You are on page 1of 14

MAKALAH

Bahasa Arab bab (‫)اءراب‬


Matakuliah:bahasa Arab
Dosen pembimbing:Moh Holil baitaputra M.Pd.I

NAMA:MOHAMMAD SHOIM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL HIKMAH
LANGKAP BURNEH BANGKALAN
1
2022-2023

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT ,yang telahmelimpahkan
Rido serta karuniya ,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul bab
(i'rob') Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kuliah bahasa Arab ,kami
menyadari masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan waktu pengetahuan
dan kemampuan yang kami miliki.

Namun demikian,dengan segala kemampuan yang ada dan dengan rasa tanggung
jawab,akhirnya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,meskipun jauh dari
kata sempurna kami menyampaikan banyak terima kasi kepada semua pihak yangtelah
membantu khususnya kepada guru kami,dan berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kami khususnya dan umum nya bagi semua pihak .kritik dan
saran kami selalu mengharapkan apabila dalam makalah saya ini terdapat banyak
kekurangan ,sehingga kami dapat memperbaiki dalam tahap berikut nya .

Bangkalan 10 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
ABSTRAK................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................1
C. Tujuan penulisan makalah..............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian i’rob..............................................................................................2
B. Tanda-tanda i’rob................................................................................................3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................7
B. Saran...............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................8

iii
ABSTRAK

I'rob adalah perubahan di akhir kalimat sebab perbedaan Amil yang masuk pada
kalimat tersebut.
Tanda ta i'rob itu ada 4 yaitu (rofa' ,nasob ,hofad ,jazem)I'rob juga masuk pada
isim dan fi'il,yang masuk pada isim itu ada 3 (Rofa' ,nasob ,hofad) Dan yang masuk pada
fi'il ada 3 pula (Rofa' ,nasob ,jazem)Tanda tanda i'rob rofa' i tu ada 4 yaitu
(Dommah ,wau ,Alif ,subutunnun) Tanda tanda i'rob nasob ada 5 yaitu
(Fathah ,Alif ,Karo ,ya' ,hadfunnun) Tanda tanda i'rob hofadzitu ada 3 yaitu (Kasro ya'
,fathah) Tanda tanda i'rob jazem itu ada 2 yaitu (Sukun ,hadfun)

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya dalam memudahkan pengkajian ilmu nahwu telah ada sejak munculnya
ilmu nahwu itu sendiri. Berbagai konsep dan metode telah dikemukakan oleh para tokoh
nahwu. Disadari atau tidak, bahwa perjalanan ilmu nahwu terus berjalan dari abad klasik
hingga abad modern bahkan kontemporer saat ini. Tentunya terdapat banyak sejarah
tokoh, pemikiran- pemikiran, serta perdebatan yang terjadi yang telah banyak
memberikan warna tersendiri dalam khazanah ilmu nahwu. Dengan landasan itu, kiranya
perlu banyak kajian terhadap ilmu nahwu dalam rangka menggali lebih dalam sejarah
perkembangan nahwu hingga sekarang. Karena sesungguhnya hal itu akan menjadi bukti
eksistensi suatu peradaban.
Seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, Bahasa Arab mempunyai kaidah-kaidah
tersendiri di dalam mengungkapkan atau menuliskan sesuatu hal, baik berupa
komunikasi atau informasi. Terutama dalam memahami ilmu agama yang mana
bersumber dari Al-qur’an dan Al-hadist yang harus memerlukan kaidah nahwu yang
mana di dalamnya terdapat sebagian kajian tentang I’rob. Yang akan dijelaskan oleh
kelompok kami tentang “Pengertian I’rob dan pembagiannya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil Rumusan Masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan I’rob?
2. Sebutkan macam-macam atau pembagian i’rob ?
3. Apa saja tanda-tanda I’rob?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian I’rob
2. Untuk menjelaskan macam-macam atau pembagian i’rob
3. Untuk mengetahui tanda-tanda I’rob

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I’ROB
Kata I’rab secara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”, Kata i’rab ada
juga yang mengatakan berasa dari bahasa arab yang mempunyai arti perubahan,
sedangkan menurut professor doktor sarjana ahli nahwu, i’rob yaitu perubahan yang
terjadi pada ahir kata yang di sebabkan oleh perbedaan amil yang masuk, baik berupa
lafadz atau taqdirnya. Sedangkan bina’ itu merupakan kebalikan dari i’rab yang masing-
masing keduanya memiliki karekteristik yang sangat berbeda-beda.[1] Menurut ilmu
nahwu, I’rab ialah“ Berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya
perbedaan ‘amil (yang memerintah) yang menempel pada kalimat tersebut, baik dalam
segi lafadznya atau pun kira- kiranya’’[2] Maksud dari arti tersebut ialah: I'rab itu
mengubah syakal tiap-tiap akhir kalimah disesuaikan dengan fungsi amil yang
memasukinya, baik perubahan itu tampak jelas lafazhnya atau hanya secara diperkirakan
saja keberadaannya.
I'rob pada isim (kata benda) ada tiga macam yaitu rof'un, nashbun , dan hofadz.
Sedangkan I'rob pada kata kerja (Fi’il )ada 3 yaitu : rof'un, nashbun , jazmun . I'rob
(perubahan akhir) pada suatu isim yanh menunjukkan kedudukan atau suatu fungsi isim
tersebut dalam kalimat baik sebagai subjek,predikat,objek langsung maupun objek dari
suatu kata depan. Isim atau kata benda yang mengalami dinamakan ism mabniy . Pada
isim mabni tidak ada perubahan di akhir isim tersebut.
Dalam I’rob kita menemukan Kalimat yang selalu berubah-ubah akhirnya, dan
itu dinamakan ism mu'rob Kalimah mu’rob adalah kalimah yang akhirannya bisa
berubah-ubah sesuai dengan ‘amil yang memasukinya.[3] Jadi jika suatu kalimah itu
kemasukan ‘amil dan kalimah itu terjadi perubahan pada akhiran kalimah itu, maka
kalimah itu di sebut kalimah mu’rab contohnya kalimah minal masjidi , disini terjadi
perubahan harakat akhir pada kalimah isim karena pada awalnya kalimah itu harakat
akhirnya di baca dhommah tapi karena ke ,‫ اﻟﻤﺴﺠﺪ‬masukan ‘amil, yaitu huruf jer maka
harakat akhir kalimah itu di baca kasrah atau majrur.
Dan apabila kita menemukan suatu kalimat yang tidak berubah harokat akhirnya,
itu dinamakan ism mabni .Harokat akhir yang tidak akan berubah dinamakan BINA'
Pembagian I’rob “I'rob dibagi menjadi 4, yaitu: rofa', nashob, khofad dan jazm.”[4]
keterangan :
Rafa’ : perubahan yang khusus, yang ditandai dengan dlomah atau yang menggantinya.

2
Contohnya :je'a Muhammadٌ
Nashab : Yaitu perubahan yang khusus, yang ditandai dengan fathah atau yang
menggantinya, contohnya: roaytu zaydan
Khofad/jer : Yaitu perubahan yang tertentu, yang ditandai dengan kasroh atau yang
menggantinya. Contohnya : marortu bizaidin
Jazm : Yaitu perubahan yang tertentu yang ditandai dengan sukun atau yang
menggantinya. Contohnya : lam yaddrib
B. Tanda-tanda I’rob
Masing- masing i’rob mempunyai tanda yang berbeda-beda, diantaranya sebagai
berikut: I’rob Rafa I’rob rafa’ itu mempunyai 4 tanda, yaitu dlomah, wawu, alif dan
nun”.
Setiap kalimah, ketika rafa’ pasti menggunakan salah satu dari 4 tanda tersebut. Dan
setiap tanda mempunyai tempat – tempat tersendiri yang akan dibahas di bawah ini :
Dhammah, merupakan tanda i”rob asli. contohnya maka ia menjadi tanda bagi rafa’
pada empat tempat :
Pada Isim Mufrad, yaitu yang menunjukkan makna tunggal. Contoh : ‫اﻟﻘﺮأن‬ ‫ﻣﺤﻤ‬
‫ﻗﺮأ‬
Jama’ taktsir, yaitu lafadz yang menunjukkan arti banyak dan tidak terikat pada objek
perempuan maupun laki-laki. Jamak taksir juga dapat dimaknai suatu lafadz yang
menunjukkan arti banyak yang bentuk lafadznya berubah dari bentuk tunggalnya.
Misalnya; tolab menjadi tolabun , contoh; Je'a attolabu bizaidin.
Jama’ muannas salim, yatu lafadz yang menunjukkan makna jamak (banyak)
yang dikhususkan pada objek perempuan. Dan biasanya di aakhiri dengan huruf alif dan
ta’. Contoh (para wanita muslimah datang).
Keterangan : Lafadz Al muslimatu adalah jama’ mu’annats salim. Mufrodnya
adalah Al muslimatu yang berarti seorang wanita muslimah. Ta’ – nya Al muslimatu
dibuang, lalu ditambahkan alif dan ta’ alamat jama’ fiil mudhari’ yang huruf akhirnya
tidak bertemu dengan alif tatsniyyah, wawu jama’, dan ya’ mu’annatsah mukhothobah.
Fi’il mudlori’ adalah fi’il yang di awali huruf ya’, ta’, hamzah, atau nun yang zaidah
(tambahan) wawu, pada hakikatnya wawu adalah sebagai pengganti (tanda far’i) dari
tanda dhammah.Tanda wawu sebagai ciri dari i’rab rafa’ bertempat di dua tempat,
yaitu[5] Jamak mudzakar salim, yaitu suatu kata yang menunjukkan makna jamak yang
dikhusukan pada objek laki-laki, dan biasanya di akhiri dengan huruf wawu dan nun
pada tingkah rafa’ dan di akhiri ya’ dan nun pada tingkah nasab dan jer.

3
Asma’ul khamsah, yaitu isim-isim lima yakni . Contoh; Je'a ,abuka ,hamuka
,wahamuka ,wadumalin.
Alif, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang
tertentu.Isim tatsniyah adalah suatu kata benda yang menunjukkan makna dua. Isim
tatssniyah biasanya di akhiri dengan huruf alif dan nunketika rafa’, dan di akhiri ya’ dan
nun ketikaa tingkah nasab dan jer.

Nun maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang bersambung
dengan dhamir tatsniyah, dhamir jama’, dan dhamir muannats mukhatabah. Nun menjadi
tanda bagi i’rab rafa’ itu bertempat pada fi’il mudhari’ yang bertemu dengan[6] Dhamir
tastniyah Dhamir jamak Dhamir muannas mukhatabah I’rob Nashab I'rab nashab
mempunyai lima alamat, yaitu: fathah, alif, kasrah, ya dan membuang
(menghilangkan) huruf nun. [7] Fathah merupakan tanda i’rob nasab asli, maka ia
menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat :
Pada Isim Mufrad, seperti dalam contoh : = aku telah me lihat zaet = aku telah‫ا‬
membeli sebuah kitab Jama’ taksir, seperti contoh := aku telah melihat zaid= aku telah
membali beberapa buah kita.
Fi’il Mudhari apabila kemasukan padanya amil yang menashabkan dan pada
akhir kalimatnya tidak bertemu dengan sesuatupun. (dari alif tatsniyah, wawu jamak,dan
nun taukid.
Alif. Alif menjadi alamat bagi i’rab nashab berada pada asma’ul khomsah, Contoh :
Asma’ul khomsah.
Kasrah. Kasrah menjadi alamat i’rab nashab hanya terdapat pada bentuk jamak
muannats salam saja. Contoh : Jamak muannats salimٌ.

4
5
Ya’. Ya menjadi alamat bagi i’rab nashab pada isim tatsniyah dan jamak mudzakar
salim. Contoh:
Isim tatsniyah
= aku telah membaca dua buah kitab
Huruf ya’ di sukun kan dan huruf sebelumnya di fathah kan
Jamak mudzakaar salim
= aku telah melihat guru-guru
Huruf ya’ di sukun kan dan huruf sebelumnya di kasrah kan
membuang nun(Hafdzu Nun). Membuang nun menjadi alamat pada i’rab nashb pada
af’aalul khomsah. Yang di rafa’ kan dengan memakai nun itsbat .Seperti lafadz:
= hendaknya mereka berdua mengetahui
= hendaknya kamu berdua mengetahui
= hendaknya mereka mengetahui
= hendaknya kalian mengetahui
= hendaknya engkau perempuan mengetahui
I'rob Jar / Khofad
Tanda I'rob jar adalah kasroh, ya dan fathah.[8]
Kasroh, masuk pada tiga tempat, yaitu :
Isim mufrod, (penaku diatas meja)
Jamak taksir, (para lelaki itu mempunyai cita-cita yang tinggi)
Jamak muanas salim, (saya memberi salam kepada siswi-siswi).
Ya’. masuk pada tiga tempat, yaitu :
Asma’ul khomsah, (apakah kamu akan pergi kepada saudaramu?).
Isim tasniyah, (saya mendengar berita ini dari dua orang siswa).
Jamak muzakar salim, (ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang
mendapatkan kemenangan).
Fathah, masuk pada satu tempat, yaitu :
(1) Isim ghoir munsorif (isim yang tidak menerima tanwin)
I’rab jazm
I’rab jazm merupakan i’rab yang dikhususkan untuk kalimat fiil. Adapun tanda
irab jazm yang akan kita bahas disini ada dua, yaitu sukun dan membuang (nun+huruf
‘illat). Dalam redaksi kitab jurumiyah disebutkan sebagai berikut :I’rab jazm mempunyai
dua alamat atau ciri (tanda), yaitu sukun dan membuang.
i’rab jazm dalam ilmu nahwu ditandai dengan dua tanda yaitu harakat sukun dan

6
hadf (membuang), yang dimaksud dengan membuang disini adalah membuang huruf
‘illat dan juga membuang huruf nun. Mungkin diantara teman-teman ada yang belum
tahu apa itu huruf ‘illat, tidak apa-apa, pada tulisan selanjutnya insyaallah akan saya tulis
sebuah postingan yang khusus membahas tentang penjelasan apa itu yang dimaksud
dengan huruf ‘illat.[9]
Adapun tanda irab jazm yang menjadi bagian terakhir dalam pembagian i’rab
dalam ilmu nahwu adalah sebagai berikut :

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
I’rab adalah “pengubahan” atau “perubahan” akhir masing-masing kata karena
perbedaan faktor yang memasukinya, menganggap bahwa i’rab itu adalah suatu proses
perubahan yang abstrak, tidak kelihatan konkret. Berubahnya akhir kata itu tidak
kelihatan, tiba-tiba saja tanda i’rab itu berubah menjadi tanda i’rab yang lain.
Definisi ini menganggap bahwa i’rab itu berada di antara ketentuan tanda i’rab
yang satu dengan yang lainnya. Padahal masing-masing i’rab, yakni i’rab rofa’, nashab,
jar dan jazm itu adalah ketentuan setelah selesainya ‘perubahan’ itu, misalnya berubah
menjadi i’rab nashab, berubah menjadi i’rab jar atau menjadi i’rab jazm atau menjadi
i’rab rofa’. Jadi i’rab itu bukan berada pada saat perubahan itu tetapi pada saat ketentuan
setelah selesai perubahan itu. Pada saat perubahan itu tidak ada namanya, hanya sekedar
proses perubahan saja.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari atas banyaknya kekurangan
dalam penyusunannya, yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan kami. Maka
dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik baik dari Ibu dosen maupun dari
para pembaca, agar makalah ini dapat lebih mendekati kesempurnaan. Dan semoga
penyusunan makalah ini selalu mendapat ridlo dari Allah SWT Amin.

8
DAFTAR PUSTAKA

Referensi Berbahasa Arab: Abu Zahrah Muhammad, Al-Milkiyyah Wa Nazariyyah Al-


„Aqd Fi Asy-Syarîah Al-Islâmiyyah, IskanDâriyah, Dâr al-Fikr al-‘Arabi, t.t.
Al-‘Amidi Saif ad-Dîn, al-Ihkâm fî Usûl al-Ahkâm. cet.1. Beirut, Dâr al-Fikr, 1996.
Al-‘Umarî Nadiyyah Syarîf, Al-Ijtihâd Fi Al-Islâm, cet. 3. Beirut, Muassasah arRisalah,
1986. Al-‘Umari, Al-Ijtihad Mesir, Dâr Al-Maktab, t.t.
Al-Ashfahani Al-Imâm Abû Nu’aim, Al-Hilyatu Al-Auliyâ, Juz IV, Beirut, Dâr Al-Fikr, t.t.
Al-Haitami ‘Alî Ibnu Abû Bakr, Majma‟uz Zawâ‟id, Juz III, Beirut, Dâr Al-Fikr, 2003.
Al-Husaini Taqiyuddîn Abû Al-Abbâs Ahmad bin Âli bin Abdul Qadîr, AlIghatsah Al-
Ummah fi Kasyfi Al-Ghummah, Mesir, Dâr Kutub Al-Ilmiyah.
Al-Jauziyyah Ibn al-Qayyim, I„lâm al-Muwaqqi„în „an Rabb al-„Âlamîn. Juz III Beirut, Dâr
Al-Jail, 1973.
Al-Jâzirî Abdurrahmân, Fiqhu „alâ Madzâhibu Al-Arba‟ah, Istambul, Dâr Sevaka, 2001.
Al-Ju'fi Abu Abdullah Muhammad bin Ismâil bin Ibrâhim bin al-Mughirah, Shahih Al-
Bukhari, Beirut, Dâr Al-Fikr, t.t.

You might also like