You are on page 1of 9

KRIMINALISASI KEBIJAKAN

Dwidja Priyatno
Guru Besar Tetap Sekolah Tinggi Hukum Bandung
E-mail : dwidjapriyatno@yahoo.co.id

Abstract

Legal protection, especially against the alleged criminalization policies, which apply to policy
makers and implementers, should be explicitly included in the legislation, as an excuse
criminal eraser, ie eliminate unlawful nature (justification). However, its implementation
should be done with reference also to some general principles of state governance, namely: the
principle of legal certainty, is a principle in law that gave priority to state the basis of
legislation, decency and fairness in every policy of state officials, the principle of Orderly
Operation of the State, is a principle that to order, harmony, and balance in the control of the
state organization, the principle of public interest, is the principle of priority to public welfare
by aspirational, accommodative and selective, the principle of openness, is the principle of
opening up to the right of people to obtain correct, honest and not discriminatory on the
administration of the state with due regard to protection of personal rights, class and state
secrets, the principle of proportionality, is a principle that prioritizes a balance between
rights and obligations of the state, the principle of professionalism, expertise is a principle that
prioritizes based code of ethics and rules of law and regulations, and principles akuntabililas,
is a principle which determines that each activity and the end result of the activities of state
administration must be accountable to the community or the people as the supreme sovereign
state in accordance with the provisions of the legislation in force, also refers to the principles
unwritten law which is the propriety of living in society. During the signs are obeyed, then the
criminalization of policy, will not do.

Keywords: Criminalization Policies ­ Public Policy ­ Crimes Against Public Interest

A. Pendahuluan memberikan kepastian hukum.1 Ilustrasi


Kriminalisasi kebijakan, dewasa ini awal, apa yang dimuat dalam
sangat marak dalam pemberitaan baik metrotvnews, sangat menarik sebagai
media elektronik maupun media cetak. awal pengantar tulisan ini.
Tidak sedikit kepala daerah yang terkena Metrotvnews.com dalam tajuknya yang
dampak dari kebijakan yang dilakukan, hal menyangkut Bank Century menyatakan,
ini membawa dampak apakah kebijakan bahwa:
yang dilakukan tersebut masuk dalam “Sang Paripurna Dewan Perwakilan
ranah hukum administrasi Negara atau Rakyat mengambil keputusan keras
hukum pidana. Perlindungan hukum berkaitan skandal Bank Century. DPR
terhadap pengambil dan pelaksana menilai adanya pelanggaran terhadap
kebijakan, sangat dibutuhkan untuk peraturan perundang-undangan

1
Terlepas dari perbuatan Kepala Daerah dalam melakukan kebijakan, apakah masuk ranah Hukum Pidana ataukah
Hukum Administrasi Negara pada saat ini (tanggal 17 Januari 2011 ), setidaknya ada 155 Kepala Daerah yang terjerat
korupsi, dimana 17 di antaranya adalah Gubemur, hal ini disampaikan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi Dalam
rapat kerja dengan Komite I Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Senin (17/01) di Gedung DPD, Jakarta,
(http://www.politikindonesia.com)

146 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 23 No. 02 September 2010


dalam kebijakan pemberian fasilitas Mulyani harus menjalani proses
pinjaman jangka pendek dan hukum. Ketika mereka harus diperiksa
penyertaan modal sementara kepada di kepolisian dan di kejaksaan. Ketika
Bank Century. Dua pejabat tinggi yang harus mendengarkan tuntutan dan
dianggap paling bertanggung jawab keterangan saksi di persidangan.
terhadap kedua kebijakan tersebut Sampai kemudian menerima vonis
adalah mantan Gubernur Bank dari hakim. Memang belum tentu
Indonesia Boediono dan Ketua Komite keduanya dinyatakan bersalah dan
Stabilitas Sistem Keuangan Sri Mulyani kemudian harus menjalani hukuman.
Indrawati. Boediono kini menjabat Tetapi juga tidak ada jaminan bagi
Wakil Presiden, sementara Sri Mulyani keduanya tidak dinyatakan bersalah
menjabat Menteri Keuangan pada dan kemudian tidak menjalani
Kabinet Indonesia Bersatu II. Lobi-lobi hukuman”.id
yang dilakukan staf khusus Presiden Setidaknya ada dua mantan Gubemur
dan juga Partai Demokrat gagal untuk Bl yakni Sjahril Sabirin dan Burhanudin
menjinakkan sikap partai-partai Abdullah yang akhirnya harus mendekam
politik. Setidaknya ada lima fraksi yang di dalam penjara. Kita kenal integritas dari
sangat keras sikapnya yakni Fraksi keduanya. Mereka tidak mengambil
Golkar, Fraksi Partai Demokrasi sepeser pun uang dari kebijakan yang
Indonesia Perjuangan, Fraksi Keadilan dikeluarkannya. Namun mereka tetap
Sejahtera, Fraksi Gerindra, dan Fraksi dinyatakan bersalah dan mendekam di
Hanura. Putusan politik yang diambil dalam penjara. Pada sosok Boediono, ia
DPR merupakan pukulan telak bagi bukan lagi mantan Gubernur Bl. Pada
pemerintah. Memang sistem politik dirinya melekat jabatan yang sangat tinggi
kita tidak mengenal yang namanya yakni Wakil Presiden Republik Indonesia.
mosi tidak percaya. Namun keputusan Belum ada dalam sejarah Indonesia,
itu merupakan "mosi tidak percaya" seorang pejabat tertinggi di Tanah Air
kepada Boediono dan Sri Mulyani, harus terkena sanksi pidana dan
yang suka tidak suka harus direspons mendekam di dalam penjara. Kita tentunya
oleh Presiden Susilo Bambang tidak ingin ada sejarah hitam seperti itu
Yudhoyono. Kita memang menangkap dalam sejarah politik kita. Oleh karena itu
adanya pandangan yang menyebutkan janganlah kita bermain-main dengan
bahwa putusan DPR bukanlah putusan masalah hukum, apalagi untuk seorang
hukum. Karena itu baik Boediono pejabat tinggi sekelas Wapres atau
maupun Sri Mulyani tidak perlu Presiden. Apakah ada jalan keluar lebih
mundur dari jabatannya2 sampai ada baik yang bisa ditempuh ?3
keputusan hukum yang tetap. Kita Ilustrasi tersebut di atas, sangat
tidak menolak pandangan itu. Hanya menarik manakala pejabat publik dalam
saja bicara hukum hanya enak untuk melakuknan kebijakannya demi
mereka yang tidak menjalaninya. Bagi kepentingan rakyat untuk
mereka yang harus menjalani proses mensejahterakan rakyat akan gamang
hukum tersebut, sungguh merupakan dalam mengambil kebijakan, apabila
sebuah malapetaka. Tidak dikemudian hari kebijakan yang diambil,
terbayangkan orang-orang yang kita mempunyai implikasi hukum (Pidana),
hormati seperti Boediono dan Sri terhadap dirinya sendiri, selaku pengambil

2
Sri Mulyani akhirnya mundur dari jabatan Menteri Keuangan Rl dan menduduki jabatan barunya sebagai Managing
Director Bank Dunia per 1 Juni 2010
3
www.metrotvnews.com, Haruskah Boediono dan Sri Mulyani Dipidanakan, Rabu, 3 Maret 2010 18:51 WIB

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 23 No. 02 September 2010 147


ke b i j a k a n d a n b a h k a n p e l a k s a n a Presiden Yudhoyono berharap tak
kebijakan. Maka diperlukan perlindungan terjadi politisasi yang berlebihan atas
hukum, agar yang bersangkutan tidak kasus Bank Century. Kasus itu perlu
gamang lagi mengambil kebijakan untuk diletakkan dalam konteks yang benar dan
kesejahteraan rakyat. dilihat secara jernih, sesuai ketentuan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono konstitusi dan undang -undang. Yang
atau SBY dalam wawancara khusus dengan bahaya kalau keluar dari konteksnya,
Harian Kompas, SCTV, dan Radio Elshinta, keluar dari koridor, kemudian ada
Minggu (24/1/2010) malam, kepentingan-kepentingan lain. Nah, ini
menyampaikan agar langkah pemerintah yang mengganggu kehidupan bernegara
dan Bank Indonesia mengucurkan dana kita, termasuk misi pemerintah untuk
t a l a n g a n ke B a n k C e n t u r y t i d a k menjalankan program.5
4
dikriminalisasi. Secara Garis Besarnya Sejumlah aaggota DPR, pakar, dan
pendapat Presiden tentang hal tersebut di penggiat antikorupsi tidak setuju dengan
atas adalah sebagai berikut: pendapat Presiden. Kebijakan (policy)
“Menyangkut Bank Century, sikap saya berbeda dengan kebijaksanaan meski
jeias. Saya tetap berpendapat bahwa keduanya terkait dengan pengambilan
yang dilakukan oleh negara, dalam hal keputusan. Kebijakan merupakan basis
ini Menteri Keuangan dan Gubernur untuk pengambi lan keputusan, sedangkan
Bank Indonesia waktu itu, benar- kebijaksanaan merupakan keputusan yang
benar ingin mengatasi masalah Bank bersumber dari diskresi yang dimiliki
Century, masalah perbankan, dan pejabat yang berwenang.
masalah perekonomian. Jangan terjadi Dalam konteks kenegaraan, kebijakan
krisis seperti 10 tahun lalu. Saya dapat bersifat umum ataupun khusus.
meyakini itu, niatnya jelas, tujuannya Kebijakan yang bersifat umum, antara lain,
jelas”. ke b i j a k a n l u a r n e g e r i , ke b i j a k a n
“Saya mengajak masyarakat luas, mari pertahanan, kebijakan fiskal, dan
kita hormati pejabat negara dalam kebijakan pemberantasan korupsi.
menjalankan tugasnya. Kalau ingin Kebijakan yang bersifat khusus, antara
tanya, ya, silakan, namanya angket. lain, kebijakan rekonstruksi pascatsunami,
Namun, jangan di luar konteks, jangan penyaluran subsidi kepada orang yang
ditambah dengan fitnah, jangan berhak, dan kebijakan ujian nasional.
ditambah fiksi, jangan ditambah intrik Sementara kebijaksanaan secara
dan sebagainya. Itu mengganggu sederhana dapat dicontohkan sebagai
politik yang sudah makin bagus. polisi yang mengarahkan lalu lintas untuk
Kasihan rakyat kalau tidak mendapat berjalan melawan arus yang seharusnya.
penjelasan yang gamblang tentang Tujuannya adalah untuk mengurangi
seluk-beluk kasus Century”. kemacetan. Apa yang dilakukan oleh polisi
“Pesan saya adalah kebijakan tidak tersebut tentu melanggar hukum. Namun,
boleh dipidanakan, tetapi kalau ada atas dasar diskresi yang dimiliki, polisi
sisi-sisi lain dari kebijakan itu yang s e b a ga i p e j a b a t ya n g b e r we n a n g
keluar dari yang seharusnya, ada diperbolehkan untuk membuat
penyimpangan, ya penyimpangannya kebijaksanaan yang melanggar aturan
6
itu yang bisa diperkarakan, bukan demi kemaslahatan yang besar.
kebijakan, bukan beleid.” Pandangan-pandangan tersebut di

4
Hikmawanto Juwana, Ikhwal Kriminalisasi Kebijakan, Rabu, 27 Januari 2010, 02:54 WIB, dalam Kompas, diakses pada
hari Sabtu, 15 Mei 2010
5
Kompas.com, Senin, 25/1/2010, 06:56 WIB, Wawancara, Presiden: Jangan Kriminalisasi Kebijakan.
6
Hikmahanto Juwana, Ibid.

148 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 23 No. 02 September 2010


atas, masih menunjukkan ketidakjelasan, policy, beleid, dengan istilah
tentang bagaimanakah perlindungan kebijaksanaan, sedangkan kebijakan
hukum terhadap pengambil dan diterjemahkan dari istilah wisdom,
pelaksanakan kebijakan? wijsheid. Menurut beliau Kebijaksanaan
sebenarnya dapat dirumuskan sebagai
B. Pembahasan perilaku dari sejumlah pemeran (actors)
1. Kebijakan Publik baik pejabat secara perorangan, kelompok
Pe n g e r t i a n k e b i j a k a n s e b a g a i kekuatan politik atau kelompok pakar
pengganti dari istilah “policy" atau “beleid” ataupun instansi/lembaga pemerintah
khususnya dimaksudkan dalam arti yang terlibat dalam suatu bidang kegiatan
“wijsbeleid”, menurut Robert R. Mayer dan tertentu yang diarahkan pada rumusan
Ernest Greenwood kebijakan (Policy) masalah/permasalahan sehubungan
dapat dirumuskan sebagai suatu dengan adanya hambatan-hambatan
keputusan yang menggariskan cara yang tertentu. Untuk selanjutnya mengacu
paling efektif dan paling efisien untuk kepada tindak atau tindakan berpola yang
mencapai suatu tujuan yang ditetapkan mengarah kepada tujuan seraya mencari
secara kolektif.7 David L Sills, sehubungan peluang-peluang untuk mencapai tujuan
dengan pengertian kebijakan menyatakan dan/atau mewujudkan sasaran yang ingin
10
ialah suatu perencanaan atau program dicapai. Selanjutnya beliau menyatakan,
mengenai apa yang akan dilakukan dalam bahwa kebijaksanaan (policy, beleid) baik
menghadapi problem tertentu dan cara negara, pemerintah/Presiden, Menteri dan
bagaimana melakukan atau melaksanakan lain-lain merupakan serangkaian tindakan
sesuatu yang telah direncanakan atau dan kegiatan yang direncanakan untuk
8
diprogramkan. mencapai sasaran dan tujuan yang
Dalam beberapa tulisan ada pula yang diinginkan. Jadi kebijaksanaan melihat ke
menterjemahkan “policy” dengan depan. Sedangkan kebijakan (wisdom,
kebijaksanaan, seperti Muhadjir Darwin wijsheid) dapat berupa tindak/tindakan
menterjemahkan “Public Policy Analysis” seketika (instant decision) melihat urgensi
karya William N Dunn dengan “Analisa serta situasi/kondisi yang dihadapi,
Kebijaksanaan Publik”, Solichin Abdul berupa pengambil keputusan yang dapat
Wa h a b j u ga m e n g g u n a ka n i s t i l a h bersifat pengaturan (tertulis) dan/atau
kebijaksanaan untuk menterjemahkan keputusan tertulis atau lisan yang
istilah “policy”. Akan tetapi dalam bukunya didasarkan atas kekuasaan/wewenang
yang berjudul “Analisis Kebijaksanaan “ diskresioner (discrestionary
beliau juga memakai istilah kebijakan power/authority) yang dimiliki. Diskresi
untuk menterjemahkan istilah “policy” dapat bersifat bebas atau bersifat terikat
(Lihat hlm. 45 dan seterusnya).9 R.M. (pilihan: act of choise) yang merupakan
Girindro Pringgodigdo menterjemahkan kebebasan untuk menetapkan/

7
Sutan Zanti Arbi dan Wayan Ardhana, Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial, Pustekkom Dikbud dan CV Rajawali, yang
merupakan terjemahan dari “The Design of Social Policy” Tulisan Robert P Mayer dan Ernest Greenwood, dalam Barda
Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 1994, hlm. 63.
8
Barda Nawawi Arief, Ibid.
9
Lihat William N. Dunn, Analisa Kebijaksanaan Publik, Penyadur Muhadjir Darwin, Yogyakarta, PT. Hadmata Graha
Widia, Cet. 6, 2000, lihat pula Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan, Edisi Kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 1997.
10
R.M.Girindro Pringgodigdo, Kebijaksanaan, Hirarkhi Perundang­undangan dan Kebijakan Dalam Konteks
Pengembangan Hukum Administrasi Negara di Indonesia, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu Hukum, pada FH
Hukum UI, 16 November 1994, hlm. 7.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 23 No. 02 September 2010 149


memutuskan atas pendapat sendiri (freies dipidana, maka ini berarti kesalahan dari
Ermessen)11; dengan catatan, harus tetap pengambil kebijakan serta keputusan
memperhatikan norma-norma hukum merupakan suatu perbuatan jahat (tindak
yang berlaku dan atas dasar kesadaran pidana). Ini tentu tidak benar.
12
hukum si pelaku/pemeran (actor). Pada prinsipnya kesalahan dalam
Kebijakan Publik (Public Policy), oleh pengambilan kebijakan atau keputusan
Amir Santoso, menggolongkan pengertian tidak dapat dipidana. Dalam hukum
13
kebijakan publik dalam dua konsentrasi, administrasi negara tidak dikenal sanksi
yaitu konsentrasi pada tindakan-tindakan pidana. Sanksi yang dikenal dalam hukum
pemerintah dan konsentrasi pada administrasi negara, antara lain, teguran
implementasi kebijakan dan dampak.14 baik lisan maupun tertulis, penurunan
Kebijakan publik yang terkonsentrasi pangkat, demosi dan pembebasan dari
pada tindakan pemerintah: menurut Rs jabatan, bahkan diberhentikan dengan
Parker, kebijakan publik adalah suatu tidak hormat dari jabatan.
tujuan tertentu atau serangkaian prinsip Meski demikian, terhadap prinsip
atau tindakan yang dilakukan oleh umum bahwa kebijakan serta keputusan
pemerintah pada periode tertentu dalam yang salah tidak dapat dikenai sanksi
hubungannya dengan suatu subjek atau pidana, terdapat pengecualian. Menurut
15
tanggapan terhadap krisis, sedangkan Hikmahanto Juwana, paling tidak ada tiga
pengertian terkonsentrasi pada pengecualian :
implementasi, sebagaimana dikemukakan Pertama, adalah kebijakan serta
oleh Wildavsky, yang menyatakan, keputusan dari pejabat yang
kebijakan publik merupakan suatu bermotifkan melakukan kejahatan
hipotesis yang mengandung kondisi- internasional atau dalam konteks
kondisi awal dari aktivitas pemerintah dan Indonesia diistilahkan sebagai
akibat-akibat yang bisa diramalkan.16 pelanggaran hak asasi manusia berat.
Dalam doktrin hukum internasional
yang telah diadopsi dalam peraturan
2. Perlindungan Hukum perundang-undangan di sejumlah
Menurut Hikmahanto Juwana, dalam negara, kebijakan pemerintah yang
ilmu hukum, bila berbicara tentang bertujuan melakukan kejahatan
kebijakan, keputusan berikut para i n t e r n a s i o n a l t e l a h
pelakunya, maka akan masuk dalam ranah dikriminalisasikan. Adapun kejahatan
hukum administrasi negara. Hukum internasional yang dimaksud ada
administrasi negara tentu harus dibedakan empat kategori yaitu kejahatan
dengan hukum pidana yang mengatur terhadap kemanusiaan, genosida,
sanksi pidana atas perbuatan jahat. kejahatan perang, dan perang agresi.
Bila kebijakan serta keputusan Kedua, meski suatu anomali, kesalahan
dianggap salah dan pelakunya dapat dalam pengambil kebijakan serta

11
Penggunaan Freies Ermessen tidak boleh bertentangan dengan sistem hukum yang berlaku (kaidah hukum positif),
penggunaan Freies Ermessen hanya ditujukan demi kepentingan umum, Muchsan, Beberapa Catatan Tentang Hukum
Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1981, hlm. 28.
12
Ibid., him. 16.
13
W.l. Jenkins dalam Solichin Abdul Wahab, merumuskan kebijakan negara (Public Policy), serangkaian keputusan yang
saling berkaiatan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan seleksi dari
sasaran/tujuan dan cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi tertentu di mana keputusan-keputusan ini
seyogyanya, secara prinsip, berada dalam kekuasaan/kewenangan para aktor tersebut untuk mencapainya. Ibid, hlm.
9.
14
Solahudin Kusumanegara, Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan Publik, Cet. 1, Gava Media, Yogyakarta, 2010, hlm. 3.
15
Ibid, hlm. 4.
16
Ibid.

150 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 23 No. 02 September 2010


keputusan secara tegas ditentukan dikenakan sanksi pidana, dan
dalam peraturan perundang- perlindungan hukum terhadap yang
undangan. Sebagai contoh di Indonesia bersangkutan, tidak dapat diberikan.
adalah ketentuan yang terdapat dalam Begitu rentannya pengambilan suatu
Pasal 165 Undang-Undang kebijakan terhadap tindak pidana korupsi,
Pertambangan Mineral dan Batubara. khususnya berkaitan dengan
Ketentuan tersebut memungkinkan penyalahgunaan wewenang, sehingga
pejabat yang mengeluarkan izin di dalam studi kejahatan, discretionary
bidang pertambangan dikenai sanksi corruption (korupsi yang dilakukan karena
pidana. ada kebebasan dalam menentukan
Ketiga adalah kebijakan serta kebijakan) adalah salah satu tipe korupsi.18
keputusan yang bersifat koruptif atau Sebetulnya kebijakan tersebut yang
pengambil kebijakan dalam masuk dalam ranah hukum pidana, dapat
mengambil kebijakan serta keputusan dikatagorikan sebagai kejahatan terhadap
bermotifkan kejahatan. Di sini yang kepentingan publik (crimes against public
dianggap sebagai perbuatan jahat interest), yang diartikan sebagai tindakan
bukaniah kebijakannya, melainkan melanggar hukum yang merugikan
niat jahat (evii intent/mens rea) dari kepentingan masyarakat banyak dan
19
pengambil kebijakan serta keputusan menyerang martabat publik secara luas.
ketika membuat kebijakan. Contohnya Kejahatan terhadap kepentingan publik
adalah pejabat yang membuat memiliki watak sebagai bidang hukum
kebijakan serta keputusan untuk yang fungsional. Hal tersebut berarti
menyuap pejabat publik lainnya. Atau bahwa kejahatan terhadap kepentingan
kebijakan yang diambil oleh pejabat publik merupakan potongan melintang
karena ada motif untuk memperkaya bidang-bidang hukum klasik dan tersebar
diri sendiri atau orang lain. dalam peraturan perundang-undangan
Dalam contoh terakhir inilah, sejumlah yang khusus. Rumusan-rumusan dalam
anggota Pansus Bank Century berpijak. kejahatan terhadap kepentingan publik
Tindakan ini dapat dipahami karena m e m p u n y a i b e r a g a m k a r a k t e r.
mereka hendak memvalidasi kecurigaan Konsekuensinya seIain terdapat dimensi
publik bahwa kebijakan yang diambil penegakan hukum melalui pendayagunaan
berindikasi koruptif atau memperkaya hukum pidana, tetapi juga dilaksanakan
orang lain, termasuk partai politik melalui sarana kebijakan negara lainnya,
tertentu. Namun, apabila indikasi ke arah s e p e r t i h u k u m a d m i n i s t ra s i d a n
tersebut tidak ada, jangan kemudian mekanisme spesifik sektoral lainnya,
kebijakan serta keputusan yang dianggap termasuk penyelesaian sengketa secara
salah pascadievaluasi dipaksakan untuk perdata. Selain itu, dalam kerangka
dikenai sanksi pidana. Apabila ada penegakan hukumnya kejahatan ini
pemaksaan, tentu akan menyulitkan cenderung berhimpitan dengan
aparat penegak hukum dalam ranah penegakan hukum administrasi,
hukum pidana. 17 khususnya berkenaan dengan konteks
Apabila dikaji uraian di atas, maka sanksi-sanksinya. Karakter sanksi
terhadap ketiga kebijakan tersebut, para administrasi umumnya bersifat reparatif,
pengambil dan pelaksana kebijakan tetap sedangkan konsep sanksi dalam hukum

17
Hikmahanto Juwana dalam Centurygate, Mengurai Konspirari Penguasa­Pengusaha, Penerbit Buku Kompas, April,
2010, hlm. 128 dan 129
18
Eddy OS Hiariej, dalam Centurygate, Ibid, hlm. 131.
19
Syahriah M. Wiryawan, Kejahatan Terhadap Kepentingan Publik Dalam Rancangan KUHP, Cet 1, ELSAM, Jakarta, 2005,
hlm. 1.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 23 No. 02 September 2010 151


pidana cenderung retributif.20 m e l a ra n g p e m b e r i a n k re d i t
Karakteristik kejahatan terhadap tersebut. Menurut Surat Edaran Bl
kepentingan publik secara spesifik dapat pelanggaran terhadap surat edaran
dilihat dari sifat dan pelaku tindak tersebut hanya dikenai sanksi
kejahatannya. Dari sifat sisi kejahatannya, administrasi, tetapi MA dalam
daya rusak kejahatan terhadap putusannya secara tegas
kepentingan publik biasanya memiliki efek menyatakan bahwa terdakwa
yang luas dan besar. Aspek ini mencakup melanggar asas kepatutan dalam
segi kualitas kejahatan yang menggunakan masyarakat, sehingga dipidana,
22
modus operandi yang kompleks maupun karena melakukan korupsi.
dengan memanfaatkan kelemahan- 2. Putusan MA dalam kasus Syahril
kelemahan otoritas hukum, politik, Sabirin. Dalam rangka memuluskan
ekonomi, dan profesi. Kerugian-kerugian klaim Bank Bali seniIai Rp. 904,6
yang ditimbulkan oleh kejahatan ini secara miliar kepada BI, Gubernur Syahril
garis besar dapat dibedakan menjadi dua, Sabirin mengubah Surat Keputusan
yaitu kerugian yang sifatnya individual Bersama (SKB) 6 Maret 1998
maupun yang bersifat massif dan menjadi SKB 11 Februari 1999. Ini
kejahatan yang mengakibatkan kerugian dianggap perbuatan tercela yang
negara. Sementara dari aspek pelakunva, menguntungkan Bank Bali.23
kejahatan terhadap kepentingan publik Jadi, perlindungan hukum terhadap
dilakukan oleh orang-orang atau kelompok pengambil dan pelaksana kebijakan
yang memiliki kekuasaan politik, ekonomi terhadap sanksi pidana, harus dibuktikan
serta akses terhadap teknologi atau ada tidaknya unsur melawan hukum
pengetahuan tertentu. Tindak kejahatan (dalam arti formil dan materiil).
yang berhimpitan dengan kekuasaan Apabila dihubungkan dengan
politik biasanya dilakukan oleh pejabat- pendapat Rs Parker, kebijakan publik
pejabat publik (crimes commited by public adalah suatu tujuan tertentu atau
overs). Kejahatan yang berhubungan serangkaian prinsip atau tindakan yang
dengan kekuasaan dan motif ekonomi dilakukan oleh pemerintah pada periode
biasanya dilakukan oleh korporasi maupun tertentu dalam hubungannya dengan
individu yang memiliki akses khusus serta suatu subjek atau tanggapan terhadap
terbatas. Kejahatan lainnya dilakukan oleh krisis. Pandangan tersebut apabila
dihubungakan dengan Kasus Bank
k a u m p r o f e s i o n a l ya n g m e m i l i k i
21 Century, yang diambil karena krisis
kompetensi spesifik (kejahatan profesi).
moneter, dan itu dapat dibuktikan, maka
Beberapa Yurisprudensi Mahkamah
unsur melawan hukumnya menjadi hilang,
Agung (MA) yang dapat dijadikan rujukan
maka kebijakan tersebut tidak dapat
untuk mengadili kebijakan, yaitu:
dikenakan sanksi pidana. Akan tetapi
1. Putusan MA, 15 Desember 1983
apabila dibuktikan sebaliknya, yaitu tidak
Nomor 275K/Pid/1982 dalam
adanya krisis moneter secara global, maka
Kasus Natalegawa, Direktur Bank
unsur melawan hukum tetap melekat dan
Bumi Daya yang mengeluarkan
kebijakan tersebut dapat dikenakan sanksi
kebijakan pemberian kredlt di
pidana.
bidang real estat kepada PT Jawa
Dalam rangka kepastian hukum dan
Building, padahal ia tahu ada surat
nuansa keadilan, serta perlindungan
edaran Bank Indonesia (BI) yang

20
Ibid., hlm. 1.
21
Ibid.
22
Eddy OS Hiariej, Loc. Cit.
23
Ibid.

152 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 23 No. 02 September 2010


hukum khususnya terhadap kriminalisasi yang berlaku terhadap pengambil dan
kebijakan, kepada pengambil dan pelaksana kebijakan, harus secara tegas
pelaksana kebijakan, menurut penulia dimuat dalam peraturan perundang-
perlindungan hukum tersebut harus undangan, sebagai alasan penghapus
secara tegas dimuat dalam peraturan pidana, yaitu menghapuskan sifat
perundang-undangan dalam bentuk melawan hukum (alasan pembenar). Akan
kebijakan Legislasi. Dengan mengacu pula tetapi pelaksanaannya harus dilakukan
pada beberapa asas umum dengan mengacu pula pada beberapa asas
penyelenggaraan negara (Lihat Pasal 3 UU umum penyelenggaraan negara yaitu: asas
N o . 2 8 Ta h u n 1 9 9 9 t e n t a n g kepastian hukum, adalah asas dalam
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan negara hukum yang mengutamakan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), landasan peraturan perundang-undangan,
yaitu : asas kepastian hukum, asas Tertib kepatutan dan keadilan dalam setiap
Penyelenggaraan Negara, asas kepentingan kebijakan penyelenggara negara, asas
umum, asas keterbukaan, asas Tertib Penyelenggaraan Negara, adalah
proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas yang menjadi keteraturan, keserasian,
asas akuntabilitas dan juga mengacu dan keseimbangan dalam pengendalian
kepada asas-asas hukum tidak tertulis penyelenggaraan negara, asas kepentingan
yang merupakan kepatutan yang hidup di umum, adalah asas yang mendahulukan
dalam masyarakat. Senada dengan kesejahteraan umum dengan cara
pandangan penulis, A.Hamid S Attamimi, aspiratif, akomodatif dan selektif, asas
m e nya t a ka n b a hwa s a n ks i d a l a m keterbukaan, adalah asas yang membuka
peraturan perundang-undangan dan pada diri terhadap hak masyarakat untuk
peraturan kebijakan. Sanksi pidana dan memperoleh informasi yang benar, jujur
sanksi pemaksa yang jelas mengurangi dan dan tidak diskriminatif tentang
membatasi hak-hak asasi warga negara penyelenggaraan negara dengan tetap
dan penduduk hanya dapat dituangkan memperhatikan perlindungan atas hak
dalam undang-undang yang asasi pribadi, golongan dan rahasia negara,
pembentukannya harus dilakukan dengan asas proporsionalitas, adalah asas yang
persetujuan rakyat atau dengan mengutamakan keseimbangan antara hak
persetujuan wakil-wakilnya. Peraturan dan kewajiban penyelenggara negara, asas
perundang-undangan yang lebih rendah profesion alitas, a da la h a sa s ya n g
lainnya hanya dapat mencantumkan sanksi
mengutamakan keahlian yang
pidana bagi pelanggar ketentuannya,
berlandaskan kode etik dan ketentuan
apabila hal itu secara tegas diatribusikan
peraturan perundang-undangan yang
oleh undang-undang. Peraturan kebijakan
berlaku, dan asas akuntabililas, adalah asas
hanya dapat mencantumkan sanksi
24 yang menentukan bahwa setiap kegiatan
administratif bagi pelanggaran
25 dan hasil akhir dari kegiatan
ketentuannya.
penyelenggaraan negara harus dapat
C. Penutup dipertanggungjawabkan kepada
Perlindungan hukum khususnya masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
terhadap dugaan kriminalisasi kebijakan, kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan

24
Lihat Himahanto Juwana, ibid, hlm. 128, Pada prinsipnya kesalahan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan
tidak dapat dipidana. Dalam hukum administrasi negara tidak dikenal sanksi pidana. Sanksi yang dikenal dalam hukum
admimsbasi negara, antara lain, teguran baik lisan maupun tertulis, penurunan pangkat, demosi dan pembebasan dari
jabatan, bahkan diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatan.
25
A.Hamid Attamimi, Hukum Tentang Peraturan Perundang­undangan dan Peraturan Kebijakan, Pidato Purnabakti, FH
Ul, Jakarta, 20 September 1993, dalam Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Adimintrasi Negara Dan
Kebijakan Publik, Nuansa, Bandung, 2009, hlm 159.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 23 No. 02 September 2010 153


ke t e n t u a n p e ra t u ra n p e r u n d a n g - Hukum Administrasi Negara dan
undangan yang berlaku, juga mengacu Peradilan Administrasi di Indonesia,
kepada asas-asas hukum tidak tertulis Liberty, Yogyakarta, 1981.
yang merupakan kepatutan yang hidup di
dalam masyarakat. Selama rambu-rambu R.M.Girindro Pringgodigdo,
tersebut dipatuhi, maka kriminalisasi Kebijaksanaan, Hirarkhi Perundang­
kebijakan, tidak akan dilakukan. undangan dan Kebijakan Dalam
Konteks Pengembangan Hukum
Administrasi Negara di Indonesia,
Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap
Ilmu Hukum, pada FH Hukum Ul, 16
DAFTAR PUSTAKA November 1994.

A. Hamid Attamimi, Hukum Tentang S o l i c h i n A b d u l Wa h a b , A n a l i s i s


Peraturan Perundang­undangan dan Kebijaksanaan, Edisi Kedua, Jakarta,
Pe ra t u ra n Keb i ja ka n , P i d a to Bumi Aksara, 1997.
Purnabakti, FH UI, Jakarta, 20
September 1993. Solahuddin Kusumanegara, Model dan
Aktor Balam Proses Kebijakan Publik,
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Cet 1, Gava Media, Yogyakarta, 2010.
Dalam Penanggulangan Kejahatan
Dengan Pidana Penjara, Badan Sya h r i a h M . W i r yawa n , Ke j a h a t a n
Penerbit Universitas Diponegoro, Terhadap Kepentingan Publik Dalam
Semarang, 1994. Rancangan KUHP, Cet I, ELSAM,
Jakarta, 2005.
Dunn, William N, Analisa Kebijaksanaan
Publik, Penyadur Muhadjir Darwin, Sutan Zanti Arbi dan Wayan Ardhana,
Yogyakarta, PT.Hadinata Graha Widia, Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial,
Cet 6, 2000 Pustekkom Dikbud dan CV Rajawali,
yang merupakan terjemahan dari “The
Hikmahanto Juwana, Ihkwal Kriminalisasi Design of Social Policy”
Kebijakan, Rabu, 27 Januari 2010,
02:54 WIB, dalam Kompas, diakses w w w. m e t ro t v n e ws . c o m , H a r u s ka h
pada hari Sabtu, 15 Mei 2010 Boediono dan Sri Mulyani Dipidanakan,
Rabu, 3 Maret 2010 18:51 WIB
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik
Sudrajat, Hukum Adiministrasi Negara
Dan Kebijakan Publik, Nuansa,
Bandung, 2009.

Kompas, Centurygate, Mengurai Konspirasi


Penguasa­Pengusaha, Penerbit Buku
Kompas, April 2010.

Kompas.corn, Senin, 25/1/2010 | 06:56


WlB, Wawancara, Presiden: Jangan
Kriminalisasi Kebijakan.

Muchsan, Beberapa Catatan Tentang

154 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 23 No. 02 September 2010

You might also like