Professional Documents
Culture Documents
nikodemusn@outlook.com
Abstract
This research aims to want to see the occurred on the discourse of cultural commodification
of Songkran in Thailand. Songkran in Thailand is a religious and cultural festival, which is
the celebration of New Year in Thailand. Culture of Songkran festival which then becomes
bringing many foreign tourists come to some areas in Thailand like Bangkok, Chiang Mai and
Phuket. This great Festival and then give effect to social, cultural as well as the economy on local
community. The methods used in this study is a qualitative descriptive based on the experiences
both of the author. The data analyzed i.e. secondary data that comes from a variety of scientific
journals, then the primary data are analyzed based on the author’s experience when on the
Songkran festival in Thailand on April, 2019. Based on the analysis that the commodification
of culture happens to Songkran in Thailand is not so much to erode the authenticity of rituals.
This means that the core rituals such as bathing the Buddha statues in the temples still do.
Commodification is a positive impact on the local community, where on area of the festival they
provided tubs for sale in range 5 THB to 15 THB. Then, foreign tourists are pouring in from
various countries are also effect on the local community economy.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan ingin melihat wacana komodifikasi yang terjadi pada budaya
Songkran di Thailand. Songkran di Thailand adalah festival keagamaan dan budaya, yang
sekaligus merupakan perayaan tahun baru di Thailand. Budaya Songkran kemudian menjadi
festival yang mendatangkan banyak turis asing datang ke beberapa wilayah di Thailand seperti
Bangkok, Chiang Mai dan Phuket. Festival besar ini kemudian memberikan dampak kepada
sosial, budaya serta ekonomi masyarakat setempat. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitatif deskriptif berdasarkan pengalaman penulis. Data yang dianalisis yaitu
data sekunder yang berasal dari berbagai tulisan ilmiah, kemudian data primer dianalisis
berdasarkan pengalaman kedua penulis mengikuti festival Songkran di Thailand pada antara
21
22 SIMULACRA, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019
April 2019. Berdasarkan analisis bahwa komodifikasi yang terjadi pada budaya Songkran di
Thailand tidak begitu banyak menggerus keaslian ritual. Artinya ritual inti seperti memandikan
patung Budha di kuil-kuil masih tetap dilakukan. Komodifikasi ini berdampak positif pada
masyarakat lokal, dimana pada area festival mereka menyediakan bak air untuk dijual berkisar
5 THB sampai 15 THB. Kemudian, turis asing yang berdatangan dari berbagai negara juga
berdampak pada perekonomian lokal masyarakat.
karenanya bagaimana nilai pasar dapat hidup. Proses ini di dalam kapitalisme
menggantikan nilai-nilai sosial lainnya. merupakan bentuk baru sekaligus
Sebagai komoditas ia tidak hanya penting komoditas. Para aktor bukannya
untuk berguna, tetapi juga berdaya jual. memproduksi untuk dirinya atau asosiasi
Hal ini berarti bahwa tidak ada nilai langsung mereka, melainkan untuk orang
guna murni yang dihasilkan, namun lain (kapitalis). Produk-produk memiliki
hanya nilai jual, diperjualbelikan bukan nilai tukar, artinya bukannya digunakan
digunakan. Pada pariwisata Thailand, langsung, tapi dipertukarkan di pasar
sarat dengan unsur komodifikasi, hal ini demi uang atau demi objek-objek yang
untuk menarik kunjungan wisatawan lain (Ritzer & Goodman, 2009).
asing ke Thailand. Menurut Winarno (2009) di era
Kemudian, komodifikasi budaya juga globalisasi sekarang ini, implementasi
merupakan suatu proses menjadikan ideologi neoliberal bersandar sangat
unsur-unsur budaya menjadi produk kuat di tiga institusi global, yakni Bank
komoditas yang diperjualbelikan dengan Dunia, IMF, dan WTO. Bank Dunia dan
motif ekonomi melalui proses produksi IMF mengimplementasikan ideologi
ulang, distribusi, dan konsumsi sehingga neoliberal melalui apa yang sering disebut
memudahkan konsumen memahami sebagai Konsensus Washington yang
maksud penampilan (Hikmahwati, 2015). terefleksikan dalam program-program
Pada budaya songkran di Thailand, selain penyesuaian struktural. Sementara WTO,
menjadi sarana pengenalan budaya asli mendesak agenda neoliberal melalui
Thailand saat menyambut tahun baru, proyek perdagangan bebas. Kapitalisme-
juga bermotif unsur ekonomi. Hal ini kapitalisme dunia inilah yang berimbas
terlihat pada saat pelaksanaan songkran, pada komodifikasi global sampai lokal.
warga lokal menjual air yang berkisar Hasil-hasil pembangunan memang
5 THB sampai 15 THB per-tiap mengisi telah mengangkat sebagian besar
senapan air. penduduk dunia dari jurang kemiskinan
Pendapat lain dikemukakan oleh dan keterbelakangan, yang menyebar di
Setiawan (2011) menjelaskan komodifikasi negara-negara seperti China, Malaysia,
adalah proses yang diasosiasikan dengan India, Indonesia, Korea Selatan dan
kapitalisme dimana objek, kualitas, dan juga Taiwan. Rakyat di Amerika Latin
tanda-tanda diubah menjadi komoditas, juga telah menikmati peningkatan
yaitu sesuatu yang tujuan utamanya pendapatan yang cukup signifikan, dan
adalah untuk dijual di pasar. Pandangan terangkat ekonominya jika dibandingkan
Marx (1847) tentang komoditas berakar dengan lima hingga enam dekade lalu
pada orientasi materialisnya, dengan (Winarno, 2009). Hal ini yang menuntut
fokus pada aktifitas-aktifitas produktif negara-negara miskin harus melakukan
pada aktor. berbagai upaya untuk dapat bertahan,
Pandangan Marx adalah bahwa termasuk dalam hal komodifikasi sumber
di dalam interaksi-interaksi mereka daya lokal seperti budaya yang menjadi
dengan alam dan dengan para aktor lain, objek pariwisata yang diperdagangkan.
orang-orang memproduksi objek-objek Pandangan sosialisme, sistem
yang mereka butuhkan untuk bertahan ekonomi yang digunakan bersifat
Nikodemus Niko, Atem: Festival air (songkran)... 25
subsisten, yaitu produksi hanya untuk saat Songkran di Bangkok. Hal ini juga
memenuhi kebutuhan hidup anggota disebutkan oleh Claire, et. al. (2004)
masyarakat saja dan tidak untuk bahwa tradisi perempuan-perempuan
ditumpuk sebagai modal seperti pada tua yang mempersembahkan makanan
sistem kapitalis (Fink, 2010). Kaum untuk leluhur ini lebih dilakukan di
sosialis memandang bahwa sistem Chiang Mai yang merupakan pusat candi
kapitalisme sebagai sistem yang tidak tertua yang ada di Thailand.
adil dan irasional, yang memang sudah Euforia tahun baru dan Songkran
seharusnya dihapuskan. Menurut Mark yang ada di Bangkok sudah berubah
(1847) kapitalisme telah mengakhiri maknanya menjadi komoditas yang
ketidakadilan dan irasionalitas berorientasi pada ekonomi. Bahkan
feodal, namun kapitalisme telah pemerintah Thailand mengumumkan
menggantikannya dengan ketidakadilan bahwa tiap orang di Thailand wajib
dan irasionalitasnya sendiri (Fink, 2010). merayakan hari libur Songkran untuk
Mark (1847) menyebutkan bahwa mempromosikan budaya Thailand
masyarakat sipil akan terancam krisis jika kepada para wisatawan asing (Asian
dibiarkan berjalan sendiri. Pernyataan ini News Motivator, 2010).
memang mengandung multi-tafsir, dapat
diterjemahkan bahwa masyarakat sipil Songkran: Festival, Industri
(yang miskin) apabila terjadi pembiaran Wisata dan Budaya Lokal
oleh negara maka akan terjadi suatu krisis. Thailand
Krisis yang dimaksud dapat berupa krisis Thailand merupakan peninggalan
kemanusiaan seperti kelaparan, wabah kerajaan Budha yang hingga saat ini masih
penyakit, peperangan, dan berbagai terjaga keasliannya. Kebudayaan lokal
masalah sosial lainnya. Disisi lain Hegel masih begitu kental dengan kehidupan
berpendapat bahwa negara dapat dan masyarakatnya, hal ini terlihat masih
harus menjamin kepentingan umum banyak perempuan-perempuan dan
daripada kepentingan-kepentingan laki-laki yang memakai sarung (Sarong).
partikular yang saling bersaing di dalam Sarung wanita paling sering memiliki
masyarakat, dan dengan demikian batas bordir pada bagian hem, sementara
mencegah risiko yang mengancam sarung pria lebih bercorak kotak-kotak
sistem. (Chantamool, Laoakka & Phaengsoi,
Pada saat tahun baru dan Songkran 2015). Selain itu, beberapa aktivitas
dimulai, perempuan-perempuan kebudayaan yang dilakukan tidak bisa
tua di Thailand menyiapkan dan dilepaskan dari pengaruh keagamaan
mempersembahkan makanan untuk yang mereka anut.
leluhur mereka (Claire, et. al., 2004). Sebagaimana diketahui mayoritas
Lebih lanjut, Claire menekankan bahwa masyarakat Thailand ialah penganut
“it is deep within the women’s hearth”. Budha yang taat, mereka sangat
Berdasarkan pengamatan penulis, tradisi menghormati para biksu (Buddhist monk)
persembahan makanan oleh perempuan- dan patung Buddha. Tidak sedikit ritual
perempuan yang sudah tua kepada atau tradisi dilakukan untuk menghormati
leluhur ini tidak terlihat dilakukan dan wujud syukur kepada Budha yang
26 SIMULACRA, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019
mereka yakini sebagai zat yang suci. beri wewangian khas Thailand (Nam Op
Wujud syukur itu dimanifestasikan oleh Thai), masyarakat secara suka cita saling
masyarakat dengan berbagai cara untuk memercikan air atau menyemburkan air
mengungkapkan suka cita atas apa yang satu sama lain baik tua maupun muda
telah mereka peroleh, memanjatkan do’a (Chadchaidee, 1994).
serta harapan-harapan tertentu kepada Perayaan Songkran di tiap-tiap
Tuhan untuk kebaikan-kebaikan dimasa daerah thailand memiliki ciri khas
mendatang. masing-masing. Misalnya di kota besar
Tradisi perayaan tahun baru seperti Bangkok dan Chiang Mai mereka
di Thailand dikenal dengan istilah membawa patung Budha ke jalan dan
“Songkran” yang merupakan tahun mengitari kota, di Nakhon Phanom
baru tradisional Thailand. Songkran ada ritual membuat pagoda dari pasir,
dalam Bahasa Thailand berarti “pindah” sedangkan di Chiang Tung bagian paling
atau “bertukar tempat” secara spesifik penting dalam perayaan Songkran ialah
yakni perpindahan rasi bintang (zodiac) dengan membuat patung kodok/katak
dimana matahari mulai berpindah ke dari tanah dan lumpur di pinggir sungai
Aries. Songkran juga dikenal dengan Khuen (Karlsson, 2013).
sebutan festival air (water festival) yang Menurut Yavaprapas (dalam
mengandung simbol keramah-tamahan, Agarwal, 2009) bahwa festival Songkran
kasih sayang, hubungan dalam keluarga bukanlah asli dari Thailand namun
dan masyarakat secara keseluruhan berasal dari india, asal usul festival
(Tourism Thailand, 2015). Masyarakat ini digambarkan dalam bagian ajaran
Thailand meyakini bahwa air merupakan budha yang disebut “Sermon on Maha
simbol yang dapat membersihkan dari Songkran”. itu dipercayai bahwa mitos
hal-hal buruk atau ketidak beruntungan. orang india tentang Songkran dan
Songkran merupakan festival tahun upacara-upacara menyebar ke Thailand
baru yang paling popular di Thailand, melaui orang Burma (Burmese) pada abad
diadakan pada tanggal 13-15 april setiap ke-11. Sejak saat itu perayaan tahun baru
tahunnya (Agarwal, 2009). Tahun baru tradisional tersebut menjadi perhatian
ini juga telah ditetapkan sebagai hari kerajaan Lanna kuno dengan Ciang Mai
libur nasional, oleh karena itu momen ini sebagai pusat atraksi atau acaranya, dari
menjadi kesempatan bagi orang Thailand sini lah kemudian menyebar ke berbagai
untuk berkumpul bersama keluarga. daerah di Thailand.
Mereka yang berasal dari pedesaan Perayaan festival tahun baru semacam
dan bekerja di kota akan pulang dan ini sebenarnya tidak hanya dilakukan
bertemu keluarga untuk merayakan di Thailand, namun juga di beberapa
Songkran. Dalam perayaan Songkran negara asia tenggara. Hanya saja nama
masyarakat melakukan banyak aktivitas dan cara perayaannya yang berbeda,
seperti melakukan Merit di pagi hari, tetapi tetap berasal dari satu tempat
lalu memberi makan para biksu dan yakni India. Sebutan aslinya adalah
membebaskan burung dari sangkar. Holi yang dilakuan di seluruh India,
Pada sore hari setelah memandikan Songkran di Thailand, Pesta Thingyan
patung Budha dengan air yang telah di di Myanmar, Bpee Mai di Laos, Chaul
Nikodemus Niko, Atem: Festival air (songkran)... 27
Desa Singo Ulung dengan Kondisi Ritzer, G., & Goodman, D. J. 2009. Teori
Ekonomi Sosial Budaya Masyarakat. Sosiologi dan Teori Sosiologi Klasik
Bogor: Institut Pertanian Bogor. sampai Perkembangan Mutakhir Teori
Irianto, A. M. 2016. Komodifikasi Budaya Sosial Postmodern (terj. Nurhadi).
di Era Ekonomi Global Terhadap Yogjakarta: Kreasi Wacana.
Kearifan Lokal: Studi Kasus Eksistensi Setiawati, E. 2000. Orientasi Nilai Budaya
Industri Pariwisata dan Kesenian Penghuni Pemukiman Kumuh (Studi
Tradisional di Jawa Tengah. Jurnal kasus di Kampung melayu kecil,
Theologia. Vol. 27(1):213-236. Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan
Karlson, K. (2013). The Songkran Tebet, Jakarta Selatan). Bogor: Institut
Festival in Chiang Tung: A Symbolic Pertanian Bogor.
Performance of Domination and Tourism Thailand. 2015. Songkran Festival
Subordination between Lowland Tai 2015. Research Library. Retrieved
and Hill Tai. Cultural Interaction: Thai from: https://www.tourismthailand.
Culture. Vol. 23(1):1-13. org/fileadmin/upload_img/
Marx, K. 1847. Kemiskinan Filsafat Home_news/Info_of_Songkran_
(Terjemahan. 2007). Bogor: Hasta Festival_2015.pdf
Mitra. Tourism Thailand. 2019. Tourism
Netherlands Embassy in Bangkok. Authority of Thailand Reveals 2019
2017. Factsheet Toerisme in Thailand. Songkran. Research Library. Retrieved
Research Library. Retrieved from: from: https://www.tourismthailand.
https://www.rvo.nl/sites/default/ org/What-news/detail/Tourism-
files/2017/06/factsheet-toerisme-in- Authority-of-Thailand-reveals-2019-
thailand.pdf Songkra--2987