Professional Documents
Culture Documents
ARTIKEL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Sarjana Teknik
Program Studi Teknologi Pangan
Oleh :
M. Rifai Tarmizi
113020026
M. Rifai Tarmizi*, Ir. Hervelly, MP.,**, dan Dr. Ir. Willy Pranata Widjaja, M.Si.,**
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Univesitas Pasundan Bandung.
ABSTRAK
The purpose of research was obtained the Effect of flour concentration modified flour sorghum
with wheat flour proportion to physical and chemical of catfish flakes and to obtain the effect boil
tempereture to physical and chemical of catfish flakes than to obtain interaction the Effect of flour
concentration modified flour sorghum with wheat flour proportion and boil temperature to physal and
chemical of catfish flakes. The benefit of research to increase fish consumtion in indonesian, than to
adding more variable of ingridients fish product.
The method research was devide into two stage consist of introduction research and primary
research. The intoduction reseach do within two phases that was make a koji with several
microorganism (Bacillus subtilis, Aspergillus oryzae, Sacharmoyces cerevisiae) and than make some
modified flour used by that koji, also to conclude analyize the levels of dextrin modified flour of
sorghum that would be used for primary research. The research was arranged by using the
Randomized Block Design (RBD) factorial’s pattern 3 x 3 with 3 time repeatation. The main factor is
concentration modified flour of sorghum with flour wheat proportion (A) there is several standard
available a1 (25%:75%), a2 (50%:50%), a3 (75% : 25%) and boil temperature (B) with b 1 (140oC) b2
(150oC)b3 (160oC).
Based on the result of main research showed flour concentration modified flour of sorghum with
flour wheat proportion to physical and chemical of catfish flakes not true effect based on preference
respond, chemical respond, pshyscal respond. Result of main research from preference test, chemical
analyze, and physical analyze fish flakes gained best treatment, there is a 1b3 flour concentration
modified flour of sorghum with flour wheat proportion 25%:75% with boil tempereature is 160 oC.
PENDAHULUAN
1
2
Tarigan (2009) menuturkan terlihat dari penurunan kadar pati dan serat
perlakuan untuk pembuatan tepung ubi kasar (Rukmana, 2013).
ajalar termodifikasi secara fermentasi ragi
Lama fermentasi dengan campuran
tape digunakan konsesntrasi 2%, 2.5%,
starter Lactobacillus sp, Bacillus sp dan
dan 3% dimana konsentrasi terpilih pada
Aspergillus oryzae dengan konsentrasi 2%
konsentrasi 2% dengan waktu fermentasi
selama 24 jam berbeda nyata dengan lama
24 jam pada suhu 32oC. Menurut
fermentasi selama 48 jam dan 72 jam
Gumaram (2014), konsentrasi media
terhadap kadar dekstrin tertinggi diperoleh
terbaik dalam pembuatan koji untuk
dari perlakuan lama fermntasi 24 jam
modifikasi tepung sorghum dengan
sebesar 5.64%, sedangkan pada perlakuan
menggunakan mikroba Sacharomyches
48 jam sebesar 4.69% dan pada perlakuan
cerevisiae, Aspergilus oryzae, Bacillus
72 jam sebesar 5.20% (Kurniawan, 2011).
subtilis yaitu sebesar 300 gram dengan
lama fermentasi selama 48 jam. Dalam Menurut (Febriyani, 2013), Hasil
proses modifikasi tepung sorgum ini, percobaan pembuatan koji Lactobacillus
konsentrasi koji yang diperlukan sebesar plantarum dengan penambahan bubuk
10% b/b. kopi Robusta diperoleh bubuk kopi yang
ditambahkan sebanyak 1,6% (b/b)
Proses pembuatan tepung jagung
merupakan koji yang dipilih dengan
termodifikasi menggunakan ragi tape
jumlah sel hidup sebanyak 91,58% dan
dengan konsentari 1% dan lama
jumlah sel hidup/ml adalah 6,0 x 107.
fermentasi 24 jam, mengalami penurunan
Fermentasi biji kopi varietas Robusta yang
kadar abu menjadi 0.25% dan kadar lemak
telah dilakukan pada 27°C, 32°C, 37°C
1.02 %, serta kenaikan kadar kandungan
dan 42°C tanpa penambahan koji dan
air menjadi 12.02%, protein 5.06%, pati
penambahan koji 1%, 2% dan 3%
72.84%. sedangkan menggunakan starter
memperlihatkan adanya korelasi suhu dan
Lactobacillus sp (Bimo SP) dengan
konsentrasi koji terhadap penurunan kadar
konsentrasi 1% dan lama fermentasi 24
kafein dan kadar air biji kopi setelah
jam mengalami kenaikan kadar abu
fermentasi yang ditunjukkan oleh nilai
menjai 0.47%, kadar protein 5.25% dan
koefisien korelasi (r) dari regresi linier
kenaikan kadar air menjadi 11.80%, serta
pada kombinasi setiap perlakuan. Nilai
penurunan kadar lemak menjadi 1.01%
koefisien korelasi (r) kombinasi suhu yang
dan kadar pati menjadi 69.70% (Richana,
bervariasi dengan konsentrasi koji tetap
2010).
terhadap kadar kafein adalah r 1 = -0,8459;
Proses pembuatan tepung talas r2 = -0,8329; r3 = -0,9576; r4 = -0,7717;
termodifikasi , dengan bantuan dan nilai koefisien korelasi (r) kombinasi
mikroorganisme Bacillus subtillis konsentrasi koji yang bervariasi dengan
menunjukan hasil kadar serat 5.0% kadar suhu tetap terhadap kadar kafein adalah r1
pati 54.41% dan warna putih khas tepung, = -0,722; r2 = 0,0 ; r3 = -0,8413; dan r4 = -
sedangkan proses fermentasi dengan 0,5275. Nilai koefisien korelasi (r)
bantuan mikroorganisme Aspergillus kombinasi suhu yang bervariasi dengan
niger menunjukan hasil kadar serat 7%, konsentrasi koji tetap terhadap kadar air
kadar pati 52.08% dan warna tepung putih adalah r1 = -0,227; r2 = -0,911; r3 = -0,520;
kecoklatan. Kemampuan mikroorganisme r4 = -0,815; dan nilai koefisien korelasi (r)
dalam menghasilkan enzim selulose dan kombinasi konsentrasi kojiyang bervariasi
enzim emylose menyebabkan berbedanya dengan suhu tetap terhadap kadar air
kadar serat kasar dan pati. Kemampuan adalah r1 = -0,857; r2 = -0,793 ; r3 = -
Bacillus subtillis lebih unggul 0,872; dan r4 = -0,8881.
dibandingan Aspergillus niger hal ini
Proses pembuatan koji merupakan Hakiim dan Sistihapsari (2010), Sampai
proses fermentasi tradisional yang saat ini pemanfaatan shorgum sebagai
menggunakan substrat padat dan dapat bahan pangan di indonesia masih sangat
digolongkan sebagai fermentasi terbatas karena komposisi tepung sorghum
permukaan. Proses fermentasi koji untuk mensubtitusi tepung gandum hingga
merupakan proses pencampuran kedelai, saat ini hanya mencapai taraf 20% tepung
gandum, dan starter dalam jumlah sorghum. Substitusi tepng sorgum yang
tertentu. Kedela dan gandum yang telah lebih dari 20% akan merubah nilai rasa,
dicampur dengan perbandingan 5:5% tekstur, warna dan aroma yang
sampai 6:4% ditambahkan 0.2-0.3% menurunkan minat konsumen untuk
starter Aspergillus oryzae dan atau mengkonsumsi olahan tepung sorghum.
Aspergillus sojae kemudian diinkubasi Hal ini dikarenakan sorghum kurang
selama 3 hari (Huang dan Teng, 2004). memiliki sifat fisikokimia yang dimiliki
Hampir sebagian starter adalah campuran gandum. Karena itu diperlukan modifikasi
dari khamir kapang dan bakteri, tetapi untuk memaksimalkan potensi sorgum
untuk beberapa tujuan telah digunakan sebagai alternatif bahan pangan yang patut
kultur murni (Muchtadi, 1989). diperhitungkan.
Inkubasi koji sempurna selama tiga Tepung digunakan sebagai bahan
hari. Menurut Andesta (1987), perlakuan tambahan dalam pembuatan flakes ikan.
lama inkubasi koji tiga hari menghasilkan Tepung yang digunakan dalam
kandungan asam nitrogen dan total pembuatan flakes ikan berfungsi sebagai
nitrogen terbesar. Selama masa fermentasi pengikat dan perekat bahan lain. Jumlah
koji, fermentasi bahan memberikan tepung yang digunakan sebaiknya sekitar
kelunakan, kemanisan, dan bau apek 10-30% dari berat daging agar
(jamuran) dimana pertumbuhan kapang menghasilkan Flakes Ikan yang lezat,
memenuhi seluruh permukaan hamparan teksturnya bagus, dan bermutu tinggi
kedelai. Waktu fermentasi merupakan (Mardiah dkk., 2008)
faktor penting dalam fermntasi koji.
Proses pemanggangan dalam
Selama proses fermentasi koji pembuatan flakes memiliki tujuan untuk
dilakukan pengadukan secara berkala agar menghasilkan produk akhir dengan kadar
pertumbuhan kapang merata. Fermentasi air seminimal mungkin. Kadar air yang
koji berlangsung selama 2-3 hari. Bila terkandung dalam produk flakes akan
fermentasi terlalu cepat, maka keaktifan berpengaruh terhadap kerenyahan flakes
enzim yang dihasilkan oleh kapan belum tersebut. Saat proses pemanggangan
mencapai maksimum sehingga tidak akan terjadi reaksi browning non enzimatis dan
menghasilkan komponen yang dapat karamelisasi. Pada saat proses
menimbulkan reaksi penting, sebaliknya pemanggangan, browning non enzimatis
semakin lama waktu fermentasi semakin akan terjadi akibat reaksi antara gugus
banyak spora dan ammonia yang amin pada protein kedelai dan gula
dihasilkan sehingga diduga off-flavor pereduksi pada karbohidrat jagung.
(Amalia, 2008). Sedangkan karamelisasi gula terjadi akibat
pemanggangan pada suhu tinggi, dimana
Menurut balai penelitian tanaman
titik lebur sukrosa adalah 160ºC, bila gula
serealia (2004), kemampuan substitusi
yang telah mencair langsung dipanaskan
tepung shorgum dalam terhadap tepung
terus hingga suhunya melampaui titik
terigu cukup beragam yaitu, untuk
leburnya, maka akan terjadi karamelisasi
cookies 50 – 75%, cake 30 – 50%, roti 20
sukrosa (Winarno, 1992).
– 25%, dan mie 15 – 20%. Menurut
8
Kemudian dilakukan penentuan daerah Respon kimia yang diuji pada flakes ikan
penolakan hipotesis, yaitu : adalah sebagai berikut :
Penentuan kadar protein (Metode
(1) Jika F hitung ≥ F tabel pada taraf 5%, maka Kjedahl Mikro) (AOAC, 1995).
perbandingan konsentrasi tepung sorgum Penentuan kadar air dengan metode
termodifikasi dengan tepung sorgum dan gravimetri (AOAC, 1995).
suhu pemanggangan berpengaruh terhadap Penentuan kadar gula total dengan
karakteristik flakes yang dihasilkan. metode Luffs Schoorl (AOAC, 1995).
Penentuan kadar antioksidan pada yang merupakan starter kering untuk
produk flakes terbaik dengan memperbanyak sel bakteri yang digunakan
menggunakan metode DPPH. serta mengadaptasikan mikroorganisme
tersebut pada lingkungan tempat
Respon Fisik
tumbuhnya. Jenis mikroorganisme terpilih
Respon fisik yang dilakukan adalah adalah jenis mikroorganisme yang mampu
analisis daya serap air produk flakes ikan. menghasilkan kadar dekstrin tertinggi
dalam proses modifikasi tepung sorghum
Respon Organoleptik
tersebut.
Uji organoleptik yang digunakan dalam
Pembuatan Koji
penelitian ini adalah uji kesukaan panelsis
Proses pembuatan koji dilakukan
terhadap respon produk yang diuji dengan
melalui dua tahap yang pertama
skala hedonik yang ditransformasikan ke
pembuatan koji dengan media yang
skala numerik (Soekarto., 1985). Panelis
digunakan untuk pertumbuhan ke tiga
yang digunakan untuk menguji flakesikan
jenis mikroorganisme adalah beras yang
sebanyak 15 panelis dan respon yang diuji
telah dikukus kemudian didinginkan dan
terhadap flakesikan yang dihasilkan
setelah dingin diinokulasi dengan suspensi
meliputi warna, rasa, aroma dan tekstur.
dari masing-masing mikroorganisme yang
Berikut ini adalah skala hedonik yang
digunakan dengan lama fermentasi untuk
digunakan dalam Tabel 4.
Sacharomyces cerevisiae 32 jam, Bacillus
Tabel 1. Skala Hedonik subtilis 24 jam dan Aspergilus oryzae 48
Skala Hedonik Skala Numerik
jam, kemudian dikeringkan pada suhu
Sangat suka 7 50oC hingga kering, selanjutnya koji
Suka 6 kering digiling dan dihasilkan koji
Agak suka 5 Sacharomyces cerevisiae, Bacillus
Biasa 4 subtilis, Aspergillus oryzae. Selanjutnya,
Agak tidak suka 3 koji yang telah didapatkan akan digunakan
Tidak suka 2 dalam pembuatan koji tahap ke dua
Sangat tidak suka 1 dengan menggunakan media yang sama
Sumber : Kartika dkk, 1988 namun dilakukan penambahan sorgum
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan konsentrasi 2-3 % dari bahan baku
yang digunakan. Penambahan sorgum
Penelitian Pendahuluan dalam pembuatan koji bertujuan untuk
mengadaptasikan mikroorganisme yang
Penelitian pendahuluan dilakukan
digunakan dalam media fermentasi
untuk menentapkan perlakuan-perlakuan
selanjutnya. Koji yang telah dihasilkan
terbaik yang akan digunakan pada
dengan penambahan tepung sorgum
penelitian utama. Penelitian pendahuluan
kemudian dilakukan perhitungan jumlah
yang dilakukan meliputi penentuan jenis
koloni dan jumlah bakteri dengan
mikroorganisme terbaik dalam proses
menggunakan metode Total Plate Count
modifikasi terpung sorghum dengan
dan jumlah sel total yang dapat dilihat
menggunakan 3 jenis mikroorganisme
pada Tabel 5.
yang berbeda. Jenis mikroorganisme yang
Tabel 2. Hasil Perhtiungan Jumlah Koloni
digunakan diantaranya Aspergilus oryzae,
dan Sel Total Koji dalam Penelitian
Bacillus subtilis dan Sacharomyces
Pendahuluan
cerevisiae. Sebelum ke 3 jenis mikroba
tersebut digunakan untuk fermentasi
dalam proses modifikasi tepung sorghum,
sebelumnya dilakukan pembuatan koji
12
Jenis
Hasil Perhitungan Dapat juga diisolasi dari Aspergillus
Jumlah Koloni Pada oryzae dan Bacillus subtillis.
Mikroorganisme
Koji (CFU/ml) dan
Dalam Koji Kecepatan reaksi enzim tergantung
Sel Total (Sel/ml)
Koji Aspergilus pada konsentrasi substrat. Namun pada
558 cfu/ml konsentrasi tinggi kecepatan reaksinya
Oryzae
Koji Bacillus tidak lagi tergantung pada konsenstrasi
740 x 104 sel/ml
subtilis substrat. Jadi pada konsentrasi tinggi
Koji kecepatan reaksi tidak dipengaruhi lagi
Sacharomyces 1624 cfu/ml oleh pertambahan konsentrasi. Ini
cerevisiae menunjukan bahwa enzim seolah-olah
Pembuatan Tepung Sorgum Termodifikasi ‘jenuh’ dengan substrat, artinya tidak
Proses modifikasi tepung dengan dapat lagi menampung substrat (Poedjiadi
menggunakan koji yang telah dan titin, 2009).
ditambahkan tepung sorgum lalu Tabel 6 menunjukan kemampuan
difermentasi dengan waktu 48 jam, mendegradasi pati menjadi senyawa yang
kemudian dikeringkan pada suhu 50 OC lebih sederehana (dekstin) dengan
selama 5-6 jam hingga kering. Selanjutnya menggunakan beberapa jenis
digiling menggunakan hingga halus mikroorganisme diantaranya Bacillus
kemudian diayak dengan mesh yang subtilis,Sacharomyces cerevisiae,
berukuran 80, kemudian dilakukan Aspergillus oryzae, didapatkan kadar
analisis kadar dekstin. Kadar dekstrin dekstrin terbaik sebesar 14,14% dengan
tertinggi yang dihasilkan menjadi acuan menggunakan mikroorganisme jenis
terbaik dalam penggunaan bakteri yang kapang yaitu Aspergillus oryzae.
terpilih yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Penelitian Utama
Tabel 3. Hasil Penelitian Pendahuluan
Penentuan Kadar Dekstrin Tepung Penelitian utama merupakan lanjutan
Sorgum Termodifikasi dari penelitian pendahuluan, dimana
Jenis Mikroorganisme perlakuan terpilih dari proses modifikasi
Kadar Dekstrin
Yang Digunakan Pada
Tepung Sorgum
tepung sorgum menggunakan tiga jenis
Proses Modifikasi mikroorganisme berbeda yaitu Bacillus
Termodifikasi (%)
Tepung Sorgum
subtilis, Aspergillus oryzae,
Bacillus Subtillis 12,99
Sacharomyces cerevisae 11,72 Sacharomyces cerevisiae dihasilkan kadar
Aspergillus oryzae 14,14 dekstrin terbesar yaitu 14,14 % yang
dihasilkan oleh Aspergillus oryzae, hal ini
Pati dapat dipecah menjadi unit-unit digunakan sebagai acuan pada penelitian
yang lebih sederhana yaitu dengan utama. Penelitian utama ini meliputi uji
memotong ikatan-ikatan glikosidanya. organoleptik dengan respon rasa, aroma,
Pada reaksi hidrolisis parsial, pati terpecah warma, tekstur (sebelum direndam dengan
menjadi molekul-molekul yang lebih susu) dan tekstur (setelah direndam
dikenal dengan nama dekstrin. Dekstrin dengan susu) dengan respon fisik daya
adalah hasil antara proses hidrolisis pati serap air dari flakes ikan, serta respon
sebelum terbentuk maltosa. Salah satu kimia meliputi analisis kadar protein,
enzim yang dapat memotong ikatan kadar karbohidrat (gula total), Kadar air
tersebut adalah enzim α-amilase. Enzim α- serta aktifitas antioksidan dari sampel
amilase murni dapat diperoleh dari perlakuan terbaik dari 27 perlakuan yang
berbagai sumber, misalnya dari malt ada.
(barley), air liur manusia dan pacreas.
Respon Organoleptik
Rasa sebenarnya sangatlah kompleks. Diketahui
Pada umumnya bahan pangan atau bahwa rasa manis berasal dari senyawa
produk pangan tidak hanya terdiri dari gula seperti sukrosa, pahit oleh quinine,
satu rasa, tetapi merupakan gabungan dari asin oleh garam, dan asam oleh berbagai
berbagai macam rasa secara teroadu jenis asam. Rasa dari produk makanan
sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh pada umumnya tidak hanya terdiri dari
(Kartika, 1988). satu rasa saja akan tetapi merupakan
Berdasarkan ANAVA terdapat gabungan berbagai macam yang terpadu
pengaruh perbandingan konsentrasi sehingga menimbulkan cita rasa makanan
tepung sorgum termodifikasi dengan yang utuh (Kartika dkk, 1988).
tepung terigu pada uji rasa flakes ikan,
Menurut deMan (1997), rasa umum
untuk mengetahui perbedaan tersebut
disepakati bahwa hanya ada empat rasa
dilakukan uji lanjut Duncan seperti pada
dasar yaitu manis, pahit, masam dan asin.
Tabel 7.
Kepekaan terhadap rasa terdapat pada
Tabel 4. Pengaruh Perbandingan kuncup rasa pada lidah. Hubungan antara
Konsentrasi Tepung Sorgum struktur kimia suatu senyawa lebih mudah
Termodifikasi dengan Tepung Terigu ditentukan dengan rasanya. Pada produk
Terhadap Rasa Produk Flakes Ikan. flakes ikan ini rasa yang dapat dirasakan
Perbandingan konsumen yaitu rasa manis, akibat dari
Konsentrasi Tepung penambahan gula pada saat proses
Sorgum Termodifikasi Rata-Rata Rasa pengolahan serta kandungan yang terdapat
dengan Tepung Tepung flakes Ikan pada tepung sorgum termodifikasi dan
Terigu dan Suhu tepung terigu.
Pemanggangan (A)
75% : 25 % 9,98 a Aroma
50% : 50% 12, 04 a
Aroma atau bau makanan sering
25% : 75% 14,47 a
menentukan kelezatan bahan makanan.
Keterangan : nilai rata-rata yang
Aroma lebih banyak berhubungan dengan
ditandai dengan menggunakan huruf yang
panca indera pembau. Aroma baru dapat
sama menunjukan bahwa perlakuan tidak
dikenali apabila berbentuk uap dan
berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji
molekul-molekul komponen aroma
Duncan dan jika ditandai dengan huruf
tersebut harus sampai menyentuh silia sel
yang tidak sama menunjukan berbeda
olfaktori. Aroma yang diterima oleh
nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan.
hidung dan otak merupakan campuran
Berdasarkan hasil uji hedonik yang empat bau utama yaitu harum, asam,
dilakukan terhadap produk flakes ikan tengik dan hangus (Winarno, 1997).
kemudian diolah data secara statistik
Dibawah ini terdapat tabel pengaruh
didapatkan bahwa perbandingan
perbandingan konsentrasi tepung sorgum
konsentrasi tepung sorgum termodifikasi
termodifikasi dengan tepung terigu
dengan tepung terigu tidak berpengaruh
terhadap aroma flakes ikan, untuk
nyata terhadap rasa pada produk flakes
mengetahui perbedaan tersebut dilakukan
ikan.
uji lanjut duncan seperti terlihat pada
Terdapat empat macam rasa dasar yaitu Tabel 8.
manis, asam, asin, dan pahit. Konsep
Tabel 5 Pengaruh Perbandingan
tersebut sebenarnya hanya
Konsentrasi Tepung Sorgum
penyederhanaan, rangsangan yang
Termodifikasi dengan Tepung Terigu
diterima oleh otak, karena rangsangan
Terhadap Aroma Flakes Ikan Patin
elektris yang diteruskan dari sel perasa
14
Protein berfungsi sebagai zat yang membentuk senyawa, rasa dan aroma
pembangun dan pengatur dalam tubuh. makanan. Protein murni dalam keadaan
Sebagai zat pembangun protein selalu tidak dipanaskan hanya memiliki rasa dan
membentuk jaringan-jaringan baru dalam aroma yang tidak berarti. Perlakuan panas
tubuh dan mempertahankan jaringan yang dalam bahan makanan memang perlu
telah ada. Protein ikut pula mengatur dilakukan untuk mempersiapkan bahan
berbagai proses dalam tubuh dengan sehingga sesuai dengan selerea konsumen.
membentuk zat-zat pengatur prosses Pemanasan yang berlebihan atau
dalam tubuh, mengatur keseimbangan perlakuan lain mungkin akan merusak
cairan dalam jaringan dan pembuluh protein apabila dipandang dari sudut
darah. Sifat amfoter protein yang dapat pandang gizi (Sudarnadji, 1996)
bereaksi dengan asam dan basa, dapat
Denaturasi protein dapat diartikan
mengatur keseimbangan asam dan basa
suatu perubahan atau modifikasi terhadap
dalam tubuh (Winarno, 1992).
struktur sekunder, tersier dan kuartener
Kadar protein sorgum lebih tinggi dari terhadap molekul protein, tanpa terjadinya
jagung, beras pecah kulit dan jewawut, pemecahan ikatan-ikatan kovalen, karena
tetapi lebih rendah dibanding gandum. itu denaturasi dapat pula diartikan sebagai
Kandungan protein sorgum relatif tidak suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen,
berbeda dengan jagung dan sebanding interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan
dengan mutu protein terigu. Salah kriteria terbukanya lipatan biru molekul.
mutu protein suatu bahan ditnujukan oleh Perlakuan panas dapat memberikan
komposisi asam aminonya. Kadar asam pengaruh yang menguntungkan dan
glutamat tepung sorgum (1,39%-1,58%) merugikan terhadap protein. Pengaruh
lebih rendah dibandingkan dengan terigu yang menguntungkan yaitu meningkatkan
(3,38%). Meskipun asam glutamat bukan daya guna protein, sebab adanya
termasuk asam amino esensial, namun pemanasan pada proses pengolahan dapat
berpengaruh terhadap sifat sensori produk menginaktifkan atau menurunkan protein
olahan, terutama dari segi rasa. Hal ini inhibitor (Winarno, 1997)
ditunjunkuan oleh hasil uji organoleptik
Analisis Kadar Karbohidrat (Gula
roti tawar dengan bahan tepung jagung
Total)
mensubstitusi terigu hingga 20%. Tepung
sorgum mengandung asam amino leusin Berdasarkan analisis variansi
(1,31% - 1,39%) yang lebih tinggi didapatkan tidak ada pengaruh dari
dibandingkan dengan terigu (0,88%), perbandingan konsentrasi tepung sorgum
tetapi lisin tepung sorgum hanya 0,16%, termodifikasi dengan tepung tepung
lebih rendah dibanding terigu 0,38% terigu (a), suhu pemanggangan (b)
(Suarni, 2004). maupun interaksi antara perbandingan
tepung sorgum termodifikasi dengan
Protein memiliki molekul besar,
tepung terigu dan suhu pemanggangan
maka protein mudah sekali mengalami
terhadap kadar kabohidrat (gula total)
perubahan bentuk fisis maupun aktivitas
flakes ikan patin.
biologis. Pemanasan merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan sifat alamiah Gula total merupakan campuran gula
protein yaitu denaturasi protein. Dengan reduksi dan non reduksi yang merupakan
adanya pemanasan, protein dalam bahan hasil hidrolisa pati. Gula reduksi adalah
makanan akan mengalami perubahan dan gula yang mempunyai kemampuan untuk
membentuk persenyawaan dengan bahan mereduksi. Sifat mereduksi ini disebabkan
lain, misalnya dengan asam amino hasil adanya gugus hidroksil yang bebas dan
perubahan protein dengan gula pereduksi reaktif.
Pati tersusun atas amilosa dan menunjukan bahwa perlakuan tidak
amilopektin, dimana amilosa bersifat larut berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji
dalam air, sedangkan amilopektin tidak Duncan dan jika ditandai dengan huruf
larut dalam air. Proses pemanasan pati yang tidak sama menunjukan berbeda
terjadi kehilangan sebagian amilosa, nyata pada taraf 5% menurut Uji Duncan.
sehingga terjadi penurunan kadar pati.
Semakin tinggi proses pemanggangan,
Amilosa mempunyai rantai lurus yang
maka kadar air flakes ikan yang dihasilkan
cenderung membentuk susunan paralel
semakin rendah. Hal ini disebabkan
satu sama lain dan saling berikatan
karena pada saat dilakukan pemanggangan
melalui ikatan hidrogen. Ikatan ini dapat
terjadi penguapan dari bahan yang
terjadi karena molekul amilosa
dipanggang. Proses pemanggangan
mempunyai banyak gugus hidroksil,
dengan suhu yang bervariasi
dimana gugus ini bersifat polar dan sifat
menyebabkan penguapan kadar air yang
polar ini menyebabkan amilosa bersifat
berebeda. Semakin tinggi suhu
hidrofilik (Winarno, 1997).
pemanggangan yang dilakukan, maka
Kadar Air panas yang diterima oleh bahan akan lebih
banyak sehingga jumlah air yang diuapkan
Air merupakan komponen penting
dalam bahan pangan tersebut semakin
dalam bahan makanan karena air dapat
banyak, dan kadar air yang terukur
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta
menjadi rendah.
cita rasa. Kandungan air dalam bahan
pangan menentukan daya terima, Pemanggangan pada umumnya
kesegaran, dan umur simpan suatu bahan melibatkan penambahan kalor pada bahan
(Winarno, 1992). pangan dan penghilangan kandungan air
dalam bentuk uap air. Jika kalor diberikan
Kadar air dalam bahan makanan
kepada bahan pangan, suhu bahan pangan
mempengaruhi daya tahan makanan
dapat meningkat dan air dalam bahan
terhadap serangan mikroba yang
pangan menguap (Harris, 1989).
dinyatakan dengan aw minimum agar
dapat tumbuh dengan baik (Winarno, Respon Fisik
1997).
Daya serap air merupakan kemampuan
Berdasarkan ANAVA terdapat suatu bahan pangan dalam menyerap air
pengaruh perbandingan tepung sorgum yang ada disekitarnya. Salah satu yang
termodifikasi dengan tepung terigu (a) mempengaruhi daya serap air adalah
terhadap kadar air flakes ikan, untuk porositas. Porositas bahan adalah jumlah
mengetahui perbedaan tersebut dilakukan rongga udara yang terdapat di antara
uji lanjut Duncan seperti pada Tabel 12. partikel-partikel bahan. Bahan pangan
dengan porositas yang besar akan lebih
Tabel 9. Pengaruh Suhu Pemanggangan
mudah menyerap air dibandingkan bahan
Terhadap Kadar Air Flakes Ikan.
pangan dengan porositas yang kecil
Perbandingan Tepung Rata-Rata Aroma (Anwar, 1990 dalam Helena, 2010).
Sorgum Termodifikasi flakes Ikan
dan Terigu (A)
140oC 1,85% a
160 oC 2,32% a
150 C
o
3,02% a
dalam golongan polifenol. Senyawa tanin terigu 25% : 75% dengan suhu
dapat menikat protein alkaloid dan gelatin. pemanggangan 160oC) dan kadar
aktivitas antioksidan sampel tersebut
Antosinanin merupakan salah satu
yaitu dengan nilai IC50 372,4154
kelas utama dari flavonoid yang paling
penting dari biji sorgum. Struktur senyawa µg/ml
antosianin dalam biji sorgum tidak seperti Saran
antosianin pada umumnya, agak unik,
karena tidak memiliki gugus hidroksil Berdasarkan hasil evaluasi penelitian yang
pada cincin karbon (C) nomor 3 sehingga telah dilakukan, peneliti mengajukan
dinamakan 3-deoksiantosianin. Keunikan beberapa saran diantaranya sebagai
tersbut menebabkan antosianin pada berikut :
sorgum lebih stabil pada pH tinggi
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dibanding antosianin yang berasal dari
terhadap penggunakaan
buah-buahan dan sayuran.(Awika dan
mikroorganisme yang digunakan dalam
Rooney, 2004).
modifikasi tepung sorgum.
KESIMPULAN DAN SARAN 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap umut simpan dari flakes ikan
Kesimpulan patin.
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
perbandingan tepung sorgum terhadap analisis kadar serat dari flakes
termodifikasi dengan tepung terigu dan ikan patin.
suhu pemanggangan terhadap sifat fisiko
DAFTAR PUSTAKA
kimia flakes ikan patin dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Amalia, Tika (2008). Pengaruh
1. Berdasarkan hasil penelitian Karakteristik Gula Merah Dan
pendahuluan didapatkan kadar dekstrin Proses Pemasakan Terhadap Mutu
terbesar pada tepung sorgum Organoleptik Kecap Manis. Skripsi.
termodifikasi dengan menggunakan Universitas Pertanian Bogor
koji Aspergillus oryzae yaitu sebesar
Andriani, R. (1998). Mempelajari
14,14 %.
Pengaruh Perbedaan Temperatur
2. Berdasarkan hasil penelitian utama
dan Lama Pemanggangan
pengaruh tepung sorgum termodifikasi
Terhadap Karakteristik Corn
dengan suhu pemanggangan tidak
Flakes. Tugas akhir, Jurusan
menunjukan adanya pengaruh terhadap
Teknologi Pangan, Fakultas Teknik,
aroma, rasa, warna, tekstur, kadar air,
Universitas Pasundan. Bandung.
kadar karbohidrat (gula total), daya
serap air flakes ikan, serta menunjukan Anwar F. (1990). Mempelajari Sifat Fisik,
interaksi antara perbandingan tepung Organoleptik dan Nilai Gizi Protein
sorgum termodifikasi dengan tepung Makanan Bayi Dari Campuran
terigu dan suhu pemanggangan Tepung Beras Konsentrat Protein
berpengaruh nyata terhadap kadar
Jagung dan Tepung Tempe. Tesis.
protein flakes ikan patin.
Bogor: Program Pascasarjana,
3. Berdasarkan penelitian utama terhadap
respon kimia, respon fisik dan respon Institut Pertanian Bogor
organoleptik didapatkan sampel terbaik Anwar F. 1990. Mempelajari Sifat Fisik,
yaitu a1b3 (perbandingan tepung Organoleptik dan Nilai Gizi
sorgum termodifikasi dengan tepung Protein Makanan Bayi Dari
Campuran Tepung Beras Febriyani, Farrah (2013). Kajian
Konsentrat Protein Jagung dan Konsentrasi Koji Lactobacillus
Tepung Tempe. Tesis. Bogor: plantarum Dan Suhu Pada Proses
Program Pascasarjana, Institut Fermentasi Kering Terhadap
Pertanian Bogor Karakterisktik Kopi Varietas
Awika. J.M. San I. W. Rooney, (2004). Robusta. Artikel Penelitian.
Sorghum Phytochemicals and Universitas Pasundan Bandung
Their Potential Impact On Human
Frizell, D., Cocodrilli, G., Cante, C. J.,
Health. J. Phytochemistry, 65:
(1992), Breakfast Cereal, Didalam
1199-1221.
Y. H. Hui Enciclopedia of Food
Balai Penelitian Tanaman Serealia. Science and Tecnology, John Willey
(2004). and Sons Inc, New York.
http://litbang.pertanian.go.id.
Gaman, P. M., Sherrington, K. B., (1994),
Akses 25 maret 2015
Ilmu Pangan, Edisi Kedua,
Buckle, K. A., R. A., Edwards, G. H., Diterjemahkan oleh Murdijati
Fleet and Wooton., (1987), Ilmu Garajito, Sri Naruki, Agnes
Pangan, (terjemahan : Purnama, H Murdiati, dan Serdjono, Penerbit
dan Adiono), UI-Press, Yogyakarta. Universitas Gajah Mada Press,
Yogyakarta.
Deman, J.M., (1997), Kimia Makanan,
Bandung : Penerbit ITB. Gasperz, V., (1995), Metoda Rancangan
Percobaan, Edisi Kedua, Penerbit
Elvira, (2008). Studi Pembuatan Flakes CV. Armico, Bandung.
Dengan Beberapa Tingkat
Perbandingan Tepung Ubu Jalar Hapsari, Sri., (1992), Pengaruh
Kunung dan Tepung Biji Kecipir. Perlakuan Penghilangan Kulit
Skripsi ,Fakultas Pertanian, Jagung, Penyiapan Tepung dan
Universitas Andalas. Padang Variasi Waktu Tempering
Terhadap Sifat-Sifat Corn Flakes,
Etuk, E. B, Ifeduba, A.V. Okata. U.E. Skripsi, Fakultas Mekanisasi dan
Chiaka. Okoli, Ilfealnyi, C.c Hasil Pertanian, IPB, Bogor.
Okeudo. N.J., Esonu, B.O.
Udedibie. A.B.I dan Moreki. J.C Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan
(2012). Nutrient Composition and Beras. Penerbit UGM Press.
Feeding Value Of Sorghum For Yogyakarta.
Livestock and Poultry: a review. Huang, Tzou-Chi dan Der-Feng Teng,
Journal Of Animal Science (2004), Soy Sauce :
Advances 2 : 21-23. Manufacturing and Biochemical
Changes, Handbook of Food and
Febrianty,K. Dewanti, T.W. Dita, S.W,
Beverages Fermentation
Ida, N.P, Mahar, J.M (2015). Techonology. Marcel Dekker, Inc.
Pengaruh Proporsi Tepung (Ubi New York
Jalar Terfermentasi : Kecambah
Kacang Tunggak) Dan Lama Isnaini, N. (2005). Pengaruh
Perkecambahan Terhadap Penambahan Tepung Beras Dan
Kualitass Fisik Dan Kimia Flake. Gliserin Terhadap Kualitas
Fisikokimia Dan Organoleptik
Jurnal Pangan dan Agroindustri
22