Professional Documents
Culture Documents
Teori Penuan Kep - Gerontik
Teori Penuan Kep - Gerontik
DI SUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPUH :
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah “Teori-Teori Penuaan dan Perubahan Bio-
Psiko-Sosial-Spiritual-Cultural” dapat kami selesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar
Keperawatan Gerontik. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang
berkaitan dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.
Ade humena
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Penuaan
B. Teori Proses Penuaan
C. Perubahan biologis, psikologis, social, spiritual, dan cultural
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses penuaan merupakan proses pasti yang dialami seseorang dan tidak dapat
dihindari oleh siapapun dalam kehidupan. Ketika seseorang telah menua, berarti seseorang
telah melalui tiga tahap dalam kehidupannya yaitu anak, remaja dan dewasa. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998, yang dimaksud dengan lanjut
usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas.
Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai
perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan
dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif hingga kematian. Proses menua
berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan, selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis
pada jaringan tubuh yang akhirnya mempengaruhi kemampuan fisik secara keseluruhan
(Sudirman, 2011). Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan
seper tampak pada gambar di bawah. Dari gambar juga menunjukkan bahwa baik secara
global, Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing
population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia)
melebihi angka 7 persen (Kemenkes, 2017).
Gambar 1.1 perkembangan penduduk di dunia
Berdasarkan data Kemenkes (2017) dari jumlah proyeksi penduduk, diperkirakan tahun
2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah
penduduk lansia tahun 2020
(27,08 juta), tahun 2025
(33,69 juta), tahun 2030
(40,95 juta) dan tahun 2035
(48,19 juta).
Gambar 1.2 struktur umur di Indonesia
Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh
persen (Soeweno). Gambar di bawah memperlihatkan persentase lansia diIndonesia tahun
2017 telah mencapai 9,03% dari keseluruhan penduduk. Selain itu, terlihat pula bahwa
persentase penduduk 0-4 tahun lebih rendah dibanding persentase penduduk 5-9 tahun.
Sementara persentase penduduk produktif 10-44 tahun terbesar jika dibandingkan kelompok
umur lainnya.
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenararif
(Constantinides, 1994 dalam Maryam, dkk: 2012).
Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya
cepat dan lambatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Secara teori
perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua, dan
akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun. Pada usia ini
terjadilah proses penuaan secara alamiah. Perlu persiapan untuk menyambutb hal tersebut
agar nantinya tidak menimbulkan fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghlangnya secara perlahan-lahan kemapuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides,
1994 dalam Nugroho. W, 2000).
Proses menua merupakan suatu akumulasi secara progresif berbagai perubahan
patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan waktu. Disamping itu, proses
penuaan akan disertai menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan untuk
memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya,
sehingga tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan
tersebut (Rabe et al., 2006).
Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang dimana tahap
pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang maksimal, dengan disertai mulai
menyusutnya tubuh yang dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh. Sehingga
fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang biasanya disertai
masalah atau gangguan pada kesehatan.
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan)
secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzhur atau tua. Pada usia lansia ini
biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh akan “mati” sedikit demi sedikit. Secara individu, pengaruh proses
menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-biologis.
Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan pada beberapa sistem, seperti sistem organ
dalam, sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan sistem saraf yang
tidak dapat diganti karena rusak atau mati. Ditambahkan, terutama sel otak yang berkurang
10-20% dalam setiap harinya dna sel ginjal yang tidak bisa membelah, sehingga tidak ada
regenerasi sel.
World Health Organization (WHO) menyebutkan batasan-batasan usia lanjut adalah,
sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (midle age) kelompok usia 45-59 tahun,
2. Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun,
3. Usia lanut tua (old) antara 75-90 tahun,
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
1. Teori Biologi
Teori ini berfokus pada proses biologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai
meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh
faktor luar yang bersifat patologis. Teori biologi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
( Klatz dan Goldman, 2003; Yaar dan Gilchrest, 2008) :
a. Teori perkembangan genetika
Kelompok teori ini mengemukakan bahwa proses tua merupakan bagian dari
proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, dimana secara genetik telah
terkontrol dan terprogram. Memang tidak dipungkiri bahwa faktor luar (lingkungan)
sangat berpengaruh, namun para ilmuwan percaya bahwa lama hidup dan proses tua
sudah diatur secara instrinsik oleh tubuh, dalam hal ini kaitannya dengan genetik.
Bukti nyata akan hal ini bahwa berbagai spesies memiliki lama hidup yang berbeda
padahal mereka terekspos oleh suasana lingkungan yang sama. Adapun teori yang
termasuk di dalam kelompok teori ini adalah:
1) Teori Neuro Endokrin (hormonal)
Proses tua dipengaruhi oleh aksi hipotalamus-hipofisis-adrenal. Dengan
bertambahnya usia, maka terjadi penurunan fungsi sel-sel neuron di hipotalamus,
sehingga mengakibatkan gangguan produksi hormon-hormon yang secara
otomatis mengganggu fungsi organ terkait. Hormon sangat vital untuk
memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh. Semakin tua seseorang maka produksi
hormon tubuh menjadi berkurang, sehingga kemampuan tubuh untuk
memperbaiki diri (self repaired) dan mengatur diri (self regulation) menjadi
menurun (Pathath, 2017).
2) Teori Mutasi Genetik
Tiap spesies mempunyai konstitusi genetik spesifik. Tingkat ketepatan dan
kepatuhan akan menentukan kemungkinan timbulnya kesalahan atau mutasi, dan
sepanjang perjalanan hidup organisme dapat muncul kode genetik spesifik yang
baru.
3) Teori Imunologis
Teori ini berdasarkan dari pengalaman bahwa dengan bertambahnya usia
maka terjadi penurunan kadar imunoglobulin, terutama IgD, peningkatan natural
killer cell, penurunan faal limfosit T, resistensi terhadap infeksi, serta peningkatan
kejadian penyakit autoimun. Salah satu bukti yang ditemukan Brocklehurst (1978)
adalah bertambahnya prevalensi autoantibodi pada orang lanjut usia.
4) Teori Radikal Bebas
Harman (1956) menerangkan proses tua berdasarkan timbulnya kerusakan
jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas ialah atom atau
molekul dengan susunan elektron tidak lengkap atau tidak berpasangan sehingga
bersifat tidak stabil dan kecendrungan kuat untuk berpasangan. Radikal bebas
menyebabkan efek samping invivo sehingga terjadi injury sel atau disfungsi dan
diikuti inflamasi dan pada akhirnya terjadi penyakit degeneratif.
5) Teori Membran
ZsNagy mengakatakan bahwa kemampuan untuk memindahkan berbagai
macam senyawa kimia, panas, dan berbagai proses listrik tergangggu sejalan
dengan proses tua. Membran sel menjadi lebih kering (cairan dan lemak yang
berkurang) dan menjadi lebih padat. Hal ini mengurangi kemampuan sel untuk
menjalankan kemampuan sel untuk menjalankan fungsi normal dan terjadi
akumulasi racun (toksin) yang disebut lifofuchsin yang akan meningkat seiring
dengan bertambahnya usia.
6) Teori Gangguan Mitokondria
Mitokondria adalah organel yang menghasilkan energi Adenosine
Triphosphate (ATP). Pada teori radikal bebas dikatakan mitokondria terpapar oleh
banyak radikal bebas yang dapat merusak mitokondria sedangkan sel kurang
mendapat proteksi yang memadai dari proses ini, maka fungsi mitokondria akan
terganggu dan otomatis produksi ATP berkurang. Sel-sel tidak dapat meminjam
energi dari sel lain, maka kerja sel juga terganggu bahkan gagal. Bila sel gagal
menghasilkan energi otomatis organ yang dibentuknya ikut terganggu dan gagal
sehingga berakhir dengan kematian (Q. Wang et al, 2016).
7) Teori Telomerase
Dasar teori ini didapat oleh grup ilmuwan dari Geron Corporation di Menlo
Park, California. Telomer adalah rangkaian asam nukleat yang terdapat di ujung
kromosom, fungsinya menjaga keutuhan kromosom. Tiap kali sel tubuh
membelah, telomer akan memendek. Apabila ujung telomer sudah sangat pendek,
kemampuan sel untuk membelah akan berkurang, melambat dan akhirnya sel
tidak dapat membelah lagi (mati) .
b. Teori Stokastik /Stochastic theories
Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak atau random
dan akumulasi setiap waktu. Teori ini terdiri dari :
1) Teori Mutasi Somatik
Teori mutasi somatik dikemukakan pada pertengahan abad 20 dengan dasar
setelah perang dunia saat itu, lingkungan banyak terekspos oleh radiasi yang
memicu mutasi sel. Lebih jauh mutasi sel menyebabkan kemunduran sampai pada
kegagalan organ sehingga dapat menyebabkan kematian.
2) Teori Kesalahan Berantai (Error Catasthrophe Theory).
Orgel (1963) mengemukakan teori kesalahan pembentukan protein sel yang
mengandung materi genetik. Jika kesalahan tersebut terus-menerus diturunkan
dari generasi ke generasi, maka lumlah molekul abnormal akan semakin banyak.
Menurut teori ini proses tua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun
dan berlangsung lama sepanjang kehidupan, dimana terjadi kesalahan transkripsi
(perubahan DNA menjadi RNA) maupun translasi (perubahan RNA menjadi
protein atau enzim). Enzim atau protein yang salah ini akan menyebabkan
gangguan pada metabolisme sehingga mengurangi fungsi sel. Walaupun pada
keadaan tertentu sel mampu memperbaiki kesalahan, namun kemampuan ini
sangat terbatas. Kesalahan beruntun inilah yang akan menimbulkan ”bencana”
(catasthrophe)
3) Teori Teori Pilin (Cross-Lingking Theory)
Khon dan Bjorksten (1974) mengemukakan teori ini dengan dasar bahwa
makin bertambahnya usia, protein manusia yaitu DNA satu dengan DNA lainnya
akan saling melekat dan memilin (cross-link). Akibatnya protein (DNA) menjadi
rusak dan tidak dapat dicerna oleh enzim pemecah protein (enzim protease),
sehingga elastisitas protein akan berkurang dan akhirnya mengakibatkan kerutan
pada kulit, fungsi penyaring ginjal menjadi berkurang, dan terjadi katarak.
4) Teori Glikosilasi (Glycosilation Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa bila terjadi proses pengikatan antara gula
(glukosa) dengan protein (proses glikosilasi) maka protein dan glukosa yang
terlibat akan rusak dan tidak berfungsi optimal. Semakin lama hidup seseorang,
semakin banyak pula kesempatan terjadinya pertemuan antara oksigen, glukosa
dan protein yang akan memicu terjadinya keadaan degenerasi seperti katarak,
senilis, kulit yang keriput/ kusam, dan lain-lain.
5) Teori Pakai dan Rusak (Wear and Tear Theory)
Dr. August Weismann (1982) mengatakan bahwa tubuh dan sel-selnya rusak
karena banyak terpakai dan digunakan secara berlebihan. Organ tubuh seperti
hati, lambung, ginjal, kulit, dan sebagainya dirusak oleh racun (toksik) yang
didapat dari makanan dan lingkungan.
C. Perubahan Biologis, Psikologis, Sosial, Spiritual, dan Cultural Yang Lazim Terjadi
Pada Proses Menua
2. Perubahan Mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan fisik
khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas),
dan lingkungan.
Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam–jam sampai
berhari–hari yang lalu mencakup beberapa perubahan),dan kenangan jangka pendek
atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk).
I.Q. (Intellegentian Quantion ) tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor
(terjadinya perubahan pada daya membayangkan karena tekanan–teanan dari faktor
waktu).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan struktural dan
fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan karena fungsi neuron di otak
secara progresif. Kehilangan fungsi ini akibat menurunnya aliran darah ke otak,
lapisan otak terlihat berkabut dan metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat
sedikit yang di ketahui tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada
lanjut usia. Perubahan kognitif yang di alami lanjut usia adalah demensia, dan
delirium.
3. Perubahan psikologis
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat
memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi
juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan
adaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan tersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari
suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering
merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya
terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan
feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
4. Perubahan Sosial
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, pengelihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, pengelihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya
dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing dan diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila bertemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit,
sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara dengan penuh
kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi lansia yang tidak punya keluarga atau sanak
saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup tetapi tidak
mempunyai anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup sendiri di
perantauan, seringkali menjadi terlantar.
5. Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya kehidupan
keagamaan lansia. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan yang terlihat
dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang
akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan,
maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
serta memperbaiki kerusakan yang diderita.
2. Teori- teori penuaan terdiri dari :
a. Teori Biologi :
1) Teori perkembangan genetika
Kelompok teori ini mengemukakan bahwa proses tua merupakan bagian
dari proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, dimana secara
genetik telah terkontrol dan terprogram.
2) Teori stokastik
Pada kelompok ini proses tua dianggap sebagai akibat dari kumpulan
dampak negatif lingkungan.
b. Teori Penuaan Psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan
mental dan keadaan fungsional yang efektif.
c. Teori Penuaan Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal- hal yang dihargai masyarakat.
3. Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan spiritual.
B. Saran
1. Untuk Penulis
Diharapkan dapat menambah beberapa sumber refrensi lain untuk teori proses
penuaan dan perubahan perubahan- perubahan yang lazim pada lansia baik itu dari
buku maupun jurnal yang terbaru.
2. Institusi Pelayanan
Hendaknya institusi pelayanan dan pemerintah melakukan peningkatan berbagai
upaya dalam menggalakkan program CERDIK GERMAS seperti diaktifkannya
posyandu lansia dan pemberdayaan lansia, agar lansia dapat tetap sehat dan mandir,
dan aktif.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambahkan koleksi sumber refrensi dan buku terbaru di
perpustakaan tentang keperawatan gerontik yang terbaru.
4. Masyarakat
Diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk menambah wawasan,
mengatasi berbagai pengaruh dan deteksi dini berbagai gangguan akibat proses
penuaan, lebih meningkat pola hidup sehat yaitu program CERDIK GERMAS untuk
memperlambat proses penuaan.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Fajemiroye et al. (2018). Aging-Induced Biological Changes and Cardiovascular Diseases.
Hindawi: BioMed Research International. https://doi.org/10.1155/2018/7156435
Kemenkes RI (2017). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Replubik
Indonesia.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf di akses pada tanggal 1 Desember 2018
Klatz, R. and Goldman, R., (2003). Anti Aging Revolution.Third Edition. Boulevard East : Basic
Health Publication.
Kuntjoro Z, (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia.http://www.e-psikologi.co.id diakses pada
tanggal 1 Desember 2018
Maryam, Siti., Ekasari., Mia Fatma., Rosidawati.(2012). Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pathath, Abdul Wahab. (2017). Theories of Aging. The International Journal of Indian
Psychology. Volume 4. (3). DIP:18.01.142/20170403. DOI:10.25215/0403.142
Pusat data dan informasi. (2017). Analisis Lansia Di Indonesia. Kementrian Kesehatan Replubik
Indonesiahttp://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/lainlain/Analisis
%20Lansia%20Indonesia%202017.pdf.
Wang, Q., Zhou, F.J., Xie, W.M., Zhao, X.R. and Liu, X. (2016) Research Progress on Aging
Mechanisms. Advances in Aging Research, 5, 49-57.
http://dx.doi.org/10.4236/aar.2016.52005
Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P.J.S. and Morison, W.L., 2006. Photoaging Mechamism
and Repair . J.Am.Acad of Dermatol. Vol 55: 1-19.
Sudirman, S. 2011. Psikologi Lanjut Usia. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press
Undang-Undang No 13 (1998). Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 13 Tahun 1998
Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Yaar, M., 2006. Clinical and Histological Features of Intrinsic versus Extrinsic Skin Aging.
Dalam : Gilchrest, B.A., Krutmann, J., editors. Skin Aging. Berlin : Springer. P. 10-52.