Professional Documents
Culture Documents
Sekresi insulin
Dx: Gangguan citra diri
Hiperglikemi
Dx: resiko cedera
Pemberian insulin , Diet ++ palpitasi,berkeringat
Glukosa k otak Hipoglikemi tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual.
Gangguan fungsi otak Aktivasi pusat autonom
Koma
pusing,penglihatan kabur, ktjman mental Hipotalamus
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta,
EGC. Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA.
Yogyakarta: Media Hardy
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
CHRONIC KINDEY DISEASE
D. Faktor Risiko
e) Glomerulonefritis
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara
mendadakpada kedua ginjal. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat
pengendapankompleks antigen antibodi di kapiler-kapiler glomerulus (Muttaqin &
Sari, 2011).Glomerulonefritis akut yang paling lazim adalah yang akibat infeksi
streptokokus(Baradero, 2009).
Glomerulonefritis kronik mungkin mempunyai awitan
sebagaiglomerulonefritis akut atau mungkin menunjukkan reaksi antigen-antibodi
tipeyang lebih ringan yang tidak terdeteksi. Setelah reaksi ini terjadi berulang,
ukuranginjal berkurang sedikitnya seperlima dari ukuran normalnya dan
mengandungmengandung jaringan fibrosa dalam jumlah yang banyak. Dengan
berkembangnyaglomerulonefritis kronik, gejala-gejala dan tanda-tanda serta
insufisiensi ginjaldan GGK terjadi. (Boughman & Hackley,2005).
f) Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai
olehpeningkatan kadar gula darah (hiperglikemia). Hal ini terjadi akibat
penurunankemampuan tubuh untuk merespon insulin atau tidak terbentuknya
insulin olehpankreas (Boughman & Hackley, 2005).
Pada penderita DM, berbagai gangguan pada ginjal dapat terjadi,
sepertibatu saluran kemih, infeksi saluran kemih, pielonefritis akut maupun
kronis, danberbagai macam bentuk glomerulonefritis, yang disebut sebagai
penyakit ginjalnon diabet pada pasien diabetes (Lubis, 2009).
g) Hipertensi
Penyakit ginjal dapat menyebabkan naiknya tekanan darah dan
sebaliknya,hipertensi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan gangguan ginjal.
Namunsulit menentukan apakah hipertensi yang menyebabkan gangguan ginjal
atausebaliknya, gangguan ginjal yang menyebabkan hipertensi (Tessy, 2009).
Beratnya pengaruh hipertensi pada ginjal tergantung dari tingginyatekanan darah
dan lamanya menderita hipertensi. Makin tinggi tekanan darahdalam waktu lama makin
berat komplikasi yang dapat ditimbulkan (Tessy, 2009).
h) Penyakit Batu Ginjal
Obstruksi saluran kemih dapat terjadi di bagian mana saja pada sistemsaluran
kemih, mulai dari kaliks ginjal sampai meatus (Baradero, 2009). Tanda dangejala
obstruksi saluran kemih tergantung pada lokasi dan beratnya obstrusi. Obstrusi yang
tidak ditanganiakan berakhir dengan gagal ginjal (Baradero, 2009).
Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among
Adults Visiting Emergency Departments in the United States. The Journal of
Infectious Disease. 205 : 1374-1381.
Chow A, et al. (2010) Molecular characterization of human homologs of yeast
MOB1. 126(9):2079-89
Murwani, A. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gosyen
Publishing
Parashar, U. D., Glass, R. I., 2012. Viral Gastroenteritis. Dalam : Longo, D. L., Fauci, A. S.,
Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., Loscalzo, J. (eds). 2012.
Harrison‟s Principles of Internal Medicinie. 18 ℎ ed. USA : The Mc Graw-Hill Companies,Inc.
mediator inflamasi
Monosil/makrofag Tubuh kehilangan
cairan
Acute Fibrrile Illness
Silokin pirogen Penurunan cairan
intrasel
Mempengaruhi
hipotalamus anterior
BB berkurang Peningkatan suhu
tubuh
Meningkatnya Gangguan rasa nyaman anoreksia
Peningkatan evaporasi
metabolisme tubuh Hipertermi
Gelisah
Ansietas Ketidakseimbangan
Intoleran aktivitas nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
DAFT AR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta,
EGC. Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA.
Yogyakarta: Media Hardy
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
ANEMIA
A. Definisi Anemia
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah
Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000: 22).
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah
dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41% pada pria
atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita. (Arief Mansjoer, 201:454).
B. Etiologi Anemia
1. Defisit zat besi
2. Faktor-faktor hereditas
3. Penyakit kronis
C. Klasifikasi Anemia
Menurut Handayani & Haribowo (2008) Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb.
Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah sebagai berikut :
- Ringan sekali Hb 10 gr/dL-13 gr/dL
- Ringan Hb 8 gr/dL-9,9 gr/dL
- Sedang Hb 6 gr/dL-7,9 gr/dL
- Berat Hb <6 gr/dL
D. Manifestasi klinik Anemia
1. Gejala umum
Gejala umum disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic syndrome.
Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena,
yaitu sebagai berikut :
a) Sistem kardiovaskular : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
napas saat beraktivitas, angina pectoris, dan gagal jantung.
b) Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
c) Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun.
d) Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala akibat penyakit dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemi. Gejala ini timbul
karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut, misalnya anemia
defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan
menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan
berwarna kuning seperti jerami (Handayani & Haribowo, 2008)
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dimiliki muncul pada penderita anemia adalah
sebagai berikut :
1) Perubahan Perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
2) Kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
3) Intoleran aktifitas b/d Kelemahan Umum
4) Deficit perawatan diri b/d perubahan sirkulasi dan neurologist
(anemia), gangguan mobilitas, defisit nutrisi.
5) Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit.
Keganasan Kanker Gg.Fungsi Ginjal Kerusakan Sumsum Pola Makan tidak Degenerasi Sel Trauma
Tulang teratur (Lansia)
Depresi Gg.produksi hormon Perdarahan >>
Eritrosit Rapuh
sumsum tulang eritropoetin Absorpsi Fe, B12, 1. Asupan Zat besi
2. Kehilangan Darah
asam folat
3. Gg.Absorpsi Tdk terkontrol
Gg.Pembentukan Stimulus
eritrosit pembentukan SDM Kehilangan Komponen
di sumsum tulang pembuatan eritrosit Zat Besi Kehilangan komponen
Vaskuler
Produksi Eritrosit
Eritrosit tidak sempurna Besi Fero
Genetik
Sintesis Globin B
Rx Kompensasi
abnormal Eritrosit mudah
Heme + hemoglobin Vasokontriksi
pecah
Produksi Globin B
Pembentukan eritrosit pd organ
Penurunan Resisten
lain (hepar) Ketidakefektifan
Perifer
eritropoesis
Apoptosis,
Hematomegali
Eritoblast dan SDM a. Pucat
b. Syok Hipolemik
Hemolisis
ANEMIA
Dx: ketidak
Terjadi gangguan
Sesak nafas
efektifan pola pada organ paru
nafas Transpor O2 Dx: gangguan
perfusi jaringan
perifer
Kerja jantung Metabolisme an Kebutuhan O2 tidak terpenuhi
Merangsang aerob
sistem syaraf
simpatik Metabolisme
Hipoxia sel jaringan an aerob
Payah jantung Asam laktat
Aliran darah
GIT Penumpukan
iskemi Lelah Kompensasi oleh jantung ke HR asam laktat
pada jaringan
Peristaltik usus
Dx : Nyeri Dx: gangguan
perfusi jar jantung Kerja jantung Bedrest
Kelelahan
regergitasi
Stress organ
Ketidak mampuan
ostipasi Beban jantung meningkat dalam Dx:
waktu yang lama ADLs
intoleransi aktivitas
Asam lambung
Jantung + GI
Dx: disfungsi Dx : Defisit
mortilitas GI Otot jantung hipertropi Perawatan
Mual muntah diri
Dx: gangguan
perfusi
Kemampuan kompensasi
jaringan GI
anurexia
intake
Berat badan
Kejang - +
Muntah - +
Kernig - +
pupil edema - +
Perdarahan Retina - +
- +
X foto Skedel
Aneurisma. AVM.
Oklusi, stenosis
massa intra hemisfer/
Angiografi vaso-spasme.
Massa intrakranial
densitas bertambah.
Densitas berkurang
(lesi hyperdensi)
CT Scan (lesi hypodensi)
Perdarahan retina atau
corpus vitreum
Crossing phenomena
Merah
Lumbal pungsi Normal
>1000/mm3
Tekanan Jernih
ada shift
Warna
< 250/mm3
Eritrosit shift midline echo
Arteriografi oklusi
EEG di tengah
E. Pemeriksaan Cerebrovascular Accident (CVA)
a. Anamnesis
Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan,
mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik.
Keadaan ini timbul sangat mendadak, dapat sewaktu bangun tidur, sedang
bekerja, ataupun sewaktu istirahat.
b. Pemeriksaan fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital seperti tekanan
darah kiri dan kanan, nadi, pernafasan, tentukan juga tingkat kesadaran
penderita.Jika kesadaran menurun, tentukan skor dengan skala koma glasglow
agar pemantauan selanjutnya lebih mudah, tetapi seandainya penderita sadar
tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi, disertai pemeriksaan saraf –
saraf otak dan motorik apakah fungsi komunikasi masih baik atau adakah
disfasia. Jika kesadaran menurun dan nilai skala koma glasglow telah
ditentukan, setelah itu lakukan pemeriksaan refleks – refleks batang otak yaitu :
Reaksi pupil terhadap cahaya.
Refleks kornea.
Refleks okulosefalik.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cek laboratorium, pemeriksaan
neurokardiologi, pemeriksaan radiologi, penjelasanya adalah sebagai berikut :
1) Laboratorium.
Pemeriksaan darah rutin.
Pemeriksaan kimia darah lengkap.
Gula darah sewaktu.
Stroke akut terjadi hiperglikemia reaktif.Gula darah dapat mencapai 250
mg dalam serum dan kemudian berangsur – angsur kembali turun.
Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim SGOT/SGPT/CPK, dan
profil lipid (trigliserid, LDH-HDL kolesterol serta total lipid).
Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap).
Waktu protrombin.
Kadar fibrinogen.
Viskositas plasma.
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas indikasi Homosistein.
2) Pemeriksaan neurokardiologi
Sebagian kecil penderita stroke terdapat perubahan elektrokardiografi.
Perubahan ini dapat berarti kemungkinan mendapat serangan infark jantung,
atau pada stroke dapat terjadi perubahan – perubahan elektrokardiografi
sebagai akibat perdarahan otak yang menyerupai suatu infark miokard.
Pemeriksaan khusus atas indikasi misalnya CK-MB follow up nya akan
memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan EKG dan pemeriksaan fisik
mengarah kepada kemungkinan adanya potensial source of cardiac emboli
(PSCE) maka pemeriksaan echocardiografi terutama transesofagial
echocardiografi (TEE) dapat diminta untuk visualisasi emboli cardial.
3) Pemeriksaan radiologi
CT-scan otak
Perdarahan intraserebral dapat terlihat segera dan pemeriksaan ini sangat
penting karena perbedaan manajemen perdarahan otak dan infark otak.
Pada infark otak, pemeriksaan CT-scan otak mungkin tidak
memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari – hari pertama,
biasanya tampak setelah 72 jam serangan. Jika ukuran infark cukup besar
dan hemisferik. Perdarahan/infark di batang otak sangat sulit diidentifikasi,
oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan MRI untuk memastikan
proses patologik di batang otak.
Pemeriksaan foto thoraks.
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
penderita stroke dan adakah kelainan lain pada jantung.
Dapat mengidentifikasi kelainan paru yang potensial mempengaruhi
proses manajemen dan memperburuk prognosis.
F. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan,
Pengobatan Konservatif
Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Hudak, C.M., Gallo, B.M., 1986, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta.
Long, B.C., 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni, Pendidikan
Keperawatan, Padjajaran, Bandung.
Lumban Tobing, S.M., 1998, Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Price, S.A., dan Wilson, L.M, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
EGC, Jakarta.
DISPEPSIA
Pemeriksaan fisik
Biasanya ditemukan nyeri epigastrik dan juga tanda-tanda neoplasia
(penurunan berat badan, pembesaran kelenjar getah bening, massa
abdomen) (Davey, 2005).
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada gastrointestinal
Mual berhungan dengan iritasi gastrointestinal
DAFT AR PUSTAKA
Borley, NR. dan Grace, PA. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga
DeWitt, SC. dan Kumagai, C. 2013. Medical-Surgical Nursing Concepts & Practice 2 nd
Edition. Saunders
Hermad, TH. 2013. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses: Definitions &
Clssifications 2015-2017 10th Edition. NANDA International
Hematemesis Melena
Ketidakseimbangan nutrisi
Sesak nafas kurang dari kebutuhan
Hipertensi Portal tubuh
Ketidakefektifan
pola nafas
Varises esofagus, lambung,
pembesaran limfe, asites
Intoleransi
Kekurangan volume Defisit Perawatan diri
aktivitas
cairan
DAFT AR PUSTAKA
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rd ed.). Jakarta: Media.
Aesculapius.
Pierce A. Grace & Neil R Borley (2006). Al a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga