You are on page 1of 7

Jurnal Sain Peternakan Indonesia P-ISSN 1978-3000

Available at https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jspi/index E-ISSN 2528-7109


DOI: https://doi.org/10.31186/jspi.id.15.4.383-389 Volume 15 Nomor 4 edisi Oktober-Desember 2020

Pengukuran Performa Produksi Ayam Pedaging pada Closed House System dan Open House
System di Kabupaten Malang Jawa Timur Indonesia
Production Performance Measurement of Broiler in Closed House System and Open House System in Kabupaten
Malang Jawa Timur Indonesia
S. Pakage1, B. Hartono2, Z. Fanani2, B. A. Nugroho2, D. A. Iyai1, J. A. Palulungan1, A. R.
Ollong1 dan D. Nurhayati1
1
Fakultas Peternakan Universitas Papua, Manokwari Papua Barat
2
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur.
Corresponding e-mail: stpakages@yahoo.com

ABSTRACT
This study aims to determine the level of mortality, body weight, feed convertion ratio and performance index
levels by farmers using closed house systems and open house systems. The results showed that mortality rates in
open house system farmers were better than closed house systems. Body weight of broiler at closed house
system is higher than the open house system at an average age of 32 days. The feed convertion ratio on closed
house system farms is better than the open house system. Performance index on farmers using closed house
systems is higher when compared to open house systems, but both farming system are the best categories.

Key words: closed house system, open house system, FCR, performance index, broiler

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks performan, tingkat mortalitas, pencapaian bobot badan dan
feed convertion ratio yang dicapai oleh peternak yang menggunakan closed house system dan open house
system. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat mortalitas pada peternak open house system lebih baik
dibanding dengan closed house system. Bobot Badan ayam pedaging pada closed house system lebih tinggi
dibanding dengan open house system pada umur rata-rata umur panen 32 hari. Feed Convertion Ratio (FCR)
pada peternakan closed house system lebih baik bila dibandingkan dengan open house system. Indeks performan
pada peternakan dengan closed house system lebih tinggi bila dibanding dengan open house system, namun
keduanya termasuk dalam kategori sangat baik.

Kata kunci: closed house system, open house system, FCR, indeks performan, ayam pedaging

PENDAHULUAN pedaging tahun 2016 sebanyak 1,9 juta ton atau


mengalami peningkatan sebesar 17,02 persen dari
Peternakan merupakan salah satu bagian tahun sebelumnya. Peningkatan populasi dan
dari sektor pertanian yang perlu dikembangkan produksi ayam pedaging tersebut didorong oleh:
dan dimanfaatkan secara optimal untuk 1) adanya perkembangan yang kuat pada sektor
kemakmuran rakyat. Salah satu komoditas industri hulu peternakan misalnya pabrik pakan,
peternakan yang potensial dikembangkan adalah pembibitan dan industri farmasi serta industri
ayam pedaging. Hal ini disebabkan karena ayam hilir yakni rumah potong hewan, restoran dan
pedaging menghasilkan daging sebagai sumber lain-lain; 2) periode siklus produksi ayam
protein yang sangat penting bagi manusia. pedaging yang relatf pendek dan perputaran
Manfaatnya sebagai sumber protein asal hewani modal relatif cepat sehingga cocok untuk
bagi manusia menyebabkan terjadinya peternakan rakyat; 3) kemampuan dalam
peningkatan populasi, produksi dan konsumsi menyerap tenaga kerja; dan 4) komoditas ayam
ayam pedaging di Indonesia. Berdasarkan data berpotensi ekspor.
statistik dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Usaha peternakan ayam pedaging yang
Kesehatan Hewan (2017) bahwa, pada tahun sedang dilakukan di Indonesia terdiri dari open
2016 populasi ayam pedaging mencapai 1,6 house system dan closed house system. S istem
miliar ekor atau meningkat 6,82 persen bila kandang open house system merupakan sisten
dibandingkan dengan populasi ayam pedaging kandang terbuka yang dapat menimbulkan respon
pada tahun 2015. Produksi daging ayam yang kurang baik ketika kondisi cuaca yang tidak

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (4) 2020 Edisi Oktober-Desember | 383


mendukung. Pada kondisi temperatur dan HASIL DAN PEMBAHASAN
kelembaban kandang yang tidak mendukung
dapat mengakibatkan menurunnya produksi dan Karakteristik Usaha Peternakan Ayam Ras
tingkat kematian tinggi. Closed house system Pedaging
merupakan salah satu upaya inovasi teknologi Pembahasan mengenai karakteristik
untuk menghadapi perubahan cuaca yang cukup usaha peternakan ayam pedaging dengan
ekstrim, sehingga diharapkan dapat menggunakan closed house system dan open
meminimalisasi pengaruh buruk dari kondisi house system meliputi skala usaha, performan
lingkungan atau perubahan iklim di luar kandang. dan deskripsi variabel. Skala usaha pada kedua
Tujuan penggunaan kandang closed house system kelompok peternak meliputi jumlah bibit ayam
adalah menciptakan iklim mikro terkendali di (DOC), luas kandang dan kepadatan kandang
dalam kandang, meningkatkan produktivitas, (density), sedangkan faktor-faktor yang
efisiensi lahan dan tenaga kerja serta menciptakan mempengaruhi performan ayam pedaging
usaha peternakan yang ramah lingkungan, namun meliputi aspek mortalitas (tingkat kematian),
pembangunan closed house system bobot ayam hidup, feed convertion ratio (FCR)
membutuhkan biaya yang sangat mahal. dan umur panen. Tingkat keberhasilan usaha
Tingkat keberhasilan usaha peternakan peternakan ayam pedaging dapat ditunjukkan
ayam pedaging pada umumnya ditunjukkan oleh oleh nilai indeks performan yang dicapai. Skala
penampilan atau performance produksi. usaha, performan dan deskripsi variabel usaha
Penampilan atau performance ayam pedaging peternakan ayam pedaging pada kedua kelompok
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. diuraikan berikut:
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tingkat Skala Usaha Ayam Pedaging
kematian (mortalitas), bobot badan ayam hidup, Skala usaha ayam pedaging merupakan
feed convertion ratio (FCR) dan umur panen. jumlah bibit ayam atau day old chick (DOC)
Tingkat kematian sekitar 5% untuk peternakan yang dipelihara oleh peternak dalam satu kali
ayam pedaging dianggap berhasil (Kartasudjana proses produksi. Banyaknya jumlah bibit ayam
dan Suprijatna, 2006). Aspek bobot badan, (DOC) yang diusahakan peternak ditentukan oleh
konsusi ransum, dan konversi ransum ayam luasan kandang yang dimilikinya. Rata-rata
pedaging sangat menentukan performans jumlah bibit ayam pedaging (DOC) yang
peternakan ayam pedaging. Bobot badan saat dipelihara oleh peternak dengan menggunakan
potong atau jual menentukan harga jual. Jumlah closed house system adalah sebesar 11.364 ekor.
konsumsi ransum harus seefisien mungkin untuk Jumlah bibit ayam pedaging (DOC) tersebut
mencapai bobot badan tertentu. Bobot badan tersebar dari 8.000-16.000 ekor. Rata-rata jumlah
ayam pedaging pada saat panen yaitu 2 kg, untuk bibit ayam (DOC) tersebut lebih tinggi bila
mencapai 2kg membutuhkan ransum 2.5 kg/ekor dibandingkan dengan usaha peternak ayam
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Semakin pedaging dengan menggunakan open house
efisien ransum, maka performans usaha system yakni sebesar 6.825 ekor. Jumlah bibit
peternakan ayam menjadi lebih baik. ayam pedaging tersebut tersebar dari 5.000 -
10.000 ekor. Perbedaan rata-rata jumlah bibit
MATERIAL DAN METODE ayam (DOC) tersebut menunjukkan bahwa
terdapat juga perbedaan luas kandang antara
Penelitian ini dilaksanakan pada
kedua kelompok peternak ayam pedaging
Kecamatan Pangelaran, Dampit and Bantur
Kabupaten Malang. Penentuan responden dalam tersebut.
penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan Peternak ayam pedaging dengan
pertimbangan bermitra dengan PT. Sinar Sarana menggunakan closed house system memiliki
Sentosa, Tbk. Jumlah Responden adalah kandang yang luasnya tersebar dari 644–1.600 m2
sebanyak 55 peternak ayam pedaging dengan dengan rata-rata 969 m2. Sedangkan rata-rata
menggunakan closed house system dan 40 luasan kandang yang dimiliki peternak ayam
peternak open house system. Metode yang pedaging dengan menggunakan open house
digunakan adalah metode deskriptif dengan system adalah 744 m2 yang tersebar dari 480
teknik wawancara yang didasarkan pada sampai dengan 960m2. Dengan demikian rata-
kuisioner. rata kepadatan kandang pada kelompok peternak
ayam pedaging yang menggunakan closed house
system lebih tinggi yakni 12 ekor/m2 bila

384 | Pengukuran performa produksi ayam pedaging pada clouse house... (Pakage et al., 2020)
dibanding pada kelompok peternak ayam dengan menyediakan kebutuhan oksigen (O2)
pedaging yang menggunakan open house system bagi ayam pedaging.
yang hanya mencapai 9 ekor/m2. Kepadatan
kandang atau kapasitas tampung tersebut 11.364
menunjukkan ayam pedaging pada kandang 12.000
closed house lebih baik dari pada open house 10.000
system karena dapat menampung lebih banyak
8.000 6.825
ayam pedaging dengan luasan kandang yang
sama. 6.000
Faktor-faktor yang mempengaruhi skala
usaha peternakan adalah kemampuan ekonomi 4.000
peternak, pengalaman peternak, kerjasama usaha 2.000 969 744 12 9
dan kepadatan kandang. Peternak yang mampu
-
secara ekonomi akan dapat meningkatkan skala Jumlah DOC Luas Kepadatan
usaha dan juga peternak yang telah berhasil (ekor) Kandang Kandang
dalam usaha ternaknya akan dapat meningkatkan (m2) (ekor/m2)
jumlah DOC secara bertahap serta peternak yang
menjalin kerjasama kemitraan akan Jumlah DOC Luas Kandang
Kepadatan
meningkatkan skala usaha karena terikat dengan Kandang
(ekor) (m2)
(ekor/m2)
kontrak. Penelitian Siswoyo (2002) dilaporkan
CHS 11.364 969 12
bahwa rata-rata skala usaha peternakan ayam
pedaging dengan pola kemitraan di Kabupaten OHS 6.825 744 9
Malang adalah 6.583 ekor dan peternak mandiri
sebesar 1.760 ekor. Penelitian lain oleh Bahari Gambar 1. Skala usaha, luasan kandang dan
(2010), bahwa rata-rata skala usaha peternakan kepadatan kandang berdasarkan
ayam pedaging dengan pola kontrak di kelompok peternak closed house
Kabupaten Malang 5.528 ekor, sedangkan pada system dan open house system
peternak nonkontrak 2.387 ekor. Skala usaha
peternakan ayam pedaging di Kabupaten Malang Performan Ayam Pedaging
juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Sutawi Tingkat keberhasilan usaha peternakan
(2012) menemukan bahwa rata-rata skala usaha ayam pedaging pada umumnya ditunjukkan oleh
ayam pedaging Di Kabupaten Malang adalah penampilan atau performance produksi.
sebesar 5.243 ekor. Dalam penelitian ini rata-rata Penampilan atau performance ayam pedaging
skala usaha ayam pedaging lebih tinggi bila tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
dibandingkan dengan hasil penelitian-penelitian Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tingkat
sebelumnya. Hal ini diduga disebabkan karena kematian (mortalitas), bobot badan ayam hidup,
jumlah sampel yang berbeda dan juga karena feed convertion ratio (FCR) dan umur panen.
dalam penelitian ini yang menjadi perhatian Faktor-faktor tersebut merupakan indikator untuk
adalah peternak ayam pedaging dengan closed dapat mengetahui indeks performance (IP).
house system dan open house system yang Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
menggunakan faktor-faktor produksi dari sumber keberhasilan usaha peternakan ayam pedaging
yang sama. Kondisi skala usaha, luasan kandang dengan menggunakan closed house system dan
dan kepadatan kandang seperti pada Gambar 1 open house system disajikan pada tabel 1.
Gambar 1 menunjukkan bahwa usaha Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata
peternakan ayam pedaging dengan menggunakan tingkat kematian atau angka mortalitas pada
closed house system dapat meningkatkan daya kelompok peternak ayam pedaging dengan pola
tampung atau kapasitas kandang. Hal tersebut closed house system lebih tinggi yakni 7,38
diduga disebabkan oleh peralatan closed house persen (826 ekor) bila dibandingkan peternak
system yang dapat menciptakan kondisi yang ayam pedaging dengan pola open house system
nyaman di dalam kandang dengan mengeluarkan yang mencapai 5,24 persen (358 ekor). Hal ini
kelebihan panas, kelebihan uap air dan gas-gas diduga disebabkan oleh faktor manajemen yakni
yang berbahaya seperti karbon monoksida (CO), terlambat membuka tirai pada saat terputusnya
karbon dioksida (CO2) dan amoniak (NH3) aliran listrik ke kandang.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (4) 2020 Edisi Oktober-Desember | 385


Tabel 1. Keragaan aspek dan indeks performan (IP) berdasarkan kelompok peternak closed house
system dan open house system
Rata-rata berdasarkan Kelompok Peternak
No Uraian Aspek Indeks dan IP
CHS OHS
1 Aspek Indeks:
a. Mortalitas (%) 7,38 5,24
b. Mortalitas (ekor) 826 358
c. Bobot badan ayam hidup (Kg/ekor) 1,99 1,97
d. Feed Convertion Ratio (FCR) 1,60 1,77
e. Umur panen (Hari) 32 32
2 Indeks Performan (IP) 336 313
Sumber: Olahan data primer

Berdasarkan hasil wawancara bahwa disebabkan karena faktor manajemen. Hasil


tingkat kematian yang tinggi dialami oleh 2 penelitian lain bahwa rata-rata tingkat mortalitas
peternak closed house system yang diakibatkan ayam pedaging pada peternak mandiri di
oleh terputusnya pasokkan listrik akibat Kabupaten Malang pernah berada pada kategori
tumbangnya pohon, dimana peternak tersebut serius yakni mencapai 6,95 persen (Bahari,
belum menyiapkan sumber energi listrik 2010).
cadangan. Pemadaman listrik tersebut Rata-rata pencapaian bobot badan ayam
mengakibatkan terjadinya peningkatan pedaging hidup pada kelompok peternak closed
temperature dan kelembaban di dalam kandang. house system lebih tinggi yakni 1,99 kg/ekor
Peningkatan temperature dan kelembaban dibandingkan pada kelompok peternak open
tersebut juga dapat berdampak pada ayam house system yang hanya mencapai 1,97 kg/ekor.
pedaging dengan menggunakan pola open house Rata-rata bobot badan yang dicapai tersebut
system yang ventilasinya kurang baik. hamper sama antara kedua kelompok peternak
Temperatur dan kelembaban lingkungan tersebut. Pencapaian bobot badan ayam pedaging
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan. hidup yang hampir sama antara kedua kelompok
Miharja (1981), menyatakan bahwa temperatur peternak tersebut diduga disebabkan oleh
dan kelembaban lingkungan merupakan salah penggunaan faktor-faktor produksi (kualitas,
satu faktor penting untuk diperhatikan, karena ketersediaan dan asal) dan pendampingan yang
tingginya temperatur dan kelembaban di daerah berasal dari sumber yang sama. Hasil penelitian
tropis merupakan suatu masalah dalam ini sesuai dengan standar yang ditetapkan Cobb
pertumbuhan ayam broiler. Prinsip pertumbuhan (2006) bahwa pertambahan bobot badan akhir
dan efisiensi penggunaan ransum yang maksimal ayam broiler yang dipelihara selama 5 minggu
tidak akan tercapai apabila ayam broiler berkisar antara 1.838–2.114 gram dan sama juga
dipelihara pada temperatur lingkungan yang tidak dengan pendapat Tobing (2002), bahwa bobot
sesuai dengan kebutuhannya (Soeharsono, 1976). badan akhir ayam broiler adalah pada umur 5
Kelembaban erat kaitannya dengan temperatur minggu pada kisaran 1.902–2.007 gram. Hal ini
lingkungan dan kadar air yang hilang dari tubuh. juga sama dengan penelitian dari Pakage et al.,
Pendapat North (1982) bahwa kelembaban yang (2019), Nuryati (2019), Risnajati (2012) dan
ideal untuk unggas di daerah tropis tidak lebih Uman (2014) yakni pada umur 5 minggu ayam
dari 75%, karena bila lebih tinggi maka dapat pedaging mencapai 1.900-2,002 gram.
menyebabkan meningkatnya perkembangan Peningkatan bobot badan akhir yang cepat ini
mikroorganisme. disebabkan oleh meningkatnya mutu genetik
Tingkat mortalitas kedua kelompok ayam broiler. Rata-rata waktu yang dibutuhkan
peternak ayam pedaging tersebut menunjukkan ayam pedaging untuk mencapai bobot badan
pada kategori serius karena tingkat mortalitasnya tersebut diatas pada kedua kelompok peternak
telah melebihi 5 persen. Tingkat kematian yang adalah 32 hari.
telah melebihi 5 % tersebut diduga diakibatkan Feed conversion ratio (FCR) merupakan
oleh tingginya temperature dan kelembaban banyaknya kilogram pakan yang dikonsumsi
akibat terputusnya aliran listrik dan juga

386 | Pengukuran performa produksi ayam pedaging pada clouse house... (Pakage et al., 2020)
untuk menghasilkan satu kilogram berat ayam peternak termasuk kategori sangat baik. Hal ini
hidup (Fadilah, 2007). Semakin kecil nilai Feed sejalan dengan pendapat Aryanti (2010), bahwa
conversion ratio (FCR) semakin baik nilai indeks performan diatas 301 termasuk
pengaruhnya terhadap bobot badan ayam kategori sangat baik. Selanjutnya Medion (2010)
pedaging. Rata-rata feed conversion ratio (FCR) menyatakan standar IP yang baik adalah diatas
pada usaha peternakan ayam pedaging dengan 300, dan semakin tinggi nilai IP maka semakin
pola closed house system adalah sebesar 1,60 dan berhasil peternakan ayam pedaging tersebut.
pada open house system adalah sebesar 1,77. Indeks performan yang dicapai oleh kedua
Rataan konversi ransum hasil penelitian ini kelompok peternak dalam penelitian ini masih
sesuai dengan standar yang ditetapkan Cobb lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil
(2006) bahwa konversi ransum ayam broiler temuan Bahari (2010) yakni kelompok peternak
yang dipelihara selama 5 minggu yang berkisar kontrak memperoleh 268,85 dan peternak non
antara 1,569 – 1,653 dan hasil penelitian yang kontrak memperoleh 208,57. Demikian juga
dilakukan oleh Sujana et al. (2011) dalam dengan penelitian dari Marom et al. (2017) dan
menguji dan mengevaluasi efektivitas kandang Nuryati (2019) bahwa indeks performan yang
semi closed house system dalam upaya dipeoleh masih lebih tinggi dari 300.
kemampuan produksi ayam broiler bahwa rata- Tingkat mortalitas dan feed convertion
rata feed conversion ratio (FCR ) yang diperoleh ratio (FCR) merupakan aspek-aspek yang sangat
sebesar 1,56. Hasil penelitian tersebut lebih baik penting bagi kedua kelompok peternak karena
dari rata-rata feed conversion ratio (FCR ) selain dapat meningkatkan produksi dan juga
kelompok peternak closed house system. Hal ini untuk memperoleh bonus dari pihak inti. Jumlah
diduga disebabkan karena perbedaan jumlah peternak ayam pedaging dengan pola closed
periode produksi dimana dalam penelitian ini house system dan open house system yang
sebanyak 5 periode produksi dan yang diteliti memperoleh bonus mortalitas dan FCR
oleh Sujana et al. (2011) mengunakan sebanyak 3 ditampilkan pada Gambar 2 berikut.
periode produksi.
Berdasarkan nilai FCR bahwa rata-rata
Jenis bonus
peternak closed house system membutuhkan 1,60
kg pakan untuk menghasilkan bobot ayam 50 46
sebesar 1,99 kg bobot ayam hidup dan peternak
36
Jumlah peternak

open house system memerlukan 1,77 kg pakan 40


untuk menghasilkan 1,97 kg bobot ayam 30 26
pedaging hidup. Dengan demikian perbedaan 20
20
performan terutama dalam pencapaian bobot
badan ayam pedaging hidup dan FCR diduga 10
diakibatkan oleh efek sistem kandang karena 0
adanya kesamaan seluruh faktor produksi yang Mortalitas FCR
digunakan dalam proses produksi dan Mortalitas FCR
pendampingan antara kedua kelompok peternak. CHS (Peternak) 20 46
Hal ini disebabkan karena bentuk usaha OHS (Peternak) 26 36
kemitraan yang terjalin antara kedua kelompok
peternak dengan perusahaan inti (Suwarta, 2011;
Djunaidi et al., 2016). Gambar 2. Banyaknya peternak usaha peternakan
Pada akhir pemeliharaan ayam pedaging ayam pedaging yang mendapat bonus
dari suatu usaha diperlukan untuk menghitung IP mortalitas dan Feed Convertion Ratio
(Index Performance). Tujuannya adalah untuk (FCR)
mengetahui sejauh mana tingkat atau skor
produktivitas yang mampu dicapai dari hasil Gambar 2 menunjukkan bahwa 20
budidaya. Hasil penelitian ini menunjukkan peternak ayam pedaging dengan pola closed
bahwa nilai IP (Index Performance) pada house system mampu mencapai tingkat kematian
peternak closed house system adalah sebesar 336. (mortalitas) yang lebih rendah dari tingkat
Nilai tersebut lebih tinggi bila dibandingkan mortalitas standart yang ditetapkan oleh pihak
perolehan Indeks Performance (IP) pada peternak inti sedangkan kemampuan peternak ayam
open house system yang hanya mencapai 313. pedaging dengan pola open house system dalam
Rataan indeks performan pada kedua kelompok

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (4) 2020 Edisi Oktober-Desember | 387


menurunkan tingkat kematian (mortalitas) lebih Cobb Breeding Company LTD. 2006.
baik yakni dalam 26 peternak. Hal tersebut www.cobbvantress. inc.com. (Mei 2014).
menunjukkan bahwa peternak ayam pedaging
dengan pola open house system lebih teliti dalam Djunaidi, H. I., O. Sjofjan dan S. Anggitasari.
mengelolah usaha ternak ayam pedaging dengan 2016. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan
menerapkan segala informasi yang disampaikan Komersial terhadap Kinerja Produksi
oleh petugas lapang. Kuantitatif dan Kualitatif Ayam
Peternak ayam pedaging dengan pola Pedaging. Buletin Peternakan. 40(3):
open house system memiliki motivasi yang tinggi 187-196.
untuk memperoleh bonus atas tingkat mortalitas
dan FCR bila dibanding peternak ayam pedaging Fadilah, R. 2007. Ayam Broiler Komersial.
dengan pola closed house system. Pencapaian Agromedia Pustaka, Jakarta.
bonus mortalias dan FCR tersebut menunjukkan
bahwa peternak sedang melakukan upaya Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006.
efisiensi. Motivasi untuk memperoleh bonus Manajemen Ternak Unggas. Penebar
mengakibatkan kedua sistem peternakan ayam Swadaya. Jakarta.
tersebut telah melakukan usahanya dengan
efisiensi baik efisien secara teknis, alokatif dan Marom, A.T., U. Kalsum dan U. Ali. 2017.
ekonomi (Pakage et al., 2014; Pakage et al., Evaluasi performani broiler pada sistem
2015). kandang close house dan open house
dengan altitude berbeda. Dinamika
KESIMPULAN Rekasatwa 2 (2) : 1-10.

Tingkat mortalitas pada peternak open Medion, 2010. Berhasil atau Tidakkah
house system lebih baik dibanding dengan closed Pemeliharaan Broiler Anda.
house system. Bobot badan ayam pedaging pada http://info.medion.co.id/index.php/artikel
closed house system lebih tinggi dibanding /broiler/tata-laksana/berhasil-atau-atau-
dengan open house system pada umur rata-rata tidakkahpemeliharaan-broiler.
umur panen 32 hari. Feed Convertion Ratio
(FCR) pada peternakan closed house system Miharja, W. W. 1981. Pengaruh berbagai faktor
lebih baik daripada open house system. Indeks lingkungan terhadap gala tumbuh ayam
performan pada peternakan dengan closed house broiler. Universitas Padjajaran. Bandung.
system lebih tinggi bila dibanding dengan open
house system, namun keduanya termasuk Muharlien, M., A. Achmanu, dan A. Kurniawan.
kategori sangat baik. 2010. Efek lama waktu pembatasan
pemberian pakan terhadap performans
DAFTAR PUSTAKA ayam pedaging finisher. Ternak Tropika
Journal of Tropical Animal
Aryanti, F. 2010. Kompetensi kinerja karyawan Production 11(2): 88-94.
kandang ayam broiler milik peternak di
wilayah desa Cisalopa, Cinagara, Bogor. North, M. D. 1982. Commercial Chicken
http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbpkh_ci Production Manual. 3rd ed. The AVI
naga Publishing Co., Westport, Connecticut.
ra/index.php?option=com_content&view
=article&id=69:kinerja-karyawan- Nuryati T. 2019. Analisis Performans Ayam
nakkandang&catid=28:peternakan&Itemi Broiler Pada Kandang Tertutup dan
d=44. Kandang Terbuka. Jurnal Peternakan
Nusantara 5 (2): 77-86.
Bahari. 2010. Contract Farming dan Upaya
Peningkatan Pendapatan Usaha Ternak Pakage, S., B. Hartono, Z. Fanani, and B. A.
Ayam Potong (Broiler). Studi Kasus di Nugroho. 2014. Analysis of technical
Kecamatan Bululawang Kabupaten efficiency of poultry broiler business
Malang. Disertasi. Universitas Brawijaya with pattern closed house system in
Malang. (Unpublish). Malang East Java Indonesia. Journal of

388 | Pengukuran performa produksi ayam pedaging pada clouse house... (Pakage et al., 2020)
Economics and Sustainable Development Soeharsono. 1976. Respon Broiler terhadap
5 (12): 16-22. Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi.
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Pakage, S., B. Hartono, Z. Fanani, and B. A.
Nugroho. 2015. Analysis of technical, Sujana, E., S. Darana, dan I. Setiawan. 2011.
allocative and economic efficiency of Implementasi teknologi semi closed–
broiler production using closed house house system pada perfor-man ayam
system in Malang District of East Java broiler di test farm sustainable livestock
Indonesia. Livestock Research for Rural techno park, kampus Fakultas Peternakan
Development 27(9): 1-8. Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
In Seminar Nasional Teknologi
Pakage, S., B. Hartono, Z. Fanani, B. A. Peternakan dan Veteriner (pp. 362-366).
Nugroho, dan D. A. Iyai. 2019. Analisis
Fungsi Biaya Stochastic Frontier Usaha Sutawi. 2012. Analisis sumberdaya domestik
Peternakan Ayam Pedaging pada kemitraan ayam pedaging dalam usaha
Peternak yang Menggunakan Open pengembangan agribisnis perunggasan.
House System. Jurnal Ilmu Peternakan Disertasi. Program Pascasarjana
dan Veteriner Tropis 9 (1): 32-37. Universitas Brawijaya Malang (tidak
dipublikasikan)
Pakage, S., B. Hartono, B. A. Nugroho, dan D. A.
Iyai. 2018. Analisis Struktur Biaya dan Suwarta, Irham, dan Hartono. 2012. efisiensi
Pendapatan Usaha Peternakan Ayam usaha ternak ayam broiler pola kemitraan
Pedaging dengan Menggunakan Closed inti plasma dan mandiri di Kabupaten
House System dan Open House System. Sleman. Berkala Ilmiah Agridevina 1(1):
Jurnal Peternakan Indonesia 20 (3): 193- 60-75.
200.
Tobing, V. 2005. Beternak Ayam Broiler Bebas
Risnajati, D. 2012. Perbandingan Bobot Akhir, Antibiotika. Penebar Swadaya. Jakarta.
Bobot Karkas dan Persentase Karkas
Berbagai Strain Ayam Pedaging. Sains Uman, K. M., S. H. Prayogi, V. M. A.
Peternakan 10 (1): 11-14. Nurgiartiningsih. 2014. The
Performance of Broiler Rearing in
Siswoyo. 2002. Dampak Kemitraan Usaha Ayam System Stage Floor and Double Floor.
Broiler terhadap Daya Tawar dan Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (3): 79 –
Pendapatan Peternak di Kabupaten 87.
Malang. Tesis S2 (Tidak
dipublikasikan).

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (4) 2020 Edisi Oktober-Desember | 389

You might also like