You are on page 1of 13

Hendrival et al. (2017) J.

Floratek 12 (1): 21-33

KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PREDATOR


PADA AGROEKOSISTEM PADI

Composition And Diversity Of Predatory Arthropods On Agroecosystems Paddy

Hendrival, Lukmanul Hakim, dan Halimuddin


Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh
Jalan Banda Aceh-Medan, Kampus UNIMAL Reuleut, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten
Aceh Utara. Kodepos 24355 email: hendrival@unimal.ac.id

ABSTRACT
The research of predatory arthropod species diversity in agro-ecosystem is very
important because it affects the function of natural enemies in suppressing pest population.
Management of paddy through cultivation method can be part of the conservation of
predatory arthropods. This study was conducted to analyze and compare the diversity of
predatory arthropod with method cultivation conventional and integrated crop management
(ICM) and diversity predatory arthropod based on phase growth paddy from cultivation
conventional and ICM. The experiment was conducted in lowland rice agro-ecosystem at
two plots with conventional cultivation method and ICM. Sampling of predatory
Arthropods was done on the phase growth vegetative and generative paddy using net trap,
yellow pan trap, and direct observation in the plants. The results showed that the predatory
arthropods found were from Insecta and Arachnida class. The species diversity of
predatory arthropod at phase growth of generative was higher than vegetative phase both at
the conventional and ICM cultivation. Diversity predatory arthropod on the ICM method
was higher compared to conventional. Paddy cultivation method with ICM through the
rational use of insecticides can be part of conservation for predatory arthropod species.
Keywords: Diversity, integrated crop management, cultivation conventional,
predatory anthropod

PENDAHULUAN Cnaphalocrosis medinalis (Suprapto &


Agroekosistem padi sawah Hafif, 2012; Tangkilisan et al., 2013),
mempunyai keragaman flora dan fauna Nephotettix virescens (Widiarta et al.,
yang rendah sehingga keseimbangan yang 2014), Nilaparvata lugens (Baehaki, 2011;
tercipta bersifat labil. Serangga hama Prayana et al., 2013), Leptocorisa spp., dan
merupakan masalah utama dalam usaha Scotinophara coarctata (Sepe & Demayo,
tani padi sejak di persemaian sampai 2014). Serangga hama tersebut dapat
menjelang panen dan pascapanen. menyerang tanaman padi pada fase
Serangga hama menyebabkan tanaman padi pertumbuhan vegetatif dan generatif
tidak berproduksi sesuai potensinya, dengan tingkat kerusakan dan kehilangan
sehingga berdampak pada instabilitas hasil hasil yang bervariasi.
panen. Serangga hama pada tanaman padi Kelompok serangga berdasarkan
meliputi penggerek batang padi dengan keanekaragaman fungsinya di
lima spesies yaitu Scirpophaga incertulas, agroekosistem padi sawah meliputi
S. innotata, Chilo suppressalis, C. serangga hama, musuh alami, dan serangga
polychrysus, dan Sesamia inferens netral seperti penyerbuk. Musuh alami
(Baehaki, 2013; Ane & Hussain, 2016), merupakan komponen biotik yang

21
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

mengatur populasi serangga hama di serangan hama melalui pemanfaatan musuh


agroekosistem. Arthropoda yang berperan alami sangat perlu dilakukan karena dapat
sebagai musuh alami di agroekosistem padi meningkatkan stabilitas ekosistem.
sawah meliputi predator dan parasitoid. Mekanisme pengaturan populasi serangga
Arthropoda predator merupakan hama oleh serangga predator dapat
oraganisme yang hidup bebas dengan dimanfaatkan untuk mencapai pertanian
memangsa atau memakan organisme lain di berkelanjutan.
agroekosistem untuk kebutuhan makannya. Kajian keanekaragaman spesies
Arthropoda predator meliputi serangga dan Arthropoda predator pada skala
laba-laba yang memiliki peranan dalam agroekosistem sangat penting karena
menekan populasi serangga hama di berpengaruh terhadap fungsi musuh alami
agroekosistem padi sawah. Serangga dalam menekan populasi serangga hama.
predator yang dominan ditemukan adalah Selain itu, strategi Pengendalian Hama
famili Carabidae dan Staphylinidae dari Terpadu (PHT) masih ditumpukan pada
ordo Coleoptera, sedangkan laba-laba pengendalian hayati, sehingga informasi
predator yang dominan adalah Lycosidae keanekaragaman Arthropoda predator pada
(Khodijah et al., 2012). Keragaman agroekosistem padi sawah sangat
spesies laba-laba pada berbagai diperlukan untuk mengelola agroekosistem
agroekosistem padi berkaitan dengan pola yang secara ekonomi menguntungkan dan
tanam, vegetasi sekitar persawahan, dan secara ekologis berkelanjutan. Penelitian
penggunaan pestisida. Jumlah spesies ini bertujuan untuk menganalisis dan
Arthropoda predator lebih banyak membandingkan keanekaragaman
dibandingkan dari jumlah spesies serangga Arthropoda predator pada sistem budidaya
hama, serangga migrasi, dan serangga padi sawah secara konvensional dan PTT,
pengurai pada agroekosistem padi sawah serta keanekaragaman Arthropoda predator
(Thongphak et al., 2012). berdasarkan fase pertumbuhan tanaman
Sistem budidaya pada agroekosistem padi dari cara budidaya padi sawah secara
padi sawah dapat mempengaruhi konvensional maupun PTT.
keanekaragaman musuh alami. Budidaya
padi dengan penggunaan bahan kimia METODE PENELITIAN
secara rasional dapat mempertahankan Studi Lokasi dan Budidaya Padi
keberadaan musuh alami terutama Penelitian dilaksanakan di
Arthropoda predator. Sebaliknya, agroekosistem padi sawah Desa Blang
penggunaan bahan kimia (pupuk dan Reuling, Kecamatan Sawang, Kabupaten
pestisida sintetik) yang intensif dalam Aceh Utara dari bulan Mei sampai
budidaya tanaman secara konvensional September 2014. Lokasi penelitian dibagi
dapat menekan populasi musuh alami menjadi dua petak dengan luas yaitu 400
(Widiarta et al., 2006). Pengelolaan m2 per petak dengan cara budidaya secara
agroekosistem yang tidak tepat seperti konvensional dan budidaya padi dengan
penggunaan insektisida sintetik secara pengelolaan tanaman terpadu (PTT).
intensif dalam jangka panjang dapat Penanaman padi dilakukan menurut sistem
membunuh musuh-musuh alami tersebut. budidaya yang dicobakan dalam penelitian
Untuk mewujudkan pertanian yaitu budidaya padi secara konvensional
berkelanjutan maka tindakan mengurangi dan PTT.

22
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

1. Budidaya padi secara konvensional pengendalian hama terpadu. Benih padi


(petani) yang digunakan dari varietas Ciherang.
Cara budidaya konvensional adalah Bibit padi ditanam pada 10 hari setelah
cara umum yang dilakukan petani padi semai dengan pola tanam jajar legowo 2 : 1
sawah setempat. Cara budidaya tersebut dengan jarak tanam 20 cm (jarak antar
meliputi penggunaan pupuk anorganik dan barisan) x 10 cm (jarak dalam barisan) x 40
pemakaian insektisida yang intensif. Benih cm (jarak lorong). Rekomendasi pupuk P
padi yang digunakan adalah varietas dan K spesifik lokasi di Kecamatan
Ciherang. Bibit padi ditanam di lahan pada Sawang, Kabupaten Aceh Utara yaitu 100
umur 20 hari setelah semai dengan jarak kg/ha SP 18 setara 6 kg per petak dan 50
tanam 25 cm (jarak antar barisan) x 25 cm kg/ha KCl setara 3 kg per petak.
(jarak dalam barisan). Rekomendasi Pemberian pupuk nitrogen berdasarkan
pemupukan berdasarkan cara petani Bagan Warna Daun (BWD) yaitu
setempat. Pemupukan dengan dosis 250 kg pemupukan kedua (23–28 hari setelah
urea/ha, 100 kg SP 18/ha dan 100 kg tanam) dengan takaran 100 kg/ha setara 6
KCl/ha atau setara dengan 15 kg kg/petak dan pemupukan ketiga (38–42
urea/petak, 6 kg SP 18/petak, dan 6 kg hari setelah tanam) dengan takaran 75
KCl/petak. Pemupukan tahap pertama kg/ha setara 4,5 kg/petak. Pengairan
diberikan pada saat tanam sebagai pupuk berselang adalah pengaturan kondisi lahan
dasar. Pemberian nitrogen tahap kedua dalam kondisi kering dan tergenang secara
pada saat tanaman berumur 21–30 HST, bergantian. Pengeringan dilakukan pada 2
dan pemupukan nitrogen tahap ketiga pada minggu menjelang panen. Pemakaian
saat tanaman berumur 42–56 HST. insektisida berdasarkan analisis ekosistem
Penggenangan dilakukan secara kontinyu yaitu populasi imago walang sangit
dengan ketinggian sekitar 5 cm dan (Leptocorisa oratorius) sudah melampui
pengeringan dilakukan pada 2 minggu ambang ekonomi yaitu lebih dari 1 ekor
menjelang panen. Penggunaan pestisida walang sangit per dua rumpun pada masa
secara intensif dan berjadwal mencakup keluar malai sampai fase pembungaan
aplikasi insektisida alfa sipermetrin 50 g/l sehingga diperlukan aplikasi sipermetrin 50
pada saat pesemaian, aplikasi insektisida g/l.
majemuk tiametoksam 200 g/l dan
Pengambilan Sampel dan Analisis Data
klorantraniliprol 100 g/l pada umur Pengambilan sampel Arthropoda
tanaman 35 dan 50 HST, dan aplikasi predator pada fase pertumbuhan vegetatif
insektisida sipermetrin 50 g/l pada umur dan generatif tanaman padi. Pengambilan
tanaman 65 dan 75 HST. sampel dilakukan pada fase pertumbuhan
2. Budidaya padi dengan PTT vegetatif yaitu saat tanaman padi berumur
Cara budidaya dengan PTT adalah 20, 30, dan 40 hari setelah tanam (HST)
pengelolaan tanaman padi secara sinergis dan fase pertumbuhan generatif pada saat
antar komponen teknologi seperti tanaman padi berumur 70, 80, dan 90 HST.
pemberian pupuk anorganik yang seimbang Pengumpulan data Arthropoda predator
berdasarkan kandungan hara dan kebutuhan menggunakan jaring serangga dan nampan
tanam. Penggunaan insektisida dilakukan kuning serta pengamatan langsung pada
secara rasional dengan menerapkan rumpun tanaman. Jaring serangga

23
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

digunakan dengan cara mengayunkan dan tanaman padi dari petak cara budidaya
menyapukan di sekitar tajuk tanaman padi. yang sama menggunakan analisis uji t.
Penjaringan sampel serangga dilakukan Perbandingan nilai t hitung dengan t tabel
dengan 20 kali ayunan di empat sudut pada dilakukan pada taraf 1% dan 5%.
petak kecil. Serangga yang tertangkap
dibersihkan dari kotoran dan disimpan HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam botol serangga yang berisi larutan Komposisi Arthropoda Predator
alkohol 70% untuk diidentifikasi. Jumlah keseluruhan Arthropoda
Perangkap nampan kuning merupakan predator yang telah dikumpulkan pada
perangkap yang dimanfaatkan berdasarkan agroekosistem padi sawah adalah dua
ketertarikan serangga terhadap warna kelas, lima ordo, 12 famili, dan 16 spesies.
kuning. Perangkap ini berbentuk mangkuk Jumlah Arthropoda predator di petak
dengan warna kuning terang yang dengan cara budidaya PTT pada fase
diletakkan di atas tanah. Nampan kuning pertumbuhan tanaman vegetatif adalah 288
diisi dengan air sabun. Penggunaan air individu dan fase generatif adalah 475
sabun berfungsi untuk mematikan serangga individu yang terdiri dari dua kelas, lima
yang terjatuh ke dalam perangkap. Pada ordo, 12 famili, dan 16 spesies (Tabel 1).
setiap petak ditempatkan perangkap Jumlah individu Arthropoda predator di
nampan kuning sebanyak 10 buah secara petak cara budidaya konvensional pada
sistematis dengan jarak yang sama antar fase pertumbuhan vegetatif adalah 154
nampan yaitu 1 m. Penempatan perangkap individu yang terdiri dari dua kelas, lima
nampan kuning pada petak penelitian dari ordo, 11 famili, dan 14 spesies, sedangkan
pukul 07.00–10.00, 11.00–13.00, dan pada fase pertumbuhan generatif adalah
15.00–17.00 WIB. Serangga yang 301 individu yang terdiri dua kelas, lima
terperangkap dibersihkan dari air sabun dan ordo, 12 famili, dan 16 spesies (Tabel 2).
dimasukkan ke dalam botol yang berisi Komposisi Arthropoda predator dari
alkohol 70% untuk tahapan identifikasi. jumlah individu, kelas, ordo, famili, dan
Identifikasi spesies serangga predator spesies pada cara budidaya konvensional
secara umum dilakukan menurut Shepard lebih rendah dibandingkan dengan cara
et al. (1995) dan Mayadunnage et al. budidaya dengan PTT. Cara budidaya PTT
(2007). Identifikasi spesies laba-laba merupakan habitat yang lebih baik bagi
predator menurut Barrion & Litsinger predator dibandingkan dengan cara
(1995), Shepard et al. (1995), dan budidaya konvensional. Komposisi
Heinrichs & Barrion (2004). Data Arthropoda predator dari jumlah individu,
Arthropoda predator yang diperoleh famili, dan spesies pada fase pertumbuhan
dianalisis untuk menentukan indeks tanaman vegetatif lebih rendah
keanekaragaman Shannon-Winner (H) dan dibandingkan komposisi Arthropoda
indeks kemerataan (E) (Magurran, 1996; predator pada fase generatif. Komposisi
Krebs, 1999). Indeks-indeks tersebut Arthropoda predator mengalami
dihitung menggunakan perangkat lunak peningkatan sejalan pertumbuhan tanaman
Microsoft Excel. Untuk menentukan padi pada kedua cara budidaya.
perbedaan keanekaragaman dan Peningkatan komposisi Arthropoda
kemerataan spesies Arthropoda predator predator terjadi karena pertambahan umur
pada cara budidaya serta fase pertumbuhan tanaman padi menyebabkan perubahan

24
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

bentuk dan ukuran tanaman sehingga dapat ditempati oleh serangga hama dan
menyediakan lebih banyak relung yang berikutnya Arthropoda predator.

Tabel 1. Komposisi Arthropoda predator pada petak dengan cara budidaya pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) berdasarkan fase pertumbuhan tanaman padi
Fase pertumbuhan
Kelas Ordo Famili Spesies Vegetatif Generatif
(individu) (individu)
Arachnida Araneae Araneidae Araneus inustus 4 14
Argiope catenulata 5 15
Pardosa
Lycosidae pseudoannulata 19 42
Lyniphiidae Atypena formosana 16 44
Oxyopidae Oxyopes javanus 2 20
Oxyopes lineatipes 8 15
Salticidae Phidippus sp. 9 13
Tetragnathidae Tetragnatha javana 14 6
Tetragnatha
maxillosa 22 41
Tetragnatha
vermiformis 19 12
Carabidae Ophionea
Insecta Coleoptera nigrofasciata 12 21
Coccinellidae Verania lineata 78 138
Staphylinidae Paederus fuscipes 47 56
Dermaptera Carcinophoridae Euborellia stali 11 16
Coenagrionidae Agriocnemis
Odonata pygmaea 9 8
Orthoptera Gryllidae Metioche vittaticollis 3 14
Total 288 475
individu

25
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

Tabel 2. Komposisi Arthropoda predator pada petak dengan cara budidaya


konvensional berdasarkan fase pertumbuhan tanaman padi
Fase pertumbuhan
Kelas Ordo Famili Spesies Vegetatif Generatif
(individu) (individu)
Arachnida Araneae Araneidae Araneus inustus 0 13
Argiope catenulata 0 4
Pardosa 14 23
Lycosidae pseudoannulata
Lyniphiidae Atypena formosana 11 20
Oxyopidae Oxyopes javanus 4 14
Oxyopes lineatipes 5 12
Salticidae Phidippus sp. 3 7
Tetragnathidae Tetragnatha javana 10 2
Tetragnatha maxillosa 21 30
Tetragnatha 3 5
vermiformis
Carabidae Ophionea 4 2
Insecta Coleoptera nigrofasciata
Coccinellidae Verania lineata 44 115
Staphylinidae Paederus fuscipes 28 39
Dermaptera Carcinophoridae Euborellia stali 1 3
Odonata Coenagrionidae Agriocnemis pygmaea 4 6
Orthoptera Gryllidae Metioche vittaticollis 2 6
Total 154 301
individu

Jumlah keseluruhan 12 famili dari Lycosidae, Lyniphiidae, Oxyopidae,


ordo Arthropoda predator yang dikumpulkan Salticidae, dan Tetragnathidae. Kelompok
diketahui bahwa 11 famili diantaranya laba-laba tersebut lebih menyenangi mangsa
ditemukan pada setiap fase pertumbuhan yang bergerak kendatipun beberapa
tanaman padi. Famili Araneidae tidak diantaranya menyerang kelompok telur.
ditemukan pada fase pertumbuhan vegetatif Kelompok laba-laba yang ditemukan pada
dari petak budidaya secara konvensional. penelitian ini seperti dilaporkan juga oleh
Jumlah keseluruhan spesies Arthropoda Herlinda et al. (2014) pada agroekosistem
predator yaitu 16 spesies masih lebih rendah padi ratun di sawah pasang surut.
dibandingkan dengan jumlah spesies Kelompok serangga predator terdiri dari
Arthropoda predator pada agroekosistem ordo Coleoptera yaitu famili Carabidae,
padi organik yang dilaporkan oleh Zhang et Coccinellidae, dan Staphylinidae, sedangkan
al. (2013) yaitu 77 spesies. Kelompok dari ordo Dermaptera, Odonata, dan
serangga terdiri dari empat ordo, enam Orthoptera masing-masing memiliki satu
famili, dan enam spesies sedangkan famili yaitu Carcinophoridae,
kelompok laba-laba terdiri dari satu ordo, Coenagrionidae, dan Gryllidae. Semua
enam famili, dan 10 spesies. Kelompok famili yang ditemukan tersebut berperan
laba-laba terdiri dari famili Araneidae, sebagai predator di agroekosistem padi

26
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

(Zhang et al., 2013). Predator dari famili (Araneae: Araneidae), sedangkan di daerah
Coccinellidae dan Staphylinidae merupakan non endemik hama wereng batang coklat
predator yang potensial (Shepard et al., yaitu Oxypes javanus (Araneae: Oxyopidae)
1995). (Tauruslina et al., 2015).
Kelompok laba-laba dari famili Kelompok serangga predator dari
Lycosidae, Lyniphiidae, dan Tetragnathidae famili Coccinellidae dan Staphylinidae
merupakan famili yang memiliki kelimpahan memiliki kelimpahan relatif paling tinggi (>
relatif paling tinggi (> 5%) sehingga 5%) sehingga mendominasi komunitas
mendominasi komunitas Arthropoda Arthropoda predator pada kedua cara
predator pada kedua cara budidaya (Tabel budidaya (Tabel 3). Spesies serangga
3). Peningkatan kelimpahan relatif dari predator yang sering ditemukan dalam
famili-famili tersebut dipengaruhi oleh populasi relatif tinggi dari kedua petak cara
ketersediaan serangga herbivora sebagai budidaya padi adalah Verania lineata dan
mangsanya dan cara budidaya padi. Tiga Paederus fuscipes. Khodijah et al. (2012)
spesies laba-laba yang sering ditemukan melaporkan bahwa kumbang Staphylinidae
dengan populasi relatif tinggi dari kedua yang paling dominan ditemukan pada padi di
petak cara budidaya padi adalah Pardosa sawah lebak dan pasang surut adalah P.
pseudoannulata (Lycosidae), Atypena fuscipes yang memiliki nama umum sebagai
formosana (Lyniphiidae), dan Tetragnatha tomcat. Herlinda et al. (2004) menyatakan
maxillosa (Tetragnathidae). P. kumbang P. fuscipes merupakan key stones
pseudoannulata merupakan laba-laba yang species pengatur dinamika populasi wereng
paling dominan di pertanaman padi. Pardosa coklat dan wereng hijau. Kumbang P.
pseudoannulata memangsa hama wereng fuscipes merupakan salah satu predator
batang coklat dan wereng daun dan juga penting berbagai jenis serangga hama pada
efektif menekan populasi hama pelipat daun padi dan palawija yang ditanam setelah padi
dan penggerek batang (Rubia et al., 1990; sawah. Distribusi predator P. fuscipes
Preap et al., 2001). Populasi P. terbatas pada habitat yang lembab seperti
pseudoannulata lebih tinggi pada fase rawa, tepi danau air tawar, dan sawah (Bong
pertumbuhan vegetatif dari tanaman padi et al., 2012). Pemangsa wereng coklat
(Vinothkumar, 2012). Laba-laba A. lainnya adalah Verania lineata, selain
formosana diketahui memangsa nimfa dari memangsa wereng juga sering memangsa
hama wereng batang coklat, wereng daun, penggulung daun padi (Cnaphalocrocis
dan hama ganjur (Sigsgaard et al., 2001). medinalis). Predator V. lineata merupakan
Laba-laba Tetragnatha maxillosa merupakan predator polifag yang banyak ditemukan saat
laba-laba yang umum ditemukan pada padi mulai berbunga dan menyukai pakan
agroekosistem padi dan efektif menekan berupa nektar. Spesies serangga predator
populasi hama wereng batang coklat dan dominan yang ditemukan di daerah endemik
wereng hijau (Jayakumar & Sankari, 2010). hama wereng batang coklat adalah Verania
Spesies laba-laba predator dominan yang discolor dan Ophionea nigrofasciata
ditemukan di daerah endemik hama wereng (Tauruslina et al., 2015).
batang coklat yaitu Araneus inustus

27
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

Tabel 3. Kelimpahan relatif Arthropoda predator pada agroekosistem padi sawah berdasarkan
cara budidaya
Cara Budidaya
PTT
Kelas Ordo Famili Spesies Konvensional
(n = 763)
(n = 455) (%)
(%)
Arachnida Araneae Araneidae Araneus inustus 18 (2,36) 13 (4,32)
Argiope catenulata 20 (2,62) 4 (1,33)
Pardosa 61 (7,99) 37 (8,13)
Lycosidae pseudoannulata
Lyniphiidae Atypena formosana 70 (9,17) 31 (6,81)
Oxyopidae Oxyopes javanus 22 (2,88) 18 (3,96)
Oxyopes lineatipes 23 (3,01) 17 (3,74)
Salticidae Phidippus sp. 22 (2,88) 10 (2,20)
Tetragnathidae Tetragnatha javana 20 (2,62) 12 (2,64)
Tetragnatha maxillosa 63 (8,26) 51 (11,21)
Tetragnatha 31 (4,06) 8 (1,76)
vermiformis
Carabidae Ophionea 33 (4,22) 6 (1,32)
Insecta Coleoptera nigrofasciata
Coccinellidae Verania lineata 216 159 (34,95)
(28,31)
Staphylinidae Paederus fuscipes 103 67 (14,73)
(13,50)
Dermaptera Carcinophoridae Euborellia stali 27 (3,54) 4 (0,88)
Odonata Coenagrionidae Agriocnemis pygmaea 17 (2,23) 10 (2,20)
Orthoptera Gryllidae Metioche vittaticollis 17 (2,23) 8 (1,76)
Kelimpahan relatif Arthropoda populasi Arthropoda predator menjadi
predator lebih tinggi dijumpai pada cara tinggi. Selain itu Arthropoda predator dapat
budidaya dengan PTT dibandingkan cara bergerak dan menangkap mangsa dengan
budidaya konvensional. Cara budidaya mudah seperti kelompok predator laba-laba
mempengaruhi kelimpahan relatif pemburu dan serangga predator dari famili
Arthropoda predator. Hasil penelitian Coccinellidae dan Staphylinidae. Pada saat
Jayakumar & Sankari (2010) menunjukkan kelimpahan mangsa tinggi, maka cenderung
bahwa kelimpahan spesies laba-laba berbeda terjadi kelimpahan Arthropoda predator juga
berdasarkan cara budidaya. Kelimpahan tinggi. Arthropoda predator pada
relatif laba-laba lebih tinggi pada cara agroekosistem padi sawah tergolong dalam
budidaya dengan penggelolaan tanaman predator penghuni tajuk yang memiliki
terpadu dan cara budidaya SRI (System of mobilitas tinggi dalam mencari mangsa dan
rice intensification) dibandingkan dengan mampu berpindah-pindah dari permukaan
cara konvensional. Budidaya tanaman secara tanah menuju tajuk atau sebaliknya.
PTT memberikan iklim mikro yang
menguntungkan bagi kehidupan Arthropoda Keanekaragaman dan Kemerataan
predator dengan memiliki ruang yang cukup Spesies Arthropoda Predator
antara tanaman dan baris tanaman sehingga Hasil analisis uji t menunjukkan
bahwa fase pertumbuhan tanaman padi dan

28
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

cara budidaya padi sawah berpengaruh Pada kondisi habitat yang mendukung,
terhadap keanekaragaman dan kemerataan keanekaragaman spesies Arthropoda
spesies Arthropoda predator (Tabel 4). predator mengikuti keanekaragaman
Keanekaragaman dan kemerataan mangsanya yang berbeda pada setiap fase
Arthropoda predator pada fase pertumbuhan pertumbuhan tanaman padi. Hubungan
vegetatif lebih rendah dibandingkan fase keanekaragaman Arthropoda predator
pertumbuhan generatif dari kedua cara dengan keanekaragaman mangsa menjadikan
budidaya padi sawah (Tabel 5). predator dapat digunakan sebagai
Keanekaragaman dan kemerataan spesies bioindikator untuk melihat perubahan
Arthropoda predator cenderung meningkat keanekaragaman serangga hama di
dengan bertambahnya umur tanaman padi. agroekosistem

Tabel 4. Rekapitulasi analisis uji t keanekaragaman dan kemerataan spesies Arthropoda


predator pada agroekosistem padi sawah
Tolok ukur t hitung
Perbandingan keanekaragaman dan kemerataan spesies pada pada budidaya
secara PTT berdasarkan fase pertumbuhan tanaman
Keanekaragaman spesies (H') -4,99 **
Kemerataan spesies (E) -5,15 **
Perbandingan keanekaragaman dan kemerataan spesies pada budidaya secara
konvensional berdasarkan fase pertumbuhan tanaman
Keanekaragaman spesies (H') -4,93 **
Kemerataan spesies (E) -3,88 **
Perbandingan keanekaragaman spesies pada budidaya secara PTT dan 3,98 **
konvensional
Perbandingan kemerataan spesies pada budidaya secara PTT dan konvensional 2,26 *
t tabel (db = 38, α = 0,05) = 2,02 dan (db = 38, α = 0,01) = 2,71
** : berbeda sangat nyata
* : berbeda nyata

Tabel 5. Perbandingan keanekaragaman dan kemerataan spesies Arthropoda predator pada


agroekosistem padi sawah berdasarkan fase pertumbuhan tanaman padi
PTT Konvensional
Tolok ukur
Vegetatif Generatif Vegetatif Generatif
Keanekaragaman spesies (H') 2,9626 a 4,2746 b 2,7552 a 3,5927 b
Kemerataan spesies (E) 0,3567 a 0,5231 b 0,3480 a 0,4320 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada setiap baris menunjukkan berbeda
nyata berdasarkan uji t dengan α = 0,05 dan n = 20

Nilai keanekaragaman spesies spesies dalam komunitas akan


Arthropoda predator merupakan resultant mempengaruhi keanekaragaman spesies
dari nilai kemerataan spesies. Kemerataan komunitas tersebut. Kemerataan spesies

29
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

pada fase pertumbuhan generatif lebih tinggi senyawa kimia tanaman. Kompleksitas
dibandingkan pada fase vegetatif pada kedua arsitektur tanaman berperan dalam
cara budidaya sehingga dapat meningkatkan membentuk struktur komunitas terutama
keanekaragaman spesies pada fase komposisinya. Kebanyakan spesies serangga
pertumbuhan generatif. Fase pertumbuhan cenderung menggunakan daun sebagai
generatif tanaman padi memiliki arsitektur penunjang aktifitasnya, sehingga
tanaman yang sesuai untuk habitat peningkatan biomassa daun dapat menarik
Arthropoda predator. Pertumbuhan generatif lebih banyak spesies serangga. Pada fase
didominasi oleh daun-daun padi serta generatif seperti ini menurut Herlinda et al.
pembungaan sampai pemasakan biji. (2008) merupakan fase berlimpah untuk
Kelimpahan predator V. lineata dan P. serangga entomofaga (predator dan
fuscipes mengalami peningkatan pada fase parasitoid). Peningkatan kelimphanan
pertumbuhan generatif pada kedua cara Arthropoda predator disebabkan semakin
budidaya tanaman padi. Peningkatan banyaknya serangga fitofag dan serangga
kelimpahan ditentukan oleh ketersedian penyerbuk di tanaman padi. Namun,
sumber pakan alami seperti serbuk sari dari Arthropoda predator memiliki mangsa utama
bunga padi, kondisi lingkungan pertanaman dari kelompok wereng seperti wereng coklat
padi, dan mangsa. Beberapa faktor yang di agroekosistem padi.
mempengaruhi keanekaragaman serangga
yaitu tipe habitat, arsitektur tanaman, dan

Tabel 6. Perbandingan keanekaragaman kemerataan Arthropoda predator pada agroekosistem


padi sawah berdasarkan cara budidaya
Tolok ukur PTT Konvensional
Keanekaragaman spesies (H') 7,5796 a 6,3480 b
Kemerataan spesies (E) 0,8798 a 0,7801 b
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada setiap baris menunjukkan berbeda
nyata berdasarkan uji t dengan α = 0,05 dan n = 20

Keanekaragaman Arthropoda predator dari kedua cara budidaya. Peningkatan


pada agroekosistem ditentukan oleh sumber keanekaragaman Arthropoda predator pada
daya yang tersedia dan pengelolaan terhadap cara budidaya PTT disebabkan oleh jumlah
agroekosistem seperti cara budidaya spesies yang relatif merata jika dibandingkan
tanaman. Perbedaan cara budidaya dapat dengan cara budidaya konvensional. Cara
mempengaruhi keanekaragaman dan budidaya PTT menggunakan insektisida
kemeratan spesies Arthropoda predator. secara rasional hanya bila diperlukan,
Keanekaragaman dan kemerataan spesies sehingga keanekaragaman spesies
Arthropoda predator pada cara budidaya Arthropoda predator lebih tinggi
PTT lebih tinggi dibandingkan dengan cara dibandingkan dengan cara budidaya
budidaya konvensional (Tabel 6). konvensional yang intensif penggunaan
Peningkatan keanekaragaman Arthropoda insektisida. Penggunaan insektisida akan
predator pada agroekosistem padi sawah menekan populasi serangga hama dan juga
ditentukan oleh distribusi jumlah individu musuh alaminya. Laba-laba sangat sensitif

30
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

terhadap insektisida daripada serangga secara PTT melalui penggunaan insektisida


predator karena masa hidup laba-laba yang secara rasional dapat menjadi bagian dari
relatif lama. Laba-laba tidak begitu konservasi Arthropoda predator.
terpengaruh oleh fungisida dan herbisida
dibandingkan dengan insektisida (Yardim & DAFTAR PUSTAKA
Edwards, 1998). Laba-laba P. Ane, N.I.U & Hussain M. 2016. Diversity of
pseudoannulata dan T. maxillosa sangat insect pests in major rice growing
sensitif terhadap deltametrin (piretroid), areas of the world. Journal of
namun sangat toleran terhadap diazinon Entomology and Zoology Studies 4(1):
(organofosfat) dan carbaryl (karbamat) 36–41.
(Tanaka et al., 2000). Aplikasi insektisida
Baehaki, S.E. 2011. Strategi fundamental
menjadi penyebab utama rendahnya
pengendalian hama wereng batang,
keanekaragaman serangga predator pada
coklat dalam pengamanan produksi
suatu habitat terutama serangga predator dari
padi nasional. Pengembangan Inovasi
kelompok kumbang Carabidae,
Pertanian 4(1): 63–75.
Staphylinidae, dan Coccinellidae (Herlinda
et al., 2008). Pengelolaan tanaman dapat Baehaki, S.E. 2013. Hama penggerek batang
menjadi bagian dari konservasi spesies padi dan teknologi pengendalian. Iptek
Arthropoda predator dengan memperbaiki Tanaman Pangan 8(1): 1–14.
teknik budidaya yang dapat mendukung Barrion, A.T. & Litsinger J.A. 1995.
perkembangan Arthropoda. Riceland Spiders of South and
Keanekaragaman musuh alami perlu Southeast Asia. CAB International.
dipertahankan melalui tindakan konservasi Wallingford. UK.
sehingga pemanfaatannya dapat
berkelanjutan (Hendrival et al., 2011). Bong, L.J., Neoh, K.B., Jaal, Z., & Lee, C.Y.
Konservasi musuh alami melalui penerapan 2012. Life table of Paederus fuscipes
PHT sebenarnya dapat dilakukan dengan (Coleoptera: Staphylinidae). Journal of
mudah, karena strategi PHT pada umumnya Medical Entomology 49(3): 451–460.
merupakan cara budidaya padi sawah yang Heinrichs, E.A. & Barrion, A.T. 2004. Rice-
sudah biasa dilakukan petani. feeding Insects and Selected Natural
Enemies in West Africa: Biology,
KESIMPULAN DAN SARAN Ecology and Identification.
Keanekaragaman spesies Arthropoda International Rice Research Institute
predator pada fase pertumbuhan generatif and WARDA—The Africa Rice
lebih tinggi dibandingkan pada fase Center, Abidjan, Cote d’Ivoire.
pertumbuhan vegetatif tanaman padi yang
dibudidaya secara konvensional maupun Hendrival, Hidyat, P., & Nurmansyah, A.
PTT. Keanekaragaman spesies Arthropoda 2011. Keanekaragaman dan
predator pada cara budidaya PTT lebih kelimpahan musuh alami Bemisia
tinggi dibandingkan dengan cara budidaya tabaci (Gennadius) (Hemiptera:
konvensional. Fase pertumbuhan tanaman Aleyrodidae) pada pertanaman cabai
dan cara budidaya tanaman padi merah di Kecamatan Pakem,
mempengaruhi keanekaragaman spesies Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Arthropoda predator. Budidaya padi sawah

31
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

Yogyakarta. Jurnal Entomologi Magurran, A.E. 1996. Ecologycal Diversity


Indonesia 8(2): 96–109. and Its Measurement. Chapman and
Hall. London.
Herlinda, S., Rauf, A., Sosromarsono, S.,
Kartosuwondo, U., Siswadi, & Mayadunnage, S., Wijayagunasekara,
Hidayat, P. 2004. Arthropoda musuh H.N.P., Hemachandra, K.S., &
alami penghuni ekosistem persawahan Nugaliyadde, L. 2007. Predatory
di daerah Cianjur, Jawa Barat. Jurnal coccinellids (Coleoptera: Cocinellidae)
Entomologi Indonesia 1: 9–15. of vegetable insect pests; a survey in
mid country of Sri Langka. Tropical
Herlinda, S., Waluyo, S.P. Estuningsih, & C.
Agriculture Research 19: 69–77.
Irsan,. 2008. Perbandingan
keanekaragaman spesies dan Prayana, N.A., Mudjiono, G., & Rahardjo,
kelimpahan arthropoda predator B.T. 2013. Population management
penghuni tanah di sawah lebak yang strategy implementation brown
diaplikasi dan tanpa aplikasi planthopper Nilaparvata lugens Stal.
insektisida. Jurnal Entomologi (Homoptera: Delphacidae) integrated.
Indonesia 5(2): 96–107. International Journal of Science and
Research 2(12): 389–394.
Herlinda, S., Manalu H.C.N., Aldina, R.F.,
Suwandi, Wijaya, A., Khodijah, & Preap, V., Zalucki, M.P., Jahn, G.C., &
Meidalima, D. 2014. Kelimpahan dan Nesbite, H.J. 2001. Effectiveness of
keanekaragaman spesies laba-laba brown planthopper predators:
predator hama padi ratun di sawah population suppression by two species
pasang surut. Jurnal Hama dan of spider, Pardosa pseudoannulata
Penyakit Tumbuhan Tropika 14(1): 1– (Araneae: Lycosidae) and Araneus
7. inustus (Araneae: Araneidae). Journal
of Asia-Pacific Entomology 4(2): 93–
Jayakumar, S & Sankari, A. 2010. Spider
97.
population and their predatory
efficiency in different rice Rubia, E., Almazan, L., & Heong, K. 1990.
establishment techniques in Aduthurai, Predation of yellow stem borer (YSB)
Tamil Nadu. Journal of Biopesticides by wolf spider. International Rice
3: 20–27. Research Newsletter: 15–22.
Khodijah, K., Herlinda, S., Irsan, C., Sepe, M.C. & Demayo, C.G. 2014.
Pujiastuti, Y., & Thalib, R. 2012. Quantitative description of head shape
Artropoda predator penghuni dimorphism in the rice black bug
ekosistem persawahan lebak dan Scotinophara sp. using landmark-
pasang surut Sumatera Selatan. Jurnal based geometric morphometric
Lahan Suboptimal 1(1): 57–63. analysis. Journal of Applied Science
and Agriculture 9(11): 263–270.
Krebs, C.J. 1999. Ecological Metodology.
2rd eds. An Imprint of Addison Wesley Shepard, B.M., Barrion, A.T., & Litsinger,
Longman, Inc. New York. J.A. 1995. Serangga, Laba-laba, dan
Patogen yang Membantu. Alihbahasa:
Untung K & Wirjosuhardjo S.

32
Hendrival et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 21-33

Program Nasional Pengendalian Hama Environmental and Rural


Terpadu, Bappenas. Jakarta. Development 3–1: 68–71.
Sigsgaard, L., Toft S., & Villareal, S. 2001. Vinothkumar, B. 2012. Diversity of spider
Diet–dependent survival, development fauna in upland rice agroecosystem at
and fecundity of the spider Atypena Gudalur Valley in Tamilnadu. Journal
formosana (Oi) (Araneae: of Biological Control 26(3): 222–229.
Linyphiidae) – Implications for
Widiarta, I.N., Kusdiaman, D., &
biological control in rice. Biocontrol
Suprihanto. 2006. Keragaman
Science and Technology 11: 233–244.
arthropoda pada padi sawah dengan
Suprapto & Hafif, B. 2012. Serangan hama pengelolaan tanaman terpadu. Jurnal
putih palsu (Cnaphalocrocis Hama dan Penyakit Tumbuhan
Medinalis) (Guenee) dan penampilan Tropika 6(2): 61–69.
agronomik pada beberapa varietas
Widiarta, I.N., Bastian, A., & Pakki, S.
padi. Jurnal Penelitian Pertanian
2014. Variation in rice tungro virus
Terapan 12(1): 36–42.
transmission ability by green
Tanaka, K., Endo, S., & Kazano, H. 2000. leafhopper, Nephotettix virescens
Toxicity of insecticides to predators of Distant (Homoptera: Cicadellidae) on
rice planthoppers: spiders, the mired rice resistant varieties. Indonesian
bug, and the dryinid wasp. Applied Journal of Agricultural Science 15(2):
Entomology and Zoology 35: 177–187. 65–70.
Tangkilisan, V.E., Salaki, C.L., Dien, M.F., Yardim, E.N. & Edwards, C.A. 1998. The
& Meray, E.R.M. 2013. Serangan influence of chemical management of
hama putih palsu Cnaphalocrosis pests, diseases and weeds on pest and
medinalis Guenee. pada tanaman padi predatory arthropods associated with
sawah di Kecamatan Ranoyapo tomatoes. Agriculture, Ecosystems &
Kabupaten Minahasa Selatan. Eugenia Environment 70: 31–48.
19(3): 23–29.
Zhang, J., Zheng, X., Jian, H., Qin, X.,
Tauruslina, A.E., Trizelia, Yaherwandi, & Yuan, F., & Zhang, R. 2013.
Hamid, H. 2015. Analisis Arthropod biodiversity and community
keanekaragaman hayati musuh alami structures of organic rice ecosystems
pada eksosistem padi sawah di daerah in Guangdong Province, China.
endemik dan non-endemik wereng Florida Entomologist 96(1): 1–9.
batang cokelat Nilaparvata lugens di
Sumatera Barat. Pros. Sem. Nas. Masy.
Biodiv. Indon. 1(3): 581–589.
Thongphak, D., Promdeesan, K., &
Hanlaoedrit, C. 2012. Diversity and
community structure of terrestrial
invertebrates in an irrigated rice
ecosystem. International Journal of

33

You might also like