You are on page 1of 27

Modul

PEDOMAN PENCARIAN

PUSDIKLAT PENANGGULANGAN
KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN
PROVINSI DKI JAKARTA
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas
karunia-Nya, sehingga penyusunan kembali atau revisi modul “Pedoman
Pencarian” dapat kami selesaikan. Modul ini disusun untuk melengkapi
kurikulum pada Diklat Penyelamat Kebakaran (Fire Rescue) di Pusdiklat
Penanggulangan Kebakaran Dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta.

Selain sebagai bahan ajar para instruktur, modul ini juga sebagai
bahan bacaan para peserta diklat dalam rangka untuk men ingkatkan
wawasan pengetahuan di bidang penyematan, karena modul ini memuat
pokok-pokok atau prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh petugas
penyelamat dalam melakukan pencarian korban.

Kami sadar bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan


disebabkan terbatasnya bahan bacaan dan kemampuan penyusun sendiri.
Oleh sebab itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan modul ini. Dalam hal ini kami
mengucapkan ribuan terima kasih.

Jakarta, November
2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kafer Judul
Surat Pengantar
Kata Pengantar …………………………………………………………
i
Daftar Isi ………………………………………………………………...
ii

Pendahuluan ……………………………………………………………
1
A. Latar belakang ....................................................................
1
B. Tujuan ............................................................................
1
C. Ruang lingkup ……………………………………………………
1

BAB I Keselamatan petugas dalam pencarian korban ...............


2
1.1. Deskripsi…………………..................................................
2
1.2. Masalah yang dihadapi dalam pencarian korban………..
2
1.3. Melakukan Size up …………………………………………
3
1.4. Memperhatikan prosedur keselamatan ………………….
3

BAB II Peralatan yang digunakan dalam pencarian korban ….


4
2.1. Alat Pelindung diri ………………………………………….
4
2.2. Peralatan yang digunakan dalam pencarian korban …..
4

BAB III Pencarian dan penyelamatan di lokasi kebakaran……


6
3.1. Pencarian dalam bangunan ……………………………..
8
3.2. Pencarian dalam bangunan tinggi ……………………..
10

BAB IV Pemindahan korban ke daerah aman ……………………


15
4.1. Memindahkan korban dalam kondisi emergensi ………
18
4.2. Memindahkan korban dalam keadaan non emergensi ..
22

BAB V Kesimpulan…………………………………………………….
26

3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada awal dibentuknya Dinas Pemadam Kebakaran adalah


untuk menangani keselamatan manusia dan harta benda dari ancaman
bahaya kebakaran. Namun dalam perkembangan selanjutnya Dinas
Pemadam Kebakaran, tugas dan fungsinya tidak hanya memadamkan
kebakaran, akan tetapi meliputi pencegahan dan pemadaman
kebakaran serta penyelamatan, sebagaimana nomenklatur Dinas yang
berubah menjadi Dinas Penanggulangan Kebakaran Dan
Penyelamatan.

Di bidang penanggulangan kebakaran mencakup aspek


pencegahan kebakaran dan pemadaman kebakaran, sedangkan di
bidang penyelamatan tidak hanya penyelamatan korban di lokasi
kebakaran saja akan tetapi berkembang kepada berbagai situasi yang
berbahaya, seperti penyelamatan di bangunan runtuh, banjir,
kecelakaan kendaraan dan lainnya. Selanjutnya di dalam modul ini
akan dibahas mengenai pencarian dan penyelamatan korban di lokasi
kebakaran saja.

Dalam melakukan pencarian dan penyelamatan korban petugas


harus dibekali pengetahuan dan keterampilan serta peralatan yang
memadai, sehingga petugas penyelamat dapat melakukan tugasnya
dengan baik, aman, selamat baik untuk diri sendiri, tim maupun
korbannya. Petugas penyelamat harus mewaspadai setiap kejadian
kebakaran sekecil apapun kejadiannya dimungkinkan adanya korban
yang terjebak di dalam bangunan yang harus segera dilakukan
pencarian dan penyelamaatan korban.

B. TUJUAN

Tujuan umum dari penyusunan modul ini adalah


mengemukakan alternatif pemikiran yang dapat digunakan sebagai
pedoman atau acuan bagi instruktur dalam menyampaikan materi
pedoman pencarian korban di kejadian kebakaran, sehingga peserta
diklat dapat memahami prosedur pencarian korban berdasarkan
pengetahuan dan keterampilan dengan benar.

Adapun tujuan khusus penyusunan modul ini, setelah


mempelajari materi pedoman pencarian peserta diklat diharapkan
dapat:
a. Memahami pengertian pedoman pencarian
b. Memahami faktor keselamatan dalam pencarian korban
c. Memahami peralatan yang digunakan dalam pencarian korban
d. Memahami teknik pencarian dan penyelamatan di lokasi kebakaran
e. Memahami teknik memindah korban ke daerah aman

4
C. RUANG LINGKUP

a. Ruang lingkup penulisan modul ini memusatkan perhatian pada


pencarian dan penyelamatan korban pada kejadian kebakaran,
sehingga di modul ini tidak membicarakan pencarian dan
penyelamatan pada kasus lainnya.
b. Lingkup pembahasan menguraikan pedoman pencarian korban
yang harus dilakukan bagi petugas penyelamat pada saat
melakukan tugas pencarian dan penyelamatan korban.

5
BAB I

KESELAMATAN PETUGAS DALAM PENCARIAN KORBAN

1.1. Deskripsi

Dalam suatu peristiwa kebakaran sekecil apapun kejadiannya, di


mungkinkan adanya korban yang terjebak di dalam bangunan tersebut,
ini bisa terjadi karena beberapa hal, diantaranya penghuni panik tidak
tahu apa yang harus diperbuat, penghuni bangunan dalam keadaan
tidur, atau bangunan dalam keadaan terkunci.

Selanjutnya petugas pemadam kebakaran ketika menerima


informasi bahwa di dalam bangunan yang terbakar ada korban, yang
dilakukan petugas adalah bagaimana secepatnya untuk memadamkan
kebakaran sekali gus bisa menyelamatkan korban yang terjebak di
dalam bangunan tersebut. Oleh sebab itu selain adanya petugas
pemadaman juga dibutuhkan petugas penyelamat yang kesemunya
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan selamat.

1.1.1 Pengertian

Pedoman pencarian korban terdiri dari tiga suku kata yaitu


pedoman, pencarian dan korban. Secara etimologi masing-masing
suku katanya memiliki arti sebagai berikut: menurut kamus besar
bahasa Indonesia, pedoman adalah pokok yang menjadi petunjuk atau
pegangan menentukan atau melaksanakan sesuatu, sedangkan arti dari
pencarian adalah dari kata dasar cari artinya berusahan untuk
mendapatkan, usaha atau cara untuk menemukan, cara untuk
mendapatkan atau memperoleh, mencari : usaha untuk
mencari/menemukan sesuatu, pencari : orang yang mencari, alat yang
dipakai untuk mendapatkan sesuatu, pencarian : proses, cara,
perbuatan mencari. Sedangkan yang kata korban adalah sesuatu
(orang, binatang dsb.) yang menjadi penderita karena dikenai perbuatan
atau kejadian. Jadi Pedoman Pencarian Korban secara etimologi
adalah pegangan untuk melaksanakan/mendapatkan sesuatu (orang,
binatang dsb.) yang menjadi penderita karena suatu kejadian.

Selanjutnya pengertian pedoman pencarian korban secara


terminologi adalah suatu “ untuk melakukan pencarian korban di
dalam bangunan dengan tepat pada situasi-situasi darurat.”

Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa petugas


penyelamat pada saat melakukan tugas pencarian korban pada
bangunan yang terbakar, harus mengacu kepada pedoman yang ada
sehingga tugas dapat dilaksanakan dengan baik, selamat untuk diri
sendiri, tim maupun korbannya.

6
1.1.2 Bahaya

Pengertian bahaya adalah sesuatu yang dapat mendatangkan


musibah atau celaka, bahaya api: kecelakaan yang ditimbulkan oleh
kebakaran, bahaya yang ditimbulkan oleh api.

1.1.3 Resiko

Sedangkan pengertian resiko adalah bahaya akibat atau


konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang
berlangsung atau kejadian yang datang. (Pendapat para ahli
bahasa)

1.2. Masalah yang dihadapi oleh petugas dalam pencarian korban

Adapun bahaya yang dihadapi oleh petugas penyelamat di


dalam suatu bangunan yang terbakar diantaranya:

1.2.1 Asap
Karena sifat asap cenderung di atas pada suatu ruangan dan
bagian bawah kadar asap lebih sedikit, oleh karena itu pada saat
melakukan pencarian korban dillakukan dengan cara merangkak.

1.2.2 Panas
Di dalam suatu ruangan, panas akan cenderung meningkat dan
akan bergerak perlahan-lahan melewati lorong yang dapat
mengakibatkan gangguan dan bahaya. Oleh karena itu jendela
boleh dibuka atau membuat ventilasi akan tetapi harus
mempertimbangkan kemungkinan penjalaran api.

1.2.3 Gelap
Kebakaran yang terjadi dalam suatu bangunan baik siang maupun
malam akan mengakibatkan kegelapan, karena sumber daya
listrik padam, sehingga situasi menjadi gelap, oleh karena itu
pentingnya menggunakan alat penerangan dan juga seorang
petugas harus memahami teknik bergerak dalam situasi yang
gelap.

1.2.4 Penjalaran api


Sesuai teori perbindahan panas, bahwa panas dapat berpindah
melalui konduksi, dalam perspektif kebakaran api menjalar dengan
cepat ke ruang lain melalui bahan yang sudah mengalami
pemanasan. Penjalaran api selanjutnya dapat melalui konveksi
yakni penjalaran api diakibatkan gelombang asap panas yang
mengenai benda-benda di sekitarnya, dan penjalaran api juga bisa
diakibatkan adanya radiasi, yakni paparan panas terhadap benda-
benda di sekitarnya, sehingga api akan cepat menjalar ke lokasi
lain. Sebagai tim penyelamat ketika dihadapkan pada persolan ini
adalah segera menutup pintu agar api tertahan dan melindungi diri
dengan pancaran air bertekanan, atau meninggalkan lokasi jika
kondisi sangat membahayakan.

1.2.5 Komunikasi

7
Petugas penyelamat harus selalu berkomunikasi dengan petugas
lainnya, maupun dengan pimpinan operasi, akan tetapi dalam
operasi pencarian korban tidak jarang ada masalah komunikasi
karena berada di dalam ruangan tertutup. Dengan anggota tim
komunikasi harus dilakukan secara terus menerus, dan melakukan
kontak langsung untuk menghindari terpisahnya anggota tim.

1.3. Menilai situasi dan kondisi (Size up)

Menilai situasi dan kondisi (size up) sebelum melakukan


pemadaman dan pencarian korban pada bangunan yang terbakar
sangat penting dilakukan, hal ini untuk menggali informasi dan menilai
situasi dan kondisi bangunan yang terbakar. Adapun informasi yang
digali di lokasi kejadian kebakaran adalah:

1.3.1 Situasi dan kondisi di lapangan

a. Barapa jumlah penghuni bangunan yang terbakar


b. Apakah semua sudah menyelamatkan diri
c. Apakah kemungkinan masih adanya korban yang terjebak di dalam
bangunan
d. Selanjutnya mempelajari denah bangunan, karena disana akan
mendapatkan informasi yang sangat berharga, informasi yang
diperoleh yakni: bagaimana bentuk tata ruang bangunan, akses
masuk ke dalam ruangan, bagaimana kondisi struktur bangunan,
bagaimana penyebaran api, dimana letak tangga/lift kebakaran,
perkiraan korban berada, dll.

1.4. Memperhatikan Prosedur Keselamatan

Menjaga keselamatan pada saat melakukan pencarian korban


adalah merupakan keharusan.

1.4.1. Beberapa faktor keselamatan dalam pencarian korban:

a. Selalu memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap dan benar
dalam cara pemakaiannya.
b. Buat rencana operasi yang matang, menggunakan alternatif plan 1,
plan 2, dst.
c. Selalu bekerja secara tim, dan terus membangun komunikasi selama
melakukan pencarian korban.
d. Raba pintu sebelum dibuka, dengan menggunakan punggung
tangan, sebab ada kemungkinan permukaan pintu dalam kondisi
panas karena dibalik pintu ada kobaran api.
e. Buka pintu dengan hati-hati dengan posisi jongkok berada pada
salah satu sisi pintu, dorong salah satu sisi pintu secara perlahan,
sebab ada kumungkinan korban ada di balik pintu. Selanjutnya
perhatikan ruangan secara seksama.
f. Petugas harus dilengkapi lampu penerangan yang berfungsi selain
untuk penerangan juga sebagai tanda keberadaan petugas
penyelamat di suatu lokasi.

8
g. Jika kondisi membahayakan atau kondisi bangunan begitu buruk
sehingga petugas penyelamat akan beresiko kehilangan jiwa, maka
pencarian korban sebaiknya dihentikan.
h. Bila kemungkinan terjadi backdraft, upaya memasuki ruangan
dilakukan setelah membuat ventilasi, Masuk sebelum usaha ventilasi
dilakukan dapat dapat mengakibatkan munculnya letupan backdraft
yang dapat mengakibatkan petugas luka parah.
i. Jika menghadapi kobaran api, tutup pintu untuk menghambat
penjalaran api sementara, sehingga petugas penyelamat dapat
melanjukan pencarian korban.
j. Jika petugas penyelamat terperangkap, ia dapat berlindung
sementara di balik pintu, dan berupaya untuk melempar benda keluar,
seperti sabuk, kayu, dll. Tanda-tanda seperti ini sudah dikenal
dilingkungan Pemadam Kebakaran bahwa petugas sedang
terperangkap pada suatu ruangan.
k. Apabila operasi pencarian dan pemadaman di lantai atas, patugas
harus dibekali tali pemandu. Namun dalam keadaan darurat petugas
dapat menggunakan selang sebagai tali pemandu.
l. Beri tanda pada saat masuk ruangan, dan ingatlah pada saat
membelok masuk ke ruangan lain, agar nantinya dapat keluar dengan
mudah, misalnya kalau petugas harus berbalik arah karena situasi
dan kondisi tidak mungkin dilanjutkan.
m. Jika kehilangan arah tetap tenang, bersegeralah menempel pada
dinding yang mengarah pada pintu dimana petugas mulai memasuki
ruangan. Jika petugas menemukan selang yang tergelar, segera
merayap di sepanjang jalur selang menuju keluar, atau berusaha
mencari jendela terdekat dan beri tanda-tanda kepada petugas lain
yang berada di luar bangunan.

9
BAB II

PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PENCARIAN KORBAN

Selain pengetahuan dan keterampilan petugas, paranan peralatan


dalam setiap operasi pencarian dan penyelamatan korban adalah sangat
penting. Hal ini bertujuan agar operasi pencarian dan penyelamatan korban
dapat dilaksanakan dengan lancar, aman dan selamat.

Adapun peralatan yang digunakan dalam pencarian dan


penyelamatan korban terbagi pada dua jenis, yakni:

2.1. Alat Pelindung Diri (APD), terdiri dari:


a. Alat pelindung kepala, berupa helm kebakaran yang standar, untuk
melindungi kepala dari benturan, reruntuhan yang dapat
mengakibatkan cedera pada kepala.
b. Alat pelindung tangan, berupa sarung tangan yang standar, untuk
melindungi tangan dari paparan panas, goresan benda tajam, terjepit
selang, dan sengatan listrik.
c. Alat pelindung tubuh, berupa fire jacket & troser, yang standar untuk
melindungi tubuh dari paparan panas dan goresan benda tajam.
d. Alat pelindung kaki, berupa sepatu safety yang standar, untuk
melindungi kaki dari benda tajam, terpeleset, menginjak bara, dan
terpapar zat kimia.
e. Self Continued Breathing Apparatus (SCBA), untuk melindungi
pernafasan dari kontaminasi asap, gas beracun dan kekurangan
oksigen.

2.2. Peralatan yang digunakan dalam pencarian korban:

2.2.1. Tali Pemandu (Guide line)


Adalah suatu tali yang digunakan untuk panduan petugas apabila
akan memasuki atau keluar ruangan berasap, gelap, berhaya
lainnya.

Bagian-bagian tali pemandu (guide line):


 Snnap Hook : tempat untuk mengaikan/mencatolkan.
 Branch line tallies (tali tanda masuk/keluar)
o Tanda keluar panjangnya 2 inchi (5,08 cm)
o Tanda masuk panjangnya 5 inchi (12,7 cm)
o Tara kantar tanda masuk dan keluar 6 inchi (15,2 cm)
o Jarak antar tanda 8 feet (2,5 m)
o Panjang tali keseluruhan 200 feet (61 m)
o Diameter 0,5 inchi – 1 inchi (1,27 – 2,54 cm)

10
2.2.2. Tali Personal (Personal Line)
Adalah suatu tali yang digunakan untuk pengamanan bagi
petugas penyelamat yang dikaitkan pada petugas yang satu dengan
petugas yang lainnya, atau petugas dengan tali pemandu (guide
line).

2.2.3. Distress Signal Unit (DSU)


Adalah suatu alat yang digunakan oleh petugas penyelamat
untuk membantu memberi tanda/isyarat kepada petugas lain bahwa
petugas penyelamat tersebut membutuhkan bantuan (kondisi
emergensi).

2.2.4. Lampu Senter (Falashlight)


Untuk membantu petugas dalam kondisi gelap tentunya dapat
digunakan alat penerangan yang tersedia secara maksimal.

2.2.5. Peralatan Pendobrak


Adalah alat yang digunakan petugas untuk mendobrak
ruangan tertutup dengan cara paksa agar akses ke dalam gedung
segera dapat dilakukan, sehingga proses pencarian korban,
pemadaman, dan penyelamatan dapat dilaksanakan lebih cepat.

2.2.6. Papan Kontrol Board (BA Control Board)


Alat ini dipakai oleh petugas untuk mengontrol pemakaian
SCBA, yang didalamnya terdapat daftar dan catatan sebagai berikut:
a. Daftar Working duration
b. Type dan Merk BA
c. Waktu masuk
d. Waktu keluar
e. Waktu suling berbunyi

11
f. Lokasi
g. Catatan

2.2.7. Alat Komunikasi


Dalam setiap operasional pemadaman maupun penyelamatan
korban, alat komunikasi sangat penting guna mendukung
kelancaran operasi, karena ketika komunikasi kurang lancar dapat
mengakibatkan keterlambatan dan bahkan kegagalan dalam
operasi di lapangan.

2.2.8. Termal Kamera


Alat ini digunakan untuk membantu penglihatan petugas
penyelamat pada saat melakukan pencarian korban di ruang gelap
dan berasap. Semakin gelap dan panas pada suatu ruangan maka
layar akan menampakkan gambar yang lebih jelas.

2.2.9. Blower
Alat ini digunakan untuk menekan/menghisap asap dari dalam
ruangan sehingga kepekatan asap di dalam ruangan tersebut
menjadi berkurang.

12
BAB III

PENCARIAN DAN PENYELAMATAN DI DALAM BANGUNAN

Pencarian dan penyelamatan di lokasi kebakaran yang dilakukan


oleh petugas pemadam kebakaran ditujukan untuk melindungi keselamatan
jiwa manusia dan harta benda dari bahaya kebakaran. Mengingat di lokasi
kebakaran banyak bahaya yang mengancam keselamatan jiwa, yakni
dampak dari hasil pembakaran maupun faktor lain seperti bangunan runtuh,
dapat mengakibatkan orang terjebak akibat panik dan sebagainya.
Meskipun di negara-negara maju jumlah orang yang meninggal dalam
kejadian kebakaran jauh lebih banyak dibanding jumlah orang yang berhasil
diselamatkan oleh petugas pemadam kebakaran. Sebagai seorang petugas
pemadam kebakaran harus selalu optimis dapat menekan tingkat kerugian
baik jiwa, harta maupun benda sekecil mungkin.

3.1. Pencarian Korban di dalam Bangunan

Tidak melihat dari besar kecilnya kejadian kebakaran yang


dijumpai pada sebuah bangunan ketika para petugas sampai dilokasi.
Petugas pemadam kebakaran harus tetap melakukan pencarian
korban dengan seksama di dalam bangunan tersebut. Bahkan pada
kebakaran yang relatif kecilpun, mungkin akan ditemukan penghuni
bangunan yang tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Tidak
mengetahui lokasi korban hingga pada saat kebakaran dapat
dipadamkan, atau lebih buruk lagi, korban tidak dapat diketemukan.
Hal demikian merupakan kegagalan petugas pemadam kebakaran
dalam melaksanakan tugas di lapangan.

Meskipun pelaksanaan size up (penilaian keadaan) merupakan


tanggung jawab petugas yang pertama tiba di tempat kejadian, namun
semua petugas pemadam kebakaran harus ikut memperhatikan
seluruh gedung dan lingkungan sekelilingnya pada saat mereka tiba di
lokasi di kejadian. Terlepas apakah bangunan tersebut ada penghuni
atau tidak, pengamatan secara seksama akan memberikan beberapa
indikasi tentang volume kebakaran, kemungkinan akan keutuhan
struktur bangunan tersebut, serta perkiraan waktu yang diperlukan
secara efektif untuk memeriksa bangunan tersebut. Size up (penilaian
keadaan) dini terhadap eksterior bangunan akan membantu para
petugas pada saat mereka berada di dalam gedung. Mereka perlu
mengenali situasi dan rute-rute jalan keluar sebagai jalur alternatif
sebelum mereka memasuki gedung yang terbakar tersebut. Setelah
berada di dalam gedung, lokasi jalan keluar tersebut kadang hanya
dilihat dari jendela-jendela yang ada.

Pertama-tama petugas pemadam kebakaran perlu


menanyakan kepada para penghuni gedung yang sudah berhasil
keluar untuk mendapatkan informasi, selain informasi lokasi
kebakaran, juga mengenai siapa saja yang mungkin masih berada di
dalam gedung dan dimana mereka mungkin dapat di temukan. Bila
memungkinkan semua informasi-informasi yang telah didapat
hendaknya diperiksa kebenarannya. Dalam hal apapun petugas
pemadam kebakaran tidak boleh berasumsi bahwa semua penghuni

13
sudah meninggalkan gedung yang terbakar, “sebelum gedung
tersebut telah diperiksa dengan cermat”.
Untuk mendapat informasi dapat diperoleh dari orang-orang
yang berada di sekitar kejadian, para tetangga yang mungkin sudah
mengenal betul kebiasaan para penghuni serta bentuk tata letak
ruangan. Semua informasi yang diperoleh baik informasi lokasi
kebakaran maupun lokasi korban harus disampaikan kepada pimpinan
Operasi (Insident Command) serta kepada semua regu yang baru tiba
di lokasi kejadian.

3.1.1. Prosedur Memasuki Ruangan


a. Petugas mengambil posisi jongkok untuk berlindung
b. Raba pintu sebelum dibuka
c. Apabila pintu terasa panas lakukan pendinginan
d. Buka pintu dengan hati-hati dan amati situasi
e. Berdiri dan berlindung pada salah satu sisi pintu untuk
meyakinkan bahwa sitasi aman
f. Pada saat membuka pintu lakukan secara perlahan-lahan,
karena dimungkinkan ada korban di dekat pintu.

3.1.2. Pedoman Pencarian korban


a. Selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), termasuk
SCBA.
b. Bekerja berpasangan
c. Pelajari dengan seksama denah/lokasi bangunan, cari jalan
keluar lebih dari satu.
d. Yakinkan diri sendiri sebelum memasuki ruangan.
e. Apabila jarak penglihatan berkurang, lakukan dengan cara
merangkak/merayap/meraba dengan menggunakan
punggung tangan, berjalan dengan menggeser kaki.
f. Periksa dengan seksama dalam setiap ruangan, sebelum
berpindah ke ruangan yang lain.
g. Pencarian dimulai dari sisi dinding dekat pintu atau jendela.
h. Periksa semua perabotan di dalam ruangan, cari di belakang,
bawah dan semua sisi dari perabotan tersebut.
i. Periksa semua ruangan termasuk kamar mandi. Selalu
memperhatikan dan mendengarkan suara tangisan, rintihan,
erangan dan tanda-tanda lain seperti ketukan pada dinding
atau lantai.
j. Pada saat menaiki atau menuruni tangga lakukan dengan
cara merangkak.
k. Beri tanda pada setiap ruangan yang telah diperiksa,
misalnya menggunakan tanda kursi di balik, kasur digulung,
dll.
l. Selalu memperhatikan penjalaran api, laporkan setiap
kejadian.
m.Buat ventilasi jika sangat diperlukan, akan tetapi tetap
mempetimbangkan perambatan api ke lokasi lainnya.
n. Apabila korban berhasil diketemukan, secepatnya bawa ke
tempat yang aman, lakukan pertolongan secukupnya
sebelum serahkan ke petugas medis.

14
3.1.3. Teknik Pencarian Korban

Pencarian di dalam bangunan ada dua sasaran yang


dilakukan petugas pemadam kebakaran. Dua sasaran tersebut
adalah:
Pertama, untuk memastikan adanya korban (pencarian
ditujukan untuk menyelamatkan jiwa).
Kedua, untuk mengetahui tentang informasi tentang luasnya
kebakaran (pencarian untuk mengetahui volume api) pada
suatu ruangan yang terbakar.

Dalam kejadian kebakaran pada bangunan, ada dua jenis


pencarian yang dilakukan oleh petugas, yakni:

a. Pencarian Primer

Pencarian primer adalah pencarian yang dilakukan


secara singkat tetapi menyeluruh, pencarian primer ini
dilakukan baik sebelum maupun selama operasi pemadaman
berlangsung. Meskipun operasi ini sangat beresiko namun
tetap dilakukan dengan secepat-cepatnya. Dalam pencarian
primer petugas pemadam kebakaran harus secepat mungkin
dapat memastikan bahwa mereka telah memeriksa lokasi-
lokasi dimana kemungkinan dapat diketemukan korban, dan
juga bergerak cepat untuk memeriksa semua area bangunan
yang terbakar.

Petugas yang terlibat dalam pencarian primer harus


selalu membawa peralatan pendobrak pada saat memasuki
bangunan atau selama melakukan pencarian korban.
Peralatan ini digunakan untuk membuka paksa pada saat
memasuki atau keluar ruangan, sehingga mengurangi resiko
terperangkap dalam suatu ruangan.

Pada saat memeriksa bangunan, petugas melakukan


dengan cara berjalan atau merangkak, bergerak naik-turun
tangga dengan cara merangkak, pada saat naik tangga maju
dengan kepala di depan, dan pada saat turun maju dengan
kaki di depan. Bergerak dengan cara seperti ini memang lebih
lambat, akan tetapi demi keselamatan cara ini harus
dilakukan. Pada saat melakukan pencarian korban di dalam
bangunan, petugas harus bergerak secara sistematis dari
ruang yang satu ke ruang yang lain dan memeriksan semua
ruangan dengan seksama.

Pada lantai yang terbakar, petugas mulai melakukan


pencarian di lokasi yang paling dekat dengan api, kemudian
kembali memeriksa arah pintu masuk. Prosedur ini
memungkinkan tim pencari menemukan korban yang
terancam robohnya langit-langit, ruang bawah tanah, dan
daerah-daerah dimana memungkinkan orang bersembunyi
atau terjebak. Para petugas juga memeriksa pinggiran

15
dinding, bawah jendela, belakang pintu pada setiap ruangan.
Jika tempat-tempat tersebut sudah dilakukan pencarian baru
memeriksa bagian tengah ruangan.

Selama pencarian primer berlangsung, penglihatan


mungking sangat terganggu sehingga para petugas
penyelamat harus mengidentifikasi setiap obyak dengan cara
menyentuhnya. Indra peraba dan pendengaran mungkin
dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pencarian pada setiap ruangan. Tim penyelamat hendaknya
selalu menjalin hubungan komunikasi dengan pimpinan
operasi/petugas yang berada di luar secara terus-menerus
melaporkan semua kemajuan mengenai upaya pencarian
serta menginformasikan mengenai area-area yang belum
diperiksa secara menyeluruh, bila memang diperlukan agar
tim pencari lain dapat ditugaskan untuk melakukan pencarian
area tersebut. Dalam pencarian primer informasi negatif sama
pentingnya dengan informasi positif untuk memastikan
pelaksanaan pencarian yang sempurna.

b. Pencarian Sekunder

Pencarian sekunder adalah pencarian yang dilakukan


setelah api adapat dikendalikan atau setelah bahaya agak
berkurang. Pencarian ini hendaknya dilakukan oleh petugas
lain diluar petugas yang melakukan pencarian primer.
Pencarian ini merupakan tugas yang harus dilakukan secara
menyeluruh dengan keseksamaan yang tinggi dapat
memastikan bahwa semua penghuni yang tertinggal di dalam
sudah diketemukan.

Setelah proses pemadaman awal dan pembuatan


ventilasi selesai, petugas-petugas yang tidak terlibat dalam
pencarian primer ditugaskan untuk melakukan pencarian
sekunder dalam bangunan yang terbakar tersebut.

Dalam pencarian sekunder bukan kecepatan yang


diutamakan tetapi ketelitian yang diperlukan. Pencarian
sekunder dilakukan secara sistematis sebagaimana pada
pencarian primer untuk memastikan bahwa tidak ada ruangan
atau celah yang terlewati, dan informasi negatif sama
pentingnya dengan informasi positif untuk dilaporkan kepada
pimpinan operasi.

3.1.4. Menentukan Pola Pencarian

Pencarian korban dimulai dari pemeriksaan lantai


yang terbakar, terlebih dahulu kemudian pada lantai di atasnya,
atau jika jumlah personil mencukupi, pemeriksaan dapat
dilakukan secara bersamaan. Petugas yang berada di atas
lantai yang terbakar harus membawa selang, Pada penilaian
awal, petugas harus sudah mengetahui adanya hal-hal yang
khusus, misalnya adanya lantai loteng dimana mungkin

16
terdapat korban yang masih berada di tempat tersebut. Jika
bentuk atap bangunan rata, misalnya, tidak perlu lagi perhatian
khusus untuk memeriksa adanya korban.

Bila terdapat banyak ruangan yang semuanya


mengarah ke satu lobby, tim pencari hendaknya memeriksa sisi
lorong tersebut. Akan tetapi jika hanya terdiri dari satu tim
periksa satu sisi terlebih dahulu kemudian melanjutkan
memeriksa sisi lainnya, bila terdiri dari dua tim masing-masing
tim memeriksa lorong secara bersamaan, pencarian dalam
ruangan apartemen dapat dilakukan secara memutar satu arah.
Ketika memasuki ruangan pertama, tim boleh membelok ke kiri
atau ke kanan. Kemudian tentukan pola pencarian yang dapat
digunakan pada segala jenis bangunan, dari bangunan rumah
tinggal biasa bangunan bertingkat rendah sampai bangunan
bertingkat tinggi. Ketika keluar dari ruangan, tim harus menuju
arah dimana sebelumnya tim memasuki ruangan dan
melanjutkan pencarian ke ruangan lain dengan menggunakan
pola yang sama. Bagi petugas penyelamat, hal ini penting,
karena dengan pola seperti ini, pencarian ke seluruh ruangan
dapat dilakukan dengan teliti tidak ada titik yang terlewatkan.

Pada ruang yang telah dilakukan pencarian,


selanjutnya diberi tanda untuk menghindari pengulangan
pencarian oleh tim lain. Untuk memberi tanda dapat dilakukan
dengan cara:
a. Meletakkan perabotan rumah tangga di depan pintu masuk
b. Tanda silang menggunakan kapur atau alat tulis lainnya.
c. Menggunakan pita atau sobekan kain pada pintu, dll.

Jika petugas penyelamat telah mengakhiri pencariannya


atau jika korban sudah diketemukan atau akan pindah ke lokasi
lain, petugas penyelamat harus meninggalkan tanda dengan
membelok berlawanan arah dengan yang digunakan waktu
memasuki ruangan. Contoh: jika tanda yang digunakan
memasuki ruangan berbelok ke kiri, maka tanda yang
digunakan keluar ruangan harus berbelok ke kanan. Teknik ini
akan membantu petugas menyisir ruangan dalam bangunan
secara sistematis dan jika korban telah diketemukan, petugas
dapat keluar dengan lebih cepat. Lebih jelasnya dapat
dijelaskan teknik memesuki ruangan sebagai berikut:
a. Masuk dan keluar dari arah yang sama jika tim ingin
melanjutkan pencarian. Contoh, masuk lewat kanan keluar
lewat jalur kanan.
b. Masuk dan keluar berlawanan arah, jika tim ingin mengakhiri
pencarian atau lokasi korban sudah diketemukan dan harus
dikeluarkan dari bangunan. Contoh: mesuk lewat jalur kanan
keluar lewat jalur kiri.
c. Bila terdapat banyak ruangan yang semuanya mengarah ke
satu lobby, pencarian dapat dilakukan secara memutar satu
arah.

17
Bila suatu alasan pencarian harus dihentikan, informasi
ini harus segera dilaporkan kepada perwira/pimpinan yang
bertugas. Selama pencarian korban, keterangan apapun harus
dianggap penting untuk koordinasi pencarian korban yang
menyeluruh. Jika petugas penyelamat terjebak dalam
bangunan saat melakukan atau telah menemukan lokasi
korban, mereka dapat menuju ke jendela dan memanggil
bantuan agar korban mendapatkan udara segar.

Pintu-pintu ke ruangan yang tidak terbakar harus ditutup


untuk menghambat api agar tidak menjalar ke dalam ruangan-
ruangan yang belum terbakar. Jalur jalan keluar dari ruangan
yang terbakar harus bebas dari hambatan apapun, seperti:
gelaran selang, tangga-tangga jinjing ataupun peralatan
lainnya. Hal ini dimaksudnya agar memudahkan pemindahan
korban atau menghindarkan bahaya bagi petugas, misalnya
karena terpeleset atau tersandung yang dapat mengakibatkan
cedera.

3.2. Pencarian dalam Bangunan Tinggi

Ketika melakukan pencarian pada bangunan bertingkat, area


yang paling berbahaya adalah pada lantai yang terbakar, lantai yang
berada tepat di atasnya, dan lantai paling atas.

Lantai-lantai tersebut harus diperiksa terlebih dahulu karena di


situlah terdapat penghuni yang menghadapi ancaman bahaya paling
besar baik bahaya dari asap, panas, maupun api. Jika jumlah personil
mencukupi maka pencarian dapat dilakukan secara bersamaan pada
sasaran tersebut. Setelah lantai-lantai tersebut diperiksa baru lantai-
lantai yang lainnya harus segera diperiksa. Selama pencarian primer
pintu-pintu ke ruangan yang belum terbakar harus ditutup agar dapat
mencegah penyebaran api ke ruangan tersebut.

Meskipun masih menjadi perdebatan dalam layanan pemadam


kebakaran, beberapa instansi pemadam kebakaran bersikukuh bahwa
para petugas penyelamatan dan pencarian harus dibekali dengan
selang yang sudah berisi air pada semua lantai bangunan. Karena
dalam tindakan pencarian membawa maju selang yang sudah berisi
merupakan proses yang akan memakan waktu, sehingga
menyebabkan penundaan dan halangan bagi pelaksanaan pencarian
tersebut, instansi-instansi lainnya memerlukan hal tersebut sebagai
suatu pilihan berdasarkan pada kondisi yang berlaku pada saat itu
atau sesuai kebijakan instansi mereka. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada saat melakukan pencarian dan penyelamatan pada
bangunan tinggi, adalah:

3.2.1. Pembentukan Pos Komando dan sub pos komando (staging


area).
Pos Komando dibuat di luar banguan dana Sub Pos Komando
dibuat pada dua lantai di bawah lantai yang terbakar.

18
Fungsi pembentukan pos komando adalah:

a. Tempat untuk koordinasi dan membuat rencana operasi


b. Tempat untuk mendata penghuni yang sudah berhasil
menyelamatkan diri
c. Sebagai tempat pimpinan melakukan konferensi pers

Fungsi sub pos komando, adalah:


a. Sebagai tempat pasokan logistik.
b. Sebagai tempat berkumpulnya tim cadangan.
e. Sebagai tempat untuk monitoring jalannnya operasi
penyelamatan

3.2.2. Pencarian korban dari luar dan dalam gedung

Untuk mengetahui keberadaan korban dapat dilakukan


dengan dua cara yaitu dari luar dan dari dalam gedung.

a. Pencarian dari luar bangunan dapat dilakukan dengan


mengamatai sekeliling bangunan. Misalnya, dapat diamati
apakah ada tanda-tanda masih terdapat orang di dalam.,
yang memberikan tanda atau minta pertolongan lewat
jendela.

b. Sedangkan pencarian dari dalam bangunan, dilakukan


dengan menerapakan pola pencarian yang telah dijelaskan
sebelumnya. Mengingat kondisi dan tingkat kesulitan yang
dihadapi pada bangunan tinggi, di banding dengan jenis
bangunan lainnya, maka masalah penyelamatan pada
bangunan tinggi harus mendapatkan perhatian yang serius.

3.2.3. Pencarian Korban sesuai dengan denah Bangunan

Pada saat melakukan size up, petugas hendaknya


sudah mendapatkan gambaran tata letak ruangan pada
bangunan, sehingga tim bisa menentukan pola pencarian
yang tepat, dengan memperhatikan dimana saja jalan keluar
yang dapat diakses, lebih-lebih dalam kondisi darurat.

Pencarian korban dapat diawali dari lantai yang


terbakar, pelajari denah ruangan, jumlah ruangan, jalan keluar
menuju tangga dan jarak lift ke jalan menuju keluar. Pada
umumnya lantai-lantai pada bangunan tinggi dirancang
dengan bentuk yang sama (typical). Semua informasi ini
dibutuhkan untuk menghemat waktu dan tenaga dalam
transportasi peralatan maupun korban pada saat sudah
diketemukan.

3.2.4. Penggunaan hidran untuk perlindungan diri

Perlu dipahami oleh seluruh petugas pemadam


kebakaran, bahwa setiap bangunan tinggi diwajibkan

19
memasang proteksi kebakaran, termasuk pemasangan hidran
gedung. Fungsi hidran gedung adalah untuk melakukan
pemadaman kebakaran dari dalam gedung yang dioperasikan
secara manual. Oleh sebab itu patugas pemadam dapat
menggunakan hidran untuk melakukan pemadaman maupun
untuk perlindungan diri pada saat melakukan pencarian korban,
yaitu untuk melindungi dari pengaruh asap, panas dan
penyebaran api.

Akan tetapi selain dapat memanfaatkan hidran gedung,


petugas juga bisa menggunakan selang dari unit mobil pompa
untuk perlindungan pada saat melakukan pencarian dan
penyelamatan korban, kalau ketinggian bangunan masih dapat
dijangkau oleh kapasitas pompa mobil pemadam kebakaran.

20
BAB IV

PEMINDAHAN KORBAN KE DAERAH AMAN

4.1. Memindahkan korban dalam kondisi emergensi

Prinsip dalam pemindahan korban dalam kodisi emergensi


adalah suatu tindakan yang cepat, sehingga sedikit mengbaikan faktor
kenyamanan bagi korban, hal ini dilakukan karena kondisinya
emergensi, contohnya keberadaan korban sangat dekat dengan
perambatan api. Berikut ini beberapa cara pemindahan korban dalam
kondisi emergensi:

4.1.1. Memindahkan korban dengan tarikan baju

Untuk melakukan penarikan baju,


sebelumnya lakukan hal di
bawah ini.
Pertama, mengikat tangan
penderita atau pergelangan
dengan longgar dengan 2 kain
segi tiga (mitela) atau kasa untuk
melindungi mereka selama
memindahkan. Kemudian
cengkram bahu dari baju
penderita. Menarik baju bawah
kepala penderita untuk
membentuk penyokong. Lalu
gunakan ujung baju ini sebagai
gagang untuk menarik penderita
kearah anda. Hati-hati untuk tidak
mencekik penderita.
Penarikan baju Ini sebaliknya
dilakukan dengan baju menarik
pada ketiak penderita, bukan
leher. Tarikan baju hanya dapat
dilakukan pada baju yang agak
kaku.

4.1.2 Tarikan lengan

Anda berdiri pada sisi kepala.


Masukkan lengan kanan anda di
bawah ketiak kanan penderita
dan pegang lengan bawah kanan
penderita, lakukan hal yang sama
dengan lengan kiri. Silangkan
kedua lengan penderita di depan
dada, lalu tariklah penderita ke
belakang. Tentu saja kedua kaki
penderita akan terantuk-antuk,
karena itu kalau tidak terpaksa,

21
jangan lakukan cara ini.

4.1.3. Memindahkan korban dengan tarikan selimut

Bila penderita sudah tertidur di atas


selimut (atau mantelnya) lipatlah
bagian selimut yang berada di
kepala penderita, lalu tariklah
penderita ke belakang. Jangan lupa
untuk menyimpul selimut pada
bagian kaki, agar penderita tidak
tergeser ke bawah.

Pemindahan korban dapat


dilakuakan dengan cara meletakkan
selimut, atau benda-benda
sejenisnya di bawah tubuh korban.
Dengan melakukan cara sebagai
berikut:

a. Letakkan selimut di sisi korban yang dalam posisi


terlentang, dan Tarik selimut ke sisi korban.
b. Gulingkan korban menghadap ke arah penolong, tarik
selimut atau pakaian pelindung tersebut ke bawah
tubuhnya. Gulingkan kembali korban ke posisi semula
diatas selimut tersebut dan bungkus korban lalu
kencangkan ikatannya.
c. Genggamlah ke dua sisi selimut pada bagian atas daripada
korban dan angkatlah sehingga posisi kepala dan pundak
agak lebih tinggi dari lantai, lalu tariklah korban perlahan-
lahan ke tempat yang aman.

4.1.4 Tarikan bahu

Berlututlah di bagian kepala


penderita, masukkan ke-2 tangan
anda di bawah kedua ketiak
penderita, cengkeram, lalu tariklah
ke arah belakang. Sekali lagi, cara
ini berbahaya.

4.1.5. Memindah korban dengan Teknik Pemadam Kebakaran

Memindahkan dalam keadaan


darurat lainnya termasuk
menggendong penderita di belakang
punggung dengan satu penolong
seperti membawa tas punggung
(ransel), dengan menopang
penderita dari sisinya sambil berjalan

22
oleh satu penolong, membopong
penderita oleh satu penolong seperti
membawa anak kecil, dan dengan
cara mengangkat lalu
membopongnya seperti cara
pemadam kebakaran.

4.2. Memindahkan Korban dalam kondisi non-emergensi

Hal ini dilakukan pada saat api sudah dapat dipadamkan,


kemudian petugas melakukan pencarian sekunder dan korban
diketemukan, maka pelaksanaannya tentunya tidak seperti dalam
kondisi emergensi, adapun cara-cara yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

4.2.1. Memindahkan korban dengan satu orang penolong

Korban yang dalam kondisi cedera ringan mungkin


hanya membutuhkan bantuan bimbingan berjalan ke tempat
yang aman, hal ini dapat dilakukan oleh satu orang penolong.
Jika kondisi korban tampak jelas, apabila ia dalam posisi
duduk, lalu bantulah ia berdiri, pegang tangannya dan letakkan
ke atas pundak petugas dengan tetap memegang pergelangan
tangan korban dengan tangan yang satu, tangan petugas yang
lainnya merangkul pinggang korban sambil membimbingnya
berjalan.

Apabila korban dalam kondisi parah, atau tidak sadar,


sedangkan tidak ada petugas lain, maka satu orang petugas
tersebut dapat memindah korban dengan cara:

a. Telentangkan korban, angkat kedua kakinya sehingga


lututnya menekuk, tumitnya mendekati pantat, injaklah
kedua punggung dengan telapak kaki.
b. Genggam kedua tangannya, dan ayunkan korban turun-
naik, beberapa kaki jarak ayun semakin cepat setiap kali
menariknya. Hal ini untuk memperoleh momen yang tepat.
c. Kemudian hentakkan agak keras kearah pundak untuk
dipanggul.

4.2.2. Memindahkan korban dengan dua orang penolong

Cara menolong korban dengan dua orang penolong,


apabila korban tidak sadarkan diri, atau korban harus ditandu
atau diangkat keluar dari daerah yang berbahaya, korban jenis
ini pertolongan sulit dilakukan oleh satu orang, terutama jika
korban seperti ini seyogyanya ditangani oleh dua orang
petugas. Langkah-langkag pemindahan korban dengan dua
orang penolong:

a. Dua orang petugas masing-masing berdiri pada bagian


kepala dan kaki korban,

23
b. Petugas yang berdiri pada bagian kepala berlutut, dudukkan
korban dari pososi di belakang korban, masukkan kedua
tangan melalui kedua ketiak korban, kedua tangan saling
memegang di atas dada korban.
c. Petugas yang berada pada kaki korban, berlutut di antara
kaki korban dalam posisi membelakangi korban,
pegang/cengkeram bagian bawah kedua kaki korban.
d. Kedua petugas secara bersamaan berdiri mengangkat
korban ke tempat yang aman. Ingat pada saat mengangkat
agar menggunakan kekuatan kedua kaki.

Memindah korban dengan 2 orang penolong juga dapat


dilakukan dengan bantuan alat berupa kursi, jika korban dalam
keadaan pingsan lakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Letakkan korban pada posisi duduk


b. Satu petugas berdiri diantara kedua kaki korban, gengam
lutut dan angkat korban sehingga kaki, pantat, dan
punggungnya cukup tinggi sehingga memungkinkan
petugas ke dua memasukkan kursi ke sisi di bawah lutut
korban.
c. Naikkan sandaran kursi sehingga membentuk sudut 45
derajat, angkat kursi bagian sandaran oleh petugas
belakang dan kaki depan oleh petugas bagian depan.

Jika kursi tidak dapat disorongkan ke bawah tubuh


korban, putarlah tubuh korban sehingga dalam posisi
terlentang lalu menyelipkan tangan tangannya ke bawah
korban sambil memegang erat, lalu mengangkat perlahan-
lahan dan meletakkannya ke atas kursi.
Alternatif membawa korban dengan kursi yang kokoh oleh
dua orang petugas adalah dimana korban didudukkan di
atasnya dan masing-masing petugas menggotongnya di
kedua sisi (bukan di depan dan di belakang). Kemudian
kedua petugas menggotong kursi dari siisi kanan-kiri
dengan satu tangan memegang pada bagian siku depan
dan satu tangan pada bagian sandaran.

Jika korban dalam keadaan tidak sadarkan diri,


miringkan kursi ke belakang secukupnya sekedar untuk
menghindarkan korban jangan sampai terjatuh.

Berikutnya dapat dilakukan dengan cara korban


didudukkan di atas kursi, kedua tangan korban diletakkan di
belakang sandaran kursi, Petugas yang satu mengenggam
kedua sisi sandaran kursi melalui atas pundak korban.

Kursi tersebut kemudian ditarik ke belakang dengan


ringan oleh petugas yang berada di belakang, sehingga
beban tubuh pada kedua kaki korban, sedangkan petugas
di bagian depan, dengan membelakangi korban, jongkok
dan mengenggam kedua kaki kursi bagian depan, julurkan
kaki korban ke depan diantara kedua tangan petugas

24
depan. Jika petugas telah siap, korban diangkat dengan
komando dari petugas belakangnya.

4.2.3. Memindahkan korban dengan tiga orang penolong

Meskipun cara ini disebut memindahkan korban dengan


tiga orang, namun tetap diperlukan orang/petugas ke empat
untuk membantu manaikkan korban ke dalam gendongan tiga
orang petugas tersebut. Cara mengangkat ini dilakukan apabila
kondisi korban parah atau cedera berat dimanan tidak tersedia
tandu atau alat yang memungkinkan korban dapat ditidurkan
dengan posisi lurus, langkah-langkah pelaksanaannya adalah
sebagai berikut:

a. Ketiga petugas mengambil posisi, masing-masing di dekat


kepala, pinggang, dan kaki korban.
b. Ketiga petugas berlutut sedekat mungkin dengan tubuh
korban.
c. Petugas di dekat kepala memasukkan satu tangan ke
bawah tengkuk korban dan tangan yang satunya diletakkan
di dada korban, petugas kedua memasukkan yang satu
lewat bawah pinggang dan tangan yang satunya di bawah
pantat. Petugas ketiga menyelipkan kedua tangannya ke
bawah kaki korban pada bagian lutut dan tungkai kaki.
Petugas keempat menempatkan diri berhadapan dengan
ketiga petugas, letakkan kedua tangan di bawah punggung
korban untuk membantu menyangga dan menjaga
keseimbangan tubuh korban.
d. Dengan aba-aba tertentu, ketiga petugas mengangkat
korban dengan dibantu petugas keempat dan letakkan
korban di atas lutut ketiga
petugas.
e. Ketiga petugas
bangkit perlahan dan
menelungkupkan korban
dengan tubuhnya
menghadap ke dada
petugas (cara ini akan
menghindarkan korban dari
cedera yang lebih parah),
selanjutnya korban dipindah
ke tempat yang aman.

4.2.4. Memindahkan korban dengan empat orang penolong

Memindah korban dengan empat orang petugas ini


dilakukan dengan cara digotong menggunakan tandu, dengan
pertimbangan, korban dalam kondisi parah, dan akses
memungkinkan dapat dilewati tandu. Cara memindahkan
korban menggunakan tandu tentunya lebih aman dibandingkan
dengan cara lainnya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut:

25
a. Korban diposisikan dalam keadaan terlentang
b. Dua orang petugas meletakkan tandu membujur rapat di
samping kanan atau kiri korban.
c. Satu petugas mengambil posisi jongkok di atas kepala
korban, masukkan kedua tangan di bawah kepala menuju
ke bahu korban.
d. Patugas yang satu mengambil posisi jongkok barada di
bawah korban, kedua tangan memegang bagian lutut
bawah korban.
e. Dengan menggunakan aba-aba, korban didorong/digeser
ke atas menuju tandu, selanjutnya didorong/digeser ke
bawah diposisikan tepat di atas tandu.
f. Setelah korban berada tepat di atas tandu, keempat petugas
melakukan persiapan untuk mengangkat tandu.
g. Kempat petugas mengambil posisi jongkok bertumpu pada
kaki dalam, menghadap searah dengan kepala korban.
h. Dengan diberi aba-aba keempat petugas bendiri secara
perlahan.
i. Selanjutnya diberi aba-aba untuk melangkah mengunakan
kaki dalam/luar terlebih dahulu, melanjutkan perjalanan
menuju tempat yang aman.

26
BAB V

KESIMPULAN

Dalam peristiwa kebakaran sekecil apapun dapat terjadi adanya


korban yang terjebak dalam bangunan, hal ini disebabkan beberapa hal,
diantaranya adalah adanya kepanikan, korban dalam kadaan tidur,
bangunan dalam kondisi terkunci, penghuni belum memahami prosedur
keselamatan, dll.

Selanjutnya petugas pemadam kebakaran ketika menerima


informasi bahwa di dalam bangunan yang terbakar ada korban, yang
dilakukan petugas adalah bagaimana secepatnya untuk memadamkan
kebakaran sekali gus bisa menyelamatkan korban yang terjebak di dalam
bangunan tersebut. Oleh sebab itu selain adanya petugas pemadaman juga
dibutuhkan petugas penyelamat yang kesemunya membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan serta peralatan yang memadai sehingga
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan selamat.

Adapun prosedur teknis pencarian dan penyelamatan korban yang


harus dikuasai oleh petugas adalah sebagi berikut:

1. Petugas harus menguasai prosedur keselamatan


2. Petugas harus memahami dan menguasai pengoperasian peralatan
yang digunakan dalam pencarian dan penyelamatan korban
3. Petugas harus menguasai prosedur pencarian dan penyelamatan
korban di dalam bangunan yang terbakar
4. Petugas harus mampu melakukan pemindahan korban ke daerah
aman.

Jika empat hal tersebut sudah dikuasai, hal yang terakhir adalah
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar tugas dapat dilaksanakan
dengan baik dan selamat.

27

You might also like