Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 12 · 1B PAI
Izzatul Jannah (23312680)
Nailah Atha Zhafirah (23312701)
Najlah Khoirunnisa (23312702)
Nurfaizah (23312705)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah
Swt., karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul
“Pemberian Tanda waqaf dan ibtida’” dapat diselesaikan sesuai harapan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat nilai tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia
Makalah ini penulis susun dengan bantuan dan bimbingan serta
sumbang saran dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh
keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan mencari sumber, dan
pengalaman. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .................................................................................................... 3
A. Kesimpulan.......................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran agama Islam. Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-angsur
selama 23 tahun. Pada zaman itu, penyebaran Al-Qur’an lebih banyak
melalui metode lisan dan hafalan dibandingkan tulisan. Pada masa itu,
fokus utama umat Islam adalah memastikan bacaan tetap terjaga seperti
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw..
Pada masa Nabi, penulisan Al-Qur’an umumnya dilakukan tanpa
ada tanda baca, termasuk waqaf dan ibtida’. Penggunaan tanda baca,
termasuk tanda waqaf dan ibtida’ menjadi lebih sistematis setelah
khalifah-khalifah awal islam melihat perlunya standar dalam penulisan
mushaf al-qur’an. Usaha terkenal dalam hal ini dilakukan oleh Khalifah
‘Utsman Bin ‘Affan, yang menyusun Mushaf Utsmani yang kemudian
menjadi referensi utama untuk penulisan dan pembacaan Al-Qur’an.
Meskipun Mushaf Utsmani tidak terdapat tanda harakat atau tanda waqaf
dan ibtida’, namun muslim pada saat itu sudah memiliki pemahaman
tajwid yang mendalam. Tidak ada pemberian tanda waqaf dan ibtida’
secara resmi saat itu, tetapi aturan-aturan tajwid ini telah diterapkan dalam
bacaan Al-Qur’an sejak zaman awal Islam.
Pentingnya tajwid dan penggunaan tanda waqaf dan ibtida’ yang
merupakan bagian dari tajwid berkembang seiring dengan usaha para
ulama untuk memelihara bacaan Al-Qur’an secara tepat dan akurat. Tanda
waqaf dalam Al-Qur’an digunakan untuk menentukan tempat berhenti
yang tepat dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Sementara tanda ibtida’,
2
3
menjadi penanda awal ayat yang memberikan arah bagi pembaca untuk
memahami makna suatu ayat.
Pemberian tanda waqaf dan ibtida’ menjadi langkah penting dalam
memelihara keaslian bacaan Al-Qur’an dan mencegah terjadinya
penyimpangan makna yang bisa timbul tanpa adanya pedoman bacaan
yang jelas. Pemberian tanda waqaf dan ibtida’ dalam Al-Qur’an juga
bentuk penghormatan terhadap keindahan bahasa yang digunakan dalam
Al-Qur’an.
Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat membantu
pembaca memahami secara lebih mendalam mengenai paham pemberian
tanda waqaf dan ibtida’.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam makalah ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pemberian tanda waqaf dan ibtida’ dalam Al-Qur’an?
2. Apa fungsi waqaf dan ibtida’ dalam bacaan Al-Qur’an?
3. Apa sebab-sebab terjadinya perbedaan dalam penentuan waqaf dan
ibtida’?
4. Apa hikmah memahami waqaf dan ibtida’?
C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemberian tanda waqaf dan ibtida’.
2. Untuk mengetahui fungsi waqaf dan ibtida’ dalam bacaan Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan dalam penentuan
waqaf dan ibtida’.
4. Untuk mengetahui hikmah setelah memahami waqaf dan ibtida’.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemberian Tanda Waqaf dan Ibtida’
Dalam perkembangan waqaf dan ibtida’, para ulama
merumuskan beberapa tanda untuk menunjukkan tempat berhenti
(waqaf) yang digunakan dalam Al-Qur’an. Para ulama melihat
kebutuhan para pembaca Al-Qur’an terhadap tanda-tanda yang
menunjukkan tempat-tempat yang baik untuk berhenti atau me-waqaf-
kan bacaan. Tanda-tanda waqaf yang ada dalam Al-Qur’an akan hasil
dari ijtihad para ulama guna memudahkan para pembaca Al-Qur’an
agar terhindar dari kesalahan dalam menentukan tempat-tempat
berhenti (waqaf) ketika membaca Al-Qur’an. Jika seorang pembaca
Al-Qur’an tidak berhenti di tempat yang tepat, maka hal itu akan
mengubah makna Al-Qur’an. Salah satu contohnya ialah ketika
membaca Q.S. al-Ma’un : 4. Jika berhenti pada ayat tersebut, maka ayat
tersebut akan berarti: “maka celakahlah orang-orang yang shalat”.
Hal ini merupakan sesuatu yang tidak masuk akal, karena tidak
mungkin orang yang mengerjakan shalat termasuk orang yang celaka.
Seharusnya ayat tersebut disambung dengan ayat berikutnya yang
berarti: “yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya”. Untuk itu,
muncul beragam tanda waqaf dalam Al-Qur’an. Sebagaimana yang
biasa ditemukan dalam berbagai cetakan mushaf Al-Qur’an.1
Penggunaan tanda-tanda waqaf dalam Al-Qur’an ini
merupakan salah satu bentuk resepsi sosial budaya terhadap Al-Qur’an.
Disebut demikian, karena awal mula digunakannya tanda waqaf
1Muhaimin , Perbedaan Tanda Waqof dalam Mushaf al-Qiur’an dan Implikasinya Terhadap Makna
al-Qur’an , (Yogyakarta, 2007), h. 31.
4
5
ِِ الْ َم ْوق
أ َِْو ِِبَِا قَ ْب لَِه،ِوف َعلَْي ِه
6
2
Yahya 'and al razzak ghauthaniy, Ilm at-tajwid, h. 111.
7
ayat berikut:
ِّ كِي وِم
ِِ ِ َّ ي☼ِاَ َّلر ْْح ِن
َِ ْ بِالْ َع الَ ِم ِ
☼ِالديْ ِن ْ َ ِالرحْي ِمِ☼ِ َم ال ِّ اَ ْحلَ ْم دِهلل َِر
4) Waqaf Qabih (buruk)
Waqaf qabih adalah waqaf pada akhir suku kata yang
menurut tata bahasa tergolong buruk dan bahkan
9
5) Waqaf aqbah
Secara bahasa, waqaf aqbah berarti waqaf yang paling
buruk. Menurut istilah, berarti berhenti pada kata yang
mengakibatkan makna yang bertolak belakang. Jika
berhenti disengaja haram hukumnya, apalagi jika
disertai keyakinan dalam hatinya maka akan
mengakibatkan pada kekafiran.4
2. Ibtida’
a. Pengertian ibtida’
Ibtida secara terminologis berarti memulai, atau dalam
kamus Lisân al-'Arab artinya ( فَ َع ْلته ابتداءsaya memulai perbuatan).
Asal katanya merupakan bentuk mashdar ابتدأyaitu : بَدَأ َوا ْبتَدَأ بَدْ ًءا
َوا ْبتِدَاءAdapun makna Ibtida’ secara etimologisnya adalah memulai
bacaan baik setelah qath ataupun waqaf.
3
http://mughits-sumberilmu.blogspot.com Sumber Ilmu: Waqaf dan Ibtida'
4
Muhammad Nabhan bin Husain Mishri, al-Mudzakkiroh fi al-Tajwid, h. 94
10
5
Nurhikmatul Aulia, Skripsi: Tanda Waqaf Lazim dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif
antara Mushaf standar Indonesia dan Mushaf Madinah serta Pengaruhnya Terhadap
Penafsiran), (Jakarta: IIQ, 2020), h. 21-23
6
Jalal al-Dîn ‘Abd ar-Rahman Ibn Abi Bakr al-Suyuti, al-liqân fi ‘Ulûm al-Qur'an, (Arab
Saudi: Mujamma' al-Malik Fahd lithiba'at al-Mushaf al-Sraif, t.r), jilid 1. h. 551.
7
Ahmad Fathoni, Metode Maisura, h. 386.
11
ِ( الْق ْرآ َنBarang siapa belum mengetahui tentang Waqaf maka dia
ِِ ِ حدثنا عبدِ الْ َمل، حدثين حيىي بن سعي ِد األموي، عبَ ْيدِ القاسم بن سال ِم
َع ِْن،ِ ك بْ ِن جَريْ ِج
12
ِ
ْ َ قَال، صلَّى للاِ َعلَْيِه َو َسلَّ َِم
ِ َكا َِن َرسول: ِت ِّ ِج الن
َ َّب ِ ِاللِ بْ ِن أ
َِ َع ِْن أ َِْم َسلَ َم ِةَ َزْو، ََب ملئِ َكِة َِّ َعْب ِِد
c. Perbedaan Hafalan
Individu yang menghafal Al-Qur’an dari berbagai daerah atau
mazhab dapat memunculkan variasi dalam penentuan waqaf
dan ibtida’. Hafalan yang beda dapat menciptakan perbedaan
dalam pelafalan dan penekanan. Oleh karena itu, perbedaan
dalam penentuan waqaf dan ibtida’ adalah fenomena yang
kompleks dan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas.
8
Muhammad bin qosim , Idhah al- waqaf wal Ibtida’ fi kitabillah , (Damaskus : Majma’ al lugoh al-
Arabiyya , 1971).hal.108.
16
2. Ibnu Jazari
Ibnu Jazari mengatakan ketika membaca tidak mampu
menyelesaikan rangkaian satu kisah atau ayat secara lengkap
dengan satu kali nafas. Di sisi lain, ia juga tidak boleh mengambil
nafas ketika membaca washal. Maka ia boleh waqaf di tengah
rangkaian ayat untuk mengambil nafas dan ia harus menentukan
runtutan tempat ibtida’. Hal ini dengan syarat tidak merusak makna
dan kepahaman dari ayat yang ia baca. Sebagaimana yang di
riwayatkan Ibnu Umar bahwa para sahabat belajar waqaf-ibtida’
sebagai rangkaian dalam belajar Al-Quran dan para ulama sepakat
tidak memperbolehkan memberikan ijazah sanad Al-Quran kepada
pelajar Al-Quran sebelum mereka mengerti ilmu waqaf dan ibtida’.
Abu Bakar bin Mujahid mengatakan tidaklah menerapkan waqaf
dalam Al-Quran secara sempurna kecuali seseorang memahami
ilmu nahwu, ilmu qira’at, ilmu tafsir, ilmu bahasa, serta fiqih.9
9
Jalaludin Abdurrohman As-Suyuti , Al Itqon fi Ulumil quran, (Lebanon : Dar Fikr,1996), h. 222.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perkembangan waqaf dan ibtida’, para ulama
merumuskan beberapa tanda untuk menunjukkan tempat berhenti
(waqaf) yang digunakan dalam Al-Qur’an. Para ulama melihat
kebutuhan para pembaca Al-Qur’an terhadap tanda-tanda yang
menunjukkan tempat-tempat yang baik untuk berhenti atau me-waqaf-
kan bacaan.
17
18
B. Saran
1. Bagi pembaca, diharapkan makalah ini dapat menambah
pengetahuan terkait dengan pemberian tanda waqaf dan ibtida’.
2. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Suyuti, Jalal al-Dîn Abd ar-Rahman Ibn Abi Bakr. al-liqân fi "Ulûm al-
Qur'an. Arab Saudi: Mujamma' al-Malik Fahd lithiba'at al-
Mushaf al-Sraif.
As-Suyuti, Jalaludin Abdurrohman. 1996. Al Itqon fi Ulumil quran. Lebanon:
Dar Fikr.
Fathoni, Ahmad. 2016. Metode Maisura. Jakarta: Yayasan Bengkel Metode
Maisura.
Ghauthaniy, Yahya 'Abd Al Razzak. Ilm at-tajwid, t.t: t.t.
Mishri, Muhammad Nabhan bin Husain. al-Mudzakkiroh fi al-Tajwid, t.t :t.t.
Muhaimin. 2007. Perbedaan Tanda Waqof dalam Mushaf al-Qiur’an dan
Implikasinya Terhadap Makna al-Qur’an. (Tesis, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta: Yogyakarta)
Muhammad bin Qosim. 1971. Idhah al- waqaf wal Ibtida’ fi kitabillah.
Damaskus: Majma’ al lugoh al-Arabiyya.
Nurhikmatul, A. 2020. Tanda Waqaf Lazim dalam Al-Qur’an (Studi
Komparatif antara Mushaf standar Indonesia dan Mushaf Madinah
serta Pengaruhnya Terhadap Penafsiran). (Skripsi, Institut Ilmu Al-
Qur’an Jakarta: Jakarta).
http://mughits-sumberilmu.blogspot.com Sumber Ilmu: Waqaf dan Ibtida'.
19