Professional Documents
Culture Documents
Modul Pedoman Pencarian
Modul Pedoman Pencarian
PEDOMAN PENCARIAN
PUSDIKLAT PENANGGULANGAN
KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN
PROVINSI DKI JAKARTA
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas
karunia-Nya, sehingga penyusunan kembali atau revisi modul “Pedoman
Pencarian” dapat kami selesaikan. Modul ini disusun untuk melengkapi
kurikulum pada Diklat Penyelamat Kebakaran (Fire Rescue) di Pusdiklat
Penanggulangan Kebakaran Dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta.
Selain sebagai bahan ajar para instruktur, modul ini juga sebagai
bahan bacaan para peserta diklat dalam rangka untuk men ingkatkan
wawasan pengetahuan di bidang penyematan, karena modul ini memuat
pokok-pokok atau prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh petugas
penyelamat dalam melakukan pencarian korban.
Jakarta, November
2020
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kafer Judul
Surat Pengantar
Kata Pengantar …………………………………………………………
i
Daftar Isi ………………………………………………………………...
ii
Pendahuluan ……………………………………………………………
1
A. Latar belakang ....................................................................
1
B. Tujuan ............................................................................
1
C. Ruang lingkup ……………………………………………………
1
BAB V Kesimpulan…………………………………………………….
26
3
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
4
C. RUANG LINGKUP
5
BAB I
1.1. Deskripsi
1.1.1 Pengertian
6
1.1.2 Bahaya
1.1.3 Resiko
1.2.1 Asap
Karena sifat asap cenderung di atas pada suatu ruangan dan
bagian bawah kadar asap lebih sedikit, oleh karena itu pada saat
melakukan pencarian korban dillakukan dengan cara merangkak.
1.2.2 Panas
Di dalam suatu ruangan, panas akan cenderung meningkat dan
akan bergerak perlahan-lahan melewati lorong yang dapat
mengakibatkan gangguan dan bahaya. Oleh karena itu jendela
boleh dibuka atau membuat ventilasi akan tetapi harus
mempertimbangkan kemungkinan penjalaran api.
1.2.3 Gelap
Kebakaran yang terjadi dalam suatu bangunan baik siang maupun
malam akan mengakibatkan kegelapan, karena sumber daya
listrik padam, sehingga situasi menjadi gelap, oleh karena itu
pentingnya menggunakan alat penerangan dan juga seorang
petugas harus memahami teknik bergerak dalam situasi yang
gelap.
1.2.5 Komunikasi
7
Petugas penyelamat harus selalu berkomunikasi dengan petugas
lainnya, maupun dengan pimpinan operasi, akan tetapi dalam
operasi pencarian korban tidak jarang ada masalah komunikasi
karena berada di dalam ruangan tertutup. Dengan anggota tim
komunikasi harus dilakukan secara terus menerus, dan melakukan
kontak langsung untuk menghindari terpisahnya anggota tim.
a. Selalu memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap dan benar
dalam cara pemakaiannya.
b. Buat rencana operasi yang matang, menggunakan alternatif plan 1,
plan 2, dst.
c. Selalu bekerja secara tim, dan terus membangun komunikasi selama
melakukan pencarian korban.
d. Raba pintu sebelum dibuka, dengan menggunakan punggung
tangan, sebab ada kemungkinan permukaan pintu dalam kondisi
panas karena dibalik pintu ada kobaran api.
e. Buka pintu dengan hati-hati dengan posisi jongkok berada pada
salah satu sisi pintu, dorong salah satu sisi pintu secara perlahan,
sebab ada kumungkinan korban ada di balik pintu. Selanjutnya
perhatikan ruangan secara seksama.
f. Petugas harus dilengkapi lampu penerangan yang berfungsi selain
untuk penerangan juga sebagai tanda keberadaan petugas
penyelamat di suatu lokasi.
8
g. Jika kondisi membahayakan atau kondisi bangunan begitu buruk
sehingga petugas penyelamat akan beresiko kehilangan jiwa, maka
pencarian korban sebaiknya dihentikan.
h. Bila kemungkinan terjadi backdraft, upaya memasuki ruangan
dilakukan setelah membuat ventilasi, Masuk sebelum usaha ventilasi
dilakukan dapat dapat mengakibatkan munculnya letupan backdraft
yang dapat mengakibatkan petugas luka parah.
i. Jika menghadapi kobaran api, tutup pintu untuk menghambat
penjalaran api sementara, sehingga petugas penyelamat dapat
melanjukan pencarian korban.
j. Jika petugas penyelamat terperangkap, ia dapat berlindung
sementara di balik pintu, dan berupaya untuk melempar benda keluar,
seperti sabuk, kayu, dll. Tanda-tanda seperti ini sudah dikenal
dilingkungan Pemadam Kebakaran bahwa petugas sedang
terperangkap pada suatu ruangan.
k. Apabila operasi pencarian dan pemadaman di lantai atas, patugas
harus dibekali tali pemandu. Namun dalam keadaan darurat petugas
dapat menggunakan selang sebagai tali pemandu.
l. Beri tanda pada saat masuk ruangan, dan ingatlah pada saat
membelok masuk ke ruangan lain, agar nantinya dapat keluar dengan
mudah, misalnya kalau petugas harus berbalik arah karena situasi
dan kondisi tidak mungkin dilanjutkan.
m. Jika kehilangan arah tetap tenang, bersegeralah menempel pada
dinding yang mengarah pada pintu dimana petugas mulai memasuki
ruangan. Jika petugas menemukan selang yang tergelar, segera
merayap di sepanjang jalur selang menuju keluar, atau berusaha
mencari jendela terdekat dan beri tanda-tanda kepada petugas lain
yang berada di luar bangunan.
9
BAB II
10
2.2.2. Tali Personal (Personal Line)
Adalah suatu tali yang digunakan untuk pengamanan bagi
petugas penyelamat yang dikaitkan pada petugas yang satu dengan
petugas yang lainnya, atau petugas dengan tali pemandu (guide
line).
11
f. Lokasi
g. Catatan
2.2.9. Blower
Alat ini digunakan untuk menekan/menghisap asap dari dalam
ruangan sehingga kepekatan asap di dalam ruangan tersebut
menjadi berkurang.
12
BAB III
13
sudah meninggalkan gedung yang terbakar, “sebelum gedung
tersebut telah diperiksa dengan cermat”.
Untuk mendapat informasi dapat diperoleh dari orang-orang
yang berada di sekitar kejadian, para tetangga yang mungkin sudah
mengenal betul kebiasaan para penghuni serta bentuk tata letak
ruangan. Semua informasi yang diperoleh baik informasi lokasi
kebakaran maupun lokasi korban harus disampaikan kepada pimpinan
Operasi (Insident Command) serta kepada semua regu yang baru tiba
di lokasi kejadian.
14
3.1.3. Teknik Pencarian Korban
a. Pencarian Primer
15
dinding, bawah jendela, belakang pintu pada setiap ruangan.
Jika tempat-tempat tersebut sudah dilakukan pencarian baru
memeriksa bagian tengah ruangan.
b. Pencarian Sekunder
16
terdapat korban yang masih berada di tempat tersebut. Jika
bentuk atap bangunan rata, misalnya, tidak perlu lagi perhatian
khusus untuk memeriksa adanya korban.
17
Bila suatu alasan pencarian harus dihentikan, informasi
ini harus segera dilaporkan kepada perwira/pimpinan yang
bertugas. Selama pencarian korban, keterangan apapun harus
dianggap penting untuk koordinasi pencarian korban yang
menyeluruh. Jika petugas penyelamat terjebak dalam
bangunan saat melakukan atau telah menemukan lokasi
korban, mereka dapat menuju ke jendela dan memanggil
bantuan agar korban mendapatkan udara segar.
18
Fungsi pembentukan pos komando adalah:
19
memasang proteksi kebakaran, termasuk pemasangan hidran
gedung. Fungsi hidran gedung adalah untuk melakukan
pemadaman kebakaran dari dalam gedung yang dioperasikan
secara manual. Oleh sebab itu patugas pemadam dapat
menggunakan hidran untuk melakukan pemadaman maupun
untuk perlindungan diri pada saat melakukan pencarian korban,
yaitu untuk melindungi dari pengaruh asap, panas dan
penyebaran api.
20
BAB IV
21
jangan lakukan cara ini.
22
oleh satu penolong, membopong
penderita oleh satu penolong seperti
membawa anak kecil, dan dengan
cara mengangkat lalu
membopongnya seperti cara
pemadam kebakaran.
23
b. Petugas yang berdiri pada bagian kepala berlutut, dudukkan
korban dari pososi di belakang korban, masukkan kedua
tangan melalui kedua ketiak korban, kedua tangan saling
memegang di atas dada korban.
c. Petugas yang berada pada kaki korban, berlutut di antara
kaki korban dalam posisi membelakangi korban,
pegang/cengkeram bagian bawah kedua kaki korban.
d. Kedua petugas secara bersamaan berdiri mengangkat
korban ke tempat yang aman. Ingat pada saat mengangkat
agar menggunakan kekuatan kedua kaki.
24
depan. Jika petugas telah siap, korban diangkat dengan
komando dari petugas belakangnya.
25
a. Korban diposisikan dalam keadaan terlentang
b. Dua orang petugas meletakkan tandu membujur rapat di
samping kanan atau kiri korban.
c. Satu petugas mengambil posisi jongkok di atas kepala
korban, masukkan kedua tangan di bawah kepala menuju
ke bahu korban.
d. Patugas yang satu mengambil posisi jongkok barada di
bawah korban, kedua tangan memegang bagian lutut
bawah korban.
e. Dengan menggunakan aba-aba, korban didorong/digeser
ke atas menuju tandu, selanjutnya didorong/digeser ke
bawah diposisikan tepat di atas tandu.
f. Setelah korban berada tepat di atas tandu, keempat petugas
melakukan persiapan untuk mengangkat tandu.
g. Kempat petugas mengambil posisi jongkok bertumpu pada
kaki dalam, menghadap searah dengan kepala korban.
h. Dengan diberi aba-aba keempat petugas bendiri secara
perlahan.
i. Selanjutnya diberi aba-aba untuk melangkah mengunakan
kaki dalam/luar terlebih dahulu, melanjutkan perjalanan
menuju tempat yang aman.
26
BAB V
KESIMPULAN
Jika empat hal tersebut sudah dikuasai, hal yang terakhir adalah
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar tugas dapat dilaksanakan
dengan baik dan selamat.
27