You are on page 1of 24

PENGARUH PERBANDINGAN KONSENTRASI TEPUNG

SORGUM TERMODIFIKASI ( Sorghum Bicolor (l). ) DENGAN


TEPUNG TERIGU DAN SUHU PEMANGGANGAN TERHADAP
SIFAT FISIKO KIMIA FLAKES IKAN PATIN (Pangasius
hypopthalmus)

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Sarjana Teknik
Program Studi Teknologi Pangan

Oleh :
M. Rifai Tarmizi
113020026

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2015
PENGARUH PERBANDINGAN KONSENTRASI TEPUNG
SORGUM TERMODIFIKASI ( Sorghum Bicolor (l). ) DENGAN
TEPUNG TERIGU DAN SUHU PEMANGGANGAN TERHADAP
SIFAT FISIKO KIMIA FLAKES IKAN PATIN
(Pangasius hypopthalmus)
[Effect of concentration modified flour sorghum with wheat flour proportion and boil temperature to
physical and chemical of catfish flakes]

M. Rifai Tarmizi*, Ir. Hervelly, MP.,**, dan Dr. Ir. Willy Pranata Widjaja, M.Si.,**
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Univesitas Pasundan Bandung.

ABSTRAK

The purpose of research was obtained the Effect of flour concentration modified flour sorghum
with wheat flour proportion to physical and chemical of catfish flakes and to obtain the effect boil
tempereture to physical and chemical of catfish flakes than to obtain interaction the Effect of flour
concentration modified flour sorghum with wheat flour proportion and boil temperature to physal and
chemical of catfish flakes. The benefit of research to increase fish consumtion in indonesian, than to
adding more variable of ingridients fish product.
The method research was devide into two stage consist of introduction research and primary
research. The intoduction reseach do within two phases that was make a koji with several
microorganism (Bacillus subtilis, Aspergillus oryzae, Sacharmoyces cerevisiae) and than make some
modified flour used by that koji, also to conclude analyize the levels of dextrin modified flour of
sorghum that would be used for primary research. The research was arranged by using the
Randomized Block Design (RBD) factorial’s pattern 3 x 3 with 3 time repeatation. The main factor is
concentration modified flour of sorghum with flour wheat proportion (A) there is several standard
available a1 (25%:75%), a2 (50%:50%), a3 (75% : 25%) and boil temperature (B) with b 1 (140oC) b2
(150oC)b3 (160oC).
Based on the result of main research showed flour concentration modified flour of sorghum with
flour wheat proportion to physical and chemical of catfish flakes not true effect based on preference
respond, chemical respond, pshyscal respond. Result of main research from preference test, chemical
analyze, and physical analyze fish flakes gained best treatment, there is a 1b3 flour concentration
modified flour of sorghum with flour wheat proportion 25%:75% with boil tempereature is 160 oC.

Keywoard : Flakes, Sorghum, Modified Flour, Boil Temperature

PENDAHULUAN

Konsumsi ikan nasional saat ini mengalami peningkatan (Kementrian


masih rendah jika dibandingkan negara Kelautan dan Perikanan, 2011).
lain khususnya negara di ASEAN. Pada
Konsumsi ikan saat ini belum
tahun 2012 tercatat tingkat konsumsi ikan
memberikan kontribusi yang berarti
di indonesia terbesar 34,76 kg per kapita
terhadap pemenuhan kebutuhan protein
dan pada tahun 2013 ditargetkan
menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG)
meningkat menjadi 35,14 kg per kapita.
yaitu 52-57 gram/hari (Widyakarya
Meski konsumsi ikan di Indonesia masih
Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
rendah, namun dari tahun ke tahun
Produksi perikanan nasional saat ini

1
2

mencapai 6.976.750 ton, perikanan pengganti menu sarapan pagi (breakfast


tangkap menyumbangkan 5.409.100 ton cereals). Sebenarnya terdapat dua
(Kementrian Kelautan dan Perikanan, golongan breakfast cereals, pertama
2011) breakfast cereals yang memerlukan
pemasakan sebelum disantap, dan yang
Hasil perikanan potensial untuk
kedua adalah breakfast cereals yang dapat
memenuhi kebutuhan protein hewani bagi
disantap secara langsung dengan
masyarakat, salah satunya adalah ikan
penambahan air atau susu (Hapsari, 1992).
patin. Ikan patin (Pangasius hipothalmus)
Flakes merupakan makanan yang berupa
merupakan jenis ikan air tawar yang saat
serpihan tipis terbuat dari biji-bijian yang
ini dibudidayakan, misalnya di Sumatera
ditipiskan, dibentuk dan dipanggang
dan Kalimantan. Ikan patin dikenal
(Elvira, 2008). Makanan sarapan
sebagai komoditas yang berprospek cerah,
berbentuk flakes dapat dibuat dari biji-
rasa dagingnya yang lezat membuat
bijian atau tepung. Tepung tersebut
banyak kalangan pengusaha perikanan
dicampurkan dengan air dan bahan pecita
yang tertarik akan budidaya ikan ini.
rasa seperti gula, garam, dan malt (Frizell
Ikan patin merupakan komoditas et al, 1992).
hasil budidaya perikanan yang pasarnya
Karbohidrat, khususnya pati sangat
cukup menjanjikan. Dalam kurun waktu
berpengaruh terhadap hasil akhir produk
dua tahun terakhir ini, permintaan ikan
flakes terutama terhadap struktur flakes
patin meningkatkan dua kali lipat. Ikan
saat penambahan air atau susu. Oleh
patin memiliki berbagai kelebihan, yaitu
karena itu, dalam pembuatan produk
pertumbuhannya cepat, memiliki
flakes ikan perlu dilakukan substitusi
kemampuan beradaptasi terhadap
bahan pengikat yang mengandung pati
lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan
yang tinggi. Pati sangat diperlukan dalam
kandungan gizinya cukup tinggi
pembuatan flakes, karena gelatinisasi
(Kementrian Kelautan dan Perikanan,
merupakan proses yang penting dalam
2011).
pembuatan flakes ikan. Agar karakteristik
Ikan patin memiliki manfaat sebagai flakes ikan yang dihasilkan baik, maka
sumber penyediaan protein hewani dan ditambahkan bahan pengisi yang
sebagai ikan hias. Ikan patin (pangasius mengandung pati dalam jumlah banyak,
sp.) merupakan bahan pangan dengan dan bahan baku yang mengandung kadar
kandungan protein tinggi. Kandungan pati tinggi antara lain gayong, singkong,
protein ikan patin pada 159 gram fillet ubi jalar (Setiadji,. 2013). Dalam
ikan patin adalah sebesar 24,7 gram penelitian ini penulis menggunakan
(anonymus, 2010). Nilai protein daging sorgum, dikarenakan sorgum memiliki
patin juga tergolong tinggi, berkisar 12,6 nutrisi dasar yang tidak kalah penting
– 15,6%, kandungan gizi lainnya adalah dibandingkan dengan serealia lainnya, dan
lemak 1,1 – 3% dan air 80-85%, Ikan mengandung unsur pangan fungsional
patin juga memiilki beberapa kekurangan, yaitu senyawa flavonoid (antosianin) yang
yaitu pH tubuh ikan yang mendekati netral berfungsi sebagai antioksidan, serta
menyebabkan daging ikan mudah busuk, mengurangi kebutuhan terigu yang
oleh karena itu diperlukan proses menjadi permasalahn pangan dalam
pengolahan untuk pemanfaatannya negeri.
menjadi berbagai bentuk produk olahan,
Sorghum adalah tanaman serealia
salah satunya yaitu pembuatan flakes ikan.
yang umumnya tumbuh di daerah Tropis
Flakes adalah bahan makanan siap khususnya Afrika dan Asia dan daerah
santap yang biasa dijadikan sebagai marginal yang umumnya memiliki
toleransi terhadap kekeringan (Fadlalah taraf 20% tepung sorgum. Substitusi
dkk, 2010). Berdasarkan produktivitasnya tepung sorgum yang lebih dari 20% akan
sorgum merupakan serealia terbesar merubah nilai rasa, tekstur, warna dan
kelima di dunia. Diantara lima varietas aroma yang menurunkan minat konsumen
sorghum yang ada di dunia yaitu bicolor, untuk mengkonsumsi olahan tepung
guinea, caudatum, kaffir dan durra, sorgum. Hal ini dikarenakan sorgum
varietas Sorghum bicolor (L.) adalah salah kurang memiliki sifat fisikokimia yang
satu varietas yang tumbuh dominan di dimiliki gandum. Karena itu diperlukan
wilayah ASEAN. Kandungan nutrien modifikasi untuk memaksimalkan potensi
dalam sorghum bervariasi tergantung pada sorgum sebagai alternatif bahan pangan
varietas, tetapi umumnya mengandung yang patut diperhitungkan (Hakiim dan
protein kasar 8,9 – 10,48%, lemak 2,5 – Sistihapsari, 2010).
3,7%, serat kasar 1,2 – 3,01%, abu 1,2 –
Pati termodifikasi adalah pati
6,94%, pati dan gula 61,24 – 76,6%
yang diberi perlakukan tertentu dengan
dengan berat kering sekitar 88,94 –
tujuan menghasilkan sifat yang lebih baik
93,31%. Komposisi asam amino sorghum
dari sifat sebelumnya atau merubah
cukup lengkap baik asam amino esensial
beberapa sifat lainnya. Pati dapat dipecah
maupun non esensial dan juga
menjadi unit-unit yang lebih kecil yaitu
mengandung vitamin penting seperti
dengan memotong ikatan glikosidiknya.
vitamin A, vitamin K, vitamin B6, vitamin
Salah satunya enzim yang dapat
B12, dan choline (Etuk dkk, 2012). Selain
memotong ikatan tersebut adalah enzim α-
mengandung nutrien, sorghum juga
amilase (α-1,4 glukonhidrolae). Enzim α-
memiliki anti-nutrien antara lain tanin,
amilase dapat diperoleh dari berbagai
asam fitat, protetnase inhibitor,dan
sumber, misalnya mikoorganisme seperti
cyanogenic chycosides.
Aspergilus oryzae dan Bacillus subtilis
Sorgum memiliki berbagai (Koswara, 2009).
keunggulan antara lain dapat bertahan
Fermentasi merupakan suatu
pada kondisi kering ,mur tanam yang
kegiatan mikroba yang menggunakan
pendek (daya adaptasi terhadap lahan
senyawa organik atau sumber karbon guna
yang tinggi), dan biaya produksi yang
memperoleh energi dan bahan
rendah. Selain itu, sorgum tahan terhadap
metabolisnya dengan hasil ikutan berupa
hama burung karena mengandung tanin.
gas. Sumber karbon dalam fermentasi
Sebagai bahan pangan, nilai gizi sorgum
yaitu karbohidrat lipid, protein dan
cukup memadai yaitu mengandung sekitar
turunannya, sedangkan mikroba yang
83% karbohidrat, 3,5% lemak, dan 10%
berperan adalah bakteri, kapang dan
protein. Sorgum juga kaya akan senyawa
khamir. Proses fermentasi tergantung pada
fenolik. Komponen fenolik pada sorghum
produksi mikroorganisme, perubahan
dapat dikategorikan ke dalam dua bagian
kimia dan fisik yang mengubah rupa, serta
besar, yaitu asam fenolat dan flavonoid.
bentuk dan flavor dari bahan pangan
Asam fenolat merupakan turunan asam
aslinya. Proses fermentasi juga dapat
benzoat atau asam sinamat, sedangkan
memperbaiki gizi dari produk serta
tanin dan antosianin termasuk ke dalam
menghambat pertumbuhan
flavonoid (Awika et al., 2003).
mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Saat ini pemanfaatan sorgum Keberhasilan suatu proses fermentasi agar
sebagai bahan pangan di Indonesia masih memperoleh produk yang lebih baik dan
sangat terbatas karena komposisi tepung berkualitas dibandingan dengan bahan
sorgum untuk mensubtitusi tepung asalnya, berkaitan erat dengan proses
gandum hingga saat ini hanya mencapai pengolahannya. Faktor yang sangat
4

berpengaruh pada proses pengolahannya. kemudian digiling (roll) menjadi bentuk


Faktor yang sangat berpengaruh pada emping (flakes). Proses tersebut
proses biokonveksi melalui fermentasi menyebabkan karbohidrat mengalami
adalah jenis mikroba, konsentrasi proses gelatinisasi sehingga mudah
inokolum dan lama fermentasi. dicerna dan mudah dikembangkan
menjadi tekstur yang diinginkan. Proses
Penelitian pembuatan tepung talas
gelatinisasi merupakan proses yang
termodifikasi dengan menggunakan
penting karena dapat menyebabkan
bakteri Bacillus subtillis, terdapat interaksi
pengembangan produk dengan mudah
antara konsentrasi mikroorganisme dan
dalam pembuatan lembaran adonan
lama fermentasi berpengaruh nyata
(Muchtadi dkk., 1988).
terhadap kadar air tepung talas
termodifikasi. Lama fermentasi 18 jam, 24 Proses pemanggangan yang
jam, dan 30 jam pada suhu kamar (27 oC) diterapkan pada pembuatan flakes
memberikan perbedaan yang nyata bertujuan untuk menghasilkan produk
terhadap kadar air tepung talas dengan kadar air tertentu. Kadar air yang
termodifikasi. Kadar air tertinggi terkandung dalam flakes akan
diperoleh dari lama fermentasi yaitu 30 mempengaruhi kerenyahan dari produk
jam yaitu rata-rata sebesar 6.38% akhir. Saat pemanggangan akan terjadi
sedangkan kadar air terendah diperoleh proses browning non enzimatis dan
dari perlakuan 18 jam yaitu rata-rata karamelisasi. Pada saat proses
sebesar 4.33%. Sedangkan untuk kadar pemanggangan, browning non enzimatis
amilosa hasil analisa menunjukan bahwa akan terjadi akibat reaksi antara gugus
perlakuan lama fermentasi, konsentrasi amin pada protein kedelai dan gula
mikroorganisme dan interaksi antara pereduksi pada karbohidrat jagung.
keduanya berpengaruh nyata terhadapp Sedangkan karamelisasi gula terjadi akibat
kadar amilosa tepung talas termodifikasi. pemanggangan pada suhu tinggi, dimana
Pada perlakuan lama fermentasi 30 jam titik lebur sukrosa adalah 160 oC
dengan konsentrasi mikroorganisme 2.5% (Winarno, 2004).
menghasilkan kadar amilosa dengan nilai
KERANGKA PEMIKIRAN
rata-rata tertinggi yaitu sebesar 22.14
sedangkan perlakuan lama fermentasi 18 Menurut Khasanah (2004), tahap
jam dengan konsentrasi mikoorganisme – tahap pembuatan flakes yaitu
1.5% menghasilkan kadar amilosa pencampuran bahan baku dan bahan
terendah dengan nilai rata-rata 19.34% pelengkap (termasuk air), pelleting,
(Rukmana, 2013). pengepresan dengan rol (flaking), dan
pengovenan. Jumlah air yang ditambahkan
Makanan sarapan berbentuk flakes
pada pembuatan flakes dalam
dapat dibuat dari biji-bijian atau tepung.
penelitiannya berkisar 30% total adonan
Tepung tersebut dicampurkan dengan air
serta ditambahkanya tepung tapioka
dan bahan pencita rasa seperti gula,
karena memiliki kontribusi dalam
garam, dan malt (Frizell et al., 1992).
menciptakan tekstur flakes yang
Proses pembuatan flakes (serpihan)
dihasilkan berkisar 0,8 mm dengan
sebenarnya sederhana, antara lain meliputi
panjang sisi sebesar kurang lebih 0,9 cm.
proses pemasakan bahan baku (bahan
Keuntungan dari semakin tipisnya
utama dan penunjang), proses pembuatan
ketebalan adalah dapat mempersingkat
flakes (pemipihan), kemudian
waktu pengeringan sehingga kemungkinan
pemanggangan pada suhu tinggi (Hapsari,
terjadinya kerusakan zat gizi dapat
1992). Flakes dibuat dengan campuran
diminimalisasi serta jumlah produk akhir
tepung dengan sedikit air dan dipanaskan,
yang didapat menjadi lebih banyak. kaya akan bermacam – macam phitokimia,
Bentuk flakes yang dihandrapkan adalah termasuk asam phenolat, antocyanin,
tipis dan renyah sehingga dapat bertahan phitosterol dan policosanol (Awika dan
mengapung lebih lama apabila disajikan Rooney, 2004)
dengan susu cair.
Pembuatan tepung sorgum hampir
Kerenyahan pada produk sama dengan tepung beras. Bahan
makanan hasil ekstruksi seperti flakesi direndam dalam air agar cukup lunak,
sering dilakuan penambahan pati dalam ditiriskan, digiling, diayak kemudian
bentuk tepung, baik itu pati yang belum dikeringkan. Beras sorgum adalah biji
mengalami modifikasi ataupun tepung sorgum lepas kulit sebagai hasil
yang belum termodifikasi. Pensubstitusian penyosohan atau penggilingan sehingga
bahan pengikat berbasis karbohidrat pada diperoleh sorgum giling. Secara
dasarnya akan membantu proses tradisional, penggilingan dilakukan
gelatinisasi pati pada tahap pembuatan dengan membahasi biji sorgum dengan air
adonan flakes. Proses gelatinisasi kemudian ditumbuk untuk menghilangkan
merupakan proses penting karena dapat kulit bijinya. Namun, cara ini
menyebabkan pengembangan produk menghasilkan banyak biji hancur dan
dengan mudah dalam pembuatan lembar waktu prosesnya tidak efisien. Untuk
adonan selain itu, menyebabkan mengatasi masalah ini telah tersedia
karbohidat mudah dicerna (Muchtadi, teknologi pengolahan dengan
1998). menggunakan alat atau mesin (alsin)
penyosoh (Suarni, 2004).
Karbohidrat, khususnya pati
(amilopektin) sangat berpengaruh Pati yang telah termodifikasi akan
terhadap hasil akhir produk flakes mengalami perubahan sifat yang dapat
terutama struktur produk flakes saat disesuaikan untuk keperluan-keperluan
penambahan air atau susu. Flakes akan tertentu. Sifat-sifat yang diinginkan adalah
dengan mudah menyerap air, lalu dengan memiliki viskositas yang stabil pada suhu
cepat mengembang (Roseliana, 2008). tinggi dan rendah, daya tahan terhadap
mekanis yang baik serta daya pengental
Karbohidrat bukan merupakan
yang tahan terhadap kondisi asam dan
susunan nutrisi utama dalam ikan patin.
suhu sterilisasi (Koswara, 2009).
Oleh karena itu, dalam pembuatan flakes
ikan perlu bahan pengikat yang memiliki
pati yang tinggi. Pati sangat diperlukan
dalam pembuatan flakes, karena dalam
pembuatan flakes proses gelatinisasi
merupakan proses yang sangat diperlukan.
Agar karakterisitik flakes yang dihasilkan
baik, maka ditambahkan bahan pengisi
yang mengandung pati yang tinggi dalam
jumlah yang banyak, dan bahan baku yang
mengandung kadar pati yang tinggi
diantaranya yaitu singkong, gayong,
sorghum. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan tepung sorgum karena
sorgum memiliki potensi penting sebagai
sumber karbohidrat dan bahan pangan dan
komoditi eksport. Keunggulan sorgum
6

Tarigan (2009) menuturkan terlihat dari penurunan kadar pati dan serat
perlakuan untuk pembuatan tepung ubi kasar (Rukmana, 2013).
ajalar termodifikasi secara fermentasi ragi
Lama fermentasi dengan campuran
tape digunakan konsesntrasi 2%, 2.5%,
starter Lactobacillus sp, Bacillus sp dan
dan 3% dimana konsentrasi terpilih pada
Aspergillus oryzae dengan konsentrasi 2%
konsentrasi 2% dengan waktu fermentasi
selama 24 jam berbeda nyata dengan lama
24 jam pada suhu 32oC. Menurut
fermentasi selama 48 jam dan 72 jam
Gumaram (2014), konsentrasi media
terhadap kadar dekstrin tertinggi diperoleh
terbaik dalam pembuatan koji untuk
dari perlakuan lama fermntasi 24 jam
modifikasi tepung sorghum dengan
sebesar 5.64%, sedangkan pada perlakuan
menggunakan mikroba Sacharomyches
48 jam sebesar 4.69% dan pada perlakuan
cerevisiae, Aspergilus oryzae, Bacillus
72 jam sebesar 5.20% (Kurniawan, 2011).
subtilis yaitu sebesar 300 gram dengan
lama fermentasi selama 48 jam. Dalam Menurut (Febriyani, 2013), Hasil
proses modifikasi tepung sorgum ini, percobaan pembuatan koji Lactobacillus
konsentrasi koji yang diperlukan sebesar plantarum dengan penambahan bubuk
10% b/b. kopi Robusta diperoleh bubuk kopi yang
ditambahkan sebanyak 1,6% (b/b)
Proses pembuatan tepung jagung
merupakan koji yang dipilih dengan
termodifikasi menggunakan ragi tape
jumlah sel hidup sebanyak 91,58% dan
dengan konsentari 1% dan lama
jumlah sel hidup/ml adalah 6,0 x 107.
fermentasi 24 jam, mengalami penurunan
Fermentasi biji kopi varietas Robusta yang
kadar abu menjadi 0.25% dan kadar lemak
telah dilakukan pada 27°C, 32°C, 37°C
1.02 %, serta kenaikan kadar kandungan
dan 42°C tanpa penambahan koji dan
air menjadi 12.02%, protein 5.06%, pati
penambahan koji 1%, 2% dan 3%
72.84%. sedangkan menggunakan starter
memperlihatkan adanya korelasi suhu dan
Lactobacillus sp (Bimo SP) dengan
konsentrasi koji terhadap penurunan kadar
konsentrasi 1% dan lama fermentasi 24
kafein dan kadar air biji kopi setelah
jam mengalami kenaikan kadar abu
fermentasi yang ditunjukkan oleh nilai
menjai 0.47%, kadar protein 5.25% dan
koefisien korelasi (r) dari regresi linier
kenaikan kadar air menjadi 11.80%, serta
pada kombinasi setiap perlakuan. Nilai
penurunan kadar lemak menjadi 1.01%
koefisien korelasi (r) kombinasi suhu yang
dan kadar pati menjadi 69.70% (Richana,
bervariasi dengan konsentrasi koji tetap
2010).
terhadap kadar kafein adalah r 1 = -0,8459;
Proses pembuatan tepung talas r2 = -0,8329; r3 = -0,9576; r4 = -0,7717;
termodifikasi , dengan bantuan dan nilai koefisien korelasi (r) kombinasi
mikroorganisme Bacillus subtillis konsentrasi koji yang bervariasi dengan
menunjukan hasil kadar serat 5.0% kadar suhu tetap terhadap kadar kafein adalah r1
pati 54.41% dan warna putih khas tepung, = -0,722; r2 = 0,0 ; r3 = -0,8413; dan r4 = -
sedangkan proses fermentasi dengan 0,5275. Nilai koefisien korelasi (r)
bantuan mikroorganisme Aspergillus kombinasi suhu yang bervariasi dengan
niger menunjukan hasil kadar serat 7%, konsentrasi koji tetap terhadap kadar air
kadar pati 52.08% dan warna tepung putih adalah r1 = -0,227; r2 = -0,911; r3 = -0,520;
kecoklatan. Kemampuan mikroorganisme r4 = -0,815; dan nilai koefisien korelasi (r)
dalam menghasilkan enzim selulose dan kombinasi konsentrasi kojiyang bervariasi
enzim emylose menyebabkan berbedanya dengan suhu tetap terhadap kadar air
kadar serat kasar dan pati. Kemampuan adalah r1 = -0,857; r2 = -0,793 ; r3 = -
Bacillus subtillis lebih unggul 0,872; dan r4 = -0,8881.
dibandingan Aspergillus niger hal ini
Proses pembuatan koji merupakan Hakiim dan Sistihapsari (2010), Sampai
proses fermentasi tradisional yang saat ini pemanfaatan shorgum sebagai
menggunakan substrat padat dan dapat bahan pangan di indonesia masih sangat
digolongkan sebagai fermentasi terbatas karena komposisi tepung sorghum
permukaan. Proses fermentasi koji untuk mensubtitusi tepung gandum hingga
merupakan proses pencampuran kedelai, saat ini hanya mencapai taraf 20% tepung
gandum, dan starter dalam jumlah sorghum. Substitusi tepng sorgum yang
tertentu. Kedela dan gandum yang telah lebih dari 20% akan merubah nilai rasa,
dicampur dengan perbandingan 5:5% tekstur, warna dan aroma yang
sampai 6:4% ditambahkan 0.2-0.3% menurunkan minat konsumen untuk
starter Aspergillus oryzae dan atau mengkonsumsi olahan tepung sorghum.
Aspergillus sojae kemudian diinkubasi Hal ini dikarenakan sorghum kurang
selama 3 hari (Huang dan Teng, 2004). memiliki sifat fisikokimia yang dimiliki
Hampir sebagian starter adalah campuran gandum. Karena itu diperlukan modifikasi
dari khamir kapang dan bakteri, tetapi untuk memaksimalkan potensi sorgum
untuk beberapa tujuan telah digunakan sebagai alternatif bahan pangan yang patut
kultur murni (Muchtadi, 1989). diperhitungkan.
Inkubasi koji sempurna selama tiga Tepung digunakan sebagai bahan
hari. Menurut Andesta (1987), perlakuan tambahan dalam pembuatan flakes ikan.
lama inkubasi koji tiga hari menghasilkan Tepung yang digunakan dalam
kandungan asam nitrogen dan total pembuatan flakes ikan berfungsi sebagai
nitrogen terbesar. Selama masa fermentasi pengikat dan perekat bahan lain. Jumlah
koji, fermentasi bahan memberikan tepung yang digunakan sebaiknya sekitar
kelunakan, kemanisan, dan bau apek 10-30% dari berat daging agar
(jamuran) dimana pertumbuhan kapang menghasilkan Flakes Ikan yang lezat,
memenuhi seluruh permukaan hamparan teksturnya bagus, dan bermutu tinggi
kedelai. Waktu fermentasi merupakan (Mardiah dkk., 2008)
faktor penting dalam fermntasi koji.
Proses pemanggangan dalam
Selama proses fermentasi koji pembuatan flakes memiliki tujuan untuk
dilakukan pengadukan secara berkala agar menghasilkan produk akhir dengan kadar
pertumbuhan kapang merata. Fermentasi air seminimal mungkin. Kadar air yang
koji berlangsung selama 2-3 hari. Bila terkandung dalam produk flakes akan
fermentasi terlalu cepat, maka keaktifan berpengaruh terhadap kerenyahan flakes
enzim yang dihasilkan oleh kapan belum tersebut. Saat proses pemanggangan
mencapai maksimum sehingga tidak akan terjadi reaksi browning non enzimatis dan
menghasilkan komponen yang dapat karamelisasi. Pada saat proses
menimbulkan reaksi penting, sebaliknya pemanggangan, browning non enzimatis
semakin lama waktu fermentasi semakin akan terjadi akibat reaksi antara gugus
banyak spora dan ammonia yang amin pada protein kedelai dan gula
dihasilkan sehingga diduga off-flavor pereduksi pada karbohidrat jagung.
(Amalia, 2008). Sedangkan karamelisasi gula terjadi akibat
pemanggangan pada suhu tinggi, dimana
Menurut balai penelitian tanaman
titik lebur sukrosa adalah 160ºC, bila gula
serealia (2004), kemampuan substitusi
yang telah mencair langsung dipanaskan
tepung shorgum dalam terhadap tepung
terus hingga suhunya melampaui titik
terigu cukup beragam yaitu, untuk
leburnya, maka akan terjadi karamelisasi
cookies 50 – 75%, cake 30 – 50%, roti 20
sukrosa (Winarno, 1992).
– 25%, dan mie 15 – 20%. Menurut
8

Pati mempunyai perananan bagi 2. Suhu pemanggangan berpengaruh


produk-produk ekstruksi karena dapat terhadap karakteristik flakes ikan.
mempengatuhi teksturnya. Pengaruh itu 3. Perbandingan Konsentrasi tepung
disebabkan oleh rasio amilosa dan sorgum termodifikasi dengan tepung
amilopektin dalam pati. Pati juga berperan terigu dan suhu pemanggangan
ketika proses gelatinisasi terjadi di dalam berpengaruh terhadap karakteristik
adonan. Suspensi pati dalam air flakes.
dipanaskan, air akan menembus lapisan
TEMPAT dan WAKTU PENELITIAN
luar granula ini mulai menggelumbung.
Ini terjadi saat temperatur meningkat dari Tempat yang digunakan untuk
60ºC - 85ºC. Granula – granula dapat penelitian ini adalah di Laboratorium
menggelumbung hingga volmenya lima Penelitian Jurusan Teknologi Pangan,
kali lipat volume semula. Ketika ukuran Fakultas Teknik, Universitas Pasundan,
granula pati membesar, campurannya Bandung. Waktu penelitian yang
menjadi kental. Pada suhu kira – kira 85ºC dilakukan pada bulan juni 2011 sampai
granula pati pecah dan isinya terdispersi agustus 2011.
merata keseluruh air disekelilingnya.
Molekul berantai panjang mulai membuka BAHAN DAN METODE
atau terurai dan campuran pati dan air PENELITIAN
menjadi makin kental membentuk sol. Bahan – Bahan
Pada penginginan, jika perbandingan air
dan pati cukup besar, molekul pati Bahan baku utama yang digunakan
membentuk jaringan dengan molekul air dalam pembuatan flakes ikan yaitu ikan
terkurung di dalamnya sehingga terbentuk patin (Pangasius hypopthalmus) dengan
gel. Keseluruhan proses ini dinamakan jumlah 2-3 ekor untuk 1 kg ikan segar
proses gelatinisasi (Gaman., dkk, 1994). yang didapat dari pasar ciroyom , tepung
yang digunakan adalah tepung sorghum
Penelitian yang dilakukan oleh varietas Sorghum bicolor (putih) yang
Andriani (1998), suhu pemanggangan telah dimodifikasi, terigu, gula tepung,
yang tepat agar menghasilkan flakes dan air.
dengan kadar protein, warna, rasa,
kerenyahan dan penampakan yang baik Bahan yang digunakan untuk analisis
yaitu 170ºC selama 20 menit. Sedangkan kimia antara lain garam kjedahl, DPPH,
menurut Mulyati (2007), suhu Na2SO4, H2SO4 pekat, batu didih,
pemanggangan yang tepat untuk aquadest, NaOH 30%, Na2S2O35%, larutan
mendapatkan flakes bekatul dengan baku NaOH 0,1N, granul Zn, HCl 0,1 N,
warna, rasa, aroma dan kerenyahan yang indikator Phenolpthalien, n-heksan,
disukai panelis yaitu 150ºC selama 25 NaOH 0,3N, dan H2SO4 3N.
menit. Alat – alat
HIPOTESIS PENELITIAN Alat-alat yang digunakan untuk
Berdasarkan kerangka pemikiran analisis antara lain labu kjedahl 800 ml,
diatas dapat ambil hipotesis, diduga pipet, labu takar, seperangkat alat
bahwa : destilasi, buret, gelas ukur, erlenmeyer,
1. Perbandingan Konsentrasi tepung kondensor, tabung reaksi, kaca arloji,
sorgum termodifikasi dengan Tepung oven dan neraca elektrik.
Terigu berpengaruh terhadap
karakteristik flakes ikan
b3 : 160oC
METODE PENELITIAN Rancangan Percobaan
Penelitian yang akan dilakukan Rancangan percobaan yang
meliputi 2 tahap yaitu penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah
pendahuluan dan penelitian utama. pola faktorial (3x3) dalam rancangan acak
kelompok (RAK) dengan 3 kali
Penelitian Pendahuluan pengulangan. Adapun variabel yang
Penelitian pendahuluan merupakan digunakan adalah perbandingan
penelitian yang dilakukan sebelum konsentrasi tepung sorgum termodifikasi
penelitian utama. Penelitian pendahuluan dan terigu (A) dan suhu pemanggangan
dalam penelitian ini terdiri dari 2 tahap (B) sebanyak 3 taraf. Model rancangan
percobaan, yaitu : percobaan yang akan digunakan pada
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
1. Pembuatan Koji
Pembuatan koji dalam proses modifikasi Untuk membuktikan adanya
tepung sorgum pada penelitian ini pengaruh perlakuan dan interaksi terhadap
menggunakan metode fermentasi dengan semua respon variabel yang ada, maka
mikroorganisme Sacharomyches cerevisiae, data diolah dengan menggunakan
Aspergilus oryzae, dan Bacillus subtilis dan persamaan berikut:
untuk menentukan jenis mikroorganisme Yijk = µ + Kk + Ai + Bj + (AB)ij +
terbaik yang akan digunakan pada penelitian (ε )ijk
utama.
Keterangan:
2. Modifikasi Tepung Sorgum
Proses modifikasi tepung sorgum i = 1,2,3(perbandingan konsentrasi
dalam penelitian ini dilakukan dengan tepung sorgum dengan terigu (a1, a2, a3).
metode fermentasi menggunakan koji. j = 1,2,3 (suhu pemanggangan (b1,
b2, b3).
Penelitian Utama k = 1,2,3 (banyaknya ulangan)
Penelitian utama ini merupakan tahap Yijk = Nilai pengamatan dari
selanjutnya dari penelitian pendahuluan kelompok ke-1 yang memperoleh
yang tediri dari rancangan perlakuan, taraf ke-i dari faktor
rancangan percobaan, rancangan analisis perbandingan konsentrasi tepung
dan rancangan respon. sorgum termodifikasi dengan
terigu, taraf ke-j suhu
Rancangan Perlakuan pemanggangan, dan ulangan ke-
Penelitian utama yang dilakukan k.
terdiri dari dua faktor, yaitu : µ = Nilai rata-rata sebenarnya.
Ai = Pengaruh dari taraf ke-i faktor A
Faktor perbandingan konsentrasi tepung (perbandingan konsentrasi tepung
sorgum termodifikasi dengan terigu (A) sorgum dengan terigu).
dengan 3 taraf perlakuan, yaitu : Bj = Pengaruh dari taraf ke-j faktor B
a1 : 25 % : 75% (suhu pemanggangan).
a2 : 50 % : 50% (AB)ij = Pengaruh dari interaksi antara
a3 : 75 % : 25% taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B.
Faktor suhu pemanggangan (B) dengan 3 Kk = Pengaruh kelompok ulangan ke-
taraf perlakuan, yaitu : k
b1 : 140oC (ε)ijk = Pengaruh galat percobaan.
b2 : 150oC
10

Demikian hipotesis diterima, kemudian


akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan
Tabel 1. Model Pola Faktorial 3x3 dengan 3
untuk mengetahui perbedaan sampel.
kali Ulangan dalam Rancangan Acak
Kelompok (RAK) (2) Jika F hitung< F tabel pada taraf 5%, maka
Perbandingan Konsentrasi
Tepung Sorgum
Suhu Pemanggangan (B)
perbandingan konsentrasi tepung sorgum
Ulangan 140OC 150OC 160OC
Termodifikasi dengan
Tepung Terigu (A)
(b1) (b1) (b1) termodifikasi dengan tepung sorgum dan
I a1b1 a1b2 a1b3 suhu pemanggangan berpengaruh terhadap
25%:75% (a1) II a1b1 a1b2 a1b3
III a1b1 a1b2 a1b3 karakteristik flakes yang dihasilkan.
50%:50% (a2)
I
II
a2b1
a2b1
a2b2
a2b2
a2b3
a2b3 Dengan demikian hipotesis penelitian
III
I
a2b1
a3b1
a2b2
a3b2
a2b3
a3b3
ditolak (Gaspersz, 1995).
75% : 255 (a3) II a3b1 a3b2 a3b3
III a3b1 a3b2 a3b3 Tabel 3. Analisis Variansi
Perbandingan Konsentrasi tepung
Berdasarkan model pola rancangan acak sorgum termodifikasi dengan Tepung
kelompok diatas dapat dibuat layout Sorgum dan Suhu Pemanggangan
percobaan 3x3 pada Tabel 2. Terhadap Sifat Fisiko Kimia Flakes
Tabel 2. Layout Rancangan Acak Ikan.
Kelompok Percobaan 3x3
Kelompok Ulangan I Sumber
Derajat Jumlah Kuadrat
F
F
Bebas Kuadrat Tengah Tabel
Keragaman Hitung
a2 a1 a1 a3 a3 a1 a2 a2 a3 (db) (JK) (KT) (5%)
b2 b1 b3 b2 b1 b2 b3 b1 b3
Kelompok Ulangan II
Kelompok r-1 JKK KTK -
a3 a2 a3 a1 a1 a2 a2 a3 a1 KT(A)/
b2 b1 b1 b2 b3 b2 b3 b3 b1 Faktor A a–1 JK(A) KT (A)
KTG
Kelompok Ulangan III KT(B)/
Faktor B b– 1 JK(B) KT (B)
KTG
a1 a3 a3 a2 a1 a2 a1 a3 a2 KT(Ax
Interaksi (a-1)(b- KT
JK (AxB) B)/
b3 b1 b3 b1 b2 b3 b1 b2 b2 AB 1) (AxB)
KTG
(r-1)(ab-
Rancangan Analisis Galat
1)
JKG KTG

Rancangan analisis dilakukan untuk Total rab-1 JKT


mengetahui pengaruh dari perlakuan Sumber : Gaspersz, 1995
percobaan yang telah dilakukan terhadap
respon yang diamati, yang disusun pada Rancangan Respon
Tabel Analisis Variasi (ANAVA) untuk Rancangan respon yang dilakukan untuk
mendapatkan kesimpulan dari hasil menentukan optimasi dari perlakuan-
perlakuan. Hasil rancangan percobaan di perlakuan meliputi :
atas maka disusun tabel sidik ragam, yang
tertera pada Tabel 3. Respon Kimia

Kemudian dilakukan penentuan daerah Respon kimia yang diuji pada flakes ikan
penolakan hipotesis, yaitu : adalah sebagai berikut :
 Penentuan kadar protein (Metode
(1) Jika F hitung ≥ F tabel pada taraf 5%, maka Kjedahl Mikro) (AOAC, 1995).
perbandingan konsentrasi tepung sorgum  Penentuan kadar air dengan metode
termodifikasi dengan tepung sorgum dan gravimetri (AOAC, 1995).
suhu pemanggangan berpengaruh terhadap  Penentuan kadar gula total dengan
karakteristik flakes yang dihasilkan. metode Luffs Schoorl (AOAC, 1995).
 Penentuan kadar antioksidan pada yang merupakan starter kering untuk
produk flakes terbaik dengan memperbanyak sel bakteri yang digunakan
menggunakan metode DPPH. serta mengadaptasikan mikroorganisme
tersebut pada lingkungan tempat
Respon Fisik
tumbuhnya. Jenis mikroorganisme terpilih
Respon fisik yang dilakukan adalah adalah jenis mikroorganisme yang mampu
analisis daya serap air produk flakes ikan. menghasilkan kadar dekstrin tertinggi
dalam proses modifikasi tepung sorghum
Respon Organoleptik
tersebut.
Uji organoleptik yang digunakan dalam
Pembuatan Koji
penelitian ini adalah uji kesukaan panelsis
Proses pembuatan koji dilakukan
terhadap respon produk yang diuji dengan
melalui dua tahap yang pertama
skala hedonik yang ditransformasikan ke
pembuatan koji dengan media yang
skala numerik (Soekarto., 1985). Panelis
digunakan untuk pertumbuhan ke tiga
yang digunakan untuk menguji flakesikan
jenis mikroorganisme adalah beras yang
sebanyak 15 panelis dan respon yang diuji
telah dikukus kemudian didinginkan dan
terhadap flakesikan yang dihasilkan
setelah dingin diinokulasi dengan suspensi
meliputi warna, rasa, aroma dan tekstur.
dari masing-masing mikroorganisme yang
Berikut ini adalah skala hedonik yang
digunakan dengan lama fermentasi untuk
digunakan dalam Tabel 4.
Sacharomyces cerevisiae 32 jam, Bacillus
Tabel 1. Skala Hedonik subtilis 24 jam dan Aspergilus oryzae 48
Skala Hedonik Skala Numerik
jam, kemudian dikeringkan pada suhu
Sangat suka 7 50oC hingga kering, selanjutnya koji
Suka 6 kering digiling dan dihasilkan koji
Agak suka 5 Sacharomyces cerevisiae, Bacillus
Biasa 4 subtilis, Aspergillus oryzae. Selanjutnya,
Agak tidak suka 3 koji yang telah didapatkan akan digunakan
Tidak suka 2 dalam pembuatan koji tahap ke dua
Sangat tidak suka 1 dengan menggunakan media yang sama
Sumber : Kartika dkk, 1988 namun dilakukan penambahan sorgum
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan konsentrasi 2-3 % dari bahan baku
yang digunakan. Penambahan sorgum
Penelitian Pendahuluan dalam pembuatan koji bertujuan untuk
mengadaptasikan mikroorganisme yang
Penelitian pendahuluan dilakukan
digunakan dalam media fermentasi
untuk menentapkan perlakuan-perlakuan
selanjutnya. Koji yang telah dihasilkan
terbaik yang akan digunakan pada
dengan penambahan tepung sorgum
penelitian utama. Penelitian pendahuluan
kemudian dilakukan perhitungan jumlah
yang dilakukan meliputi penentuan jenis
koloni dan jumlah bakteri dengan
mikroorganisme terbaik dalam proses
menggunakan metode Total Plate Count
modifikasi terpung sorghum dengan
dan jumlah sel total yang dapat dilihat
menggunakan 3 jenis mikroorganisme
pada Tabel 5.
yang berbeda. Jenis mikroorganisme yang
Tabel 2. Hasil Perhtiungan Jumlah Koloni
digunakan diantaranya Aspergilus oryzae,
dan Sel Total Koji dalam Penelitian
Bacillus subtilis dan Sacharomyces
Pendahuluan
cerevisiae. Sebelum ke 3 jenis mikroba
tersebut digunakan untuk fermentasi
dalam proses modifikasi tepung sorghum,
sebelumnya dilakukan pembuatan koji
12

Jenis
Hasil Perhitungan Dapat juga diisolasi dari Aspergillus
Jumlah Koloni Pada oryzae dan Bacillus subtillis.
Mikroorganisme
Koji (CFU/ml) dan
Dalam Koji Kecepatan reaksi enzim tergantung
Sel Total (Sel/ml)
Koji Aspergilus pada konsentrasi substrat. Namun pada
558 cfu/ml konsentrasi tinggi kecepatan reaksinya
Oryzae
Koji Bacillus tidak lagi tergantung pada konsenstrasi
740 x 104 sel/ml
subtilis substrat. Jadi pada konsentrasi tinggi
Koji kecepatan reaksi tidak dipengaruhi lagi
Sacharomyces 1624 cfu/ml oleh pertambahan konsentrasi. Ini
cerevisiae menunjukan bahwa enzim seolah-olah
Pembuatan Tepung Sorgum Termodifikasi ‘jenuh’ dengan substrat, artinya tidak
Proses modifikasi tepung dengan dapat lagi menampung substrat (Poedjiadi
menggunakan koji yang telah dan titin, 2009).
ditambahkan tepung sorgum lalu Tabel 6 menunjukan kemampuan
difermentasi dengan waktu 48 jam, mendegradasi pati menjadi senyawa yang
kemudian dikeringkan pada suhu 50 OC lebih sederehana (dekstin) dengan
selama 5-6 jam hingga kering. Selanjutnya menggunakan beberapa jenis
digiling menggunakan hingga halus mikroorganisme diantaranya Bacillus
kemudian diayak dengan mesh yang subtilis,Sacharomyces cerevisiae,
berukuran 80, kemudian dilakukan Aspergillus oryzae, didapatkan kadar
analisis kadar dekstin. Kadar dekstrin dekstrin terbaik sebesar 14,14% dengan
tertinggi yang dihasilkan menjadi acuan menggunakan mikroorganisme jenis
terbaik dalam penggunaan bakteri yang kapang yaitu Aspergillus oryzae.
terpilih yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Penelitian Utama
Tabel 3. Hasil Penelitian Pendahuluan
Penentuan Kadar Dekstrin Tepung Penelitian utama merupakan lanjutan
Sorgum Termodifikasi dari penelitian pendahuluan, dimana
Jenis Mikroorganisme perlakuan terpilih dari proses modifikasi
Kadar Dekstrin
Yang Digunakan Pada
Tepung Sorgum
tepung sorgum menggunakan tiga jenis
Proses Modifikasi mikroorganisme berbeda yaitu Bacillus
Termodifikasi (%)
Tepung Sorgum
subtilis, Aspergillus oryzae,
Bacillus Subtillis 12,99
Sacharomyces cerevisae 11,72 Sacharomyces cerevisiae dihasilkan kadar
Aspergillus oryzae 14,14 dekstrin terbesar yaitu 14,14 % yang
dihasilkan oleh Aspergillus oryzae, hal ini
Pati dapat dipecah menjadi unit-unit digunakan sebagai acuan pada penelitian
yang lebih sederhana yaitu dengan utama. Penelitian utama ini meliputi uji
memotong ikatan-ikatan glikosidanya. organoleptik dengan respon rasa, aroma,
Pada reaksi hidrolisis parsial, pati terpecah warma, tekstur (sebelum direndam dengan
menjadi molekul-molekul yang lebih susu) dan tekstur (setelah direndam
dikenal dengan nama dekstrin. Dekstrin dengan susu) dengan respon fisik daya
adalah hasil antara proses hidrolisis pati serap air dari flakes ikan, serta respon
sebelum terbentuk maltosa. Salah satu kimia meliputi analisis kadar protein,
enzim yang dapat memotong ikatan kadar karbohidrat (gula total), Kadar air
tersebut adalah enzim α-amilase. Enzim α- serta aktifitas antioksidan dari sampel
amilase murni dapat diperoleh dari perlakuan terbaik dari 27 perlakuan yang
berbagai sumber, misalnya dari malt ada.
(barley), air liur manusia dan pacreas.
Respon Organoleptik
Rasa sebenarnya sangatlah kompleks. Diketahui
Pada umumnya bahan pangan atau bahwa rasa manis berasal dari senyawa
produk pangan tidak hanya terdiri dari gula seperti sukrosa, pahit oleh quinine,
satu rasa, tetapi merupakan gabungan dari asin oleh garam, dan asam oleh berbagai
berbagai macam rasa secara teroadu jenis asam. Rasa dari produk makanan
sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh pada umumnya tidak hanya terdiri dari
(Kartika, 1988). satu rasa saja akan tetapi merupakan
Berdasarkan ANAVA terdapat gabungan berbagai macam yang terpadu
pengaruh perbandingan konsentrasi sehingga menimbulkan cita rasa makanan
tepung sorgum termodifikasi dengan yang utuh (Kartika dkk, 1988).
tepung terigu pada uji rasa flakes ikan,
Menurut deMan (1997), rasa umum
untuk mengetahui perbedaan tersebut
disepakati bahwa hanya ada empat rasa
dilakukan uji lanjut Duncan seperti pada
dasar yaitu manis, pahit, masam dan asin.
Tabel 7.
Kepekaan terhadap rasa terdapat pada
Tabel 4. Pengaruh Perbandingan kuncup rasa pada lidah. Hubungan antara
Konsentrasi Tepung Sorgum struktur kimia suatu senyawa lebih mudah
Termodifikasi dengan Tepung Terigu ditentukan dengan rasanya. Pada produk
Terhadap Rasa Produk Flakes Ikan. flakes ikan ini rasa yang dapat dirasakan
Perbandingan konsumen yaitu rasa manis, akibat dari
Konsentrasi Tepung penambahan gula pada saat proses
Sorgum Termodifikasi Rata-Rata Rasa pengolahan serta kandungan yang terdapat
dengan Tepung Tepung flakes Ikan pada tepung sorgum termodifikasi dan
Terigu dan Suhu tepung terigu.
Pemanggangan (A)
75% : 25 % 9,98 a Aroma
50% : 50% 12, 04 a
Aroma atau bau makanan sering
25% : 75% 14,47 a
menentukan kelezatan bahan makanan.
Keterangan : nilai rata-rata yang
Aroma lebih banyak berhubungan dengan
ditandai dengan menggunakan huruf yang
panca indera pembau. Aroma baru dapat
sama menunjukan bahwa perlakuan tidak
dikenali apabila berbentuk uap dan
berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji
molekul-molekul komponen aroma
Duncan dan jika ditandai dengan huruf
tersebut harus sampai menyentuh silia sel
yang tidak sama menunjukan berbeda
olfaktori. Aroma yang diterima oleh
nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan.
hidung dan otak merupakan campuran
Berdasarkan hasil uji hedonik yang empat bau utama yaitu harum, asam,
dilakukan terhadap produk flakes ikan tengik dan hangus (Winarno, 1997).
kemudian diolah data secara statistik
Dibawah ini terdapat tabel pengaruh
didapatkan bahwa perbandingan
perbandingan konsentrasi tepung sorgum
konsentrasi tepung sorgum termodifikasi
termodifikasi dengan tepung terigu
dengan tepung terigu tidak berpengaruh
terhadap aroma flakes ikan, untuk
nyata terhadap rasa pada produk flakes
mengetahui perbedaan tersebut dilakukan
ikan.
uji lanjut duncan seperti terlihat pada
Terdapat empat macam rasa dasar yaitu Tabel 8.
manis, asam, asin, dan pahit. Konsep
Tabel 5 Pengaruh Perbandingan
tersebut sebenarnya hanya
Konsentrasi Tepung Sorgum
penyederhanaan, rangsangan yang
Termodifikasi dengan Tepung Terigu
diterima oleh otak, karena rangsangan
Terhadap Aroma Flakes Ikan Patin
elektris yang diteruskan dari sel perasa
14

Perbandingan Konsentrasi 150oC 12,71 a


Tepung Sorgum Rata-Rata 140 C
o
13,60 a
Termodifikasi dengan Aroma Keterangan : nilai rata-rata yang ditandai
Tepung Tepung Terigu dan flakes Ikan
dengan menggunakan huruf yang sama
Suhu Pemanggangan (A)
menunjukan bahwa perlakuan tidak
75% : 25 % 11,71 a
50% : 50% 11,76 a
berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji
25% : 75% 12,98 a Duncan dan jika ditandai dengan huruf
Keterangan : nilai rata-rata yang ditandai yang tidak sama menunjukan berbeda
dengan menggunakan huruf yang sama nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan.
menunjukan bahwa perlakuan tidak Berdasarkan hasil uji organoleptik di
berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji atas dapat diketahui bahwa pengaruh suhu
Duncan dan jika ditandai dengan huruf pemanggangan flakes ikan berpengaruh
yang tidak sama menunjukan berbeda terhadap warna, maka dapat disimpulkan
nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan. warna yang paling disukai panelis adalah
Aroma flakes dipengaruhi oleh adanya flakes ikan dengan suhu 140oC. Ini
kandungan amilosa yang terdapat didalam dikarenakan suhu pemanggangan yang
adonan. Menurut Haryadi (2006), bahan lebih rendah akan menyebabkan
yang mengandung amilosa sedang perpindahan panas akan lebih sedikit
mempunyai nilai aroma yang lebih tinggi sehingga warna yang dihasilkan lebih
dari pada bahan yang beramilosa tinggi, terang dibandingkan dengan warna flakes
hal ini disebabkan kadar amilosa sedang ikan yang dipanggan dengan suhu 150 oC
memiliki konsistensi gel yang lunak, dan 160oC
mempunyai afinitas terhadap senyawa- Flakes yang dihasilkan berwarna
senyawa aroma (volatil) yang lebih rendah kuning kecokelatan. Semakin tinggi suhu
dari pada bahan beramilosa tingi hal ini dan semakin lama pemanggangan, maka
dikarenakan sorgum mengandung amilosa warna kuning yang dihasilkan akan
yang rendah. semakin pekat. Faktor yang
Warna mempengaruhi warna kecoklatan pada
flakes ikan adalah terjadinya reaksi
Warna memegang peranan penting mailard, yaitu reaksi antara gugus
yang mempengaruhi penerimaan karboksil dari gula pada tepung sorgum
konsumen karena merupakan kesan dan gugus amina protein yang terkandung
pertama yang akan dinilai konsumen. didalamnya. Akibat dari reaksi tersebut
Secara visual faktor warna tampil lebih adalah terbentuknya warna cokelat pada
dahulu dan kadang-kadang menentukan permukaan flakes ikan.
sebelum faktor lain dipertimbangkan.
Kandungan pati pada flakes ikan
Berdasarkan hasil analisis variansi berpenaruh terhadap warna yang
didapatkan pengaruh pada suhu dihasilkan, karena kandungan karbohidrat
pemanggangan, untuk mengetahui memberikan warna gelap atau
perbedaanya perlu dilakukan uji lanjut karamelisasi dalam pemanasan dan
duncan, seperti terlihat pada Tabel 19. memberikan reaksi pencoklatan dengan
Tabel 6. Pengaruh Suhu Pemanggangan protein. Warna kecoklatan pada flakes
Terhadap Warna flakes Ikan Patin ikan merupakan hasil reaksi antara
Suhu Pemangangan Rata-Rata karbohidrat, khususnya gula pereduksi
(B) Warna flakes dengan gugus amina primer dari asam
Ikan amino, reaksi ini dikenal sebagai reaksi
160oC 10,00 a Maillard (Winarno, 1997).
Perbandingan Konsentrasi Suhu Pemangganan terigu (a), dan interaksi perbandingan
Tepung Sorgum (B) tepung sorgum termodifikasi dan terigu
Termodifikasi dengan serta suhu pemanggangan (ab) memberian
Tepung Tepung Terigu pengaruh terhadap kadar protein flakes
b1 b2 b3
dan Suhu Pemanggangan
ikan. Untuk melihat perbedaan dari
(A)
pengaruh tersebut maka dilakukan uji
a1 C B C
lanjut Duncan. Hasil uji lanjut Duncan
5,07 5,51 7,75
25% : 75%  dapat dilihat pada Tabel 11.
9 5 3
  A Ab B
Tabel 8. Pengaruh Interaksi Perbandingan
a2 B A B
Konsentrasi Tepung Sorgum
4,62 3,64 5,01
 50% : 50%
9 4 3 Termodifikasi Dengan Tepung Terigu dan
  A a A Suhu Pemanggangan Terhadap Kadar
a3 A C A Protein flakes Ikan
4,37 6,02 3,31
 75% : 25%
4 1 5
  A ab B Keterangan : Angka yang diikuti oleh
Tekstur huruf yang sama dalam baris dan kolom
Tabel 7. Pengaruh Perbandingan menunjukan tidak berbeda nyata pada
Konsentrasi Tepung Sorgum Temodifikasi taraf nyata 5%. Huruf Kecil dibaca
dengan Tepung Terigu terhadap tekstur) horizontal dan huruf besar dibaca vertikal.
Terhadap Tekstur flakes ikan Berdasarkan pada Tabel 11 diatas
dengan perbandingan konsentrasi tepung
sorgum termodifikasi dengan tepung
tepung terigu dan suhu pemanggangan
dan suhu pemanggangan yang berbeda
Perbandingan
Konsentrasi Tepung diperoleh hasil a1 terhadap b1 yang
Rata-Rata Rasa singgnifikan dibandingankan a1 terhadap
Sorgum Termodifikasi
Tekstur (sebelum b2 yang mengalami kenaikan yang tidak
dengan Tepung
direndam susu) terlalu signifikan, kemudian dari a1
Tepung Terigu dan
Ikan
Suhu Pemanggangan terhadap b3 mengalami kenaikan yang
(A) signifikan terhadap kadar protein flakes
75% : 25% (a3) 11,69 a ikan. Pada perbandingan tepung sorgum
50% : 50% (a2) 12,36 a termodifikasi dengan tepung terigu dan
75% : 25% (a1) 13,20 a suhu pemanggangan yang berbeda
Keterangan : nilai rata-rata yang ditandai diperoleh hasil a2 terhadap b1, b2, b3 tidak
dengan menggunakan huruf yang sama ada perubahan yang signifikan terhadap
menunjukan bahwa perlakuan tidak kadar protein flakes ikan. Pada
berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji perbandingan tepung sorgum
Duncan dan jika ditandai dengan huruf termodifikasi dengan teirgu dan suhu
yang tidak sama menunjukan berbeda pemangganan a3 terhadap b1 yang
nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan. singgnifikan dibandingankan a3 terhadap
Respon Kimia b2 yang mengalami kenaikan yang tidak
terlalu signifikan, kemudian dari a3
Analisis Kadar Protein terhadap b3 mengalami kenaikan yang
Berdasarkan hasil ananlisis variansi signifikan terhadap kadar protein flakes
yang ditujunkan ternyata perlakuan ikan.
perbandingan konsentrasi tepung sorgum
termodifikasi dengan tepung tepung
16

Protein berfungsi sebagai zat yang membentuk senyawa, rasa dan aroma
pembangun dan pengatur dalam tubuh. makanan. Protein murni dalam keadaan
Sebagai zat pembangun protein selalu tidak dipanaskan hanya memiliki rasa dan
membentuk jaringan-jaringan baru dalam aroma yang tidak berarti. Perlakuan panas
tubuh dan mempertahankan jaringan yang dalam bahan makanan memang perlu
telah ada. Protein ikut pula mengatur dilakukan untuk mempersiapkan bahan
berbagai proses dalam tubuh dengan sehingga sesuai dengan selerea konsumen.
membentuk zat-zat pengatur prosses Pemanasan yang berlebihan atau
dalam tubuh, mengatur keseimbangan perlakuan lain mungkin akan merusak
cairan dalam jaringan dan pembuluh protein apabila dipandang dari sudut
darah. Sifat amfoter protein yang dapat pandang gizi (Sudarnadji, 1996)
bereaksi dengan asam dan basa, dapat
Denaturasi protein dapat diartikan
mengatur keseimbangan asam dan basa
suatu perubahan atau modifikasi terhadap
dalam tubuh (Winarno, 1992).
struktur sekunder, tersier dan kuartener
Kadar protein sorgum lebih tinggi dari terhadap molekul protein, tanpa terjadinya
jagung, beras pecah kulit dan jewawut, pemecahan ikatan-ikatan kovalen, karena
tetapi lebih rendah dibanding gandum. itu denaturasi dapat pula diartikan sebagai
Kandungan protein sorgum relatif tidak suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen,
berbeda dengan jagung dan sebanding interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan
dengan mutu protein terigu. Salah kriteria terbukanya lipatan biru molekul.
mutu protein suatu bahan ditnujukan oleh Perlakuan panas dapat memberikan
komposisi asam aminonya. Kadar asam pengaruh yang menguntungkan dan
glutamat tepung sorgum (1,39%-1,58%) merugikan terhadap protein. Pengaruh
lebih rendah dibandingkan dengan terigu yang menguntungkan yaitu meningkatkan
(3,38%). Meskipun asam glutamat bukan daya guna protein, sebab adanya
termasuk asam amino esensial, namun pemanasan pada proses pengolahan dapat
berpengaruh terhadap sifat sensori produk menginaktifkan atau menurunkan protein
olahan, terutama dari segi rasa. Hal ini inhibitor (Winarno, 1997)
ditunjunkuan oleh hasil uji organoleptik
Analisis Kadar Karbohidrat (Gula
roti tawar dengan bahan tepung jagung
Total)
mensubstitusi terigu hingga 20%. Tepung
sorgum mengandung asam amino leusin Berdasarkan analisis variansi
(1,31% - 1,39%) yang lebih tinggi didapatkan tidak ada pengaruh dari
dibandingkan dengan terigu (0,88%), perbandingan konsentrasi tepung sorgum
tetapi lisin tepung sorgum hanya 0,16%, termodifikasi dengan tepung tepung
lebih rendah dibanding terigu 0,38% terigu (a), suhu pemanggangan (b)
(Suarni, 2004). maupun interaksi antara perbandingan
tepung sorgum termodifikasi dengan
Protein memiliki molekul besar,
tepung terigu dan suhu pemanggangan
maka protein mudah sekali mengalami
terhadap kadar kabohidrat (gula total)
perubahan bentuk fisis maupun aktivitas
flakes ikan patin.
biologis. Pemanasan merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan sifat alamiah Gula total merupakan campuran gula
protein yaitu denaturasi protein. Dengan reduksi dan non reduksi yang merupakan
adanya pemanasan, protein dalam bahan hasil hidrolisa pati. Gula reduksi adalah
makanan akan mengalami perubahan dan gula yang mempunyai kemampuan untuk
membentuk persenyawaan dengan bahan mereduksi. Sifat mereduksi ini disebabkan
lain, misalnya dengan asam amino hasil adanya gugus hidroksil yang bebas dan
perubahan protein dengan gula pereduksi reaktif.
Pati tersusun atas amilosa dan menunjukan bahwa perlakuan tidak
amilopektin, dimana amilosa bersifat larut berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji
dalam air, sedangkan amilopektin tidak Duncan dan jika ditandai dengan huruf
larut dalam air. Proses pemanasan pati yang tidak sama menunjukan berbeda
terjadi kehilangan sebagian amilosa, nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan.
sehingga terjadi penurunan kadar pati.
Semakin tinggi proses pemanggangan,
Amilosa mempunyai rantai lurus yang
maka kadar air flakes ikan yang dihasilkan
cenderung membentuk susunan paralel
semakin rendah. Hal ini disebabkan
satu sama lain dan saling berikatan
karena pada saat dilakukan pemanggangan
melalui ikatan hidrogen. Ikatan ini dapat
terjadi penguapan dari bahan yang
terjadi karena molekul amilosa
dipanggang. Proses pemanggangan
mempunyai banyak gugus hidroksil,
dengan suhu yang bervariasi
dimana gugus ini bersifat polar dan sifat
menyebabkan penguapan kadar air yang
polar ini menyebabkan amilosa bersifat
berebeda. Semakin tinggi suhu
hidrofilik (Winarno, 1997).
pemanggangan yang dilakukan, maka
Kadar Air panas yang diterima oleh bahan akan lebih
banyak sehingga jumlah air yang diuapkan
Air merupakan komponen penting
dalam bahan pangan tersebut semakin
dalam bahan makanan karena air dapat
banyak, dan kadar air yang terukur
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta
menjadi rendah.
cita rasa. Kandungan air dalam bahan
pangan menentukan daya terima, Pemanggangan pada umumnya
kesegaran, dan umur simpan suatu bahan melibatkan penambahan kalor pada bahan
(Winarno, 1992). pangan dan penghilangan kandungan air
dalam bentuk uap air. Jika kalor diberikan
Kadar air dalam bahan makanan
kepada bahan pangan, suhu bahan pangan
mempengaruhi daya tahan makanan
dapat meningkat dan air dalam bahan
terhadap serangan mikroba yang
pangan menguap (Harris, 1989).
dinyatakan dengan aw minimum agar
dapat tumbuh dengan baik (Winarno, Respon Fisik
1997).
Daya serap air merupakan kemampuan
Berdasarkan ANAVA terdapat suatu bahan pangan dalam menyerap air
pengaruh perbandingan tepung sorgum yang ada disekitarnya. Salah satu yang
termodifikasi dengan tepung terigu (a) mempengaruhi daya serap air adalah
terhadap kadar air flakes ikan, untuk porositas. Porositas bahan adalah jumlah
mengetahui perbedaan tersebut dilakukan rongga udara yang terdapat di antara
uji lanjut Duncan seperti pada Tabel 12. partikel-partikel bahan. Bahan pangan
dengan porositas yang besar akan lebih
Tabel 9. Pengaruh Suhu Pemanggangan
mudah menyerap air dibandingkan bahan
Terhadap Kadar Air Flakes Ikan.
pangan dengan porositas yang kecil
Perbandingan Tepung Rata-Rata Aroma (Anwar, 1990 dalam Helena, 2010).
Sorgum Termodifikasi flakes Ikan
dan Terigu (A)
140oC 1,85% a
160 oC 2,32% a
150 C
o
3,02% a

Keterangan : nilai rata-rata yang ditandai


dengan menggunakan huruf yang sama
18

Berdasarkan analisis variansi serap meruapakan hal penting dalam


didapatkan pengaruh perbandingan rehidrasi yang dipengaruhi panas. Tri
konsentrasi tepung sorgum termodifikasi (2015) mengatakan, semakin tinggi kadar
dengan tepung tepung terigu dan suhu pati dalam flakes maka nilai penyerapan
pemanggangan (a) terhadap daya serap air air akan meningkat karena terjadinya
flakes ikan patin. Untuk mengetahui gelatinisasi pati yang semakin banyak.
perbedanya dilanjutkan dengan uji lanjut Semakin tinggi kadar pati dalam suatu
Duncan pada Tabel 13. produk, maka daya serap airnya juga juga
semakin tinggi. Hal ini disebabkan
Tabel 10. Perbandingan Konsentrasi
granula pati mempunyai kemampuan
Tepung Sorgum Termodifikasi Dengan
menyerap air yang sangat besar karena
Tepung Tepung Terigu Terhadap Daya
jumlah gugus hidroksil pati sangat besar.
Serap Air Flakes Ikan Patin

Perbandingan Rata-Rata Nilai


Konsentrasi Tepung Daya Serap Air Produk Terpilih
Sorgum Termodifikasi Flakes Iksn
Hasil analisis uji organoleptik flakes
Dengan Tepung
Tepung Terigu (A) ikan terhdap aroma, rasa, warna, tekstur
(sebelum direndam susu), tekstur (setelah
25% : 75% 35,81 a direndam susu) yang paling disukai dan
50% : 50% 37,25 a analisis kimia yang meliputi kadar protein
dengan metode mikro kjehdahl, kadar air
75% : 25% 49,85 a dengan metode gravimetri, dan kadar
Keterangan : nilai rata-rata yang ditandai karbohidrat (gula total) dengan metode
dengan menggunakan huruf yang sama luff schoorl pada penelitian utama telah
menunjukan bahwa perlakuan tidak diuji, maka diperoleh perlakuan terbaik
berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji yang mengacu pada sifat fisiko kimia
Duncan dan jika ditandai dengan huruf yang diinginkan pada produk flakes ikan
yang tidak sama menunjukan berbeda patin.
nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan. Berdasarkan hasil analisis terhadap
Peningkatan daya serap air disebabkan respon organoleptik, respon kimia dan
adanya pati yang telah tergelatinisasi respon fisik maka didapat produk terpilih
selama proses pengeringan. Gelatinisasi yaitu sampel a1b3 flakes ikan dengan
meningkatkan daya serap air karena perlakuan dan kemudian dilakukan uji
terputusnya ikatan hidrogen antarmolekul aktivitas antioksidan untuk mengetahui
pati sehingga air lebih mudah masuk ke apakah produk tersebut masih
dalam molekul pati. Dinding sel akan mengandung antioksidan seperti halnya
menyerap air dan melunak jika bahan yang diinginkan peneliti bahwa produk
kering direndam dalam air. Dengan tersebut mengandung antioksidan.
adanya elastisitas, dinding sel akan Hasil dan Pembahasan Sampel Terpilih
kembali ke bentuk semula. Adanya
elastisitas pada dinding sel disebabkan Berdasarkan hasil analisis aktivitas
oleh komposisi dan struktur dinding sel antioksidan dalam produk terpilih dengan
tersebut. Setiap perlakuan yang kode sampel a1b3 didapatkan hasil sebagai
mempengaruhi elastisitas dinding sel akan berikut .
mempengaruhi volume rehidrasi dan
jaringan. Elastisitass dinding sel dan daya
80 penelitian ini dimaksudkan untuk
70 mengetahui aktivitas antioksidan total
60 f(x) = 0.1626546003 x − 10.5915870622
R² = 0.998631268127958 yang terdapat dalam sampel terbaik flakes
50 ikan patin.
40
Pengukuran aktivitas antioksidan
30
dilakukan dengan uiji metode DPPH (2,2
20
difenil-1-pikrilhidrazil sebagai sumber
10
radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi
0
50 100150200250300350400450500550 pengangkapan hidrogen oleh DPPH dari
zat antioksidan dengan reaksi sebagai
Gambar 1. Pengujian Aktivitas berikut :
Antioksidan Sampel a1b3

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas


antioksidan pada sampel a1b3 dengan nilai
IC50 sebesar 372,454, ini dapat diartikan
bahwa aktivitas antioksidan dari produk
flakes ikan ini tidak terlalu baik karena Gambar 2. Reaksi Penangkapan Hidrogen
dilihat dari nilai IC50nya tergolong cukup Oleh DPPH dari Zat Antioksidan
besar. Semakin kecil nilai IC50 semakin
aktif aktivitas antioksidannya dan Menurut Yulia (2007), uji aktivitas
sebaliknya semakin besar nilai IC 50 antioksidan menggunakan DPPH
semakin tidak aktif aktivitas merupakan salah satu metode uji
antioksidannya. pengukuran kapasitas antioksidan yang
sederhana, cepat dan murah. Uji DPPH
Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50) tidak spesifik menguji suatu komponen
adalah konsentrasi antioksidan (µg/mL) antioksidan, tetapi digunakan untuk
yang mampu meredam radikal bebas pengukuran kapasitas antioksidan total
sebanyak 50% dibanding kontrol melalui pada bahan pangan. Pengukuran total
suatu persamaan garis linear. Nilai IC50 kapasitas antioksidan akan membantu
diperoleh dari perpotongan garis antara untuk memahami sifat – sifat fungsional
daya hambatan dan sumbu konsentrasi, bahan pangan.
kemudian dimasukkan ke dalam
persamaan y = a + bx, dengan y = 50 dan Sorgum kaya akan kandungan senyawa
nilai x menunjukkan IC50. Ekstrak fenolik. Komponen senyawa fenolik pada
dinyatakan aktif sebagai antioksidan bila sorgum dapat dikategorikan ke dalam dua
nilai IC50 kurang dari 200 µg/mL bagian besar, yaitu asam fenolat dan
(Molyneux, 2004) flavonoid. Asam fenolat merupakan
turunan asam benzoat atau asam sinamat,
Antioksidan merupakan senyawa yang sedangkan tanin dan antosianin termasuk
dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan ke dalam golongan flavonoid (awika et al.,
mengikat radikal bebas dan molekul yang 2004). Menurut Suarni, (2004) senyawa
sangat reaktif sehingga kerusakan sel akan yang lebih menonjol dari sogum
dihambat. Antioksidan terdapat dalam dibandingkan jagung adalah senyawa
beberapa bentuk, di antaranya vitamin, polyphenol (tanin), asam fitat dan
mineral, dan fitokimia. Berbagai tipe antosianin. Tanin merupakan senyawa
antioksidan bekerjasama melindungi sel antinutrisi yang merugikan sistem
normal dan menetralisir radikal bebas. pencernaan manusia. Tanin merupakan
Pengukuran aktivitas antioksidan pada salah satu senyawa yang termasuk ke
20

dalam golongan polifenol. Senyawa tanin terigu 25% : 75% dengan suhu
dapat menikat protein alkaloid dan gelatin. pemanggangan 160oC) dan kadar
aktivitas antioksidan sampel tersebut
Antosinanin merupakan salah satu
yaitu dengan nilai IC50 372,4154
kelas utama dari flavonoid yang paling
penting dari biji sorgum. Struktur senyawa µg/ml
antosianin dalam biji sorgum tidak seperti Saran
antosianin pada umumnya, agak unik,
karena tidak memiliki gugus hidroksil Berdasarkan hasil evaluasi penelitian yang
pada cincin karbon (C) nomor 3 sehingga telah dilakukan, peneliti mengajukan
dinamakan 3-deoksiantosianin. Keunikan beberapa saran diantaranya sebagai
tersbut menebabkan antosianin pada berikut :
sorgum lebih stabil pada pH tinggi
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dibanding antosianin yang berasal dari
terhadap penggunakaan
buah-buahan dan sayuran.(Awika dan
mikroorganisme yang digunakan dalam
Rooney, 2004).
modifikasi tepung sorgum.
KESIMPULAN DAN SARAN 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap umut simpan dari flakes ikan
Kesimpulan patin.
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
perbandingan tepung sorgum terhadap analisis kadar serat dari flakes
termodifikasi dengan tepung terigu dan ikan patin.
suhu pemanggangan terhadap sifat fisiko
DAFTAR PUSTAKA
kimia flakes ikan patin dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Amalia, Tika (2008). Pengaruh
1. Berdasarkan hasil penelitian Karakteristik Gula Merah Dan
pendahuluan didapatkan kadar dekstrin Proses Pemasakan Terhadap Mutu
terbesar pada tepung sorgum Organoleptik Kecap Manis. Skripsi.
termodifikasi dengan menggunakan Universitas Pertanian Bogor
koji Aspergillus oryzae yaitu sebesar
Andriani, R. (1998). Mempelajari
14,14 %.
Pengaruh Perbedaan Temperatur
2. Berdasarkan hasil penelitian utama
dan Lama Pemanggangan
pengaruh tepung sorgum termodifikasi
Terhadap Karakteristik Corn
dengan suhu pemanggangan tidak
Flakes. Tugas akhir, Jurusan
menunjukan adanya pengaruh terhadap
Teknologi Pangan, Fakultas Teknik,
aroma, rasa, warna, tekstur, kadar air,
Universitas Pasundan. Bandung.
kadar karbohidrat (gula total), daya
serap air flakes ikan, serta menunjukan Anwar F. (1990). Mempelajari Sifat Fisik,
interaksi antara perbandingan tepung Organoleptik dan Nilai Gizi Protein
sorgum termodifikasi dengan tepung Makanan Bayi Dari Campuran
terigu dan suhu pemanggangan Tepung Beras Konsentrat Protein
berpengaruh nyata terhadap kadar
Jagung dan Tepung Tempe. Tesis.
protein flakes ikan patin.
Bogor: Program Pascasarjana,
3. Berdasarkan penelitian utama terhadap
respon kimia, respon fisik dan respon Institut Pertanian Bogor
organoleptik didapatkan sampel terbaik Anwar F. 1990. Mempelajari Sifat Fisik,
yaitu a1b3 (perbandingan tepung Organoleptik dan Nilai Gizi
sorgum termodifikasi dengan tepung Protein Makanan Bayi Dari
Campuran Tepung Beras Febriyani, Farrah (2013). Kajian
Konsentrat Protein Jagung dan Konsentrasi Koji Lactobacillus
Tepung Tempe. Tesis. Bogor: plantarum Dan Suhu Pada Proses
Program Pascasarjana, Institut Fermentasi Kering Terhadap
Pertanian Bogor Karakterisktik Kopi Varietas
Awika. J.M. San I. W. Rooney, (2004). Robusta. Artikel Penelitian.
Sorghum Phytochemicals and Universitas Pasundan Bandung
Their Potential Impact On Human
Frizell, D., Cocodrilli, G., Cante, C. J.,
Health. J. Phytochemistry, 65:
(1992), Breakfast Cereal, Didalam
1199-1221.
Y. H. Hui Enciclopedia of Food
Balai Penelitian Tanaman Serealia. Science and Tecnology, John Willey
(2004). and Sons Inc, New York.
http://litbang.pertanian.go.id.
Gaman, P. M., Sherrington, K. B., (1994),
Akses 25 maret 2015
Ilmu Pangan, Edisi Kedua,
Buckle, K. A., R. A., Edwards, G. H., Diterjemahkan oleh Murdijati
Fleet and Wooton., (1987), Ilmu Garajito, Sri Naruki, Agnes
Pangan, (terjemahan : Purnama, H Murdiati, dan Serdjono, Penerbit
dan Adiono), UI-Press, Yogyakarta. Universitas Gajah Mada Press,
Yogyakarta.
Deman, J.M., (1997), Kimia Makanan,
Bandung : Penerbit ITB. Gasperz, V., (1995), Metoda Rancangan
Percobaan, Edisi Kedua, Penerbit
Elvira, (2008). Studi Pembuatan Flakes CV. Armico, Bandung.
Dengan Beberapa Tingkat
Perbandingan Tepung Ubu Jalar Hapsari, Sri., (1992), Pengaruh
Kunung dan Tepung Biji Kecipir. Perlakuan Penghilangan Kulit
Skripsi ,Fakultas Pertanian, Jagung, Penyiapan Tepung dan
Universitas Andalas. Padang Variasi Waktu Tempering
Terhadap Sifat-Sifat Corn Flakes,
Etuk, E. B, Ifeduba, A.V. Okata. U.E. Skripsi, Fakultas Mekanisasi dan
Chiaka. Okoli, Ilfealnyi, C.c Hasil Pertanian, IPB, Bogor.
Okeudo. N.J., Esonu, B.O.
Udedibie. A.B.I dan Moreki. J.C Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan
(2012). Nutrient Composition and Beras. Penerbit UGM Press.
Feeding Value Of Sorghum For Yogyakarta.
Livestock and Poultry: a review. Huang, Tzou-Chi dan Der-Feng Teng,
Journal Of Animal Science (2004), Soy Sauce :
Advances 2 : 21-23. Manufacturing and Biochemical
Changes, Handbook of Food and
Febrianty,K. Dewanti, T.W. Dita, S.W,
Beverages Fermentation
Ida, N.P, Mahar, J.M (2015). Techonology. Marcel Dekker, Inc.
Pengaruh Proporsi Tepung (Ubi New York
Jalar Terfermentasi : Kecambah
Kacang Tunggak) Dan Lama Isnaini, N. (2005). Pengaruh
Perkecambahan Terhadap Penambahan Tepung Beras Dan
Kualitass Fisik Dan Kimia Flake. Gliserin Terhadap Kualitas
Fisikokimia Dan Organoleptik
Jurnal Pangan dan Agroindustri
22

Flakes Tempe. Muchtadi, T. R., Hariyadi, P., Ahza, A.


http://infopus@umm.ac.id. Akses B., (1988), Teknologi Ekstruksi,
20/06/2010. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kartika, B., Hastuti, P dan Supartono, W., Mulyati, S. (2007). Pengaruh


(1988), Pedoman Uji Inderawi Perbandingan Tepung Bekatul
Bahan Pangan, Universitas (Rice Bran) Dengan Tapioka
Gajah Mada Press, Yogyakarta. (Manihot utillissima POHL.) dan
Konsentrasi Sukrosa Terhadap
Kementrian Kelautan dan Perikanan Karakteristik Makanan Sarapan
(2011), http://kkp.Go.id. Akses 20 Flakes Bekatul (Rice Bran
Maret 2015 Flakes). Tugas akhir. Jurusan
Khairuman dan Sudenda, D., 2002. Teknologi Pangan. Fakultas Teknik,
Budidaya Ikan Patin Secara Universitas Pasundan. Bandung.
Intensif. PT. Penebar Swadaya, Nurjanah E. (2000). Analisis
Jakarta. Karakteristik dan Pola Konsumsi
Sereal Sarapan. Skripsi. Fakultas
Khasanah, U. (2004). Formulasi, Teknologi Pertanian, Institut
Karakterisasi Fisiko-Kimia dan Pertanian Bogor, Bogor.
Organoleptik Produk Makanan
Sarapan Ubi Jalar (Sweet Potato Paradiso VM, Summo C, Trani A,
Flakes). Skripsi. Fakultas Caponio F. (2008). An Effort to
Teknologi Pertanian, Institut Improve the shelf life of breakfast
Pertanian Bogor. Bogor. cereal using natural mixer
tocopherols. J Cereal Sci. (47) 322-
Koswara. S. (2003). Optimalisasi Sweet 330
Potato Flake. Laporan Akhir
Penelitian Rusmas Diversifikasi Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin
Pangan Pokok. Bogor : Pusat Studi Supriyanti.( 1994). Dasar-Dasar
Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Biokimia. Jakarta: UI- Press.
Bogor.
Richana, N. Budiyanto, A. Dan Mulyawati
Kurniawan, Agus (2011) Pembuatan Ira. (2010). Pembuatan Tepung
tepung talas (Colocais esculenta Jagung Termodifikasi dan
L. Schoot) Melalui Proses Pemanfaatannya Untuk Roti.
Fermentasi Menggunakan Starter
http://balitsereal.litbang.pertanian.
Mikroorganisme, Tugas Akhir
go.id/ind/. Diakses 2 juli 2015
Jurusan Teknologi pangan, Fakultas
Teknik, Universitas Pasundan. Rooney, L. W, Serna S. (2000).
Manley, D. J., (1983), Tecnology of Handbook Of Cereal Science
Biscuit, Creackers, and Cookies, Technology. Marcel Dekker. New
Ellis Howard Limited, London. York

Molyneux, P. (2004). The use of the Roseliana, S. A. (2008). Optimasi


stable free radikal diphenyl Formulasi Bahan Baku Flakes
picryhydrazyl (DPPH) dor Kedelai (Glycine max (L) Merr)
estimating antioxidant activity. Dengan Menggunakan Aplikasi
Journal Science of Technology. Program Linier. Tugas akhir.
Jurusan Teknologi Pangan. Fakultas
Teknik, Universitas Pasundan. Taylor, John, R, N. (2006). Novel Food
Bandung. and non Food Uses For Sorghum
and Millets, University of Pretoria,
Rukmana, Jaka (2013), Pengaruh South Africa.
konsentrasi starter
mikoorgnaisme dan Lama Tribelhorn RE. (1991). Breakfast cereal
Fermentasi Terhadap In : Lorenz KJ, Kulp K (eds).
Karakteristik Tepung Talas Handbook Of Cereal Science and
(Calocasia esculenta L. Schot) Technology. Marcel Dekker Inc.
Termodifikasi. Tugas Akhir New York, pp 741 – 762
Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknik, Universitas Pasundan. Winarno, F.G., (1997), Kimia Pangan
dan Gizi, PT. Gramedia Pustaka
Saanin, M. H., 1984. Taksonomi dan Utama, Jakarta.
Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1
Wood, J. B., Brian, 1985, Microbiology
dan 2. Penerbit Bina Cipta, Bogor.
of Fermented Foods, second
Saanin. H. (1984). Teksonomi dan Kunci volume, Elsevier Applied Science
Identifikasi Ikan. Jakarta : Bina Publisher, London and New York.
Cipta
Yulia O. 2007. Pengujian Kapasitas
SII., (1994), Garam Dapur, Depertemen Antioksidan Ekstrak Polar,
Perindustrian Republik Indonesia. Nonpolar, Fraksi Protein dan
Nonprotein Kacang Komak
SII., (1994), Gula Pasir, Depertemen (Lablab purpureus (L.) sweet).
Perindustrian Republik Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Soekarto, S. T., (1985), Penilaian
Bogor.
Organoleptik Untuk Industri
Zaitsev et al., 1969. Fish Curing and
Pangan dan Hasil Pertanian,
Bharata Kaya Aksara, Jakarta. Processing. MIR Publishers,
Moscow
Standar Nasional Indonesia 0177-1990.
(1990). Syarat Mutu Air.
Direktorat Jenderal Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Jakarta.
Suarni (2004). Pemanfaatan Tepung
Sorghum Untuk Produk Olahan.
Jurnal Litbang Pertanian 23 (4):
145-151
Sudarmadji, (1996), Prosedur Analisis
Untuk Bahan Makanan dan
Pertanian, Edisi Kedua, Liberty,
Yogyakarta
Susanto, H. dan Amri, K., 1996.
Budidaya Ikan Patin. PT. Penebar
Swadaya, Jakarta

You might also like