You are on page 1of 15

HUBUNGAN STABILITAS EMOSI DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KUALITAS HIDUP

TENAGA KESEHATAN
DI MASA PANDEMIK COVID-19

Sri Rahayu, Dr. IGAA Noviekayati, Dyan Evita Santi


Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
rahayutbn@gmail.com

ABSTRAK
Emotional stability and self-efficacy are very important factors for health workers because they
will affect the quality of their lives. So that health workers can be more confident in themselves in
determining their attitudes and carrying out the assigned tasks if they have good emotional stability. The
objectives of this study were (1) to determine whether there was a relationship between emotional
stability, self-efficacy and quality of life for health workers during the COVID-19 pandemic (2) to
determine whether there was a relationship between emotional stability and quality of life for health
workers during the COVID-19 pandemic. (3) determine whether there is a relationship between self-
efficacy and the quality of life of health workers during the COVID-19 pandemic. This study used
qualitative research methods. The number of subjects was 100 health workers. The data collection
technique is using the online Google Link form and offline using a form which all contains 3 (three)
variable question items compiled by the researcher himself. The results showed that the results of the first
hypothesis (H1), X1 and X2 have a simultaneous effect on Y with a significant value of 0,000 < 0,05 and
a calculated F value of 16.066> F table 3,090, so it can be concluded that there is a relationship between
emotional stability (X1) and self. efficacy (X2) together on quality of life (Y). Analysis of the product
moment for the second and third hypotheses (H2) & H (3), namely the independent variables (X1, X2)
partially affect the dependent variable (Y), obtained a significance value for the influence of the emotional
stability variable (X1) on quality of life (Y) amounting to 0,123 > 0,05 and the t value of 1,556 < t table
1.984, it can be concluded that H2 or the second hypothesis is rejected, meaning that emotional stability
(X1) does not affect the quality of life (Y). Whereas H3 obtained a significance value for the influence of
the self-efficacy variable (X2) on quality of life (Y) of 0,000 < 0,05 and the t value of 3,700 > t table
1.984, it can be concluded that H3 or the third hypothesis is accepted, meaning that there is a positive
relationship between self-efficacy. (X2) with quality of life (Y). The conclusion is that emotional stability
and self-efficacy of health workers simultaneously (together) have an influence on the quality of life
during the COVID-19 pandemic.

* Keywords: Emotional Stability, Efikasi diri, Quality of Life, and Health Worker

Kestabilan emosi dan efikasi diri merupakan faktor yang sangat penting bagi tenaga kesehatan karena
akan mempengaruhi kualitas hidupnya.Sehingga tenaga kesehatan dapat lebih yakin terhadap dirinya
dalam menentukan sikap dan menjalani tugas-tugas yang diberikan apabila mempunyai stabilitas emosi
dan self efficacy yang baik. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) mengetahui apakah ada hubungan
antara stabilitas emosi, efikasi diri terhadap kualitas hidup tenaga kesehatan di masa pandemik COVID-19
(2) mengetahui apakah ada hubungan antara stabilitas emosi terhadap kualitas hidup tenaga kesehatan di
masa pandemik COVID-19 (3) mengetahui apakah ada hubungan antara efikasi diri terhadap kualitas
hidup tenaga kesehatan di masa pandemik COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Jumlah subyek sebesar 100 orang tenaga kesehatan. Teknik pengumpulan datanya dengan
online Link Google form dan offline menngunakan form yang semua berisi item pertanyaan 3 (tiga)
variabel yang disusun oleh peneliti sendiri. Hasil penelitian didapatkan hasil hipotesis pertama (H1), X1
dan X2 berpengaruh secara simultan terhadap Y dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 dan nilai F hitung
sebesar 16,066 > F tabel 3,090, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara stabilitas emosi (X1) dan
efikasi diri (X2) secara bersama-sama terhadap kualitas hidup (Y). Analisis product moment untuk
hipetesis kedua dan ketiga (H2) & H (3) yaitu variabel independen (X1, X2) secara parsial berpengaruh
terhadap varibel dependen (Y) diperoleh nilai signifikansi untuk pengaruh variabel stabilitas emosi (X1)
terhadap kualitas hidup (Y) sebesar 0,123 > 0,05 dan nilai t hitung 1,556 < t tabel 1,984 maka dapat
disimpulkan bahwa H2 atau hipotesis kedua ditolak artinya stabilitas emosi (X1) tidak mempengaruhi
kualitas hidup (Y). Sedangkan H3 diperoleh nilai signifikansi untuk pengaruh variabel efikasi diri (X2)
terhadap kualitas hidup (Y) sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung 3,700 > t tabel 1,984 maka dapat
disimpulkan bahwa H3 atau hipotesis ketiga diterima artinya ada hubungan positif antara efikasi diri (X2)
dengan kualitas hidup (Y). Kesimpulanya bahwa stabilitas emosi dan efikasi diri tenaga kesehatan secara
simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidupnya dimasa pandemik COVID-19.

*Kata kunci : Stabilitas Emosi, Efikasi diri, Kualitas Hidup, dan Tenaga Kesehatan
PENDAHULUAN Menilik data fenemona sebaran COVID-
19 tersebut bukan tidak mungkin akan
Pelayanan kesehatan di rumah sakit mengubah kualitas hidup tenaga kesehatan.
sangat komplek yang terdiri dari beberapa jenis Kualitas hidup itu sendiri menurut World Health
pelayanan. Jenis pelayanan di rumah sakit tidak Organization adalah Bagaimana individu
hanya melayani pasien secara langsung tetapi tersebut mempersepsi dirinya dalam
ada jenis pelayanan yang melayani pasien secara kehidupannya di dalam kontek budaya dan nilai
tidak langsung. Berbagai jenis pelayanan di dari sitem dimana mereka berada yang
rumah sakit meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan tjuan hidup, standar,
semuanya berkontribusi untuk meningkatkan harapanya dan hal lain yang terkait. Cakupan
pelayanan publik secara optimal. Hal ini seperti masalah kualitas hidup sangak komplek dan
yang tercantum dalam Permenkes RI Nomor 3 cukup luas diantaranya mencakup masalah status
Tahun 2020, mendefinisikan rumah sakit sebagai psikologis, kesehatan fisik, tingkat dari
institusi pelayanan kesehatan yang kebebasan, hubungan sosial dan lingkungan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tempat tinggalnya (World Health Organization,
perorangan secara paripurna yang menyediakan 2012). Menilik pengertian kualitas hidup dari
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat WHO, saat ini tenaga kesehatan sedang
darurat. Rumah sakit adalah institusi dengan mengalami perubahan kualitas hidupnya akibat
banyak keunikan yang tidak ditemukan pada dari pandemik COVID-19. Perubahan yang
organisasi atau badan usaha lainnya. Rumah dialami oleh tenaga kesehatan yaitu perubahan
sakit merupakan suatu badan usaha yang padat kondisi psikologis, kehidupan, dan pola pikir
karya, padat modal, padat teknologi dan padat tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit
konflik secara intern dan ekstern. Rumah sakit yang menjadi rujukan COVID-19. Sedangkan
merupakan sarana pelayanan kesehatan rujukan tingkatan kualitas hidup dipengaruhi beberapa
(tingkat pertama, kedua, dan ketiga) (Adisasmito faktor seperti dikutip dalam Damanik dan
2009). Mengacu pada hal-hal tersebut rumah Maghfiroh (2017) tingkatan kualitas hidup yang
sakit wajib untuk memberikan pelayanan publik dimiliki seseorang berbeda-beda dipengaruhi
yang terbaik. Sedangkan dengan penambahan faktor fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan
pasien COVID-19 bukan tidak mungkin akan (dalam Rohmah, dkk, 2012). Semakin
merubah kondisi psikologis pegawainya yang banyaknya tenaga kesehatan yang terinfeksi
akan mempengaruhi stabilitas emosi dan efikasi terutama yang bekerja di dirumah sakit rujukan
diri pegawai. COVID-19, hal ini menjadikan perubahan
Saat ini rumah sakit yang menjadi pusat lingkungan, situasi sosial dan psikologis yang
rujukan COVID -19 bertambah, yang tidak mendukung bagi kualitas hidup tenaga
sebelumnya ditetapkan sejumlah 132 rumah kesehatan. Banyak sekali faktor permasalahan
sakit rujukan. Selanjutnya pemerintah mengenai COVID-19 yang menyebabkan
menyiapkan 227 tambahan rumah sakit untuk kekhawatiran pada tenaga kesehatan yang
perawatan pasien COVID -19, total rumah sakit bekerja di rumah sakit rujukan COVID-19.
rujukan COVID-19 pada bulan Maret 2020 Sehingga berpengaruh pada perubahan persepsi
adalah sebesar 359. Pertimbangannya karena kualitas hidup para tenaga kesehatan yang
disebabkan terus bertambahnya jumlah kasus bekerja pada rumah sakit rujukan COVID-19.
pasien yang positif di indonesia (Sehat Negeriku Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kemenkes 2020). banyak tenaga kesehatan mengalami Syndrome
Data sebaran Virus Corona 19 telah Bournout yaitu mengalami sindroma psikologis
menyebar keseluruh Indonesia, muncul pertama akibat respon kronik terhadap stressor atau
kali yaitu pada tanggal 2 Maret 2020. Korban konflik. Terdapat 3 karakteristik gejala burnout
terus bertambah dan pada tanggal 28 Agustus ini, yakni keletihan emosi, kehilangan empati
2020 korban telah mencapai 165.887 orang, dan rasa percaya diri (lifestyle.bisnis.com).
dimana 120.900 orang sembuh sedangkan 7.169 Bagaimana tenaga kesehatan mengalami
orang meninggal (sumber: masalah psikologis karena pada saat ini terjadi
https://www.covid19.go.id/). peningkatan beban besar di sistem pelayanan
kesehatan apalagi tenaga kesehatan yang sudah keselamatan dirinya. Muncul masalah-masalah
menikah akan mengalami penurunan stabilitas baru dalam pelayanan rumah sakit yang harus
emosi karena ada perasaan khawatir dengan dihadapi oleh tenaga kesehatan. Stigmasisasi
keluarganya, atau kerinduan terhadap pada tenaga kesehatan yang buruk. Ada yang
keluarganya (lifestyle.bisnis.com). Apabila dikucilkan oleh tetangga karena dianggap
keadaan emosi dan efikasi diri mengalami bekerja dirumah sakit yang berdekatan dengan
hambatan maka persepsi kualitas hidupnya juga penderita COVID-19. Hubungan sosial dengan
akan mengalami ketimpangan. Thorndike dan teman dan sahabat lain menjadi terbatas. Hal
Hagen (dalam Chaturvedi, Chander, 2010) tersebut semuanya merupakan kasus-kasus yang
seseorang yang mempunyai kestabilan emosi berakibat pada kualitas hidup para tenaga
ditandai adanya keseimbangan suasana hatinya, kesehatan. Masih banyak lagi kasu-kasus yang
lebih optimis, mempunyai keseimbangan terjadi pada saat ini yang dialami oleh tenaga
maksud, kepentingan, ceria, tenang, merasa kesehatan baik secara pribadi, sosial di
sehat, tidak mudah merasa bersalah, bebas dari lingkungan tepat kerja dan tempat tinggalnya.
rasa khawatir, tidak merasa kesepian, tidak Akibat ketidaksiapan tersebut maka akan
mudah melamun, memiliki ide dan suasana mengalami perasaan khawatir, takut, cemas dan
perasaan yang lebih tenang. Pada masa tidak siap secara mental. Oleh karena itu
pandemic COVID-19 apabila tenaga kesehatan efficacy diri atau keyakinan diri untuk
mengalami gangguan psikologis akibatnya akan menghadapi situasi dan kondisi lingkungan yang
terjadi perubahan emosi dan mengalami membahayakan sangat diperlukan agar stabilitas
kecemasan, khawatir, takut, kelelahan. emosi juga terjaga begitu juga sebaliknya.
Sedangkan kualitas hidup seseorang yang Masalah yang dialami oleh tenaga
dianggap mengalami penurunan apabila individu kesehatan yang bekerja di rumah sakit rujukan
tersebut tidak dapat mengatasi perubahan COVID-19 di indonesia hampir sama. Seperti
lingkungannya akibat bencana, tidak mampu yang dimuat dalam trustmedis Kementerian
mengontrol emosi sehingga menjadi stress, Kesehatan Republik Indonesia (Juli, 2020),
terjadi tekanan-tekanan dalam dirinya akibat masalah yang dialami diantaranya adalah (1)
tugas yang dijalani, kemampuan mengontrol jam kerja yang panjang, dimana bagi mereka
kondisi kesehatannya terhadap tugas yang yang bekerja diindustri medis akan memiliki jam
dibebankan (Raebun dan Rootman). kerja yang lebih banyak baik itu di rumah sakit
Kualitas hidup tenaga kesehatan akan dan klinis pelayanan kesehatan hal ini sudah
terjadi ketimpangan apabila tidak siap menjadi informasi umum. Oleh karenaitu tenaga
menghadapi pandemik COVID-19. Selama medis diberikan pembagian shift kerja atau
pandemik kebiasaan sehari-hari mengalami bergantian. Sistem kerja yang panjang dan
perubahan yang berakibat pada menurunnya memiliki tingkat stres yang tinggi harus
kualitas hidupnya. Menurunya kualitas hidup mempunyai kekuatan mental dan rasa empati
disebabkan karena menyesuaikan hal-hal baru yang tinggi pada pasien. Semua ini akan dapat
yang dihadapi yang selama pandemik. Beban dilakukan apabila mempunyai waktu untuk
kerja tenaga kesehatan semakin berat, dan istirahat yang cukup apabila terjeadi kelelahan
merasa tidak aman bekerja dilingkungan tempat fisik maka akan menjadikan menurunnya
kerja. Waktu bersama keluarga tidak sebebas kestabilan emosi. (2) melakukan banyak
dari sebelumnya. Banyak membatasi diri untuk kegiatan dalam waktu yang bersamaan (3)
bertemu dengan keluarga besarnya. Anak-anak paparan infeksi yang semakin meningkat (4)
belajar online yang harus banyak memberikan mengalami korban stigma negatif dari
perhatian sedangkan pekerjaan di rumah sakit masyarakat, kejadian yang dialami semenjak
semakin berat. Ada rasa khawatir dan cemas terjadinya pandemi, banyak kejadian tidak
dengan situasi pandemik, takut terinfeksi yang mengenakkan sempat dialami tenaga medis di
akan berakibat pada diri dan keluarganya. tengah masyarakat. Beberapa waktu lalu
Teman sejawat banyak yang terinfeksi sehingga kembali terjadi peristiwa yang cukup
harus lebih banyak berhati-hati dan hal ini meperihatinkan. Perawat di RSUD Bung Karno
menimbulkan perasaan khawatir pada Solo, Jawa Tengah diusir oleh pemilik kosnya di
kawasan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Seperti negara China di negara Australia dan beberapa
yang dikatakan oleh Ketua Tim Penanggulangan negara Amerika (sumber, Tempo.com, 2020).
Bencana yaitu dr. RP Uva Utomo dari RSUP Dr. Dari teori yang dikemukakan oleh
Kariadi bahwa stigma negatif masyarakat akan Taylor (2019) diatas beserta fenomena yang
memberikan dampak pada kondisi para tenaga terjadi pada tenaga kesehatan di indonesia dan
medis. Karena pengaruh tersebut berakibat pada fenomena di negara China dapat ditarik
tidak maksimalnya dalam melakukan pelayanan kesimpulan bahwa pandemi COVID-19 pada
untuk memulihkan energi setelah seharian kenyataanya telah mengubah manusia dalam
bekerja mengobati pasien yang terpapar virus segala hal diantaranya adalah adalah
corona. Dampak lainnya yaitu waktu istirahat menurunnya stabilitas emosi, keyakinan diri
dan kenyamanan tidur yang kurang padahal (efikasi diri) yang berakibat pada menurunya
istirahat yang cukup sangat dibutuhkan. Perihal kualitas hidup. Menurunnya stabilitas emosi dan
lain yang menggangu kondisi psikologisnya efikasi diri apabila tidak segera diatasi akan
yaitu perasaan bersalah terhadap diri sendiri menurunkan kualitas hidup.
apabila menangani pasien yang tidak dapat Secara khusus pegawai di rumah sakit
diselamatkan nyawanya, merasa harus selalu pada kenyataanya banyak yang mengalami
waspada setiap waktu terhadapkeselamatan gangguan secara psikologis tidak hanya pada
dirinya sendiri dari paparan virus corona 19. tenaga medis tetapi juga pada tenaga non medis.
Gangguan yang menyerupai stres pasca trauma Seperti halnya hasil studi di Singapura dan studi
(PTSD) sedikit banyak akan dialami karena Huang dkk (dikutip dari Agung, 2020)
terjadi “respon ancaman kronis.” Meningkatnya menunjukkan bahwa COVID-19 berdampak
gejala hyperousousal merupakan kejadian respon terhadap pekerja medis dan non medis yang
ancaman kronis dimana yang bersangkutan bekerja di rumah sakit, seperti kecemasan, stres,
mengalami gejala susah tidur, merasa cemas Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD) dan
yang berlebih, mengalami gangguan konsentrasi, depresi (Tan,dkk., 2020). Sementara studi
mudah marah, dan emosi meledak-ledak. Semua Huang, dkk (2020) di China menunjukkan
kejadian tersebut dapat menurunkan kualitas bahwa perawat mengalami emosi negatif (cemas
hidup tenaga kesehatan. dan takut). Sebagai garda terdepan dalam
Tenaga kesehatan yang mempunyai penanganan COVID-19, pekerja medis (dokter,
kualitas hidup yang baik tidak lepas dari perawat, & staff) menghadapi situasi yang tidak
stabilitas emosi dan efikasi diri yang baik. pasti, penuh risiko, dan tertekan sehingga mudah
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh mengalami gangguan psikologis. COVID-19
Taylor (2019) dalam bukunya “The Pandemic of memberikan dampak signifikan terhadap
Psychology” yaitu pandemi akan mempengaruhi kondisi mental pekerja medis dan non medis.
kondisi psikologis masyarakat secara luas dan Berdasarkan beberapa hasil penelitian
masif dimana akan terjadi perubahan emosi yaitu di atas, bahwa pegawai di rumah sakit baik
merasa takut, cemas dan khawatir sedangkan medis dan non medis mengalami gangguan
perubahan perilaku sosial yaitu menghindar, psikologis. Gangguan psikologis akibat
terjadi stigmasisasi, perilaku hidup sehat, cara pandemik COVID -19 yang terjadi pada individu
berpikir dalam memahami informasi tentang akan menyebabkan terjadinya penurunan
sehat dan sakit. Seperti halnya di negara China stabilitas emosi, efikasi diri dan kualitas hidup.
pada masa pandemi terjadi kasus pandemik Stabilitas emosi terganggu apabila mengalami
psikologi, dan yang terjadi di masyarakat stress. Stress terjadi karena memang lebih
menimbulkan prasangka, diskriminasi outgroup cenderung berkaitan dengan sesuatu yang
yang akan berpotensi besar timbulnya konflik negatif. Kondisi stress yang berlebih biasanya
sosial dan rasa benci. Misalkan saja karena virus menimbulkan efek fisiologis dan kebanyakan
corona berasal dari Wuhan daerah yang erada di setiap orang tidak merasa nyaman dengan
negara China maka di juluki Virus Wuhan atau perubahan fisiologis yang mengganggu. Stress
Virus China, hal ini menimbulkan prasangka, yang berlebihan menimbulkan efek kepada
kebencian dan diskriminasi terhadap warga setiap orang (Lin & Huang, 2014).
Stabilitas emosi itu sendiri adalah mengeskpresikan perilaku tersebut orang akan
keadaan yang mencirikan seseorang yang merasa bahagia dan hidup dengan tenang.
dewasa/matang secara emosi, yang reaksi-reaksi Berdasarkan beberapa uraian dan
emosinya tepat bagi situasi dan konsisten dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
suatu kondisi dengan kondisi yang lain (kamus kestabilan emosi pegawai tidak lepas dari
psikologi, Reber, 2010). Thorndike dan Hagen bagaimana pegawai tersebut bisa mengendalikan
(dalam Chaturvedi, Chander, 2010) seseorang emosinya, tidak mudah rapuh, dan dalam kondisi
yang mempunyai kestabilan emosi ditandai stabil menghadapi setiap permasalahan.
adanya keseimbangan suasana hatinya, lebih Sehingga akan merasakan ketentraman dalam
optimis, mempunyai keseimbangan maksud, menjalani hidup. Seperti penelitian yang telah
kepentingan, ceria, tenang, merasa sehat, tidak dilakukan oleh Susanti (2013) bahwa kestabilan
mudah merasa bersalah, bebas dari rasa emosi memberikan kontribusi pengaruh yang
khawatir, tidak merasa kesepian, tidak mudah positif terhadap kinerja pegawai. Hal ini
melamun, memiliki ide dan suasana perasaan membuktikan bahwa kestabilan emosi sangat
yang lebih tenang. penting bagi individu dalam upaya untuk
Kestabilan Emosi menurut Schneiders menyesuaikan diri terhadap lingkungan
(1964) adalah kemampuan yang dimiliki oleh kerjanya.
individu dalam mengontrol emosi dengan Individu yang mampu mengendalikan
menampilkan respon reaksi yang tepat atas reaksi yang berlebihan atas stimulus yang
rangsang yang diterima, yang mana hal ini akan diterima dapat dikatakan bahwa individu
menjadikan individu mampu menyesuaikan diri tersebut mempunyai emosi yang stabil. Individu
dengan kondisi yang sedang dialami atau pada tersebut mampu mengendalikan ekspresi yang
saat bersosialisasi dan berelasi denga orang lain akan dikeluarkan atau ditampilkan melalui
Menurut Schneider (dalam Surya, 2016), berbagai cara dengan cara yang tepat. Kestabilan
kestabilan emosi ditandai dengan adanya aspek- emosi dikutif dalam Yenisa (2019) kestabilan
aspek dalam individu yang meliputi adekuasi emosi menunjukkan emosi yang tetap tidak
emosi, kematangan emosi, dan kontrol emosi. mengalami perubahan, atau cepat terganggu
Jadi ketika individu mempunyai stabilitas emosi dalam menghadapi masalah. Artinya, emosi
yang baik emosinya adekuat atau sesuai dengan yang stabil mampu menempatkan reaksi emosi
ransang yang diterima, mempunyai kematangan yang tepat sesuai dengan kondisi. Selain itu
emosi dalam arti emosi yang ditampakkan sesuai kestabilan emosi membuat seseorang tidak
dengan perkembangan umurnya. Kontrol emosi terganggu. Seperti yang dikemukakan oleh
yang baik apabila mampu menampilkan emosi Hurlock (1997) bahwa kestabilan emosi adalah
dalam kaitannya dengan penyesuain diri keadaan yang tidak berubah dari satu emosi atau
terhadap lingkunganya. Emosi yang ditampilkan suasana hati ke suasana hati yang lain dalam
melihat kondisi pada siapa dan dalam keadaan periode sebelumnya.
lingkungan yang bagaimana dirinya harus Ayat Al-Qur’an menyebutkan
menampilkan emosi yang sesuai. bahwasanya An-nafs Mutmainah adalah mereka
Setiap individu dalam melakukan suatu yang memiliki nafsu mutmainah dapat
tindakan, perbuatan, dan perilaku lainnya tidak menguasai diri dalam keadaan apapun, berfikir
lepas dari emosi. Seperti yang di ungkapkan oleh rasional, hatinya tenang, mampu menciptakan
Golemen (1995) bahwa emosi dasar yang keseimbangan dalam dirinya. Jiwa yang tenang
dimiliki oleh manusia yang meliputi perasaan akan senantiasa ridho menghadapi apapun
marah, sedih, kecewa, rasa takut, jijik, merasa keadaan, selalu ridha dengan takdir yang Allah
nyaman, malu, cinta, dan terkejut. Manusia akan berikan. Hal-hal tersebut terdapat dalam Qs Al-
mengekpresikan perasaan-perasaan tersebut Fajr ayat 28-29 yang berbunyi : Yaa Aiyuhan
melalui sikap dan tingkah lakunya misalnya Nafsu Mutmainah (28) Arji’i Illa Robbika
yaitu terbuka,apatis, tidak percaya, antusias, Raadhiyatam Mardhiyah (29) Artinya : Hai jiwa
ramah, tidak percaya, bersahabat, bermusuhan yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dan perilaku yang lain. Apabila dapat dengan hati yang puas lagi di Ridhai-Nya.
Pegawai yang mempunyai emosi stabil secara berangsur-angsur terhadap kemampuan
tidak lepas dari keyakinan diri (efikasi diri) dan pengalaman tetentu yang dialaminya secara
dalam menentukan sikap menghadapi perubahan terus-menerus (Ghufron & Risnawati, 2012).
situasi yang baru yang mengancam dirinya Seperti halnya yang terdapat pada
seperti pada kondisi pandemi COVID-19. penelitian sebelumnya bahwa efikasi diri sangat
Efikasi diri adalah merupakan keyakinan mempengaruhi individu dalam menyelesaikan
individu akan kemampuannya dalam mengatur tugas –tugasnya. Penelitian tersebut diteliti oleh
dan melakukan suatu tugas tertentu demi Nur (2013) dengan judul penelitian “Hubungan
tercapainya tujuan. Efikasi diri atau keyakinan Antara Kestabilan Emosi Dan Kepercayaan Diri
diri menurut Feist (2010) berkaitan dengan Dendan Kecemasan Menghadapi Ujian
pengalaman berhasil, orang yang berhasil Nasional.” Dimana hasil penelitian tersebut
menyelesaikan suatu masalah, maka efikasi didapatkan hasil bahwa berdasarkan uji linieritas
dirinya akan meningkat. Oleh karena itu dengan hubungan variabel kestabilan emosi dengan
stabilitas emosi yang baik maka akan meningkat kecemasan menghadapi ujian nasional
juga keyakinan dirinya sehingga bisa mempunyai korelasi linier. Hal ini menunjukkan
menjalankan tugas-tugasnya di tempat kerja. bahwa kestabilan emosi dan efikasi diri
Meskipun Bandura telah menganggap mempunyai pengaruh bagi individu dalam
efikasi diri terjadi pada situasi khusus atau mengatasi kecemasannya dalam menghadapi
fenomona khusus lainnya, namun para penelitia situasi baru.
lainnya membedakan efikasi diri khusus dari Hasil penelitian tersebut menunjukkan
efikasi diri secara umum atau di sebut dengan bahwa kestabilan emosi dan efikasi diri
generalized self efficacy (Chen & Gully, 2001). mempunyai pengaruh terhadap individu dalam
Efikasi diri secara umum tersebut mengatasi kecemasan menghadapi situasi baru.
menggambarkan suatu penilaian dari seberapa Kali ini peneliti akan melihat bagaimana
baik seseorang bisa melakukan suatu perubahan hubungan antara stabilitas emosi, efikasi diri
pada situasi yang beraneka ragam (dikutip dari dengan kualitas hidup tenaga kesehatan
Ghufron & Risnawati, 2012). menghadapi pandemi COVID-19.
Dalam kehidupan sehari-hari, efikasi Rasa cemas, khawatir dapat
diri memimpin kita untuk menentukan cita-cita memepengaruhi efikasi diri seseorang begitu
yang menantang dan tetap bertahan dalam juga sebaliknya, apabila efikasi diri rendah maka
menghadapi kesulitan-kesulitan, individu tersebut akan mudah cemas dam
memperlihatkan bahwa efikasi diri meramalkan apabila stabilitas emosi dan efikasi diri rendag
produktifitas pekerja (Stajkovic dan Luthan, maka kualitas hidup seseorang juga akan rendah.
2002). Ketika masalah-masalah muncul, Dimana kesemuanya itu akan menyebabkan
perasaan efikasi diri yang kuat mendorong para menurunnya kesehatan fisiologis dan psikis
pekerja untuk tetap tenang dan mencari solusi seseorang. Hal ini juga keberadaanya sama
daripada merenungkan ketidakmampuanya, hal dengan tenaga kesehatan dalam menghadapi
itu akan menyebabkan tumbuhnya kepercayaan situasi pandemik COVID-19 apabila dalam
diri. Efikasi diri, seperti harga diri, tumbuh keadaan stabilitas emosi dan efikasi diri yang
bersama pencapaian prestasi (Ghufron & baik. Seperti yang dikemukakan oleh Bandura
Risnawati, 2012). (1997) individu yang mempunyai emosi yang
Masa pandemik COVID-19 bagi tenaga positif atau dalam keadaan emosi positif akan
kesehatan yang bekerja di rumah sakit rujukan melihat dirinya dan hal lainnya secara positif,
COVID-19 diharapkan bisa tetap kuat dalam begitu juga sebaliknya apabila dalam keadaan
menghadapinya dengan mempunyai efikasi diri emosi negatid makan akan melihat segala
yang baik. Efikasi diri pada diri individu agar dengan pesimis. Sehingga berakibat pada
terus berkembang, maka individu tersebut harus kualitas hidupnya. Apabila kualitas hidup baik
bisa bertahan dan tetap tangguh menghadapi maka tenaga kesehatan akan lebih bersemangat,
situasi yang baru. Seperti yang dikatakan oleh termotifasi dan lebih bergairah dalam hidupnya
Bandura (1997) bahwa persepsi setiap individu dan mampu menjalankan fungsi-fungsi hidupnya
pada efikasi diri berkembang dari pencapaian dengan baik.
Disebutkan dalam buku karya Bapak Pengujian alat ukur dengan
Alwisol (2004) tingkat efficacy diri yang rendah menggunakan skala Likert yang akan diisi oleh
dan lingkungan yang tidak mendukung akan subyek penelitian berbasis online dan offline.
menjadi apatis, pasrah atau merasa tidak Berbasis online menggunakan Link Google
mampu untuk mengatasi keadaan. Efikasi diri formulir dan offline menggunakan formulir
membantu seseorang dalam menentukan pilihan, Skala Alat Ukur keduanya berisi item
kegigihan, berusaha untuk maju, serta kegigihan pernyataan.
dan ketekunan dalam mempertahankan tugas- Metode pengambilan data yang akan
tugas yang mencakup kehidupan mereka. digunakan kali ini oleh peneliti adalah dengan
Bandura (1982) (dalam Kott, 2008) menyatakan survey dengan menggunakan instrument alat
abalila seseorang memiliki efikasi diri yang kuat ukur yang akan digunakan untuk menguji
akan menetapkan tujuan yang tinggi dan hipotesis. Penelitian kuantitatif bersifat
berpegang teguh pada tujuannya. Efikasi diri independen karena kebenaran itu diluar dirinya,
mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, hubungan antara peneliti dengan yang diteliti
merasa, memotivasi diri sendiri dan bertindak. juga dijaga jaraknya, dengan menggunakan
Apabila di situasi pandemik COVID-19 instrument atau skala alat ukur (Sugiyono,2019).
menurunkan kualitas efikasi diri para tenaga Instrument yang digunakan untuk
kesehatan, maka individu tersebut akan merasa pengambilan datanya sebelum dilakukan pada
tidak yakin akan kemampuannya, pasrah, tidak obyek, terlebih dahulu diuji validitas dan
bersemangat, tidak mampu memotifasi dirinya realibilitasnya. Populasi yang di gunakan harus
maka yang terjadi kualitas hidupnya akan representatif agar dapat membuat generalisasi
mengalami hambatan atas temuannya (Sugiyono,2019). Setelah data
Menilik teori dan uraian tentang yang akan diteliti terkumpul maka data tersebut
stabilitas emosi, efikasi diri dengan kualitas dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan
hidup dapat disimpulkan bahwa stabilitas emosi menguji hipotesa yang diajukan pada peneliti
dan efikasi diri mempunyai peran besar terhadap dengan menggunakan teknik statistik tertentu.
kualitas hidup tenaga kesehatan dalam Teknik statistik dalam metode penelitian yang
menghadapi situasi pandemik COVID-19. akan digunakan untuk menjawab rumusan
Kualitas hidup yang baik akan memberikan masalah oleh peneliti adalah teknik statistik
dorongan yang besar pada tujuan hidupnya. kuantitatif korelasional.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis
METODE PENELITIAN adalah menggunakan analisis data dengan teknik
analisis regresi linear berganda diperoleh
Penelitian ini menggunakan subyek koefisien F sebagai berikut : analisis regresi
tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit diperoleh nilai signifikansi untuk pengaruh
rujukan COVID-19. Jumlah populasi tenaga terhadap X1 dan X2 berpengaruh secara
kesehatan tersebut ada 600 tenaga kesehatan. simultan terhadap Y adalah sebesar 0,000 <
Subyek tenaga kesehatan tersebut terdiri dari 0,005 dan nilai F hitung sebesar 16,066 > F tabel
berbagai profesi tenaga kesehatan dan asisten 3,090.
tenaga kesehatan yang terdiri dari profesi dokter, Teknik statistik kuantitatif korelasional
psikolog klinis, perawat, bidan, apoteker, asisten adalah penelitian yang digunakan untuk
apoteker, analis medis, radiografer, nutrisionis menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu
dan ahli gizi. Pengambilan jumlah sampel variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau
penelitian menurut Arikunto apabila jumlah lebih variabel yang lainnya, berdasarkan
subyek besar atau lebih dari 100 subyek maka koefisien korelasi (Azwar,2010). Pada teknik
bisa diambil 10%, 15%, 20% , 25%, atau statistik kuantitatif korelasional untuk
menurut kondisi lain. Maka Jumlah subyek yang mengetahui taraf hubungan yang terjadi antara
digunakan dalam penelitian ini mengambil 15 % variabel satu dengan variabel yang lainnya.
dari 600 jumlah populasi yaitu sebanyak 100 Alat ukur pernyatan sikap berupa
orang. kuesioner ini dikonstruksikan sendiri
berdasarkan teoritis yang dipaparkan dalam
landasan teori secara operasional, pembuatan dalam penelitian ini. Oleh karena itu uji
kuesioner ini berdasarkan blue print. Model validitasnya digunakan validitas internal dengan
kuesioner tertutup yakni angket disajikan dalam cara mengkorelasikan antara masing-masing
bentuk sedemikian rupa sehingga responden skor item dalam alat ukur pada skor total. Skor
diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai total adalah penjumlahan dari keseluruhan item.
dengan karakteristik dengan dirinya, dengan Pengolahan analisis uji validitas dalam
memberikan tanda centang (v). penelitian ini menggunakan program Statistical
a. Skala Terhadap Kualitas Hidup Product and Service Solution (SPSS) 18. Peneliti
Skala alat ukur 1 (satu) tentang menggunakan teknik pengujian validitas korelasi
terhadap kualitas hidup yang product momen pearson. Skor masing-masing
dikontruksikan berdasarkan teori WHO item pertanyaan yang sudah dikorelasikan
yang terdiri dari 4 (empat) domain atau dengan skor total jika hasil masing-masing skor
dimensi, yaitu: (1) Kesehatan fisik, (2) item pertanyaan berkorelasi signifikan dengan
Keadaan psikologis, (3) Hubungan sosial, skor total maka item tersebut mampu
dan (4) Keadaan lingkungan. memberikan dukungan dalam mengungkap apa
b. Skala Stabilitas Emosi yang seharusnya diungkap atau “item” valid.
Skala alat ukur 2 (dua) tentang Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 arah dengan
stabilitas emosi yang dikontruksikan signifikansi 0,05) maka instrumen atau item-
berdasarkan teori Shceneider (1964, yang item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap
terdiri dari 3 (tiga) aspek, yaitu: skor total (valid).
(1) Adekuasi emosi, (2) Kematangan Analisis data merupakan kegiatan yang
emosi, dan (3) Kontrol emosi. dilakukan setelah data seluruh responden
c. Skala Efikasi diri terkumpul. Teknik analisis data dalam penelitian
Skala alat ukur 3 (tiga) tentang kuantitatif menggunakan statistik inferensial dan
efikasi diri yang dikontruksikan statistik deskriptif (Sugiyono,2019).
berdasarkan teori Bandura (1997), yang Adapun tahapan analisisnya beserta
terdiri dari 3 (tiga) dimensi, yaitu: (1) rumusannya adalah sebagai berikut :
Dimensi tingkat (level), (2) Dimensi 1. Uji Normalitas
kekuatan (strenght), dan (3) Dimensi Hipotesis yang telah di rumuskan
generalisasi (generality). akan diuji dengan statistik parametris,
Uji validitas dalam penelitian ini adalah dengan syarat data setiap variabel yang
merupakan pengujian yang digunakan untuk akan dianalisis harus terdistribusi normal
menunjukkan sejauh mana alat ukur yang (Sugiyono, 2019).
digunakan dalam mengukur apa yang 2. Uji Linieritas
seharusnya diukur. Menurut Ghozali (2009) Syarat untuk menguji korelasi
menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk Pearson’s Product Moment adalah dengan
mengukur sah, atau valid tidaknya kuesioner mengetahui data yang di hubungkan
penelitian. Kuesioner dikatakan valid jika berpola linear. Untuk mengetahui apakah
pertanyaan mampu untuk mengungkapkan hal antara ke tiga variabel yaitu variabel X1,
yang akan diukur dengan menggunakan X2 atas Y merupakan hubungan yang
kuesioner yang dibuat. linear. Variabel X1, X2 atas Y digunakan
Daftar pertanyaan yang telah diisi oleh uji regresi linear untuk mengetahui
responden atau subyek penelitian dengan hubungan antara variabel bebas dengan
jawaban yang sesuai dengan keadaan masing- variabel terikat.
masing subyek kemudian di skor. Skor jawaban
selanjutnya ditabulasikan dan diuji validitasnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Validitas tersebut untuk menguji apakah ada
kesesuaian antara bagian-bagian alat ukur yang Uji hipotesis yang dilakukan dengan
satu dengan alat ukur yang lain dalam penelitian menggunakan uji t. Hipotesis dalam penelitian
ini. Dalam arti lain yaitu dikorelasikan dengan ini berbentuk asosiatif / korelasional, yang dapat
skor masing-masing item pertanyaan yang lain diketahui melalui tabel di bawah ini :
1. Hipotesis Pertama Pengaruh X1 dan X2 positif antara efficacy diri (X2)
Secara Simultan Terhadap Y dengan kualitas hidup (Y).
Berdasarkan hasil analisis regresi 3. Koefisien Determinan
diperoleh nilai signifikansi untuk Pada penelitian ini terdapat uji F atau
pengaruh X1 dan X2 secara simultan koefisien determinan artinya untuk
terhadap Y. Berdasarkan hasil analisis mengetahui seberapa besar pengaruh
regresi diperoleh nilai signifikansi untuk variabel bebas pada varibel terikat atau
pengaruh X1 dan X2 secara simultan dalam arti lain “ uji F dapat mengetahui
terhadap Y adalah sebesar 0,000 < 0,05 apakah variabel bebas mempunyai
dan nilai F hitung sebesar 16,066 > F tabel pengaruh secara simultan atau bersama-
3,090, sehingga dapat disimpulkan bahwa sama pada variabel terikat” dalam analisis
H1 diterima yang berarti ada hubungan regresi linear berganda.
antara stabilitas emosi (X1) dan efikasi Berdasarkan output diatas nilai R
diri (X2) secara bersama-sama terhadap Square berada pada nilai 0,230 atau
kualitas hidup (Y). berada pada prosentase 23,0%. Hal ini
2. Hipotesis Kedua dan Ketiga Pengaruh mengandung arti bahwa hubungan
Variabel X1 Terhadap Y Dan Variabel X2 stabilitas emosi dan efikasi diri
Terhadap Y berpengaruh secara simultan terhadap
Uji hipotesis dapat dilakukan dengan kualitas hidup.
teknik analisis data. Menurut Sugiyono Penulis melakukan penelitian yang
(2019) untuk menguji hipotesis berjudul “Hubungan Stabilitas Emosi dan
hubungan/asosiatif (korelasi) bila data Efikasi Diri Terhadap Kualitas Hidup Tenaga
berbentuk interval atau ratio maka salah Kesehatan di Masa Pandemik COVID-19,”
satunya di gunakan analisis product menggunakan subyek penelitian tenaga
moment (untuk menguji hubungan antara kesehatan yang bekerja di rumah sakit rujukan
satu variabel independen (X1,X2) dengan COVID-19. Jumlah populasi tenaga kesehatan
satu variabel dependen (Y). Namun suatu tersebut ada 600 tenaga kesehatan. Subyek
penelitian tidak harus berhipotesis, tapi tenaga kesehatan tersebut terdiri dari berbagai
harus merumuskan masalah. profesi tenaga kesehatan dan asisten tenaga
Hasil uji t dalam analisis regresi pada kesehatan yang terdiri dari profesi dokter,
penelitian ini untuk mengetahui apakah psikolog klinis, perawat, bidan, apoteker, asisten
variabel independen (X1, X2) secara apoteker, analis medis, radiografer, nutrisionis
parsial berpengaruh terhadap varibel dan ahli gizi. Pengambilan jumlah sampel
dependen (Y) : penelitian menurut Arikunto apabila jumlah
(1) Diperoleh nilai signifikansi untuk subyek besar atau lebih dari 100 subyek maka
pengaruh variabel stabilitas emosi bisa diambil 10%, 15%, 20% , 25%, atau
(X1) terhadap kualitas hidup (Y) menurut kondisi lain. Maka Jumlah subyek yang
sebesar 0,123 > 0,05 dan nilai t digunakan dalam penelitian ini mengambil 15 %
hitung 1,556 < t tabel 1,984 maka dari 600 jumlah populasi yaitu sebanyak 100
dapat disimpulkan bahwa H2 atau orang.
hipotesis kedua ditolak artinya Pengambilan data yang dilakukan oleh
stabilitas emosi (X1) tidak penulis adalah menggunakan skala alat ukur
mempengaruhi kualitas hidup (Y). tentang Kualitas Hidup (Y), Stabilitas Emosi
(2) Diperoleh nilai signifikansi untuk (X1) dan Efikasi Diri (X2). Teknik pengambilan
pengaruh variabel efficacy diri (X2) data dilakukan secara online menggunakan Link
terhadap kualitas hidup (Y) sebesar Google Formulir dan offline menggunakan
0,000 < 0,05 dan nilai t hitung 3,700 formulir. Semua berisi item pertanyaan sebagai
> t tabel 1,984 maka dapat skala alat ukur yang disusun oleh penulis
disimpulkan bahwa H3 atau hipotesis sekaligus peneliti. Pertanyaan tersebut harus
ketiga diterima artinya ada hubungan dijawab oleh subyek penelitian sesuai dengan
keadaan masing-masing.
Hipotesis pertama (H1) dalam penelitian sebaliknya dan akan berakibat pada kualitas
ini yaitu ada hubungan stabilitas emosi dan hidupnya.
efikasi diri dengan kualitas hidup tenaga Hipotesis kedua (H2) melihat hubungan
kesehatan dimasa pandemik COVID-19. HI secara parsial antara variabel X1 (stabilitas
diterima yang berarti ada hubungan antara emosi) dengan variabel Y (kualitas hidup) di
stabilitas emosi (X1) dan Efikasi diri (X2) secara tolak dalam arti bahwa stabilitas emosi (X1)
bersama-sama terhadap kualitas hidup (Y). tidak mempengaruhi secara langsung terhadap
Dengan arti lain stabilitas emosi dan efikasi diri kualitas hidup (Y). Hipotesis tersebut di tolak
secara bersama-sama atau simultan karena stabilitas emosi aspek-aspeknya lebih
mempengaruhi kualitas hidup tenaga kesehatan terkait tentang aspek adekuasi emosi, aspek
di masa pandemik COVID-19. kematangan emosi,dan aspek kontrol emosi
Keadaan emosi dan efikasi diri apabila dalam penelitian ini menggunakan tenaga
mengalami hambatan maka akan berpengaruh kesehatan yang telah berusia dewasa. Tenaga
terhadap kualitas hidup tenaga kesehatan. kesehatan yang telah menginjak usia dewasa
Mereka akan menjadi stress dan kurang bahagia. dalam rentang perkembangan pribadinya ketika
Kestabilan emosi merujuk teori Thorndike dan mendapat rangsangan dari luar yang baik atau
Hagen (dalam Chaturvedi, Chander, 2010) buruk akan menyikapi dengan lebih baik sesuai
seseorang yang mempunyai kestabilan emosi dengan perkembangan emosi di rentang usianya.
akan ditandai dengan keseimbangan suasana sedangkan pada aspek kontrol emosi bagaimana
hati, maksud, kepentingan, optimis, ceria, tenaga kesehatan mampu mengontrol dan
merasa tenang, merasa sehat, bebas dari menampilkan emosinya disesuaikan dengan
perasaan bersalah, khawatir, rasa kesepian, tidak dengan lingkungan kerja, lingkungan tempat
mudah melamun, memiliki ide dan suasana hati tinggalnya, prinsipnya, cita-cita dalam dirinya,
yang tenang. Tenaga kesehatan terutama yang dan nilai-nilai dalam kehidupan. Menurut
bekerja di rumah sakit rujukan COVID-19 Hurlock (1994) juga mengatakan bahwa kontrol
dimasa pandemik seperti ini akan mengalami emosi adalah merupakan proses belajar dalam
stabilitas emosi dan efikasi diri yang menurun, rentang kehidupan seseorang dan berpengaruh
yang mempengaruhi kualitas hidupnya. Kualitas terhadap situasi dan kondisi lingkungan.
hidup seseorang yang dianggap mengalami Sehingga ketika seseorang belum matang secara
penurunan apabila individu tersebut tidak dapat emosional karena situasi dan lingkungannya
mengatasi perubahan lingkungannya akibat maka tidak secara penuh dan langsung
bencana, tidak mampu mengontrol emosi mempengaruhi kualitas hidupnya. Sedangkan
sehingga menjadi stress, terjadi tekanan-tekanan bila ditinjau dari dimensi kualitas hidup lebih
dalam dirinya akibat tugas yang dijalani, menekankan pada dimensi kesehatan fisik
kemampuan mengontrol kondisi kesehatannya dimana dirinya dapat beristirahat dan tidur
terhadap tugas yang dibebankan menurut dengan nyaman ditengah kesibukanya
Raebun dan Rootman (dalam Mabsusah, 2016). melakukan beban kerja dimasa pandemik,
Kualitas hidup dimasa pandemik akan menurun bagaimana dirinya tetap bisa menjaga kondisi
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh fisik dan mentalnya untuk menyelesaikan tugas
bukunya “The Pandemic of Psychology” yaitu yang berat. Apabila ditinjau dari dimensi
pandemi akan mempengaruhi kondisi psikologis kesejahteraan psikologis pada kualitas hidup
masyarakat secara luas dan masif dimana akan yaitu lebih menekankan bagaimana tenaga
terjadi perubahan emosi yaitu merasa takut, kesehatan bisa dihargai ketika melakukan tuga-
cemas dan khawatir sedangkan perubahan tugasnya dan tidak mudah terpengaruh dengan
perilaku sosial yaitu menghindar, terjadi stigma negatif yang banyak terjadi di lingkungan
stigmasisasi, perilaku hidup sehat, cara berpikir sosialnya, merasa yakin dan yakin pada
dalam memahami informasi tentang sehat dan kemampuan diri, bahwa dirinya tidak merasa
sakit. Oleh karena itu tenaga kesehatan yang direndahkan dengan berita-berita negatif
efikasi dirinya menurun maka akan tersebut. Sedangkan pada dimensi psikologis
mempengaruhi stabilitas emosi begitu juga terkait dengan hal-hal bagaimana individu
mempunyai perasaan negatif dan positif pada
dirinya dan orang lain ketika menghadapi Kesimpulan yang diperoleh dari
peristiwa yang terjadi dimasa pandemik seperti hipotesis kedua (H2) bahwa stabilitas emosi
ini, self esteem atau harga diri yang dimiliki tidak mempengaruhi secara langsung kulitas
tidak mudah merasa direndahkan ketika banyak hidup tenaga kesehatan. Penjelasanya adalah
sekali stigma negatif, bagaimana dirinya dapat karena stabilitas emosi lebih menekankan
beribadah dengan nyaman ditrngah kesibukanya bagaimana tenaga kesehatan menampakkan
dan kondisi pandemi yang serba terbatas, cara adekuasi emosinya sesuai dengan ransang yang
berpikir tenaga kesehatan bahwa dirinya masih diterima, kematangan dan kontrol emosinya
mempunyai kesempatan untuk melakukan hal- sedangkan kualitas hidup lebih menekankan
hal kreatif yang bisa mengeksplore pada dimensi-dimensinya bagaimana tenaga
kemampuannya, dan bagaimana individu masih kesehatan mempersepsikan dirinya untuk
bisa berkonsentrasi dalam menjalan tugas dan menikmati hidupnya dengan kemampuan
membagi waktu bersama keluarganya. Apabila melakukan relasi sosial dan lingkungannya,
di lihat pada dimensi sosial lebih berhubungan menjaga kesehatan fisik yang baik, bagaimana
dengan bagaimana tenaga kesehatan masih bisa dirinya bisa bekerja dan dapat beristirahat,
memahami apabila dalam kondisi saat ini relasi berkreasi, beribadah, mendapatkan kasih sayang
dengan keluarga besar harus dibatasi akan tetapi dan penghargaan pada dirinya yang semuanya
tetap bisa menikmati waktu bersama keluarga, dapat dinikmati dalam kondisi baik atau buruk.
teman dengan memperhatikan protokol Tentunya hal ini adalah tidak lepas dari
kesehatan. Masih bisa melakukan hubungan bagaimana dirinya tetap yakin pada dirinya atau
yang intim dengan pasangan dan mendapatkan efikasi dirinya harus baik agar tetap berpikir
dukungan dari teman dan relasi sosialnya. positif untuk menikmati hidup ditengah
Dukungan sosial sendiri pada kualitas hidup keterpurukan seperti pandemi saat ini. Sesuai
meliputi bagaimana keberadaan individu, juga dengan teori dari WHO tentang kualitas
kesedihan yang dialaminya, kepedualian dari hidup yaitu bagaimana individu mempersepsi
orang-orang yang dapat diandalkan olehnya, dan memandang posisi dirinya dalam hidup,
penghargaan dan kasih sayang dari orang lain budaya, nilai dan tujuan hidupnya, standar dan
yang diperolehnya. Dukungan sosial yang harapan serta standar lain yang terkait dimana
diperoleh akan membantu untuk memiliki mereka berada. Apabila dikaitkan dengan teori
pandangan positif terhadap diri dan Schneiders (1964) aspek dari stabilitas emosi
lingkungannya hal ini tentu akan menambah salah satunya adalah adekuasi emosi, ketika
kualitas hidup. Sedangkan pada dimensi seseorang menampilkan emosi sesuai dengan
lingkungan meliputi hal-hal bagaimana kualitas rangsang yang diterima, ketika sesorang merasa
hidup tenaga akan terjaga apabila memiliki sedih kemudian menangis atau ketika seseorang
finasial yang terjamin, bisa bebas berolahraga, mendapatkan perlakuan yang mengancam
keselamatan fisik dilingkungan kerjanya yang dirinya kemudian dia marah tidak secara penuh
saat ini penuh resiko terinfeksi, dirinya dapat dan langsung mempengaruhi kualitas hidupnya.
menjaga kesehatan dan imunitas tubuhnya, dapat Akan tetapi apabila stabilitas emosi tanpa di
berinteraksi dengan tetangga dan kawan- barengi dengan efikasi diri yang baik maka
kawannya, menikmati kehidupan bertetangga lambat laun akan mempengaruhi kualitas hidup
dilingkungan rumahnya, mendapat kesempatan seseorang.
untuk memperoleh informasi baru, dan belajar Hipotesis ketiga (H3) pada penelitian ini
berkreasi, berpartisipasi dan kesempatan untuk yaitu ada hubungan antara efikasi diri dengan
berlibut ditengah pandemi yang tentunya mulai kualitas hidup (Y) dimasa pandemik COVID-19
terbatasi, memiliki waktu luang, dan dapat pada tenaga kesehatan di terima yang artinya
melakukan perjalanan dengan transportasi tanpa bahwa efikasi diri mempunyai pengaruh
hambatan seperti masa pandemik seperti ini. Hal terhadap kualitas hidup tenaga kesehatan dimasa
ini semua apabila disikapi dengan negatif tidak pandemik COVID-19. Dalam efikasi diri
ada kemampuan untuk berpikir positif dan yakin terdapat dimensi tingkat atau level dimana
pada diri maka kualitas hidup akan terganggu. apabila tenaga kesehatan mempunyai keyakinan
diri menyelesaikan tugas yang lebih sulit atau
lebih berat maka dalam dirinya akan merasa stabilitas emosi dan efikasi berakibat pada
puas bahwa dirinya mampu menyelesaikan tugas menurunnya kualitas hidup .
tersebut. Apabila ditilik dari dimensi kesehatan Berdasarkan hasil penelitian tersebut
fisik pada kualitas hidup tentang kapasitas kerja diatas memberi jawaban bahwa pegawai di
yang dijalaninya, apabila tenaga kesehatan rumah sakit baik tenaga kesehatan maupun non
merasa yakin akan kemampuanya kesehatan banyak yang mengalami tekanan
menyelesaikan tugas maka secara fisik dan psikologis yang akan memberikan dampak pada
mental dirinya sudah siap sehingga kualitas stabilitas emosi dan efikasi dirinya. Gangguan
hidup dipersepsi dengan baik. Saat ini tenaga psikologis akibat pandemi COVID -19 yang
kesehatan banyak mendapat stigmatisasi yang terjadi pada individu akan menyebabkan
buruk dari lingkungan sosialnya dan perasaan terjadinya penurunan kualitas hidup. Dimana
cemas dan khawatir terinfeksi dari teman stress memang lebih cenderung berkaitan
sejawat maupun dari pasien, baik dari dengan sesuatu yang negatif kondisi stress yang
lingkungan tempat kerja maupun lingkungan berlebih biasanya menimbulkan efek fisiologis
tempat tinggalnya. Apabila efikasinya tetap dan kebanyakan setiap orang tidak merasa
positif dan yakin akan mampu menghadapi nyaman dengan perubahan fisiologis yang
semua tantangan dan kesulitan dalam hidupnya mengganggu. Stress yang berlebihan
maka kualitas hidupnya juga akan positif.. menimbulkan efek kepada setiap orang (Lin &
Pegawai di rumah sakit pada Huang, 2014).
kenyataanya banyak yang mengalami gangguan Sehingga dapat ditarik kesimpulan
secara psikologis tidak hanya pada tenaga stabilitas emosi dan efikasi diri mempunyai
kesehatan tetapi juga pada tenaga non medis. hubungan secara bersama-sama atau simultan
Seperti halnya hasil studi di Singapura dan studi dengan kualitas hidup khususnya tenaga
Huang dkk (dikutip dari Agung, 2020) hasil kesehatan dalam menghadapi situasi pandemik
studi tersebut membuktikan bahwa pandemik COVID-19 terutama di rumah sakit rujukan
yang diakibatkan virus corona 19 memiliki COVID-19.
dampak pada tenaga medis dan non medis yang Besaran pengaruh hubungan secara
bekerja di rumah sakit dampak tersebut simultan antara stabilitas emosi dan efikasi diri
ditunjukkan dengan gangguan psikologis seperti tenaga kesehatan dengan persepsi kualitas
stress, merasa cemas, mengalami Post Traumatic hidupnya dimasa pandemik COVID-19 dengan
Disorder, dan mengalami depresi (Tan dkk., menggunakan analisis uji F berdasarkan nilai R
2020) sedangkan hasilstudi yang dilakukan oleh Square berada pada nilai 0,230 atau berada pada
Huang dan kawan-kawan (2020) negara prosentase sebesar 23,0%. Hal ini mengandung
Chinabanyak perawat yang mengalami emosi arti bahwa hubungan stabilitas emosi dan efikasi
negatif (perasaan cemas, takut). Tenaga diri tenaga kesehatan berpengaruh secara
kesehatan yang dianggap sebagai garda terdepan simultan atau bersama-sama terhadap kualitas
dalam penanganan COVID-19 sebagai tenaga hidupnya.
kesehatan baik itu dokter, perawat dan staf
semua mengalami situasiyang penuh dengan
resiko dan banyak tekanan sehingga mudah KESIMPULAN
mengalami gangguan psikologis. Situasi
Pandemik COVID-19 sangat berpengaruh secara Penelitian yang dilakukan oleh penulis
signifikan terhadap perubahan mental tenaga adalah menggunakan analisis data dengan teknik
kesehatan, baik itu medis dan non medis. analisis regresi linear berganda diperoleh
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh koefisien F sebagai berikut, analisis regresi
Taylor (2019) beserta fenomena yang terjadi di diperoleh nilai signifikan pengaruh X1 dan X2
negara China dapat ditarik kesimpulan bahwa secara simultan terhadap Y adalah sebesar 0,000
pandemik COVID -19 pada kenyataanya telah < 0,05 dan nilai F hitung sebesar 16,066 > F
mengubah manusia dalam segala hal diantaranya tabel 3,090. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
adalah baik itu menurunnya stabilitas emosi, H1 diterima yang berarti ada hubungan antara
keyakinan diri (efikasi diri). Menurunnya
stabilitas emosi (X1) dan efikasi diri (X2) secara (a) Agar tenaga kesehatan bisa belajar
bersama-sama terhadap kualitas hidup (Y). menyiapkan diri secara psikologis dalam
Hubungan secara simultan pada variabel menghadapi pandemik atau bencana
penelitian ini dapat simpulkan bahwa stabilitas alam lain yang melibatkan tenaga
emosi dan efikasi diri tenaga kesehatan kesehatan dalam penanganannya.
mempunyai pengaruh secara bersama-sama (b) Jika tenaga kesehatan telah siap secara
dengan kualitas hidupnya dimasa pandemik mental dan fisik maka akan
COVID-19. Dalam sumbangan analisis koefisien meningkatkan kualitas hidupnya.
determinan juga menunjukkan bahwa seberapa (c) Pelatihan tentang efikasi diri akan
besar pengaruh stabilitas emosi dan efikasi diri memberikan informasi bagaimana
terhadap kualitas hidup tenaga kesehatan yang tenaga kesehatan menentukan sikapnya
ditunjukkan dengan nilai signifikansi nilai ketika menghadapi situasi lingkungan
Signifikan ≤ 0,05 sedangkan R Squerenya yang baru dan penuh ancaman.
menunjukkan angka 0,230 berarti berada pada (d) Apabila tenaga kesehatan dapat
angka 23,0% berarti lebih besar dari 0,05 hal ini memotivasi dirinya dengan efikasi diri
mengandung arti terdapat hubungan secara atau yakin pada kemampuanya maka
simultan antara stabilitas emosi dan efikasi diri dalam menyelesaikan beban tugasnya
dengan kualitas hidup. yang semakin berat dan penuh
Rasa cemas dan khawatir dapat kekhawatiran dapat diatasi dengan
mempengaruhi efikasi diri seseorang begitu juga penuh percaya diri.
sebaliknya, apabila efikasi diri rendah maka (e) Pelatihan akan memberikan informasi
individu tersebut akan mudah cemas. Dimana dan gambaran bagi tenaga kesehatan
kesemuanya itu akan menyebabkan menurunnya bagaimana menjaga kualitas hidupnya
kesehatan fisiologis dan psikis seseorang. Hal ini sehingga bisa memotivasi dirinya secara
juga keberadaanya sama dengan tenaga lebih baik.
kesehatan dalam menghadapi situasi pandemik 2. Tenaga Kesehatan (subyek penelitian)
COVID-19 apabila dalam keadaan stabilitas Berusaha untuk tetap yakin pada kemampuan
emosi dan efikasi diri yang baik. Seperti yang diri karena setiap manusia mempunyai
dikemukakan oleh Bandura (1997) apabila kelebihan masing-masing. Berusaha untuk
seseorang dalam kondisi emosi postif maka kan tetap mengenali kemampuan dirinya dan
melihat dirinya dan hal lain secara positif, mengaktualisasikan agar lebih bisa produktif
apabila sesorang dalam keadaan emosional yang dan tentunya harus lebih sering untuk self
negatif akan melihat dirinya dan hal lainya talk positif (berbicara pada diri-sendiri) agar
secara negatif atau pesemis. Sehingga berakibat menambah efikasi diri yang positif sehingga
pada kualitas hidup yang baik. Apabila kualitas selalu optimis pada diri sendiri yang akan
hidup baik maka tenaga kesehatan akan lebih berpengaruh pada persepsi kualitas hidup
bersemangat, termotifasi dan lebih bergairah tenaga kesehatan dalam menghadapi setiap
dalam hidupnya dan mampu menjalankan situasi baru terutama lingkungan yang
fungsi-fungsi hidupnya dengan baik. mengancam seperti saat ini di masa
pandemik COVID-19.
SARAN 3. Peneliti
Karena yang dijadikan subyek adalah
Berdasarkan hasil penelitian yang tenaga kesehatan yang berperan besar dalam
penulis lakukan maka terdapat saran yang menghadapi situasi pandemik COVID-19
diajukan untuk kebaikan bersama dimasa yang tentunya mereka semua sibuk dengan
pandemik COVID-19 atau ketika menghadapi tugasnya, dan dirinya juga sedang berada
bencana alam yang lain dalam kehidupan kita : pada kondisi kualitas hidup dan emosi yang
1. Bagi Rumah Sakit kurang stabil, maka ada beberapa hal yang
Memberikan pelatihan yang dapat perlu diperhatikan
meningkatkan kualitas hidup para tenaga (a) Dalam mengisi link google form atau
kesehatan dengan maksud untuk : formulir skala alat ukur yang berisi
item pertanyaan dengan jumlah yang I, , Nagler, Mark (1996). Quality of Life
banyak akan butuh waktu untuk in Health Promotion and Rehabilitation.
menyelesaikan, sehingga peneliti perlu California : Sage Publication.
memberi kesempatan waktu yang lebih
banyak. Price & Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep
(b) Item penelitian tidak perlu terlalu Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6,
banyak karena tenaga kesehatan dalam Vol 2. Alih Bahasa Oleh U.Endith,
kondisi mobilitas yang cukup tinggi EGC. Jakarta Provin. 2010. Jurnal
jadi lebih difokuskan pada item Psikologi. ISSN 1978-3655. Volume 7
kualitas hidup. Nomor 2. Hlm.1-105. Juni 2011.
(c) Lebih di fokuskan pada variabel bebas
yang mempunyai pengaruh besar Rohmah, dkk. 2012. Kualitas Hidup Lanjut Usia.
terhadap kualitas hidup tenaga Jurnal Keperawatan. Fakultas Ilmu
kesehatan sebagai variabel terikat. Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
ISSN 2086-307. Hal: 120-132.
DAFTAR PUSTAKA
Sani Susanti Kontribusi Kestabilan Emosi Dan
Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian. Jakarta: Kemampuan Berkomunikasi Terhadap
Rineka Cipta Azwar, S. 2012. Validitas Kinerja Pegawai Di Panti Sosial Pamardi
Dan Reliabilitas Edisi IV. Yogyakarta: Putra “Insyaf’ Medan Dosen Jurusan PLS
Pustaka Pelajar. FIP UNIMED.

Feist,Jess, and Feist Gregory J. 2010. Teori Santrock, J. W.. 2002. Perkembangan Masa
Kepribadian. Edisi ketujuh. terjemahan Hidup. Jakarta : Erlangga.
Smita Prathita Sjahputri. Jakarta:
Salemba Humanika. Santrock, J.W. 2008. Life‐Span Development
Eleventh Edition. New York : Mc Graw‐
Ghozali.2018.Aplikasi Analisis Multivariad Hill.
dengan Program IBM SPSS. Edisi 9
Semarang : Universitas Diponegoro. Sugiyono. (2010). Metode penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D, Bandung: Penerbit
Goleman, D. 2002. Kecerdasan Emosional. Alfabeta.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hurlock, E.B.1997. Psikologi perkembangan


suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan Erlangga: Jakarta
Hurlock, E.B.2002. Psikologi
Perkembangan. 5th edition. Erlanga:
Jakarta.

Mabsusah. (2016. Kualitas hidup (quality of


life) pasien diabates mellitus di
RSUD. Dr. H. Slamet Martodirdjo
kabupaten Pamekasan Madura.
Undergraduate thesis, UIN Sunan
Ampel Surabaya.

Prawitasari, J. E. (2012). Psikologi terapan


melintas batas disiplin ilmu. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Renwick, R. ,Brown,

You might also like