You are on page 1of 9

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (3): 79 - 87

ISSN: 0852-3581
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/
THE PERFORMANCE OF BROILER REARING IN SYSTEM STAGE FLOOR
AND DOUBLE FLOOR

Muhammad Khairul Umam1, Heni Setyo Prayogi2 and V.M. Ani Nurgiartiningsih2
Student at Animal Production Department, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang.
1

Lecturer at Animal Production Department, Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang.
2

Email :muhammadkhairulumam@gmail.com

ABSTRACT
This research was aimed to study the performance of broiler raising in this system.The
data of performance was obtained from 100 houses which divided into two equal of house
numbers (50 houses with stage floor system and 50 houses with double floor system). The
obtained data was analyzed using T-test (Independent samples T-test) to see the difference in
between. The result of this research showed that there were highly significant differences
(P<0.01) on final weight, body weight gain, FCR, and depletion of broiler raising in different
floor system. However, the different floor system did not contribute differences (P>0.05)on
feed consumption. The conclusion of this research was that the performance of broiler raising
at stage floor system has a better performance than those at double floor system.

Keywords :Temperature, slaughter weight, depletion.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIPELIHARA PADA


SISTEM LANTAI KANDANG PANGGUNG DAN KANDANG BERTINGKAT

Muhammad Khairul Umam1, Heni Setyo Prayogi2 dan V.M. Ani Nurgiartiningsih2
1
Mahasiswa Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang
2
Dosen Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang
Email: muhammadkhairulumam@gmail.com

ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pada penampilan produksi ayam
pedaging strain Cobb yang dipelihara pada kandang panggung dan kandang bertingkat.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam pedaging strain Cobb yang
dipelihara oleh 50 peternak kandang panggung dan 50 peternak kandang bertingkat.Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan, yaitu dengan membandingkan
penampilan produksi ayam pedaging yang dipelihara pada kandang panggung dan kandang
bertingkat yang dipanen pada umur 36 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan Uji T (Independent samples T-test). Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi konsumsi pakan, bobot panen, Pertambahan Bobot Badan (PBB), Feed
Conversion Ratio (FCR) dan deplesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem lantai
kandang panggung dan kandang bertingkat memberikan pengaruh yang sangat nyata
(P<0,01) terhadap bobot panen, PBB, FCR, dan deplesi. Sistem lantai kandang panggung dan
kandang bertingkat memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi
pakan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah penampilan produksi
ayam pedaging yang dipelihara pada kandang panggung lebih bagus dibandingkan dengan
kandang bertingkat.

Kata Kunci : Temperatur, bobot panen, deplesi


J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24(3):79 – 87

PENDAHULUAN
Secara ekonomi, Indonesia kelebihan dan kekurangan dari masing-
merupakan Negara berkembang. Seiring masing sistem tersebut sangat diperlukan.
dengan naiknya pendapatan perkapita Hal ini disebabkan karena adanya sistem
penduduk, maka kebutuhan akan protein lantai yang berbeda dapat mempengaruhi
hewani bagi masyarakat juga meningkat. kenyamana ternak yang dipelihara. Sistem
Ayam pedaging (broiler) merupakan salah lantai kandang yang berbeda akan
satu komoditi unggas yang memberikan menghadirkan perbedaan pula terhadap
kontribusi besar dalam memenuhi suhu, kelambaban dan sirkulasi udara.
kebutuhan protein asal hewani bagi
masyarakat Indonesia.Kebutuhan daging MATERI DAN METODE
ayam setiap tahunnya mengalami PENELITIAN
peningkatan, karena harganya yang Penelitian ini dilaksanakan di
terjangkau oleh semua kalangan Tulungagung dengan tipe lantai kandang
masyarakat.. Broiler adalah jenis ternak yang berbeda (panggung dan bertingkat)
unggas yang memiliki laju pertumbuhan yaitu di peternakan mitra PT. Surya Mitra
yang sangat cepat, karena dapat dipanen Farm Tulungagung. Penelitian ini
pada umur 5 minggu.Keunggulan broiler dilaksanakan mulai bulan April–Mei 2015.
didukung oleh sifat genetik dan keadaan Materi yang digunakan dalam penelitian
lingkungan yang meliputi makanan, ini adalah ayam pedagingstrain Cobb yang
temperatur lingkungan, dan pemeliharaan. dipelihara oleh peternak binaan (plasma)
Penampilan ayam pedaging yang dari PT. Surya Mitra Farm melalui
bagus dapat dicapai dengan sistem kemitraan dengan menggunakan sistem
peternakan intensif modern yang kandang open house. Pemilihan kandang
bercirikan pemakaian bibit unggul, pakan didasarkan pada sistem lantai kandang
berkualitas, serta perkandangan yang yang di pergunakan oleh peternak. Adapun
memperhatikan aspek kenyamanan dan jumlah kandang adalah 50 kandang
kesehatan ternak (Nuriyasa, panggung dan 50 kandang bertingkat.
2003).Kandang dalam pemeliharaan ayam Metode yang digunakan dalam
pedaging memegang peranan yang penelitian ini adalah metode percobaan,
penting.Tingkat keberhasilan dalam yaitu dengan membandingkan penampilan
pemeliharaan bergantung pada kandang produksi ayam pedaging yang dipelihara
yang digunakan, oleh karena itu kondisi pada kandang panggung dan kandang
kandang harus diperhatikan dengan baik bertingkat yang dipanen pada umur 36
terutama mengenai temperatur lingkungan, hari.Melakukan survei dan observasi untuk
kelembaban dan sirkulasi udara.Tipe pengambilan data yang berkaitan dengan
kandang yang sering digunakan oleh penampilan produksi ayam pedaging.
peternak di Indonesia dalam budidaya
ayam pedaging adalah kandang panggung
dan kandang bertingkat.Dengan
memperhatikan adanya perbedaan sistem
lantai kandang yang dipergunakan oleh
peternak (kandang panggung dan kandang
bertingkat), maka informasi mengenai

2
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24(3):79 – 87

VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang diamati dalam ANALISA DATA
penelitian ini meliputi : Data yang diperoleh dianalisis
1. Konsumsi Pakan terlebih dahulu dengan menggunakan Uji
Jumlah pakan yang di konsumsi F (F-Test Two-Sample for Variances)
oleh ayam pedaging selama untuk melihat varian pada data tersebut
pemeliharaan hingga panen. equal atau unequal. Selanjutnya data
dianalisis dengan menggunakan Uji T
2. Bobot Panen (Independent samples T-test) untuk
Bobot akhir atau bobot final melihat adanya pengaruh penggunaan tipe
ayam pedaging yang didapatkan kandang panggung dan kandang tingkat
selama masa pemeliharaan hingga terhadap penampilan produksi ayam
panen. pedaging.

3. Pertambahan Bobot Badan HASIL DAN PEMBAHASAN


(PBB) PBB = BBpanen – BB Hasil penelitian mengenai
awal penampilan produksi ayam pedaging yang
dipelihara pada sistem lantai kandang
4. Feed Convertion Ratio (FCR) panggung dan bertingkat disajikan pada
Perbandingan antara konsumsi Tabel 1. Rataan dan simpangan baku
pakan dengan produksi bobot akhir. konsumsi pakan, bobot panen,
Konsumsi Pakan Bobot Akhir Pertambahan Bobot Badan (PBB), Feed
FCR = Conversion Ratio (FCR) dan deplesi. Hasil
analisis dengan uji T menunjukkan bahwa
5. Deplesi sistem lantai kandang panggung dan
Deplesi merupakan tingkat kandang bertingkat berbeda sangat nyata
kematian dan culling dalam (P<0,01) terhadap bobot badan, PBB,
pemeliharaan selama satu kali FCR, deplesi dan tidak berbeda nyata
produksi yang biasanya dihitung (P>0,05) pada konsumsi pakan.
dalam persentase.
Jumlahayam mati +
Deplesi = x
cullingJumlahkeseluruhan ayam

3
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24(3):79 – 87

Tabel 1. Rataan dan simpangan baku konsumsi pakan, bobot panen, Pertambahan Bobot Badan
(PBB), Feed Conversion Ratio (FCR) dan deplesi.

Variabel Rataan dan SB


K.Panggung K.Bertingkat
Rata-rata komsumsi pakan (kg/ekor) 3,33 ± 0,13 3,40 ± 0,27
Bobot panen (kg/ekor) 1,93 ± 0,08** 1,80 ± 0,15
PBB (kg/ekor) 1,89 ± 0,08** 1,76 ± 0,15
FCR 1,73 ± 0,01** 1,87 ± 0,17
Deplesi (%)
Keterangan 4,54(P<0,01).
:** Menunjukkan perbedaan yang sangat nyata ± 0,01** 7,76 ± 0,04

Pengaruh Sistem Lantai dapat menampilkan produksinya secara


KandangPanggung dan Kandang optimal bisa disebabkan karena tidak
Bertingkat Terhadap Konsumsi Pakan terserapnya nutrisi pada pakan secara
Rataan Konsumsi pakan pada optimal.Menurut Suarjaya dkk (2010)
kandang panggung sebesar 3,33 kg/ekor, untuk mendapatkan produksi yang baik
sedangkan pada kandang bertingkat adalah perlu diadakan kontrol dengan
sebesar 3,40 kg/ekor. Konsumsi pakan penimbangan yang teratur setiap
pada kandang bertingkat cenderung lebih minggunya.Apabila berat ayam belum
tinggi 0,07 kg/ekor daripada konsumsi memenuhi standar, maka jumlah pakan
pakan pada kandang panggung. Hal ini dapat ditambah dengan prosentase
berarti bahwa terdapat selisih penggunaan kekurangan berat badan dari
pakan sebanyak 700 kg untuk 10.000 ekor standar.Ditambahkan oleh Kusnadi dkk.
setiap periode. Berdasarkan hasil uji T (2006) ayam mengkonsumsi ransum untuk
menunjukkan bahwa sistem lantai yang memenuhi kebutuhan energinya, sebelum
berbeda tidak pengaruh yang nyata kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan
(P>0,05) terhadap konsumsi pakan. Hal ini terus makan lebih banyak.
disebabkan karna untuk alokasi jumlah Hasil analisis menunjukkan tidak ada
pakan yang diperoleh setiap periode perbedaan yang nyata (P>0,005) pada
pemeliharaan pada peternak binaan konsumsi pakan, tetapi rataan konsumsi
(plasma) sudah ditentukan oleh peusahaan. pakan pada kandang bertingkat cenderung
Menurut Insani (2010) bahwa lebih tinggi dibandingkan kandang
kandang merupakan bangunan tempat panggung.Hal ini menunjukkan bahwa
tinggal ayam pedaging mulai awal konsumsi pakan pada kandang panggung
kehidupannya sampai dipanen, sehingga cenderung lebih bagus dari pada kandang
jika kandang tidak diperhitungkan secara bertingkat.
baik kenyamanannya, maka ayam
pedaging tidak dapat menampilkan Pengaruh Sistem Lantai Kandang
produksinya secara optimal.Rasa nyaman Panggung dan Kandang Bertingkat
(comfortable) ternak dalam kandang Terhadap Bobot Panen
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti Hasil uji Tmenunjukkan bahwa sistem
suhu, kelembaban, tingkat kepadatan lantai kandang yang berbeda berpengaruh
ternak dan jenis lantai kandang yang sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot
dipergunakan.Ayam pedaging yang tidak panen. Rataan bobot panen pada kandang

4
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24(3):79 – 87

panggung sebesar 1,93 kg/ekor, sedangkan


pada kandang bertingkat adalah sebesar Pengaruh Sistem Lantai Kandang
1,80 kg/ekor. Bobot panen pada kandang Panggung dan Kandang Bertingkat
panggung lebih besar 0.13 kg/ekor Terhadap Pertambahan Bobot Badan
dibandingkan kandang bertingkat.Peternak (PBB)
kandang panggung lebih untung hingga Konsumsi pakan yang tinggi
1.300 kg untuk 10.000 ekor setiap periode. seharusnya diikuti oleh PBB yang tinggi
Perusahaan selalu memberikan pakan dan begitupun sebaliknya.Hal ini
dengan jumlah dan kandungan nutrisi yang berhubungan dengan proses metabolisme
sama pada semua peternak.Hal ini yang terjadi dalam tubuh ternak yang
bertujuan untuk mendapatkan bobot panen akhirnya hasil proses tersebut digunakan
ayam pedaging yang seragam. untuk pertumbuhan dan produksi. Hasil
Perkandangan merupakan salah satu penelitian menunjukkan rataan PBB pada
faktor penentu yang mempengaruhi bobot kandang panggung sebesar 1,89 kg/ekor,
panen ayam pedaging. Ayam akan sedangkan pada kandang bertingkat adalah
berproduksi secara optimal apabila berada sebesar 1,76 kg/ekor. Konsumsi pakan
pada zona nyaman (Comfort zone). yang tinggi pada kandang bertingkat tidak
Menurut Engga (2011) keunggulan diikuti dengan PBB yang tinggi.Kandang
kandang panggungyaitu, kotoran ayam panggung cenderung memiliki PBB yang
jatuh ke kolong kandang sehingga lantai lebih tinggi. Hasil uji Tmenunjukkan
tetap kering dan tidak kotor.Hal ini dapat bahwa pada sistem lantai kandang yang
mengurangi resiko terkena penyakit yang berbeda berpengaruh sangat nyata
berhubungan dengan kotoran dan (P<0,01) terhadap PBB.
litter.Selain itu, tekanan stress karena Menurut Wahju (2004) konsumsi
panas (heat stress) berkurang. pakan merupakan aspek terpenting dalam
Ditambahkan oleh Huda (2011) karena pembentukan jaringan tubuh sehingga
kandang panggung memiliki cukup banyak meningkatkan pertambahan bobot
sehingga sirkulasi udara didalam kandang badan.Ditambahkan oleh Wijayanti (2011)
panggung akan lebih baik dibandingkan bahwa kecepatan pertumbuhan
dengan kandang bertingkat yang kurang dipengaruhi oleh genetik (strain), jenis
akan ventalasi. Suhu dan kelembaban di kelamin, lingkungan, manajemen
kandang panggung akan lebih rendah, pemeliharaan, kualitas dan kuantitas pakan
sedangkan di kandang bertingkat akan yang dikonsumsi.Pertumbuhan merupakan
lebih tinggi. interaksi antara faktor genetik dan faktor
Hasil analisis menunjukkan perbedaan lingkungan (Petrawati, 2003).
yang sangat nyata (P<0,01) pada bobot Tabara (2012) menyatakan bahwa
panen, rataan bobot panen pada kandang panas yang ekstrim atau dingin akan
panggung cenderung lebih tinggi mempengaruhi penampilan unggas dengan
dibandingkan kandang bertingkat. Hal ini mengurangi pertambahan bobot badan dan
berarti bahwa bobot panen pada kandang menurunkan produksi telur, juga
panggung lebih bagus dari pada kandang meningkatkan kematian dan peka terhadap
bertingkat. penyakit. Perubahan yang terjadi secara
fisiologis sebagai akibat dari suhu
lingkungan yang tinggi adalah fungsi

5
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24(3):79 – 87

hormon tinggi yang pada akhirnya akan


mempengaruhi metabolisme. (2012) bahwa nilai FCR pada
Hasil analisis menunjukkan perbedaan pemeliharaan ayam pedaging sangat
yang sangat nyata (P<0,01) pada PBB, berkaitan dengan nilai ekonomi dan
hasil rataan PBB pada kandang panggung jumlah pakan yang lebih banyak tentunya
cenderung lebih tinggi dibandingkan akan mengurangi keuntungan yang
kandang bertingkat. Hal ini berarti bahwa didapatkan. Rao et al. (2002) menyatakan
PBB pada kandang panggung lebih bagus bahwa konsumsi pakan yang tinggi dan
dari pada kandang bertingkat. produksi yang rendah penyebab utama dari
tingginya nilai FCR ayam pedaging.
Pengaruh Sistem Lantai Kandang Hasil analisis menunjukkan perbedaan
Panggung dan Kandang Bertingkat yang sangat nyata (P<0,01) pada FCR,
Terhadap Feed Conversion Ratio (FCR) hasil rataan FCR pada kandang bertingkat
Berdasarkan hasil uji T menunjukkan cenderung lebih tinggi dibandingkan
bahwa sistem lantai kandang yang berbeda kandang panggung. Hal ini berarti bahwa
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) FCR pada kandang panggung lebih bagus
terhadap FCR. Rataan FCR kandang dari pada kandang bertingkat.
panggung sebesar 1,73, sedangkan pada
kandang bertingkat adalah sebesar 1,87. Pengaruh Sistem Lantai Kandang
FCR pada kandang bertingkat cenderung Panggung dan Kandang Bertingkat
lebih tinggi daripada FCR pada kandang Terhadap Deplesi
panggung. Menurut Wijayanti (2011) Berdasarkan hasil uji T menunjukkan
bahwa tinggi rendahnya angka konversi bahwa sistem lantai kandang yang berbeda
pakan disebabkan oleh adanya selisih yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
semakin besar atau kecil pada terhadap deplesi. Rataan deplesi kandang
perbandingan antara pakan yang panggung sebesar 4,54%, sedangkan pada
dikonsumsi dengan pertambahan bobot kandang bertingkat adalah sebesar 7,76%.
badan yang dicapai. Ditambahkan oleh Deplesi pada kandang bertingkat
Siregar (2005) bahwa konversi pakan cenderung lebih tinggi daripada deplesi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pada kandang panggung.Menurut Hardini
genetik, bentuk pakan, temperatur, (2003) bahwa angka kematian merupakan
lingkungan, konsumsi pakan, berat badan, faktor penting dalam mengukur
dan jenis kelamin. keberhasilan manajemen
Sirkulasi udara yang kurang baik pemeliharaan.Petrawati (2003)
menyebabkan pengaruh yang kurang baik menambahkan bahwa standar kematian
pada ternak. Perbaikan konversi pakan ayam selama periode pertumbuhan adalah
mempunyai arti penting karena berkaitan 5%.
dengan efisiensi biaya produksi.Nilai Deplesi merupakan tingkat angka
konversi pakan yang tinggi menunjukkan kematian dan culling dalam satu periode
bahwa efisiensi pemanfaatan pakan kurang pemeliharaan adapun faktor yang
baik, sebaliknya nilai koversi pakan yang menyebabkan angka kematian yaitu
rendah menunjukkan bahwa makin banyak lingkungan, genetik dan penyakit.Menurut
pakan yang dimanfaatkan oleh ternak North et al. (2004) tingkat deplesi
(Bently, 2003).Ditambahkan oleh Risnajati dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kebersihan lingkungan,
6
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24(3):79 – 87

sanitasi peralatan kandang, serta suhu


udara lingkungan.Kusandi (2006) Hasil analisis menunjukkan perbedaan
menambahkan bahwa faktor- faktor yang yang sangat nyata (P<0,01) pada deplesi,
mempengaruhi angka deplesi diantaranya hasil rataan deplesi pada kandang
adalah sanitasi kandang dan peralatan, bertingkat cenderung lebih tinggi
kebersihan lingkungan serta penyakit. dibandingkan kandang panggung. Hal ini
Standar manajemen pemeliharaan dari berarti bahwa deplesi pada kandang
perusahaan juga harus diperhatikan oleh panggung lebih bagus dari pada kandang
peternak. Risnajati (2012) menyatakan bertingkat.
bahwa menjalankan manajemen yang baik
akan menekan angka kematian, selain itu KESIMPULAN
pemberian vaksin maupun obat-obatan Kesimpulan yang dapat diambil dari
harus sesuai dosis yang dibutuhkan. hasil penelitian ini adalah penampilan
Fatafta (2007) menambahkan bahwa yang produksi ayam pedaging yang dipelihara
perlu diperhatikan dalam menekan angka pada kandang panggung lebih bagus
kematian adalah mengontrol kesehatan dibandingkan dengan kandang bertingkat,
ayam, mengontrol kebersihan tempat karena pada kandang panggung diperoleh
pakan dan minum, melakukan vaksinasi rataan konsumsi pakan yang lebih rendah,
teratur, memisahkan ayam yang terkena rataan bobot panen yang lebih tinggi,
penyakit dengan ayam sehat. rataan Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Kusnadi dkk (2006) menyatakan yang lebih tinggi, rataan Feed Conversion
bahwa pada kandang bertingkat sirkulasi Ratio (FCR) yang lebih rendah dan rataan
udara yang kurang lancar mengakibatkan angka deplesi yang lebih rendah.
kurangnya suplai O2 ke dalam kandang
dan pembuangan NH3, H2S dan CO2 jadi SARAN
tidak lancar.Hal ini menyebabkan Hasil penelitian ini dapat disarankan
temperatur di dalam kandang menjadi bahwa untuk mendapatkan penampilan
lebih tinggi. Selain adanya kontak produksi yang lebih baik maka
langsung ternak dengan litter hal tersebut pemeliharaan ayam pedaging strain Cobb
juga dapat meningkatkan resiko sebaiknya apabila dipelihara menggunakan
terserangnya penyakit dan kematian pada kandang panggung. Pemeliharaan ayam
ternak. pedaging pada kandang bertingkat
Penampilan produksi ditunjukkan diharapkan untuk meningkatkan
dengan bobot akhir, angka konversi pakan manajemen pemeliharaan agar ternak
dan tingkat kematian.Bobot akhir tinggi mampu berproduksi dengan baik.
menujukkan penampilan produksi yang
baik sedangkan angka FCR dan mortalitas DAFTAR PUSTAKA
tinggi menunjukkan penampilan produksi
yang rendah.Hasil penilaian penampilan Bently, J. 2003.Feeding Breeder
produksi berguna untuk evaluasi pada Hens.http://www.Butinfo.com.
akhir periode dan hasil evaluasi ini Diakses Tanggal 3 Maret 2015.
berguna untuk membuat keputusan
pengisian kembali atau pengosongan
kandang (Sinollah, 2011).

7
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24(3):79 – 87

Engga, R. 2011. Evaluasi Kualitas Udara


Mikrobiologis dan Pengaruhnya
Terhadap Kesehatan Pekerja dan Kusnadi, E. 2006 .Suplementasi Vitamin C
Masyarakat Sekitar Peternakan Sebagai Penangkal Cekaman
Ayam. Fakultas Teknik. Panas Pada Ayam Broiler.JITV
Universitas Indonesia.Depok. Vol.11 NO.4 TH. 2006. Fakultas
Peternakan Universitas Andalas.
Fatafta, A.A., dan Z.H.M. Abu-Dieyeh. Padang.
2007. Effect Of Chronic Heat
Stress In Broiler Performance In North, M.O., and D.D. Bell. 2004.
Jordan. Intern. J. Poult. Sci. 6(1) : Commercial Chicken Production
64-70 Manual. 4th Ed.An Avi Book
Publish. by Van Nostrand
Hardini, S.Y. 2003.Peningkatan Bobot Reinhold, New York.
Badan Ayam Merawang Yang
Dipelihara Bersama Ayam Broiler Nuriyasa, I.M. 2003.Pengaruh Tingkat
Dengan Memperhatikan Perilaku Kepadatan dan Kecepatan Angin
Makannya.Fmipa Universitas Dalam Kandang Terhadap Indeks
Terbuka. Ketidaknyamanan dan Penampilan
Ayam Pedaging. Majalah Ilmiah
Huda, S.W. 2011. Manajemen Peternakan, Fakultas Peternakan,
Pemeliharaan Ayam Broiler di Unud. Hal 99-103.
Peternakan UD Hadi PS
Kecamatan Nguter Kabupaten Petrawati. 2003. Pengaruh Unsur Mikro
Sukoharjo.Fakultas Pertanian. Kandang Terhadap Jumlah
Universitas Sebelas Maret. Konsumsi Pakan Dan Bobot Badan
Surakarta. Ayam Broiler di Dua Ketinggian
Tempat Berbeda. Fakultas
Insani, G.A. 2010. Optimalkan Produksi Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Saat Heat Sterss.Feed Journal Alam. Institut Pertanian..Bogor.
Basic.
http://www.feedjournal.com/basicp Rao, Q. S. V., D. Nagalashmi, and V. R.
apers/WEBlab.UnggasUGM.pdf. Redy. 2002. Feeding to Minimize
Diakses 25 maret 2015. Heat Stress. Poultry Internasional
41 : 7.
Kusnadi, E., Widjajakusuma, R., T.
Sutardi, Hardjosworo, P.S., dan A. Risnajati, D. 2012. Perbandingan Boot
Habibie. 2006. Pemberian Antanan Akhir, Bobot Karkas dan
(Centella Asiatica) Dan Vitamin C Persentase Karkas Berbagai Strain
Sebagai Upaya Mengatasi Efek Broiler. Sains Peternakan vol. 10
Cekaman Panas Pada (1), maret 2012: 11-14 ISSN 1693-
Broiler.JITAA.33 [3]. Fakultas 8828.
Peternakan Universitas Andalas.
Padang.

8
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24(3):79 – 87

Sinollah. 2011. Model Pola Kemitraan


Usaha Peternakan Ayam Pedaging
di Kabupaten Malang. Jurnal
Manajemen Agribisnis Vol. 11 no.
3.

Siregar, A.P., dan Sabrani. 2005. Teknik


Beternak Ayam Pedaging di
Indonesia. Magie Group. Jakarta.

Suarjaya dan M. Nuriyasa.2010. Pengaruh


Ketinggian Tempat (Altitude) dan
Tingkat Energi Ransum Terhadap
Penampilan Ayam Buras Super
Umur 2 – 7minggu.Fakultas
Peternakan, Universitas Udayana.
Denpasar.

Tabara, J. H. 2012. Respon Ayam Ras


Pedaging Pada Lokasi
Pemeliharaan Daerah Pantai dan
Pegunungan.Fakultas Peternakan.
Universitas Hasanuddin. Makasar.

Wahju, J. 2004. Ilmu nutrien


Unggas.Cetakan III. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.

Wijayanti, R. P. 2011. Pengaruh Suhu


Kandang Yang Berbeda Terhadap
Performans Ayam Pedaging
Periode Starter.Fakultas
Peternakan. Universitas Brawijaya.
Malang.

You might also like