You are on page 1of 5

JIIA, VOL UME 1 No.

2 , APRIL 2013

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN RISIKO USAHATANI TOMAT


DI KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS

(The Profit and Risk Analysis of Tomato Farming in Sumberejo Subdistrict of Tanggamus Regency)

Neni Heriani, Wan Abbas Zakaria, Achdiansyah Soelaiman

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro
No. 1 Bandar Lampung 35145, Telp. 085789793974, e-mail: neni_heriani@yahoo.com

ABSTRACT

Tomato is one of the considerable potential agricultural products to be developed and cultivated because it
has a high nutrition. In addition to its nutrients that are beneficial to health; tomatoes also provide some
benefits to consumers, producers, and society. However, the fluctuative price of tomatoes at the producer
level could affect the income received by farmers that arouse revenue risk. Therefore, it is necessary to
study the farmers’ income and the level of tomato farm risk. The research was conducted in Argopeni
Region Sumberejo Subdistrict of Tanggamus Regency. This location was chosen purposively. This research
used a survey method in which 56 samples of this research were drawn by a simple random sampling. The
analysis tool used for farmers’ income was R/C ratio; while the level of revenue risk was analyzed by
calculating the variance, standard deviation and coefficient of variation. The research result showed that
the value of R/C ratio was 3.03, it meant that the farming was profitable and viable. Meanwhile, based on
the value of the coefficient variation that was 0.86, it showed that there was magnitude of risk faced by
farmers and the lower earnings limit of tomato farm was Rp -5.985.235. This showed the amount loss that
may be faced by the farmers if there were harm or risk.

Keywords: coefficient variation, lower earnings limt, profit, risk, tomato farm

PENDAHULUAN Kabupaten Tanggamus memiliki areal panen


terluas di Provinsi Lampung, tetapi produksi tomat
Pembangunan pertanian sangat berperan penting di Kabupaten Tanggamus mengalami penurunan
dalam perekonomian nasional yaitu sebagai dari 2.518,8 ton pada tahun 2010 menjadi 1.567,2
pembentukan kapital, penyediaan bahan pangan, ton pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik, 2012).
bahan baku industri, pakan dan bioenergi, Selain itu, produktivitas di Kabupaten Tanggamus
penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara, juga mengalami penurunan dari 6,05 ton/ha
sumber pendapatan serta pelestarian lingkungan menjadi 3,62 ton/ha (Dinas Tanaman Pangan dan
melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan. Hortikultura Kabupaten Tanggamus, 2013).
Pembangunan pertanian bertujuan untuk Menurunnya hasil produksi dan produktivitas
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan tomat menunjukkan indikasi adanya risiko yang
petani, mewujudkan swasembada pangan mempengaruhi tingkat keuntungan usahatani
berkelanjutan, dan meningkatkan penerimaan tomat. Selain itu, harga tomat yang berfluktuasi
devisa (Kementerian Pertanian, 2009). dapat mempengaruhi tingkat keuntungan petani.
Perkembangan harga tomat tingkat produsen dan
Tomat merupakan salah satu komoditas pertanian pengecer di Kabupaten Tanggamus dapat dilihat
yang cukup potensial untuk dikembangkan dan pada Tabel 1.
dibudidayakan di daerah tropis karena memiliki
gizi yang tinggi dan dapat dimanfaatkan oleh Merujuk pada data perkembangan harga tomat
masyarakat sebagai sumber vitamin dan mineral. tingkat produsen dan pengecer di Kabupaten
Kandungan dan komposisi gizi pada tomat sangat Tanggamus tahun 2012 yang disajikan pada Tabel
bermanfaat bagi kesehatan. Tomat tidak hanya 1 diketahui bahwa harga tomat berfluktuasi di
dikonsumsi sebagai buah segar, tetapi juga tingkat produsen maupun konsumen. Fluktuasi
digunakan sebagai bahan penyedap dan bahan harga seringkali merugikan petani karena petani
industri makanan dan minuman. Selain itu, tomat pada umumnya tidak dapat mengatur waktu
memberikan keuntungan bagi produsen, penjualan untuk mendapatkan harga jual yang
konsumen, dan masyarakat (Cahyono, 2008). lebih menguntungkan (Irawan, 2007).

169
JIIA, VOL UME 1 No. 2 , APRIL 2013

Tabel 1. Perkembangan harga tomat tingkat tomat per musim digunakan rumus (Soekartawi,
produsen dan pengecer di Kabupaten 1994) :
Tanggamus Tahun 2012
π = TR – TC ………………………… (1)
Harga Tomat (Rp/Kg) Marjin
Bulan
Produsen Pengecer (Rp/kg) Keterangan:
Januari 4.900 7.400 2.500 π = Keuntungan
Februari 4.375 7.375 3.000 TR = Total penerimaan
Maret 2.100 2.760 660 TC = Total biaya
April 2.750 3.600 850
Mei 1.950 2.440 490
Juni 1.950 3.700 1.750 Untuk mengetahui apakah usahatani
Juli 3.000 3.500 500 menguntungkan atau tidak digunakan rumus:
Agustus 2.750 3.500 750
September 3.250 5.000 1.750 R/C Ratio = TR/TC …………………. (2)
Oktober 3.250 5.000 1.750
November 2.750 4.000 1.250 Ada tiga kriteria dalam perhitungan, yaitu :
Desember 3.125 4.750 1.625 a. R/C > 1, usahatani menguntungkan dan layak
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Lampung Tahun 2013
diusahakan
b. R/C = 1, usahatani berada pada titik impas
Harga yang relatif stabil dapat meningkatkan (Break Event Point)
pendapatan petani seiring dengan produksi yang c. R/C < 1, usahatani tidak menguntungkan atau
meningkat. Harga yang rendah menggambarkan tidak layak diusahakan.
produksi dan pasokan tomat yang melimpah,
sebaliknya harga yang tinggi menggambarkan Tingkat risiko usahatani ditentukan berdasarkan
sedikitnya produksi dan kurangnya pasokan. nilai koefisien variasi (Pappas dan Hirschey,
Rendahnya harga tomat pada musim panen raya 1995):
berakibat pada keuntungan yang diterima petani
menjadi rendah. Oleh karena itu, naik turunnya CV = ………………………….(3)
harga menjadi salah satu risiko yang harus diterima
petani. Untuk menjaga tingkat usahatani tomat
yang menguntungkan maka penelitian ini perlu Keterangan :
dilakukan. CV = Koefisien variasi
σ = Simpangan baku (rupiah)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat E = Keuntungan rata-rata (rupiah)
keuntungan usahatani tomat di Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus. Selain itu, Semakin besar nilai koefisien variasi (CV),
penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis semakin besar risiko yang harus ditanggung petani
tingkat risiko usahatani tomat di Kecamatan tomat. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus. nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin
diterima oleh petani. Apabila nilainya kurang dari
METODE PENELITIAN nol, maka kemungkinan besar akan mengalami
kerugian. Rumus batas bawah keuntungan
Penelitian dilakukan di Pekon Argopeni (Kadarsan, 1995):
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
Lokasi penelitian ditentukan dengan sengaja L = E – 2V ……………………… (4)
(purposive), dengan pertimbangan daerah ini
merupakan sentra produksi tomat di Kecamatan Keterangan:
Sumberejo. Responden pada penelitian ini L = Batas bawah
berjumlah 56 orang yang diambil secara acak E = Rata-rata keuntungan yang diperoleh
sederhana dari populasi sejumlah 216 petani tomat V = Simpangan baku
(Sugiarto, 2003).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan rumus R/C rasio dan koefisien Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
variasi. Untuk mencari keuntungan usahatani umur petani adalah 38,2 tahun, sehingga secara
umum responden tergolong dalam usia produktif

170
JIIA, VOL UME 1 No. 2 , APRIL 2013

(Mantra, 2004). Pada usia ini, petani mempunyai Tabel 2. Penerimaan, biaya dan keuntungan
kemampuan yang besar dalam menyerap informasi usahatani tomat di Kecamatan
dan teknologi yang inovatif di bidang pertanian, Sumberejo Kabupaten Tanggamus
sehingga dapat menambah keterampilan dalam
berusahatani yang dapat meningkatkan hasil No. Uraian Nilai (Rp) %
produksi dan keuntungan (Subagio dan Manoppo, 1. Penerimaan 12.077.841,46 100,00
2011). Selain itu, semakin tua umur petani, 2. Biaya benih 524.113,52 4,33
semakin banyak pengalaman berusahatani dan 3. Biaya pupuk 731.320,54 6,05
berhati-hati dalam membuat keputusan, karena 4. Biaya obat-obatan 250.062,50 2,07
5. Biaya tenaga kerja 1.420.403,34 11,72
mempertimbangkan resiko yang diterima.
6. Biaya penyusutan 641.558,04 5,31
7. Biaya sewa 400.394,74 3,31
Tingkat pendidikan rata-rata petani tergolong 8. Biaya lainnya 18.261,16 0,15
tinggi yaitu SMA. Semakin tinggi tingkat Biaya Total 3.986.114,14
pendidikan, semakin berkembang pola berpikirnya Keuntungan 11.030.913,25
sehingga dapat dengan mudah mengambil R/C 3,03
keputusan dalam pengelolaan usahatani tomat dan % dari penerimaan
secara tidak langsung berpengaruh pada
peningkatan hasil produksi (Budi dan Karmini, Besarnya penerimaan usahatani tomat sangat
2011). Peningkatan produksi tersebut dapat dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga yang
mempengaruhi keuntungan yang diterima petani. diterima petani. Walaupun produksi yang
dihasilkan petani tinggi, sering kali harga yang
Tanggungan keluarga sebagian besar petani diterima petani rendah, sehingga menyebabkan
responden adalah sebanyak 3-4 orang dan jumlah kerugian dalam usahataninya.
ini tergolong kategori sedang. Semakin banyak
tanggungan keluarga, semakin banyak ketersediaan Hasil penelitian menunjukkan nilai R/C atas biaya
tenaga kerja untuk usahatani, sehingga dapat total sebesar 3,03, atau lebih besar dari 1 (3,03 >
meningkatkan keuntungan. Menurut Subagio dan 1). Hal ini berarti bahwa usahatani tomat yang
(2011), apabila tanggungan keluarga tersebut tidak dilakukan oleh petani di Kecamatan Sumberejo
dapat menyumbangkan tenaganya, maka akan Kabupaten Tanggamus secara ekonomi
berdampak negatif untuk usahataninya. Bagi menguntungkan dan layak diusahakan.
anggota keluarga yang tidak menyumbangkan
tenaganya akan menjadi beban bagi petani, Risiko Usahatani Tomat
sehingga risiko berusahatani menjadi tinggi.
Risiko usahatani terjadi selama proses produksi
Pengalaman rata-rata usahatani tomat adalah berlangsung dan risiko terhadap harga jual.
selama 9 tahun yang dikategorikan rendah. Menurut petani terdapat beberapa faktor yang
Pengalaman petani menentukan keterampilan atau berkaitan dengan risiko, baik faktor eksternal
kemampuan dalam mengelola usahataninya. maupun internal. Faktor ekternal ditunjukkan
Menurut Lamusa, (2010), semakin lama petani melalui perubahan iklim/cuaca, serangan OPT,
menggeluti usahataninya, maka semakin banyak harga sarana produksi, harga output, sedangkan
pengalaman yang diterimanya. Oleh karena itu, faktor internal ditunjukkan melalui ketersediaan
lamanya pengalaman akan membantu petani untuk modal penguasaan lahan dan kemampuan
mencegah hal-hal yang menimbulkan kerugian manajerial (Saptana, Daryanto, dan Kuntjoro,
usaha (risiko). Walaupun pengalaman petani 2009).
dikategorikan rendah, tetapi petani sudah sering
berusahatani tomat sehingga dapat dikatakan Risiko produksi berasal dari serangan hama dan
mampu dalam pengelolaan usahatani tomat. penyakit yang menyerang secara mendadak dan
bersifat meluas, sehingga dapat mengakibatkan
Keuntungan Usahatani Tomat penurunan hasil hingga mencapai 65% dari total
penanaman bahkan berakibat gagal panen
Keuntungan merupakan pendapatan yang (Cahyono, 2008). Berdasarkan penelitian, serangan
diperoleh petani dari usahatani tomat yang dapat hama yang sering terjadi adalah ulat penggerek
diketahui dari selisih antara penerimaan total dan buah yang meyebabkan lubang pada buah,
biaya total (Pata, 2011). Rincian penerimaan, sehingga tomat membusuk karena infeksi sekunder
biaya dan keuntungan usahatani tomat dapat dilihat oleh organisme lain, sedangkan penyakit yang
pada Tabel 2. sering menyerang adalah jamur, layu bakteri dan

171
JIIA, VOL UME 1 No. 2 , APRIL 2013

virus. Jamur tersebut menyebabkan buah tomat bawah keuntungan sebesar Rp -5.985.235,54.
membusuk. Layu bakteri ditunjukkan melalui Hal ini berarti petani berpeluang mengalami
pertumbuhan tanaman tidak sempurna atau kerdil, kerugian.
dan virus menyerang pada bagian daun yang
ditunjukkan adanya bintik-bintik pada daun Saran
kemudian daun menggulung ke bawah dan ke
samping yang akhirnya daun tersebut berkerut dan 1. Petani diharapkan dapat mempertahankan
rapuh, akibatnya kuantitas dan kualitas hasil panen usahatani tomat mengingat secara ekonomi
tomat rendah. usahatani ini menguntungkan walaupun
mengandung risiko. Selain itu, petani juga
Menurut petani, ketersediaan modal menjadi faktor diharapkan dapat memperhatikan harga jual dan
risiko yang dianggap mempengaruhi petani memberikan perawatan secara intensif sehingga
terhadap usahatani tomat. Apabila modal yang pendapatan bisa lebih ditingkatkan dan dapat
dimiliki petani sedikit, maka kegiatan usahatani mengurangi risiko usahatani tomat.
tidak berjalan dengan baik. Sebaliknya, jika modal 2. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan
yang dimiliki petani banyak, kemungkinan kegiatan sekolah lapangan bagi petani agar
dianggap tidak ada masalah dengan risiko petani dapat mengetahui cara penanggulangan
usahatani tomat. serangan hama dan penyakit sehingga dapat
memperkecil risiko gagal pada usahatani tomat.
Keterbatasan adanya informasi pasar bagi petani,
baik informasi mengenai sarana produksi maupun DAFTAR PUSTAKA
informasi harga (harga sarana produksi dan harga
produk) juga menjadi penyebab terjadinya risiko. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012.
Selain itu, pengetahuan petani mengenai informasi Produksi Tanaman Sayuran dan Biofarmaka
gejala-gejala alam (iklim/cuaca) yang sulit (Obat-Obatan) Provinsi Lampung Tahun
diprediksi masih kurang, sehingga hal itu juga 2009. BPS Propinsi Lampung. Bandar
menjadi penyebab terjadinya risiko yang dapat Lampung.
merugikan petani. Budi S. dan Karmini. 2011. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Jumlah Penggunaan Pupuk
Harga tomat yang tidak stabil juga dapat Pada Usahatani Tomat Di Desa Bangunrejo
mempengaruhi penerimaan yang diterima petani. Kecamatan Tenggorong Seberang Kabupaten
Hasil penelitian menunjukkan usahatani tomat Kartanegara”. Jurnal Ekonomi Pertanian dan
menghadapi risiko keuntungan sebesar 0,86. Pembangunan. 8(2): 18-27. Program Studi
Artinya, untuk setiap satu rupiah dari keuntungan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
yang diperoleh petani, maka risiko (kerugian) yang Mulawarman. Samarinda.
dihadapi adalah sebesar 0,86 rupiah. Batas bawah Cahyono B 2008. Tomat; Usahatani dan
pendapatan (L) yang dihasilkan usahatani tomat Penanganan Pascapanen. Kanisius.
sebesar Rp -5.985.235,54. Angka tersebut Yogyakarta.
menunjukkan jumlah kerugian yang mungkin Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
ditanggung petani jika terdapat kerugian atau Provinsi Lampung. 2013. Perkembangan
risiko. Oleh karena itu, untuk mengendalikan Harga Tomat di Tingkat Petani dan Pengecer
risiko dan kerugian, petani harus meningkatkan di Provinsi Lampung. Lampung.
perawatan secara intensif dan mencermati Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
perkembangan harga tomat yang terjadi di pasaran. Kabupaten Tanggamus. 2013. Angka
Perhitungan Produksi Tanaman Pangan dan
KESIMPULAN DAN SARAN Hortikultura di Kabupaten Tanggamus.
Tanggamus
Kesimpulan Irawan B. 2007. “Fluktuasi Harga, Transmisi
Harga, dan Marjin Pemasaran Sayuran dan
1. Usahatani tomat di Kecamatan Sumberejo Buah”. Analisis Kebijakan Pertanian
Kabupaten Tanggamus menguntungkan sebesar 5(4):358-373. Pusat Analisis Sosial Ekonomi
Rp 11.030.913,25 dengan nilai R/C ratio 3,03 dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
atas biaya total. Kadarsan HW. 1995. Keuangan Pertanian dan
2. Usahatani di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT
Tanggamus mengandung risiko dengan nilai Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
koefisien variasi sebesar 0,86 dan nilai batas

172
JIIA, VOL UME 1 No. 2 , APRIL 2013

Kementerian Pertanian. 2009. Rancangan Rencana Produksi Cobb-Douglas. PT Rajawali.


Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2009- Jakarta.
2014. Kementrian Pertanian. Indonesia. Saptana Arief D Heny KD. Kuntjoro. 2009.
www.deptan.go.id. Rancangan Renstra Deptan “Analisis Perilaku dan Strategi Pengelolaan
2010-2014 Lengkap. Diakses tanggal 8 Risiko Petani Cabai Merah pada Lahan Kering
Desember 2011. Dataran Tinggi di Jawa Tengah”. Jurnal Sosio
Lamusa A. 2010. “Risiko Usahatani Padi Sawah Ekonomika 15(2):92-105. Jurusan Sosial
Rumah Tangga Di Daerah Impenso Provinsi Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Sulawesi Tengah”. Jurnal Agroland. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
17(3):226-232. Jurusan Sosial Ekonomi Subagio H Conny NM. 2011. Hubungan
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Karakteristik Petani dengan Usahatani Cabai
Tadulako. Sulawesi Tengah. Sebagai Dampak Dari Pembelajaran FMA
Mantra IB. 2004. Demografi Umum. Pustaka (Studi Kasus Di Desa Sunju Kecamatan
Pelajar. Yogyakarta. Marawola Provinsi Sulawesi Tengah). Balai
Pappas JM. Hierschey, M. 1995. Ekonomi Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Managerial Edisi Keenam Jilid II. Binarupa Tengah. (https://docs. google.com/viewer?a
Aksara. Jakarta. =v&q=cache:f4eYN9QVXtEJ:jatim.litbang.de
Pata AA. 2011. “Analisis Pendapatan dan ptan.go.id/ind/index. Diakses tanggal 30 Maret
Kelayakan Usaha Tanaman Tomat”. Jurnal 2013.
Vegeta. 5(1):56-62. Sekolah Tinggi Ilmu Sugiarto. 2003. Teknik Sampling. PT Gramedia
Pertanian. Maros. Pustaka Utama. Jakarta.
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi
Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi

173

You might also like