You are on page 1of 15

DAMPAK INDUSTRI DIGITAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDO

NESIA

Imam Ya’muri Nasution1*, Irma Siagian2*, Sanisauri3*, Saumi Rahmadani4* Ahmad Albar
Tanjung5*
1) Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara
imamyamurinasution267@gmail.com
2) Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara
Irmasiagian725@gmail.com
3) Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara
x
4) Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara
xxx
5) Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara
xxx

Abstract
The industrial revolution 4.0 that occurred at the beginning of the 21st century is a
revolution where humans have found new patterns with technological advances that are
happening so fast that they threaten more conventional companies. Based on previous
experience, the development of the existing industry itself has claimed many victims which
has caused setbacks in various sectors. communication and information that is growing
rapidly, especially in the telecommunications sector, namely the Internet. The rapid
development of electronic commerce or e-commerce has had an impact on the nation both
micro and macro on the country's economic growth. Therefore the government issues
regulations or policies in relation to electronic commerce or e-commerce. The method used
in this research is descriptive, using literature studies to produce an explanation in the form
of theoretical ideas about the impact of the digital industry on the Indonesian economy. The
study presented in this paper is based on an analysis of relevant literature so that it is in the
form of a collection of statements from various sources which serve as references. Every year
more and more entrepreneurs and MSMEs join the e-commerce and ODS industries,
especially in transportation and food delivery services. With increasing demand and supply,
jobs will expand, unemployment will decrease, and the economy will grow due to the
contribution of the digital industry. The positive impact of the digital industry on the
economy is supported by the contribution made by ODS such as Gojek to Indonesia's GDP,
as well as lending to the productive sector which continues to increase every year. The
digital industry also absorbs quite a lot of labor and encourages the development of MSMEs
so that the Indonesian economy grows along with the development of digital technology.

Keywords: E-Commerce, On Demand Service, Fintech.

Abstrak
Revolusi industri 4.0 yang terjadi pada awal abad ke-21 merupakan sebuah revolusi
dimana manusia telah menemukan pola baru dengan kemajuan teknologi yang terjadi begitu
cepat sehingga mengancam berbagai perusahaan yang lebih konvensional. Berdasarkan
pengalaman terdahulu, perkembangan industri yang ada sendiri telah memakan banyak
korban yang membuat kemunduran berbagai sektor. komunikasi dan informasi yang semakin
pesat terutama pada sektor telekomunikasi yaitu Internet. Perkembangan perdagangan elektro
nik atau e- commerce yang semakin pesat sangat berdampak bagi bangsa baik secara mikro
maupun makro pada pertumbuhan perekonomian negara. Oleh karena itu pemerintah menerbi
tkan peraturan atau kebijakan sehubungan dengan perdagangan elektronik atau e-commerce.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif, menggunakan studi kepustakaan
sehingga menghasilkan paparan yang berupa gagasan teori tentang dampak industri digital ter
hadap perekonomian Indonesia. Kajian yang dipaparkan dalam pada tulisan ini didasarkan pa
da analisis literatur yang sifatnya relevan sehingga sifatnya berupa kumpulan pernyataan dari
berbagai sumber yang menjadi rujukan referensi. Setiap tahunnya semakin banyak pengusaha dan
UMKM yang bergabung dalam industri e-commerce dan ODS khususnya pada jasa transportasi dan
pengantaran makanan. Dengan meningkatnya permintaan dan penawaran, maka lapangan pekerjaan
semakin meluas, pengangguran berkurang, dan perekonomian bertumbuh akibat kontribusi dari
industri digital. Dampak industri digital terhadap perekonomian yang positif, didukung oleh
kontribusi yang diberikan oleh ODS seperti Gojek bagi PDB Indonesia, juga penyaluran pinjaman
kepada sektor produktif yang terus meningkat setiap tahunnya. Industri digital juga cukup banyak
menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan UMKM sehingga perekonomian Indonesia
tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi digital.

Kata Kunci: E-Commerce, servis on demand, fintech.

1. PENDAHULUAN
Revolusi industri 4.0 yang terjadi pada awal abad ke-21 merupakan sebuah revolusi
dimana manusia telah menemukan pola baru dengan kemajuan teknologi yang terjadi begitu
cepat sehingga mengancam berbagai perusahaan yang lebih konvensional. Berdasarkan
pengalaman terdahulu, perkembangan industri yang ada sendiri telah memakan banyak
korban yang membuat kemunduran berbagai sektor. Menurut Kanselir Jerman yaitu Angela
Merkel pada tahun 2014 yang menyatakan arti dari revolusi industri 4.0 sebagai sebuah
transformasi komprehensif dari segala aspek produksi yang terjadi di dunia industri melalui
penggabungan antara teknologi digital serta internet dengan industri konvensional.
Selain itu, menurut Schlechtendahl dkk (2015) mendefinisikan revolusi industri yang
menekankan pada unsur kecepatan dari ketersediaan sebuah informasi, yaitu sebuah
lingkungan industri dimana seluruh entitasnya dapat selalu terhubung serta mampu berbagai
informasi dengan mudah antara satu sama lain. Dengan adanya revolusi industri 4.0 ini
sendiri mengubah perspektif, dimana ukuran perusahaan bukan lagi menjadi sebuah jaminan,
tetapi bagaimana sebuah perusahaan dapat beradaptasi dan memiliki kelincahan merupakan
sebuah kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan serta prestasi yang ada.
Terdapat lima sektor industri yang akan difokuskan oleh pemerintah yang terdiri dari
kimia, elektronik, garmen, otomotif, dan juga FMCG. Berdasarkan survei yang dilakukan
oleh World Economic Forum dapat diketahui bahwa setidaknya ada empat teknologi yang
mendominasi pada era ini di tahun 2018 hingga 2022 yang terdiri dari, high-speed mobile
internet, AI atau artificial intelligence, cloud technology, serta big data analytics.
Berbagai teknologi baru yang tadinya tidak pernah terpikirkan pun bermunculan,
seperti layanan ojek online, pembayaran melalui gadget, hingga warung digital yang
bermunculan di tengah revolusi industri yang ada saat ini. Jika kita melihat revolusi yang ada
dalam skala industri, revolusi yang terjadi tersebut meningkatkan kemampuan software serta
internet yang dapat membuat peningkatan efisiensi dalam sebuah perusahaan. Salah satu
contohnya adalah penggunaan software untuk mengumpulkan data historis mesin yang dapat
digunakan untuk mengatur maintenance bulanan secara otomatis. Data yang ada tersebut
nantinya akan diproses dan diolah untuk menghasilkan sebuah keputusan logis melalui
algoritma yang ada. Selain itu, di Indonesia sendiri seperti yang diutarakan oleh Kementrian
Perindustrian mengenai Makin Indonesia 4.0 sebagai salah satu strategi Indonesia dalam
pengemplementasiannya serta memasuki revolusi industri 4.0.
Indonesia yang merupakan negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara
diproyeksikan nilai transaksi ekonomi digitalnya bisa mencapai US$ 133 miliar atau sekitar
Rp 1826 triliun (Dwi Hadya Jayani, 2019). Banyaknya pelaku ekonomi yang merambah ke
digital membuat kontribusi yang sangat pesat. Ditambah lagi, populasi Indonesia yang sangat
besar dan merupakan salah satu negara dengan penduduk tertinggi di dunia serta pengguna
Internet tertinggi di dunia telah menjadi keuntungan tersendiri dalam memberikan ruang
gerak bagi ekonomi digital untuk jauh lebih berkembang. Hal ini pun dimanfaatkan dengan
baik oleh seluruh pelaku perekonomian di Indonesia untuk meningkatkan taraf
perekonomiannya seperti dengan mengembangkan perusahaan berbasis digital yaitu bisnis
start up, industri kreatif, UMKM dan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang informasi
dan teknologi. Adanya kolaborasi antara pelaku jasa keuangan konvensional dan teknologi
keuangan perlu dibangun untuk meningkatkan industri jasa keuangan nasional. Keberadaan
pemerintah sangat penting agar dapat meningkatkan pemerataan akses, memajukan industri
keuangan agar lebih efisien mempertahankan modal dan kegiatan produksi UMKM, dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kesadaran pemerintah akan potensi dari efek perdagangan elektronik membuat
pemerintah untuk menyusun Undang-Undang terkait hal tersebut, hal ini beriringan dengan
semakin tumbuhnya e-
commerce di Indonesia ditandai dengan munculnya startup - startup situs jual-beli seperti
TokoBagus pada tahun 2005, Bukalapak hingga saat ini yang paling banyak di akses Shopee
dan Tokopedia. Selain itu, industri start-up lainnya yang menjadi nilai tambah bagi ekonomi
yaitu on demand service seperti aplikasi ojek online (eg. Gojek, Grab) dan financial
technology (fintech) seperti aplikasi sistem pembayaran (eg. OVO, Dana, Flip) serta aplikasi
pinjaman online.
Dampak perkembangan teknologi dalam aspek ekonomi bisa dilihat dari beralihnya
minat masyarakat dalam urusan perdagangan yang semakin memudahkan mereka karena
adanya marketplace- marketplace online yang menawarkan fasilitas serta kemudahan dalam
proses jual-beli. Latar belakang munculnya e-commerce di Indonesia didasari dari perkemban
gan teknologi
komunikasi dan informasi yang semakin pesat terutama pada sektor telekomunikasi yaitu Inte
rnet. Perkembangan perdagangan elektronik atau e- commerce yang semakin pesat sangat ber
dampak bagi bangsa baik secara mikro maupun makro pada pertumbuhan perekonomian nega
ra. Oleh karena itu pemerintah menerbitkan peraturan atau kebijakan sehubungan dengan per
dagangan elektronik atau e-commerce.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Digital
Industri digital adalah sebuah industri yang memanfaatkan teknologi digital dengan se
ntuhan kreatifitas dan inovasi baru para produk dan jasanya. Secara umum, industri digital ini
akan menghasilkan produk berupa teknologi canggih yang akan membantu masyarakat untuk
mengatasi masalah sehari-hari supaya lebih mudah dalam berbagai macam pekerjaan.
Gelombang ekonomi digital hadir dengan topogra yang landai, inklusif, dan
membentangkan ekualitas peluang. Karakteristik ini memiliki konsep kompetisi yang
menjadi spirit industri yang dengan mudah terangkat oleh para pelaku startup yang
mengutamakan kolaborasi dan sinergi. Karena itu pula ekonomi digital merupakan ‘sharing
economy’ yang mengangkat banyak usaha kecil dan menengah untuk memasuki bisnis dunia.
Dalam ekonomi digital, perusahaan menawarkan layanan mereka sesuai dengan layanan
layanan tertentu yang sesuai dengan permintaan spesik tertentu atau penawaran khusus,
penawaran telah dikarakterisasi sebagai penawaran pribadi dan individu atau pribadi. Agar
ekonomi digital dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat dan pelaku usaha, maka
diperlukan kerangka regulasi yang tepat sehingga terjadi iklim pasar yang kompetitif dan
seimbang dalam mengembangkan ide untuk menciptakan produk dan inovasi. Ekonomi
digital yang dianggap sebagai salah satu penggerak perekonomian ini memiliki kelebihan
dalam perekonomian negara antara lain menciptakan pertumbuhan ekonomi yang semakin
tinggi, meningkatkan produktivitas dunia industri dan meningkatkan persaingan dalam dunia
kerja yang menuntut sumber daya manusianya meningkatkan skill dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga kualitas tenaga kerja di Indonesia semakin meningkat. Perkembangan
ekonomi digital di Indonesia yang sangat pesat tersebut dibuktikan dalam data BPS yang
menunjukan bahwa per ekonomian di 10 tahun terakhir menunjukan pertumbuhan ekonomi
yang positif, yaitu pada tahun 2017 yang berada pada angka 5,07 % di bawah target APBN
dan perubahan tahun 2017 ditetapkan sebesar 5,2% yang berarti pertumbuhan ekonomi ini
menjadi yang tertinggi sejak tahun 2014 sebesar 5,01%, periode 2015 sebesar 4,88% dan
periode 2016 sebesar 5,03% (Marlinah, 2019).

2.2 E-Commerce
E-Commerce (Electronic Commerce) merupakan salah satu teknologi yang berkemba
ng pesat pembelian dan penjualan barang dan jasa melalui jaringan electronik seperti internet.
E-commerce merupakan suatu cara berbelanja secara online yang memang seiring dengan ke
hadiran internet dalam kehidupan kita. Banyak orang mendapatkan manfaat kemudahan berbi
snis melalui media internet. Electronic Commerce (E-Commerce) berdasarkan Organization
for Economic Co-Operation and Development (OECD) 2009 adalah penjualan atau
pembelian barang atau jasa, yang dilakukan melalui jaringan komputer dengan metode yang
secara spesifik dirancang untuk tujuan menerima atau melakukan pesanan. Barang atau jasa
dipesan dengan metode tersebut, tetapi pembayaran dan pengiriman utama barang atau jasa
tidak harus dilakukan secara online. Transaksi E-Commerce dapat terjadi antar usaha, rumah
tangga, individu, pemerintah, dan organisasi swasta atau publik lainnya.
Hasil pendataan menunjukkan pelaku usaha E-Commerce merupakan usaha E-Comm
erce non-formal, dengan ciri-ciri:
 Mayoritas menggunakan pesan instan dan media sosial sebagai media penjualan
 Mayoritas pendidikan penanggung jawab/ pemilik usaha adalah sekolah menengah ata
s
 Nilai pendapatan total maupun nilai pendapatan E-Commerce dibawah 300 juta rupia
h
 Mayoritas usaha tidak memiliki laporan keuangan
 Metode pembayaran yang paling sering digunakan adalah Cash on Delivery (COD) at
au pembayaran secara tunai
 Pengiriman langsung sebagai metode pengiriman yang paling sering digunakan
 Wilayah pengiriman barang masih dalam pulau yang sama dengan domisili usaha
Kelebihan E-Commerce
Ada tiga aspek kelebihannya, yaitu:
1. Kelebihan Bagi Oraganisasi
a. Daat memperluas pasaran hingga pada taraf Global/International.
b. Mengurangi biaya pembuatan,pendistribusian,pengambilan dan pengelolaan.
c. Meningkatkan Brand perusahaan.
d. Dapat menyediakan pelayanan kepada pelanggan yang lebih baik.
e. Mempercepat dan efisiensi proses bisnis.
2. Kelebihan Bagi Pelanggan
a. Dapat memberikan layanan tanpa ada batasan waktu 1 x 24 Jam.
b. Mampu memberikan pilihan serta kecepatan dalam pengiriman.
c. Dengan banyaknya pilihan pelanggan dapat membandingkan harga satu dengan lainny
a.
d. Dapat memberikan riview komentar terkait Produk.
e. Dapat memberikan informasi lebih cepat.
3. Kelebihan Bagi Masyarakat
a. Tidak perlunya perjalanan dalam kegiatan jual beli/pemesanan.
b. Dapat mengurangi biaya Produk,sehingga harga seharusnya dapat lebih terjangkau.
c. Dapat membantu pemerintah dalam pemberian pelayanan Publik.

2.3 On Demand Services (ODS)


Perkembangan teknologi yang terjadi sangat pesat beberapa tahun belakang ini memb
uka banyak peluang bisnis, salah satunya adalah on demand service. Sederhananya, model bis
nis ini adalah suatu model bisnis yang dilakukan dengan menyediakan jasa ataupun produk se
cara cepat setelah pelanggan berhasil melakukan pemesanan sesuai dengan kebutuhannya. Un
tuk di Indonesia sendiri, peluang untuk membuka bisnis on demand service ini masih terbuka
sangat luas. Bisnis ini berkembang dengan sangat pesat seiring dengan perkembangan e-com
merce. Bisnis ini pun sudah mempunyai momentum yang sangat besar semenjak Gojek berha
sil memasuki pasar Indonesia pada tahun 2015 lalu.

Perusahaan tersebut hadir dengan menyediakan jasa ojek online yang bisa dipesan me
lalui aplikasi dan dianggap mampu menyelesaikan masalah transportasi yang terjadi di kota-k
ota besar. Dalam era new normal seperti saat ini, on demand service sudah menjadi suatu mo
del bisnis yang bisa diterapkan di berbagai klinik kecantikan atau salon. Para pelanggan bisa
menggunakan jasa mereka dan menikmati layanan hanya dari rumah saja. Walaupun memang
masih sangat terbatas, namun peluang bisnis ini nyatanya dilirik oleh para pebisnis dalam ind
ustri kesehatan. Buktinya, saat ini kita bisa dengan mudah menggunakan aplikasi pemesanan
dan pengantaran obat seperti aplikasi GoApotik.

Disisi lain, semakin mudahnya akses dalam menggunakan internet dengan kecepatan t
inggi membuat layanan video on demand service semakin banyak dinikmati oleh masyarakat.
Oleh karena itu, jangan heran jika aplikasi seperti Netflix, iFlix, Video, atau HOOQ mulai me
mpunyai tempat yang sangat besar di pasar Indonesia. Meskipun banyak bisnis yang terus ha
dir di tengah masyarakat, namun model bisnis on demand service ini masih memasuki tahap a
wal. Kenapa? Karena model bisnis ini adalah area yang cukup susah untuk digeluti dengan al
asan keterbatasan, khususnya dalam hal infrastruktur.

Tapi, peluangnya masih tetap menjanjikan dan sangat layak untuk digali lebih dalam.
Bagaimanapun juga, negara kita ini masih menjadi salah satu dengan dengan jumlah masyara
kat paling banyak. Sementara itu, internet baru bisa menjangkau separuh dari semua masyara
kat di Indonesia. Untuk itu, masih banyak sekali potensi pasar yang bisa dieksplorasi dari bis
nis ini.

2.4 Financial Technology (Fintech)

Fintech merupakan singkatan dari kata Financial Technology, yang dapat diartikan da
lam bahasa Indonesia menjadi teknologi keuangan. Secara sederhana, Fintech dapat diartikan
sebagai pemanfaatan perkembangan teknologi informasi untuk meningkatkan layanan di indu
stri keuangan.
Teknologi Finansial adalh pengguna teknologi dalam sistem keuangan yang menghasi
lkan produk layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabil
itas moneter, stabilitas sistem keuangan dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan keanda
lan sistem pembayaran. Fintech diselenggarakan oleh perusahaan baru yang disebut dalam pe
rusahaan rintisan atau start-up adalah perusahaan yang baru berdiri atau masih dalam tahap m
erintis, yang umumnya bergerak di bidang teknologi dan informasi di dunia maya atau intern
et. Dengan demikian istilah start-up berlaku untuk semua bidang usaha.Seluruh dunia, perke
mbangan fintech semakin berkembang mengikuti perkembangan teknologi dari tahun ke tahu
n, salah satunya di Indonesia. Sebelum 2006 hanya empat perusahaan fintech di Indonesia, na
mun perkembangannya terus meningkat hingga pada tahun 2016 lalu menjadi 165 perusahaan
finteh.Salah satunya E-Wallet atau dompet elektronik merupakan sebuah aplikasi atau fitur ya
ng dikembangkan untuk memudahkan pengguna dalam melakukan pembayaran. E-Wallet da
pat melakukan transaksi uang dalam sistem operator telekomunikasi. Ringkasnya, pulsa telep
on selular sekaligus berlaku sebagai saldo tabungan. Pemilik telepon selular bisa melakukan t
ransaksi, bahkan mencairkan pulsa atau saldo yang dikirim dari pemilik telepon selular lainny
a. Contohnya adalah OVO, DANA, GoPay, LinkAja, Kredivo, AkuLaku, PayLater, dan lainn
ya.

2.5 Pertumbuhan Ekonomi


Suatu keberhasilan program pembangunan di negara berkembang sering dinilai berdas
arkan tinggi rendahnya dan atau kecepatan tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasio
nal yang dihasilkan. Namun, perhatian utama pembangunan melalui cara mempercepat tingka
t pertumbuhan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi ini, di sisi lain terdapat penye
baran pertumbuhan pendapatan tersebut masih sangat terbatas jangkauannya, kekuatan antara
daerah/wilayah di Negara berkembang tidak seimbang, sehingga cenderung memperlebar jur
ang kesenjangan atau ketidakmerataan antara daerah/wilayah kaya dan daerah/wilayah miski
n.Tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung memburuk, dan tahap
selanjutnya, distribusi pendapatannya akan membaik, namun pada suatu waktu akan terjadi p
eningkatan disparitas lagi dan akhirnya menurun lagi. Dalam jangka pendek ada korelasi posi
tif antara pertumbuhan pendapatan perkapita dengan disparitas pendapatan. Namun dalam jan
gka panjang hubungan keduanya menjadi korelasi yang negatif. Pertumbuhan ekonomi meru
pakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diprodu ksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyara
kat (Sukirno, 1994) dalam Suparyati (2015). Masih dalam Suparyati (2015) menurut Budiono
bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka pan
jang.

3. METODE PENELITIAN
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif. Suharsimi Artono (2013 :3)
menjelaskan pengertian penelitian deskriptif yaitu penelitian untuk menyelidiki keadaan,
kondisi atau hal lainnya, yang kemudian dijabarkan kedalam laporan penelitian.” Pada
penelitian ini, fenomena ada yang berupa bentuk, karakteristik, aktivitas, perubahan,
hubungan, dampak, kesamaan serta perbedaan antar fenomena yag satu dengan lainnya.
Dengan menggunakan studi kepustakaan sehingga menghasilkan paparan yang berupa gagasa
n teori tentang dampak industri digital terhadap perekonomian Indonesia. Kajian yang dipapa
rkan dalam pada tulisan ini didasarkan pada analisis literatur yang sifatnya relevan sehingga s
ifatnya berupa kumpulan pernyataan dari berbagai sumber yang menjadi rujukan referensi.

4.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Era baru globalisasi telah dimulai dengan semakin meningkatnya kontribusi aspek dig
ital terhadap ekonomi. Dengan didukung teknologi dan infrastruktur yang semakin canggih, k
emudahan dan kecepatan yang ditawarkan dalam ekonomi berbasis digital telah mempermud
ah, mempercepat dan merubah pola supply dan demand para pelaku ekonomi dari berbagai si
si, seperti pemasaran, pembelian, pendistribusian produk, sistem pembayaran, dan sebagainya.
Kini, transaksi jual-beli produk dapat dilakukan dalam genggaman jari memanfaatkan jaring
an elektronik, hal inilah yang disebut E-Commerce. Kehadiran E-Commerce tidak hanya men
ciptakan liberalisasi pasar ekspor-impor dan memberi andil dalam merubah pola konsumsi da
n gaya hidup masyarakat, namun juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi individu-indi
vidu untuk menjadi enterpreneur yang ke depannya diharapkan dapat memperluas lapangan p
ekerjaan.
Selain itu, kemajuan teknologi juga telah mendukung perekonomian masyarakat di bi
dang jasa seperti demand on service, yang mempertemukan orang-orang yang membutuhkan
pekerjaan dengan orang-orang yang membutuhkan jasa baik transportasi, pemesanan makana
n, pengantaran barang, dan lainnya. Pada bidang keuangan juga sudah memberikan warna bar
u melalui adanya financial technology, yang diharapkan dapat mempermudah masyarakat dal
am melakukan pembayaran maupun pinjam meminjam uang tanpa agunan.

E-Commerce
Survei E-Commerce 2021 menunjukkan 1.774.589 usaha e-commerce (75,15 persen)
dari total usaha e-commerce di Indonesia (2.361.423 usaha) persebaran usahanya masih terpu
sat di Pulau Jawa. Fenomena ini tentunya berkaitan dengan lokasi yang dekat dengan pusat p
erekonomian dan ketersediaan fasilitas pendukung usaha seperti akses internet yang memadai
Di antara penjual yang tidak melakukan kegiatan e-commerce pada 2020, sebanyak 73,07%
pengusaha menilai lebih nyaman berjualan secara langsung (offline) dibandingkan jika meng
gunakan e-commerce.
Mayoritas umur penanggung jawab/pemilik usaha E-Commerce berada dalam rentang
35-44 tahun (33,07 persen) dan 25-34 tahun (24,79 persen). Fenomena ini menunjukkan bah
wa penanggung jawab/pemilik usaha E-Commerce mayoritas merupakan generasi milenial (g
enerasi yang lahir pada tahun 1980-1995) yang banyak berinteraksi dengan pesatnya perkemb
angan teknologi, termasuk juga E-Commerce.
Dari seluruh cakupan usaha yang menggunakan internet, usaha yang termasuk Katego
ri G (Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor) men
dominasi kegiatan E-Commerce, dengan persentase hampir separuh dari keseluruhan usaha y
aitu sebesar 46,05 persen. Kegiatan usaha E-Commerce terbesar kedua (17,10 persen) berasal
dari Kategori C (Industri Pengolahan). Sementara itu, usaha yang tercakup kedalam Kategori
I (Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum) merupakan usaha E-Commerce ter
besar ketiga dengan persentase sebesar 15,81 persen.

Gambar 1: Persentase Usaha E-Commerce menurut Kategori/Lapangan Usaha Tahun 2020


Nilai pendapatan total merupakan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan barang/jasa, bai
k penjualan secara langsung maupun online selama tahun 2020. Berdasarkan hasil Survei E-Commerc
e 2021, sebagian besar usaha E-Commerce merupakan usaha berpendapatan kurang dari 300 juta rupi
ah per tahun, dengan jumlah proporsi usaha sebanyak 83,87 persen dari keseluruhan usaha E-Commer
ce. Menurut pengakuan responden, hanya sebesar 24,4 persen usaha mengalami peningkatan pendapat
an online dibandingkan tahun sebelumnya.
Gambar 2 Persentase Usaha E-Commerce menurut Nilai Pendapatan Total dan e-Com
merce Tahun 2020
Selanjutnya pada Tabel 1 berdasarkan persentase usaha e-commerce dan nilai pendapatan tota
l tahun 2020, diketahui 83,8% pengusaha mempunyai pendapatan total <300 juta, 13,8% mempunyai
pendapatan 300 Juta – 2,5 Miliar, 2,09% pengusaha pempunyai pendapatan total 2,5-50 Miliar, dan si
sanya 0,19% mempunyai pendapatan >50 Miliar. Berikut adalah persentase usaha e-commerce menur
ut provinsi dan nilai pendapatan total tahun 2020.
Tabel 2 menunjukkan persentase usaha e-commerce menurut jumlah tenaga kerja, lapangan u
saha, dan nilai pendapatan total tahun 2020, dimana mayoritas pengusaha memiliki pendapatan <300 j
uta, sementara yang memiliki pendapatan >50 miliar berasal dari lapangan usaha industri pengolahan,
perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, pengangkutan dan per
gudangan, penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum, serta informasi dan komunikasi.
Tabel 1
Persentase Usaha e-commerce menurut Provinsi dan Nilai Pendapatan Total Tahun 2020

Tabel 2
Persentase Usaha e-commerce menurut Jumlah Tenaga Kerja, Lapangan Usaha, dan Nilai Pend
apatan Total Tahun 2020
Berdasarkan hasil Survei E-Commerce 2021, sebanyak 72,39 persen pelaku usaha E-Commer
ce mengalami penurunan pendapatan usaha, sedangkan yang mengalami peningkatan penjualan hanya
sekitar 9,72 persen, dan hanya 17,89 persen pelaku usaha mengaku tidak terpengaruh pandemi COVI
D-19 atau pendapatannya sama dengan sebelum pandemi.
Jika dilihat dari komposisi usaha E-Commerce yang pendapatannya meningkat, sebanyak 2,9
9 persen pendapatan meningkat antara 25%-50%, sebesar 3,19 persen meningkat kurang dari 25%, da
n 2,64 persen meningkat antara 51%-75%, serta 0,90 persen meningkat lebih dari 75%. Jika dilihat da
ri sisi penurunan pendapatan, terdapat 8,44 persen usaha E-Commerce yang pendapatannya menurun
kurang dari 25%. Persentase penurunan pendapatan 25% - <50% dialami oleh sebanyak 27,49 persen
usaha, penurunan 50%-75% dialami 53,92 persen usaha, dan 10,15 persen usaha mengalami penuruna
n lebih dari 75%.
Selama masa pandemi, usaha E-Commerce yang mengalami penurunan volume transaksi sebe
sar 71,83 persen. Tercatat 18,40 persen usaha E-Commerce yang volume transaksinya sama dengan v
olume transaksi pada saat sebelum adanya pandemi COVID-19. Hanya sekitar 9,77% usaha yang men
galami peningkatan volume transaksi selama pandemi.
Selain penurunan pendapatan usaha dan volume transaksi, terlihat bahwa pandemi COVID-19
juga mempengaruhi kelancaran pendistribusian barang dari usaha E-Commerce. Sebesar 54,93 persen
usaha mengalami penurunan dalam hal kelancaran pendistribusian barang, dan hanya 37,98 persen us
aha yang kelancaran pendistribusian barangnya tidak terpengaruh sama sekali dengan pandemi, atau s
ama dengan masa sebelum ada pandemi. Namun, ada sekitar 7,08 persen usaha E-Commerce yang kel
ancaran pendistribusi barangnya justru meningkat selama pandemi.

On Demand Services (ODS)


Layanan dengan on demand services adalah sistem pelayanan yang berdasarkan dari pesanan
konsumen. Jadi ketika ada pesanan dari konsumen, maka penyedia layanan ini akan langsung
meresponnya. Salah satu contoh penyedia layanan on demand misalnya adalah GoJek. Berdasarkan ri
set dari Lembaga Demografi (LD) FEB UI mencatat ekosistem Gojek dan GoTo Financial ikut berper
an dalam upaya pemulihan ekonomi Indonesia di masa pandemi. Pada tahun 2021 ini, ekosistem Goje
k dan GoTo Financial memberikan kontribusi hingga Rp249 triliun atau setara 1,6% PDB Indonesia 2
020 (Gojek, 2021).
Kontribusi terhadap perekonomian tersebut meningkat drastis jika dibandingkan dengan riset
dari Lembaga Demografi (LD) FEB UI yang dilakukan pada tahun 2018, dimana kontribusi Gojek se
besar Rp44,2 Triliun (US$3 Miliar), sebagai nilai tambah bagi perekonomian Indonesia pada tahun 20
18. Sementara pada tahun 2017 diketahui kontribusi Gojek sebesar Rp15,1 Triliun (US$1,06 Miliar) d
ari jasa Go-ride dan Go-food bagi perekonomian. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya kontrib
usi Gojek bagi perekonomian mengalami peningkatan (Gojek, 2019).
Data juga menunjukkan adanya tren positif terkait pemulihan pendapatan para mitra Gojek di
tahun kedua pandemi. Mitra UMKM GoFood mendapatkan kenaikan pendapatan sebesar 66% di tahu
n 2021, sementara mitra GoCar dan GoRide masing-masing mengalami pemulihan pendapatan hingga
24% dan 18%. Tercatat, 4 dari 5 mitra Gojek menyatakan bahwa mereka tetap dapat memiliki pengha
silan untuk menafkahi diri dan keluarga melalui kemitraan dengan Gojek.
Ekosistem Gojek juga terus membantu konsumen dan mitranya tetap produktif selama masa p
andemi tahun kedua. Setidaknya ada 1 dari 5 mitra GoFood yang baru bergabung di awal masa pande
mi dan percaya bahwa ekosistem Gojek bisa membuat mereka tumbuh. Konsumen juga percaya bahw
a layanan transportasi, logistik, dan on demand Gojek mampu meningkatkan produktivitas dalam kegi
atan sehari-hari.

Financial Technology (Fintech)


Pesatnya transformasi digital di sektor jasa keuangan tersebut tentunya harus tetap
mendukung stabilitas sistem keuangan. Pemerintah Indonesia, asosiasi, dan pelaku usaha
keuangan digital (fintech) terus konsisten mendorong edukasi fintech yang diharapkan mendukung
pemulihan ekonomi nasional. Penurunan aliran pendanaan start-up digital di wilayah Asia mencapai
60% year-on-year dan 33% quarter-to-quarter pada triwulan ke-III tahun 2022. Meski demikian,
nilai transaksi sektor fintech Indonesia, dengan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) sebesar
39%, tertinggi kedua di antara negara-negara G20. Performa unggul ini menunjukkan bahwa
Indonesia mampu menyikapi masa pandemi Covid-19 secara progresif sebagai momentum akselerasi
digitalisasi sektor jasa keuangan di Indonesia (Otoritas Jasa Keuangan, 2022).
Fintech lending mencatatkan agregat penyaluran pendanaan mencapai Rp476,89 triliun
kepada 92,4 juta penerima pinjaman (borrower). Total aset penyelenggara fintech lending pada
Desember 2021 mencapai Rp4,06 Triliun. Jumlah penyaluran pinjaman kepada sektor produktif
mencapai Rp8,9 triliun, dimana sektor dengan jumlah penyaluran tertinggi adalah Perdagangan besar
dan eceran (25,26%), penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum (9,38%), serta
transportasi, pergudangan dan komunikasi (6,55%). Ini menjadi bukti kontribusi
positif fintech lending dalam memperluas akses keuangan masyarakat (Otoritas Jasa Keuangan,
2021).
Fintech juga melakukan kerjasama penyaluran pinjaman dengan Lembaga Jasa Keuangan
(LJK), dimana pada posisi Desember 2021 jumlah rekening LJK pemberi pinjaman terdiri dari 68
entitas dengan jumlah pinjaman yang telah diberikan kepada penerima pinjaman mencapai Rp2 triliun
rupiah (Otoritas Jasa Keuangan, 2021).

KESIMPULAN
Setiap tahunnya semakin banyak pengusaha dan UMKM yang bergabung dalam industri e-
commerce dan ODS khususnya pada jasa transportasi dan pengantaran makanan. Dengan
meningkatnya permintaan dan penawaran, maka lapangan pekerjaan semakin meluas, pengangguran
berkurang, dan perekonomian bertumbuh akibat kontribusi dari industri digital.
Dampak industri digital terhadap perekonomian yang positif, didukung oleh kontribusi yang
diberikan oleh ODS seperti Gojek bagi PDB Indonesia, juga penyaluran pinjaman kepada sektor
produktif yang terus meningkat setiap tahunnya. Industri digital juga cukup banyak menyerap tenaga
kerja dan mendorong perkembangan UMKM sehingga perekonomian Indonesia tumbuh seiring
dengan perkembangan teknologi digital.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2021. Statistik e-commerce 2021. Jakarta: BPS.

Gojek. 2021. Riset LD FEB UI: Kontribusi Ekosistem Gojek kepada PDB Indonesia Diperkirakan Me
ningkat 60% di Akhir 2021. Depok: Publikasi.

______. 2019. Universitas Indonesia Research: GOJEK contributes US$ 3 Billion (IDR 44,2 Trillion)
in added value to the Indonesian economy. Depok: Publikasi.

Lembaga Demografi Universitas Indonesia. 2021. Riset LD FEB UI: Gojek Sumbang Rp249 Triliun u
ntuk Ekonomi Indonesia. Jakarta: kompas.

Marlinah, L. 2019. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melalui Penguatan Sektor Ekonomi
Digitalpreneur Dan Creativepreneur. 2(1), 32–38.

Otoritas Jasa Keuangan. 2021. Statistik Fintech Lending Periode Desember 2021. Jakarta: Publikasi.

__________________. 2022. Bulan Fintech Nasional, 1,5 Juta Masyarakat Berpartisipasi Dan
Dapatkan Edukasi Fintech Dari Pemerintah, Asosiasi, Dan Pelaku Industri. Jakarta: Siaran
Pers.

Jurnal Financial Technology Berbasis Sistem Equity Crowdfunding by Fariz Erdinata

You might also like