Professional Documents
Culture Documents
.
Kitab al wajiz fi idhohil qowaid al-fiqh al-kulliyah
Untuk tingkatan hajat dan darurat itu lebih tinggi posisi darurat dari pada hajat
Dharurat adalah seandainya seorang manusia tidak mengkonsumsi makanan
yang diharamkan maka ia akan binasa atau akan hilang nyawanya.
Hajat adalah sampainya manusia kepada batasan yang seandainya tidak
menemukan makanan maka ia tidak akan binasa.
Perfeksionisme atau filantropi adalah apa yang dimaksud dengan melakukan
semacam kemewahan dan kelembutan hidup.
Legitimasi sewa, royalti, hawalah, dan pesanan diperbolehkan bertentangan
dengan analogi karena kebutuhan umum, sementara kebutuhan (hajat) jika sudah
mulai mempuklik maka hukumnya sama seperti posisi dhorurat, kanapa ijarah
dan pesanan (salam) bai’ dain biddain, properti,dan lain contoh-contoh yang
lain tidak boleh karena itu adalah bai’ ma’dum (tidak ada) ketika transaksi
dilakukan oleh kedua belah pihak sementara akad yang seperti itu tidak sah tapi,
karena butuhnya manusia terhadap akad tersebut maka diperbolehkan.
- القاعدة السادسة قاعدة الحاجة تنزل منزلة الضرورة عامة كانت أو خاصة- كتاب الوجيز في إيضاح قواعد الفقة الكلية- 242ص
المكتبة الشاملة--------
ألن مراتب ما يحرص الشرع على توفيره لإلنسان ثالث ،المراد بالحاجة هنا ما كان دون الضرورة:
األولى :الضرورة :وهي بلوغ اإلنسان حداً إذا لم يتناول الممنوع عنه هلك أو قارب ،وهذا يبيح تناول الحرام ،كما فُصِّل في قاعدة
.سابقة
الثانية :الحاجة :وهي بلوغ اإلنسان حداً لو لم يجد ما يأكله لم يهلك غير أه يكون في جهد ومشقة ،فهذا ال يبيح الحرام ،ولكنه يسوغ
.الخروج على بعض القواعد العامة ويبيح الفطر في الصوم
.الثالثة :الكمالية أو التحسينية :وهي ما يقصد من فعله نوع من الترفه وزيادة في لين العيش
.وما عدا ذلك فهو زينة وفضول دون الخروج عن الحد المشروع
نزلت هذه الحاجة منزلة الضرورة في جواز الترخيص ألجلها، فإذا كانت هناك حاجة عامة لمجموع من الناس أو خاصة بشخص ما ِّ
لكن الحاجة مبنية على التوسع والتسهيل فيما يسع العبد تركه بخالف الضرورة ألن مبنى الضرورة على لزوم فعل ما ال بد منه
.للتخلص من عهدة تلزم العبد وال يسعه الترك
:من فروع هذه القاعدة وأمثلتها
مشروعية اإلجارة والجعالة والحوالة والسلم جوزت على خالف القياس لعموم الحاجة إلى ذلك ،والحاجة إذا عمّت كانت كالضرورة؛
ألن اإلجارة والسلم بيع
معدوم وبيع المعدوم باطل ،ولكنه ج ِّوز هنا لحاجة الناس ،والجعالة فيها جهالة
وفي الحالة بيع دين بدين وهو ممنوع ،ولكنه ج ّوز هنا لعموم الحاجة
ومنها جواز االستصناع وهو عقد مقاولة مع أهل الصنعة على أن يعمل شيئا ً مثل أن يقول لصانع ،كخياط مثالً ،اصنع لي ثوباً ،أو
.خط لي ثوبا ً من هذا القماش بهذه الصفة وبهذا الثمن ،فيصح ،أو يقول لمقاول ابن لي بيتا ً على هذا المخطط ِ
جوز على خالف القياس للجهالة من المكفول به للحاجة إليه ومنها ضمان الد ََرك وهو عبارة عن ضمان الثمن عند استحقاق المبيعِّ ،
Barat menggelar Mudzakarah Alim Ulama. Jual beli sistem cash on delivery (COD) menjadi
tema utama dalam mudzakarah tersebut. Dalam mudzakarah yang digelar di Jakarta, Kamis
terjadi dalam jual beli dengan COD ini. Dalam COD mabi’ majlis aqad tsaman telah
terpenuhi termasuk hak khiyar syarat syarat ada aturan semuanya. Dengan demikian unsur
Kendati demikian, menurut Ketua Panitia Mudzakarah Alim Ulama MUI kota Adm Jakarta
Barat, KH Imam Buchori, masih memungkinkan terjadi kecurangan yang dilakukan masing-
masing pihak maka perlu ada rekomendasi kepada penyedia marketplace lebih memperketat
syarat dan ketentuan. “Dari pertimbangan tersebut narasumber dan pembanding cenderung
menghukumi praktik jual beli online dengan sistem COD adalah sah dan halal,” kata dia.
Sementara itu Ketua Umum MUI Provinsi DKI Jakarta, KH Munahar Muchtar, mengajak
para ulama agar terus mengkritisi kondisi kekinian bukan hanya masalah hukum agama,
melainkan juga masalah sosial yang menyangkut agama seperti nama jalan dari seorang
sekuler yang mengacak-acak Islam. “Ini juga bisa jadi perhatian kita semua,” kata dia.
Sekretaris Pemerintah Kota Jakarta Barat, Iin Mutmainnah, mengapresisi ulama khususnya
yang tergabung di MUI atas kegiatan mudzakaroh ini dengan harapan outcome bermanfaat
buat masyrakat dengan konteks kekinian. “Saat ini penipuan online sedang marak, tentu kita
harus lebih waspada meski penipuan sudah termaktub di pasal 378-379 dengan rincian
Secara bahasa akad salam adalah ta’jil dan taqdim yang bermakna mendahulukan
atau mempercepat. Sementara secara istilah akad salam Adalah jual beli yang disifati dan
berada dalam tanggungan dengan menggunakan lafadz yang dalam akad salam.1
Akad salam adalah bagian dari akad jual beli, atau juga bisa dikatakan bahwa
akad salam adalah akad jual beli secara hakikat.2 karena cara atau praktek salam
(perpesanan) sama seperti akad jual beli hanya saja dalam akad salam, ada syarat-
syarat khusus yang berlaku pada akad salam dan tidak berlaku pada akad jual beli.
Oleh karena itu sebanarnya akad salam adalah akad yang dilarang kemudian
dengan mengunakan akad salam, ulama masih silang pendapat tentang apakah akad
salam itu adalah akad yang wifqil qiyas (sesuai dengan aturan umum), atau akad
1
Muhammad bin Ahmad bin Umar as-Syathiri, Syarah al-Yaqutun Nafis. Dar al-Minhaj, Libanon
Bairut, 2011. Hal, 364.
2
Abu Husain Yahya bin Abil Khir bin Salim al-Amrani al-Yamli as-Syafi’i. Al-Bayan fi Mahabil
Imam as-Syafi’i. Al-Maktabah as-Syamilah, juz;5. Hal,394.
salam diperbolehkan karena pengecualian dari ketentuan umum?. Terdapat dua
pendapat;
1. Jumhurul fuqoha’. Yakni imam Syafi’i, Hanafi, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
berkomentar, bahwa akad salam adalah akad yang menyalahi qiyas karena
salam adalah menjual barang yang tidak ada ma’dum, yang seharusnya
menjual ma’dum tidak boleh namun dalam akad salam diperbolehkan karena
Imam Zakariya al-Anshori mengatakan hal yang serupa. Bahwa akad salam
adalah akad yang diperbolehkan oleh syariat, karena menjual barang yang
2. Pendapat yang kedua adalah menurut imam Taqiyuddin dan imam Ibnu
Taymiyah.
umum (‘ala wifqil Qiyas) dan akad salam tidak menyalahi kepada ketentuan
َ ْس ِع ْن َد
:ك َ الَ تَبِ ْع َما لَي
3
Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Rusyd al-Qurthubi al-Andalusi,
Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, al-Maktabah as-Syamilah, juz;1, hal;280
4
Zainuddin bin Ibrahim bin Muhammad, Al-Bahr ar-Ra’iq Syarh Kanzud Daqaiq, al-Maktabah as-
Syamilah, juz;6,hal;196
5
Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ulaisy, Abu ‘Abdillah al-Maliki, Manhul Jalil Syarah
Mukhtashar Khalili, al-Maktabah as-Syamilah Juz;2,hal;3 3 / 2.
Dalam hadist ini jelas bahwa menjual sesuatu yang tidak ada itu tidak
boleh, dan dengan hadist ini jumhur mengatakan akad salam dirukhsosh, dan
kemudian diperbolehkan.
mengatakan akad salam adalah menjualnya manusia kepada barang yang tida
Sebenarnya yang benar adalah akad salam adalah akad yang sesuai
dengan qiyas. Karena akad salam bukan menjual sesautu yang tidak ada,
melainkan menjual barang yang berada dalam tanggungan dan pada biasanya
bisa diserahkan. Dan akad salam ini sama seperti mu’awadhoah (tukar
bahwa orang yang mengatakan bahwa akad salam adalah menyalahi qiyas,
“Jangan engkau menjual barang yang tidak ada di sisimu karena itu termasuk
Qoyyim, akad salam adalah akad yang diperbolehkan oleh syariat tidak
menambrak kepada ketentuan umum. Karena praktek akad salam sama seperti
akad jual biasanaya. Tidak menjual barang yang ma’dum (tidak ada)
tanggungan).
6
Wizarah al-Auqaf was Syunun al-Islamiyah al-Kuwait, Al-Mausu’ah alfiqihiyyah al-Quwaitiyah, al-
Maktabah as-Syamilah, juz;25,hal;195
Secara tidak langsung imam Ibnu Taymiyah dan juga imam Ibnu
Qoyyim sepakat bahwa menjual barang yang ma’dum hukumnya tidak boleh
karena ada hadist nabi diatas, namun mereka tidak setuju bahwa akad salam
Makna literlek dari bahasa diatas adalah menjual sesuatu yang tidak ada
dengan kompensasi yang juga tidak ada. Dalam akad salam praktek ini sangat
tidak diperbolehkan karena, akad salam sudah termasuk akad yang ghoror dan
Ghoror yang ada didalam akad salam adalah tidak bisa langsung
menyerahkan barang. Oleh karenanya tidak boleh lagi ditambah ghoror dengan
tidak menyerahkan kompensasi barang. Karena itu ghoror. Akad ghoror yang
Namun praktek ini dalam akad lain diperbolehkan. Semisal dalam akad
hiwalah. Akad hiwalah adalah akad yang memindang hutan dari satu pihak
kepada pihak yang lain.perpindahan ini dalam fikih disebut dengan بَ ْي ُع ال َّد ْي ِن
َبِال َّد ْين. Dengan alasan hajat praktek ini dalam akad hiwalah diperbolehkan.8
rukun yang ada didalam akad hiwalah. Rukun akad hiwalah adalah muhil
(orang yang punya hutang dan piutang), muhtal (orang yang punya piutang
kepada muhil) dan muhal alaih (orang yang punya hutang kepada muhil).
7
Ahmad bin Lukluk bin Abdillah ar-Rumy Abul Abbas Syihanudin Ibnu Nuqaib as-Syafo’i, Umdatus
Salik wa Iddatun Nasik, al-Maktabah as-Syamilah,Hal; 159
8
Syamsudiin Muhammad bin Abil Abbas Ahmad bin Hamrah Syihabuddin ar-Ramli, Ghayatul Bayan
Syarah Zubad Ibnu Ruslam, al-Maktabah as-Syamilah,Hal;202
memindah hutang miliknya, yang ada di muhal alaih kepada muhtal. Dengan
demikian muhil terbebas hutang dari muhtal sementara muhal alaih harus
Secara tidak langsung muhil membeli hutang yang ada pada muhtal dengan
piutangnya dia yang ada pada muhail alaih. Yang kemudian membuat muhtal
terbebas dari jerit hutang sementara muhal alaih terbebas hutangnya dari
muhil. Karena pemilik hutang yang awalanya adalah muhil dipindah kepada
terbebas karena piutang yang ada pada muhil sudah dipindah kepada muhal
alaih.
Praktek َبَ ْي ُع ال َّدي ِْن بِال َّد ْين. Dalam akad hiwalah diperbolehkan dengan alasan
hajat. Degan demikian ghoror yang ada dalam َبَ ْي ُع ال َّد ْي ِن بِال َّد ْين. Menjadi
memperbolehkan praktek َ بَ ْي ُع ال َّدي ِْن بِال َّد ْينmeski terdapat gharar didalamnya.
Dari kedua akad yang telah disebutkan diatas bisa disimpulkan bahwa akad
yang mengandung ghoror adalah akad yang dilarang dan tidak sah jika
dilakukan. Namun, ghoror ini bisa hilang ketika ada hajat. Maksudnya adalah
ketika ada hajat, maka ghoror yang menyebabkan akad tidak boleh atau tidak