You are on page 1of 14

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PENULISAN Al-QUR’AN

Makalah

Diajuhkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ulumul


qur’an program studi hukum tata negara IAIN Bone

Disusun :

NURKHOLISH TAHIR

742352022129

ASWARINA

742352022130

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunianya kita dapat diberi kesehatan untuk menjalankan aktivitas kita, terlebih
atas hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Makalah ini. Salam dan shlawat tak lupa kita curahkan kepada sang pemilik cinta
yang patut kita cintai dan sang pemilik rindu yang patut kita rindukan yaitu Nabi
Muhammad SAW.nabi yang membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang menderang seperti saat sekarang ini. Dan terima kasih ucapkan kepada
Selaku dosen pembimbing. Menyadari bahwa eksistensi dasar kemanusiaan kita,
sebagai makhluk yang diciptakan dari Kemahakuasaan Sang Pencipta, maka
patutlah diucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga Makalah ini selesai pada waktunya.
Walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana yang diajukan untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bone. Terakhir, penulis sangat menyadari bahwa Makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Olehnya itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
yang budiman sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kebaikan karya ilmiah
selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan wacana
keilmuan kita semua, khususnya penulis sendiri dan Mahasiswa Fakultas Syariah
dan Hukum Islam IAIN Bone pada umunya.

Watampone, 01 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I ........................................................................................................................1

PENDAHULUAN ....................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Hikmah di turunkan Al-Qur’an ..................................................................... 3

B. Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi .......................................................... 5

C. Penulisan Al-Qur’an pada masa Khalifah .................................................... 6

BAB III ................................................................................................................. 10

PENUTUP ............................................................................................................ 10

A. Simpulan ....................................................................................................... 10

B. Saran ............................................................................................................. 10

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada jenjang ini


penyandaran pada hafalan lebih banyak daripada penyandaran pada tulisan karena
hafalan para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum sangat kuat dan cepat di samping
sedikitnya orang yang bisa baca tulis dan sarananya. Oleh karena itu siapa saja dari
kalangan mereka yang mendengar satu ayat, dia akan langsung menghafalnya atau
menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma, potongan kulit,
permukaan batu cadas atau tulang belikat unta. Jumlah para penghafal Al-Qur’an
sangat banyak

Dalam kitab Shahih Bukhari1 dari Anas Ibn Malik Radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus tujuh puluh orang yang
disebut Al-Qurra’. Mereka dihadang dan dibunuh oleh penduduk dua desa dari suku
Bani Sulaim ; Ri’l dan Dzakwan di dekat sumur Ma’unah. Namun di kalangan para
sahabat selain mereka masih banyak para penghapal Al-Qur’an, seperti Khulafaur
Rasyidin, Abdullah Ibn Mas’ud, Salim bekas budak Abu Hudzaifah, Ubay Ibn
Ka’ab, Mu’adz Ibn Jabal, Zaid Ibn Tsabit dan Abu Darda Radhiyallahu ‘anhum.

Pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu tahun dua belas
Hijriyah. Penyebabnya adalah : Pada perang Yamamah banyak dari kalangan Al-
Qurra’ yang terbunuh, di antaranya Salim bekas budak Abu Hudzaifah ; salah
seorang yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk
mengambil pelajaran Al-Qur’an darinya. Maka Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu
memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur’an agar tidak hilang. Dalam kitab
Shahih Bukahri2 disebutkan, bahwa Umar Ibn Khaththab mengemukakan

1
Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Al-Jihad, Bab Al-Aunu Bil Madad, hadits nomor 3064
2
Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab At-Tafsir, Bab Qauluhu Ta’ala : Laqad jaa’akum
Rasuulun Min Anfusikum Aziizun Alaihi Maa Anittum … al-ayat

1
pandangan tersebut kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu setelah selesainya
perang Yamamah.

Pada zaman Amirul Mukminin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu pada
tahun dua puluh lima Hijriyah. Sebabnya adalah perbedaan kaum muslimin pada
dialek bacaan Al-Qur’an sesuai dengan perbedaan mushaf-mushaf yang berada di
tangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum. Hal itu dikhawatirkan akan menjadi
fitnah, maka Utsman Radhiyallahu ‘anhu memerintahkan untuk mengumpulkan
mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf sehingga kaum muslimin tidak
berbeda bacaannya kemudian bertengkar pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan akhirnya berpecah belah. Dalam kitab Shahih Bukhari3 disebutkan,
bahwasanya Hudzaifah Ibnu Yaman Radhiyallahu ‘anhu datang menghadap
Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu dari perang pembebasan Armenia dan
Azerbaijan.

B. Rumusan masalah

1. Apa saja Hikmah di turunkan Al-Qur-an ?

2. Bagaimana Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi ?

3. Bagaimana Penulisan Al-Qur’an pada masa khalifah ?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja hikmah di turunkan Al-Qur’an

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penulisan Al-Qur’an pada masa


Nabi

3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penulisan Al-Qur’an pada masa


Khalifah

3
Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Fadhaailul Qur’an, Bab Jam’ul Qur’an, hadits nomor
4978

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hikmah di turunkan Al-Qur’an

Turunnya Al-Qur’an secara bertahap, tidak hanya disebabkan karena Al-Qur’an


itu lebih besar dari kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah sebelumnya, melainkan
ada beberapa hikmah lainnya4

Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu mengandung hikmah yang


nyata serta rahasia mendalam yang hanya diketahui oleh orang-orang yang alim
atau pandai5 Dari penjelasan sebelumnya, kita dapat menyimpulkan hikmah
turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur, diantaranya:

1. Meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW

Ketika berdakwah, Nabi kerap kali berhadapan dengan para penentang yang
memiliki sikap dan watak begitu keras. Meraka senantiasa mengganggu dengan
berbagai macam gangguan dan kekerasan. Mereka senantiasa melemparkan
berbagai ancaman dan gangguan kepada Nabi.

Wahyu turun kepada Rasulullah dari waktu ke waktu sehingga dapat


meneguhkan hatinya terhadap kebenaran dan memperkokoh zamannya untuk tetap
melangkahkan kaki dijalan dakwahnya tanpa ambil peduli akan perlakuan jahiliyah
yang beliau hadapinya dari masyarakatnya sendiri, karena yang demikian itu
hanyalah kabut dimusim panas yang segera lenyap.

2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur’an

Dalam dakwahnya nabi seringkali menerima pertanyaan-pertanyaan sulit dari


orang-orang kafir dengan tujuan melemahkan dan menguji kenabian Rasullullah.
Maka turunlah Al-Qur’an yang menjelaskan kebenaran dan jawaban yang amat
tegas. Sebagaimana dalam Al quer’an surah Al-Furqan yang Artinya: Tidaklah

4
Khalil, Manna al-Qattan. 2011. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Halim Jaya
5
Anwar, Rosihon. 2010. Ulum Al-Quran. Bandung: CV. Pustaka Setia

3
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan
Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.

Turunnya wahyu secara berangsur-angsur tidak hanya menjawab pertanyaan


bahkan menentang mereka untuk membuat satu surat saja yang sebanding
dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat satu surat saja yang
seperti Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab.

3. Meringankan Nabi dalam menerima wahyu

Al-Qur’an sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah merupakan sabda Allah


yang mempunyai keagungan dan keluhuran. Ia adalah sebuah kitab yang andaikata
diturunkan kepada gunung niscaya gunung tersebut akan hancur dan merata karena
begitu hebat dan agungnya kitab tersebut. Bagaimana dengan hati Nabi yang begitu
lembut, mampukah beliau menerima Al-Qur’an secara langsung tanpa merasakan
kebingungan dan keberatan.

4. Mempermudah dalam menghafal Al-Qur’an dan memberi pemahaman bagi


kaum muslimin

Al-Qur’an pertama kali turun ditengah-tengah masyarakat yang ummi yakni


yang tidak memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Turunnya wahyu
secara berangsur-angsur memudahkan mereka untuk memahami dan
menghapalkannya. Umat yang ummi akan kesulitan menghafal jika Al-Qur’an
diturukan sekaligus dan tidak mudah bagi mereka untuk memahami maknanya. Jadi
dengan diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu merupakan bantuan
yang terbaik bagi mereka untuk menghafal dan memahaminya. Setiap turun satu
atau beberapa ayat, para sahabat segera menghafalkannya, merenungkan maknanya
dan mempelajari hukum-hukumnya.

5. Tadarruj (selangkah demi selangkah) dalam menetapkan hukum samawi

Hikmah yang selanjutnya adalah tadarruj (berangsur-angsur) dalam penetapan


hukum. Hikmah Allah memutuskan demikian ini dengan tujuan mengalihkan dari
beberapa aqidah menjadi satu aqidah, mengeluarkan mereka dari berhala kepada

4
agama, dari sangkaan dan dugaan kepada kebenaran serta dari tidak iman menjadi
keimanan.

Setelah itu langkah pemantapan dan pelestarian iman diteruskan dengan ibadah.
Ibadah yang mula-mula ditekankan adalah shalat, yaitu pada masa sebelum hijrah,
kemudian diikuti dengan puasa dan zakat, yaitu pada tahun yang kedua hijrah dan
yang terakhir adalah ibadah haji yaitu pada tahun keenam hijrah.

B. Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi

Pada masa Nabi Muhammad SAW proses pengumpulan Al-Qur’an dilakukan


dengan cara menulisnya di pelepah pohon kurma, lempengan batu maupun lontar,
di kulit atau daun kayu, di pelana, dan potongan tulang belulang binatang. Mereka
para sahabat yang melakukan penulisan ini yaitu Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi
Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Selain mereka para sahabat
lainnya pun kerap kali menulis walaupun tidak mendapatkan perintah dari
Rasulullah SAW untuk menulisnya.

Menurut sebagian para ulama ada dua cara yang terjadi di masa Rasulullah SAW
dalam upaya menjaga Al-Qur’an. Pertama yaitu Al Jam’u fis Sudur, artinya para
sahabat langsung menghafal wahyu yang diturunkan Allah SWT melalui malaikat
Jibril kepada Rasulullah SAW. Hal ini sangat mudah dilakukan oleh para sahabat.
Sebab orang Arab memiliki trasidi yang kuat dalam menjaga turast peninggalan
nenek moyangnya. Turast-turast ini biasanya berupa syair atu cerita. Mereka
menggunakan cara menghafal untuk menjaga turast tersebut agar tetap abadi di
sepanjang zaman. Jadi sudah mashur jika orang Arab sangat terkenal dengan
kekuatan daya hafalannya.

Kedua yaitu Al Jam’u fi Suthur, artinya wahyu pertama kali turun kepada
Rasulullah SAW di usianya ke-40 tahun, yaitu yang berjalan selama 12 tahun
sebelum hijrah ke Madinah. Kemudian wahyu terus-menerus turun selama kurun
waktu 23 tahun di Madinah. Rasulullah SAW setiap kali menerima wahyu selalu
membacakannya kepada para sabahat secara langsung dan menyuruhnya untuk
menuliskan sembari melarang untuk menulis hadist, sebab sangat dikhawatirkan

5
akan bercampur dengan Al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kamu
sekalian menulis apapun dariku, dan barang siapa menulis dariku selain Al-Qur’an
maka hapuslah.” (H.R. Muslim).

Penulisan Al-Qur’an di masa Rasulullah SAW ini belum terkumpul menjadi


satu mushaf sebab masih berpencar di beberapa pelepah kurma, lempengan batu,
daun lontar dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tidak
adanya pendorong untuk membukukan Al-Qur’an menjadi mushaf karena
Rasulullah SAW masih hidup menyertai mereka, serta masih ada banyak para
sahabat yang menghafal Al-Qur’an, sehingga tidak ada kekhewatiran tentang
hilangnya Al-Qur’an.

Faktor berikutnya yaitu dikarenakan Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur,


maka suatu hal yang lebih logis jika nanti dijadikan satu mushaf setelah wafatnya
nabi yaitu menunggu wahyu berhenti turun kepada Rasulllah SAW. Faktor yang
trakhir yaitu selama proses turunya Al-Qur’an masih terdapat kemungkinan ada
ayat-ayat yang mansukh.

C. Penulisan Al-Qur’an pada masa khalifah

Sepeninggal Rasulullah SAW, barulah upaya untuk mengumpulkan tulisan-


tulisan yang berisikan ayat-ayat Alquran mulai dilakukan. Hal ini terjadi pertama
kalinya pada masa Khalifah Abu Bakar atas usulan Umar bin Khattab.

Dalam sejumlah riwayat, disebutkan bahwa pada awal kepemimpinannya, Abu


Bakar dihadapkan pada peristiwa-peristiwa besar yang berkenaan dengan
kemurtadan sebagian orang Arab.

Karena itu, ia segera menyiapkan pasukan dan mengirimkannya untuk


memerangi orang-orang yang murtad itu. Peperangan Yamamah yang terjadi pada
tahun 12 H melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafal Alquran. Dalam
peperangan ini, 70 orang hafiz (penghafal Alquran) dari para sahabat gugur.

Melihat kenyataan ini, Umar bin Khattab merasa khawatir. Ia kemudian


menghadap Abu Bakar dan memberi usul kepadanya agar segera mengumpulkan

6
dan membukukan Alquran sebab peperangan Yamamah telah menyebabkan
banyaknya penghafal Alquran yang gugur di medan perang. Ia juga khawatir jika
peperangan di tempat lain akan menewaskan lebih banyak penghafal Alquran.

Meski awalnya sempat ragu karena Rasulullah SAW tidak pernah


memerintahkan pembukuan Alquran, demi kemaslahatan umat Abu Bakar
memerintahkan Zaid bin Tsabit (yang dikenal sebagai juru tulis Alquran di masa
Rasulullah) untuk menuliskan dan mengumpulkan kembali naskah Alquran yang
masih berserakan tersebut.

Zaid melakukan tugasnya ini dengan sangat teliti dan hati-hati. Maka itu, dia
tidak hanya cukup mengandalkan hafalan yang ada dalam hati para hafiz tanpa
disertai catatan yang ada pada para penulis.

Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Zaid berkata, ''Maka, aku pun mulai
mencari Alquran. Kukumpulkan ia dari pelepah kurma, dari keping-kepingan batu,
dan dari hafalan para penghafal, sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surat
Attaubah berada pada Abu Huzaimah Al-Anshari yang tidak kudapatkan pada
orang lain.'' Perkataan itu lahir karena Zaid berpegang pada hafalan dan tulisan
sehingga akhir surat Attaubah itu telah dihafal oleh banyak sahabat. Dan, mereka
menyaksikan ayat tersebut dicatat. Tetapi, catatannya hanya terdapat pada Abu
Huzaimah Al-Ansari. Lembaran-lembaran yang dikumpulkan oleh Zaid tersebut
kemudian disimpan di tangan Abu Bakar hingga ia wafat. Sesudah itu, lembaran-
lembaran pun berpindah ke tangan Umar sewaktu ia masih hidup dan selanjutnya
berada di tangan Hafsah binti Umar bin Khattab.

Baru pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, untuk pertama kali, Alquran
ditulis dalam satu mushaf. Penulisan Alquran di masa Usman disesuaikan dengan
tulisan aslinya yang terdapat pada Hafsah binti Umar. Usman memberikan
tanggung jawab penulisan ini kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said
bin Ash, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam.

• pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

7
pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu. Ini terjadi pada tahun
12 Hijriyah. Adapun penyebabnya yaitu saat perang Yamamah, banyak sekali dari
kalangan Al-Qurra’ yang terbunuh seperti Salem bekas budak Abu Hudzaifah.

Lalu Abu Bakar memberikan perintah agar mengumpulkan Al-Qur'an supaya


tidak hilang. Dalam kitab sahih Bukhari juga disebutkan bahwa Umar bin Khattab
mengemukakan pandangannya kepada Abu Bakar usai perang Yamamah terjadi.
Abu bakar tidak mau melakukan hal tersebut karena takut akan dosa. Namun, Umar
bin Khattab terus menerus memberikan pandangannya tersebut. Sehingga Allah
SWT bukakanlah pintu hati dari Abu Bakar akan hal tersebut.

Abu Bakar pun memanggil Zaid Bin Tsabit dan berkata kepada Zaid,
“Sesungguhnya engkau merupakan seorang yang masih muda dan berakal
cemerlang, kami tidak meragukanmu, engkau dulu pernah menulis wahyu untuk
Rasulullah, maka sekarang carilah Al-Qur'an dan kumpulkanlah.”

Setelah itu Zaid berkata, “Maka aku pun mencari dan mengumpulkan Al-Qur'an
dari pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hafalan orang-orang.” Mushaf
tersebut kini ada di tangan Abu Bakar sampai ia wafat. Lalu dipegang oleh Umar
sampai ia juga wafat. Selanjutnya dipegang oleh Hafsah Binti Umar.

Kaum muslimin sudah sepakat seluruhnya akan apa yang dilakukan Abu Bakar.
Mereka menganggap perbuatan ini sebagai hal yang positif. Sebagaimana Ali bin
Abi Thalib pun berkata, “Orang yang paling besar pahalanya pada mushaf Al-
Qur'an adalah Abu Bakar, semoga Allah SWT memberi rahmat kepada Abu Bakar
karena dialah orang yang pertama kali mengumpulkan kitab Allah SWT.”

• Pada masa Utsman bin Affan

pada zaman Utsman Bin Affan di tahun 25 Hijriyah. Saat itu terjadi perbedaan
kaum muslimin dialek bacaan Al-Qur'an yang sesuai akan perbedaan mushaf
tersebut.

8
Karena khawatir terjadi fitnah, Utsman bin Affan segera memerintahkan
pengumpulan mushaf tersebut menjadi satu mushaf. Sehingga kaum muslimin
bacaannya tidak akan berbeda dan kemudian bertengkar.

pererbedaan pengumpulan yang dilakukan oleh Abu Bakar dan Utsman adalah
terletak pada tujuannya. Tujuan dari Abu Bakar untuk menuliskan serta
mengumpulkan seluruh ayat-ayat Al-Qur'an dalam satu mushaf supaya tidak
tercecer dan tidak hilang. Sedangkan tujuan Utsman yaitu untuk mengumpulkannya
karena dikhawatirkan akan adanya perbedaan dialek pada bacaan Al-Qur'an
tersebut. Sehingga dilakukannya pengumpulan menjadi satu mushaf al quran.
ehingga diperolehlah hasil pengumpulan dari musahf ini yang berupa satu ke satu
di tengah tengah umat muslim. Mudharat besar seperti perpecahan, perbedaan
keyakinan, dan juga permusuhan dapat dihindari.

Itulah sejarah penulisan Al-Qur'an dan pengumpulannya. Para sahabat begitu


berjuang untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu kesatuan agar
umat muslim dapat memahami wahyu Allah SWT dengan damai.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Turunnya Al-Qur’an secara bertahap, tidak hanya disebabkan karena Al-Qur’an


itu lebih besar dari kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah sebelumnya,
melainkan ada beberapa hikmah lainnya

2. Menurut sebagian para ulama ada dua cara yang terjadi di masa Rasulullah SAW
dalam upaya menjaga Al-Qur’an. Pertama yaitu Al Jam’u fis Sudur, artinya para
sahabat langsung menghafal wahyu yang diturunkan Allah SWT melalui
malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW. Hal ini sangat mudah dilakukan oleh
para sahabat. Sebab orang Arab memiliki trasidi yang kuat dalam
menjaga turast peninggalan nenek moyangnya.

3. Baru pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, untuk pertama kali, Alquran
ditulis dalam satu mushaf. Penulisan Alquran di masa Usman disesuaikan
dengan tulisan aslinya yang terdapat pada Hafsah binti Umar. Usman
memberikan tanggung jawab penulisan ini kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan digunakan sebaik-
baiknya. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, tim penulis mohon
maaf. Jika ada kritik dan saran yang membangun kami terima agar memperbaiki
makalah-makalah berikutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://majelis-quran.com/sejarah-penulisan-al-quran-dan-pengumpulanya/

https://makalahstudialquran.blogspot.com/2012/10/hikmah-turunnya-al-quran-
secara.html

Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Al-Jihad, Bab Al-Aunu Bil Madad, hadits nomor
3064

Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab Fadhaailul Qur’an, Bab Jam’ul Qur’an, hadits
nomor 4978

Diriwayatkan oleh Bukhari, Kitab At-Tafsir, Bab Qauluhu Ta’ala : Laqad jaa’akum
Rasuulun Min Anfusikum Aziizun Alaihi Maa Anittum … al-ayat

11

You might also like