You are on page 1of 27

Jurnal Ilmu Hukum Reusam

ISSN 2302-6219 E-ISSN 27225100


Volume VIII Nomor 2 (November 2020)
Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh

Pengelolaan, Pengawasan Kawasan Pesisir


dan Laut di Indonesia
Hasan Basri1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh

Abstract
This research is a literature study on the management and supervision of coastal and marine areas in
Indonesia. The results showed that coastal and marine areas with their natural resources have an important
meaning for economic development, because coastal and marine areas are areas with biological and non-
biological resources that are very productive. In addition, coastal and marine areas still have a number of
critical problems related to ecological, socio-economic and institutional issues. Ecological problems can be
observed from the phenomenon of damage to coral reefs, mangrove forests, pollution, overfishing, coastal
abrasion and physical degradation of other coastal habitats. It is essentially aimed at empowering the socio-
economy of the community, so the community should have contributed to organize themselves in managing
coastal and marine resources in this autonomy era. The process of transferring power from government to
society must be realized. However, there are a number of things that are still the responsibility of the
government, such as matters of fiscal resources policy, development of facilities and infrastructure,
preparation of coastal spatial planning, and resource management legal instruments. Even though this is part
of the government's authority, it does not mean that the community does not have the contribution and
participation in every policy formulation. With the contribution and participation of the community, the
formulated policy will touch more on the real issue and not harm the public interest.
Key Words : Management, Supervision, Coastal, Ocean

Abstrak
Karya ini merupakan studi pustaka tentang pengelolaan dan pengawasan kawasan pesisir dan
laut di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah pesisir dan kelautan dengan
sumber daya alamnya memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi, karena kawasan
pesisir dan kelautan merupakan kawasan dengan sumber hayati dan non hayati yang sangat
produktif. Di samping itu, wilayah pesisir dan kelautan masih terdapat sejumlah permasalahan
kritis yang berkaitan dengan masalah ekologi, sosial ekonomi serta kelembagaan.
Permasalahan ekologi dapat dicermati dari fenomena rusaknya terumbu karang, hutan
mangrove, pencemaran, tangkap lebih, abrasi pantai serta penurunan fisik habitat pesisir
lainnya. Dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di pada hakikatnya
ditujukan untuk memberdayakan sosial ekonomi masyarakat maka masyarakat seharusnya
memiliki kekuatan besar untuk mengatur dirinya sendiri dalam pengelolaan sumberdaya
pesisir dan laut di era otonomi ini. Proses peralihan kewenangan dari pemerintah ke
masyarakat harus dapat diwujudkan. Namun ada beberapa hal yang masih menjadi tanggung
jawab pemerintah seperti soal kebijakan fiskal sumberdaya, pembangunan sarana dan
prasarana, penyusunan tata ruang pesisir, serta perangkat hukum pengelolaan sumberdaya.
Meski hal tersebut menjadi bagian dari kewenangan pemerintah, namun tidak berarti
masyarakat tidak memiliki kontribusi dan partisipasi dalam setiap formulasi kebijakan. Dengan
adanya kontribusi dan partisipasi masyarakat maka kebijakan yang diformulasikan tersebut
akan lebih menyentuh persoalan yang sebenarnya dan tidak merugikan kepentingan publik.

Kata Kunci: Pengelolaan, Pengawasan, Pesisir, Lautan

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 1


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

A. PENDAHULUAN wilayah pesisir dan laut menjadi


prioritas pengembangan, khususnya
Pengaturan pengelolaan
yang mencakup aspek keterpaduan
wilayah pesisir dan laut (Integrated
dan kewenangan kelembagaannya,
coastal management) berdasarkan
sehingga diharapkan sumberdaya yang
pada Chapter 17 Agenda 21, Deklarasi
terdapat di kawasan ini dapat menjadi
Johannesburg 2002, Plan of
produk unggulan dalam pembangunan
Implementation of the World Summit
bangsa Indonesia di abad mendatang
on Sustainable Development, 2002,
(Agenda: 1997).
dan Bali Plan of Action 2005
Perbedaan pemahaman
Integrated coastal management
pengaturan tentang pengelolaan
merupakan pedoman dalam
wilayah pesisir dan laut di Indonesia
pengaturan pemanfaatan dan
memunculkan banyak konflik diantara
pengelolaan sumberdaya alam di
para pengguna wilayah tersebut dan
wilayah pesisir dan laut dengan
daerah-daerah kabupaten/kota yang
memperhatikan lingkungan.
berbatasan. Kemajemukan peraturan
Implementasi integrated coastal
perundangan-undangan sangat
management dilakukan sebagai upaya
potensial menimbulkan terjadinya
untuk mengatasi konflik dalam
konflik norma. Upaya melakukan
pemanfaatan sumberdaya di wilayah
integrasi terhadap pelaksanaan
pesisir dan laut, dan tumpang tindih
pengelolaan wilayah pesisir adalah
kewenangan serta benturan
melalui sinkronisasi pengaturan
kepentingan antar sektor.
perundangan-undangan dalam
Integrated coastal management
pengelolaan wilayah pesisir dan laut.
berisi prinsip-prinsip dalam
pengelolaan wilayah pesisir dan laut Sumberdaya alam pesisir dan
sebagaimana di atur dalam Agenda 21 laut, dewasa ini sudah semakin
Chapter 17 Program (a), Pemerintah disadari banyak orang bahwa
Indonesia pada tahun 1995 telah sumberdaya ini merupakan suatu
menyusun Agenda 21-Indonesia, potensi yang cukup menjanjikan
dalam Bab 18 tentang Pengelolaan dalam mendukung tingkat
Terpadu Daerah Pesisir dan Laut. perekonomian masyarakat terutama
Disebutkan bahwa orientasi bagi nelayan. Konsekuensi logis dari
pembangunan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut sebagai

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 2


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

sumberdaya milik bersama (common yang tidak ramah lingkungan.


property) dan terbuka untuk umum Disamping itu berbagai aktivitas
(open acces) maka pemanfaatan manusia baik di wilayah pesisir dan
sumberdaya alam pesisir dan laut laut serta kegiatan di daratan
dewasa ini semakin meningkat di (upland) yang juga dapat
hampir semua wilayah. (Churchill, menimbulkan dampak pencemaran
1999) lingkungan. Kondisi ini menimbulkan
tekanan lingkungan bahkan
Seiring dengan meningkatnya
cenderung merusak sumberdaya alam
usaha penangkapan dalam memenuhi
pesisir dan laut yang cenderung
kebutuhan pangan baik bagi
meningkat intensitasnya dari waktu
masyarakat di sekitarnya maupun
kewaktu, sehingga pada akhirnya
terhadap permintaan pasar antar
menimbulkan menurunnya daya
pulau dalam negeri dan luar negeri,
dukung sumberdaya dan dalam
mengatakan bahwa perkembangan
jangka panjang akan mengakibatkan
eksploitasi sumberdaya alam laut dan
suatu tragedi bersama (open tragedy).
pesisir dewasa ini (penangkapan,
(Arifin, 2004)
budidaya, dan ekstraksi bahanbahan
Namun demikian, hingga saat
untuk keperluan medis) telah menjadi
ini tingkat pemanfaatan sumberdaya
suatu bidang kegiatan ekonomi yang
pesisir dan kelautan masih jauh dari
dikendalikan oleh pasar (market
tingkat optimal dan berkelanjutan,
driven) terutama jenis-jenis yang
sehingga diperlukan upaya yang
bernilai ekonomis tinggi, sehingga
secara terus menerus dalam rangka
mendorong eksploitasi sumberdaya
pengelolaan dan pemanfaatan yang
alam laut dan pesisir dalam skala dan
lebih optimal. Kondisi ini umumnya
intensitas yang cukup besar.
terjadi karena: (Arifin, 2004)
Sebagai akibatnya
a. Kebijakan nasional cenderung bias
pemanfaatannya cenderung melebihi
pada sektor pertanian di luar
daya dukung sumberdaya (over
perikanan laut, dimana program-
eksploitation) dan bersifat destruktif.
program pengamanan penyediaan
Kondisi ini semakin diperparah oleh
bahan pangan bagi masyarakat
peningkatan jumlah armada
memberi bobot yang sangat kecil,
penangkapan, penggunaan alat dan
bahkan dapat dikatakan
teknik serta teknologi penangkapan

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 3


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

mengabaikan sumberdaya pesisir karena pemerintah baik di tingkat


dan perikanan. Prioritas kebijakan pusat maupun di tingkat lokal,
ekonomi pemerintah agaknya juga belum banyak menyadari
bias pada ekonomi daratan, wewenang dan tanggung jawab
dimana sektor-sektor yang terkait mereka dalam pengelolaan
dengan pesisir belum menjadi sumberdaya pesisir dan kelauatan.
prioritas utama untuk ditumbuh Selain itu, isu-isu pesisir dan
kembangkan secara optimal bagi kelauatan belum menjadi prioritas
peningkatan kesejahteraan pemerintah maupun masyarakat
masyarakat dan memberikan umum dibanding pengelolaan
kontribusi yang signifikan bagi sektor daratan seperti pertanian
pembangunan ekonomi nasional. dan kehutanan.
b. Faktor kedua adalah pembangunan Bila dilihat Selama ini,
produksi perikanan didominasi kawasan pesisir dan kelautan belum
oleh penerapan usaha efisiensi mendapat perhatian yang cukup
penangkapan dan penerapan serius baik dari pemerintah,
teknologi, dibanding pendekatan masyarakat maupun pihak ketiga
yang mempromosikan cara-cara dalam pengelolaannya. Sehingga
pemanfaatan dan pengelolaan yang belakangan ini baru dirasakan
berkelanjutan. Akibatnya, berbagai permasalahan yang muncul
kebijakan maupun program yang tentang kawasan pesisir dan kelautan.
diselenggarakan kurang Salah satu konsep penanganan
komprehensif menjangkau isu-isu kawasan pesisir yang dikembangkan
seperti kemiskinan, pengamanan adalah konsep Integrated Coastal Zone
penyediaan pangan bagi Management , yaitu pengelolaan
masyarakat, berkelanjutan, dan wilayah pesisir dan kelautan secara
kesesuaian usaha tersebut terpadu dengan memperhatikan
terhadap kemampuan lingkungan. segala aspek terkait di pesisir yang
c. Ketiga, kerusakan ekosistem meliputi antara lain aspek ekonomi,
sumberdaya pesisir dan kelautan sosial, lingkungan dan teknologi.
di Indonesia pada umumnya Melalui aplikasi konsep tersebut
terjadi karena kesadaran publik diharapkan dapat diatasi berbagai
yang masih rendah. Disatu sisi permasalahan yang muncul

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 4


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

belakangan ini dalam pengelolaan, B. IDENTIFIKASI MASALAH


pengawasan kawasan pesisir dan
Metode penelitian yang
kelautan. Beberapa permasalahan
digunakan dalam penulisan ini
dalam pengelolaan dan pemanfaatan
dilakukan dengan studi literatur. Tipe
kawasan pesisir dan kelautan antara
penelitiannya adalah penelitian
lain adalah: (bunghatta.ac.id )
hukum (legal research). Pengertian
1. Belum diatur dengan peraturan penelitian hukum (legal research)
perundang-undangan. dalam hal ini adalah penelitian yang
2. Bersifat sektoral.
dilakukan dengan mengkaji dan
3. Belum dikelola sebagai satu
kesatuan ekosistem. menganalisa substansi peraturan
4. Belum dipahaminya perundang-undangan atas pokok
kewenangan Daerah Otonom
permasalahan. ( Peter, 2005) Dengan
oleh seluruh stakeholders.
penelitian hukum (legal research)
Memperhatikan maka akan diperoleh preskripsi
permasalahan dalam pengelolaan dan hukum yang dapat
pemanfaatan kawasan pesisir dipertanggungjawabkan secara
tersebut maka menjadi suatu ilmiah. Selain itu, penulisan ini
kewajiban Pemerintah Kabupaten dan disusun dengan menggunakan
Kota yang ada di Provinsi Aceh untuk pendekatan perundang-undangan
mengatur dalam sebuah produk (statute approach). Pendekatan
hukum Mengenai Pengelolaan, perundang-undangan dilakukan
Pengawasan Kelautan dan Pesisir. Hal dengan menelaah semua undang-
tersebut tersebut tentu sejalan undang dan semua regulasi yang
dengan implementasi kebijakan bersangkutan dengan kebijakan
Otonomi Daerah dan program mengenai Pengelolaan, Pengawasan
nasional untuk membangun “poros Kelautan dan Pesisir.
maritim dunia” dalam rangka untuk
C. Dasar Hukum Pengelolaan
mewujudkan program penataan Wilayah Pesisir dan Laut di
kembali fungsi, pengelolaan dan Indonesia

pengawasan pesisir dan kelautan Indonesia sebagai negara


hukum, termasuk kategori negara
yang ada di Aceh.
hukum modern. Konsepsi negara
hukum modern secara konstitusional

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 5


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

dapat dirujuk pada rumusan tujuan 1. Segala bentuk pemanfaatan


negara yaitu: melindungi segenap (bumi dan air) serta hasil yang di
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah dapat (kekayaan alam), harus
darah Indonesia, memajukan secara nyata meningkatkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kemakmuran dan kesejahteraan
kehidupan bangsa serta mewujudkan masyarakat;
keadilan sosial. Normalisasi tujuan 2. Melindungi dan menjamin segala
negara tersebut, khususnya hak-hak rakyat yang terdapat di
memajukan kesejahteraan umum dan dalam atau di atas bumi, air dan
mewujudkan keadilan sosial antara berbagai kekayaan alam tertentu
lain termuat dalam Pasal 33 UUD 1945. yang dapat dihasilkan secara
Pasal 33 UUD 1945 sebagai langsung atau dinikmati oleh
dasar hak penguasaan negara rakyat;
mengatur tentang dasar-dasar sistem 3. Mencegah segala tindakan dari
perekonomian dan kegiatan pihak manapun yang akan
perekonomian yang dikehendaki menyebabkan rakyat tidak
dalam negara Indonesia, tetapi Pasal mempunyai kesempatan atau
33 bukan sebagai sesuatu yang berdiri akan kehilangan haknya dalam
sendiri, melainkan berkaitan dengan menikmati kekayaan alam.
kesejahteraan sosial. Berdasarkan Dalam Undang-undang Nomor
pemikiran yang demikian, maka upaya 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
memahami Pasal 33 tidak terlepas dari Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
dasar pemikiran tentang (selanjutnya disebut PWP-PK) Pasal 1
kesejahteraan. Atas dasar itu pula, Ayat (2), disebutkan bahwa: ”Wilayah
sehingga tujuan hak penguasaan pesisir adalah daerah peralihan
negara atas sumberdaya alam ialah antara ekosistem darat dan laut yang
keadilan sosial dan sebesar-besarnya dipengaruhi oleh perubahan di darat
kemakmuran rakyat. dan laut”. Selanjutnya, pada Pasal 2
Keterkaitan hak penguasaan Undang-undang Nomor 27 Tahun
negara dengan sebesar-besarnya 2007 tentang PWP-PK disebutkan
kemakmuran rakyat) akan bahwa: ”Ruang lingkup pengaturan
mewujudkan kewajiban Negara. wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
(Abrar: 2004) meliputi daerah peralihan antara

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 6


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

ekosistem darat dan laut yang 6. Landas Kontinen (Continental


dipengaruhi oleh perubahan di darat Shelf))
dan laut, ke arah darat mencakup b. Wilayah laut yang berada di luar
wilayah administrasi kecamatan dan yurisdiksi suatu Negara adalah:
ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mi 1. Laut Lepas (High Seas)
laut di ukur dari garis pantai.” 2. Dasar Laut Dalam/kawasan
Ruang lingkup Undang- (Area/Deep Sea Bed)
undang Nomor 27 Tahun 2007 Penentuan batas wilayah
tentang PWP-PK meliputi daerah pesisir dan laut tidak dapat
pertemuan antara pengaruh perairan disamakan antara ketentuan dalam
dan daratan, ke arah daratan UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang
mencakup wilayah administrasi PWP-PK dengan UNCLOS 1982. UU
kecamatan dan ke arah perairan laut Nomor 27 Tahun 2007 berlaku pada
sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur batas wilayah administrasi kecamatan
dari garis pantai ke arah laut lepas dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas)
dan/atau ke arah perairan kepulauan. mil diukur dari garis pantai,
Sementara itu, menurut UNCLOS sedangkan UNCLOS 1982 tidak
1982, pengertian/batasan wilayah menentukan batas wilayah pesisir
pesisir tidak diatur, tetapi UNCLOS maupun cara pengukurannya.
1982, membagi laut ke dalam zona- Karakteristik, pengertian dan batasan
zona yaitu (Churchill: 1999): wilayah pesisir di setiap negara
a. Wilayah laut yang berada di bawah berbedabeda, tergantung kondisi
yurisdiksi suatu Negara adalah : geografisnya. Pada umumnya
1. Perairan Pedalaman (Internal karakteristik umum wilayah
Waters) pesisir dan laut adalah sebagai
2. Perairan Kepulauan berikut (Rohmin: 2003):
(Archipelagic Waters) 1. Laut merupakan sumber dari
3. Laut Wilayah (Territorial Sea) “common property resources”
4. Zona Tambahan (Contiguous (sumberdaya milik bersama),
Zone) sehingga memiliki fungsi publik /
5. Zona Ekonomi Eksklusif kepentingan umum;
(Exclusive Economic Zone) 2. Laut merupakan “open access”,
memungkinkan siapapun untuk

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 7


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

memanfaatkan ruang laut untuk kabupaten untuk menggali potensi


berbagai kepentingan; ekonomi secara optimal untuk
3. Laut bersifat “fluida”, dimana membiayai kegiatan pembangunan
sumberdaya (biota laut) dan daerah. Namun harus diwaspadai agar
dinamika hydrooceanography tidak kebijakan pengelolaan, pengawasan
dapat disekat /dikapling; dan pemanfaatan potensi sumberdaya
4. Pesisir merupakan kawasan yang pesisir dan laut tetap bersandar pada
strategis karena memiliki topografi kepantingan publik dan kelestarian
yang relatif mudah dikembangkan lingkungan.
dan memiliki akses yang sangat Oleh sebab itu Pengawasan dan
baik (dengan) memanfaatkan laut pengendalian terhadap pesisir dan
sebagai “prasarana” pergerakan); kelautan dilakukan untuk (Danial:
5. Pesisir merupakan kawasan yang 2012):
kaya akan sumberdaya alam, baik 1. Mengetahui adanya
yang terdapat di ruang daratan penyimpangan pelaksanaan
maupun ruang lautan, yang rencana strategis, rencana zonasi,
dibutuhkan untuk memenuhi rencana pengelolaan, serta
kebutuhan manusia. implikasi penyimpangan tersebut
Dalam satu dekade belakangan terhadap perubahan kualitas
ini banyak pihak berkepentingan yang ekosistem pesisir;
memanfaatkan suberdaya kelautan 2. mendorong agar pemanfaatan
dan pesisir dari jenis yang sama atau sumberdaya pesisir dan kelautan
wilayah pesisir dan laut yang sama sesuai dengan rencana
khususnya diwilayah yang pengawasan dan pengelolaannya;
pembangunannya pesat. Masing- 3. memberikan sanksi terhadap
masing pihak berkepentingan pelanggar, baik berupa sanksi
memegang dasar hukum, peraturan administrasi seperti pembatalan
dan kebijakan dari instansi pusat yang izin atau pencabutan hak, sanksi
berwenang. Kebijakan tersebut perdata seperti pengenaan denda
memuat maksud, tujuan, dan target atau ganti rugi; maupun sanksi
dalam memanfaatkan sumber daya pidana berupa penahanan
laut dan pesisir. Era otonomi daerah ataupun kurungan.
telah mendorong pemerintah daerah /

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 8


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

4. Dasar hukum tentang pembangunan yang hanya mengejar


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pertumbuhan ekonomi dan
kelautan ini merupakan landasan produktivitas ternyata telah
penyesuaian dengan ketentuan menimbulkan kerusakan yang serius
yang tercantum dalam peraturan terhadap lingkungan. Program
perundang-undangan yang lain. modernisasi perikanan contohya, yang
Untuk mencapai kebijakan bertujuan menigkatkan produksi hasil
tersebut, setiap instansi menyusun tangkapan nelayan menggunakan
perencanaan sendiri, sesuai dengan teknologi penangkapan yang semakin
tugas dan fungsi sektornya. Namun modern tidak disertai dengan
kurang mengakomodir kepentingan sosialisasi pemahaman yang baik
sektor lain, daerah dan masyarakat terhadap lingkungan kelautan. Hal ini
setempat dan lingkungannya. berakibat fatal terhadap kelestarian
Perbedaan tujuan, sasaran dan lingkungan karena terjadi ekploitasi
rencana memicu kompotisi sumberdaya secara maksimal tanpa
pemanfaatan dan tumpang tindih memperhatikan potensi lestari yang
pengelolaan. Tumpang tindih ada. Degradasi lingkungan pesisir dan
perencanaan dan kompetisi laut yang manjadi ancaman bagi
pemanfaatan memicu konflik kelangsungan hidup masyarakat
pemanfaatan. Perencanaan sektoral pesisir dan nelayan akibat faktor-
tersebut tidak bisa dikoordinasikan faktor lain masih berlanjut hingga saat
Pemerintah Daerah karena ada ini seperti misalnya pencemaran
kewenangannya diperairan laut. lingkungan perairan akibat limbah
Melihat situasi ini maka sangat tepat industri dan rumah tangga. Selain
apabila Pemerintah Kabupaten dan merusak potensi sumberdaya perairan,
Kota yang di Provinsi Aceh membuat degradasi lingkungan ini juga
suatu landasan hukum terkait dengan berakibat buruk bagi kesehatan dan
Pengelolaan, Pengawasan Kelautan kelangsungan hidup manusia,
dan Pesisir. terutama masyarakat pesisir.
Adanya degradasi lingkungan Akses pemanfaatan teknologi
pesisir dan laut. Pada awal tahun 80- yang terbatas. Semakin tingginya
an, banyak pihak yang tersentak persaingan dalam pemanfaatan
setelah menyaksikan kebijakan sumberdaya laut dan pesisir, menuntut

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 9


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

masyarakat untuk memaksimalkan Nations Convention on the Law of


produksi mereka. Salah satu cara yang the Sea (UNCLOS), 1982
digunakan adalah dengan penggunaan Konvensi PBB tentang
teknologi. Keterbatasan pengetahuan Hukum Laut (United Nations
dan kemampuan dalam penggunaan Convention on the Law of the Sea)
teknologi ini menjadi salah satu 1982, disahkan dengan Undang-
kendala dan pemicu adanya eksploitasi Undang Nomor 17 Tahun 1985
sumberdaya yang merusak potensi tentang Pengesahan UNCLOS 1982.
lestari dan berdampak negatif bagi UNCLOS 1982 tidak mengatur
lingkungan. Salah satu contohnya secara khusus dalam pasal-
adalah penggunaan bom ikan dan pasalnya tentang pengelolaan
potasium sianida untuk menangkap wilayah pesisir dan laut. Tetapi
jenis-jenis ikan dengan nilai ekonomis tersirat bahwa sumber kekayaan
tinggi di habitat terumbu karang telah yang ada di laut memerlukan
merusak dan menimbulkan pengelolaan yang baik sesuai
pencemaran lingkungan yang parah. dengan prinsip-prinsip
Contoh lain adalah adanya pembangunan berkelanjutan,
kesenjangan penggunaan teknologi tanpa merusak lingkungan laut,
antara nelayan besar dan tradisional sehingga dapat digunakan untuk
yang berakibat pada makin kemakmuran umat manusia.
terdesaknya nelayan tradisional dalam Pengaturan tentang pentingnya
persaingan pemanfaatan sumberdaya perlindungan dan pelestarian
laut, sehingga banyak yang beralih lingkungan laut diatur dalam
profesi menjadi buruh nelayan atau UNCLOS 1982 Part XII tentang
buruh bangunan. Protection and Preservation of the
Kebijakan terkait Pengelolaan, Marine Environment.
Pengawasan Kelautan dan Pesisir ada 2. Undang-undang Nomor 6 Tahun
beberapa kebijakan Peraturan 1996 Tentang Perairan Indonesia
Perundang-Undangan yang dapat Undang-Undang Nomor 17
dapat dijadikan landasan hukum: Tahun 1985 tentang Pengesahan
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun United Nations Convention on the
1985 tentang Pengesahan United Law of the Sea (UNCLOS), 1982,
membawa konsekuensi kepada

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 10


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

NKRI untuk memperbarui Indonesia, dijelaskan dalam Pasal


ketentuan tentang Perairan 23 ayat (3), bahwa: “Apabila
Indonesia seperti diatur dalam diperlukan untuk meningkatkan
Undang-undang Nomor pemanfaatan, pengelolaan,
4/Prp/1960 tentang Perairan perlindungan, dan pelestarian
Indonesia dengan Undang-undang lingkungan perairan Indonesia
Nomor 6 Tahun 1996 tentang sebagaimana dimaksud dalam ayat
Perairan Indonesia dan disesuaikan (10) dapat dibentuk suatu badan
dengan perkembangan rezim baru koordinasi yang ditetapkan dengan
negara kepulauan sebagaimana di Keputusan Presiden.”
muat dalam Bab IV UNCLOS 1982. 3. Undang-Undang No. 11 Tahun 2006
Pengaturan khusus tentang Tentang Pemerintah Aceh
pengelolaan wilayah pesisir dan Bagian ketiga Undang-
laut tidak dijelaskan secara terinci, Undang Pemerintah Aceh
tetapi hanya di atur tersirat dalam menyebutkan bahwa Pengelolaan
Bab IV tentang Pemanfaatan, Sumber Daya Alam terdapat dalam
Pengelolaan, Perlindungan dan Pasal 156:
Pelestarian Lingkungan Perairan
(1) Pemerintah Aceh dan
Indonesia. Hal ini sesuai dengan pemerintah kabupaten/kota
mengelola sumber daya alam
prinsip-prinsip sustainable
di Aceh baik di darat maupun
development dalam pengelolaan di laut wilayah Aceh sesuai
dengan kewenangannya.
sumberdaya di wilayah pesisir dan
(2) Pengelolaan sebagaimana
laut. Dalam Pasal 23 ayat (1) dimaksud pada ayat (1)
meliputi perencanaan,
disebutkan bahwa: “Pemanfaatan,
pelaksanaan, pemanfaatan dan
pengelolaan, perlindungan, dan pengawasan kegiatan usaha
yang dapat berupa eksplorasi,
pelestarian lingkungan perairan
eksploitasi, dan budidaya.
Indonesia dilakukan berdasarkan (3) Sumber daya alam
sebagaimana dimaksud pada
peraturan perundang-undangan
ayat (1) meliputi bidang
nasional yang berlaku dan hukum pertambangan yang terdiri atas
pertambangan mineral, batu
internasional”.
bara, panas bumi, bidang
Sebagai upaya untuk kehutanan, pertanian,
perikanan, dan kelautan yang
meningkatkan pemanfaatan
dilaksanakan dengan
sumberdaya alam di perairan menerapkan prinsip

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 11


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

transparansi dan (2), dan ayat (3) dilakukan


pembangunan berkelanjutan. dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pembangunan
Selanjutnya Bagian Kelima berkelanjutan dan pelestarian
lingkungan hidup.
Perikanan dan Kelautan Pasal 162
menyebutkan: 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun

(1) Pemerintah Aceh dan 2007 tentang Rencana


pemerintah kabupaten/kota Pembangunan Jangka Panjang
berwenang untuk mengelola
sumber daya alam yang hidup (RPJP) Nasional 2005-2025
di laut wilayah Aceh. Pengelolaan sumberdaya
(2) Kewenangan untuk mengelola
sumber daya alam yang hidup alam secara berkelanjutan
di laut sebagaimana dimaksud merupakan bagian dari rencana
pada ayat (1) meliputi:
a. konservasi dan pembangunan yang akan
pengelolaan sumber daya dilakukan oleh pemerintah sesuai
alam di laut;
b. pengaturan administrasi RPJP Nasional Tahun 2005- 2025,
dan perizinan tertuang dalam Bab II – huruf I
penangkapan dan/atau
pembudidayaan ikan; yang mengatur mengenai
c. pengaturan tata ruang Sumberdaya Alam dan Lingkungan
wilayah laut, pesisir, dan
pulau-pulau kecil; Hidup. Dalam Bab II-huruf I
d. penegakan hukum dinyatakan bahwa sumber daya
terhadap peraturan yang
dikeluarkan atas wilayah alam dan lingkungan hidup
laut yang menjadi memiliki peran ganda, yaitu
kewenangannya;
e. pemeliharaan hukum adat sebagai modal pembangunan dan
laut dan membantu sekaligus sebagai penopang sistem
keamanan laut; dan
f. keikutsertaan dalam kehidupan. Adapun jasa-jasa
pemeliharaan kedaulatan lingkungan meliputi
Negara Kesatuan Republik
Indonesia. keanekaragaman hayati,
(3) Pemerintah Aceh dan penyerapan karbon, pengaturan
pemerintah kabupaten/kota
berwenang menerbitkan izin secara alamiah, keindahan alam,
penangkapan ikan dan dan udara bersih merupakan
pengusahaan sumber daya
alam laut lainnya di laut sekitar penopang kehidupan manusia.
Aceh sesuai dengan Arah pembangunan untuk
kewenangannya.
(4) Pengelolaan sumber daya alam mengembangkan potensi sumber
di wilayah laut sebagaimana daya kelautan menurut Undang-
dimaksud pada ayat (1), ayat

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 12


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

Undang Nomor 17 Tahun 2007 langsung maupun tidak langsung


tentang RPJP Nasional adalah untuk generasi sekarang dan
pendayagunaan dan pengawasan generasi yang akan datang.
wilayah laut yang sangat luas. Arah Menurut Pasal 1 angka 1
pemanfaatannya harus dilakukan dinyatakan bahwa Pengelolaan
melalui pendekatan multisektor, Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
integratif, dan komprehensif agar Kecil adalah suatu
dapat meminimalkan konflik dan proses perencanaan, pemanfaatan,
tetap menjaga kelestariannya. pengawasan, dan pengendalian
Mengingat kompleksnya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
permasalahan dalam pengelolaan Pulau Kecil antarsektor,
sumberdaya laut, pesisir, dan antarapemerintah dan pemerintah
pulau-pulau kecil, pendekatan daerah, antara ekosistem darat dan
keterpaduan dalam kebijakan dan laut, serta antara ilmu
perencanaan menjadi prasyarat pengetahuan dan manajemen
utama dalam menjamin untuk meningkatkan kesejahteraan
keberlanjutan proses ekonomi, masyarakat. Selanjutnya dalam
sosial, dan lingkungan sesuai Pasal 1 angka 2, Wilayah Pesisir
dengan prinsip-prinsip yang adalah daerah peralihan antara
terdapat dalam integrated coastal ekosistem darat dan laut yang
management. dipengaruhi oleh perubahan di
5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun darat dan laut.
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pasal 1 angka 4
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil menyatakan Sumber Daya Pesisir
Lahirnya UU No. 27 Tahun dan Pulau-Pulau Kecil adalah
2007 tentang Pengelolaan Wilayah sumber daya hayati, sumber daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil nonhayati; sumber daya buatan,
merupakan sebuah bukti bahwa dan jasa-jasa lingkungan; sumber
pemerintah mulai menyadari daya hayati meliputi ikan, terumbu
bahwa kekayaan laut harus dijaga karang, padang lamun, mangrove
kelestariannya dan dimanfaatkan dan biota laut lain; sumber daya
sebesar-besarnya untuk nonhayati meliputi pasir, air laut,
kemakmuran rakyat secara mineral dasar laut; sumber daya

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 13


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

buatan meliputi infrastruktur laut Pengusahaan Perairan


yang terkait dengan kelautan dan Pesisir (HP3).
perikanan, dan jasa-jasa Dalam Pasal 16 UU tentang
lingkungan berupa keindahan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
alam, permukaan dasar laut Pulau-Pulau Kecil dinyatakan
tempat instalasi bawah air yang bahwa pemanfaatan
terkait dengan kelautan dan perairan pesisir meliputi
perikanan serta energi gelombang pengusahaan atas permukaan laut
laut yang terdapat di wilayah dan kolom air sampai
pesisir. Berkaitan dengan definisi dengan permukaan dasar laut
mengenai perairan pesisir diberikan dalam bentuk HP3. HP3
dinyatakan dalam Pasal 1 angka 7, ini dilahirkan karena
Perairan Pesisir adalah laut yang sistem pemanfaatan yang ada
berbatasan dengan daratan sekarang ini terbukti tidak efektif
meliputi perairan sejauh 12 dan belum meningkatkan
(duabelas) mil laut diukur dari taraf hidup masyarakat nelayan.
garis pantai, perairan yang Dalam kenyatannya, HP3
menghubungkan pantai dan pulau- bukanlah hal yang baru bagi
pulau, estuari, teluk, perairan masyarakat Indonesia, dalam
dangkal, rawa payau, dan laguna. UUPA, pernah diperkenalkan Hak
UU tentang Pengelolaan Pemeliharaan dan Penangkapan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Ikan (HPPI). Namun Peraturan
Kecil bertujuan untuk melindungi, Pemerintah tentang HPPI tidak
mengonservasi, merehabilitasi, dan pernah diterbitkan. Bahkan jauh
memperkaya sumber daya pesisir sebelum itu, beberapa masyarakat
dan laut secara berkelanjutan serta tradisional di Indonesia telah
meningkatkan nilai sosial, mengembangkan tradisi
ekonomi, dan budaya masyarakat pengelolaan perairan pesisir yang
melalui peran serta masyarakat bersifat eksklusif. Berkembangnya
dalam pemanfaatan sumber pemanfaatan perairan pesisir
daya pesisir dan pulau-pulau kecil. dewasa ini, seperti budidaya
Salah satu substansi penting dari mutiara dan rumput laut serta
UU ini, yaitu dilahirkannya Hak ekowisata bahari dan untuk

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 14


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

memelihara pengakuan terhadap untuk kegiatan ekonomi, namun


hak-hak adat. Pengakuan terhadap juga dapat diberikan
hak-hak adat terkait dengan HP3 untuk kegiatan-kegiatan yang
sebagaimana tercantum dalam bersifat religius dan kultural.
Pasal 17 yang menyatakan HP3 Dalam Pasal 18 HP3 dapat
diberikan dalam luasan dan waktu diberikan kepada orang
tertentu dan pemberian HP3 wajib perseorangan warga negara
mempertimbangkan kepentingan Indonesia; badan hukum yang
kelestarian ekosistem pesisir dan didirikan berdasarkan hukum
pulau-pulau kecil, masyarakat adat, Indonesia; atau masyarakat adat.
dan kepentingan nasional serta Masyarakat hukum adat di berikan
hak lintas damai bagi kapal asing. ruang dalam Undang-Undang ini
Pemerintah memberikan untuk memiliki HP3. Diatur bahwa
wewenang kepada pemerintah subyek hukum lain yang dapat
daerah untuk menerbitkan HP3. diberikan HP3 adalah warga
Untuk dapat menerbitkan HP3, negara Indonesia dan badan
pemerintah daerah harus sudah hukum Indonesia. Oleh karena
terlebih dahulu memiliki rencana itu, perusahaan asing atau
strategis, rencana zonasi, rencana multinasional tidak dapat
pengelolaan, dan rencana aksi diberikan HP3.
wilayah pesisir yang masing- Jangka waktu HP3 akan
masing ditetapkan dalam bentuk diberikan dengan
suatu Peraturan Daerah (Perda). mempertimbangkan karakteristik
Hal ini dimaksudkan untuk usaha danwaktu yang kondusif
mengantisipasi munculnya bagi tumbuhnya investasi. Jangka
konflik pemanfaatan setelah waktu pertama akan diberikan
diberikannya HP3. Prioritas selama 20 (dua puluh) tahun dan
pertama penerima HP3 adalah dapat diperpanjang lagi masing-
masyarakat lokal atau adat yang masing 20 (dua puluh) tahun
secara turun temurun menguasai sampai waktu yang tak terbatas
dan memanfaatkan perairan sepanjang masih dimanfaatkan
pesisir. Pemberian HP3 untuk secara efektif. Selain itu, HP3 akan
komunitas ini tidak terbatas hanya diberikan dalam bentuk sertifikat

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 15


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

yang dapat beralih, dialihkan dan kepentingan pemilik modal. Selain


dapat dijadikan jaminan utang. itu, HP3 tersebut akan mengapling
HP3 akan berakhir karena jangka laut untuk kegiatan usaha
waktunya habis dan tidak dikhawatirkan kian menggerus
diperpanjang lagi, ditelantarkan hak-hak masyarakat adat yang
atau dicabut untuk kepentingan sekian lama termajinalkan.
umum. Setidaknya, ada tiga hal mendasar
Penerbitan HP3 bertujuan yang perlu dipertimbangkan ulang
untuk mendorong orang, kelompok dalam pemberian hak tersebut.
masyarakat, atau pengusaha untuk Pertama, aspek pemenuhan hak
memanfaatkan sumber daya atas perlindungan dan
perairan pada areal tepi laut keselamatan warga negara dari
hingga jarak 12 mil dari pantai. ancaman bencana. Sudah menjadi
Pengaplingan pesisir untuk pengetahuan setiap orang, bahwa
menopang HP3 dilakukan wilayah Indonesia terletak di
bersama-sama oleh pemerintah sepanjang jajaran gunung api
daerah, masyarakat pesisir, dan (yang dikenal dengan ring of fire),
pengusaha. Pemberian HP3 serta pertemuan tiga lempeng
memberikan kepastian hukum bumi, yang secara alamiah telah
untuk berinvestasi menyebabkan Indonesia rawan
sekaligus perlindungan kawasan. bencana.
HP3 akan mendorong percepatan Semua itu memberikan
investasi di wilayah pesisir dan isyarat betaparentannya wilayah
menguntungkan semua pihak. pesisir dan pulau-pulau kecil di
Pelaku usaha memiliki kepastian Indonesia terhadap bencana.
hukum dalammengembangkan Kedua, menakar untuk siapa
usaha dan nelayan terlindungi sebenarnya sertifikat HP3
dalam menangkap ikan di perairan. diberikan. Dengan komposisi
Terdapat kelemahan dalam kemiskinanan yang masih
UU ini mengenai penerbitan HP3, mendominasi, serta taraf
yaitu hak pengelolaan pesisir itu pendidikan yang juga masih
belum mampu melindungi nelayan sangatrendah, menjadi tidak
dan masyarakat pesisir terhadap relevan bagi masyarakat nelayan

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 16


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

dan pembudidaya tradisional pembangunan dari berbagai sektor


masuk ke dalam skema sertifikasi dan daerah. Hal ini dapat dilihat
seperti yang diharapkan UU. dari peraturan perundang
Budaya birokrasi yangrumit, dan undangan tentang pemanfaatan
cenderung mahal mengisyaratkan sumberdaya pesisir dan laut
penguasaan kegiatan usaha oleh selama ini lebih berorientasi
pemilik modal besar justru akan kepada eksploitasi sumberdaya
mendominasi, sejalan dengan pesisir dan laut tanpa
kemudahan yang diberikan memperhatikan kelestarian
negara,dan kemampuan pemodal sumberdayanya, dan belum
memenuhi kebutuhan sertifikasi mampu untuk mengeliminasi
tersebut. Ketiga, untuk faktor-faktor penyebab kerusakan
mempertimbangkan kaitan lingkungan. Seperti disebutkan
intensitas konflik perikanan dalam Penjelasan Undang-undang
berkenaan dengan hak Nomor 27 Tahun 2007 tentang
kepemilikan. Hak kepemilikan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
mencakup pertanyaan filosofis Pulau-pulau Kecil (PWP-PK),
yang telah berlangsung sejak lama bahwa : “Norma-norma
mengenaiaspek legal, sejarah pengelolaan wilayah pesisir
dan/atau kepemilikan, akses dan disusun dalam lingkup
kontrol perikanan. Konflik perencanaan, pemanfaatan,
inisendiri cenderung, di antaranya, pengelolaan, pengendalian, dan
disebabkan perbedaan pengawasan, dengan
kepentingan terhadap memperhatikan norma-norma
beberapa bentuk kepemilikan yang diatur dalam peraturan
perikanan, di antaranya: open- perundang-undangan lainnya.”
access, manajemen terpusat, Sebagai negara hukum,
hak pengelolaan kawasan, pelaksanaan pengembangan
pengelolaan berbasis masyarakat, sistem pengelolaan wilayah pesisir
kuota individu, dan privatisasi. dan laut sebagai bagian dari
Pengelolaan sumberdaya pembangunan berkelanjutan harus
wilayah pesisir dan laut belum sesuai dengan norma diberi dasar
terintegrasi dengan kegiatan hukum yang jelas, tegas, dan

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 17


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

menyeluruh guna menjamin dalammelaksanakan pengelolaan


kepastian hukum bagi upaya wilayah pesisir sesuai dengan asas-
pengelolaan wilayah pesisir. asas tersebut memerlukan
Undang-undang Nomor 27 Tahun pengawasan dan evaluasi, baik oleh
2007 tentang PWP-PK, dalam Pasal Pemerintah atau stakeholders.
3 tentang Asas dan Tujuan, Sesuai dengan prinsip-
menyatakan bahwa: “Pengelolaan prinsip integrated coastal
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau management, sebagaimana diatur
Kecil berasaskan: dalam Pasal 4 Undang-undang
a) keberlanjutan; Nomor 27 Tahun 2007 tentang
b) konsistensi; PWP-PK pengelolaan wilayah
c) keterpaduan; pesisir melibatkan banyak sektor
d) kepastian hukum; dan sumberdaya alam baik hayati
e) kemitraan; maupun non hayati, sehingga
f) pemerataan; pelaksanaannya dilakukan dengan
g) peran serta masyarakat; cara menciptakan keharmonisan
h) keterbukaan; dan sinergi antara Pemerintah dan
i) desentralisasi; Pemerintah Daerah,
j) akuntabilitas; dan mengikutsertakan peran serta
k) keadilan.” masyarakat dan lembaga
Asas-asas yang terdapat pemerintah.
dalam Undang-undang Nomor 27 Ketentuan tentang Hak
Tahun 2007 tentang PWP-PK Pengusahaan Perairan Pesisir
merupakan implementasi dari tersebut akan menimbulkan
prinsip-prinsip dasar yang terdapat perbedaan penafsiran jika
dalam integrated coastal dikaitkan dengan ketentuan
management. Implementasi dari tentang hak-hak yang terdapat
prinsip-prinsip tersebut dalam dalam Undang-undang Nomor 5
Undang-undang Nomor 27 Tahun Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
2007 tentang PWP-PK disesuaikan Agraria Bab II Bagian 1, Pasal 16
dengan kondisi geografis dan Ayat (1) dan Ayat (2). Menurut
masyarakat di Indonesia. Undang-undang Nomor 5 Tahun
Konsistensi dan keterpaduan 1960 tentang Pokok-Pokok

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 18


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

Agraria, hak atas tanah tidak management, untuk menghindari


meliputi pemilikan kekayaan alam perbedaan penafsiran, pembagian
yang terkandung di dalam tubuh dan penentuan batas wilayah
bumi di bawahnya. Seperti yang pesisir terkait dengan pengelolaan
dinyatakan dalam Pasal 8 Undang- wilayah pesisir diperlukan upaya
undang Nomor 5 Tahun 1960 integrasi dan koordinasi dengan
tentang Pokok-Pokok Agraria, sektor lain yang terkait, terutama
bahwa pengambilan kekayaan dalam konservasi sumberdaya
alam yang terkandung dalam bumi, alam milik bersama (common
air dan ruang angkasa perlu diatur. property resources) sehingga tidak
Pada dasarnya kekayaan menimbulkan konflik dalam
sumberdaya alam di wilayah pelaksanaannya.
pesisir juga merupakan bagian dari 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
kekayaan alam yang di maksud 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
dalam Pasal 8 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang UU tentang Perlindungan

Pokok-Pokok Agraria. Tetapi dan Pengelolaan Lingkungan

Penjelasan Pasal 8 Undang-undang Hidup ini mewajibkan Pemerintah

Nomor 5 Tahun 1960 tentang dan pemerintah daerah untuk

Pokok- Pokok Agraria pada membuat kajian lingkungan hidup

dasarnya menyebutkan bahwa strategis (KLHS) untuk

hak-hak atas tanah itu hanya memastikan bahwa prinsip

memberi hak atas permukaan pembangunan berkelanjutan telah

bumi, maka wewenang-wewenang menjadi dasar dan terintegrasi

yang bersumber daripadanya dalam pembangunan suatu

tidaklah mengenai kekayaan- wilayah dan/atau kebijakan,

kekayaan alam yang terkandung rencana, dan/atau program.

dalam tubuh bumi, air dan ruang Dengan perkataan lain,

angkasa, sehingga pengambilan hasil KLHS harus dijadikan dasar

kekayaan tersebut memerlukan bagi kebijakan, rencana dan/atau

pengaturan tersendiri. program pembangunan dalam

Mengacu pada prinsip 5 suatu wilayah. Apabila hasil KLHS

dan 6 dari integrated coastal menyatakan bahwa daya dukung

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 19


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

dan daya tampung sudah hidup manusia serta makhluk


terlampaui, kebijakan, rencana, hidup lain.
dan/atau program pembangunan Dengan menyadari hal
tersebut wajib diperbaiki sesuai tersebut, bahan berbahaya dan
dengan rekomendasi KLHS dan beracun beserta limbahnya perlu
segala usaha dan/atau kegiatan dilindungi dan dikelola dengan
yang telah melampaui daya baik. Wilayah Negara Kesatuan
dukung dan daya tampung Republik Indonesia harus bebas
lingkungan hidup tidak dari buangan limbah bahan
diperbolehkan lagi. berbahaya dan beracun dari luar
Ilmu pengetahuan dan wilayah Indonesia.
teknologi telah meningkatkan Menyadari potensi dampak
kualitas hidup dan mengubah gaya negatif yang ditimbulkan sebagai
hidup manusia. Pemakaian produk konsekuensi dari pembangunan,
berbasis kimia telah meningkatkan terus dikembangkan upaya
produksi limbah bahan berbahaya pengendalian dampak secara dini.
dan beracun. Hal itu menuntut Analisis mengenai dampak
dikembangkannya sistem lingkungan (amdal) adalah salah
pembuangan yang aman dengan satu perangkat preemtif
risiko yang kecil bagi lingkungan pengelolaan lingkungan hidup
hidup, kesehatan, dan yang terus diperkuat melalui
kelangsungan hidup manusia serta peningkatkan akuntabilitas dalam
makhluk hidup lain. pelaksanaan penyusunan amdal
Di samping menghasilkan dengan mempersyaratkan lisensi
produk yang bermanfaat bagi bagi penilai amdal dan
masyarakat, industrialisasi juga diterapkannya sertifikasi bagi
menimbulkan dampak, antara lain, penyusun dokumen amdal, serta
dihasilkannya limbah bahan dengan memperjelas sanksi hukum
berbahaya dan beracun, yang bagi pelanggar di bidang amdal.
apabila dibuang ke dalam media Amdal juga menjadi salah
lingkungan hidup dapat satu persyaratan utama dalam
mengancam lingkungan hidup, memperoleh izin lingkungan yang
kesehatan, dan kelangsungan mutlak dimiliki sebelum diperoleh

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 20


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

izin usaha. Upaya preventif dalam dalam pengadilan. Penyelesaian


rangka pengendalian dampak sengketa lingkungan hidup di
lingkungan hidup perlu dalam pengadilan meliputi gugatan
dilaksanakan dengan perwakilan kelompok, hak gugat
mendayagunakan secara maksimal organisasi lingkungan, ataupun
instrumen pengawasan dan hak gugat pemerintah. Melalui cara
perizinan. Dalam hal pencemaran tersebut diharapkan selain akan
dan kerusakan lingkungan hidup menimbulkan efek jera juga akan
sudah terjadi, perlu dilakukan meningkatkan kesadaran seluruh
upaya represif berupa penegakan pemangku kepentingan tentang
hukum yang efektif, konsekuen, betapa pentingnya perlindungan
dan konsisten terhadap dan pengelolaan lingkungan hidup
pencemaran dan kerusakan demi kehidupan generasi masa kini
lingkungan hidup yang sudah dan masa depan.
terjadi. Penegakan hukum pidana
Sehubungan dengan hal dalam UU ini memperkenalkan
tersebut, perlu dikembangkan satu ancaman hukuman minimum di
sistem hukum perlindungan dan samping maksimum, perluasan alat
pengelolaan lingkungan hidup bukti, pemidanaan bagi
yang jelas, tegas, dan menyeluruh pelanggaran baku mutu,
guna menjamin kepastian hukum keterpaduan penegakan hukum
sebagai landasan bagi pidana, dan pengaturan tindak
perlindungan dan pengelolaan pidana korporasi. Penegakan
sumber daya alam serta kegiatan hukum pidana lingkungan tetap
pembangunan lain. memperhatikan asas ultimum
UU ini juga remedium yang mewajibkan
mendayagunakan berbagai penerapan penegakan hukum
ketentuan hukum, baik hukum pidana sebagai upaya terakhir
administrasi, hukum perdata, setelah penerapan penegakan
maupun hukum pidana. Ketentuan hukum administrasi dianggap
hukum perdata meliputi tidak berhasil. Penerapan asas
penyelesaian sengketa lingkungan ultimum remedium ini hanya
hidup di luar pengadilan dan di berlaku bagi tindak pidana formil

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 21


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

tertentu, yaitu pemidanaan upaya pemantauan


lingkungan hidup,
terhadap pelanggaran baku mutu
perizinan, instrumen
air limbah, emisi, dan gangguan. ekonomi lingkungan
hidup, peraturan
Adanya penguatan yang
perundang-undangan
terdapat dalam UU ini tentang berbasis lingkungan
hidup, anggaran berbasis
prinsip-prinsip perlindungan dan
lingkungan hidup, analisis
pengelolaan lingkungan hidup risiko lingkungan hidup,
dan instrumen lain yang
yang didasarkan pada tata kelola
sesuai dengan
pemerintahan yang baik karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan
dalam setiap proses perumusan
teknologi;
dan penerapan instrumen e. pendayagunaan perizinan
pencegahan pencemaran dan/atau sebagai instrumen
pengendalian;
kerusakan lingkungan hidup serta
f. pendayagunaan
penanggulangan dan penegakan pendekatan ekosistem;
hukum mewajibkan g. kepastian dalam
merespons dan
pengintegrasian aspek mengantisipasi
transparansi, partisipasi, perkembangan
lingkungan global;
akuntabilitas, dan keadilan. Selain h. penguatan demokrasi
itu, UU ini juga mengatur: lingkungan melalui akses
informasi, akses
a. keutuhan unsur-unsur
partisipasi, dan akses
pengelolaan lingkungan keadilan serta penguatan
hidup;
hak-hak masyarakat
b. kejelasan kewenangan dalam perlindungan dan
antara pusat dan daerah; pengelolaan lingkungan
c. penguatan pada upaya hidup;
pengendalian lingkungan i. penegakan hukum
hidup; perdata, administrasi, dan
d. penguatan instrumen pidana secara lebih jelas;
pencegahan pencemaran j. penguatan kelembagaan
dan/atau kerusakan perlindungan dan
lingkungan hidup, yang pengelolaan lingkungan
meliputi instrumen kajian hidup yang lebih efektif
lingkungan hidup dan responsif; dan
strategis, tata ruang, baku k. penguatan kewenangan
mutu lingkungan hidup,
pejabat pengawas
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup dan
lingkungan hidup, amdal,
penyidik pegawai negeri
upaya pengelolaan sipil lingkungan hidup.
lingkungan hidup dan

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 22


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

Beberapa hal yang terkait Pemberian otonomi luas kepada


dengan tanah dalam UU ini daerah diarahkan untuk
terdapat dalam BAB IV tentang mempercepat terwujudnya
Pemanfaatan, yaitu dalam Pasal 12 kesejahteraan masyarakat melalui
mengenai pemanfaatan sumber peningkatan pelayanan,
daya alam, dan dalam Bab V pemberdayaan dan peran serta
tentang Pengendalian, yaitu dalam masyarakat.
paragraf 4 mengenai kriteria Sejak diberlakukannya
kerusakan lingkungan hidup, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
khususnya Pasal 21 ayat (3) huruf 2014 tentang Pemerintahan
a “Kriteria baku kerusakan Daerah, Pemerintah Pusat belum
ekosistem meliputi kriteria baku pernah memberikan otonomi yang
kerusakan tanah untuk produksi nyata dalam pemanfaatan
biomassa, yang dimaksud dengan sumberdaya pesisir di wilayah
"produksi biomassa" adalah pesisir. Status Quo kewenangan
bentuk-bentuk pemanfaatan daerah ini tidak menjadi perhatian
sumber daya tanah untuk Pemerintah, karena kegiatan
menghasilkan biomassa. Yang ekonomi yangberlangsung di
dimaksud dengan "kriteria baku wilayah pesisir dilakukan
kerusakan tanah untuk produksi berdasarkan pendekatan sektoral
biomassa" adalah ukuran batas yang menguntungkan instansi
perubahan sifat dasar tanah yang sektoral dan usaha tertentu.
dapat ditenggang berkaitan dengan Kewenangan Pemerintah
kegiatan produksi biomassa. Pusat dalam mengelola

7. Undang-Undang No. 23 Tahun sumberdaya di wilayah ini

2014 Tentang Pemerintah Daerah merupakan kewenangan atribusi

Berdasarkan Undang- yang langsung bersumberkan pada

Undang Nomor 23 Tahun 2014, Undang-undang Dasar 1945 Pasal

bahwa pemerintah daerah 33, Undang-undang Nomor 5

berwenang untuk mengatur dan Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi

mengurus sendiri urusan Eksklusif Indonesia, Undang-

pemerintahannya menurut asas undang Nomor 1 Tahun 1973

otonomi dan tugas pembantuan. tentang Landas Kontinen

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 23


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

Indonesia, Undang-undang Nomor tentang Pemerintahan Daerah,


6 Tahun 1996 tentang Perairan secara yuridis tidak mengubah
Indonesia, dan Undang-Undang wilayah perairan Indonesia
Nomor 17 Tahun 1985 tentang sebagaimana diatur dalam
Pengesahan UNCLOS 1982. Undang- Undang Nomor 6 Tahun
Perluasan kewenangan 1996 tentang Perairan Indonesia.
pengelolaan wilayah pesisir Kewenangan yang diberikan oleh
diberikan kepada Kabupaten/Kota Undang-Undang Nomor 23 Tahun
dan Provinsi untuk mengelola 2014 tentang Pemerintahan
sumberdaya laut dan daratan Daerah untuk melaksanakan
dalam wilayah hukumnya. Hal ini pengelolaan sumberdaya kelautan
diperkuat dengan Undang-Undang di wilayah kewenangannya disertai
Nomor 33 Tahun 2004 tentang dengan kewajiban untuk
Perimbangan Keuangan Antara memelihara kelestarian
Pemerintah Pusat dan Pemerintah lingkungannya.
Daerah Pasal 6, yaitu: “Pendapatan Dalam UU No. 23 Tahun
asli daerah bersumber dari: a) 2014 Tentang Pemerintah Daerah,
Pajak daerah; b) Retribusi daerah; Pasal 12 ayat (3) menyatakan
c) hasil pengelolaan kekayaan bahwa Urusan Pemerintahan
daerah yang dipisahkan; dan d) Pilihan sebagaimana dimaksud
lain-lain PAD yang sah.” dalam Pasal 11 ayat (1) meliputi:
Pendapatan asli daerah a. kelautan dan perikanan;
juga dapat diperoleh dari dana b. pariwisata;
c. pertanian;
perimbangan, seperti dijelaskan
d. kehutanan;
dalam Pasal 11 tentang dana bagi e. energi dan sumber daya
hasil. Ayat (1) dari Pasal 11 mineral;
f. perdagangan;
menyebutkan bahwa dana bagi
g. perindustrian; dan
hasil bersumberkan dari pajak dan h. transmigrasi.
“sumber daya alam”. Pembagian
Juga dalam Pasal 14 ayat
kewenangan kepada pemerintah
(6) Penentuan Daerah
daerah atas wilayah laut
kabupaten/kota penghasil untuk
sebagaimana dimaksud Undang-
penghitungan bagi hasil kelautan
Undang Nomor 23 Tahun 2014
adalah hasil kelautan yang berada

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 24


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

dalam batas wilayah 4 (empat) mil 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38


diukur dari garis pantai ke arah Tahun 2007 tentang Pembagian
laut lepas dan/atau ke arah Urusan Pemerintahan Antara
perairan kepulauan. Pemerintah, Pemerintahan Daerah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Provinsi, dan Pemerintahan

Tahun 1999 tentang Pengendalian Daerah Kabupaten/Kota

Pencemaran dan/atau Perusakan Kewenangan Pemerintah

Laut dalam hal pengelolaan sumberdaya

Peraturan Pemerintah ini alam diatur dalam Peraturan

mewajibkan setiap orang atau Pemerintah Republik Indonesia

penanggung jawab usaha dan/atau Nomor 38 Tahun 2007 tentang

kegiatan untuk melakukan upaya Pembagian Urusan Pemerintahan

pencegahan dan bertanggung Antara Pemerintah, Pemerintahan

jawab terhadap Daerah Provinsi, dan

perusakan/pencemaran laut. Pemerintahan Daerah

Ketentuan dalam Bab V tentang Kabupaten/Kota (selanjutnya

Penanggulangan Pencemaran disebut Peraturan Pemerintah

dan/atau Perusakan Laut, dalam Nomor 38 Tahun 2007).

Pasal 15 menetapkan bahwa: Peraturan Pemerintah

“Setiap orang atau penanggung Nomor 38 Tahun 2007 mengatur

jawab usaha dan/atau kegiatan mengenai Urusan pemerintahan

yang mengakibatkan pencemaran yang menjadi kewenangan

dan/atau perusakan laut wajib Pemerintahan Daerah terbagi

melakukan penanggulangan dalam urusan wajib dan urusan

pencemaran dan/atau perusakan pilihan. Pengelolaan wilayah

laut yang diakibatkan oleh pesisir dan laut merupakan bagian

kegiatannya.” Pemanfaatan secara dari kelautan dan perikanan, yang

berlebihan terhadap sumberdaya dalam ketentuan ini merupakan

di wilayah pesisir tanpa bagian dari urusan pilihan yang

mengindahkan kelestarian menjadi kewenangan

lingkungan pesisir, akan Pemerintahan Daerah. Urusan

mengakibatkan rusaknya pemerintahan yang menjadi

ekosistem di wilayah pesisir. kewenangan Pemerintah Provinsi

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 25


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan… - Hasan (1-27)

dalam pengelolaan wilayah pesisir tersebut menjadi bagian dari


hanya terbatas pada fungsi kewenangan pemerintah, namun
pemerintahan yang bersifat lintas tidak berarti masyarakat tidak
Kabupaten/Kota dan untuk memiliki kontribusi dan partisipasi
menghindari konflik kepentingan dalam setiap formulasi kebijakan.
antar Kabupaten/Kota serta Dengan adanya kontribusi dan
kewenangan yang tidak/belum partisipasi masyarakat maka
dapat dilaksanakan oleh kebijakan yang diformulasikan
Pemerintah Daerah tersebut akan lebih menyentuh
Kabupaten/Kota. persoalan yang sebenarnya dan tidak
merugikan kepentingan publik.
D. KESIMPULAN

Dari analisis pada bab-bab


sebelumnya, maka dapat disimpulkan
DAFTAR PUSTAKA
bahwa: Dalam pelaksanaan
pengelolaan sumberdaya pesisir dan Abrar Saleng, 2004, Hukum
Pertambangan, Penerbit UII
laut di pada hakikatnya ditujukan Press, Yogyakarta
untuk memberdayakan sosial
Agenda 21 Indonesia, Publikasi Awal,
ekonomi masyarakat maka Strategi Nasional Untuk
masyarakat seharusnya memiliki Pembangunan Berkelanjutan,
Kantor Menteri Negara
kekuatan besar untuk mengatur Lingkungan Hidup, Juli, 1997
dirinya sendiri dalam pengelolaan
Arifin Rudiyanto, Kerangka Kerjasama
sumberdaya pesisir dan laut di era Dalam Pengelolaan Sumberdaya
otonomi ini. Proses peralihan Pesisir dan Laut, Makalah
Disanpaikan pada Sosialisasi
kewenangan dari pemerintah ke Nasional Program MFCDP, 22
masyarakat harus dapat diwujudkan. September 2004

Namun ada beberapa hal yang masih Bali Plan of Action, “Towards Healthy
menjadi tanggung jawab pemerintah Oceans and Coast for the
SustainableGrowth and Prosperity
seperti soal kebijakan fiskal of the Asia-Paicific Community,”
sumberdaya, pembangunan sarana Joint Ministerial Statement, the
2nd APEC Ocean-Related
dan prasarana, penyusunan tata Ministerial Meeting (AOMM2),
ruang pesisir, serta perangkat hukum Bali, 16-17 September 2005

pengelolaan sumberdaya. Meski hal

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 26


ISSN 2338-4735 Pengelolaan dan Pengawasan- Hasan (1-27)

Churchill V. Lowe, The Law of the Sea,


Juris Publishing, third edition,
1999

Danial Thaib, Evaluasi Kebijakan


Pengelolaan Kawasan Pantai
Utara Kabupaten Bekasi Dalam
Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Pesisir, Dalam Jurnal
Green Growth dan Manajemen
Lingkungan, Vol. 1 Edisi
Desember 2012

Dina Sunyowati, Pengaturan


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Laut Di Indonesia, Artikel Ilmiah,
Departemen Hukum
Internasional, Fakultas Hukum,
Universitas Airlangga

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian


Hukum, Prenada Media, Jakarta,
2005

Rohmin Dahuri, Paradigma Baru


Pembangunan Indonesia Berbasis
Kelautan, Orasi Ilmiah, Institut
Pertanian Bogor, 2003
http://hukum.bung hatta.ac.id/
tulisan. php? dw.8,Artikel
perlindungan Kawasan Pesisir
dan Kelautan

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume VIII Nomor 2 (November 2020) | 27

You might also like