politik Hampir selalu menjadi alasan yang kuat bagi
(Kebijakan). Oleh karenanya dalam memperjuangan terkendalanya aktivitas-aktivitas suatu organisasi
isu lingkungan tersebut, Kaukus tetap harus sebagaimana juga kaukus lingkungan hidup DPRD
150 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 11, Nomor 2, Juli 2011: 138 -155

Provinsi Jawa Barat maupun kota Bandung adalah lingkungan hidup senyatanya adalah sangat langka
tidak tersedianya pos anggaran secara khusus bagi dan bahkan mungkin masih sangat jauh dari apa yang
Kaukus, sehingga selama ini dalam berkiprah di kita bayangkan dan harapkan. Mungkin dapat diper-
Kaukus setiap anggota DPRD lebih banyak menge- kecualikan adalah apabila sejak awal memang plat-
luarkan biaya perorangan sebagai anggota kaukus form suatu partai politik tersebut adalah menganut
tersebut. Ataupun pada sebagian kegiatan lain yang mainstream (pengarusutamaan) dan bahkan
dapat terjalin kerjasama Kaukus dengan fihak lain, ideologi pro lingkungan hidup.
masih dimungkinkan adanya dukungan keterlibatan Oleh karenanya, adalah sangat beralasan apabila
anggaran dari pihak lain seperti halnya kerjasama salah satu peran penting Kaukus DPRD Lingkungan
dalam kegiatan dengan Kementerian Negara Hidup sebagaimana yang telah ditetapkan, ialah
Lingkungan Hidup, beberapa lembaga donor mau- menjadi forum-forum pertemuan yang ‘tertutup’
pun LSM-LSM lingkungan hidup. Meski tidak dapat untuk menominasikan kandidat pejabat publik –
dipungkiri seringkali kegiatan-kegiatan tersebut utamanya kepala daerah- yang sensitif lingkungan
menjadi dipandang sebagai kegiatan organisasi lain hidup. Demikian pula halnya dengan berbagai upaya
di luar Kaukus ataupun terkesan sebagai kegiatan untuk menggolkan sosok-sosok calon politisi yang
sub ordinasi dari organisasi ataupun lembaga lain dari memang memiliki kepekaan terhadap lingkungan
luar kaukus lingkungan DPRD itu sendiri. hidup sehingga perjuangan mewujudkan “parlemen
Kendala tidak adanya pos anggaran khusus hijau” tercapai. Yang mana target lebih jauh dari
di forum Kaukus sebenarnya dapat diatasi apabila terciptanya “parlemen hijau” adalah mampu
forum Kaukus meskipun bertipe organisasi informal, melahirkan “kebijakan-kebijakan hijau”
bukan sebagai sebuah institusi berstruktur formal berupa produk-produk legislasi pro lingkungan
birokratik namun dalam mekanisme kerja dan hidup.
pengelolaannya tetap harus ber-framework orga- Temuan penelitian ini menegaskan urgensitas
nisasional, kepengurusan yang fungsional, memiliki dan strategis posisi dan kiprah ‘bawaan’ (melekat)
pendanaan, rencana kerja, target yang harus dicapai, pada kaukus sebagai suatu kelompok yang unik
profesional dan seterusnya. maupun sebagai forum pertemuan-pertemuan yang
eksklusif (bahkan private, istilah Roger Scruton)
Menominasikan kandidat pejabat publik yang dalam mempengaruhi pembuatan kebijakan publik
sensitif lingkungan maupun politisi yang sensitif dan menentukan kandidat tertentu dalam posisi-
lingkungan posisi jabatan publik maupun politik. Dibandingkan
Menominasikan secara khusus calon pejabat pengalaman di Amerika Serikat yang mana sebutan
publik yang memiliki kepekaaan terhadap lingkungan kaukus sudah muncul di Boston di awal paruh abad
hidup apalagi bila yang dimaksudkan adalah seorang 18-an digunakan sebagai nama klub politik (politi-
kepala daerah tentu sangat tidak mudah. Hal ini cal club), the Caucus ataupun klub kaukus (Cau-
mengingat bahwa “parameter” ataupun “ciri-ciri” cus club), tentu lahir dan terbentuknya kaukus di
sosok kandidat yang diperjuangkan oleh suatu partai Indonesia tergolong sangat baru. Februari tahun
politik tertentu secara pastinya tidak diukur semata- 1763 di dalam catatan diary John Adams Massa-
mata apakah dia sensitif atau tidak sensitif terhadap chusetts adalah sebagai salah satu penampilan-
lingkungan hidup. Karena yang jelas partai politik penampilan paling awal Kaukus dimana calon-calon
telah memiliki parameter tersendiri bagi calonnya untuk pemilihan publik, mereka diseleksi di ruang
yang setidaknya figur berkarakteristik penuh muatan yang private dengan konotasi modern yang disebut
kepentingan politik (political interest) yang memang “smoke-filled room”. Kaukus-kaukus yang sama
ingin diperjuangkan atau bahkan diperebutkan oleh juga diadakan oleh partai-partai politik di tingkat
partai politik di parlemen melalui kandidatnya negara bagian.
tersebut. Kiprah-kiprah awal kaukus di Indonesia
Dalam realitas faktual mengedepankan diantaranya ditandai munculnya Kaukus Politik
calon kepala daerah yang berkarakteristik sensitif Perempuan Indonesia yang memperjuangkan kuota
Evaluasi Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD, (Suprajogo) 151

30 % bagi perempuan di parlemen dan beberapa pengalaman di Jerman pada tahun 1998 ketika Fed-
macam kaukus lainnya dengan kepentingan- eral Green Party hanya memenangkan suara
kepentingan politik masing-masing yang diusungnya. pemilihan nasional di bawah 7 % maka melakukan
Terbentuknya kaukus untuk lingkungan hidup DPR- koalisi dengan partai Sosial Demokratik (Social
DPR di Indonesia lebih muda lagi dengan dicanang- Democratic Party) (Blue, 2008; 44), dengan
kannya pada tahun 2002 oleh Kementerian Negara harapan dapat berbagi kekuasaan (sharing of
Lingkungan Hidup. Berbeda dengan pengalaman power) kelak didalam pemerintahan federal (Alison,
lahirnya Kaukus dalam konteks Amerika Serikat, 1996; 470 dan Blue, 2008; 44).
kaukus lingkungan hidup (anggota) DPR/DPRD ini Pengalaman Jepang meskipun partai-partai hijau
justru diinisiasi oleh Kementerian Negara Ling- (green parties) paliang banyak adalah pemain-
kungan Hidup sebagai salah satu institusi pemerintah pemain kecil (small players) dalam politik nasional
pusat. namun mereka diperhitungkan dapat mempengaruhi
Kaukus-kaukus lingkungan hidup (anggota) DPRD agenda politik nasional. Sebagai perubahan suatu
yang kian bermunculan akhir-akhir ini mengin- masyarakat postindustry dukungan publik me-
dikasikan adanya kecenderungan (trend) baru dalam ningkat untuk isu-isu yang dikembangkan oleh partai-
penggalangan ’kekuatan-kekuatan politik’ untuk partai hijau. Partai-partai yang sudah ada merespon
’menekan’, ’mewarnai’ dan mempengaruhi proses untuk mengangkat isu-isu tersebut dan kadang-
pembuatan kebijakan publik di parlemen yang lazim kadang mengajak partai-partai hijau untuk
selama ini dilakukan oleh warga negara, kelompok- bekerja sama dalam pemerintahan koalisi
kelompok penekan seperti LSM, organisasi (Park, 2001; 149).
kemasyarakatan (Ormas), partai politik (Parpol), Kerjasama dan dukungan dari berbagai
lembaga-lembaga penelitian dan media massa dalam fihak untuk memperkuat daya tekan politis (politi-
konsep studi kebijakan publik (Anderson, 1994; cal pressure) Kaukus terhadap –para anggota-
63-71, Howlett and Ramesh, 1995; 52-59. partai politik maupun DPRD dalam pengarusu-
Temuan penting lainnya, kiprah kaukus ling- tamaan lingkungan hidup adalah sangat penting.
kungan hidup (anggota) DPR/DPRD tidak dapat Mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh partai-
dipungkiri ’masih terbatas’ dalam artian belum sepe- partai lingkungan hidup (Green Party) maupun
nuhnya mendominasi pengarusutamaan lingkungan partai-partai pro lingkungan (green party) di negara-
hidup dalam proses pengambilan kebijakan di negara Eropa Barat dalam mewujudkan agenda
parlemen (green policy making process) -meski politik lingkungan hidup, mereka bersatu padu dalam
diakui ini sangat penting, strategis bahkan krusial-. wadah Kaukus lingkungan hidup partai-partai ’hijau’
Senyatanya memang belum seluruh anggota partai Uni Eropa maupun European Green Party (EGP)
politik maupun anggota Dewan tergabung di dalam (Rochon, 1999; 745 dan Anonymous, 2004; 3).
Kaukus. Adalah suatu realita yang tidak dapat Melalui wadah ini, negara-negara Eropa Barat ter-
dipungkiri bahwa terbatasnya jumlah anggota partai sebut dapat memecahkan isu-isu dan persoalan ling-
politik maupun anggota Dewan yang sudah ber- kungan hidup –termasuk climate change dan glo-
wawasan lingkungan hidup di parlemen sangat bal warming saat ini- secara multilateral –sesuai
mempengaruhi besaran dukungan ataupun suara jargon think globally and act (trans) locally-, men-
dalam pengambilan kebijakan. Jumlah partai yang desakkan agenda perumusan kebijakan pada setiap
ber-platform lingkungan hidup (Green Parties) negara yang terlibat dalam Uni Eropa, mengem-
maupun yang pro lingkungan hidup (green parties) bangkan green political parties, green politics dan
di parlemen adalah masih minoritas, sebagaimana green parliment di tiap-tiap negara, serta memberi-
hasil wawancara dengan wakil Kaukus DPRD kan dukungan pengangkatan pejabat-pejabat publik
Provinsi Jawa Barat. Persoalan pengaruh pengam- yang berorientasi lingkungan hidup.
bilan keputusan di parlemen dengan minoritas ang- Tentu untuk partai-partai di Indonesia harus
gota partai yang ada di dalamnya bisa belajar banyak lebih bisa menyatukan diri dalam kerangka kepen-
dari pengalaman Australia (Waters, 2008; 41). Juga tingan dan tujuan nasional yang sama (national com-
152 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 11, Nomor 2, Juli 2011: 138 -155

mon sense) untuk melestarikan lingkungan hidup dan partai politik yang ada. (Erich, 1995; 315, dan Rudig,
masa depan pembangunan yang berkelanjutan, baik 2002b; 22-24). Bagi partai-partai politik di Indo-
dalam wadah Kaukus ataupun forum antar partai nesia, latar belakang pengarusutamaan lingkungan
politik dan semacamnya. Kerjasama dan dukungan hidup mereka lebih pada suatu bentuk concern (per-
tersebut dapat dipraktekkan baik ditingkat daerah, hatian) dan komitmen pada pelestarian lingkungan
antar daerah maupun nasional bahkan internasional. hidup ataupun agenda politik ‘tertentu’.
Kiprah lebih lanjut dari kaukus-kaukus lingkungan Sejalan dengan pandangan Terrance Ball
hidup DPRD yang ada untuk melangkah jauh mewu- (2005; 2-3), sendiri ketika ditanyakan adakah
judkan apa yang disebut-sebut sebagai konsep hubungan demokrasi dengan pengarusutamaan ling-
green party, green politician, green parlement dan kungan hidup, ia menyatakan bahwa secara subtansi
green government (Biocracy, istilah Terrance Ball) tidak ada hubungan teoritik konseptual maupun
membutuhkan proses dan waktu yang masih panjang. logika antara konsep democracy di satu sisi dan
Indikasinya adalah adanya ketidaktegasan partai- konsep environmentalism di sisi lain. Pada dasarnya
partai politik di Indonesia dalam mengusung ling- apapun bentuk maupun sistem pemerintahan yang
kungan hidup sebagai –salah satu- platform dianut suatu negara memiliki kecendrungan dan
partainya. peluang yang sama untuk bisa pro ataupun kontra
Mengikuti perkembangan wacananya, ter- terhadap kepedulian lingkungan hidup. Pada
dapat kategorisasi Green Party (huruf besar) dan prinsipnya apapun idiologi yang dianut seseorang,
green party (huruf kecil) dalam kaitan kiprah partai kelompok maupun suatu bangsa dapat mengarusuta-
politik dan lingkungan hidup. Masuk dalam sebutan makan lingkungan hidup. Banhkan dibekas negara-
green party adalah siapapun partai politik dengan negara penganut idiologi kemunisme ada banyak
apapun ‘bendera’, platform partainya yang menun- partai yang beraliran merah (kumunisme) yang juga
jukkan dan memiliki perhatian (concern) dan komit- berorientasi pada lingkungan hidup, biasanya mereka
mennya pada isu-isu dan persoalan lingkungan hidup. dijuluki dengan sebutan red-green-party.
Sedangkan Green Party adalah suatu kelompok Terkait kiprah mewujudkan partai hijau
politik yang memang secara nyata dan formal serta (green party), Kaukus memiliki peran strategis yaitu
spesifik menyatakan diri sebagai partai (politik) menginspirasi dan menstimulasi lahirnya secara riel
lingkungan hidup yang hanya ber-‘ideologi’ ling- partai-partai lingkungan hidup (Environmental par-
kungan hidup. Yang mana tidak memperjuangkan ties, Green Parties) dan ‘partai-partai hijau’ (green
apapun selain dari mainstream lingkungan hidup. parties). Kaukus bisa menjadi aktor perintis dan
Ditinjau dari kemunculan pengarusutamaan pelopor bagi muncul dan berkembangnya partai-
lingkungan hidup pada beberapa partai di Indone- partai hijau sebagaimana pengalaman yang berlang-
sia dengan pengalaman negara-negara Eropa Timur sung di negara-negara Eropa Barat, Eropa Timur,
khususnya, terdapat perbedaan. Pada mulanya ne- Eropa Utara, negara-negara Skandinavia, Amerika
gara-negara Eropa Timur yang menganut komunisme Serikat, Australia dan Selandia Baru.
sebagai ideologinya, partai-partai ‘sayap kiri’ yang Belajar dari pengalaman di banyak negara
ada memperjuangkan lingkungan hidup adalah Eropa Barat, partai-partai hijau muncul pertama kali
karena latar belakang secara ideologis dan politis, terlibat di pemerintahan lokal. Di negara-negara fed-
yang mana lingkungan hidup menjadi ‘alat perla- eral ataupun yang lain yang memiliki basis regional
wanan’ terhadap kapitalisme yang dipersonifikasikan yang kuat, pengalaman pemerintahan pada level
oleh negara-negara Eropa Barat utamanya. Dengan menengah menyiapkan suatu arena penting bagi
runtuhnya komunisme di negara-negara Eropa Timur pembelajaran bagaimana menguasai tanggung jawab
tahun 1989, perspektif dan cara pandang lingkungan baru. Ada yang penting secara khusus di Jerman,
hidup mengalami pergeseran. Pada tahun 1989- dimana partai hijau secara regular telah bekerjasama
1994, aliran dan gerakan sosial dan politik di negara- membangun koalisi pemerintahan pada tingkat
negara Eropa Timur melakukan perubahan orientasi negara bagian (“Land”, state level) sejak per-
terkait wacana lingkungan hidup termasuk partai- tengahan tahun 1980an (Rudig, 2002; 44). Di dalam
Evaluasi Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD, (Suprajogo) 153

sistem partai politik Amerika Serikat sendiri, partai jender (Gender equality) dan hak-hak asasi manusia
yang berorientasi pada lingkungan hidup (Green (Human Rights).
Party) –dengan Constitution Party dan Libertar-
ian Party- adalah masuk dalam kelompok partai SIMPULAN
terbesar ketiga setelah partai Republik dan partai
Demokrat. Green Party ini telah aktif sebagai partai Memang kendala dan tantangan ke depan
ketiga sejak tahun 1980-an. Partai ini telah mem- kiprah (Peran dan Fungsi) Kaukus Lingkungan
peroleh perhatian publik yang tersebar semasa Hidup DPRD Provinsi Jawa Barat dan DPRD Kota
Presiden Partai yang kedua berjalan di tahun 2000. Bandung akan semakin berat dan membutuhkan
Green Party ini di Amerika Serikat telah meme- perjuangan yang sungguh-sungguh dan panjang untuk
nangkan jabatan terpilih paling banyak di tingkat mengarusutamakan lingkungan hidup (Environmen-
lokal. Pemenang jabatan publik terbanyak di tal Mainstreaming). Dari aspek agenda kerja baik
Amerika Serikat adalah orang-orang yang ‘hijau’ berupa program dan kegiatan, forum Kaukus harus
yang telah memenangkan pemilihan suara non-par- terus menginovasi berbagai terobosan untuk pem-
tisan. Pada tahun 2005, partai ini telah mempunyai bentukan public opinion tentang lingkungan hidup.
305.000 orang anggota yang terdaftar di negara- Forum Kaukus perlu senantiasa melakukan re-
negara bagian yang memungkinkan registrasi partai. orientasi kerja Kaukus agar berbagai upaya yang
Sepanjang tahun 2006 pemilihan, partai sudah sudah, sedang dan akan dilaksanakan mengarah
mengakses suara di 31 negara bagian. kepada pencapaian target agenda kerja Kaukus
Bercermin pada pengalaman kemunculan secara optimal.
dan peran partai-partai hijau di Eropa Barat dan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Eropa Timur serta Amerika Serikat bermula dari ting- Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD Provinsi
kat negara bagian ataupun pemerintahan lokal, Jawa Barat dan DPRD Kota Bandung sesuai dengan
adalah suatu inspirasi luar biasa bagi kiprah Kaukus agenda kerja yang telah ditetapkan menurut peran
lingkungan hidup DPRD Kabupaten/Kota untuk dan fungsi Kaukus Lingkungan DPRD dapat dinilai
kian memainkan peran pentingnya berangkat dari peneliti sudah melaksanakan dan berusaha
kiprah yang dilakukan di tingkat pemerintahan lokal mengupayakan 5 (Lima) peran dan fungsinya yang
(local government level). meliputi (1) membangun “Publik Sadar Lingkungan“,
Demikian pula untuk kaukus berkiprah membangun (2) melakukan lobi bagi “Kebijakan Sensitif Ling-
cara pandang, sikap dan perilaku para politisi – kungan“, (3) menyusun strategi dan taktik menuju
apapun partai politiknya- agar bermainstream “Parlemen Hijau“, (4) merancang “Kebijakan
lingkungan hidup disamping preferensi (kepentingan) Sensitif Lingkungan“, (5) mengawasi kerja pejabat
politik tertentu yang diperjuangkannya -baik atas publik dengan ukuran sensivitas lingkungan. Se-
nama ‘perseorangan’ maupun ‘kelompok’ tertentu- dangkan peran dan fungsi menominasikan kandidat
memerlukan internalisasi dan sosialisasi yang tidak pejabat publik dan politisi yang sensitif lingkungan
sebentar dan bisa instant. hidup pada saat penelitian ini dilakukan belum
Terkait kiprah kaukus mewujudkan green govern- tampak indikasinya.
ment maka harus didesain terlebih dahulu konsep Dilihat dari pencapaian target agenda kerja
teoritik dan model aplikatif penyelenggaraan yang telah direncanakan berdasarkan rentang waktu
pemerintahan yang berorientasi pada lingkungan program, baik jangka pendek, menengah dan jangka
hidup. panjang, maka Kaukus Lingkungan Hidup Anggota
Implikasi dari penelitian ini adalah adanya pradigma DPRD Provinsi Jawa Barat, beberapa Kabupaten/
baru (new paradigm) dalam kajian kebijakan publik Kota Provinsi Jawa Barat dan DPRD Kota Bandung
(Public Policy Study) yang mengarusutamakan khususnya sudah termasuk Kaukus yang tergolong
lingkungan hidup sebagaimana kecenderungan mengusahakannya.
pengambilan kebijakan publik hari ini yang Sebagai realisasi dari peran dan fungsi
berorientasi pada isu-isu dan persolan kesetaraan “Membangun Publik Sadar Lingkungan” forum
154 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 11, Nomor 2, Juli 2011: 138 -155

Kaukus Lingkungan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Ball, Terrance, 2001, New Ethics for Old? Or, How
Barat dan DPRD Kota Bandung harus melakukan (Not) to Think About Future Generations,
penguatan yang membangun opini berbagai fihak Environmental Poliyics Journal, Vol. 10 No.
untuk terlibat dalam kepedulian lingkungan hidup. 1, 89-110.
Kebutuhan penguatan yang mencakup perluasan
arena yaitu tidak hanya di dalam partai dan di Ball, Terrance, 2005, Green Democracy: Problems
parlemen tetapi juga dalam organ-organ politik lain and Prospects , Paper Prepared for deliv-
secara meluas. Dari sisi perluasan keanggotaan, tidak ery at the American Political Science Asso-
hanya beranggotakan para anggota Dewan baik ciation Meeting, Arizona State University,
pusat dan daerah tetapi meluas ke berbagai kalangan Washington, D.C., USA, 2-35.
termasuk dunia usaha dan civil society (Masyarakat
madani). Sedangkan dari sisi perluasan dan pene- ___________, 2007, From Democracy to
gasan fungsi disamping pembentukan kesadaran Biocracy? Prospects for Green Democ-
publik, upaya peningkatan kekuatan pro-lingkungan racy, Paper presented at the annual meet-
berbasis konstituen (masyarakat pemilih) dan ing of the The Midwest Political Science As-
penguatan biokrasi mutlak harus dibangun dan sociation, Palmer House Hilton, Chicago,
dibangun. Illinois, USA
Kiprah kaukus lingkungan hidup (anggota)
DPRD dalam mengarus utamakan konsep, wacana, Blue, Laura, 2008, Lessons From Germany, Time
isu-isu dan persoalan lingkungan hidup dalam proses International. Journal Asia Edition, New
pengambilan kebijakan publik ini merupakan studi York: Vol. 171, Edisi 16; 44.
kebijakan publik kontemporer dan globalized,
berbeda dengan studi-studi kebijakan yang lalu Burns, Steven, 2008, Environmental Policy and
(klasik). Dampak pada pengembangan ilmu admi- Politics: Journal Trends in Public Debate,
nistrasi negara utamanya studi kebijakan publik Natural Resources & Environment. Chi-
antara lain adalah pengayakan pada focus (kajian) cago: Vol. 23, Edisi 2; 8.
dari sisi paradigma, isu-isu dominan yang dikaji, nilai-
nilai yang ingin dicapai, dasar-dasar dan argumentasi Erich, G. Frankland, 1995, Green revolutions? :
kebijakan, pendekatan dan model kebijakan, serta The role of green parties in Eastern
analisa kebijakan yang dipergunakan. Diharapkan Europe’s transition, 1989-1994, East
penelitian ini bisa menginspirasi bagi penelitian- European Quarterly. Boulder, Vol. 29, 3; 315.
penelitian berikutnya.
Fatah, Eep Saefullah, 2007, 4 Mei, Menimbang
DAFTAR RUJUKAN Biokrasi, Kompas hal 6.

Alison, Abbott, 1996, Prospects of power rething Howlett, Michael, M. Ramesh., 1995, Studying
for German Greens, Nature Journal, Vol. Public Policy : Policy Cycles and Policy
380 ;6574; Academic Research Library. Subsystems, Oxford University Press, Don
Mills, Ontario, Canada.
Anderson, James E., 1994, Public Policy Mak-
ing: An Introduction, Second Edition, Park, Jakop, 2001, Book Review: Green Politics in
Houghton Mifflin Company, Boston, Japan by Lam Peng-Er, Japanese Journal
USA. of Political Science, Vol. 2 No. 1; 147 –
160, Cambrigde University Press.
Anonymous, 2004, Europa Union Green Parties
Unite, Alternatives Journal. Waterloo, Rochon, R. Thomas, 1999, Green Parties and
30;3 Politics in the European Union, The
Evaluasi Kiprah Kaukus Lingkungan Hidup Anggota DPRD, (Suprajogo) 155

American Political Science Review, Vol.93,


Suarna, I Wayan, 2008, Kaukus Lingkungan
No. 3. DPRD Dalam Memperjuangkan
Kepentingan Lingkungan dan Mencapai
Rudig, Wolfgang, 1991, Green Party Politics Agenda Politik, Jurnal Bumi Lestari, Vol.
Around the World, Environment; Journal 8, No.2; 211-215.
Vo.8, 33; 6.
Walters, Larissa, 2008, Minor Parties in A
______, 2002, Between Ecotopia and Disiillu- Green Election : A Green Perspective,
sionment: Green Parties in European Go- Social Alternatives, Second Quarter,
vernment, Enviroment Journal, Vol.3; 44. Vol. 27, No. 2

You might also like