You are on page 1of 10

ISSN 2622-6952

FESTIVAL AIR (SONGKRAN):


KOMODIFIKASI BUDAYA DI THAILAND

Nikodemus Niko, Atem


Program Pascasarjana Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Padjadjaran

nikodemusn@outlook.com

Abstract
This research aims to want to see the occurred on the discourse of cultural commodification
of Songkran in Thailand. Songkran in Thailand is a religious and cultural festival, which is
the celebration of New Year in Thailand. Culture of Songkran festival which then becomes
bringing many foreign tourists come to some areas in Thailand like Bangkok, Chiang Mai and
Phuket. This great Festival and then give effect to social, cultural as well as the economy on local
community. The methods used in this study is a qualitative descriptive based on the experiences
both of the author. The data analyzed i.e. secondary data that comes from a variety of scientific
journals, then the primary data are analyzed based on the author’s experience when on the
Songkran festival in Thailand on April, 2019. Based on the analysis that the commodification
of culture happens to Songkran in Thailand is not so much to erode the authenticity of rituals.
This means that the core rituals such as bathing the Buddha statues in the temples still do.
Commodification is a positive impact on the local community, where on area of the festival they
provided tubs for sale in range 5 THB to 15 THB. Then, foreign tourists are pouring in from
various countries are also effect on the local community economy.

Keywords: commodification, Songkran Festival, culture

Abstrak
Penelitian ini bertujuan ingin melihat wacana komodifikasi yang terjadi pada budaya
Songkran di Thailand. Songkran di Thailand adalah festival keagamaan dan budaya, yang
sekaligus merupakan perayaan tahun baru di Thailand. Budaya Songkran kemudian menjadi
festival yang mendatangkan banyak turis asing datang ke beberapa wilayah di Thailand seperti
Bangkok, Chiang Mai dan Phuket. Festival besar ini kemudian memberikan dampak kepada
sosial, budaya serta ekonomi masyarakat setempat. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitatif deskriptif berdasarkan pengalaman penulis. Data yang dianalisis yaitu
data sekunder yang berasal dari berbagai tulisan ilmiah, kemudian data primer dianalisis
berdasarkan pengalaman kedua penulis mengikuti festival Songkran di Thailand pada antara

21
22 SIMULACRA, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019

April 2019. Berdasarkan analisis bahwa komodifikasi yang terjadi pada budaya Songkran di
Thailand tidak begitu banyak menggerus keaslian ritual. Artinya ritual inti seperti memandikan
patung Budha di kuil-kuil masih tetap dilakukan. Komodifikasi ini berdampak positif pada
masyarakat lokal, dimana pada area festival mereka menyediakan bak air untuk dijual berkisar
5 THB sampai 15 THB. Kemudian, turis asing yang berdatangan dari berbagai negara juga
berdampak pada perekonomian lokal masyarakat.

Kata Kunci: komodifikasi, Festival Songkran, budaya

PENDAHULUAN Komodifikasi selalu erat dengan


Komodifikasi budaya merupakan nilai ekonomi, kapital dan komersil.
salah satu isu kontemporer yang Komodifikasi mendeskripsikan cara
berkembang seiring dengan pemikiran kapitalisme melancarkan tujuannya
globalisasi di era pascamodernitas ini. dengan mengakumulasi kapital, atau
Komodifikasi merupakan gambaran menyadari transformasi nilai guna
tentang proses barang dan jasa diproduksi menjadi nilai tukar. Artinya bahwa
dengan cepat sebagai komoditas komodifikasi ini merupakan agenda
untuk kebutuhan pasar (Irianto, 2016). kapitalisme global yang kini tengah
Pada tulisan ini membahas tentang terjadi pada masyarakat, baik terjadi pada
unsur komodifikasi yang terjadi pada masyarakat lokal maupun masyarakat
budaya Songkran di Thailand. Selain dunia. Pada era global hari ini, praktik
memuat unsur nilai ekonomi, Songkran budaya sudah bergeser ke media digital
juga memuat unsur nilai budaya dan yang memiliki efek sangat besar bagi
keagamaan yang dapat disaksikan pada perkembangan pariwisata (Arifianto,
saat bersamaan. 2018).
Komodifikasi budaya lahir dari Pada masyarakat di Indonesia secara
adanya arus globalisasi yang tak terlepas umum, dapat kita jumpai kegiatan dan
dari dampak ekonomi dan budaya ritual keagamaan yang menjadi daya tarik
sehingga komodifikasi budaya sangat wisatawan. Hal ini menurut Widyastuti
erat pengaruhnya dengan pendapatan (2011) sudah terjadi sejak lama pada
dan nilai budaya masyarakat setempat masyarakat lokal di berbagai daerah
(Budiman, 2017). Dengan kata lain, dengan tujuan meningkatkan pendapatan
dapat disebutkan bahwa komodifikasi lokal dan memperluas lapangan kerja,
budaya merupakan bentuk tindakan namun disisi lain masyarakat lokal hanya
yang menjadikan unsur-unsur budaya menjadi pelaku usaha yang di dekap oleh
(bahasa, sistem pengetahuan, organisasi dominasi dan hegemoni kaum kapitalis.
sosial, religi dan kesenian) menjadi suatu Hal tersebut juga terjadi pada even
hal yang bernilai ekonomi dan dapat festival air (Songkran) di Thailand, yang
diperjualbelikan sehingga menimbulkan sarat dengan makna meraup untung
suatu modifikasi pada unsur budaya melalui banyaknya turis asing yang
tersebut. berdatangan ke Thailand. Berdasarkan
Nikodemus Niko, Atem: Festival air (songkran)... 23

Tsai dan Sakulsinlapakakorn (2016) HASIL DAN PEMBAHASAN


menyebutkan bahwa terdapat top
Komodifikasi Budaya: Isu Local
three turis asing yang paling banyak Tourism di Thailand
mengunjungi Thailand dari tahun ke Thailand menyimpan kekayaan
tahun yaitu United States of America objek wisata yang penuh daya tarik.
(USA), United Kingdom (UK), dan Salah satunya adalah wisata budaya
Australia. Thailand yang dapat di jumpai pada tiap
Irianto (2016) menyebutkan provinsi, seperti di Chiang Mai, Chiang
bahwa pengembangan seni dan Rai, Pattaya, dan Hat Yai. Tsai dan
tradisi lokal merupakan salah satu Sakulsinlapakakorn (2016) menyebutkan
tuntutan industri pariwisata, yang objek wisata Thailand yang paling
artinya peluang eksistensi tradisi dan banyak diminati wisatawan seperti
lokalitas yang ada dibarengi dengan learning tours, performing arts, festivals,
semakin berkembangnya ekonomi cultural events, monuments sightseeing,
global. Pada tahapan inilah dituntut and travel for pilgrimage. Namun, pada
adanya komodifikasi budaya dalam dasarnya tiap objek wisata yang ada
setiap kearifan lokal yang ada. Pada sisi sudah mengalami komodifikasi.
lain akan mengurangi kesakralan dari Komodifikasi (commodification)
kearifan lokal tersebut, namun disisi lain menurut Barker (dalam Prajnaparamita,
akan mendatangkan peluang bisnis. 2012) mendefinisikan komodifikasi
sebagai proses asosiasi terhadap
METODE kapitalisme, yaitu objek, kualitas dan
Penelitian ini menggunakan jenis tanda dijadikan sebagai komoditas.
metode penelitian kualitatif deskriptif Komoditas adalah sesuatu yang tujuan
dengan eksplorasi data sekunder dan utamanya adalah untuk dijual ke pasar.
primer. Ciri dari jenis penelitian kualitatif Meminjam pemikiran Karl Marx yang
dapat dilihat dalam setiap kajian budaya, memberi makna bahwa komodifikasi
dimana jenis pendekatan ini menekankan sebagai apapun yang diproduksi dan
pada penggalian, penjelasan, dan untuk diperjualbelikan (Evans, 2004).
pendeskripsian pengetahuan secara Pada bahasan ekonomi politik
etik, emik, dan holistik. Data sekunder Marxis, komodifikasi terjadi ketika nilai
dalam penelitian ini didapatkan melalui ekonomi yang ditugaskan untuk sesuatu
penelusuran tulisan-tulisan ilmiah yang sebelumnya tidak dipertimbangkan
seperti jurnal dan buku yang terkait dalam istilah ekonominya, misalnya ide,
dengan tema. Kemudian, data primer identitas atau jenis kelamin (Evans, 2004).
dieksplorasi melalui pengamatan dan Bahkan pada fenomena di Thailand,
interpretasi penulis pada saat festival seks pada anak-anak menjadi salah satu
Songkran berlangsung di Bangkok, bentuk komodifikasi yang paling ekstrem
Thailand. (Niko, 2016).
Komodifikasi menggambarkan
proses dimana sesuatu yang tidak
memiliki nilai ekonomis diberi nilai dan
24 SIMULACRA, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019

karenanya bagaimana nilai pasar dapat hidup. Proses ini di dalam kapitalisme
menggantikan nilai-nilai sosial lainnya. merupakan bentuk baru sekaligus
Sebagai komoditas ia tidak hanya penting komoditas. Para aktor bukannya
untuk berguna, tetapi juga berdaya jual. memproduksi untuk dirinya atau asosiasi
Hal ini berarti bahwa tidak ada nilai langsung mereka, melainkan untuk orang
guna murni yang dihasilkan, namun lain (kapitalis). Produk-produk memiliki
hanya nilai jual, diperjualbelikan bukan nilai tukar, artinya bukannya digunakan
digunakan. Pada pariwisata Thailand, langsung, tapi dipertukarkan di pasar
sarat dengan unsur komodifikasi, hal ini demi uang atau demi objek-objek yang
untuk menarik kunjungan wisatawan lain (Ritzer & Goodman, 2009).
asing ke Thailand. Menurut Winarno (2009) di era
Kemudian, komodifikasi budaya juga globalisasi sekarang ini, implementasi
merupakan suatu proses menjadikan ideologi neoliberal bersandar sangat
unsur-unsur budaya menjadi produk kuat di tiga institusi global, yakni Bank
komoditas yang diperjualbelikan dengan Dunia, IMF, dan WTO. Bank Dunia dan
motif ekonomi melalui proses produksi IMF mengimplementasikan ideologi
ulang, distribusi, dan konsumsi sehingga neoliberal melalui apa yang sering disebut
memudahkan konsumen memahami sebagai Konsensus Washington yang
maksud penampilan (Hikmahwati, 2015). terefleksikan dalam program-program
Pada budaya songkran di Thailand, selain penyesuaian struktural. Sementara WTO,
menjadi sarana pengenalan budaya asli mendesak agenda neoliberal melalui
Thailand saat menyambut tahun baru, proyek perdagangan bebas. Kapitalisme-
juga bermotif unsur ekonomi. Hal ini kapitalisme dunia inilah yang berimbas
terlihat pada saat pelaksanaan songkran, pada komodifikasi global sampai lokal.
warga lokal menjual air yang berkisar Hasil-hasil pembangunan memang
5 THB sampai 15 THB per-tiap mengisi telah mengangkat sebagian besar
senapan air. penduduk dunia dari jurang kemiskinan
Pendapat lain dikemukakan oleh dan keterbelakangan, yang menyebar di
Setiawan (2011) menjelaskan komodifikasi negara-negara seperti China, Malaysia,
adalah proses yang diasosiasikan dengan India, Indonesia, Korea Selatan dan
kapitalisme dimana objek, kualitas, dan juga Taiwan. Rakyat di Amerika Latin
tanda-tanda diubah menjadi komoditas, juga telah menikmati peningkatan
yaitu sesuatu yang tujuan utamanya pendapatan yang cukup signifikan, dan
adalah untuk dijual di pasar. Pandangan terangkat ekonominya jika dibandingkan
Marx (1847) tentang komoditas berakar dengan lima hingga enam dekade lalu
pada orientasi materialisnya, dengan (Winarno, 2009). Hal ini yang menuntut
fokus pada aktifitas-aktifitas produktif negara-negara miskin harus melakukan
pada aktor. berbagai upaya untuk dapat bertahan,
Pandangan Marx adalah bahwa termasuk dalam hal komodifikasi sumber
di dalam interaksi-interaksi mereka daya lokal seperti budaya yang menjadi
dengan alam dan dengan para aktor lain, objek pariwisata yang diperdagangkan.
orang-orang memproduksi objek-objek Pandangan sosialisme, sistem
yang mereka butuhkan untuk bertahan ekonomi yang digunakan bersifat
Nikodemus Niko, Atem: Festival air (songkran)... 25

subsisten, yaitu produksi hanya untuk saat Songkran di Bangkok. Hal ini juga
memenuhi kebutuhan hidup anggota disebutkan oleh Claire, et. al. (2004)
masyarakat saja dan tidak untuk bahwa tradisi perempuan-perempuan
ditumpuk sebagai modal seperti pada tua yang mempersembahkan makanan
sistem kapitalis (Fink, 2010). Kaum untuk leluhur ini lebih dilakukan di
sosialis memandang bahwa sistem Chiang Mai yang merupakan pusat candi
kapitalisme sebagai sistem yang tidak tertua yang ada di Thailand.
adil dan irasional, yang memang sudah Euforia tahun baru dan Songkran
seharusnya dihapuskan. Menurut Mark yang ada di Bangkok sudah berubah
(1847) kapitalisme telah mengakhiri maknanya menjadi komoditas yang
ketidakadilan dan irasionalitas berorientasi pada ekonomi. Bahkan
feodal, namun kapitalisme telah pemerintah Thailand mengumumkan
menggantikannya dengan ketidakadilan bahwa tiap orang di Thailand wajib
dan irasionalitasnya sendiri (Fink, 2010). merayakan hari libur Songkran untuk
Mark (1847) menyebutkan bahwa mempromosikan budaya Thailand
masyarakat sipil akan terancam krisis jika kepada para wisatawan asing (Asian
dibiarkan berjalan sendiri. Pernyataan ini News Motivator, 2010).
memang mengandung multi-tafsir, dapat
diterjemahkan bahwa masyarakat sipil Songkran: Festival, Industri
(yang miskin) apabila terjadi pembiaran Wisata dan Budaya Lokal
oleh negara maka akan terjadi suatu krisis. Thailand
Krisis yang dimaksud dapat berupa krisis Thailand merupakan peninggalan
kemanusiaan seperti kelaparan, wabah kerajaan Budha yang hingga saat ini masih
penyakit, peperangan, dan berbagai terjaga keasliannya. Kebudayaan lokal
masalah sosial lainnya. Disisi lain Hegel masih begitu kental dengan kehidupan
berpendapat bahwa negara dapat dan masyarakatnya, hal ini terlihat masih
harus menjamin kepentingan umum banyak perempuan-perempuan dan
daripada kepentingan-kepentingan laki-laki yang memakai sarung (Sarong).
partikular yang saling bersaing di dalam Sarung wanita paling sering memiliki
masyarakat, dan dengan demikian batas bordir pada bagian hem, sementara
mencegah risiko yang mengancam sarung pria lebih bercorak kotak-kotak
sistem. (Chantamool, Laoakka & Phaengsoi,
Pada saat tahun baru dan Songkran 2015). Selain itu, beberapa aktivitas
dimulai, perempuan-perempuan kebudayaan yang dilakukan tidak bisa
tua di Thailand menyiapkan dan dilepaskan dari pengaruh keagamaan
mempersembahkan makanan untuk yang mereka anut.
leluhur mereka (Claire, et. al., 2004). Sebagaimana diketahui mayoritas
Lebih lanjut, Claire menekankan bahwa masyarakat Thailand ialah penganut
“it is deep within the women’s hearth”. Budha yang taat, mereka sangat
Berdasarkan pengamatan penulis, tradisi menghormati para biksu (Buddhist monk)
persembahan makanan oleh perempuan- dan patung Buddha. Tidak sedikit ritual
perempuan yang sudah tua kepada atau tradisi dilakukan untuk menghormati
leluhur ini tidak terlihat dilakukan dan wujud syukur kepada Budha yang
26 SIMULACRA, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019

mereka yakini sebagai zat yang suci. beri wewangian khas Thailand (Nam Op
Wujud syukur itu dimanifestasikan oleh Thai), masyarakat secara suka cita saling
masyarakat dengan berbagai cara untuk memercikan air atau menyemburkan air
mengungkapkan suka cita atas apa yang satu sama lain baik tua maupun muda
telah mereka peroleh, memanjatkan do’a (Chadchaidee, 1994).
serta harapan-harapan tertentu kepada Perayaan Songkran di tiap-tiap
Tuhan untuk kebaikan-kebaikan dimasa daerah thailand memiliki ciri khas
mendatang. masing-masing. Misalnya di kota besar
Tradisi perayaan tahun baru seperti Bangkok dan Chiang Mai mereka
di Thailand dikenal dengan istilah membawa patung Budha ke jalan dan
“Songkran” yang merupakan tahun mengitari kota, di Nakhon Phanom
baru tradisional Thailand. Songkran ada ritual membuat pagoda dari pasir,
dalam Bahasa Thailand berarti “pindah” sedangkan di Chiang Tung bagian paling
atau “bertukar tempat” secara spesifik penting dalam perayaan Songkran ialah
yakni perpindahan rasi bintang (zodiac) dengan membuat patung kodok/katak
dimana matahari mulai berpindah ke dari tanah dan lumpur di pinggir sungai
Aries. Songkran juga dikenal dengan Khuen (Karlsson, 2013).
sebutan festival air (water festival) yang Menurut Yavaprapas (dalam
mengandung simbol keramah-tamahan, Agarwal, 2009) bahwa festival Songkran
kasih sayang, hubungan dalam keluarga bukanlah asli dari Thailand namun
dan masyarakat secara keseluruhan berasal dari india, asal usul festival
(Tourism Thailand, 2015). Masyarakat ini digambarkan dalam bagian ajaran
Thailand meyakini bahwa air merupakan budha yang disebut “Sermon on Maha
simbol yang dapat membersihkan dari Songkran”. itu dipercayai bahwa mitos
hal-hal buruk atau ketidak beruntungan. orang india tentang Songkran dan
Songkran merupakan festival tahun upacara-upacara menyebar ke Thailand
baru yang paling popular di Thailand, melaui orang Burma (Burmese) pada abad
diadakan pada tanggal 13-15 april setiap ke-11. Sejak saat itu perayaan tahun baru
tahunnya (Agarwal, 2009). Tahun baru tradisional tersebut menjadi perhatian
ini juga telah ditetapkan sebagai hari kerajaan Lanna kuno dengan Ciang Mai
libur nasional, oleh karena itu momen ini sebagai pusat atraksi atau acaranya, dari
menjadi kesempatan bagi orang Thailand sini lah kemudian menyebar ke berbagai
untuk berkumpul bersama keluarga. daerah di Thailand.
Mereka yang berasal dari pedesaan Perayaan festival tahun baru semacam
dan bekerja di kota akan pulang dan ini sebenarnya tidak hanya dilakukan
bertemu keluarga untuk merayakan di Thailand, namun juga di beberapa
Songkran. Dalam perayaan Songkran negara asia tenggara. Hanya saja nama
masyarakat melakukan banyak aktivitas dan cara perayaannya yang berbeda,
seperti melakukan Merit di pagi hari, tetapi tetap berasal dari satu tempat
lalu memberi makan para biksu dan yakni India. Sebutan aslinya adalah
membebaskan burung dari sangkar. Holi yang dilakuan di seluruh India,
Pada sore hari setelah memandikan Songkran di Thailand, Pesta Thingyan
patung Budha dengan air yang telah di di Myanmar, Bpee Mai di Laos, Chaul
Nikodemus Niko, Atem: Festival air (songkran)... 27

Chnam Thmey di Kamboja, Vietnam Widyastuti, 2011). Dengan kata lain


dan Yunnan juga China (Agarwal, 2009). dalam proses komodifikasi Songkran
Namun, eksistensi festival Songkran tidak bisa dilepaskan dari unsur-usur
di Thailand sudah merambah ke dunia politik dan negara. Negara memegang
Internasional, sehingga masyarakat peran penting untuk menambah atau
dunia ingin menyaksikan dan merasakan bahkan mengubah nilai budaya agar
langsung festival ini. memiliki nilai ekonomi dan menjadi
Perayaan Songkran dapat dikatakan produk yang layak jual sesuai standar
bagian dari aktivitas kebudayaan yang pasar baik nasional, transnasional dan
memang sarat akan makna dan nilai yang global.
hakekatnya bersifat sakral dengan tujuan Dalam proses komodifikasi biasanya
untuk membangun hubungan sesama akan di dukung oleh media massa
manusia, alam dan dengan Yang Maha sebagai alat komunikasi pemasaran baik
Kuasa secara murni. Selain festival yang melalui media cetak ataupun digital. Hal
sifatnya hura-hura, Songkran bersifat ini selaras dengan apa yang dilakukan
sakral karena merupakan bagian dari oleh pemerintah Thailand melalui
ritual keagamaan. Namun demikian, Tourism Authority of Thailand (TAT)
saat ini tujuan-tujuan tersebut lebih dengan gencar mempromosikan Budaya
konstruktif dan beragam di sesuaikan Songkran sebagai salah-satu objek
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia wisata yang paling populer di Thailand
dan dimanfaatkan untuk kepentingan dengan menggunakan slogan “Amazing
tertentu. Thailand” untuk mempromosikan ke
Songkran yang semula adalah dunia internasional. Di tahun 2015
kebudayaan masyarakat lokal Thailand promosi pariwisata ini di lengkapi
kemudian dikemas menjadi produk dengan kampanye “Discover Thainess”
yang layak untuk dipertontonkan dan berhasil mendatangkan turis-turis
pada masyarakat yang lebih luas yakni mancanegara baik dari Asia maupun
masyarakat global dan lebih bersifat turis barat (Chantamool, Laoakka dan
komersil yang tentu saja sarat akan phaengsoi, 2015). Dampak dari upaya
nilai-nilai ekonomi. Dengan istiah lain promosi tersebut ibu kota Thailand
kebudayaan atau tradisi Songkran saat yakni Bangkok berhasil menempati
ini telah mengalami proses komodifikasi, daftar Top 10 dunia sebagai kota yang
dimana dalam perspektif politik ekonomi paling menarik untuk dikunjungi dan
komodifikasi hadir dalam bentuk-bentuk berhasil meningkatkan wisatawan dari
komersial yaitu negara menempatkan China, USA, India dan Timur Tengah
aturan berdasarkan standar pasar dan (Netherlands Embassy in Bangkok, 2017).
menetapkan aturan pasar. Pada event Saat ini Budaya memiliki daya tarik
festival Songkran juga terdapat berbagai tersendiri di industri pariwisata. Menurut
pilihan private party yang ditawarkan Richards (2005, dalam Chokriensukchai,
pada saat Songkran berlangsung. 2015) pariwisata yang fokus pada
Komodifikasi ini menjadi alat utama pengalaman budaya saat ini di sebut
untuk mengubah relasi sosial menjadi dengan wisata budaya (cultural tourism).
relasi ekonomi (Curran, 1996 dalam Wisata budaya sendiri ialah pergerakan
28 SIMULACRA, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019

seseorang ke suatu acara budaya khusus mendapatkan banyak keuntungan


seperti situs atau peninggalan sejarah, termasuk meningkatkan pendapatan
artistik, dan manifestasi budaya, seni penghasilan, membuat peluang
dan drama diluar tempat tinggal normal kerja, pengentasan kemiskinan dan
mereka dan pengalaman tersebut menstimulasi ekonomi di berbagai daerah
biasanya termasuk belajar unsur-unsur (World Travel & Tourism Council, 2014
tertentu. Lalu UNESCO mempromosikan dalam Tsai dan Sakulsinlapakorn, 2016).
wisata budaya sebagai upaya memelihara Namun dalam perspektif kritis bahwa
kekayaan warisan dunia, (Richards, industri pariwisata nyatanya produk
2011). Kaitannya dengan komodifikasi kapitalis dimana dalam sistem kapitalis
Meethan (2001, dalam Chokriensukchai, terdapat kepentingan-kepentingan,
2017) memandang pariwisata sebagai yakni siapa yang lebih diuntungkan dan
bagian yang paling penting dalam proses siapa yang dirugikan?
komodifikasi dan konsumsi yang hadir Komodifikasi yang terjadi dalam
dalam masyarakat yang berorientasi Budaya Songkran tampak mengaburkan
pasar. tujuan penyelenggaraan Songkran
Tidak dipungkiri tampaknya itu sendiri, demikan Songkran mulai
Thailand cukup berhasil dalam upaya ditafsirkan dengan kepentingan-
mengkomersialisasikan budaya ke kepentingan tertentu yakni adanya
dalam industri pariwisata, sebagaimana dominasi kepentingan pasar dan
diketahui industri pariwisata di Thailand rekreasional. Sebagai contoh masuknya
menjadi sektor ekonomi yang utama unsur dan instrumen baru dalam
yakni menyumbang sekitar 6-7% dari penyelenggaraan Songkran yakni adanya
pendapatan negara Thailand, pendapatan aktivitas saling tembak menggunakan
mencapai THB 2.5 triliun atau sekitar 71 pistol atau senapan air (water gun),
miliyar USD pada tahun 2016 dengan kegiatan ini secara nyata merupakan hasil
nilai THB 1,6 triliun berasal dari pasar modifikasi budaya yang sebelumnya
internasional dan THB 870 miliar dari tidak pernah ada. Pistol atau senapan
pasar domestik (Netherlands Embassy sendiri tidak lahir dalam kebudayaan
in Bangkok, 2017). Artinya bahwa sektor Thailand namun merupakan produk
pariwisata memegang peranan penting modern yang berasal dari barat. Dengan
dalam peningkatan pendapatan kerajaan begitu penggunaan pistol dan senapan
Thailand. air ini dimaksudkan untuk memenuhi
Tourism Authority of Thailand standar pasar yang membuat perayaan
(TAT) mengungkapkan bahwa hasil songkran lebih layak dijual dimata
pendapatan pariwisata dari kedatangan internasional dan tentu saja mengarah
wisatawan internasional dan perjalanan pada kepentingan ekonomi didalamnya.
domestik selama liburan Songkran 12-16 Kemudian, “air” sebagai unsur
tahun 2019 menunjukkan peningkatan utama dalam perayaan Songkran yang
dengan jumlah mencapai 22.07 miliar mengandung nilai-nilai murni tampak
Baht yakni peningkatan 15 persen tahun menjadi bias ketika air menjadi barang
ke tahun (Tourism Thailand, 2019). yang dikomersialisasikan. Sebagaimana
Melalui industri pariwisata ini Thailand
Nikodemus Niko, Atem: Festival air (songkran)... 29

pengalaman penulis pada saat perayaan DAFTAR PUSTAKA


Songkran di lokasi-lokasi tertentu air Agarwal. R. 2009. Water Festivals of
tidak didapatkan secara geratis namun Thailand: The Indian Connection.
Silpakorn University International
diperjual-belikan dengan harga 5-15 Bath
Journal. Vol. 9(10):7-18.
sesuai dengan ukuran tabung senapan
Arifianto, S. 2018. Praktik Budaya Media
air yang digunakan. Disini penulis Digital dan Pengaruhnya. Yogyakarta:
setuju dengan pandangan Gotham (2002, Aswaja Pressindo.
dalam Porananond, 2015) bahwa proses Asia News Monitor. 2010. Thailand:
komodifikasi dapat memindahkan nilai Songkran festival: One of the most
tukar dalam perdagangan menjadi significant elements of Thailand’s
barang-barang atau komoditas yang cultural heritage. ProQuest Research
Library. Retrieved from: http://search.
dapat dihargai atau dijual. Dalam
proquest.com/docview/1242141233?
proses komodifikasi ini Songkran tidak accountid=14526
dimaknai sebagai simbol relasi sosial yang
Budiman, A. 2017. Hubungan Komodifikasi
utuh namun telah berbenturan dengan Budaya Pertunjukan Bambu dengan
relasi ekonomi yang menimbulkan Pendapatan dan Nilai Budaya
kepentingan tertentu dalam kelompok- Masyarakat. Bogor: Institut Pertanian
kelompok masyarakat. Bogor.
Chadchaidee, T. 1994. Songkran Festival.
Research Library. Retrieved
SIMPULAN from:http://www.tm.mahidol.
Komodifikasi budaya pada festival ac.th/eng/academic/download/
Songkran di Thailand dapat dilihat dari SongkranFestival.pdf
adanya komersialisasi pada berbagai Chantamool, A., Laoakka, S., & Phaengsoi,
aspek, utamanya aspek ekonomi. Artinya K. 2015. Traditional Festivals:
festival budaya yang tadinya merupakan Development of Tourism Routes for
Linking Cultural Heritage Sources in
tradisi keagamaan dan ritual masyarakat
the Catchment Watershed of Mekong
lokal, kemudian menjadi komodifikasi River Basin in Thailand. International
yang sarat dengan nilai ekonomi/ Journal of Sociology and Anthropology.
pendapatan/kapital. Hal ini dapat Vol. 7(11):233-245.
dilihat dari adanya kenaikan jumlah Chokriensukchai, K. (2017). Media
pendapatan dari sektor pariwisata, Exposure to Thai Cultural Universals
terkhusus pada saat pelaksanaan in Myanmar. Athens Journal of Tourism.
Vol. 4 (2):147-164.
festival Songkran di Thailand. Kenaikan
Claire, V. W., et. al. 2004. Offering: Food
jumlah wisatawan asing dalam rangka
Tradition of Older Thai Women at
mengikuti Songkran, tidak terlepas dari Songkran. Journal of Occupational
bagusnya promosi pariwisata Thailand Science. Vol. 11(3):115-124.
di luar negeri, utamanya pariwisata Evans, D. S. 2004. Das Kapital untuk
sektor budaya. Komodifikasi budaya Pemula. Yogyakarta: Resist Book.
Songkran ini tidak terlepas dari berbagai Fink, H. 2010. Filsafat Sosial: Dari Feodal
isu turisme di Thailand. Namun, pada hingga Pasar Bebas. Yogyakarta:
sisi lain adanya komodifikasi budaya Pustaka Pelajar.
Songkran ini kemudian menghilangkan Hikmahwati, D. N. 2015. Hubungan
sebagian sedikit dari kesakralan dalam Komodifikasi Budaya Upacara Bersih
pelaksanaan ritual Songkran.
30 SIMULACRA, Volume 2, Nomor 1, Juni 2019

Desa Singo Ulung dengan Kondisi Ritzer, G., & Goodman, D. J. 2009. Teori
Ekonomi Sosial Budaya Masyarakat. Sosiologi dan Teori Sosiologi Klasik
Bogor: Institut Pertanian Bogor. sampai Perkembangan Mutakhir Teori
Irianto, A. M. 2016. Komodifikasi Budaya Sosial Postmodern (terj. Nurhadi).
di Era Ekonomi Global Terhadap Yogjakarta: Kreasi Wacana.
Kearifan Lokal: Studi Kasus Eksistensi Setiawati, E. 2000. Orientasi Nilai Budaya
Industri Pariwisata dan Kesenian Penghuni Pemukiman Kumuh (Studi
Tradisional di Jawa Tengah. Jurnal kasus di Kampung melayu kecil,
Theologia. Vol. 27(1):213-236. Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan
Karlson, K. (2013). The Songkran Tebet, Jakarta Selatan). Bogor: Institut
Festival in Chiang Tung: A Symbolic Pertanian Bogor.
Performance of Domination and Tourism Thailand. 2015. Songkran Festival
Subordination between Lowland Tai 2015. Research Library. Retrieved
and Hill Tai. Cultural Interaction: Thai from: https://www.tourismthailand.
Culture. Vol. 23(1):1-13. org/fileadmin/upload_img/
Marx, K. 1847. Kemiskinan Filsafat Home_news/Info_of_Songkran_
(Terjemahan. 2007). Bogor: Hasta Festival_2015.pdf
Mitra. Tourism Thailand. 2019. Tourism
Netherlands Embassy in Bangkok. Authority of Thailand Reveals 2019
2017. Factsheet Toerisme in Thailand. Songkran. Research Library. Retrieved
Research Library. Retrieved from: from: https://www.tourismthailand.
https://www.rvo.nl/sites/default/ org/What-news/detail/Tourism-
files/2017/06/factsheet-toerisme-in- Authority-of-Thailand-reveals-2019-
thailand.pdf Songkra--2987

Niko, N. 2016. Boy Prostitute: Kemiskinan Tsai, L. M., & Sakulsinlapakakorn, K.


dan Life Style. Yogyakarta: Deepublish 2016. Exploring Tourist’s Push and
Publishing. Pull Travel Motivations to Participate
in Songkran Festival in Thailand
Porananond, P. Tourism and the as a Tourist Destination: A Case of
transformation of ritual practice Taiwanese Visitors. Journal of Tourism
with sand pagodas in Chiang Mai, and Hospitality Management. Vol.
Northern Thailand. Tourism Review. 4(5)183-197.
Vol. 70 (3), (2015): 165-178.
Widyastuti, D. A. R. 2011. Komodifikasi
Pradjnaparamita, Z. (2012). Komodifikasi Upacara Religi Dalam Pemasaran
tas belanja bermerek: Motivasi dan Pariwisata. Jurnal Komunikasi. Vol.
Identitas Kaum Shopaholic Golongan 1(2):197-208.
Sosial Menengah Surabaya. Surabaya:
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Winarno, B. 2014. Dinamika Isu-Isu Global
Airlangga. Kontemporer. Yogyakarta: CAPS.

Richards G (Ed.) (2011). Cultural tourism:


Global and local perspectives. New York:
Routledge.

You might also like