You are on page 1of 13

LITERATURE BUDAYA GAYO

CRITICAL JOURNAL REVIEWER

REVIEW BY:

MUHAMMAD GITA SWARA MAHARDHIKA

PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI
TAKENGON, ACEH TENGAH, ACEH
2023

IDENTITAS REVIEWER
(CURRICULUM VITAE)

1. Name : Muhammad Gita Swara Mahardhika


2. Place/Date of Birth : Takengon, Oktober 31st 1995
3. Sex : Male
4. Religion : Islam
5. Nationality : Indonesia
6. Marital Status : Single
7. Address : Blang Kolak 1 Takengon
8. Occupation : Student
9. Parents
a. Father’s Name : Muhammad Dahlan
b. Father’s Occupation : Employee
c. Mother’s Name : Ida Rasidah
d. Mother’s Occipation : Housewife
e. Alamat : Blang Kolak 1 Takengon, Aceh Tengah
10. Education Background
a. Elementary School : SD Negeri 1 Takengon, Graduated 2007
b. Junior High School : SMP Negeri 4 Takengon, Graduated 2010
c. Senior High School : SMA Negeri 8 Unggul Takengon, Graduated
2013
d. University : State Institute of Islamic Studies Gajah Putih
Takengon Aceh Tengah, Aceh, 2018
KATA PENGANTAR

First of all, praise and big thanks to Allah Subhanahuwa Ta’ala for all blessing
who has given the researcher health, opportunity, strength, ability, and knowledge so
that the researcher has been able to accomplish this thesis. Prayers and peace he hold to
Prophet Muhammad Shallallahu’alaihi Wassalam who has brought him from darkness
into brightness.
The researcher would like to extend his sincere and special thanks. His gratitude
is intended for his beloved the amazing family, mother (Ida Rasidah), father
(Muhammad Dahlan) and young sister (Dwi Mutiara) for their loves, prays, and
supports.
The researcher appreciation is addressed to Dr. Zulkarnain, M.Ag as chairman of
IAIN Takengon. In particular, special thanks is addressed to Dr. Shawmiwaty, S.S,
M.Hum as the deputy and lecturer of Literature Budaya Gayo who have given her
valuable knowledge and science during her study at Pendidikan Agama Islam,
Pascasarjana of IAIN Takengon.
IDENTITAS BUKU

JOURNAL : HISTORY, EDUCATIONAL JOURNAL OF HISTORY AND


HUMANITIES
JUDUL JOURNAL : LOYANG MENDALE AND LOYANG UJUNG KARANG
SITES AND THEIR POTENTIAL AS SOURCES FOR
LEARNING HISTORY
PENULIS : Angga Prasetiya, Suryo Ediyono
AUTHORCORRES
PONDENCE : anggaprasetiya@student.uns.ac.id, Available online at
http://jurnal.unsyiah.ac.id/riwayat
ISBN : 5 ( 1 ) , 2022 , PP. 59-67
RINGKASAN JOURNAL

1. This study aims to describe how the Loyang Mendale and Loyang Ujung Karang
sites, based on their relics have the potential as a source of historical learning.
The research method used in this research is descriptive qualitative method.
Sources of literature in the study came from scientific articles and books related
to the excavation results of the Loyang Mendale and Loyang Ujung Karang
sites. The results of this study are to describe findings of Hoabinh cultural tools
from the Mesolithic period, to Austronesian cultural tools from the Neolithic
period at both sites. Based on the results of the archaeological finds, the Loyang
Mendale and Ujung Karang sites have the potential to be used as sources for
learning history, and can be grouped into KD 3.4 and 4. 4 in the Indonesian
History subject class X with the teaching material of prehistoric Life in
Indonesia. Learning history by using local pre-historic cultural relics is expected
to foster students' interest in loving the history of their area.
2. Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana situs Loyang Mendale
dan Loyang Ujung Karang, berdasarakan hasil tinggalannya berpotensi
sebagai sumber belajar sejarah. Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Sumber literatur dalam
penelitian berasal dari artikel ilmiah dan buku terkait hasil ekskavasi situs
Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang. Adapun hasil penelitian ini adalah
mendeskripsikan temuan alat kebudayaan budaya Hoabinh periode
Mesolitikum, hingga alat kebudayaan Austronesia periode Neolitikum pada
kedua situs tersebut. Berdasarkan hasil tinggalan arkeolgisnya situs Loyang
Mendale dan Ujung Karang sangat berpotensi untuk dijadikan sumber belajar
sejarah, dan dapat dikelompokkan ke dalam KD 3.4 dan 4.4 pada mata
pelajaran Sejarah Indonesia kelas X dengan materi ajar Corak Kehidupan Pra-
Aksara di Indonesia. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan tinggalan
budaya prasejarah setempat diharapkan dapat menumbuhkan minat peserta
didik untuk untuk mencintai sejarah daerahnya.
3. Central Aceh is one of the regencies in Aceh Province which has quite a lot of
prehistoric sites. The area has a hilly topography and on the hillside there is a
niche or umbrella cave that allows it to be used as a place to live. The position of
the niche as a place of settlement is also supported by the availability of food
sources. Lake Lut Tawar which is located around the alcove, is inhabited by
animals such as shellfish and fish that can be consumed, Lake Lut Tawar is also
a stopover and gathering place for animals that need water for drinking, this
condition allows hunting activities as an effort to fulfill their needs (Wiradnyana
& Setiawan, 2011).
4. Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang memiliki
cukup banyak situs prasejarah. Daerah ini memiliki perbukitan topografi dan di
lereng bukit terdapat ceruk atau gua payung yang memungkinkan untuk
digunakan sebagai tempat tinggal. Posisi ceruk sebagai tempat pemukiman juga
didukung oleh ketersediaan sumber pangan. Danau Lut Tawar yang terletak di
sekitar ceruk, dihuni oleh hewan seperti kerang dan ikan yang bisa dikonsumsi,
Danau Lut Tawar juga menjadi persinggahan dan tempat berkumpulnya hewan
yang membutuhkan air untuk minum, kondisi ini memungkinkan untuk berburu
kegiatan sebagai upaya pemenuhan kebutuhannya (Wiradnyana & Setiawan,
2011).
5. In this study, researchers used descriptive qualitative research methods.
Qualitative research is a process to describe a main phenomenon under study
(Creswell, 2015). In addition, descriptive qualitative research aims to explore
and describe an object and relate it to the variables studied (Samsu, 2017).
Therefore, in this study, researchers explore and describe artifacts and fossil
remains from prehistoric times found at the Loyang Mendale and Loyang Ujung
Karang sites to see their potential as sources for learning history. The data
collection technique in this study was a study of literature, articles and scientific
books related to the excavation results at the Loyang Mendale and Loyang
Ujung Karang sites.
6. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu proses untuk menggambarkan
fenomena utama yang diteliti (Creswell, 2015). Selain itu, deskriptif kualitatif
penelitian bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan suatu objek
dan mengaitkannya dengan variabel yang diteliti (Samsu, 2017). Oleh karena
itu, dalam penelitian ini, peneliti mengeksplorasi dan menggambarkan artefak
dan sisa-sisa fosil dari zaman prasejarah ditemukan di Loyang Situs Mendale
dan Loyang Ujung Karang untuk dilihat potensinya sebagai sumber belajar
sejarah.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi literatur,
artikel dan ilmiah buku-buku yang berkaitan dengan hasil penggalian di situs
Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang.
7. The variety of findings in the form of artifacts and fossils from the Mesolithic
period to the Neolithic period at the Loyang Mendale and Loyang Ujung Karang
sites is evidence that since prehistoric times these places have been used as
residential areas. Its very strategic location and rich in food sources is an added
value for hunting and gathering activities. The hallmark of settlements in the
Mesolithic period is that humans have used niches or umbrella caves (Abris
Sous Roche) as a place to live (Jati, 2013). The discovery of artifacts from the
Neolithic period, is strong evidence that the place remained a settlement after the
Mesolithic period.
8. Berbagai temuan berupa artefak dan fosil dari zaman Mesolitikum hingga
zaman Neolitikum di Loyang Mendale dan situs Loyang Ujung Karang adalah
buktinya sejak zaman prasejarah tempat-tempat ini telah ada digunakan
sebagai kawasan pemukiman. Sangat strategi lokasi dan kaya akan sumber
makanan merupakan nilai tambah nilai untuk kegiatan berburu dan meramu.
Itu ciri khas prajurit pada zaman Mesolitikum adalah bahwa manusia telah
menggunakan relung atau paying gua (Abris Sous Roche) sebagai tempat
tinggal (Jati, 2013). penemuan artefak dari Zaman neolitik, merupakan bukti
kuat bahwa tempat tetap pemukiman setelah Mesolitikum Titik.
9. Excavations carried out by the National Archeology Center for the North
Sumatera Region at this site showed various findings. The oldest stone artifacts
found are from the Hoabinh culture belonging to the Mesolithic period. The
findings were in the form of handaxes and flake tools made of rock and shells.
Sumatralith as the main feature of Hoabinh stone tools was also found, the ax
was made of andesitic rock. Furthermore, another stone tool characterized by the
Mesolithic period is an ax with a gravel waist. It was also found that a hammer
made of karts rock, a drill as a piercing tool made of andesitic and limestone
limestone, apart from stone tools, bones made in the form of a long spatula were
also found (Wiradnyana & Setiawan, 2011).
10. Penggalian dilakukan oleh National Balai Arkeologi Sumatera Utara Kawasan
di situs ini menunjukkan berbagai temuan. Itu artefak batu tertua yang
ditemukan berasal dari Budaya Hoabinh milik Mesolitikum Titik. Temuan
berupa kapak genggam dan alat serpih yang terbuat dari batu dan
kerang.Sumatralith sebagai ciri utama Hoabinh alat-alat batu juga ditemukan,
terbuat dari kapak batu andesit. Selanjutnya alat batu lainnya ditandai dengan
periode Mesolitik adalah kapak dengan pinggang kerikil. Ditemukan pula
bahwa palu yang terbuat dari batu karts, bor sebagai penusuk alat yang terbuat
dari batu andesitik dan batu gamping, selain alat batu, tulang dibuat dalam
bentuk sekop panjang juga ditemukan (Wiradnyana dan Setiawan, 2011).

11.
KEKHASAN DAN KEMUTAHIRAN JOURNAL

No Kekhasan dan Kemutahiran Keterangan Halaman


1. Kelengkapan dan Kesesuaian Menggunakan Buku Referensi, All Page
Unsur Journal Buku Monograf
2. Ruang Lingkup dan Kedalaman Isi Journal sudah berdasarkan All Page
Pembahasan Observasi serta Penelitian
terkait, dan menunjukkan bukti,
serta ruang lingkup dan
kedalaman pembahasan yang
ditujukan pada Acuan Literasi
dari Journal Ini
3. Kecukupan, Kemutahiran Data, sudah menggunakan data yang All Page
Metodologi akurat, data terkini (update) dan
metodologi sudah mumpuni
(fokus)
4. Kelengkapan Unsur dan Kualitas Sudah memenuhi Syarat untuk Book
Penerbit akses dalam Websites SINTA
dan memiliki ISBN
5. Etika Akademik tidak ada Plagiasi (kecuali Book
Referensi Terdahulu) Contain
6. Menggunakan Bukti Otentik Sumatralith pada Loyang 62
Mendale, Dari Sumber Balai
Arkeologi Sumatera Utara
7. Menggunakan Bukti Otentik Burial System Pada Loyang 63
Mendale, Dari sumber Balai
Arkeologi Medan
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

No KETERANGAN KELEBIHAN/KELEMAHAN Halaman


1. Sumber literatur dalam KELEBIHAN (Karena masih All Page
penelitian berasal dari artikel menggunakan Literasi/Referensi
ilmiah dan buku terkait hasil terdahulu sebagai penguat
ekskavasi situs Loyang bacaan).
Mendale dan Loyang Ujung
Karang
2. Pembelajaran sejarah dengan KELEBIHAN (Pembelajaran 9
menggunakan tinggalan budaya menggunakan lingkup Sejarah, ini
prasejarah setempat diharapkan merupakan keutamaan
dapat menumbuhkan minat pembelajaran)
peserta didik untuk untuk
mencintai sejarah daerahnya.
3. Pada Journal, menunjukkan KELEMAHAN Contain
bahwa Fasilitator masih
diperbantukan oleh Pihak Luar
Daerah (itu menunjukkan
bahwa Aceh Tengah, masih
belum mumpuni dalam
penelitian dan penulisan terkait
Observasi Mendalam).
4. Terakhir, Secara penyimpulan PROBLEM (BISA JADI All of
(Dari seluruh tulisan terkait KELEMAHAN) Contain
Judul, Tentu masih banyak
penambahan referensi terkait
Adat Gayo yang harus
diterapkan)
REKOMENDASI
Dalam isi Journal, tentu salah satu yang menjadi sumber referensi yang
dapat dijadikan Literasi Tambahan oleh para pembacanya, yang berkaitan
dengan Observasi dan Penelitian, terkait dengan Journal yang satu ini, yaitu
HISTORY, EDUCATIONAL JOURNAL OF HISTORY AND HUMANITIES,
LOYANG MENDALE AND LOYANG UJUNG KARANG SITES AND THEIR
POTENTIAL AS SOURCES FOR LEARNING HISTORY, Oleh Angga Prasetiya,
Suryo Ediyono, saya (reviewer) dapat memberikan REKOMENDASI kepada
para penggemar literasi terkait Adat, Terkhusus Adat Gayo, Apalagi dalam
proses penelitian, maka Journal ini menjadi salah satu yang wajib dibaca,
dikarenakan isinya yang secara Ilmiah dapat dijadikan sumber acuan tambahan
dalam literasi Adat Gayo, dan over all, buku ini bagus dan luar biasa.

KESIMPULAN
Saya (reviewer) Journal, Loyang Mendale and Loyang Ujung Karang
sites are prehistoric sites located in Central Aceh. The findings of the two sites
are very diverse, ranging from tools from the Hoabinh culture to Austronesian
culture. This proves that these two sites played an important role in the
migration of Hoabinh and Austronesian cultures in Indonesia. Based on
Government Regulation No. 57 of 2021 concerning national education
standards, each education unit is given the opportunity to explore the potential of
local content in their respective regions. The use of local history as a source of
historical learning such as the Loyang Mendale and Loyang Ujung Karang sites,
and is a much-needed alternative learning resource apart from textbooks.
Situs Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang merupakan situs
prasejarah yang terletak di Aceh Tengah. Temuan kedua situs tersebut sangat
beragam, mulai dari alat dari budaya Hoabinh hingga budaya Austronesia. Hal
ini membuktikan bahwa kedua situs tersebut berperan penting dalam migrasi
budaya Hoabinh dan Austronesia di Indonesia. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang standar nasional pendidikan, setiap
satuan pendidikan diberi kesempatan untuk menggali potensi muatan lokal di
daerahnya masing-masing. Pemanfaatan sejarah lokal sebagai sumber
pembelajaran sejarah seperti situs Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang,
serta merupakan sumber belajar alternatif yang sangat dibutuhkan selain buku
pelajaran.
Demikian, semoga generasi penerus Budaya, terkhusus Gayo semakin
banyak mencetak buku buku yang bersifat Ilmiah yang dapat menjadi pegangan
yang kuat dalam Literasi Adat Gayo.

Takengon, January 18th 2023


The Reviewer,

MUHAMMAD GITA SWARA MAHARDHIKA


2201106355

You might also like