You are on page 1of 15

PENGENDALIAN MELALUI INSTRUMEN HUKUM ADMINISTRASI

(Tata Ruang)
Reza Dwi Saputra Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2104551355
rezadwisap@gmail.com

Abstract

The arrangement of strategic environmental studies is represented based on Article 33


Paragraph 3 Of The 1945 Constitution which concerns instrumens for controlling
environmental damage and strengthening the sustainability of natural resources. In the
concept of environmental law, the importance of controlling through the instrumens that
have been determined regarding the protection and management of the environment is
an administrative law concept for optimally managing environmental order. The
environment consists of all objects and conditions contained in a place or space that
affect the pattern of life in a structured way to control damage. Environmental control
planning is also related to State Administrative Law which of course all utilizations are
planned according to the space that has been created. This study aims to determine the
control through administrative law tools in the form of spatial planning on the
environment. The results of the study indicate that the utilization of environmental
spatial planning requires comprehensive control which is used in accordance with the
guidelines of Law Number 32 Of 2009 regarding KLHS. In the management of spatial
planning, it is represented by related arrangements to create a safe, comfortable and
sustainable area in order to provide urgency related to spatial planning that is
environmentally sound.

Keyword: administrative law, instrumen, spatial


Abstrak

Pengaturan terhadap kajian lingkungan hidup yang strategis direpresentasikan


berdasarkan pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyangkut instrumen
pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan penguatan keberlanjutan dari sumber
daya alam. Dalam konsep hukum lingkungan pentingnya pengendalian melalui
instrumen yang sudah ditetapkan pada perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
ini pada satu konsep hukum administrasi untuk mengelola tatanan lingkungan hidup
secara optimal. Lingkungan hidup terdiri atas semua benda dan kondisi yang terdapat
dalam suatu tempat atau ruang mempengaruhi pola hidup secara terstruktur pada
pengendalian dari kerusakan. Perencanaan pada pengendalian lingkungan hidup juga
berkaitan dengan Hukum Administrasi yang tentu saja segala pemanfaatan
direncanakan sesuai dengan ruang yang telah dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengendalian melalui instrumen hukum administrasi berupa tata ruang
terhadap lingkungan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan tata
ruang lingkungan hidup membutuhkan pengendalian yang digunakan secara
menyeluruh sesuai dengan pedoman Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 berkaitan
dengan KLHS. Dalam pengelolaan tata ruang tersebut direpresentasikan
penyelenggaraan berhubungan untuk mewujudkan wilayah yang aman, nyaman dan
berkelanjutan guna memberikan urgensi terkait tata kelola ruang yang berwawasan
pelestarian lingkungan hidup.

Kata Kunci: hukum administrasi,instrumen,tata ruang


Pendahuluan

Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan lingkungan hidup kepada manusia atau
seluruh masyarakat Indonesia sebagai rahmat dan karunia untuk di jaga, di kelola, dan
di lestarikan. Sayangnya masyarakat Indonesia kurang begitu menyadari bahwa
lingkungan hidup sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Dan perlu kita ketahui
bersama bahwa, hubungan manusia dengan lingkungan sangatlah erat kaitannya karena
manusia senantiasa berinteraksi dengan lingkungan, baik dengan lingkungan alam,
lingkungan manusia, dan dengan lingkungan sosial budaya, maka dari itu watak dan
karakter manusia terbentuk dari lingkungan yang ada disekitar mereka, dengan hal ini
lingkungan hidup dapat di katakan sangatlah penting bagi kehidupan manusia.

Permasalahan yang sering terjadi terkait pemanfaatan tata ruang lingkungan


alam ini menjadi faktor penyebab kerusakan dari lingkungan hidup. Korelasi dari tata
ruang dengan lingkungan hidup ini sebagai satu kesatuan wilayah untuk menjamin
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup terkait pengendalian pemanfaatan ruang untuk
mengarahkan pemanfaatan ruang sesuai dengan tata kelola yang sudah ditetapkan. Saat
ini sering terjadi masalah mengenai pemanfaatan tata ruang kawasan lingkungan hidup
yang mengalami tumpang tindih terhadap batas wilayah administratif batas kawasan
hutan dan status perizinan pada ruang lingkup yang tidak jelas menjadi permasalahan
karena keterbukaan dan kepentingan individu masih menjadi penghambat dari
pengelolaan hukum administrasi lingkungan. Permasalahan yang ditimbulkan akibat
pengelolaan tata ruang yang tidak baik akan merusak lingkungan dengan berbagai
bencana seperti banjir, erosi, tanah longsor, dan kekeringan pada daerah hilir. Dari
permasalahan tersebut membutuhkan adanya fakta hukum administrasi lingkungan
yang bersifat yuridis normatif untuk mengatur pengelolaan tata ruang yang baik.
Seringkali hal ini menyebabkan berbagai macam paradoks karena realitas di lapangan
tidak sesuai dengan evaluasi kebijakan. Pemerintah juga mengatur sesuai dengan Pasal
23 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 mengenai penataan ruang dan peraturan
pelaksanaannya. Hukum lingkungan menerapkan administrasi yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pengendalian penataan ruang sehingga hal ini mampu untuk
memanfaatkan terselenggaranya tata kelola ruang berwawasan lingkungan secara
optimal di mana, dalam hal ini dengan adanya tata kelola ruang yang dapat dioptimalkan
maka berbagai macam permasalahan lingkungan dapat diatasi. Oleh sebab itu, peneliti
berusaha untuk mengembangkan pengendalian melalui unsur dan hukum administrasi
tata ruang guna mengetahui konsep tata ruang yang baik pada penciptaan Hukum
Lingkungan.

PEMBAHASAN

Pengendalian dari instrumen hukum administrasi pada tata kelola ruang


lingkungan hidup ini menjadi salah satu unsur yang paling penting. Permasalahan yang
dipicu karena rusaknya lingkungan hidup akan memberikan dampak lingkungan seperti
banjir, tanah longsor, kerusakan sumber daya, dan berbagai macam dampak lainnya
yang justru akan merugikan manusia. Pengendalian dari pemanfaatan tata ruang di
konsepkan melalui Hukum Administrasi Lingkungan yang mengarahkan pemanfaatan
ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, hal ini juga didasarkan
pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 mengenai pengendalian kerusakan
lingkungan hidup. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilaku yang mempengaruhi
kelangsungan perkehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Kemudian yang menjadi asas dalam pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan hidup
ialah:

a. Tanggung jawab Negara


b. Kelestarian dan keberlanjutan
c. Keserasian dan keseimbangan
d. Keterpaduan
e. Manfaat
f. Kehati-hatian
g. Keadilan
h. Ekoregion
i. Keanekaragaman hayati
j. Pencemar membayar
k. Partisipatif
l. Kearifan lokal
m. Tata Kelola pemerintah yang baik, dan
n. Otonomi daerah

Kemudian tujuan dilaksanakannya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidiup


sendiri ialah;

a. Melindungi wilayah kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan


kerusakan lingkungan hidup
b. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana
c. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hiduup
d. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan mengantisipasi isu lingkungan
global.

Dalam pasal ini pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


dilaksanakan melalui tiga tahapan:

A. Inventarisasi Lingkungan Hidup

B. Penetapan Wilayah Ekoregional

C. Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


(RPPLH)
A. Inventarisasi Lingkungan Hidup

Inventarisasi lingkungan hidup ini di laksanakan dalam rangka mengumpulkan


data informasi mengenai sumber daya alam yang bersumber dari status lingkungan
hidup daerah dalam 5 tahun terakhir. Tingkatan inventarisasi lingkungan hidup
terdiri dari; tingkat nasional, tingkat kepulauan, dan tingkat wilayah atau
ekoregion. Inventarisasi lingkungan hidup ini dilaksanakan untuk memperoleh
data dan informasi mengenai sumber daya yang meliputi;
A. Potensi dan kesediaan

B. Jenis yang di manfaatkan


C. Bentuk penguasaan

D. Pengetahuan pengelolaan

E. Bentuk kerusakan
B. Penetapan Wilayah Ekoregional

Dasar dari penetapan wilayah ekoregion ini adalah inventarisasi lingkungan hidup
yang ada dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b yang dilaksanakan oleh Menteri
setelah berkoordinir dengan instansi terkait. Penempatan wilayah ekoregion
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesamaan:
a. Karakteristik bentang alam

b. Daerah aliran sungai

c. Iklim

d. Flora dan fauna

e. Sosial budaya

f. Ekonomi

g. Kelembagaan masyarakat

h. Hasil inventarisasi lingkungan hidup

Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat wilayah ekoregion dilaksanakan dengan


tujuan untuk menentukan daya dukung dan daya tampung serta cadangan sumber
daya alam.

C. Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


(RPPLH)
Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan disusun oleh Menteri,
Gubernur, dan Bupati/ Wali Kota sesuai dengan kewenangannya dengan
memperhatikan keragaman karakter dan fungsi ekologis, sebaran penduduk,
sebaran potensi sumber daya alam, kearifan lokal, dan aspirasi masyarakat, serta
perubahan iklim.
RPPLH terdiri atas tiga bagian, yaitu:

A. RPPLH Nasional yang disusun berdasarkan inventarisasi nasional

B. RPPLH Provinsi ini disusun berdasarkan RPPLH nasional, inventarisasi tingkat


kepulauan dan inventarisasi tingkat ekoregion
C. RPPLH Kabupaten/Kota disusun berdasarkan RPPLH provinsi, inventarisasi
kepulauan dan ekoregion

Penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diatur


dengan pemananfaatan dan pencadangan sumber daya alam dengan
memperhatikan pemeliharaan dan perlindungan kualitas atau fungsi lingkungan
hidup.

Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 26 Tahun 2007, yang dimaksud ruang adalah
wadah yang meliputi ruang darat, ruang lautm dan ruang udara termasuk ruang di dalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hihdup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Lalu penataan ruang
merupakan proses perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam
rangka memelihara kelangsungan hidupnya, masyarakat melaksanakan kegiatan sosial
ekonomi dengan mamanfaatkan ruang, dan atas kegiatannya tersebut masyarakat
mengambil peran penting terhadap pembangunan ekonomi suatu wilayah. Harusnya
dalam hal ini penyusunan pada penetapan rencana tata ruang lingkungan hidup
diselenggarakan untuk mewujudkan ruang yang aman dan berkelanjutan.

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,


dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan
berdasarkan asas;

a. Keterpaduan
b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
c. Keberlanjutan
d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
e. Keterbukaan
f. Kebersamaan dan kemitraan
g. Perlindungan kepentingan umum
h. Kepastian hukum dan keadilan, serta;
i. Akuntabilitas.

Kendala dasar dalam menyusun rencana umu tata ruang antara lain; Rencana
yang tersusun tidakk memperhitungkan keserasian, keseimbangan dan kelestarian
lingkungan. Jika rencana itu dilakukan maka akan menimbulkan akibat yang fatal bagi
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Kemudian tidak adanya
ketegasan Hukum bagi setiap orang yang melanggar ketentuan dalam ruang yang
artinya setiap orang yang melakukan penyimpangan penggunaan tata ruang tidak
pernah diberikan sanksi. Lalu, dalam perencanaan tata ruang selalu disatukan dengan
rencana pembangunan yang mengakibatkan rencana tata ruang menjadi kabur karena
simpang siur dengan rencana pembangunan. Dengan memperhatikan apa yang menjadi
kendala dalam menyusun rencana umum tata ruang serta mencari cara yang tepat untuk
mengatasi masalah tersebut, maka pengelolaan fungsi tata ruang perlu ditata dalam
bentuk arahan, pedoman dan ketentuan-ketentuan mengenai peruntukan, penggunaan,
persediaan, dan pemeliharaan tata ruang demi kelestarian lingkungan hidup. Untuk
mewujudkan sasaran penataan ruang dan penataan pertahanan demi mewujudkan atau
menjaga kelestarian lingkungan hidup, maka yang dapat di tempuh yakni sebagai
berikut:

1. Mengembangkan kelembagaan melalui penetapan organisasi pengelolaan yang


mantap, dengan rincian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas.
2. Meninngkatkan kemampuan aparatur yang bisa mendukung kegiatan penataaan
ruang dan penataan pertahanan demi menjaga kelestarian lingkungan hidup
3. Menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang termasuk pengamanan terhadap
kawasan yang memiliki aset penting bagi pemerintah.
4. Meningkatkan system informasi, pemantauan, dan evaluasi dalam penataan
ruang dan penataan pertahanan demi menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Tujuan dengan diselenggarakannya penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang


wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional yang diharapkan dapat terwujudnya
keharmonisan anatara lingkungan alam dengan lingkungan hidup, terwujudnya
keteroaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia, serta terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Penataan ruang diklasisfikasikan berdasarkan;

a. Sistem
Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri dari sistem wilayah dan sistem internal
perkotaan
b. Fungsi utama kawasan
Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas Kawasan lindung
dan Kawasan budi daya
c. Wilayah administratif
Berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah Nasional,
penataan ruang wilayah Provinsi, dan penataan wilayah Kabupaten/Kota.
d. Kegiatan kawasan
Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan Terdiri atas penataan ruang
kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan pedesaan
e. Nilain strategis kawasan
Penataann ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang
kawasan strategis Nasional, penataan ruang kawasan Provinsi, penataan ruang
kawasan Kabupaten/Kota.

Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah


Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana dan potensi sumber
daya alam, sumberdaya manusia, dan sumber daya buatan, kondisi ekonomi, sosial,
budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan serta geostrategi, geopolitik, dan
geoekonomi.

Penataan ruang wilayah Nasional, penataan ruang wilayah Provinsi, dan penataan
ruang wilayah Kabupeten/Kota dilakukan secara berjenjang dan komplementer dan
penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah
kedaulatan nasional yang mencangkup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan serta penataan ruang wilayah
Provinsi dan Kabupaten/Kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kemudian ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan Undang-Undang
tersendiri.

Dalam rangka memelihara kelangsungan hidupnya, masyarakat melaksanakan


kegiatan sosial ekonomi dengan mamanfaatkan ruang, dan atas kegiatannya tersebut
masyarakat mengambil peran penting terhadap pembangunan ekonomi suatu wilayah.
Harusnya dalam hal ini penyusunan pada penetapan rencana tata ruang lingkungan
hidup diselenggarakan untuk mewujudkan ruang yang aman dan berkelanjutan.

Tata ruang bagi pengelolaan lingkungan hidup, lingkungan hidup bukan benda benda
berbentuk ruang yang dapat dikotak-kotakkan dengan batas-batas geografis (Kawasan
lindung atau budidaya), administrasi (Provinsi, Kabupaten/Kota), dan demografi
(Perkotaan atau pedesaan) atau politk. Lingkungan hidup merupakan bentuk tangkapan
dari indra manusia tentang segala hal yang mempengaruhi, mengendalikan dan
menentukan kehidupan dan hidup manusia.

Hal yang mencakup, udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, mikroorganisme, ruang, bahan
tambang, organisasi kemasyarakatan (Pemerintahan), kepercayaan, tradisi, kaedah dan
lain sebainya, serta lingkungan hidup dapat diubah dan diperkaya oleh karya manusia,
misalnya:

1. Jalan
2. Gedung
3. Waduk
4. Pabrik dan lain sebagainya
- Masalah pemanfaatan ruang antara kebijakan dan kepentingan
1. Kekeringan
2. Banjir
3. Sosial dan ekonomi
4. Pelanggaran kebijakan tata ruang
- Integrasi penataan ruang dan lingkungan hidup
Intinya dua peraturan (tata ruang dan lingkungan hidup) bertujuan sama, yang berguna
untuk mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dengan lingkungan buatan
serta antara manusia dengan lingkungan itu sendiri sehinnga terciptanya
keseimbangan. Lalu ada 4 sistem lingkungan yang sangat memerlukan perhatian
serius dari setiap orang (Yusuf, 2000:114), yaitu:
1. Sistem biofisik
2. Sistem sosial
3. Sistem ekonomi, dan
4. Sistem politik

Pada dasarnya tujuan penataan ruang antara lain: agar tercapai pemanfaatan ruang
yang berkualitas yakni mewujudkan perlindungan fungsi ruang, dan mencegah serta
menanggulanggi dampak negatif terhadap lingkungan, dan mewujudkan
keseimbangan atara kepentingan ekologi, sosial, dan ekonomi.

Kendala Pemanfaatan ruang

Pertama; rencana yang terus tidak memperhitungkan keserasian, keseimbangan,


dan kelestarian lingkungan
Kedua; kurangnya ketegasan hukum bagi setiap orang yang melanggar ketentuan
dalam ruang. Penegskan hukum lingkungan merupakan upaya untuk mencapai
ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku
secara umum dan individu, melalui pengawasan dan penerapan secara administratif,
kepidanaan, dan keperdataan. Oeleh karena itu penegak hukum lingkungan tidak
hanya bersifat represif tetapi juga preventif.
Ketiga; perencanaan tata ruang selalu dikaitkan dengan rencana pengembangan
investasi
- Konflik Pemanfaatan Ruang
1. Antar wilayah
2. Antar sektor
3. Antar masyarakat dengan pemerintah
4. Antar pemanfaatan rung lingkup negara

Penyebab konflik lebih sering disebabkan tidak adanya komusikasi dan koordinasi
diantara para pihak.

Adapun instrumen dalam pengendalian tata ruang hukum administrasi yakni:

• Peraturan zonasi

Instrumen ini berlaku legal di Indonesia sesuai dengan peraturan rinci tata ruang untuk
setiap zona pemanfaatan ruang. Dalam menciptakan tata kelola ruang yang baik untuk
hukum lingkungan ini mengarahkan pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan zonasi

• Perizinan

Instrumen perizinan ini diatur sesuai dengan pemanfaatan ruang yang ada dalam
prosedur Undang-Undang Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007

• Insentif dan Disinsetif

Instrumen yang digunakan untuk pemberian imbalan pada pelaksanaan pengembangan


konsep terhadap pengendalian pemanfaatan uang sesuai dengan hukum yang berlaku
dan pemberian intensif terkait adanya kenyamanan untuk pelaksanaan pengelolaan dan
pengendalian tata ruang lingkungan hidup.

• Pengenaan sanksi

Menjadi tindakan penertiban untuk memanfaatkan ruang yang tidak sesuai dengan tata
kelola ruang dan peraturan zonasi sehingga setiap orang berkewajiban memanfaatkan
ruang untuk pengelolaan lingkungan yang jauh lebih strategis. Pemerintah bersama
masyarakat mengoptimalkan adanya pengendalian pemanfaatan ruang secara
menyeluruh di mana sanksi pidana telah diatur sesuai dengan Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 mengenai ancaman pidana pada pelanggaran tata ruang.
- Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Upaya penanggulangan degradasi kualitas LH harus dimulai dari proses pengambilan


keputusan pembangunan. Sebagai instrument pengelolaan LH, implementasi KLHS
adalah pada proses pengambilan keputusan perencanaan pembangunan, hal ini lebih
focks pada perencanaan tata ruang. Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah diwajibkan dengan
dasar KLHS (Pasal 19 Ayat (1) UU 32 Tahun 2009). Perencanaa tata ruang wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup (Pasal 19 Ayat (2) UU 32 Tahun 2009)

pengendalian melalui instrumen hukum administrasi tata ruang ini dioptimalkan dengan
implementasi undang-undang yang ada pada penataan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
PENUTUP

Pengendalian dari instrumen hukum administrasi ini mempertimbangkan


lingkungan sebagai objek yang mana mampu untuk merepresentasikan adanya
pengembangan konsep bagi kehidupan manusia terhadap lingkungan. Pengendalian
pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan zona yang terdiri atas amplop uang
berisi koefisien ruang hijau, dasar bangunan dan garis sepadan bangunan. Hal ini juga
digunakan untuk pemberian kenyamanan bagi kehidupan masyarakat dan penjagaan
lingkungan hidup khususnya dalam instrumen hukum administrasi yang tertera dalam
undang-undang. Dengan demikian masyarakat di harapkan dapat memiliki kesadaran
atau kepedulian terhadap lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Bukan hanya
masyarakat atau pemerintah saja, melainkan seluruh warga Negara Kesatuan Republik
indoneisa di harapkan dapat menjaga dan melindungi wilayahnya dari pencemaran yang
nantinya akan berguna bagi kelangsungan hidup lingkungan itu sendiri dengan makhluk
hidup yang ada di dalamnya
DAFTAR PUSTAKA

Jadda, A. A. T. (2019). Tinjauan hukum lingkungan terhadap perlindungan dan


pengelolaan keanekaragaman hayati. Madani Legal Review, 3(1), 39–62.

Johar, O. A. (2021). Realitas Permasalahan Penegakan Hukum Lingkungan Di


Indonesia. Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(1), 54.
https://doi.org/10.31258/jil.15.1.p.54-65

Nina, H. (2015). PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENEGAKAN


HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA Oleh : Nina Herlina, S.H., M.H. *)
ABSTRAK. Unigal.Ac.Id, 3(2), 1–16.

Zulkarnain, C. S. A., Sukarsa, D. E., & Priyanta, M. (2022). Regulasi Tata Ruang Pesisir
Melalui Pendekatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Klhs) Bagi Perlindungan
Terumbu Karang Di Indonesia. LITRA: Jurnal Hukum Lingkungan, Tata Ruang,
Dan Agraria, 1(2), 205–228. https://doi.org/10.23920/litra.v1i2.767

You might also like