You are on page 1of 24

TEORI-TEORI PENUAAN DAN PERUBAHAN BIO-PSIKOSOSIAL-

SPRITUAL-CULTURAL YANG LAZIM PADA PROSES PENUAAN

DI SUSUN OLEH :

ADE TRI PUTRA HUMENA

DOSEN PENGAMPUH :

Ns.Nining Nirmalasari., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah “Teori-Teori Penuaan dan Perubahan Bio-
Psiko-Sosial-Spiritual-Cultural” dapat kami selesaikan.

Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah


SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga
akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar
Keperawatan Gerontik. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang
berkaitan dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama


kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran
dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

Poso , 30 oktober 2022

Ade humena
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Penuaan
B. Teori Proses Penuaan
C. Perubahan biologis, psikologis, social, spiritual, dan cultural
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penuaan merupakan proses pasti yang dialami seseorang dan tidak dapat
dihindari oleh siapapun dalam kehidupan. Ketika seseorang telah menua, berarti seseorang
telah melalui tiga tahap dalam kehidupannya yaitu anak, remaja dan dewasa. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998, yang dimaksud dengan lanjut
usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas.
Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai
perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan
dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif hingga kematian. Proses menua
berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan, selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis
pada jaringan tubuh yang akhirnya mempengaruhi kemampuan fisik secara keseluruhan
(Sudirman, 2011). Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan
seper tampak pada gambar di bawah. Dari gambar juga menunjukkan bahwa baik secara
global, Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing
population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia)
melebihi angka 7 persen (Kemenkes, 2017).
Gambar 1.1 perkembangan penduduk di dunia
Berdasarkan data Kemenkes (2017) dari jumlah proyeksi penduduk, diperkirakan tahun
2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah
penduduk lansia tahun 2020
(27,08 juta), tahun 2025
(33,69 juta), tahun 2030
(40,95 juta) dan tahun 2035
(48,19 juta).
Gambar 1.2 struktur umur di Indonesia
Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh
persen (Soeweno). Gambar di bawah memperlihatkan persentase lansia diIndonesia tahun
2017 telah mencapai 9,03% dari keseluruhan penduduk. Selain itu, terlihat pula bahwa
persentase penduduk 0-4 tahun lebih rendah dibanding persentase penduduk 5-9 tahun.
Sementara persentase penduduk produktif 10-44 tahun terbesar jika dibandingkan kelompok
umur lainnya.

Gambar 1.3 presentase penduduk lansia di indonesia tahun 2017

Dari gambar di bawah menunjukkan bahwa belum seluruh provinsi Indonesia


berstruktur tua. Ada 19 provinsi (55,88%) provinsi Indonesia yang memiliki struktur
penduduk tua. Dari gambar di bawah dapat dilihaat tiga provinsi dengan persentase lansia
terbesar adalah DI Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur (12,25%).
Sementara itu, tiga provinsi dengan persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua
Barat (4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%). Sedangkan untuk Kalimantan Timur yaitu
sebesar 5,75% (Kemenkes, 2017).
Pada lansia terdapat banyak perubahan yang terjadi mencakup perubahan perubahan
fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual. Perubahan fisik mencakup perubahan
pada persarafan, penglihatan, kardiovaskuler, dan lain-lain. Menurut Kuntjoro (2002)
perubahan mental dipengaruhi oleh penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi
seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan dan
perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Perubahan psikososial dialami lansia yang
dulunya bekerja mengalami pensiun kemudian merasakan kehilangan finansial, perubahan
pada status, teman dan kegiatan. Sedangkan perubahan spiritual di lansia makin matur dalam
kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia memiliki dampak yang mencakup
semakin tingginya tingkat ketergantungan, masalah kesehatan, masalah psikologi mental
spiritual dan lain-lain(Kuntjoro, 2002).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Teori-Teori Penuaan dan Perubahan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual-
Cultural yang lazim pada lansia?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir berbagai teori
penuaan dan perubahan biologi, psikologi, Sosoial, Spiritual, Kultural.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/ (i) mampu mengetahui dan memahami tentang:
a. Pengertian penuaan
b. Teori Proses penuaan
c. Perubahan Biologis, Psikologis, Sosial, Spiritual, dan Cultural Yang Lazim
Terjadi Pada Proses Menua
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenararif
(Constantinides, 1994 dalam Maryam, dkk: 2012).
Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya
cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara teori
perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua, dan
akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun. Pada usia ini
terjadilah proses penuaan secara alamiah. Perlu persiapan untuk menyambutb hal tersebut
agar nantinya tidak menimbulkan fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghlangnya secara perlahan-lahan kemapuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides,
1994 dalam Nugroho. W, 2000).
Proses menua merupakan suatu akumulasi secara progresif berbagai perubahan
patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan waktu. Disamping itu, proses
penuaan akan disertai menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan untuk
memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya,
sehingga tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan
tersebut (Rabe et al., 2006).
Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana tahap
pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan disertai mulai
menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh. Sehingga
fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang biasanya disertai
masalah atau gangguan pada kesehatan.
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan)
secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzhur atau tua. Pada usia lansia ini
biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit demi sedikit. Secara individu, pengaruh proses
menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-biologis.
Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan pada beberapa sistem, seperti sistem organ
dalam, sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan sistem saraf yang
tidak dapat diganti karena rusak atau mati. Ditambahkan, terutama sel otak yang berkurang
10-20% dalam setiap harinya dna sel ginjal yang tidak bisa membelah, sehingga tidak ada
regenerasi sel.
World Health Organization (WHO) menyebutkan batasan-batasan usia lanjut adalah,
sebagai berikut:
1.      Usia pertengahan (midle age) kelompok usia 45-59 tahun,
2.      Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun,
3.      Usia lanut tua (old) antara 75-90 tahun,
4.      Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

B. Teori Proses Penuaan


Secara perspektif penuaan dibagi tiga sudut pandang : usia biologis (kapasitas fungsi sistem
organ), usia psikologis (kapasitas perilaku adaptasi), usia sosial (perubahan peran & perilaku
sesuai usia manusia).

1. Teori Biologi
Teori ini berfokus pada proses biologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai
meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh
faktor luar yang bersifat patologis. Teori biologi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
( Klatz dan Goldman, 2003; Yaar dan Gilchrest, 2008) :
a. Teori perkembangan genetika
Kelompok teori ini mengemukakan bahwa proses tua merupakan bagian dari
proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, dimana secara genetik telah
terkontrol dan terprogram. Memang tidak dipungkiri bahwa faktor luar (lingkungan)
sangat berpengaruh, namun para ilmuwan percaya bahwa lama hidup dan proses tua
sudah diatur secara instrinsik oleh tubuh, dalam hal ini kaitannya dengan genetik.
Bukti nyata akan hal ini bahwa berbagai spesies memiliki lama hidup yang berbeda
padahal mereka terekspos oleh suasana lingkungan yang sama. Adapun teori yang
termasuk di dalam kelompok teori ini adalah:
1) Teori Neuro Endokrin (hormonal)
Proses tua dipengaruhi oleh aksi hipotalamus-hipofisis-adrenal. Dengan
bertambahnya usia, maka terjadi penurunan fungsi sel-sel neuron di hipotalamus,
sehingga mengakibatkan gangguan produksi hormon-hormon yang secara
otomatis mengganggu fungsi organ terkait. Hormon sangat vital untuk
memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh. Semakin tua seseorang maka produksi
hormon tubuh menjadi berkurang, sehingga kemampuan tubuh untuk
memperbaiki diri (self repaired) dan mengatur diri (self regulation) menjadi
menurun (Pathath, 2017).
2) Teori Mutasi Genetik
Tiap spesies mempunyai konstitusi genetik spesifik. Tingkat ketepatan dan
kepatuhan akan menentukan kemungkinan timbulnya kesalahan atau mutasi, dan
sepanjang perjalanan hidup organisme dapat muncul kode genetik spesifik yang
baru.
3) Teori Imunologis
Teori ini berdasarkan dari pengalaman bahwa dengan bertambahnya usia
maka terjadi penurunan kadar imunoglobulin, terutama IgD, peningkatan natural
killer cell, penurunan faal limfosit T, resistensi terhadap infeksi, serta peningkatan
kejadian penyakit autoimun. Salah satu bukti yang ditemukan Brocklehurst (1978)
adalah bertambahnya prevalensi autoantibodi pada orang lanjut usia.
4) Teori Radikal Bebas
Harman (1956) menerangkan proses tua berdasarkan timbulnya kerusakan
jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas ialah atom atau
molekul dengan susunan elektron tidak lengkap atau tidak berpasangan sehingga
bersifat tidak stabil dan kecendrungan kuat untuk berpasangan. Radikal bebas
menyebabkan efek samping invivo sehingga terjadi injury sel atau disfungsi dan
diikuti inflamasi dan pada akhirnya terjadi penyakit degeneratif.
5) Teori Membran
ZsNagy mengakatakan bahwa kemampuan untuk memindahkan berbagai
macam senyawa kimia, panas, dan berbagai proses listrik tergangggu sejalan
dengan proses tua. Membran sel menjadi lebih kering (cairan dan lemak yang
berkurang) dan menjadi lebih padat. Hal ini mengurangi kemampuan sel untuk
menjalankan kemampuan sel untuk menjalankan fungsi normal dan terjadi
akumulasi racun (toksin) yang disebut lifofuchsin yang akan meningkat seiring
dengan bertambahnya usia.
6) Teori Gangguan Mitokondria
Mitokondria adalah organel yang menghasilkan energi Adenosine
Triphosphate (ATP). Pada teori radikal bebas dikatakan mitokondria terpapar oleh
banyak radikal bebas yang dapat merusak mitokondria sedangkan sel kurang
mendapat proteksi yang memadai dari proses ini, maka fungsi mitokondria akan
terganggu dan otomatis produksi ATP berkurang. Sel-sel tidak dapat meminjam
energi dari sel lain, maka kerja sel juga terganggu bahkan gagal. Bila sel gagal
menghasilkan energi otomatis organ yang dibentuknya ikut terganggu dan gagal
sehingga berakhir dengan kematian (Q. Wang et al, 2016).
7) Teori Telomerase
Dasar teori ini didapat oleh grup ilmuwan dari Geron Corporation di Menlo
Park, California. Telomer adalah rangkaian asam nukleat yang terdapat di ujung
kromosom, fungsinya menjaga keutuhan kromosom. Tiap kali sel tubuh
membelah, telomer akan memendek. Apabila ujung telomer sudah sangat pendek,
kemampuan sel untuk membelah akan berkurang, melambat dan akhirnya sel
tidak dapat membelah lagi (mati) .
b. Teori Stokastik /Stochastic theories
Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak atau random
dan akumulasi setiap waktu. Teori ini terdiri dari :
1) Teori Mutasi Somatik
Teori mutasi somatik dikemukakan pada pertengahan abad 20 dengan dasar
setelah perang dunia saat itu, lingkungan banyak terekspos oleh radiasi yang
memicu mutasi sel. Lebih jauh mutasi sel menyebabkan kemunduran sampai pada
kegagalan organ sehingga dapat menyebabkan kematian.
2) Teori Kesalahan Berantai (Error Catasthrophe Theory).
Orgel (1963) mengemukakan teori kesalahan pembentukan protein sel yang
mengandung materi genetik. Jika kesalahan tersebut terus-menerus diturunkan
dari generasi ke generasi, maka lumlah molekul abnormal akan semakin banyak.
Menurut teori ini proses tua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun
dan berlangsung lama sepanjang kehidupan, dimana terjadi kesalahan transkripsi
(perubahan DNA menjadi RNA) maupun translasi (perubahan RNA menjadi
protein atau enzim). Enzim atau protein yang salah ini akan menyebabkan
gangguan pada metabolisme sehingga mengurangi fungsi sel. Walaupun pada
keadaan tertentu sel mampu memperbaiki kesalahan, namun kemampuan ini
sangat terbatas. Kesalahan beruntun inilah yang akan menimbulkan ”bencana”
(catasthrophe)
3) Teori Teori Pilin (Cross-Lingking Theory)

Khon dan Bjorksten (1974) mengemukakan teori ini dengan dasar bahwa
makin bertambahnya usia, protein manusia yaitu DNA satu dengan DNA lainnya
akan saling melekat dan memilin (cross-link). Akibatnya protein (DNA) menjadi
rusak dan tidak dapat dicerna oleh enzim pemecah protein (enzim protease),
sehingga elastisitas protein akan berkurang dan akhirnya mengakibatkan kerutan
pada kulit, fungsi penyaring ginjal menjadi berkurang, dan terjadi katarak.
4) Teori Glikosilasi (Glycosilation Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa bila terjadi proses pengikatan antara gula
(glukosa) dengan protein (proses glikosilasi) maka protein dan glukosa yang
terlibat akan rusak dan tidak berfungsi optimal. Semakin lama hidup seseorang,
semakin banyak pula kesempatan terjadinya pertemuan antara oksigen, glukosa
dan protein yang akan memicu terjadinya keadaan degenerasi seperti katarak,
senilis, kulit yang keriput/ kusam, dan lain-lain.
5) Teori Pakai dan Rusak (Wear and Tear Theory)
Dr. August Weismann (1982) mengatakan bahwa tubuh dan sel-selnya rusak
karena banyak terpakai dan digunakan secara berlebihan. Organ tubuh seperti
hati, lambung, ginjal, kulit, dan sebagainya dirusak oleh racun (toksik) yang
didapat dari makanan dan lingkungan.

2. Teori Penuaan Psikologi


Menurut Menurut Maryam, dkk (2008) Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif,
memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan
berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan
untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul
aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Sedangkan menurut Azizah dan
Ma’rifatul (2011) teori penuaan psikologi di bagi menjadi 3 :
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah
menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai
tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan social.
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada lansia
yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat,
melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi
pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya.
3. Teori Penuaan Sosial
Menurut Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori sosial yang berkaitan
dengan proses penuaan, yaitu :
a. Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak
pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal- hal yang dihargai masyarakat. Pada
lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang sehingga menyebabkan interaksi
sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan
mereka untuk mengikuti perintah.
b. Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia
dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-
lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
c. Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta
mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan
aktivitas yang dilakukan.
d. Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah
menjadi lansia.
e. Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi
tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai
tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini
tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang
seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
f. Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan
yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari
sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau
dari sudut pandang demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia
secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta
terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.

C. Perubahan Biologis, Psikologis, Sosial, Spiritual, dan Cultural Yang Lazim Terjadi
Pada Proses Menua

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative


yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan
fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M, 2011). Menurut
Maryam, dkk, (2008), perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah :
1. Perubahan Biologis
a. Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya jumlah cairan
tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi, beratnya
berkurang 5 – 10%.
b. Sistem persarafan
Berat otak menurun 10 – 20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya), cepatnya menurun hubungan persyarafan, lambat dalam
responden waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya syaraf
panca indra (berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif terhadap sentuhan.

c. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)


Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama
terhadap bunyi suara atau nada–nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata–kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membrane
timpani menjadi atrofi menyebabkan otot seklerosis, terjadinya pengumpulan
serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin, pendengaran bertambah
menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres.
d. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar kornea
lebih terbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi
katarak menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan
sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang
(berkurang luas pandang), menurunya daya membedakan warna biru atau hijau
pada skala.
e. Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan menjadi kaku
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun seudah berumur
20 tahun, hal ini menyebkan merunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak ± 170 mmHg, diastolis normal ± 90 mmHg ( Fajemiroye et al, 2018) .
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui temperatur tubuh
menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat metabolisme yang
menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g. Sistem respirasi
Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku menurunya
aktifitas dari sillia, paru–paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun, alveoli ukurannya melebar dari biasa dan
jumlahnya berkurang, O² pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO² pada
arteri tidak terganti, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
h. Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan
gizi yang buruk, indera pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indra pengecap (±80%) hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap
dilidah terutama rasa manis dan asin, hiangnya sensitifitas dari saraf pengecap
tentang rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun
(sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi
melemah (daya absorpsi terganggu), liver (hati) makin mengecil dan merunnya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
i. Sistem reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki– laki testis masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur–
angsur, dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi
kesehatan baik) yaitu kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia, hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan
seksual, tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami, selaput lendir
vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi
sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan–perubahan warna.
j. Sistem gastourinaria
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui
urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut
nefron (tepatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus akibatnya
berkurannya kemampuan mengkonsentrasikan urin, berat jenis urin menurun
proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkatkan sampai 21
mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, vesika urinaria (kandung
kemih) ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria sudah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatkan retensi
urin, pembesaran prostat ±75 % dialami oleh pria usia di atas 65 tahun, atrovi
vulva dan vagina, orang–orang yang makin menua sexual intercourse cenderung
secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati
berjalan terus sampai tua.
k. Sistem endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon ada tetapi tidak rendah dan
hanya ada didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH,
FSH, dan LH, menurunya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal metabolic
rate), dan menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron,
menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen, dan
testeron.
l. Sistem kulit (integumentary system)
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan
kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses kratinasi serta perubahan
ukuran dan bentuk–bentuk sel epidermis), menurunya respon terhadap trauma,
mekanisme proteksi kulit menurun yaitu produksi serum menurun, gangguan
pegmentasi kulit, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut
dalam hidung dan telingga menebal, bekurangnya elastisitas akibat dari
menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuha kuku lebih lambat, kuku jari
menjadi lebiih keras dan rapuh, kuku kaki bertumbuh secara berlebihan dan
seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi
pudar, kurang bercahaya.
m. Sistem muskuluskeletal (musculoskeletal system)
Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak kehilangan
massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang tidak aktif. Serat otot
berkurang ukuranya. Dan kekuatan otot berkurang sebanding penurunan massa
otot. Penurunan massa dan kekuatan otot, demeneralisasi tulang, pemendekan
fosa akibat penyempitan rongga intravertebral, penurunan mobilitas sendi,
tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat). Tulang kehilangan density (cairan) dan
makin rapuh, kifosis pinggang, pergerakan lutut dan jari–jari pergelangan
terbatas, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang), persendian membesar dan menjadi rapuh, tendon mengerut dan
mengalami sclerosis, atrofin serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot–otot kram menjadi tremor, otot–otot polos tidak begitu
berpengaruh.

2. Perubahan Mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik
khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas),
dan lingkungan.
Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam–jam sampai
berhari–hari yang lalu mencakup beberapa perubahan),dan kenangan jangka pendek
atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk).
I.Q. (Intellegentian Quantion ) tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor
(terjadinya perubahan pada daya membayangkan karena tekanan–teanan dari faktor
waktu).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan struktural dan
fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan karena fungsi neuron di otak
secara progresif. Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran darah ke otak,
lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat
sedikit yang di ketahui tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada
lanjut usia. Perubahan kognitif yang di alami lanjut usia adalah demensia, dan
delirium.
3. Perubahan psikologis
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat
memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.

c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi
juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan
adaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan tersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari
suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering
merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya
terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan
feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
4. Perubahan Sosial
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, pengelihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, pengelihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing dan diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila bertemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit,
sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara dengan penuh
kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi lansia yang tidak punya keluarga atau sanak
saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup tetapi tidak
mempunyai anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup sendiri di
perantauan, seringkali menjadi terlantar.
5. Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya kehidupan
keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat
dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang
akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan,
maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
serta memperbaiki kerusakan yang diderita.
2. Teori- teori penuaan terdiri dari :
a. Teori Biologi :
1) Teori perkembangan genetika
Kelompok teori ini mengemukakan bahwa proses tua merupakan bagian
dari proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, dimana secara
genetik telah terkontrol dan terprogram.
2) Teori stokastik
Pada kelompok ini proses tua dianggap sebagai akibat dari kumpulan
dampak negatif lingkungan.
b. Teori Penuaan Psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan
mental dan keadaan fungsional yang efektif.
c. Teori Penuaan Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal- hal yang dihargai masyarakat.
3. Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan spiritual.

B. Saran
1. Untuk Penulis
Diharapkan dapat menambah beberapa sumber refrensi lain untuk teori proses
penuaan dan perubahan perubahan- perubahan yang lazim pada lansia baik itu dari
buku maupun jurnal yang terbaru.
2. Institusi Pelayanan
Hendaknya institusi pelayanan dan pemerintah melakukan peningkatan berbagai
upaya dalam menggalakkan program CERDIK GERMAS seperti diaktifkannya
posyandu lansia dan pemberdayaan lansia, agar lansia dapat tetap sehat dan mandir,
dan aktif.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambahkan koleksi sumber refrensi dan buku terbaru di
perpustakaan tentang keperawatan gerontik yang terbaru.
4. Masyarakat
Diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk menambah wawasan,
mengatasi berbagai pengaruh dan deteksi dini berbagai gangguan akibat proses
penuaan, lebih meningkat pola hidup sehat yaitu program CERDIK GERMAS untuk
memperlambat proses penuaan.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Fajemiroye et al. (2018). Aging-Induced Biological Changes and Cardiovascular Diseases.
Hindawi: BioMed Research International. https://doi.org/10.1155/2018/7156435
Kemenkes RI (2017). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Replubik
Indonesia.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf di akses pada tanggal 1 Desember 2018
Klatz, R. and Goldman, R., (2003). Anti Aging Revolution.Third Edition. Boulevard East : Basic
Health Publication.
Kuntjoro Z, (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia.http://www.e-psikologi.co.id diakses pada
tanggal 1 Desember 2018
Maryam, Siti., Ekasari., Mia Fatma., Rosidawati.(2012). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pathath, Abdul Wahab. (2017). Theories of Aging. The International Journal of Indian
Psychology. Volume 4. (3). DIP:18.01.142/20170403. DOI:10.25215/0403.142
Pusat data dan informasi. (2017). Analisis Lansia Di Indonesia. Kementrian Kesehatan Replubik
Indonesiahttp://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/lainlain/Analisis
%20Lansia%20Indonesia%202017.pdf.
Wang, Q., Zhou, F.J., Xie, W.M., Zhao, X.R. and Liu, X. (2016) Research Progress on Aging
Mechanisms. Advances in Aging Research, 5, 49-57.
http://dx.doi.org/10.4236/aar.2016.52005
Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P.J.S. and Morison, W.L., 2006. Photoaging Mechamism
and Repair . J.Am.Acad of Dermatol. Vol 55: 1-19.
Sudirman, S. 2011. Psikologi Lanjut Usia. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press
Undang-Undang No 13 (1998). Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 13 Tahun 1998
Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Yaar, M., 2006. Clinical and Histological Features of Intrinsic versus Extrinsic Skin Aging.
Dalam : Gilchrest, B.A., Krutmann, J., editors. Skin Aging. Berlin : Springer. P. 10-52.

You might also like