Professional Documents
Culture Documents
net/publication/322300627
CITATIONS READS
0 5,819
29 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
First Detection of Dengue Virus Type-1 on Aedes aegypti and Aedes albopictus in Endemic Area, Mimika, Papua View project
All content following this page was uploaded by Triwibowo ambar Garjito on 05 March 2020.
PEDOMAN
PENGUMPULAN DATA VEKTOR
(NYAMUK)
DI LAPANGAN
RISET KHUSUS
VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT
DI INDONESIA
I
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
TIM PENYUSUN
Pengarah :
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
PenanggungJawab :
Kepala Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
Kontributor :
Prof. Dr. Mohammad Sudomo
Prof. Dr. Damar Tri Boewono, MS
Prof. Dr. Yayuk Rahayuningsih Suharjono
Prof. drh. Upik Kusumawati Dewi, Ph.D
Prof. dr. Chairil Anwar, DAP&E, PhD, SpParK
dr. Tri Baskoro Tunggul Satoto, M.Sc, Ph.D
dr. Tri Wibawa, PhD, Sp.MK
Chairunnisa Ma’ruf, MSc
Drh. Rita Marleta Dewi, DTM&H, M.Kes
Drs. Saptoro Rusmiarto
II
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
KATA PENGANTAR
Riset khusus vektor dan reservoir penyakit (Rikhus Vektora) merupakan bagian dari Riset
Kesehatan Nasional (Riskesnas) bertujuan untuk pemutakhiran data dasar vektor dan
reservoir penyakit sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir (baik yang
baru ataupun yang muncul kembali) di Indonesia. Langkah utama penelitian adalah
pengumpulan data dan sampel lapangan secara teliti, akurat, valid dan reliabel, serta
pengelolaan spesimen koleksi dengan standar baku yang diterima secara global.
Pengumpulan sampel vektor dan reservoir penyakit merupakan representasi dari jenis vektor
dan reservoir penyakit yang terdapat di wilayah Indonesia. Diharapkan data sampel hasil riset
dapat berguna untuk pemutakhiran kajian taksonomi, zoogeografi, evolusi dan filogenetik,
serta ekologi dan genetiknya. Selain itu dapat pula digunakan untuk memahami biologi
serangga vektor dan hewan reservoir penyakit yang bermanfaat dalam pencegahan
penularan penyakit bersumber binatang (zoonosis). Oleh karena itu diperlukan buku pedoman
kerja untuk memberikan gambaran tentang teknik pelaksanaan pengumpulan data dan
sampel vektor dan reservoir penyakit di lapangan.
Dalam rangka pelaksanaan Rikhus Vektora B2P2VRP, maka telah disusun buku pedoman
teknis untuk koleksi data dan sampel vektor dan reservoir di lapangan. Pedoman ini
dimaksudkan untuk digunakan oleh para tenaga pengumpul data agar memperoleh hasil
sesuai yang diharapkan.
Buku pedoman bertujuan agar pengumpulan data dan sampel vektor dan reservoir penyakit
dilakukan secara baik dan benar sesuai standar baku sehingga dapat menjadi informasi yang
bermanfaat dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya buku pedoman, tidak lupa kami mengharapkan kritik dan saran untuk
penyempurnaannya
III
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
DAFTAR ISI
IV
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
V
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
VI
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
DAFTAR GAMBAR
VII
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
VIII
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
DAFTAR TABEL
IX
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
DAFTAR BAGAN
X
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Glossary
Lampiran 2. Penyebaran Vektor di Indonesia1–7
Lampiran 3. Panduan penggunaan alat pengukur lingkungan
Lampiran 4 .Panduan pembuatan larutan stok
Lampiran 5. Form J-01
Lampiran 6. Form J-02
Lampiran 7.Form J-03
Lampiran 8.Form J-04
Lampiran 9.Form J-05
Lampiran 10.Form N-01
Lampiran 11. Form N-02
Lampiran 12. Form N-03
Lampiran 13.Form N-04
Lampiran 14. Form N-05
Lampiran 15. Form N-06
Lampiran 16. Form N-07
Lampiran 17. Form CN-01
Lampiran 18.Form CN-02
Lampiran 19. Form Berita Acara Serah Terima Spesimen (BAST)
XI
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
BAB I. PENDAHULUAN
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora) merupakan salah satu riset
nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan dengan tanggung jawab pelaksana oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbangkes
di Salatiga, yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
(B2P2VRP).
Rikhus Vektora adalah kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran vektor dan
reservoir penyakit, termasuk di dalamnya adalah data nyamuk, tikus dan kelelawar dengan
menggunakan hasil observasi lapangan, uji identifikasi dan pemeriksaan laboratorium. Riset ini
dilatarbelakangi oleh :
a. Ancaman risiko penyakit tular vektor dan reservoir secara global dan nasional sangat tinggi;
b. Data bio-diversitas fauna di Indonesia yang kompleks akibat kondisi bio-geografis (pertemuan
wilayah Oriental dan Australia) belum terbaharukan dengan baik;
c. Data penelitian terkait vektor dan reservoir penyakit belum terwakili secara nasional;
d. Data model penanggulangan secara lokal spesifik belum lengkap
Rikhus Vektora dilaksanakan di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Indonesia secara
berkesinambungan, yang dirancang untuk dilaksanakan selama empat tahun, mulai tahun 2015
sampai dengan 2018. Tujuan Umum Rikhus Vektora adalah melakukan pemutakhiran data vektor
dan reservoir penyakit secara nasional, sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan
reservoir (baik jenis penyakit infeksi baru maupun yang muncul kembali) di Indonesia. Sedangkan
tujuan khusus Rikhus Vektora adalah:
a. Inkriminasi (penentuan vektor) dan konfirmasi spesies vektor dan reservoir penyakit;
b. Memperoleh peta sebaran vektor dan reservoir penyakit;
c. Mencari kemungkinan munculnya vektor dan reservoir penyakit baru/belum terlaporkan, yang
berasal dari hasil koleksi sampel nyamuk, tikus dan kelelawar;
d. Mencari kemungkinan munculnya patogen penyakit tular vektor dan reservoir baru/belum
terlaporkan;
e. Mengembangkan spesimen koleksi vektor dan reservoir penyakit;
f. Memperoleh data sekunder penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir berbasis
ekosistem
1
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Pengumpulan data vektor pada Rikhus Vektora 2015 – 2018 dilakukan dalam rangka
memperbaharui dan melengkapi data primer nyamuk dan patogen yang dibawanya untuk mendukung
upaya penanggulangan penyakit tular vektor di Indonesia. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
mengidentifikasi keberadaan penyakit tular vektor di ekosistem hutan, non-hutan dan pantai. Data
vektor yang dikumpulkan meliputi; (a) data spesies dan habitat nyamuk; (b) hasil konfirmasi spesies
vektor penyakit; (c) peta sebaran vektor penyakit baru; (d) potensi vektor penyakit yang belum
terlaporkan; (e) potensi jenis patogen penyakit tular vektor; serta (f) sampel tersimpan.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu disusun “Pedoman Pengumpulan Data Vektor (Nyamuk)
di Lapangan“. Pedoman ini diharapkan dapat membantu tenaga pengumpul data vektor dalam
melaksanakan kegiatan sesuai Pedoman Operasional Baku (POB) yang meliputi :
2
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
a. Pengorganisasian lapangan
b. Pengenalan alat dan bahan di lapangan
c. Penentuan laboratorium lapangan
d. Pengenalan Morfologi jentik dan Nyamuk
e. Klasifikasi dan Taksonomi Nyamuk
f. Prosedur Koleksi jentik dan Nyamuk;
g. Prosedur Penanganan Sampel di Lapangan;
h. Cara Pengepakan dan pengiriman sampel;
i. Prosedur Pengisian Form;
j. Prosedur Dokumentasi.
Jenis sampel data vektor Rikhus Vektora 2015 - 2018 yaitu sampel jentik dan nyamuk serta
sampel darah nyamuk. Identifikasi dan pemrosesan sampel dilaksanakan di laboratorium lapangan
(tempat yang memungkinkan untuk dijadikan laboratorium lapangan) di desa atau wilayah dusun
setempat, sedangkan pemeriksaan sampel dilaksanakan di Laboratorium B2P2VRP, Badan
Litbangkes, Salatiga. Pemeriksaan sampel meliputi inkriminasi dan identifikasi vektor Malaria,
Filariasis limfatik, Dengue, Japanese Encephalitis (JE) dan Chikungunya (Chik), serta uji ELISA
pakan darah nyamuk. Koleksi sampel di lapangan meliputi koleksi jentik, koleksi nyamuk pagi dan
malam hari, identifikasi spesies nyamuk secara morfologis, pembuatan spesimen awetan dan
pemeriksaan laboratorium.
3
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
4
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
5
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Penentuan lokasi pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dalam Rikhus
Vektora. Keberhasilan penentuan lokasi untuk survei nyamuk akan sangat mempengaruhi hasil
pengumpulan data secara keseluruhan. Pemahaman yang baik mengenai definisi operasional
ekologi, ekosistem, habitat, dan pemukiman,serta kriteria dari hutan, non hutan dan pantai akan
dapat mendukung di dalam menentukan habitat dari ekosistem terpilih yang mempunyai
kemelimpahan nyamuk, baik dari segi jenis maupun jumlahnya.
Selain faktor bio-ekologis yang mendukung keberadaan nyamuk yang akan di survei, faktor
aksesibilitas, keberadaan penyakit tular vektor di kawasan tersebut, keamanan dan resiko lain yang
dapat muncul di luar kepentingan riset menjadi pertimbangan yang penting di dalam menentukan
lokasi pengumpulan data.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami definisi operasional lokasi, kriteria dan cara penentuan titik pengumpulan data di
lapangan
2. Tujuan Khusus
a. Memahami definisi operasional ekologi, ekosistem, habitat dan pemukiman
b. Memahami definisi operasional dan kriteria ekosistem hutan, non-hutan, dan pantai yang
dipergunakan dalam rikhus vektora
c. Mengetahui cara penentuan titik pengumpulan data
6
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
5. Hutan merupakan: (1) suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan19; (2) Luas lebih dari 0,5 hektar dengan pepohonan
yang tingginya lebih dari 5 meter dan tutupan tajuk lebih dari 10 persen, atau pohon dapat
mencapai ambang batas ini di lapangan. Tidak termasuk lahan yang sebagian besar
digunakan untuk pertanian atau pemukiman20.
6. Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu-satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana dan utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan maupun perdesaan. Sedangkan
kawasan pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.27
7
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
jauh dari pemukiman. Kawasan non-hutan yang jauh pemukiman ini menjadi salah satu
kriteria pula dalam rikhus vektora 2017. Dalam riset ini, kriteria non-hutan jauh pemukiman
apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.
3. Ekosistem pantai/pesisir
Ekosistem pantai atau pesisir merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan
antara air laut dan daratan.Ekosistem ini memiliki dua macam komponen, yaitu komponen
biotik dan abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di
daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir,
batuan dan komponen selain makhluk hidup lainnya. Salah satu contoh ekosistem ini adalah
hutan bakau (mangrove) dengan berbagai macam hewan yang hidup di dalamnya.
Apabila ada salah satu ekosistem yang tidak memungkinkan dilakukan pengumpulan
data, maka wilayah tersebut dapat digantikan oleh ekosistem lain yang mewakili keberadaan
penyakit tular vektor/reservoir. Seperti hanya ekosistem hutan dan non-hutan, di wilayah
ekosistem pantai beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut
umumnya membuat pemukiman di sekitar pantai. Namun demikian ada pula wilayah yang
jarang di akses oleh manusia yang ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman.
Kawasan pantai yang jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus
vektora 2016. Dalam riset ini, kriteria pantai jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari
pemukiman.
8
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
5. Pemukiman yang berada di wilayah pantai (PDP), yaitu titik yang berada di wilayah
pemukiman yang berada/dekat dengan ekosistem pantai
6. Pantai yang jauh dari pemukiman (PJP), yaitu titik yang berada di kawasan ekosistem pantai
yang jauh dari pemukiman(jarak 3 – 5 km dari pemukiman)
Selain dasar stratifikasi geografis dan ekosistem, dasar penentuan titik tersebut adalah sebagai
berikut;
1. Wilayah (propinsi/kabupaten) tersebut memiliki informasi yang cukup atau memiliki dugaan
kuat sebagai sumber penularan penyakit bersumber vektor dan reservoir
2. Memiliki kondisi lingkungan yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk, seperti adanya
rawa, kolam ikan yang tidak digunakan lagi, lagun dan sebagainya.
3. Lokasi relatif mudah diakses dan terdapat cukup fasilitas yang dibutuhkan
4. Lokasi harus dapat dikunjungi dan tidak memiliki risiko tinggi di luar kepentingan riset (rawan
bencana, keamanan, dsb)
Apabila ada salah satu kabupaten terpilih tidak memiliki tipe ekosistem yang lengkap, maka
penentuan titik disesuaikan dengan kondisi setempat dengan tetap mengacu pada kriteria
endemisitas, kondisi geografis, dan keterwakilan ekosistem.
9
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
GPS (Global Positioning System) merupakan alat survei yang dapat digunakan dalam
berbagai bidang termasuk bidang kesehatan. Pada riset khusus vektora ini dilakukan pemetaan
persebaran vektor dan reservoir daerah penelitian. Pengambilan koordinat dilakukan pada habitat
sampel vektor dan reservoir diambil. Tipe GPS yang digunakan adalah Garmin Monterra.
GPS Garmin Monterra merupakan bagian dari pengembangan GPS Montana dan Sistem
Operasi perangkat mobile Android. Monterra dapat digunakan sebagai GPS navigator maupun
sebagai GPS survei lapangan untuk plot waypoint maupun tracking. Memiliki desain kokoh dan tahan
cuaca (weather sealed) serta didukung fitur beragam membuat GPS ini sangat cocok untuk untuk
kegiatan lapangan di negara tropis seperti Indonesia. Fitur Garmin Monterra antara lain
Penggabungan Pemetaan 3D, kamera digital 8 megapixel autofocus, sistem baterai ganda state-of-
the-art, kompas elektronik built-in 3-axis accelerometer dan dengan gyro, sensor UV built-in, Wi-Fi,
Bluetooth dan NFC, Memuat peta dan jutaan geocaches, Radio dan lain-lain. Seluruh fitur dikemas
dalam sistem operasi android versi 4.0.4 yang universal untuk digunakan oleh pemula maupun
surveyor berpengalaman. Berdasarkan penilaian tersebut, GPS ini sangat tepat digunakan untuk
rikhus vektora.
Metode dalam pemetaan ini adalah metode Stop and Go, pengambilan koordinat dilakukan
dengan cara pengambil koordinat berhenti sejenak di lokasi survei kemudian menunggu GPS
mendapatkan sinyal stabil. Koordinat dapat disimpan di GPS ataupun ditulis dalam form GPS. Setelah
pencatatan koordinat selesai kemudian dilanjutkan untuk lokasi berikutnya.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami cara penggunaan GPS
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengoperasikan GPS dengan benar
b. Mampu mengambil titik koordinat dengan benar
c. Mampu mengambil foto dan video dengan benar
d. Mampu mentransfer data dari GPS dengan benar
10
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
B. Penjelasan Umum
11
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
3. Baterai
GPS Garmin Monterra memiliki sistem baterai ganda state-of-the-art. GPS ini dapat
menggunakan baterai rechargable lithium-ion atau menggunakan baterai AA.
A B
12
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
1) Putar ring berlawanan arah jarum jam dan tarik ke atas untuk melepaskan penutup
(Gambar 5).
2) Pasang tiga baterai AA perhatikan arah baterai yang ditunjukkan pada gambar di
belakang alat, dan jangan sampai terbalik.
A B
4. Langkah Pengoperasian
Setelah selesai memasang baterai maka kita dapat mengoperasikan GPS. Langkah
mengoperasikan GPS Garmin Monterra adalah sebagai berikut:
a. Tekan tombol power.
b. Tunggu beberapa saat sampai GPS stabil.
c. Gerakkan jari di layar sentuh untuk menggeser
atau menutup tampilan.
d. Memperbesar atau memperkecil tampilan dengan
menggunakan kedua jari tangan.
e. Sentuh icon untuk kembali kehalaman sebelumnya
5. Langkah pengaturan pada GPS (Langkah ini HARUS dilakukan pertama kali sebelum
GPS dioperasikan dan hanya dilakukan SATU KALI saja dalam penggunaan GPS)
a. Nyalakan GPS dengan menekan tombol power pada bagian samping kanan atas
b. Pilih icon setting aplikasi, kemudian pilih more (gambar 7)
13
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
14
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
b. Pilih Heading.
c. Pada menu Compass Mode pilih on untuk mengaktifkan menu heading.
d. Pilih Calibrate compass, kemudian klik. start.
e. Gerakkan GPS sesuai dengan gerakkan di layar GPS.
f. GPS akan memberikan respon apakah kalibrasi berhasil atau tidak. Jika tidak anda perlu
mengulangi putaran dengan sedikit lebih pelan lagi.
CATATAN:
Sebelum pengambilan titik koordinat, WAJIB berhenti sejenak untuk mendapatkan koordinat
yang lebih akurat (Metode Stop and Go)
Sebelum penentuan titik koordinat, dipastikan langkah pengaturan setting seperti yang
dijelaskan dalam butir A.5
1. Hidupkan GPS, tunggu sampai terdeteksi minimal 5 satelit dalam kondisi stabil. Semakin
banyak satelit terdeteksi maka semakin tinggi tingkat akurasi lokasi pegambilan koordinat.
2. GPS dinyalakan pada saat akan berangkat ke lokasi survey jentik dan nyamuk. GPS
dimatikan setelah survey jentik dan nyamuk pada hari itu selesai.
3. Ambil titik koordinat survey jentik dan nyamuk dengan menyentuh icon mark
waypoint pada GPS.
15
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Prov : 16 (Sumsel)
Kabupaten : 04 (Lahat)
Tipe ekosistem : 3 (NHDP)
No. Urut RT : 001 (Bp. Agus)
16
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Keterangan:
- Lokasi survey diisi dengan nama pemilik rumah
- N/S: (North (utara)/South (selatan); D: Degere (derajat); M: Minutes (Menit); S:
Second (detik); m: meter.
Prov : 16 (Sumsel)
Kabupaten : 04 (Lahat)
Tipe ekosistem : 3 (NHDP)
Jenis Habitat spesifik : 09 (Kobakan)
17
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Keterangan:
- Lokasi survey diisi dengan nama pemilik rumah
- N/S: (North (utara)/South (selatan); D: Degree (derajat); M: Minutes (Menit); S:
Second (detik); m: meter.
b. Nyamuk:
Khusus pada survey nyamuk, pengambilan titik koordinat hanya satu kali di lokasi survai
nyamuk kecuali jika pada penangkapan kedua berpindah lokasi di ekosistem tersebut .
18
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
4. Pengambilan foto rumah atau lokasi survey dengan cara menyentuh icon gambar foto.
5. Pengambilan foto tidak hanya melalui mark waypoint saja, namun wajib juga melalui menu
Camera pada GPS dengan Icon
a. Untuk mengambil gambar pilih menu camera pada aplikasi, pilih Icon
d. Selain itu, lakukan pengambilan gambar di setiap lokasi survai jentik dan nyamuk
19
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
D. Keterangan Tambahan
1. Cara mencari waypoint yang sudah dibuat maka dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
a. Pilih waypoint manager.
b. Pilih icon untuk mencari nama waypoint.
c. Pilih all dan pilih type symbol untuk mencari symbol yang akan digunakan untuk
waypoint.
d. Pilih icon search near untuk lokasi atau titik koordinat yang ada pada peta.
e. Pilih titik koordinat yang ada pada daftar.
2. Cara mengedit (memperbaiki informasi) waypoint
a. Pilih waypoint manager
b. Pilih titik waypoint yang akan diperbaiki.
c. Perbaiki informasi dengan menekan informasi yang diperbaiki.
d. Tekan DONE.
3. Langkah untuk menghapus waypoint
a. Pilih waypoint manager.
b. Pilih dan tekan waypoint sampai muncul icon
c. Tekan icon untuk hapus data.
Setelah survai selesai di satu ekosistem, selanjutnya tim melakukan transfer data dari GPS
ke softwarebasecamp.
20
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
b. Setting receive from device akan muncul devices dan GPS akan terekam secara otomatis. Klik
nama devices yang akan di download kemudian klik OK.
21
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
7. Kemudian akan muncul tampilan seperti ini, pilih titik koordinat yang akan di download.
8. Pembuatan List Folder dan New List untuk menempatkan data pengambilan titik koordinat di
lapangan dengan sofware basecamp.
a. Pilih My Collection > Pilih File > Pilih New > Pilih List Folder (List Folder akan muncul di
dalam link My Collection dengan nama New Folder).
b. Pilih New Folder > klik kanan pilih rename dan ganti nama New Folder dengan nama
Kabupaten_kode wilayah dan kode hewan. Contoh: Pati_33112V (arti kode: Pati
= Kabupaten Pati, 33 = Kode Provinsi, 11 = Kode Kabupaten, 2 = Kode Ekosistem,
V = Vektor).
c. Pilih folder Pati_33112V (folder yang telah kita buat) > klik kanan > pilh New List > Pilih
New List yang sudah muncul > klik kanan pilih rename dan ganti nama New List dengan
nama ekosistem (singkatan saja). Contoh: HDP (Hutan Dekat Pemukiman).
22
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
9. Pilih data pengambilan titik koordinat beserta data pengambilan gambar dilapangan sesuai
ekosistem dengan cara: klik datanya sambil menekan tombol ctrl > klik kanan pilih copy
> pilih list HDP (New List yang telah dibuat) > klik kanan paste. Data GPS sesuai
ekosistem (yang kita pilih) otomatis terduplikasi di list yang kita buat. Data ini akan di
kirim via email tiap ekosistem dalam bentuk *.gpx.
23
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
10. Pilih list yang dibuat > Pilih file > Export > Export list ‘Nama List’
24
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
12. Setelah file dipindahkan dari GPS ke komputer lalu kirim pada alamat email:
pemetaan.rikhus2017@gmail.com
25
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Proses pengumpulan data merupakan salah satu bagian terpenting dalam riset khusus vektora.
Pengumpulkan data vektor baik jentik atau nyamuk memerlukan ketrampilan dan ketekunan serta
disiplin sesuai jadwal/waktu yang telah ditentukan. Bab Pengumpulan Data Vektor berisi informasi
kegiatan yang dilakukan selama pengumpulan vektor (jentik dan nyamuk) di lapangan serta alur
kegiatan pengumpulan data vektor untuk mempermudah pemahaman pelaksanaan dan jadwal
pengumpulan data.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Memberikan informasi kegiatan pengumpulan data vektor (jentik dan nyamuk) di lapangan
2. Tujuan Khusus:
a. Memberikan informasi mengenai alur pengumpulan data vektor (jentik dan nyamuk) di
lapangan .
b. Memberikan gambaran kegiatan selama pengumpulan data vektor (jentik dan nyamuk)
c. Memberikan informasi perbedaan kegiatan yang dilakukan pada daerah endemis dan
bukan endemis DBD.
a. Hari Ke-1
1) Koleksi jentik dimulai Pukul 06.30 waktu setempat, dilakukan pada semua jenis habitat
yang ada di wilayah ekosistem survei sesuai SOP.
2) Setelah tim sampai di basecamp, wadah jentik ditempatkan pada lokasi yang aman
(tidak mudah jatuh dan jauh dari jangkauan hewan pengganggu, contoh: semut,
kucing, anjing, dll), kemudian dilakukan pemeliharaan sesuai SOP.
26
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
3) Apabila dari hasil koleksi jentik ada yang berubah menjadi nyamuk, identifikasi sampai
dengan tingkat spesies.
Khusus Aedes aegypti dan Aedes albopictus dipreparasi dalam RNA later, selain
kedua spesies tersebut, dibuat spesimen awetan.
4) Persiapan alat dan bahan survei untuk penangkapan nyamuk
Pukul 16.00 waktu setempat, tim menyiapkan alat dan bahan untuk penangkapan
nyamuk malam hari, pemasangan animal baited trap, light trap, weather station,
pengambilan titik ordinat pada tempat pemasangan animat baited trap, light trap,
rumah tempat menangkap nyamuk dan mencatat kondisi lingkungan.Tim melakukan
koordinasi dan pembekalan teknis kepada tenaga lokal sekaligus membagi jadwal dan
kelompok penangkapan. Penjadwalan kelompok agar kegiatan dilaboratorium
lapangan selama dilakukan penangkapan nyamuk semalam suntuk berjalan dengan
baik. Tenaga lokal dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing tiga orang. Satu
kelompok menangkap nyamuk di dalam rumah, kelompok lain di luar rumah dan dua
orang tersisa beristirahat. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian sesuai
penjadwalan yang disepakati.
5) Pelaksanaan penangkapan nyamuk
Pukul 18.00-06.00 waktu setempat tim melakukan penangkapan nyamuk sesuai SOP
(sesuai kelompok) dan direkap pada form N-02, N-03 atau N-04, tergantung metode
koleksi.
6) Tim pengumpul data melakukan kontrol penangkapan nyamuk setiap jam. Hasil
diidentifikasi, dipreparasi dan dicatat dalam log book sesuai SOP
7) Spesimen nyamuk dalam satu ekosistem disimpan di kotak serangga berstiker kode
lingkungan sesuai form. Nyamuk yang belum teridentifikasi disimpan dan diverifikasi
keesokan harinya atau dikirim ke laboratorium pusat (B2P2VRP) sesuai SOP
b. Hari Ke-2
1) Pada pukul 06.00-09.30 dilakukan penangkapan nyamuk pagi hari didalam dan luar
rumah. Penangkapan dilakukan oleh 6 orang tenaga pengumpul data didampingi
tenaga lokal.
2) Penangkapan nyamuk dalam rumah dilakukan oleh 3 orang. Tenaga pengumpul data
menangkap nyamuk yang istirahat didalam rumah, setiap rumah dilakukan
penangkapan selama 15 menit oleh 1 orang.
3) Penangkapan nyamuk diluar rumah dilakukan oleh 3 orang pada habitat asli seperti
rumpun bambu, semak, tebing sungai, lubang pangkal batang pohon.
27
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
c. Hari Ke-3
1) Anggota tim berbagi tugas:
- mengecek alat dan bahan survei
- mengidentifikasi nyamuk hasil pemeliharaan jentik
- melakukan preparasi dalam RNA later untuk nyamuk dari lapangan yang belum
diproses lebih lanjut
- entry data
- Pengisian checklist pekerjaan, logbook dan evaluasi, tim beristirahat.
2) Tim menyiapkan alat dan bahan untuk penangkapan nyamuk malam hari,
pemasangan animal baited trap, light trap, weather station, pengambilan titik ordinat
pada tempat pemasangan animal baited trap, light trap, rumah tempat menangkap
nyamuk dan mencatat kondisi lingkungan. Tim melakukan koordinasi dan pembekalan
teknis kepada tenaga lokal sekaligus membagi jadwal dan kelompok penangkapan.
Penjadwalan kelompok agar kegiatan dilaboratorium lapangan selama dilakukan
penangkapan nyamuk semalam suntuk berjalan dengan baik. Tenaga lokal dibagi
menjadi dua kelompok, masing-masing tiga orang. Satu kelompok menangkap
nyamuk di dalam rumah, kelompok lain di luar rumah dan dua orang tersisa
beristirahat. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian sesuai penjadwalan yang
disepakati.
3) Pukul 18.00-06.00 waktu setempat tim melakukan koleksi nyamuk sesuai SOP (sesuai
kelompok) dan direkap pada form N-02, N-03 atau N-04, tergantung metode koleksi.
4) Tim pengumpul data melakukan kontrol penangkapan nyamuk setiap jam. Hasil
diidentifikasi, dipreparasi dan dicatat dalam log book sesuai SOP
28
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
5) Nyamuk yang belum teridentifikasi disimpan dan diverifikasi keesokan harinya atau
dikirim ke laboratorium pusat (B2P2VRP) sesuai SOP
d. Hari Ke-4
1) Pada pukul 06.30-09.30 dilakukan penangkapan nyamuk pagi hari didalam dan luar
rumah. Penangkapan dilakukan oleh 6 orang tenaga pengumpul data didampingi
tenaga lokal.
2) Penangkapan nyamuk dalam rumah dilakukan oleh 3 orang. Tenaga pengumpul data
menangkap nyamuk yang istirahat didalam rumah, setiap rumah dilakukan
penangkapan selama 15 menit oleh 1 orang.
3) Penangkapan nyamuk diluar rumah dilakukan oleh 3 orang pada habitat asli seperti
rumpun bambu, semak, tebing sungai, lubang pangkal batang pohon.
4) Setelah penangkapan nyamuk anggota tim berbagi tugas:
- mengecek alat dan bahan survei
- mengidentifikasi nyamuk hasil pemeliharaan jentik
- melakukan preparasi dalam RNA later untuk nyamuk dari lapangan yang belum
diproses lebih lanjut
- entry data
- mengidentifikasi nyamuk hasil koleksi pagi hari
- melakukan preparasi sediaan darah perut nyamuk hasil penangkapan nyamuk
pagi hari dan penangkapan dengan light trap
- Pengisian checklist pekerjaan, logbook dan evaluasi, tim beristirahat.
e. Hari Ke-5 :
1) Hari terakhir, dua orang melakukan verifikasi pada semua form yang sudah terisi;
2) Empat orang lainnya menangani dan mengemas spesimen di laboratorium lapangan
3) Melakukan serah terima paket spesimen dilakukan dari tim ke PJO (2 minggu sekali)
dengan menandatangani berita acara serah terima spesimen;
4) Tim mengisi checklist pekerjaan (CN-01) serta checklist peralatan (CN-02);
5) Tim berpindah lokasi ke titik berikutnya. Di lokasi yang baru, entry data yang belum
selesai dapat dilanjutkan.
29
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
a. Hari Ke-1
1) Hari pertama dilakukan koordinasi lapangan, persiapan alat dan bahan survei jentik
2) Pukul 07.00 waktu setempat, tim mulai melakukan koleksi jentik pagi hari pada semua
jenis habitat yang ada di wilayah ekosistem yang dilakukan survei sesuai SOP.
3) Setelah tim sampai di basecamp wadah jentik ditempatkan pada lokasi yang aman
(tidak mudah jatuh dan jauh dari jangkauan hewan pengganggu, contoh: semut,
kucing, anjing, dll), kemudian dilakukan pemeliharaan sesuai SOP.
4) Apabila dari hasil koleksi jentik ada yang berubah menjadi nyamuk,proses identifikasi
dilakukan sampai tingkatspesies.Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus digerus
dan dipreparasi pada RNA later,selain 2 spesies tersebut dibuat spesimen nyamuk.
b. Hari Ke-2
1) Pukul 07.00 waktu setempat, tim mulai melakukan survei jentik DBD sesuai SOP.
Jumlah rumah yang di survei minimal sebanyak 100 rumah. Jentik hasil koleksi
kemudian ditempatkan pada wadah yang sudah diberi label (berisi keterangan tanggal
dan lokasi penangkapan).
2) Setelah tim sampai di basecamp, wadah jentik ditempatkan pada lokasi yang aman
(tidak mudah jatuh dan jauh dari jangkauan hewan pengganggu, contoh: semut,
kucing, anjing, dll), kemudian dilakukan pemeliharaan sesuai SOP.
3) Apabila dari hasil koleksi jentik ada yang berubah menjadi nyamuk, proses identifikasi
dilakukan sampai tingkat spesies. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
80% dari jumlah nyamuk digerus dan dipreparasi pada RNA later, 20% dibuat awetan
nyamuk. Nyamuk selain Aedes aegypti dan Aedes albopictus dibuat spesimen
nyamuk. Jentik yang tidak berubah menjadi nyamuk sampai hari keempat akan
disimpan sebagai spesimen jentik yang akan dilakukan pemeriksaan selanjutnya di
laboratorium B2P2VRP Salatiga.
30
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
c. Hari Ke-3
1) Anggota tim berbagi tugas:
- mengecek alat dan bahan survei
- mengidentifikasi nyamuk hasil pemeliharaan jentik
- melakukan preparasi dalam RNA later untuk nyamuk dari lapangan yang belum
diproses lebih lanjut
- entry data
- Pengisian checklist pekerjaan, logbook dan evaluasi, tim beristirahat.
2) Tim menyiapkan alat dan bahan untuk penangkapan nyamuk malam hari,
pemasangan animal baited trap, light trap, weather station, pengambilan titik ordinat
pada tempat pemasangan animal baited trap, light trap, rumah tempat menangkap
nyamuk dan mencatat kondisi lingkungan. Tim melakukan koordinasi dan pembekalan
teknis kepada tenaga lokal sekaligus membagi jadwal dan kelompok penangkapan.
Penjadwalan kelompok agar kegiatan dilaboratorium lapangan selama dilakukan
penangkapan nyamuk semalam suntuk berjalan dengan baik. Tenaga lokal dibagi
menjadi dua kelompok, masing-masing tiga orang. Satu kelompok menangkap
nyamuk di dalam rumah, kelompok lain di luar rumah dan dua orang tersisa
beristirahat. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian sesuai penjadwalan yang
disepakati.
3) Pukul 18.00-06.00 waktu setempat tim melakukan koleksi nyamuk sesuai SOP (sesuai
kelompok) dan direkap pada form N-02, N-03 atau N-04, tergantung metode koleksi.
4) Tim pengumpul data melakukan kontrol penangkapan nyamuk setiap jam. Hasil
diidentifikasi, dipreparasi dan dicatat dalam log book sesuai SOP
5) Nyamuk yang belum teridentifikasi disimpan dan diverifikasi keesokan harinya atau
dikirim ke laboratorium pusat (B2P2VRP) sesuai SOP
31
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
d. Hari Ke-4
1) Pukul 06.00-09.00 waktu setempat, dilakukan koleksi nyamuk pagi hari sesuai SOP.
2) Penangkapan nyamuk didalam rumah dilakukan oleh 4 orang tenaga penangkap
nyamuk. Mereka menangkap nyamuk yang istirahat didalam rumah, setiap rumah
dilakukan penangkapan selama 15 menit oleh 1 orang.
3) Penangkapan diluar rumah dilakukan pada habitat saat nyamuk beristirahat seperti
seperti, rumpun bambu, semak semak, tebing sungai, lubang pangkal batang pohon.
Penangkapan dilakukan oleh 4 orang tenaga penangkap nyamuk.
4) Tim dibagi beberapa kelompok menyelesaikan administrasi; melakukan cek alat dan
bahan survei; mengidentifikasi nyamuk hasil pemeliharaan jentik dan melakukan
preparasi pada RNA later; melakukan entry data; mengidentifikasi, mencatat dan
melakukan preparasi sediaan darah perut nyamuk hasil penangkapan pagi hari, light
trap dan pengelolaan spesimen.
e. Hari Ke-5 :
1) Hari terakhir, dua orang melakukan verifikasi pada semua form yang sudah terisi
2) Dua orang menyelesaikan administrasi 2 orang
3) Empat orang lainnya menangani dan mengemas spesimen di laboratorium lapangan
4) Melakukan serah terima paket spesimen dilakukan dari tim ke PJAL (2 minggu sekali)
dengan menandatangani berita acara serah terima specimen spesimen
5) Tim mengisi checklist pekerjaan (CN-01) serta checklist peralatan (CN-02)
6) Tim berpindah lokasi ke titik berikutnya. Di lokasi yang baru, entry data yang belum
selesai dapat dilanjutkan.
32
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Hari 1
1. Koleksi jentik (06.30 sampai selesai)
2. Pemeliharaan jentik hasil koleksi
3. Entry data
4. Persiapan alat dan bahan survei (anggota tim)
5. Penangkapan nyamuk ke-1 (18.00 – 06.00)
Hari 2
1. Penangkapan nyamuk pagi hari (06.30 – 09.30)
2. Melanjutkan identifikasi dan preparasi sampel pada hari
ke-1
3. Entry data
4. Pengisian chek list pekerjaan , log book dan evaluasi
Hari 3
1. Mengecek alat dan bahan survei
2. Mengidentifikasi nyamuk pemeliharaan jentik
3. Melakukan preparasi dalam RNA later dari pemeliharaan
jentik
4. Entry data
5. Penangkapan nyamuk ke-2 (18.00 – 06.00)
Hari 4
1. Penangkapan nyamuk pagi hari (06.30 – 09.30)
2. Melanjutkan identifikasi dan preparasi sampel hari
ke-3.
3. Pemeliharaan jentik hasil koleksi
4. Identifikasi nyamuk yang muncul dari pupa
5. Pengelolaan spesimen
6. Entry data
Hari 5
1. Penanganan dan pengepakan spesimen
2. Serah terima paket spesimen
3. Berkemas
4. Pindah lokasi
33
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Hari 5
34
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Alat dan bahan dalam pengumpulan data riset khusus vektora digunakan berdasarkan prosedur
yang dilakukan. Prosedur yang dilakukan secara garis besar dibedakan menjadi: koleksi jentik,
nyamuk, penanganan sampel dan pengiriman spesimen. Sebelum melaksanakan kegiatan,
pemahaman alat dan bahan sangat penting guna kelancaran kegiatan (menghindari kecelakaan kerja
dan gagalnya kegiatan). Alat dan bahan dapat rusak atau bahkan berbahaya jika tidak sesuai
prosedur pemakaian.
A. Tujuan :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan di lapangan dalam kegiatan riset khusus
vektora serta mengetahui kegunaannya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk dapat memahami nama, bentuk fisik dan cara penggunaan alat dan bahan di
lapangan
b. Untuk dapat menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar sesuai peruntukan.
35
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
36
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
37
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
38
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Penanganan sampel
1. Mikroskop Lensa Melihat objek yang kecil dan sulit dilihat
dissecting okuler secara kasat mata, minimal perbesaran 5
x
Lensa
objekt
if
39
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
40
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
41
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Pengirimanspesimen
1. Cryobox Kotak plastik penyimpan spesimen
dalam vial 1,5 ml
42
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
5. Thermometer
digital Alat pengukur suhu sampel rantai dingin
43
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Alat lapangan
1. Tenda alat Tenda untuk meletakkan alat, bahan dan
tempat melakukan pemrosesan hasil
pengumpulan data pada lokasi jauh dari
pemukiman
44
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Laboratorium lapangan merupakan tempat aktifitas selama proses pengumpulan data vektor di
lapangan. Laboratorium lapangan dalam survei entomologi dibagi menjadi 2, yaitu: laboratorium
lapangan di lingkungan pemukiman dan laboratorium lapangan jauh dari pemukiman. Berdasarkan
peran spesifik, laboratorium lapangan dibagi menjadi laboratorium catching station dan laboratorium
base camp. Pemahaman yang baik mengenai fungsi dari setiap laboratorium lapangan diharapkan
dapat mendukung terselenggaranya pengumpulan data di lapangan.
A. Tujuan :
1. Tujuan Umum
Memahami prinsip laboratorium lapangan dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan
2. Tujuan Khusus
a. Memahami kriteria dan fungsi laboratorium lapangan di pemukiman
b. Memahami kriteria dan fungsi laboratorium lapangan jauh dari pemukiman
c. Memahami kriteria dan fungsi laboratorium lapangan catching station
d. Memahami kriteria dan fungsi laboratorium lapangan base camp
45
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
46
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan letak bagian luar tubuh suatu organisme
(makhluk hidup). Ciri-ciri bagian dari tubuh luar yang merupakan ciri khusus dari setiap spesies perlu
dipahami dalam mempelajari morfologi jentik dan nyamuk. Mengingat tiap spesies jentik dan nyamuk
memiliki ciri yang berbeda maka pengenalan morfologi perlu ditekankan agar tidak terjadi kesalahan
dalam identifikasi jentik dan nyamuk.
A. Tujuan
1. Tujuan umum:
Mengetahui morfologi jentik dan nyamuk.
2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui morfologi jentik dan nyamuk
b. Mengidentifikasi genus jentik dan nyamuk
c. Mengidentifikasi spesies nyamuk
B. Prinsip kerja
Prinsip yang perlu ditekankan dalam mempelajari morfologi nyamuk dan jentik adalah
mengenal ciri morfologi bagian luar.
47
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Kepala
Thorax
Abdomen
Segment VIII
Sifon
Anal segment ke X
a b c
Gambar 23. Morfologi jentik nyamuk dari genus Aedes (a), Culex (b) dan Anopheles (c)
48
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
2. Ciri yang membedakan nyamuk dewasa dengan serangga dewasa yang lain
a. Mempunyai sepasang sayap dengan urap sayap bersisik
b. Sayap terdiri dari 6 vena sayap; vena sayap 2, 4, dan 5 bercabang
c. Mempunyai probosis panjang
d. Tubuh mempunyai sisik
e. Memiliki sisik pada pinggir sayap yang berubah menjadi jumbai
Tarsus
Antena
Tibia
Kepala
Mata Femur
Dada
Sayap Vena
Abdomen Jumbai
Cerci
Kaki tengah
2
3
Kaki belakang 4
5
49
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Antena
A Flagelomer Mata
Palpomere Vertek
Ociput
Palpi
Probosis
Clypeus
B Pedikel @mujiyono
Garis okuler
Vertex
Ociput
C Culicine Anopheline
Probosis
♀
♀
Ujung palpus tidak berbentuk gada Ujung palpus berbentuk
♂ ♂
Gambar 25. Morfologi kepala (caput) nyamuk A. Tampak samping; B. Tampak
depan(1&2); C. Bagian kepala(caput) nyamuk betina dan nyamuk
jantan Culicinae (a,c) dan Anophelinae (b,d)12
Perbedaan nyamuk betina dan jantan (dewasa) terletak pada bagian antena. Pada nyamuk jantan
cabang di antenanya lebih lebat daripada nyamuk betina.
50
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
e. Dada (Toraks):
Scutellum
Halter
Vena sayap
51
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
f. Perut (abdomen)
Nyamuk pada dasarnya mempunyai 10 segmen abdomen. Segmen ke-9 dan ke-10
mengalami reduksi, bergabung pada segmen abdomen ke-8 membentuk cerci.
III IV
II V
I
VI VIII
VII
VIII
I
II III
IV V VI VII
g. Sayap
Bagian-bagian sayap nyamuk meliputi;
1a. Costa, 1b. Subcosta
Vena sayap 1 s.d 6
Vena sayap 2 bercabang 2 menjadi 2.1 dan 2.2
Vena sayap 4 bercabang 2 menjadi 4.1 dan 4.2
Vena sayap 5 bercabang 2 menjadi 5.1 dan 5.2
Jumbai
Jumbai Vena 6 Vena 5.2 Vena 5.1 Vena 4.1 Vena 4.2
52
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Keterangan
BP :Basal pucat ASP : Asesoris sektor pucat
BG : Basal gelap PG : Preapikal gelap
PHP : Prehumeral pucat PP : Preapikal pucat
PHG : Prehumeral gelap AG : Apikal gelap
HP : Humeral pucat AP : Apikal pucat
HG : Humeral gelap
PSP : Presektor pucat
PSG : Presektor gelap
SP : Sektor pucat
SG : Sektor gelap
ASP : Asesoris sektor pucat
h. Kaki :
Coxa (tempat menempel pangkal paha/femur)
Femur (paha)
Tibia
Tarsus 1 s.d 5 (T1-T5)
Tibia
Tarsus 1
Tarsus 2
Kaki tegah Tarsus
Tarsus 3
Kaki belakang Tarsus 4
Femur Tarsus 5
53
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Klasifikasi merupakan penyusunan dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau
standar yang ditetapkan sedangkan taksonomi adalah cabang biologi yang menelaah penamaan,
perincian, dan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan pembedaan sifatnya.
Dalam dunia binatang, para ahli menggolongkan jenis-jenis binatang berdasarkan bentuk luar
dan susunannya ke dalam golongan-golongan tertentu. Nyamuk masuk ke dalam subfilum
Hexapoda/kelas Insecta atau dikenal sebagai serangga.
A. Tujuan
1. Tujuan umum:
Mengetahui klasifikasi dan taksonomi jentik dan nyamuk.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui klasifikasi jentik dan nyamuk
b. Mengetahui taksonomi jentik dan nyamuk
B. Prinsip kerja
Dalam klasifikasi dan taksonomi diperlukan pemahaman yang benar mengenai ciri-ciri
morfologi bagian luar dari nyamuk yang akan diidentifikasi.
1. Berdasarkan taksonomi nyamuk
Nyamuk berdasarkan taksonomi termasuk subfilum Hexapoda. Subfilum Hexapoda
mempunyai ciri khas :
a. memiliki 6 kaki (3 pasang),
b. memiliki 2 pasang sayap,
c. mempunyai tubuh dengan tiga bagian terpisah, yaitu: kepala (head); dada (toraks), serta
perut (abdomen).
Berbagai jenis serangga mempunyai perbedaan tipe metamorfosis dan perkembangan
sayap. Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, serangga dibagi menjadi dua kelas,
yaitu Entognatha dan Insecta. Kelas Insecta dibagi menjadi 34 ordo, salah satu di antaranya
adalah Ordo Diptera. Ordodengan jumlah anggota terbanyak dan mudah dibedakan dengan
ordo lainnya. Ciri-ciri Ordo Dipteraadalah :
a. Satu pasang sayap (sayap depan) berkembang baik dan berfungsi sempurna.
b. Sayap belakang tumbuh mengecil (rudimenter) sebagai halter dan berfungsi sebagai alat
keseimbangan.
54
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Anggota Culicidae, termasuk dalam ordo diptera, dikenal secara umum sebagai nyamuk.
Familia Culicidaeini terbagi menjadi 2 subfamilia, yaitu :
a. Subfamilia Anophelinae
b. Subfamilia Culicinae
Secara berjenjang, klasifikasi nyamuk dapat digambarkan sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Subfilum : Hexapoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culicinae, Anophelinae
55
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Dari 19 genus tersebut, Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia dan Armigeres merupakan
genus yang telah dikonfirmasi sebagai vektor penular beberapa penyakit, seperti Malaria,
Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Japanese Encephalitis (JE) dan Limfatik
Filariasis.
3. Ciri-ciri umum genus jentik nyamuk penular penyakit dan jentik predator
a. Anopheles
Tidak mempunyai tabung udara (siphon)
56
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
b. Aedes
Mempunyai tabung udara (siphon)
57
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Siphon mempunyai perbandingan lebar dengan panjang kira-kira dua berbanding tiga
Siphon memiliki satu pasang rambut duri (tuft)
Mempunyai sisik berbentuk sisir (comb scale)
c. Mansonia
Mempunyai siphon yang bergerigi seperti gergaji
58
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
d. Culex
Mempunyai siphon dengan perbandingan lebar dan panjang nyata kira-kira 1: 6.
Mempunyai tuft pada siphon> 1 pasang
Terdapat acuspada pangkal siphon
59
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
60
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
e. Toxorhynchites
Jentik besar
Tidakmempunyai tabung udara (siphon)
1. Kepala
3
a. Palpus
b. Antena
2 c. Probosis
b 2. Toraks
1 3. Abdomen
4
4. Kaki
a c
@Mujiyono
61
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
♀
♂
Scutellum membulat
Scutellum
62
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
@Mujiyono
@Mujiyono
63
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
b. Aedes
1. Kepala
2 a. Antena
b. Probosis
1 c. Palpi
2. Toraks
3. Abdomen
3 4. Kaki
a
c
4
b
@Mujiyono
♂ ♀
64
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
@Mujiyono
Terminal segmen abdomen nyamuk betina lancip, dan memiliki cerci lebih panjang
dari genera nyamuk lainnya.
Aedes- ujung
Culex- abdomen abdomen lancip
membulat
65
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
c. Culex
2 1
3
1. Kepala
a a. Antena
b. Probosis
c. Palpi
4 c b 2. Toraks
3. Abdomen
4. Kaki
@Mujiyono
♀
♂
66
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
@Mujiyono
67
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
d. Mansonia
1 1. Kepala
a. Antena
b. Probosis
a c. Palpi
3
2. Toraks
b 2 3. Abdomen
4. Kaki
c
@Mujiyono
@Mujiyono
Mujiyono
68
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Sisik-sisik sayap tidak simetris (asimetris) dengan warna gelap dan terang
@Mujiyono
Gambar 57. Morfologi sayap nyamuk Mansonia ditutup dengan sisik sayap asimetris
e. Toxorhynchites
@Mujiyono
4
1. Kepala
a. Antena
2 b. Probosis
c. Palpi
2. Toraks
3. Abdomen
a
4. Kaki
3
1
b
@Mujiyono
69
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Tepi sayap bagian posterior sebelum ujung vena 5-2 membentuk lekukan ke arah
dalam (mencekung)
@Mujiyono
f. Armigeres
4
1. Kepala
2
a. Antena
1 b. Probosis
c. Palpi
a 2. Toraks
3
3. Abdomen
c 4. Kaki
b
@Mujiyono
70
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
@Mujiyono @Mujiyono
71
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
(SURVEI ENTOMOLOGI)
Koleksi jentik dan nyamuk merupakan kegiatan untuk memperoleh data entomologi
vektor/potensial vektor di suatu wilayah/daerah. Survei dilakukan untuk mengetahui tempat
perkembangbiakan nyamuk berdasarkan spesies, perilaku nyamuk menggigit dan istirahat.
Koleksi dilakukan pada 3 ekosistem (Hutan, Non Hutan dan Pantai) dengan ketentuan jarak
antara dekat dan jauh dari pemukiman. Selain koleksi nyamuk dan jentik, dilakukan pengambilan data
faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang diukur antara lain keberadaan algae, sedangkan faktor
abiotik seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, pH air, temperatur air dll. Pengukuran suhu,
kelembaban dan kecepatan angin pada saat penangkapan nyamuk malam hari menggunakan alat
pengukur digital (weather station) yang harus dirangkai dan dipasang diluar ruangan dimana kegiatan
dilakukan.
72
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
c. Cara kerja
1) Semua alat dan bahan disiapkan
2) Koleksi jentik dilakukan di tempat yang berpotensi sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk .
3) Pengambilan titik koordinat pada habitat spesifik positif jentik menggunakan GPS.
4) Peralatan koleksi jentik disesuaikan dengan jenis tempat perkembangbiakan.
5) Jentik ditampung di dalam botol jentik yang telah disediakan.
6) Pengukuran parameter lingkungan (pH, salinitas dan intensitas cahaya) dilakukan
di setiap habitat spesifik positif jentik.
7) Kode ekosistem (5 digit) jentik dicatat pada form J-01, J-02 dan J-03.
8) Kode lingkungan (7 digit), tanggal dan jenis habitat spesifik ditulis pada botol jentik.
9) Jentik dipelihara menjadi nyamuk. Jentik yang tidak menjadi nyamuk sampai hari
keempat dipreparasi menjadi awetan jentik.
10) Jentik yang menjadi nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus, 20% diantaranya
dibuat spesimen, sedangkan 80% lainnya diproses untuk deteksi patogen
73
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Koleksi jentik di pemukiman yaitu di dalam dan luar rumah misalnya di bak mandi,
ember, tempayan dan berbagai tempat penampungan yang berpotensi sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk DBD.
a. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengetahui tempat perkembangbiakan nyamuk di lingkungan pemukiman
2) Tujuan Khusus
a) Mengetahui penampungan air yang berpotensi sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah Dengue (DBD) ataupun
Chikungunya (Chik).
b) Mendapatkan informasi mengenai potensi penularan DBD/Chikungunya di
wilayah tersebut melalui indeks jentik (HI, BI, CI dan ABJ)
c) Mendapatkan jentik yang akan diperiksa untuk deteksi virus
Chikungunya/Dengue.
d) Mendapatkan titik koordinat sebaran jentik vektor DBD/Chikungunya.
c. Cara kerja
1) Semua alat dan bahan disiapkan.
2) Rumah tempat dilakukan koleksi jentik dicatat koordinatnya menggunakan GPS
3) Pemeriksaan jentik dilakukan pada tempat perkembangbiakan nyamuk di 100 rumah
baik dalam maupun luar. Habitat diperiksa antara lain bak mandi, tempayan, ember,
penampungan kulkas, penampungan dispenser, perangkap semut, vas bunga dan
sebagainya
4) Alat pengambilan jentik disesuaikan dengan jenis dan kedalaman tempat
perkembangbiakannya.
5) Botol jentik diberi label lokasi, tanggal dan jenis tempat perkembangbiakan.
74
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Gambar 65. Koleksi jentik pada berbagai habitat di dalam dan sekitar rumah
75
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Pemeliharaan jentik diperlukan untuk memperoleh nyamuk dewasa dari hasil koleksi jentik
untuk dibuat spesimen dan sampel deteksi patogen. Jentik yang dipelihara menjadi nyamuk akan
mempermudah identifikasi sampai ke tingkat spesies.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mendapatkan spesimen nyamuk dari hasil koleksi jentik.
b. Tujuan Khusus
1) Mendapatkan spesimen jentik dan nyamuk untuk koleksi referensi
2) Mendapatkan sampel jentik untuk deteksi patogen
2. Alat dan bahan
1) Gelas plastic 9) Gelas kertas
2) Kain kasa 10) Karet gelang
3) Kapas 11) Pipet
4) Makanan jentik 12) Nampan plastik
5) Larutan gula 13) Aspirator
6) Kertas label 14) Spidol permanen
7) Buku 15) Pensil
8) Pulpen
3. Cara Kerja
a. Jentik hasil koleksi dipindahkan ke dalam gelas plastik berisi air dari habitatnya. Apabila
air kurang dapat ditambahkan dengan air hujan/sumur/air mineral.
b. Beri label sesuai dengan label pada botol koleksi.
c. Jentik/pupa yang menjadi nyamuk dipindahkan ke dalam gelas kertas menggunakan
aspirator. Beri label sesuai dengan label pada gelas plastik.
d. Letakkan kapas yang dibasahi air gula di atas kain kasa penutup gelas kertas. Hindarkan
dari binatang pengganggu.
e. Jentik yang tidak berubah menjadi nyamuk hingga hari keempat pengumpulan data di
tiap ekosistem diawetkan sebagai spesimen jentik
f. Hari keempat pengumpulan data pada ekosistem tersebut, jumlah jentik dan pupa yang
berubah menjadi nyamuk direkap pada Form R-01, form rekapitulasi pemeliharaan jentik.
76
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Dilakukan identifikasi ekosistem tempat dilakukan koleksi nyamuk. Hasil identifikasi dicatat
pada formulir N-01. Stiker kode lingkungan sesuai dengan identitas lingkungan tempat dilakukan
penangkapan, ditempelkan pada formulir tersebut. Jumlah formulir bisa lebih dari satu,
tergantung dari jumlah lingkungan dan banyaknya penangkapan dilakukan.
1. Penangkapan nyamuk hinggap pada manusia9
a. Tujuan
1) Tujuan Umum
Memperoleh nyamuk dengan umpan manusia dengan interval 1 jam dimulai pukul
18.00 sampai 06.00
2) Tujuan Khusus
a) Mengetahui spesies nyamuk yang tertangkap dengan umpan orang baik di
dalam maupun di luar rumah
b) Mengetahui perilaku nyamuk di dalam dan di luar rumah
c) Mengetahui fluktuasi kepadatan nyamuk pada pukul 18.00 s.d 06.00
b. Alat dan bahan
1) Aspirator 8) Senter
2) Gelas kertas 9) Kain kassa
3) Karet gelang 10) Kapas
4) Kertas label 11) Pensil dan buku catatan
5) Gunting 12) Spidol
6) GPS 13) Formulir N-02
7) Weather station
77
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
c. Cara kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Koleksi nyamuk dengan umpan orang dilakukan di dalam dan luar rumah.
3) Tempat dilakukan penangkapan nyamuk (laboratorium lapangan) dicatat
koordinatnya menggunakan GPS (titik tengah lokasi penangkapan nyamuk).
4) Suhu dan kelembaban lokasi penangkapan dicatat mulai pukul 18.00 sampai
dengan pukul 06.00. Hasil pembacaan dicatat setiap jam pada form N02.
5) Penangkapan nyamuk dilakukan selama 12 jam (setiap jam, penangkapan
dilakukan selama 50 menit, baik di dalam dan luar rumah, 10 menit selebihnya
istirahat)
Jam ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
dst.
50 menit penangkapan 10 menit istirahat
(dalam dan luar rumah)
Gambar 66. Skema pembagian waktu penangkapan nyamuk
78
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Gambar 67. Penangkapan nyamuk dengan umpan orang pada malam hari.
79
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Catatan:
Jika terdapat lebih dari satu kandang ternak dengan jenis hewan yang berbeda, maka
penangkapan nyamuk dilakukan disemua kandang ternak, dengan lama penangkapan
15 menit setiap kandang per jam.
80
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Catatan:
Jika di daerah tersebut tidak ditemukan sapi atau kerbau, maka dapat diganti hewan
ternak lain seperti kambing dan babi sejumlah 2 ekor.
81
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
a. Tujuan
1) Tujuan Umum :
Mengoleksi nyamuk yang tertangkap pada light trap
2) Tujuan Khusus
a. Mengetahui spesies nyamuk tertangkap aktif terbang di luar rumah (kebun,
semak, hutan, dsb)
b. Mengetahui perilaku nyamuk mendapatkan darah
82
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
c. Cara kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Light trap dipasang pada pukul 18.00 sampai 06.00. Lokasi pemasangan light trap:
a) Luar rumah di sekitar kandang ternak
Light trap dipasang di sekitar kandang ternak dengan jarak ± 200 meter sebanyak
1 buah
b) Luar rumah di sekitar semak/kebun
Light trap dipasang di lingkungan semak/kebun sebanyak 1 buah. Light trap
sebaiknya dipasang di lokasi yang tidak terganggu oleh aktifitas penduduk
sekitar.
3) Setelah pukul 06.00, nyamuk dipindahkan dari light trap ke dalam gelas kertas yang
tersedia menggunakan aspirator.
4) Nyamuk tertangkap dimasukkan ke dalam gelas kertas yang diberi label keterangan
metode.
5) Hasil penangkapan dicatat pada form N-05. Pastikan stiker kode lingkungan yang
ditempel pada form N-05 sesuai dengan form N-01 pada lingkungan tersebut.
6) Nyamuk diidentifikasi, dibuat spesimen dan sampel deteksi patogen
83
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Catatan:
Pada tipe ekosistem jauh pemukiman, light trap di pasang pada pohon atau tonggak sekitar
semak selama 12 jam dari jam 18.00 – 06.00. Jumlah light trap yang dipasang sebanyak
2 buah. Light trap sebaiknya dipasang di lokasi yang mudah diawasi dan tidak terganggu, baik
oleh manusia maupun binatang.
Pencatatan titik koordinat GPS dilakukan pada lokasi pemasangan light trap.
84
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
a. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengoleksi nyamuk yang hinggap di habitat aslinya pada pagi hari
2) Tujuan Khusus
a) Mendapatkan spesimen nyamuk hasil koleksi pagi hari
b) Mengetahui tempat istirahat nyamuk pada pagi hari
c) Mengetahui perilaku nyamuk untuk mendapatkan darah, diluar (eksofagik) atau
dalam rumah (endofagik), lebih suka penghisap darah manusia (antropofilik) atau
lebih suka menghisap darah binatang (zoofilik)
b. Bahan dan alat
1) Aspirator 8) Senter
2) Gelas kertas 9) Kain kassa
3) Karet gelang 10) Kapas
4) Kertas label 11) Pensil dan buku catatan
5) GPS 12) Spidol
6) Gunting 13) Form N-05
7) Senter 14) Sweep net (jaring serangga)
c. Cara kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Penangkapan nyamuk di dalam rumah dilakukan pada pukul 06.30 - 08.30 oleh tim
pengumpul data sebanyak 3 orang, masing-masing orang bertanggung jawab menangkap
nyamuk di 8 rumah (1 rumah, 15 menit).
3) Penangkapan di luar rumah dilakukan oleh tim pengumpul data sebanyak 3 orang pada
tempat potensial nyamuk istirahat (pangkal rumpun bambu, pangkal tanaman perdu, tebing
tanah, tebing sungai, dll)
4) Penangkapan nyamuk bisa menggunakan aspirator dan jaring serangga.
Aspirator digunakan untuk menangkap nyamuk istirahat pada tempat yang terjangkau
Jaring serangga digunakan untuk menangkap nyamuk istirahat pada semak.
Penggunakan jaring serangga juga dapat mempermudah dalam penangkapan nyamuk
didalam rumah terutama genus Aedes.
5) Nyamuk tertangkap dimasukkan ke dalam gelas kertas yang berlabel metode dan lokasi
penangkapan.
6) Hasil penangkapan dicatat pada form N-03. Pastikan stiker kode lingkungan yang ditempel
pada form N-03 sesuai dengan form N-01 pada lingkungan tersebut.
85
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Gambar 72. Penangkapan nyamuk pagi hari di dalam dan luar rumah
86
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Kualitas dan kuantitas sampel nyamuk dan jentik yang telah dikumpulkan dari lapangan
memerlukan penanganan yang baik, mulai dari pengambilan sampel di lapangan, penanganan
sampel, proses pengiriman sampai dilakukan analisis lebih lanjut di laboratorium sesuai dengan jenis
dan tujuan pengambilan sampel.
1. Jentik
Jentik hasil koleksi dipelihara menjadi nyamuk.
Jentik genus Aedes yang menjadi nyamuk diproses untuk pemeriksaan Dengue dan
Chikungunya, jentik genus Aedes hasil koleksi di pemukiman yang tidak menjadi nyamuk
di preparasi menggunakan RNA later.
Jentik genus non Aedes yang tidak menjadi nyamuk hingga hari keempat pengumpulan
data setiap ekosistem, diawetkan sebagai spesimen jentik.
2. Nyamuk
Nyamuk hasil koleksi di lapangan dipisahkan menurut spesies dan metode koleksi (per
ekosistem).
Pembagian sampel nyamuk tertangkap, sebanyak 80% untuk deteksi patogen dan 20%
diawetkan sebagai spesimen nyamuk.
Apabila jumlah nyamuk tertangkap per spesies dari seluruh metode koleksi dalam
12 jam jumlahnya 10 ekor atau kurang, maka dapat digabung, kemudian diproporsi 80%
untuk deteksi patogen dan 20% diawetkan sebagai spesimen nyamuk
Jika total jumlah nyamuk tertangkap (per spesies dari seluruh metode koleksi) :
a. Kurang dari 3 nyamuk, maka seluruhnya dibuat spesimen awetan nyamuk.
b. Tiga nyamuk, maka 2 nyamuk dibuat spesimen awetan dan 1 nyamuk dipreparasi untuk
pemeriksaan patogen
c. Empat nyamuk, maka 2 nyamuk dibuat spesimen awetan dan 2 nyamuk dipreparasi
untuk pemeriksaan patogen
d. Lima nyamuk atau lebih, diproporsi 80% untuk deteksi patogen dan 20% diawetkan
sebagai spesimen nyamuk
Jika hasil koleksi nyamuk dalam satu spesies per metode penangkapan lebih dari 100
nyamuk, maka maksimal spesimen awetan sebanyak 25 ekor.
87
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
b. Prinsip
Jentik pemeliharaan hingga hari ke-4 yang tidak menjadi nyamuk diawetkan dengan
menggunakan alkohol gliserol
d. Cara kerja
1) Alkohol dicampur gliserol dengan perbandingan 95 bagian alkohol 70% dan
5 bagian gliserol 10%.
2) Jentik dimatikan menggunakan air panas ± 60˚C.
3) Jentik dipindahkan kedalam cawan petri berisi alkohol 70%, didiamkan selama 1 jam.
Selanjutnya jentik dipindahkan ke dalam tempat penyimpanan jentik yang berisi
larutan alkohol 70% yang baru dan dan disimpan selama 24 jam.
4) Setelah 24 jam, spesimen dipindahkan ke dalam campuran alkohol-gliserol.
5) Alkohol-gliserol ditambahkan ke dalam botol hingga penuh.
6) Botol ditutup rapat.
7) Stiker kode habitat spesifik ditempelkan pada botol, sedangkan nomor urut sampel
ditulis dengan spidol permanen.
8) Sampel disimpan ditempat aman dalam suhu ruang.
88
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
2. Prosedur Preparasi Sampel jentik Aedes sp. dengan RNA later untuk
Pemeriksaan Dengue dan Chikungunya
a. Tujuan
1) Tujuan Umum : Menyiapkan spesimen jentik di lapangan untuk uji virus dengue dan
chikungunya
2) Tujuan Khusus :
a) Tim pengumpul data mampu mengelola spesimen jentik dilapangan untuk uji virus
dengue dan chikungunya.
b) Tim pengumpul data dapat mengelola sampel nyamuk untuk uji virus RNA terjaga
hingga sampai ke laboratorium B2P2VRP Salatiga
b. Prinsip
Jentik hasil survei di pemukiman yang tidak menjadi nyamuk di pemeliharaan hari ke-4 di
simpan di RNA later untuk uji virus dengue dan chikungunya di laboratorium
89
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
d. Cara kerja
1) Jentik genus Aedes yang telah diidentifikasi spesiesnya per habitat spesifik
dimasukkan kedalam tube 1,5ml.
2) Sampel ditambahkan RNA later stabilized reagen 500µl. masing-masing vial
maksimal 50 jentik.
3) Dipastikan kepala thoraks jentik terendam sempurna. Jika dalam 500µl RNA later
jentik belum terendam sempurna, maka ditambahkan setengah bagian reagen
(250ul) ke dalam tube 1,5ml hingga semua sampel terendam.
4) Nomor urut/kode sampel dituliskan di tutup tube 1,5ml, kode lingkungan ditulis di
bagian badan tube 1,5ml
5) Identitas mengenai tipe sampel, kode sampel, genus dan jumlah pooling (jumlah
individu jentik dalam satu vial) dan keterangan tambahan (jika ada) dituliskan di form
N-07.
6) Tube sampel 1,5ml di masukan ke dalam cryobox.
7) Stiker kode lingkungan di tempelkan di atas dan samping boks sampel serta form
N-07.
8) Sampel dalam cryobox disimpan di suhu 4ºC hingga diambil/dikirim ke laboratorium
B2P2VRP Salatiga.
B. Sampel Nyamuk
b. Prinsip :
Spesimen nyamuk yang telah diidentifikasi dibuat awetan kering dengan di tempelkan
pada paper point pada jarum serangga nomor 3 dengan menggunakan cat kuku.
Spesimen diberi identitas spesies, lokasi penangkapan, tanggal penangkapan dan
metode penangkapan yang ditulis pada kertas label.
90
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
d. Cara kerja
1) Paper point dibuat dengan menggunakan punch point.
2) Jarum serangga no 3 ditusukkan pada sisi paper point yang lebar.
3) Proses penusukan jarum pada paper point dilakukan dengan menggunakan pinning
block.
4) Potongan kapas dibasahi dengan etil asetat.
5) Kapas diletakkan di atas kasa penutup gelas kertas untuk mematikan nyamuk.
6) Nyamuk dipindahkan di dalam cawan petri berisi kapas etil asetat, dan diatur supaya
posisi nyamuk tidak saling bertumpukan. Cawan petri ditutup, nyamuk didiamkan
hingga kaki-kakinya menjulur lurus.
7) Posisi nyamuk yang akan dibuat spesimen diatur agar kepala berada di sebelah
kanan.
8) Bagian ujung runcing paper point dicelup ambroid/kuteks bening kemudian
dilekatkan pada bagian lateral (samping) thoraks nyamuk.
91
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
b. Prinsip :
RNA later adalah cairan yang menembus jaringan untuk menstabilkan dan menjaga
RNA. Nyamuk yang akan diuji agent penyakit dengan target virus RNA dimasukan
kedalam RNA later. Sampel uji RNA akan stabil selama 7 hari pada suhu ruang, 1 bulan
pada suhu 4ºCdan dalam waktu yang lebih lama pada suhu -20ºC hingga -80ºC.
92
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
d. Cara kerja
1) Nyamuk yang sudah diidentifikasi dan diduga sebagai vektor DBD dan chikungunya
dipisahkan dari spesies yang lain.
2) Nyamuk dipotong pada persambungan thoraks dan abdomen.
3) Sampel kepala thorax nyamuk yang telah diidentifikasi dimasukkan ke dalam vial 1,5
ml dan ditambahkan RNA later stabilized reagen 500µl. Satu vial diisi maksimum
25 ekor nyamuk dengan spesies, metode, tanggal, jam dan lokasi penangkapan
yang sama.
93
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
4) Dipastikan kepala thoraks nyamuk terendam sempurna. Jika 500ul RNA later belum
merendam sempurna, maka ditambahkan setengah bagian reagen (250ul) ke dalam
tube 1,5ml hingga semua sampel terendam.
5) Nomor urut/kode sampel dituliskan di tutup tube 1,5ml, kode lingkungan ditulis di
bagian badan tube 1,5ml.
6) Identitas mengenai tipe sampel, kode sampel, genus, spesies, metode penangkapan
jumlah pooling (jumlah individu nyamuk dalam satu vial) dan keterangan tambahan
(jika ada) dituliskan di form N-05.
7) Tube sampel 1,5ml di masukan ke dalam boks sampel.
8) Stiker kode lingkungan di tempelkan di atas dan samping box sampel serta form N-
07.
9) Sampel dalam box disimpan di suhu 4ºC hingga diambil/dikirim ke laboratorium
B2P2VRP Salatiga.
a. Tujuan :
1) Tujuan Umum:
Memahami cara menyiapkan spesimen RNA virus untuk dilakukan uji patogen di
laboratorium.
2) Tujuan Khusus :
a) Tim pengumpul data memahami cara pengelolaan sampel di lapangan untuk uji
virus RNA.
b) Tim pengumpul data dapat menentukan spesies nyamuk yang akan di preparasi
untuk pemeriksaan virus japanese enchepalitis pada nyamuk
c) Tim pengumpul data dapat mengelola sampel nyamuk untuk uji virus RNA
terjaga hingga sampai ke laboratorium B2P2VRP Salatiga
b. Prinsip :
RNA later adalah cairan yang menembus jaringan untuk menstabilkan dan menjaga
RNA. Nyamuk yang akan diuji agent penyakit dengan target virus RNA dimasukan
kedalam RNA later. Sampel uji RNA akan stabil selama 7 hari pada suhu ruang, 1 bulan
pada suhu 4ºC dan dalam waktu yang lebih lama pada suhu -20ºC hingga -80ºC.
94
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
d. Cara kerja
1) Nyamuk yang sudah diidentifikasi dan diduga sebagai vektor Japanese enchepalitis
dipisahkan dari spesies yang lain.
2) Nyamuk dipotong pada persambungan thoraks dan abdomen.
3) Sampel kepala thorax nyamuk yang telah diidentifikasi dimasukkan ke dalam vial 1,5
ml dan ditambahkan RNA later stabilized reagen 500µl. Satu vial diisi maksimum
25 ekor nyamuk dengan spesies, metode, tanggal, jam dan lokasi penangkapan
yang sama.
4) Dipastikan kepala thorax nyamuk terendam sempurna. Jika dalam 500ul RNA
laternyamuk belum terendam sempurna, maka ditambahkan setengah bagian
reagen (250ul) ke dalam tube 1,5ml hingga semua sampel terendam.
5) Nomor urut/kode sampel dituliskan di tutup tube 1,5ml, kode lingkungan ditulis di
bagian badan tube 1,5ml
6) Identitas mengenai tipe sampel, kode sampel, genus, spesies, metode penangkapan
jumlah pooling (jumlah individu nyamuk dalam satu vial) dan keterangan tambahan
(jika ada) dituliskan di form N-05.
7) Tube sampel 1,5ml di masukan ke dalam boks sampel.
8) Stiker kode lingkungan di tempelkan di atas dan samping boks sampel serta form N-
05.
95
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
a. Tujuan
1) Tujuan Umum : menyiapkan spesimen untuk penentuan vektor malaria dengan
metode PCR (polimerase chain reaction).
2) Tujuan Khusus
1) Tim pengumpul data memahami cara pengelolaan spesimen di lapangan untuk
penentuan vektor malaria dengan metode PCR
2) Tim pengumpul data dapat menentukan spesies nyamuk yang akan di preparasi
untuk pemeriksaan sporozoit pada nyamuk.
b. Prinsip :
Sampel nyamuk diduga vektor malaria, dipotong kepala-thoraks dari abdomennya. Kepala-
thoraksdimasukan ke dalam vial 1,5ml dan kemudian disimpan dengan silica gel untuk
dikirim ke laboratorium.
96
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
d. Cara Kerja
1) Nyamuk yang sudah diidentifikasi dan diduga sebagai vektor malaria dipisahkan dari
spesies yang lain.
2) Nyamuk dipotong pada persambungan thoraks dan abdomen.
3) Potongan kepala dan toraks disimpan di dalam vial 1,5 ml. Satu buah vial diisi
maksimum 25 ekor nyamuk dengan spesies, metode, tanggal, jam dan lokasi
penangkapan yang sama.
4) Potongan abdomen dibuang.
5) Vial ditutup dengan rapat dan dilubangi tutupnya.
6) Identitas mengenai nomor urut/ kode sampel, metode, jam dan lokasi penangkapan
ditulis pada dinding vial dengan spidol permanen.
7) Identitas mengenai tipe sampel, kode sampel, genus, spesies, jumlah pooling (jumlah
individu nyamuk dalam satu vial dan keterangan tambahan (jika ada) dituliskan di
form N-05.
8) Vial disimpan didalam box sampel yang diisi silica gel.
9) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada box sampel dan form N-05.
a. Tujuan:
1) Tujuan Umum : menyiapkan spesimen untuk penentuan vektor filaria dengan metode
PCR (polimerase chain reaction).
2) Tujuan Khusus
a) Tim pengumpul data memahami cara pengelolaan spesimen di lapangan untuk
penentuan vektor filaria dengan metode PCR
b) Tim pengumpul data dapat menentukan spesies nyamuk yang akan di preparasi
untuk pemeriksaan filaria pada nyamuk.
b. Prinsip :
Sampel nyamuk diduga vektor filaria, dipotong kepala-thoraks dari abdomennya. Kepala-
thorax dimasukan ke dalam vial 1,5ml dan kemudian disimpan dengan silica gel untuk
dikirim ke laboratorium.
97
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
4) Jarum section
5) Pisau bedah
6) Vial 1,5 ml
7) Silica gel
8) Plastik klip
9) Spidol permanen
10) Isolasi
11) Pinset
12) Form N-05
13) Stiker kode lingkungan
d. Cara Kerja
1) Nyamuk yang sudah diidentifikasi dan diduga sebagai vektor malaria dipisahkan dari
spesies yang lain.
2) Nyamuk dipotong pada persambungan thoraks dan abdomen.
3) Potongan kepala dan thoraks disimpan di dalam vial 1,5 ml. Satu buah vial diisi
maksimum 25 ekor nyamuk dengan spesies, metode, tanggal, jam dan lokasi
penangkapan yang sama.
4) Potongan abdomen dibuang.
5) Vial ditutup dengan rapat dan dilubangi tutupnya.
6) Identitas mengenai nomor urut/ kode sampel, metode, jam dan lokasi penangkapan
ditulis pada dinding vial dengan spidol permanen.
7) Identitas mengenai tipe sampel, kode sampel, genus, spesies, jumlah pooling (jumlah
individu nyamuk dalam satu vial dan keterangan tambahan (jika ada) dituliskan di
form N-05.
8) Vial disimpan didalam boks sampel yang diisi silica gel.
9) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada box sampel dan form N-07.
98
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
b. Prinsip : Spesimen nyamuk yang blood fed dan half gravid di keluarkan darahnya di kertas
saring. Kertas saring dikeringkan dan kemudian di simpan dalam silica gel.
d. Cara kerja
1) Nyamuk hasil penangkapan pagi hari diidentifikasi spesies dan kondisi perutnya.
2) Nyamuk dengan kondisi perut fed dan half gravid (masih mengandung darah)
dipisahkan abdomennya. Kepala dan thoraks nyamuk Anopheles sp. disimpan
didalam vial untuk uji PCR sporozoit.
3) Kertas saring Whatman dilipat menjadi 16 bagian,
99
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
100
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
JENTIK DIHITUNG, DICATAT DAN DIPELIHARA JENTIK DIHITUNG, DICATAT DAN DIPELIHARA
Simpan didalam
insect box (sesuai Bagan 3. Alur Sampel Jentik
prosedur penanganan
specimen)
101
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
PENANGKAPAN NYAMUK
Identifikasi Identifikasi
Jumlah per spesies Jumlah per spesies Perut Tidak Ada Ada Darah Dalam
<10 >10 Darah Perut
Abdomen dipreparasi
Buat spesimen Jumlah per spesies Jumlah per spesies
sesuai dengan
sesuai pedoman 20% 80% <10 >10
prosedur
penanganan sampel
pakan darah
Buat spesimen
Simpan didalam Buat spesimen Di preparasi sesuai sesuai pedoman 20% 80%
insect box (sesuai sesuai pedoman dengan prosedur
prosedur penanganan penanganan sampel Kepala thorax
spesimen) deteksi agen dipreparasi sesuai
penyakit dengan prosedur
Simpan didalam Simpan didalam Buat spesimen Di preparasi sesuai penanganan sampel
insect box (sesuai sesuai pedoman dengan prosedur deteksi agen
insect box (sesuai
prosedur penanganan penanganan sampel penyakit
prosedur penanganan
spesimen) deteksi agen
spesimen)
penyakit
Simpan didalam
insect box (sesuai
Bagan 4. Alur Sampel Nyamuk prosedur penanganan
spesimen)
102
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Sampel Rikhus vektora terdiri dari sampel kering dan sampel cold chain. Sampel kering
meliputi kepala thorak nyamuk untuk deteksi malaria dan darah nyamuk untuk pemeriksaan pakan
darah. Sampel rantai dingin (cold chain) meliputi jentik dan nyamuk untuk deteksi chikungunya, DBD
dan JE serta sampel nyamuk untuk deteksi filaria. Pada proses pengumpulan data juga dibuat awetan
jentik. Sampel cold chain dan spesimen nyamuk akan dibawa oleh petugas B2P2VRP sedangkan
sampel jentik dan sampel kering dapat dikirim melalui jasa pengiriman.
2. Prinsip :
Spesimen jentik dalam alkohol gliserol dikemas bersama dengan kelengkapan formulir
menggunakan kardus sterofoam. Kardus sterofoam ditahan dengan menggunakan
kertas/sterofoam untuk menahan dari goncangan pada saat pengiriman.
4. Cara Kerja
a. Stiker, Nomor Kode Sampel, Kelengkapan Form diperiksa sebelum semua sampel
dikemas. Perlu dipastikan bahwa setiap spesimen telah lengkap dan diberi label dengan
benar dan telah dicocokan dengan formulir.
103
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
b. Pastikan bahwa vial berisi sampel telah ditempel dengan stiker kode habitat spesifik dan
ditulis nomor urut kemudian disegel dengan selotip.
c. Sampel jentik dalam satu ekosistem dimasukan ke dalam kardus styrofoam.
d. Sampel dijaga dari goncangan dengan diberi penahan pada bagian atas kardus
Styrofoam menggunakan kertas/sterofoam.
e. Form N-06 dimasukan ke dalam plastik klip dan dimasukan ke dalam kardus Styrofoam.
f. Kardus styrofoam dituliskan tipe spesimen (tipe spesimen jentik ditulis “jentik”) dan
ditempel stiker kode Ekosistem.
g. Kardus styrofoam disegel dengan lakban dan dituliskan alamat (B2P2VRP Salatiga,
Jl.hasanudin 123, Salatiga.Jawa Tengah) sebagai penerima.
h. Nama dan alamat pengirim sampel dituliskan di sisi kardus sebaliknya.
i. Tim dan personel penanggung jawab pengiriman sampel (PJO Kab) yang mengambil
sampel mengisi berita acara serah terima sampel.
j. Proses pengiriman dilakukan oleh PJO Kab, melalui agen ekspedisi dengan membawa
surat keterangan dari pusat apabila diperlukan
k. Pengiriman sampel via ekspedisi ke B2P2VRP Salatiga, dilakukan setiap 2 minggu sekali.
104
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
2. Prinsip :
Spesimen kepala thoraks dalam masing-masing boks 96 well dikemas bersama dengan
kelengkapan formulir menggunakan kardus sterofoam. Paket spesimen kemudian di
serahkan kepada PJO untuk di kirim ke laboratorium B2P2VRP Salatiga.
4. Cara Kerja
a. Stiker, Kode Sampel, Kelengkapan form N-04 dan N-07 diperiksa sebelum semua sampel
dikemas. Perlu dipastikan bahwa setiap spesimen telah lengkap, dilabeli dengan benar
dan telah dicocokkan dengan formulir.
b. Sampel dikelompokan sesuai titik penangkapan dan jenis sampel
c. Sampel untuk deteksi malaria dan filaria masing-masing sudah dimasukan ke dalam box
sampel yang telah diberi silica gel dan ditempel stiker kode lingkungan dan di tuliskan
jenis sampel nya (kepala thorax nyamuk malaria/kepala thorax nyamuk filaria).
105
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
d. Sampel untuk deteksi Pakan Darah sudah dimasukan ke dalam plastik klip dan telah
diberi silica gel dan ditempeli stiker kode lingkungan dan dituliskan jenis sampelnya.
e. Masing-masing formulir N-04 dan N-05 dimasukan ke dalam plastik klip dan dimasukan
ke dalam kardus sterofoam.
f. Kardus styrofoam dituliskan jenis sampel (kepala thorax untuk pemeriksaan DNA malaria
dan filaria, Sediaan darah abdomen) dan ditempel stiker kode Ekosistem.
g. Kardus styrofoam disegel dengan lakban dan tempelkan stiker penerima.
h. Tempelkan dan isi stiker pengirim dengan mencantumkan jenis sampel.
i. Tim dan personel penanggung jawab pengiriman sampel (PJO Kabupaten/Kota) yang
mengambil sampel mengisi berita acara serah terima sampel.
j. Proses pengiriman dilakukan oleh PJO Kabupaten/Kota, melalui agen ekspedisi dengan
membawa surat keterangan dari pusat apabila diperlukan.
k. Pengiriman sampel via ekspedisi ke B2P2VRP Salatiga, dilakukan maksimal setiap 2
minggu sekali.
106
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
C. Prosedur pengepakan dan pengiriman sampel jentik dan nyamuk dalam RNA later
untuk uji virus.
1. Tujuan :
a. Tujuan umum :
Pengemasan spesimen jentik dan nyamuk dalam RNA later untuk dikirim ke laboratorium
B2P2VRP Salatiga.
b. Tujuan Khusus :
1) Tim Pengumpul data dapat melakukan pengemasan jentik dan nyamuk di lapangan
untuk uji virus dengue, JE dan chikungunya
2) Tim pengumpul data mengetahui alur pengiriman spesimen hingga ke laboratorium
B2P2VRP Salatiga
2. Prinsip :
Jentik dan nyamuk di simpan dalam RNA later dan disimpan pada suhu dingin agar virus
dalam tubuh nyamuk dan jentik tidak mati. Pemeriksaan sampel dilakukan di laboratorium
B2P2VRP Salatiga.
4. Cara kerja
a. Stiker, Kode sampel, kelengkapan form N-05 diperiksa sebelum semua sampel
dikemas.
b. Pada kardus sterofoam dipasang ice pack pada 4 sisi samping dan satu sisi bawah.
107
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
c. Sampel kepala-thoraks nyamuk dan jentik dalam RNA later untuk pemeriksaan
dengue/chikungunya dan japanese enchepalitis, masing-masing telah dimasukan ke
dalam boks sampel dan sudah di tuliskan jenis sampel dan ditempeli kode ekosistem.
d. Masing-masing box sampel diletakan di antara gel pack.
e. Bagian atas sampel di tutup kembali dengan gel pack.
f. Form N-05 di masukan ke dalam plastik klip dan di letakan di atas gel packed.
g. Kardus styrofoam dituliskan jenis spesimen ( sampel RNA later) dan ditempel stiker
kode Ekosistem
h. Kardus styrofoam disegel dengan lakban dan dituliskan nama dan alamat yang dituju
(B2P2VRP Salatiga,Jl.hasanudin 123, Salatiga, Jawa Tengah) sebagai penerima.
i. Paket diserahkan kepada PJO untuk disimpan sementara di lemari pendingin sebelum
diambil oleh tim teknis pusat (B2P2VRP).
108
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
109
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Hasil pengumpulan data vektor dilaporkan melalui pengisian formulir berkode J (jentik) dan N
(nyamuk). Formulir untuk mencatat hasil penangkapan jentik terdiri dari 5 macam: J-01, J-02, J-03,
J-04 dan J-05. Formulir untuk penangkapan nyamuk terdiri dari 3 macam: N-01, N-02 dan N-03.
Selain form jentik dan nyamuk terdapat form rekapitulasi sediaan darah perut nyamuk untuk uji
sumber pakan darah (form N-04) ,deteksi agen penyakit (form N-05) ,form rekapitulasi pemeliharaan
jentik (form N-06),form rekapitulasi penangkapan dengan light trap (N-07), checklist pekerjaan (CN-
01) dan checklist alat bahan (CN-02). Pengisian formulir dilakukan sesuai dengan prosedur koleksi
yang dilakukan.
A. Tujuan :
1. Tujuan Umum :
Mengisi formulir pengumpulan data dengan baik dan benar
2. Tujuan Khusus :
a. Tim pengumpul data dapat memahami formulir yang digunakan pada setiap jenis
survei.
b. Tim pengumpul data dapat memahami alur penggunaan formulir survei jentik
c. Tim pengumpul data dapat memahami alur penggunaan formulir survei nyamuk
d. Tim pengumpul data dapat memahami penggunaan formulir rekapitulasi deteksi agen
penyakit, rekapitulasi pemeliharaan jentik dan rekapitulasi penangkapan dengan light
trap.
e. Tim pengumpul data dapat memahami penggunaan formulir checklist pekerjaan dan
checklist alat dan bahan.
B. Prinsip Kerja
Penggunaan form berfungsi agar data dapat terekap dengan benar dan kegiatan
pengumpulan data sesuai dengan SOP. Pengisian formulir dilakukan setiap melakukan survei.
Setiap formulir memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya tergantung dari jenis survei
yang dilakukan. Banyaknnya formulir yang digunakan tergantung dari jenis survei dan jumlah
habitat spesifik yang ditemukan di lokasi pengumpulan data.
110
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
111
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Adalah pertemuan antara laut dan daratan, diukur pada saat pasang tertinggi &
surut terendah dimana aktifitas biotik dan abiotik di darat dan laut masih saling
mempengaruhi.
2) Ekosistem Non Hutan
Adalah ekosistem yang sudah pernah ditanami secara intensif oleh manusia, bisa
berupa perkebunan, pekarangan rumah, sawah, ladang, belukar dan kebun
monokultur.
3) Ekosistem Hutan
Adalah hutan dan seluruh komponen biotik dan abiotik yang belum pernah ditanami
secara intensif oleh manusia atau yang sedang mengalami fase pertumbuhan dari
keadaan tapak gundul karena alam ataupun antropogen sampai klimaks kembali.
4) Dekat dengan Pemukiman
Lokasi survei berada di sekitar pemukiman, dengan jarak ≤ 5 km dari jenis
ekosistem pantai, non-hutan, hutan.
5) Jauh dari Pemukiman
Lokasi survei berada jauh dari pemukiman, dengan jarak ± 5 km dari jenis ekosistem
pantai, non-hutan, hutan.
3. Blok III.Lingkungan
1. Lingkungan
Diisi dengan kode (1 digit), apabila “ya” tulis kode “1” dan apabila “tidak” tulis kode “2”
pada nama lingkungan (poin 1 s.d 24), sesuai dengan nama lingkungan yang disurvei.
1) Hutan Primer
merupakan hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering yang dapat
berupa hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan, atau hutan tropis dataran
tinggi yang masih kompak dan belum mengalami intervensi manusia atau belum
menampakkan bekas penerbangan.
2) Hutan Sekunder
112
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
merupakan hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering yang dapat
berupa hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan, atau hutan tropis dataran
tinggi yang telah mengalami intervensi manusia atau telah menampakkan bekas
penebangan (kenampakan alur dan bekas tebang).
3) Hutan Homogen
merupakan hutan yang ditumbuhi satu jenis tanaman. Misalnya pinus, jati dll.Tulis
jenis vegetasi yang paling dominan pada titik-titik yang tersedia.
4) Hutan Mangrove
adalah sebutan untuk komunitas tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut
pantai, tidak terpengaruh oleh iklim, tanah tergenang air laut, tanah berlumpur atau
liat, tidak memiliki strata tajuk, pohon-pohon dapat mencapai tinggi 30 m.
5) Hutan Pantai
merupakan hutan yang terletak di tepi pantai, tumbuh pada tanah kering berpasir dan
berbatu dan tidak terpengaruh oleh iklim serta berada di atas garis pasang tertinggi.
6) Lagun/goba
merupakan genangan berisi air payau yang terpisah dari air laut oleh penghalang
berupa pasir. Genangan berasal dari luapan air laut yang terjebak oleh pasir. Laguna
terus mengalami penurunan kadar garam akibat air hujan.
7) Rawa air payau
merupakan dataran tergenang berisi campuran air tawar dan asin. Rawa ini biasanya
terdapat di sekitar muara sungai yang mendapat pengaruh pasang surut air laut.
8) Pertambangan
merupakan kolam atau kubangan yang terjadi akibat aktivitas pertambangan.
9) Semak belukar
merupakan lahan tidak terurus yang ditumbuhi tanaman perdu, kayu-kayuan kecil
dan rendah.
10) Rumpun bambu
Merupakan tanaman bambu.
11) Padang rumput
Merupakan tanah luas yang didominasi oleh rumput.
12) Ladang
merupakan lahan yang diusahakan dan ditanami tanpa diairi.
13) Sawah
merupakan lahan yang digarap dan ditanami padi.
14) Perkebunan salak
merupakan lahan yang ditanami salak tanpa pergantian tanaman selama 2 tahun.
15) Perkebunan nanas
113
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
merupakan lahan yang ditanami nanas tanpa pergantian tanaman selama 2 tahun.
16) Perkebunan kelapa
merupakan lahan yang ditanami kelapa tanpa pergantian tanaman selama 2 tahun.
17) Perkebunan kopi
merupakan lahan yang ditanami kopi tanpa pergantian tanaman selama 2 tahun.
18) Perkebunan coklat
merupakan lahan yang ditanami coklat tanpa pergantian tanaman selama 2 tahun.
19) Perkebunan tebu
merupakan lahan yang ditanami tebu tanpa pergantian tanaman selama 2 tahun.
20) Perkebunan sawit
merupakan lahan yang ditanami sawit tanpa pergantian tanaman selama 2 tahun.
21) Perkebunan karet
merupakan lahan yang ditanami karet tanpa pergantian tanaman selama 2 tahun.
22) Kebun talas
Merupakan lahan yang ditanami talas tanpa pergantian tanaman selama 2 tahun.
23) Peternakan
Merupakan lahan yang digunakan untuk memelihara dan membudidayakan hewan
ternak.
24) Lainnya, sebutkan 1 yang dominan...
Merupakan jenis lingkungan yang tidak tercantum pada poin 1 s.d 23, dan tulis pada
titik-titik jenis lingkungan yang paling dominan.
2. Jumlah Lingkungan
Isi jumlah lingkungan yang disurvei dengan cara menjumlahkan jawaban dengan kode “1”
(ya) pada pertanyaan 1. Lingkungan, poin 1 s.d 24.Tulis jumlah lingkungannya (2 digit).
114
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
115
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
1) Tambak
adalah kolam buatan, biasanya di daerah pantai, yang diisi air dan dimanfaatkan
sebagai sarana budidaya perairan. Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air
terutama ikan, udang serta kerang
2) Rawa air tawar
Lahan genangan air secara alamiah yang terjadi secara terus menerus atau musiman
akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri ciri khusus secara fisika, kimia
dan biologis.
116
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
117
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
118
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
119
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
5. Koordinat
a. Isi koordinat berdasarkan hasil pengukuran yang tertera pada alat GPS.
Isi dengan kode (1 digit) apabila bujur timur tulis kode “1”
b. Titik koordinat GPS
Isi dengan angka derajad (3 digit), menit (2 digit), detik (satu desimal dibelakang
koma) – 2 digit, 1 digit.
Isi dengan kode (1 digit) apabila lintang utara tulis kode “1”, lintang selatan tulis
kode “2”.
c. Titik Koordinat GPS
Isi dengan angka derajad (3 digit), menit (2 digit), detik (satu desimal dibelakang
koma) – 2 digit, 1 digit.
6. pH air
Isi pH air pada habitat spesifik berdasarkan hasil pengukuran yang tertera pada alat
pH meter (2 digit). angka desimal dilakukan pembulatan, apabila desimal ≥ 5 maka
dibulatkan keatas sedangkan < 5, maka pembulatan kebawah.
7. Salinitas
Isi salinitas air pada habitat spesifik berdasarkan pengukuran yang tertera pada alat
salinometer, dengan satuan ‰.
8. Suhu air
Isi suhu air berdasarkan pengukuran yang tertera pada alat thermometer air, satuan
°C.
9. Intensitas cahaya
Isi intensitas cahaya berdasarkan pengukuran yang tertera pada alat lux meter,
satuan Lux.
10. Ketinggian habitat dari tanah
Isi ketinggian habitat dari tanah dengan kode (1 digit), apabila ≤ 1 m isi dengan kode
“1”, >1 - <2 mkode “2” dan > 2m kode “3”
11. Keberadaan air
Tulis sifat keberadaan air pada habitat spesifik dengan kode, apabila :
● Tetap
Sifat air pada habitat spesifik tersebut konstan, terus menerus ada. Contoh air
pada mata air, sumber-sumber air lain. Tulis dengan kode “1”
● Sementara
Sifat air pada habitat spesifik tersebut hanya sementara saja, yang bisa menguap
habis akibat terpapar sinar matahari.Contoh air rembesan, air pada daun jatuh,
tapak kaki binatang/roda, perahu, cekungan batu. Tulis dengan kode “2”
120
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
121
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
122
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
123
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
15. Jentik
Keberadaan jentik pada TPA, apabila ada isi kode “1”, tidak ada “2”
16. Pupa
Keberadaan pupa pada TPA, apabila ada isi kode “1”, tidak ada “2”
17. Spesies
Diisi genus jentik yang teramati di kontainer positif. Diisi kode “1” jika kontainer berisi jentik
Aedes spp, “2” jika berisi jentik non Aedes spp dan “3” jika kontainer berisi jentik Aedes
spp dan non Aedes spp.
124
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
125
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
b. Apabila penangkapan nyamuk dilakukan pada malam hari, maka proses survei
selanjutnya menggunakan lampiran form N-02.
c. Apabila penangkapan nyamuk dilakukan pada pagi hari, maka proses survei selanjutnya
menggunakan lampiran form N-03
4. Blok IV. Catatan Pengumpul Data
Diisi dengan deskripsi keterangan tambahan terkait hal-hal penting di lokasi pengumpulan
data, termasuk informasi cuaca: cerah, mendung, kabut, atau hujan
5. Blok V. Keterangan Pengumpulan Data
Diisi dengan keterangan petugas pengumpul data di lapangan
a. Nama pengumpul data : diisi oleh petugas pengumpul data yang mengisi form
b. Tanggal pengumpulan data : diisi tanggal dimulai pengumpulan data pada satu lokasi
survei
c. Tanggal akhir pengumpulan data : diisi tanggal selesai pengumpulan data pada satu lokasi
survei
d. Tanda tangan pengumpul data : diisi tanda tangan petugas pengumpul data yang mengisi
form
e. Nama ketua tim : diisi nama ketua tim pengumpul data
f. Tanggal pengecekan : diisi tanggal pada saat ketua tim melakukan verifikasi form
g. Tanda tangan ketua tim : diisi tanda tangan ketua tim setelah melakukan verifikasi form
yang menandakan bahwa ketua tim menyetujui isian form oleh petugas pengumpul data
yang mengisi form
126
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
127
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
1. Mengisikan kode Provinsi (2 digit) – Kab/ kota (2 digit) – Tipe Ekosistem (1 digit) – No.
Urut Lingkungan (2 digit) sesuai dengan kode yang sudah ada
2. Mengisikan nama kecamatan lokasi survei pada kolom kecamatan
3. Mengisikan nama desa/ kelurahan lokasi survei pada kolom desa/ kelurahan
4. Mengisikan tanggal – bulan – tahun saat dilakukan survei pada kolom tanggal puldat
5. Menempelkan stiker kode lingkungan pada kolom yang tersedia
6. Puldat hari ke: diisi (1) saat penangkapan nyamuk malam pertama, diisi (2) saat
penangkapan nyamuk ke-2 di setiap ekosistemnya
7. Mengisikan data sesuai dengan jenis penangkapan yang dilakukan :
a. Dalam rumah atau
b. Luar rumah
8. Pada pilihan dalam rumah, diisikan informasi-informasi sebagai berikut :
a. Mengisikan jumlah orang yang melakukan penangkapan pada kolom jumlah
penangkap
b. Mengisikan jumlah rumah yang dijadikan lokasi penangkapan pada kolom jumlah
rumah yang diperiksa
c. Mengisikan lama waktu penangkapan/ rumah/ orang (dalam menit)
9. Pada pilihan luar rumah, diisikan informasi mengenai Jumlah penangkap
10. Mengisikan keterangan pengumpul data yang meliputi :
a. Nama pengumpul data : diisi nama orang yang melakukan penangkapan
b. Nama ketua tim : diisi nama ketua tim
c. Tanda tangan pengumpul data : pengumpul data membubuhkan tanda tangan
pada kolom ini
128
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
d. Tanda tangan ketua tim : ketua tim membubuhkan tanda tangan pada kolom ini
11. Mengisikan spesies nyamuk hasil tangkapan sesuai dengan hasil identifikasi sesuai
dengan jenis penangkapannya dalam rumah atau luar rumah. diisi spesies nyamuk
yang tertangkap. Nama spesies nyamuk yang tertangkap dituliskan lengkap dan tidak
boleh disingkat. Apabila baru diketahui genusnya, maka ditulis Genus sp., sedangkan
bagi yang belum teridentifikasi ditulis unidentified.
12. Menghitung jumlah per spesies nyamuk hasil tangkapan sesuai dengan kriteria kondisi
perutnya : Unfed (UF), Fed (F), Half-gravid (HG) dan Gravid(G) .
13. Total : jumlah total nyamuk spesies tertentu yang tertangkap dari penangkapan di
dalam dan di luar rumah
129
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
15. Ketua tim : diisi nama dan tanda tangan ketua tim sebagai verifikasi dan menyatakan
bahwa form dan sampel yang ada sesuai
Stiker lingkungan nyamuk : di tempel stiker dimana dilakukan penangkapan nyamuk (form N-
01) kecuali khusus untuk survei DBD maka stiker yang ditempelkan adalah stiker kode
ekosistem jentik (form J-05)
1. Tipe sampel: diisi nomor tipe sampel yang akan diuji. Misal : nyamuk yang di rekapitulasi
adalah kepala toraks nyamuk Anopheles maculatus untuk diuji vektor malaria, maka diisi
nomor 3 yaitu ”kepala thorax malaria”
2. Nomor: diisi nomor urut sampel
3. Kode sampel: diisi tiga urut kode sampel. Kode ini diurutkan pada satu ekosistem dalam
satu titik. Misal: pada ekosistem non hutan dekat pemukiman didapatkan 50 pooling
nyamuk Anopheles sp., maka kode sampel adalah mulai dari 001-050.
4. Spesies: diisi spesies nyamuk yang telah di kelompokan dalam tube 1,5ml. Baik yang di
handling kering, maupun dalam RNA later.
5. Metode penangkapan: diisi dengan tanda check (√) pada metode penangkapan yang
dilakukan.
a. Umpan orang Luar (UOL) : apabila pooling nyamuk di dapat dari penangkapan umpan
orang diluar rumah
b. Umpan Orang Dalam (UOD) : apabila pooling nyamuk di dapat dari penangkapan
umpan orang didalam rumah
c. Kandang : apabila pooling nyamuk di dapat dari penangkapan di sekitar kandang
ternak (UT)
d. Animal baited trap : apabila pooling nyamuk di dapat dari penangkapan pada animal
baited trap net
e. Lainnya : apabila pooling nyamuk di dapat dari metode survei dan penangkapan lain,
misalnya dari hasil pemeliharaan,light trap atau campuran dari beberapa metode.
Apabila pilihan ini yang di check (√) maka di tuliskan jenis metode survei atau
penangkapan di kolom keterangan.
6. Jumlah pooling: diisi jumlah pooling nyamuk pada setiap pengelompokan(dari 1-25 nyamuk)
130
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
131
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
pemukiman kode “4”, pantai dekat pemukiman kode “5”, dan pantai jauh pemukiman
kode “6”.
2. No : diisi nomor urut
3. Jenis survey jentik (DBD/Non DBD) : dituliskan jenis survei jentik yang dilakukan, apakah
survei DBD (ekosistem non hutan dekat pemukiman) atau non DBD.
4. Lingkungan ditemukan jentik (J01) : diisi jenis lingkungan dimana ditemukan jentik. Sesuai
dengan form J01
5. Habitat spesifik jentik ditemukan (J02) : diisi jenis habitat spesifik dimana ditemukan jentik,
sesuai dengan form J02
6. Spesies nyamuk yang di dapat dari hasil pemeliharaan : dituliskan nama spesies nyamuk
yang di dapat pada pemeliharaan jentik. diisi spesies nyamuk yang tertangkap, nama
spesies nyamuk yang tertangkap dituliskan lengkap dan tidak boleh disingkat. Apabila
baru diketahui genusnya, maka ditulis Genus sp, sedangkan bagi yang belum teridentifikasi
ditulis unidentified.
7. Jumlah nyamuk dewasa : dituliskan jumlah nyamuk yang menjadi dewasa dari hasil
pemeliharaan dengan spesies dan habitat spesifik yang sama.
8. Jumlah jentik yang tidak menjadi nyamuk : dituliskan jumlah jentik dari hasil pemeliharaan
yang tidak menjadi nyamuk dan dijadikan awetan jentik.
9. Keterangan : dituliskan keterangan penting yang dibutuhkan
132
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
c. Kecamatan
Nama kecamatan ditulis dengan tulisan tangan, kemudian isi dengan kode
desa/kelurahan (3 digit).
d. Desa/Kelurahan
Diisi dengan kode desa/kelurahan (3 digit). Jika lokasi pengambilan data merupakan
desa, maka bagian kelurahan dicoret. Sebaliknya, jika lokasi pengambilan data
merupakan kelurahan, maka bagian desa dicoret.
e. Klasifikasi Desa/Kelurahan
Diisi dengan kode, apabila perkotaan kode “01” dan perdesaan kode “02”, (2digit)
f. Topografi
Diisi dengan kode, apabila pegunungan/dataran tinggi kode “01” dan lembah/dataran
rendah kode “02”, (2 digit)
Pegunungan/dataran tinggi : merupakan bagian permukaan bumi yang mendatar
dan terletak pada ketinggian lebih dari 600 m di atas permukaan laut.
Lembah/dataran rendah : merupakan bagian permukaan bumi di daerah rendah
yang relatif rata dan biasanya berada di kaki gunung.
2. No : diisi nomor urut
3. Titik koordinat GPS : dituliskan koordinat GPS tempat Light trap dipasang.
4. Spesies nyamuk yang di dapat : dituliskan nama spesies nyamuk yang di dapat pada
pemeliharaan jentik. diisi spesies nyamuk yang tertangkap, nama spesies nyamuk yang
tertangkap dituliskan lengkap dan tidak boleh disingkat. Apabila baru diketahui
genusnya, maka ditulis Genus sp, sedangkan bagi yang belum teridentifikasi ditulis
unidentified.
5. Jumlah : dituliskan jumlah nyamuk dengan spesies dan light trap yang sama.
6. Keterangan : dituliskan keterangan penting yang dibutuhkan
1. Hari/tanggal : diisi hari dan tanggal saat pertama kali melakukan survei di suatu titik.
2. Provinsi : diisi nama provinsi lokasi survei
3. Kabupaten/kota : Diisi nama kabupaten/Kota lokasi survei
4. Desa/kelurahan : diisi desa/kelurahan lokasi survei
5. Cara pengisian formulir ini, hanya mengisi dengan tanda check (√) di bagian pelaksanaan
YA jika dilaksanakan, dan TIDAK jika tidak dilaksanakan
6. Keterangan : diisi keterangan penting, terutama jika kegiatan tidak dilaksanakan.
133
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
1. Hari/tanggal : diisi hari dan tanggal saat pertama kali melakukan survei di suatu titik.
2. Provinsi : diisi nama provinsi lokasi survei
3. Kabupaten/kota : Diisi nama kabupaten/Kota lokasi survei
4. Desa/kelurahan : diisi desa/kelurahan lokasi survei
5. Pengisian formulir ini adalah dengan menghitung jumlah alat bahan untuk survei. Saat
sampai di lokasi survey sebelum melaksanakan survei dan jumlah saat pindah lokasi survei
setelah selesai melaksanakan survei dan akan pindah ke ekosistem selanjutnya.
134
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
JENIS SURVEI
(J-01)
NON-
DBD
DBD
LINGKUNGAN
FORM J-04
(J-01)
HABITAT HABITAT
SPESIFIK SPESIFIK ... (dst)
(J-02) (J-02)
KETERANGAN KETERANGAN
HABITAT HABITAT
SPESIFIK SPESIFIK ... (dst)
(J-03) (J-03)
135
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
FORM
EKOSISTEM
NYAMUK (N-01)
FORM
LINGKUNGAN
(N-01)
LOKASI LOKASI
PENANGKAPAN PENANGKAPAN
NYAMUK 1 NYAMUK 2
Hanya
dilakukan pada
PENANGKAPAN MALAM PENANGKAPAN PAGI daerah
NON-DBD
FORM
N-03
FORM
N-02
136
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Pengambilan foto dan video saat koleksi data nyamuk dan jentik diperlukan sebagai
dokumentasi kegiatan, memperoleh gambaran lingkungan tempat perkembangbiakan nyamuk.
Dokumentasi yang diperoleh diharapkan menjadi database Riset Khusus Vektor dan Reservoir
Penyakit.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendokumentasikan seluruh kegiatan, gambaran tempat perkembangbiakan nyamuk,
kondisi lingkungan, serta hasil koleksi nyamuk dan jentik pada ekosisem hutan, non hutan
dan pantai.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh informasi dan gambaran tempat perkembangbiakan nyamuk
b. Memperoleh informasi dan gambaran spesies nyamuk tertangkap pada habitat aslinya
c. Memperoleh informasi dan gambaran jentik nyamuk tertangkap pada habitat aslinya
C. Prinsip Kerja
Dokumentasi kegiatan, hasil koleksi data, dan gambaran lokasi pengumpulan data (lingkungan
dan habitat spesifik) dilakukan dengan mengambil gambar dan video dengan menggunakan
kamera digital.
D. Cara kerja
1. Dokumentasi lingkungan dan habitat spesifik.
a. Dokumentasi habitat koleksi jentik dan nyamuk dilakukan dalam 2 mode, format `gambar
(*.jpg) dan video (*.mov).
b. Dokumentasi dilakukan pada semua ekosistem di 6 titik, basecamp, tempat
penangkapan (catching station), lingkungan atau habitat spesifik nyamuk dan jentik
serta tipe pemukiman
c. Atur kamera pada mode full auto.
137
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
2. Dokumentasi nyamuk
a. Dokumentasi dilakukan pada saat penangkapan nyamuk (malam maupun pagi hari)
pada semua titik.
b. Atur kamera pada mode full auto. Ambil gambar kegiatan penangkapan nyamuk oleh
tenaga lokal dengan memperlihatkan seluruh anggota tubuh.
c. Pindah pengaturan kamera ke mode close up, lalu ambil gambar nyamuk yang sedang
hinggap pada manusia, hewan ternak, atau objek lain.
d. Penajaman objek: usahakan objek difoto harus fokus, tidak kabur/blur
e. Jika penerangan minim, dapat menggunakan bantuan penerangan lain seperti senter
atau emergency lamp.
138
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
3. Dokumentasi jentik
a. Dokumentasi dilakukan pada saat koleksi jentik di semua titik.
b. Atur kamera pada mode full auto. Gambar diambil di lingkungan dan habitat spesifik
tempat perkembangbiakan jentik.
c. Jika ditemukan jentik pada habitat spesifik tersebut, ambil gambarnya dengan
memindahkan pengaturan kamera ke mode close up.
d. Penajaman objek: usahakan objek difoto harus fokus, tidak kabur/blur.
139
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
140
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
5. Penyimpanan Data
a. Penyimpanan dilakukan dengan menyimpan hasil foto dalam satu folder dengan nama
folder adalah kode wilayah (contoh: 33261 untuk Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten
Pekalongan, Ekosistem Hutan Dekat Pemukiman).
b. Transfer file foto dan video dapat dilakukan langsung dari memory card ke hard disk
atau menggunakan kabel data USB dengan caracut file dan paste ke media simpan.
c. Jangan melakukan editing menggunakan aplikasi edit foto seperti photoshop, karena
akan mengubah identitas foto.
d. Setelah seluruh pengumpulan data selesai, copy folder (jumlah: 6 folder) dalam 1
flashdisk untuk dikirimkan ke B2P2VRP Salatiga.
e. Semua dokumentasi kegiatan selama pengumpulan data (Foto dan video kegiatan, tim
puldat) diserahkan kepada tim teknis B2P2VRP.
141
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Malaria entomology and vector control, guide for participants. Malta: WHO Press;
2013.
2. Food and Agriculture Organisation of the United Nations. Investigating The Role of Bats in
Emerging Zoonoses: Balancing ecology, conservation and public health interest. Newman
SH, Field H, Epstein J, de Jong C, editors. Rome; 2011.
3. Sigit SH, Koesharto FX, Hadi UK, Gunandini DJ, Soviana S, Wirawan IA, et al. Hama
Pemukiman Indonesia. Bogor: Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman Fakultas
Kedokteran Hewan Institusi Pertanian Bogor; 2006.
4. Selft LS, Usman S, Nelson MJ, Saaroso JS, Pant CP, Fanara DM. Ecological Studies on
Vectors of Malaria, Japanese Encephalitis and Filariasis in Rural Areas of West Java. Bul
Penelit Kesehat. 1976;IV(2).
5. Fan R, Nalim S, Suwasono H, Jennings GB. Japanese Encephalitis Virus Isolated from
Seven Species of Mosquitoes Collected at Semarang Regency, Central Java. Bul Penelit
Kesehat. 1993;21(1).
6. Hadi UK, Soviana S, Syafriati T. Ragam Jenis Nyamuk di Sekitar Kandang Babi dan
Kaitannya dalam Penyebaran Japanese Encephalitis. J Vet. 2011;12(4).
8. Reid JA. Anopheline Mosquitoes of Malaya and Borneo. Government of Malaysia; 1966.
9. Conner CT, Sopa T. A Check List of The Mosquitoes of Indonesia. Jakarta: The U.S. naval
Medical Research Unit No. 2; 1981.
10. Toboada O. Medical Entomology. Maryland: Naval Medical School National Naval Medical
Center Bethesda; 1967.
11. Elyazar IRF, Sinka ME, Gething PW, Tarmizi SN, Surya A, Kusriastuti R, et al. The
Distribution and Bionomics of Anopheles Malaria Vector Mosquitoes in Indonesia. Adv
Parasitol. 2013;83:173–266.
12. PPM&PL. Epidemiologi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) di Indonesia. Buku 2. Direktorat
Jenderal PPM&PL, Departemen Kesehatan RI; 2008.
13. Widarso HS, Wilfried T, Ganefa S, Hutabarat T, Cicilia W, Endang B. Current Status on
Japanese Encephalitis in Indonesia. Annual Meeting of the Regional Working Group on
Immunization in Bangkok, Thailand, 17-19 June 2002.
14. Sutaryo. Dengue. Yogyakarta: Penerbit Medika, Fakultas Kedokteran UGM; 2004.
16. Miller GT. Living in The Environment : Concepts, Problems and Alternatives. Wadsworth,
Belmont, CA;
142
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
17. Soemarwoto O. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan;
1983.
19. Kepres. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
1999.
23. Walter Reed Biosystematic Unit. Mosquito Taxonomy Tutorial [Internet]. Available from:
http://www.wrbu.org/tut/adult_tax_tut00.html
25. Litwak T. Mosquito Larva: Main Body Parts [Internet]. Available from:
http://www.wrbu.org/tut/larva_tax_tut03.html
27. Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Pemukiman. 2011
28. RePPProT. 2015. The Regional Physical Planning Programme for Transmigration, Badan
Informasi Geospasial. Di-update tanggal 6 Maret 2015.
https://databasin.org/maps/ee63a8bac02e4959bcc6033d15af4a1e. diakses tanggal 15
Januari 2016 pukul 19.15.
29. Rueda LM. 2004. Pictorial Keys for The Identification of Mosqutoes (Diptera : Culicidae)
Associated with Dengue Virus Transmission. Zootaxa 589, pp.1-60.
143
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
LAMPIRAN
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Lampiran 1. Glossary
Kata Pengertian
Alat perangkap nyamuk dari kain kasa dengan ukuran tertentu berbahan kelambu.
Umpanmenggunakan umpan ternak; contoh sapi; kerbau; babi; jenis ternak yang digunakan
Animal baited-trap :
merupakan ternak yang dipelihara oleh penduduk setempat. Ternak diikat dan diletakkan
dalam kelambu, nyamuk dikoleksi adalah nyamuk yang hinggap pada kelambu.
Tempat yang berfungsi untuk menyimpan semua alat dan bahan penelitian,beristirahat serta
Basecamp :
Laboratorium lapangan; lokasi dekat dengan kegiatan pengumpulan data dilakukan
Berita acara serah terima sampel : surat bukti tanda penyerahan sampel
Posisi timur atau barat suatu tempat di permukaan bumi, yang ditentukan atau diukur dengan
Bujur; garis bujur :
meridian
Catching station : Rumah tempat untuk menangkap nyamuk
Cawan kecil dangkal terbuat dari kaca bertutup lepas biasanya digunakan untuk
Cawan petri :
menumbuhkan bakteri
Charger : Alat untuk mengisi baterai, contoh baterai di GPS
Daftar berisi alat/bahan/pekerjaan yang harus diperiksa apakah sudah tersedia/belum atau
Checklist :
sudah dilaksanakan/belum
secara tetap terdapat di tempat - tempat atau di kalangan orang - orang tertentu dan
Endemis :
terbatas pada mereka saja ( seperti penyakit malaria di daerah pesisir)
Entry data : Memasukkan data kedalam program khusus
Fitur : Feature; kemampuan khusus yang ada pada sebuah alat
Global positioning system; sebuah sistem navigasi yang dihubungkan dengan satelit untuk
GPS :
menentukan posisi garis lintang dan garis bujur bumi
Mengenali/ menetapkan/ menentukan identitas; Identifikasi dalam riset ini bertujuan untuk
Identifikasi :
mengenali spesies dan genus nyamuk
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Gunting bedah kecil; alat bantu yang digunakan untuk pembuatan spesimen atau preparasi
Iris scissors :
sampel
Peristiwa naik atau turunnya zat cair pada bahan yang terdiri atas beberapa pembuluh halus
Kapilaritas :
akibat daya tarik zat yang sejenis/tidaksejenis.
Log book : Buku catatan harian kegiatan yang dilakukan selama di lapangan
Longitude : Garis bujur
Manual : Dilakukan secara tangan
Monokultur : Penanaman satu jenis tanaman dalam suatu urutan musim pada tanah yang sama
Paper point : Potongan kertas sebesar biji mentimun yang digunakan untuk membuat spesimen serangga
Cara untuk membuat spesimen serangga menggunakan jarum serangga. Pada nyamuk,
Pinning : paper point ditusuk dengan jarum serangga no.3. Spesimen nyamuk kemudian diletakkan
pada ujung paper point dengan ambroid/kutek bening.
Tempat meletakkan jarum pinning( alat untuk alas paper point yang akan dipasang pada
Pinning block :
jarum serangga agar ketinggian kertas pada jarum sama.)
PJAL : Penanggung Jawab Administrasi Lapangan
Preparasi : Proses pembuatan preparat
Bahan yang disiapkan secara kimiawi; sediaan atau awetan hasil suatu kegiatan dalam
Preparat :
penelitian rikhus vektora
Pengumpulan data; proses pengumpulan spesimen dan sampel di lapangan/ pelaksanaan
Puldat :
riset
Punch point : Alat pencetak kertas berbentuk biji mentimun; pembuat paper point
Purposive sampling : Teknik pengambilan sampel secara sengaja sesuai persyaratan sampel yang diperlukan
Rechargeable : Dapat diisi ulang; dapat di charge kembali
Resting : Istirahat; diriset ini digunakan untuk istilah istirahat yang dilakukan nyamuk
RNA later stabilized reagen : Reagen untuk menstabilkan RNA dalam sampel jaringan
Larutan yang dirancang khusus untuk menjaga integritas RNA selama penyimpanan jaringan
RNAlater :
dan sel sampel segar
Sampel : Bagian kecil yang mewakili kelompok (bagian dari populasi yang akan diteliti)
Shortcut : Jalan pintas untuk menjalankan suatu program;contoh di computer
Sifon : Bagian tubuh jentik sebagai alat pernapasan
Takson terendah dalam klasifikasi makhluk hidup, bisa berkembang biak tanpa campur
Spesies :
tangan manusia dan menghasilkan keturunan yang fertile.
Bagian dari kelompok; sebagian bahan yang digunakan dalampengujian/pemeriksaan(
Spesimen :
bagian dari sampel dengan ciri sama dengan jumlah tdk ditentukan)
Standard operational procedure (SOP) : Prosedur standar pelaksanaan; suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai petunjuk
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Vektor
No Daerah Vektor Malaria Vektor JE Vektor Filariasis
Chikungunya
1 Jawa Tengah Ae.aegypti An. aconitus Cx. quinquefasciatus Cx.quinquefasciatus
Ae. albopictus An. sundaicus Cx. bitaeniorhyncus Ma.uniformis
An. maculatus An. kochi
An. subpictus Ar. subalbatus
An. vagus Cx. tritaeniorhynchus
An. balabacensis*
2 Jawa Barat Ae.aegypti An. sundaicus Cx. tritaeniorhynchus Cx.quinquefasciatus
Ae. albopictus An. maculatus Cx. gelidus Ma.indiana
An. subpictus
An. balabacensis
3 DIY Ae.aegypti An. aconitus
Yogyakarta Ae. albopictus An. sundaicus
An. maculatus
An.balabacensis*
4 Jawa Timur Ae.aegypti An.aconitus Cx. tritaeniorhynchus
Ae. albopictus An.sundaicus
An. maculatus
An. subpictus
Vektor
No Daerah Vektor Malaria Vektor JE Vektor Filariasis
Chikungunya
10 Sumatra Ae.aegypti An. sundaicus An. nigerrimus
Barat Ae.albopictus An.maculatus Mansonia spp.
An. nigerrimus
An. sinensis
An. umbrosus
11 Riau Ae.aegypti An. sundaicus An. nigerrimus
Ae.albopictus An. letifer Ma. uniformis
An. maculatus Ma. dives
An. nigerrimus Ma. bonneae
An. sinensis
12 Jambi Ae.aegypti An.sundaicus Ma. bonneae
Ae.albopictus An.letifer Ma. dives
An.maculatus Ma. indiana
An.nigerrimus Ma. uniformis
An.balabacensis Ma. annulifera
An.sinensis
13 Sumatra Ae.aegypti An. sundaicus An. nigerrimus
Selatan Ae.albopictus An. letifer Ma. uniformis
An. maculatus
An. balabacensis
An. sinensis
An. umbrosus
An. nigerrimus
14 Kalimantan Ae.aegypti An. letifer An. nigerrimus
Barat Ae.albopictus An. nigerrimus Ma. uniformis
An. balabacensis
15 Kalimantan Ae.aegypti An. letifer An. nigerrimus
Tengah Ae.albopictus An. nigerrimus Ma. uniformis
16 Kalimantan Ae.aegypti An. letifer An. barbirostris
Selatan Ae.albopictus An. nigerrimus An. nigerrimus
An. balabacensis Ma. annulata
Ma. annulifera
Ma. uniformis
Ma. indiana
Ma. bonneae
Ma. dives
17 Kalimantan Ae.aegypti An. letifer Ma. annulifera
Timur Ae.albopictus An. nigerrimus Ma. uniformis
An. balabacensis Ma. dives
Ma. bonneae
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Vektor
No Daerah Vektor Malaria Vektor JE Vektor Filariasis
Chikungunya
18 Sulawesi Ae.aegypti An. nigerrimus An. barbirostris
Selatan Ae.albopictus An. sundaicus Ma. dives
An. barbirostris Ma. uniformis
An. flavirostris Ma. annulifera
An. ludlowae
An. subpictus
19 Sulawesi Ae.aegypti An. barbirostris An. barbirostris
Utara Ae.albopictus An. flavirostris
An. nigerrimus
An. minimus
An. subpictus
20 Sulawesi Ae.aegypti An. nigerimus An. barbirostris
Tengah Ae.albopictus An. barbirostris
An. minimus
21 Sulawesi Ae.aegypti An. barbirostris An. aconitus
Tenggara Ae.albopictus An. subpictus An. barbirostris
An. maculatus
An. nigerrimus
Cx.annulirostris
Cx.whitmorei
Ma. uniformis
Ma. indiana
Ma. dives
22 Maluku Ae.aegypti An. farauti Mn. uniformis.
Ae.albopictus An. bancrofti
An. punctulatus
An. koliensis
23 Papua Ae.aegypti An. farauti Ma. uniformis
Ae.albopictus An. bancrofti An.koliensis
An.punctulatus An. farauti
An. koliensis An. kochi
An. punctulatus
Cx. annulirostris
Cx. bitaeniorhynchus
Cx. quinquefasciatus
An. subpictus
An. bancrofti
Ar. subalbatus
24 NTB Ae.aegypti An. balabacensis An. subpictus
Ae.albopictus An. barbirostris
An. flavirostris
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
An. subpictus
An. sundaicus
No Daerah Vektor Vektor Malaria Vektor JE Vektor Filariasis
Chikungunya
25 NTT Ae.aegypti An. sundaicus An. subpictus
Ae.albopictus An. barbirostris An. aconitus
An. flavirostris An. barbirostris
An. subpictus An. vagus
An. vagus
26 Bengkulu Ae.aegypti An. sundaicus Ma. bonneae
Ae.albopictus An. nigerrimus Ma. dives
An. subpictus Ma. annulata
An. sinensis Ma. uniformis
An. umbrosus
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
Catatan:
Weather station ini menggunakan baterai alkalin AA 1,5 volt yang dapat dicharge/diisi
kembali. Agar pemancar tenaga surya berfungsi sebagaimana mestinya (sesuai), pastikan
reseptor tenaga surya pada pemancar, diarahkan ke cahaya matahari dan konektor
hubungan kabel terpasang aman.
Apabila titik koordinat berada pada lintang utara, maka arah panel surya menghadap ke
selatan. Apabila titik berada pada lintang selatan, maka panel mengarah ke utara.
Pastikan daya baterai mencukupi
Pedoman Koleksi Spesimen dan Data di Lapangan
1. Panduan Pembuatan Gliserol 10% (dari larutan stok) dan campuran alkohol gliserol
- Membuat gliserol 10% sejumlah 100 ml dari larutan stok gliserol 80% :
V1 x N1 = V2 x N2
80/100 x N1 = 100 x 10/100
N1 = 1000/80
N1 = 12,5 ml
Diambil 12,5 ml larutan stok dan ditambahkan 87,5 ml aquadest
- Membuat campuran alkohol-gliserol 100 ml : 95 ml larutan alkohol 70% dan ditambahkan
5 ml gliserol 10%.