Professional Documents
Culture Documents
oleh:
BIOGRAFI
Her name is Nuri Ifka Bengi. MS. A girl of Gayo ethnic descent who was born on
March 13, 1997 in the cold city of Takengon City, Central Aceh Regency. The name Nuri Ifka
Bengi was given by his own grandfather. The name means "cold girl girl light". Currently Nuri
is 23 years old, he is the third of three children. Uwi is his nickname from childhood until now.
Nuri was born to parents named Mahbegi and Syamsinar. He has a simple family, his father is
a PLTA employee while his mother is a retired civil servant.
Nuri has a hobby of cycling, watching movies, singing and playing basketball.
Basketball is his favorite hobby. Not surprisingly, he has been playing this type of sport since
he was 14 years old. Apart from the above hobbies, he also likes to observe things related to
outer space, including watching films that tell the story of outer space. His passion is not limited
to that. Nuri also likes to smell after the rain and watch cartoons when eating
Nuri's early education began at Buntul Temil Takengon Kindergarten at the age of 6,
then continued at Bebesen 1 Elementary School at 7 years old, then took the First Middle
School in Junior High School Number 1 Takengon and Senior High School at Number 8
Takengon. In 2015 he then continued his education to university, majoring in S1 Library
Science at Ar-Raniry State Islamic University Banda Aceh. And currently pursuing a master
program in Library and Information Science at the Sunan Kalijga State Islamic University in
Yogyakarta.
Since childhood, Nuri was always encouraged by her mother to always learn so that the
people around her could be happy. That is what motivates Nuri to always be diligent in
studying, so that in the end Nuri can get satisfactory grades and win in her class. During his
elementary school days, he participated in natural science Olympics and aubade competitions.
And in 2014, when he was in 2 at Senior High School, he participated in the Regional Student
Sports Week (POPDA), in the Basketball Sports Branch representing Central Aceh Regency
in Lhokseumawe City. In addition, he also participated in astronomy olympics when he was in
junior high school.
This veiled girl has a motto in life "It's better to try than nothing". Therefore he often
tries to follow many things, even though the results are often disappointing and not what he
expected, but at least he has tried. He made his failures in the past a lesson, so that in the future
it can be done better than before, so that the results obtained can also be satisfying.
1
Tugas 2
PENDAHULUAN
Gayo merupakan salah satu suku yang berada di Indonesia, tepatnya di Provinsi Aceh.
Suku gayo sendiri merupakan sebutan atau istilah yang digunakan untuk masyarakat yang
sebagian besarnya tersebar di wilayah Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo lues dan
Aceh Tenggara. Masyarakat Gayo memiliki banyak sejarah dan juga kebudayaan, untuk
melestarikan sejarah dan budaya itu maka perlu didirikannya sebuah museum. Meseum sendiri
merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk menyimpan koleksi berupa benda-benda
yang memiliki nilai sejarah.
Aceh Tengah dipilih sebagai tempat utama dan juga sebagai perwakilan dari ketiga
kabupaten lainnya untuk kemudian dibangun sebuah museum yang diberi nama “Museum
Negeri Gayo”. Dengan didirikannya Museum Negeri Gayo maka para turis dan wisatawan
dapat menikmati dan juga dapat melihat benda-benda bersejarah yang ada di Gayo. Tidak
hanya untuk wisatawan, museum ini juga dapat dimanfaatkan untuk pengamatan secara
langsung dan penelitian bagi ilmuan. Pada laporan ini, penulis menyajikan beberapa informasi
mengenai Museum Negeri Gayo yang mencakup sejarah, tujuan, koleksi museum dan juga
pelayanan museum.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi serta pengetahuan
kepada pembaca mengenai Museum Negeri Gayo yang meliput sejarah, koleksi serta layanan
yang diterapkan pada Museum Negeri Gayo.
MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar pembaca mendapatkan wawasan lebih
dan pengetahuan baru mengenai Museum Negeri Gayo yang meliput sejarah, koleksi serta
layanan yang diterapkan pada Museum Negeri Gayo.
PEMBAHASAN
Sejarah Museum Negeri Gayo
Museum Negeri Gayo terletak di Jln. Mess Time Ruang Kemili, tepatnya disamping
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tengah. Museum ini
diresmikan pada tanggal 26 September 2005 oleh pemerintah daerah setempat. Pada mulanya
Museum Negeri Gayo dibangun dengan gaya arsitektur khas Rumah Adat Gayo yang biasa
disebut dengan “Umah Pitu Ruang”. Namun akhirnya pada tahun 2013 Umah Pitu Ruang
dijadikan sebagai cagar budaya dan tempat diadakannya kegiatan-kegiatan kebudayaan seperti
pameran dan kegiatan lainnya, sehinnga semua koleksi akhirnya dialihkan ke gedung baru yang
1
bersampingan dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh
Tengah. Gedung ini dirancang sedemikian rupa agar dapat bertahan saat terjadinya gempa bumi
dan juga melindungi koleksi dari kerusakan akibat gempa bumi yang terjadi. Mengingat
kondisi wilayah Aceh sangat rawan dan cukup sering terjadinya gempa bumi.
Pada tahun 2017 Museum Negeri Gayo berada di bawah naungan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan yang sebelumnya museum ini berada dibawah naungan Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tengah. Museum Negeri Gayo
memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari; ruang display benda-benda sejarah, ruang
arkeologi, ruang peralatan pertanian, ruang adat pernikahan, ruang peralatan untuk mencari
ikan dan ruang replika kehidupan masyarakat gayo pada zaman dahulu. Di museum ini
pengunjung baik dari kalangan mahasiswa, pelajar, masyarakat umum dan ilmuan dapat
melihat secara langsung benda-benda bersejarah suku Gayo dari masa ke masa seperti alat
membajak sawah dan benda-benda bersejarah lainnya yang tentunya bisa dimanfaatkan sebagai
tempat untuk memperoleh pengetahuan, tempat untuk dilakukannya penelitian dan juga
sebagai tempat wisata (rekreasi).
Visi dan Misi Museum Negeri Gayo
Museum Negeri Gayo memiliki beberapa visi dan misi yang dijadikan sebagai landasan
dalam membangun serta menjalankan Museum Negeri Gayo agar mencapai suatu tujuan.
Visi:
“Museum sebagai pusat informasi kebudayaan yang layak dikunjungi untuk mendukung
pendidikan sebagai karakter bangsa”
Misi:
1. Memperkenalkan museum secara lebih luas pada masyarakat dengan memasarkan
pemasaran yang kreatif dan inovatif
2. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah untuk meningkatkan pelayanan
edukatif kepada pengunjung museum
Struktur Organisasi Museum Negeri Gayo
Untuk Menjalankan suatu kegiatan dan mengoptimalkan pelayanan di Museum Negeri
Gayo, maka diperlukan sejumlah pegawai dan petugas guna sebagai penunjang untuk
tercapainya suatu tujuan yang berdasarkan visi dan misi. Adapun susunan pengurus Museum
Negeri Gayo yaitu:
1. Hudnah, S.E (Kepala Museum)
2. Rizki Hawalaina, S.Pd (Edukator)
3. Wahid Usman, S.Pd (Kasubbag Tata Usaha)
4. Yeni Virata, SP (Pengadministrasi Umum)
5. Rumaisyah (Pramu Kebersihan)
6. Siti Patimah (Pramu kebersihan)
7. Fatih Husonan (Petugas Keamamanan)
Koleksi Museum Negeri Gayo
1. Jenis-jenis Koleksi
Koleksi di Museum Negeri Gayo sebagian besar tidak didominasi dengan koleksi asli
namun juga terdapat sejumlah koleksi dalam bentuk replika. Adapun jenis-jenis koleksi yang
berada di Museum Negeri Gayo terdiri dari:
a) Peralatan dapur seperti, pingen tanoh (piring dari tanah), kuren tanoh (alat penanak nasi
dari tanah), belanga (wajan), dalung (baskom dari tanah), keni rawan (kendi untuk laki-
laki), keni banan (kendi untuk perempuan), bojok (tempat garam), legen (cobek), tong
(tempat penyimpanan beras), cenca (sendok) lesung (lusung), niyu (tempayan), tali
jangkar dan kal (alat takaran beras).
b) Alat musik tradisional seperti, canang, suling (seruling), teganing, repa’i dan gong.
c) Alat penerangan seperti, lampu tanah dan suluh (obor).
2
d) Alat permainan tradisional seperti, gasing, gegasak (tembak), terpel (ketapel) dan
lelayang (layang-layang).
e) Alat pertanian seperti, ganepo (tas), nengel (alat bajak sawah), sedep (celurit) dan jengki
gayo (tumbuk padi).
f) Alat untuk mencari ikan seperti, tangil (alat pancing untuk ikan berukuran kecil), doran
(jaring-jaring) dan uwau (tombak).
g) Pakaian adat gayo.
h) Pelaminan adat gayo.
i) Artepak replika kerangka manusia purba yang berumur 3.580-7000 tahun dan benda-
benda asli peninggalan manusia purba seperti, gerabah, batu, sisa-sisa makanan,
pernah-pernik, fosil hewan dan foto manusia purba asli.
j) Replika umah pitu ruang, replika kehidupan masyarakat gayo saat bercocok tanam,
mencari ikan dan replika kehidupan masyarakat gayo dari masa ke masa.
2. Pengadaan Koleksi
Pengadaan koleksi di Museum Negeri Gayo dilakukan setiap setahun sekali. Pengadaan
koleksi ini, didapatkan dari hibah masyarakat setempat dan juga melalui pembelian dari para
kolektor. Setiap koleksi yang didapatkan melalui hibah, akan dilakukan survey terlebih dahulu
oleh petugas museum ke desa-desa atau tempat-tempat yang berada di wilayah Kabupaten
Aceh tengah dan bener meriah. Untuk mendapatkan koleksi tersebut, biasanya pihak museum
akan menukarkan barang atau koleksi tersebut dengan sejumlah mahar (uang) sesuai dengan
kesepakatan.
3. Pemeliharaan Koleksi
Pemeliharaan koleksi di Museum Negeri Gayo dilakukan rutin setiap satu bulan sekali.
Pemeliharaan koleksi dilakukan secara bergantian oleh petugas atau staff yang bekerja pada
museum tersebut. Koleksi-koleksi akan dibersihkan dari debu-debu dan kotoran lainnya.
Sistem keamanan museum juga dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran, penjaga museum
dan cctv yang dipasang pada setiap ruangan di museum. sistem keamanan diterapkan guna
melindungi koleksi dari berbagai kemungkinan, seperti pencurian dan kebakaran.
Pelayanan Operasional Museum Negeri Gayo
1. Pelayanan Sebelum Pandemi Covid-19
Pelayanan di museum Negeri Gayo Sebelum adanya pandemi covid-19 berjalan seperti
biasa, adapun jadwal pelayanan museum yaitu hari senin sampai dengan hari sabtu pada pukul
08.30-13.30 WIB. Pihak museum juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan seperti pameran,
lomba cerdas cermat, mengundang pelajar maupun mahasiswa ke museum untuk sharing ilmu
pengetahuan mengenai sejarah Gayo.
2. Pelayanan Saat Pandemu Covid-19
Pelayanan yang diberikan pihak museum Negeri Gayo pada saat pandemi tidak berbeda
jauh dengan saat sebelum adanya pandemi covid-19, museum tetap memberikan jadwal
pelayanan pada hari senin sampai dengan hari sabtu pada pukul 08.30-13.30 WIB. Namun yang
membedakan hanya pihak museum menerapkan beberapa protokol kesehatan untuk
pengunjung yang datang ke museum, yaitu seperti memastikan kondisi tubuh sedang dalam
keadaan sehat, mencuci tangan sebelum masuk ke museum, pengunjung juga wajib
menggunakan masker, pihak museum juga menyarankan pengunjung untuk menggunakan
Face Shield, dan yang terakhir pengunjung tidak diperkenankan untuk menyentuh asset dan
koleksi yang ada di museum. Tidak hanya itu, museum juga tidak mengadakan kegiatan-
kegiatan seperti sebelum pandemi seperti mengundang pelajar maupun mahasiswa untuk
berkunjung ke museum.
KESIMPULAN
Museum Negeri Gayo merupakan museum yang terletak di wilayah Aceh Tengah dan
diresmikan oleh pemerintah kabupaten setempat pada tahun 2005 dan kemudian pada tahun
3
2013 Museum ini memiliki gedung baru yang berada disamping Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tengah. Museum Negeri Gayo terdiri dari beberapa
ruangan seperti ruang display benda-benda sejarah, ruang arkeologi, ruang peralatan pertanian,
ruang adat pernikahan, ruang peralatan untuk mencari ikan dan ruang replika kehidupan
masyarakat gayo pada zaman dahulu.
Selain itu Museum Negeri Gayo juga memiliki beragam koleksi yang meliputi artepak
kerangka manusia purba yang berumur dari kisaran 3.580-7000 tahun, peralatan dapur, alat
musik tradisional, alat penerangan, alat permainan tradisional, alat pertanian, alat untuk
mencari ikan, pakaian adat gayo, pelaminan adat gayo, benda-benda asli peninggalan manusia
purba, replika umah pitu ruang, replika kehidupan masyarakat gayo saat bercocok tanam,
mencari ikan serta replika kehidupan masyarakat gayo dari masa ke masa. Untuk pelayanan
operasional sebelum pandemi covid-19, Museum Negeri Gayo dibuka setiap hari Senin hingga
Sabtu, mulai dari pukul 08.30-13.30 WIB, Sedangkan pada saat pandemic covid-19 museum
ini juga tetap dibuka namun hanya saja harus mematuhi protokol kesehatan yang ada.
SARAN
Museum merupakan salah satu tempat yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata dan
juga tempat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai sejarah dan kebudayaan. Untuk itu
pihak museum harus lebih aktif dalam mempromosikan museum ke masyakat luas. Meskipun
dalam masa pandemi covid-19, pihak museum juga harus memiliki terobosan baru guna
menjaga eksistensi museum. Tidak hanya itu, pengadaan koleksi asli museum juga perlu
dilakukan, hal ini dikarenakan museum Negeri Gayo ini hanya memiliki sedikit koleksi yang
asli, bahkan lebih dominan kepada koleksi replika dari pada koleksi yang aslinya. Dengan
menambah koleksi asli dan meningkatkan promosi melalui media sosial, tentu saja akan
menimbulkan rasa penasaran masyarakat yang melihat dan pastinya ingin berkunjung dan
melihat secara langsung setiap koleksi yang ada di museum.
4
Tugas 3
BISAKAH SEORANG PENYANDANG LGBT MENJADI PUSTAKAWAN
DISEBUAH PERPUSTAKAAN?
Istilah LGBT pada saat ini sudah tidak asing lagi didengar, bahkan dibeberapa negara
seperti Amerika Serikat dan Colombia, seorang penyandang LGBT sudah dianggap legal,
tidak lagi dipandang tabu atau sesuatu yang dianggap sebelah mata. LGBT merupakan
singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender, dimana para penyandang LGBT secara
tegas menuntut untuk kesamaan hak dengan masyarakat lainnya tanpa membedakan orientasi
seksualnya. Jejak LGBT di nusantara sendiri sudah masuk pada tahun 1969 dimulai dengan
berdirinya oraganisasi transgender pertama (HIWAD) di Jakarta dan setelah itu disusul istilah-
istilan lainnya seperti lebisan, gay dan beseksual di tahun-tahun berikutnya. Kehidupan
seorang penyandang LGBT umumnya tidak berbeda dengan kehidupan masyarakat normal
lainnya, baik itu mengenai pekerjaan, aktivitas sehari-hari, atau kehidupan dalam
bermasyarakat, hanya saja terdapat perbedaan mengenai sudut pandang mereka mengenai
suatu hubungan antara sesama jenis dan juga fisik dari diri mereka sendiri.
Menjadi seorang pustakawan harus menjunjung tinggi apa itu profesionalisme dalam
bekerja, tidak hanya terbatas pada pustakawan saja tetapi juga pekerjaan lainnnya. Bagi saya
seorang penyandang LGBT tidak ada masalah untuk menjadi seorang pustakawan asalakan
bisa tetap profesional dalam bekerja. Banyak Negara-negara yang sudah melegalkan LGBT,
berprofesi sebagai pustakawan. Mereka tetap bekerja sesuai visi dan misi perpustakaan tersebut
tanpa mempengaruhi kinerja mereka terlepas mereka seorang LGBT ataupun tidak. Selama
mereka tidak mengusik ketenangan para pustakawan lainnya dalam bekerja atau menimbulkan
kekacauan yang bisa menganggu jalannya suatu perpustakaan, untuk menjadi seorang
pustakawan sah-sah saja dilakukan oleh seorang penyandang LGBT. Karena yang ditentang
hanya perlakuan dan sikap mereka terhadap orientasi seksual yang mereka lakukan bukan
penentangan mengenai pekerjaan mereka. Para penyandang LGBT juga memiliki kebutuhan
yang harus dipenuhi sama seperti masyarakat umum lainnya, mereka juga harus tetap bekerja,
bersosialisasi dalam lingkungan sekitar dan berinteraksi dengan masyarakat lainya. Di
Indonesia sendiri LGBT sangat ditentang dan masih sangat tabu untuk diperbincangkan, mulai
dari hukum Negara hingga hukum agama. LGBT dianggap sebuah komunitas yang membawa
dampak buruk bagi masyarakat terutama pada masalah kesehatan, karena bisa menyembabkan
penularan penyakit HIV/AIDS lebih efektif terjadi. Saat ini sudah banyak aktivitis-aktivis
LGBT yang mulai secara terang-terangan mengakui bahwa diri mereka sebagai seorang
penyandang LGBT, meskipun sebagian besarnya masih takut atau ragu-ragu untuk
mengungkap identitas diri mereka. Secara pribadi saya sangat menentang komunitas ini, bukan
karena dilarang oleh Negara melainkan karena bertentangan dengan keyakinan dan diri saya
sendiri. Saya percaya segala yang ditentang tentu karena adanya alasan atau dampak buruk
yang bisa terjadi. terbukti dengan banyaknya penelitian yang mengungkapkan konsekuensi
atau akibat dari penyandang LGBT ini. banyak sekali masyarakat diluar sna keliru dalam
mengartikan HAM yang sebenarnya. LGBT bukan ham tetapi penyakit yang harus
disembuhkan. Tetapi saya tidak menentang mereka dalam bekerja. Mereka juga bisa bekerja
dengan nyaman seperti halnya yang dilakukan orang normal dalam konteks seksual lainnya.
1
Tugas 4
ETIKA INFORMASI
1
perpustakaan yang tujuannya adalah untuk mencari dan mendapatkan informasi, maka
pustakawan harus melayaninya dengan adil tanpa membedakan status sosial, jenis kulit,
kepercayaan dan sebagainya. Sedangkan keputusan yang dapat diambil untuk menyikapi
permasalahan diatas dapat dilakukan dengan cara-cara berikut, yaitu:
1. Jika alasan tersebut dikarenakan dapat menganggu ketenangan dan kenyamanan
pemustaka lain dalam mencari suatu informasi, maka pustakawan dapat menerapkan
pelayanan tertutup untuk sementara. Artinya pustakawan membantu dalam mencarikan
dan menemukan informasi dengan menanyakan langsung mengenai informasi apa yang
dibutuhkan oleh pemulung tersebut dengan tidak melakukan perubahan sikap mengenai
nada bicara dan perubahan prilaku. Pustakawan dengan tetap menanyakan dengan
menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti, kemudian dipersilahkan untuk
duduk di kursi ruang tunggu/loby yang telah disediakan.
2. Jika alasan tersebut bersifat pribadi atau personal, maka pustakawan tersebut dapat
meminta pertolongan pustakawan lain untuk membantu pemulung tersebut dalam
mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan. Dalam menyikapi persoalan ini,
alasan pribadi terkadang muncul secara spontan, ketika pemulung datang menghampiri
untuk menanyakan suatu informasi yang dibutuhkan, terkadang secara spontan diri kita
akan mengeluarkan gerak-gerik yang melakukan penolakan. Ada baiknya agar tidak
menyinggung perasaan, maka bisa meminta bantuan dari pustakawan lain.
Dari persoalan di atas, sebaiknya seorang pustakawan dan calon pustakawan khususnya
yang bertugas di perpustakaan umum, dapat mempersiapkan serta membiasakan diri untuk
menghadapi setiap permasalahan yang datang. Permasalahan diatas akan sering bermunculan.
Hal ini dikarenakan setiap anggota masyarakat dari perpustakaan umum (pemustaka) berasal
dari berbagai kalangan atau lapisan masyarakat yang memiliki status sosial, umur, jenis
kelamin, keyakinan, ras serta suku yang berbeda-beda. Dalam memberikan pelayanan,
hendaknya pustakawan selalu berpegang teguh pada pernyataan bahwa setiap pemustaka
berhak mengunjungi perpustakaan, setiap pemustaka berhak mendapatkan informasi yang
diinginkan dan setiap pemustaka berhak untuk mendapatkan pelayanan yang sama tanpa
dibeda-bedakan.
2
Tugas 5
Secara umum kata repositori dapat diartikan sebagai sebuah tempat penyimpanan untuk
penyimpanan segala aplikasi atau program dalam jumlah yang sangat besar yang bisa diakses
melalui internet. Sedangkan repositori jika dihubungkan dalam konteks perpustakaan
perguruan tinggi, maka dapat diartikan sebagai layanan yang diberikan oleh pihak
perpustakaan universitas dalam menyediakan, menyimpan serta menyebarkan koleksi yang
bersifat digital kepada setiap anggota masyarakatnya yang bisa diakses melalui internet.
Beberapa koleksi digitas yang disimpan biasanya meliputi skripsi mahasiswa dan karya-karya
ilmiah dari para tenaga pengajar/dosen.
Perpustakaan Universitas Gajah Putih merupakan perpustakaan induk perguruan tinggi
swasta yang terletak di wilayah Takengon, Kabupaten Aceh Tengah tepatnya di Jln. Simpang
Kelaping, Lukup Bada, Belang Bebangka, Kecamatan Pegasing, Takengon, Kabupaten Aceh
Tengah. Perpustakaan ini berdiri setelah universitas gajah putih secara sah diresmikan
beroperasi sebagai perguruan tinggi swasta yang merupakan naungan dari Yayasan Gajah
Putih. Perpustakaan Universitas Gajah Putih Takengon Aceh Tengah merupakan perpustakaan
perguruan tinggi swasta yang berfungsi sebagai wadah atau tempat dalam menunjang
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Saat ini Perpustakaan Universitas Gajah Putih belum memiliki repositori. Meskipun
banyak kemudahan yang diberikan, namun Perpustakaan Universitas Gajah Putih tidak
menyimpan hasil karya ilmiah dan dosen mereka ke dalam repositori. Ketiadaan repositori
dikarenakan minimnya tenaga kerja, skill, dan anggaran. Perpustakaan Universitas Gajah Putih
memiliki delapan orang pustakawan, satu orang ditempatkan di perpustakaan induk
Perpustakaan Universitas Gajah Putih dan tujuh orang lainnya ditempatkan di masing-masing
perpustakaan fakultas. Dari delapan orang pustakawan hanya satu yang berlatar belakang ilmu
perpustakaan, Sedangkan tujuh orang lainnya hanya mengikuti pelatihan perpustakaan selama
tiga bulan.
Skill yang dimiliki pustakawan tekait hal ini juga belum memadai dikarenkan
pustakawan berasal dari ilmu atau bidang yang berbeda-beda. Perpustakaan Universitas Gajah
Putih padaa saat ini hanya menyimpan skripsi dan karya ilmiah dosen dalam bentuk tercetak
saja. Koleksi yang tersedia saat ini juga sebelumnya tidak pernah dialih mediakan dalam bentuk
digital sekalipun. Pengembangan koleksi hanya dilakukan untuk jenis bahan pustaka tercetak.
Selain faktor jumlah pustakawan dan skill, jumlah anggaran yang diberikan juga menjadi
persoalan. Dikarenakan Perpustakaan Universitas Gajah Putih merupakan perpustakaan
perguruan tinggi swasta, dana atau anggaran yang diberikan hanya didapatkan dari yayasan
kampus saja, terlebih saat ini sedang dalam siatuasi pandemi covid-19 sehingga menghambat
semua kegiatan perpustakaan.
Ada beberapa manfaat yang bisa diberikan repositori bagi perguruan tinggi, yaitu
memudahkan dalam proses penyimpanan yang disatukan dalam satu lokasi sehingga proses
temu kembali informasi juga mudah, selanjutnya sebagai media pelestarian koleksi, sebagai
alat pendeteksi tindak plagiasi, sebagai ajang promosi terhadap koleksi yang dimiliki dan akses
terbuka yaitu agar setiap koleksi yang dimiliki dapat dimanfaatkan oleh khalayak ramai tanpa
terbatas ruang dan waktu. Kebijakan terhadap akses repositori setipa institusi berbeda-beda,
ada yang menyediakan secara terbuka/gratis yang bersifat full text dan begitu sebaliknya.
Menurut Kepala Perpustakaan Induk Universitas Gajah Putih Ibu Anggia Ulfha,
menyatakan meskipun manfaat yang diberikan memiliki banyak dampak positif bagi Perguruan
Tinggi Universitas Gajah Putih. Namun dengan segala kendala diatas belum memungkinkan
1
Perpustakaan Universitas Gajah Putih untuk menyelenggarakan atau mengadakan repositori
saat ini. Tapi tidak menutup kemungkinan, Perpustakaan Universitas Gajah Putih juga akan
turut menyediakan repositori untuk kemudahan bersama.
Menyangkut kendala yang dihadapi untuk mengadakan repositori Perpustakaan
Universitas Gajah Putih, pustakawan dapat meminta bantuan jasa ketiga terkait hal ini.
Selanjutnya untuk meningkatkan skill, pustakawan dapat mengikuti pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan, seminar atau sejenisnya yang terkait dengan topik ini. Sedangkan untuk
anggaran Perpustakaan Universitas Gajah Putih dapat meminta bantuan dengan membuat
proposal atau melakukan kerjasama dengan beberapa lembaga informasi lainnya yang mengerti
dan sudah menerapkan layanan repositori.
2
Tugas 6
TAMAN BACAAN MASYARAKAT
1
Tugas 7
PROFESIONAL INFORMASI