You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/298332928

LANSKAP KOLONIAL KOTA BAUBAU SEBUAH PUSAKA PENINGGALAN MASA


KOLONIAL DI SULAWESI TENGGARA

Article  in  Paramita Historical Studies Journal · February 2016


DOI: 10.15294/paramita.v25i2.5130

CITATIONS READS

2 2,467

3 authors:

Ray March Syahadat Nurhayati Arifin


Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Bogor Agricultural University (IPB University)
76 PUBLICATIONS   118 CITATIONS    32 PUBLICATIONS   96 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Hadi Susilo Arifin


Bogor Agricultural University
69 PUBLICATIONS   438 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Master Thesis View project

Identifikasi Keanekaragaman Hayati RTH di Kota Depok View project

All content following this page was uploaded by Ray March Syahadat on 12 February 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LANSKAP KOLONIAL KOTA BAUBAU SEBUAH
PUSAKA PENINGGALAN MASA KOLONIAL
DI SULAWESI TENGGARA
Ray March Syahadat1, Nurhayati H.S. Arifin2, Hadi Susilo Arifin2
1Program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
email: raymarch.syahadat@gmail.com
2Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT ABSTRAK

Baubau is appointed as one of heritage cities in Baubau ditetapkan menjadi salah satu kota pusa-
Indonesia because it has many historical inher- ka Indonesia karena menyimpan banyak pening-
itances. Although Baubau becomes an autono- galan sejarah. Meskipun Baubau menjadi daerah
mous region in 2001, some historical records otonom pada tahun 2001 tetapi berbagai catatan
show that the city has been existed long time ago sejarah menunjukkan bahwa kota ini telah ada
and passed some phases. One of those phases is sejak zaman dulu dan telah melalui beberapa
the development era by the Dutch Indies Govern- fase. Salah satunya ialah masa pembangunan
ment. There are many inheritances from colonial oleh pemerintah Hindia Belanda. Banyak pening-
period in the city even it is called as the largest galan zaman kolonial di kota ini bahkan bisa
in the Province of Southeast Sulawesi. Unfortu- dikatakan yang terbanyak se-Provinsi Sulawesi
nately, there are not many research and invento- Tenggara. Sayangnya belum banyak penelitian
ry by related stakeholders toward the colonial maupun inventarisasi dari stakeholders terkait
heritages in the city. This research aims to record terhadap peninggalan kolonial di kota ini.
or to list of current assets and to analyze the Penelitian ini bertujuan menginventarisasi serta
landscape characteristics of colonial heritages menganalisis karakter lanskap peninggalan ma-
located in Baubau. The result shows that there sa kolonial yang berada di Kota Baubau. Hasil
are four historical landscapes which save the yang diperoleh, terdapat empat lanskap sejarah
colonial heritage objects namely the colonial lad- yang menyimpan objek-objek peninggalan zaman
scape and early independence day (51 objects), kolonial yaitu lanskap kolonial dan awal ke-
Palabusa (4 objects), Wakonti (1 object), and merdekaan (51 objek), Palabusa (4 objek), Wa-
Chinatown (5 objects). The character which con- konti (1 objek), dan pecinan (5 objek). Karakter
structs of the three landscapes generally consist y ang m eny usun ket iga lanskap t ersebut
of buildings, structures, and monuments with umumnya berupa bangunan, struktur, dan mon-
art deco style. umen bergaya art deco.

Keywords: colonial, heritage city, historical land- Kata kunci: inventarisasi, karakteristik lanskap,
scape, inventory, landscape characteristic kolonial, kota pusaka, lanskap sejarah,

PENDAHULUAN Benteng Keraton Buton yang berada di


bukit sebagai ibukota Kesultanan Buton
Lahirnya Kota Baubau tidak bisa (Azizu et al. 2011:83-90). Seiring berkem-
dilepaskan dari kota lama yang menda- bangnya perdagangan dan pusat aktivi-
huluinya. Baubau berasal dari kata bhau tas ekonomi, maka perluasan kota ter-
yang dalam bahasa setempat (Bahasa jadi ke arah pantai dan kawasan inilah
Wolio) berarti baru (Rabani 2012: 161). yang dikatakan Baubau yang artinya
Dahulu pusat kota merupakan kawasan kota baru.

Paramita Vol. 25 No. 2 tahun 2015 [ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825] 185
Hlm. 185—195
Paramita Vol. 25, No. 2 tahun 2015

Pemerintah kolonial, benar-benar mekarkan diri atas dasar tuntutan se-


tinggal menetap di Buton tepatnya di jarah kerajaan masa lalu. Melalui UU
Kota Baubau setelah perjanjian Asyikin- No. 29 tahun 1959 Kabupaten Sulawesi
Brugman pada tahun 1906 (Zahari Tenggara mekar menjadi empat kabu-
1977b:90-96). Sebelumnya, hubungan paten salah satunya Kabupaten Buton
Buton dan Belanda sebatas hubungan yang beribukota di Kota Baubau (Said
kerjasama di bidang pertahanan dan 2011: 162).
perdagangan (Suluhu 12 Februari 2014, Pembentukan Kota Baubau se-
komunikasi pribadi). Akibat kontak bagai daerah otonom yang memisahkan
hubungan kolonial dan Buton pasca diri dari Kabupaten Buton terjadi pada
perjanjian Ayikin-Brugman, pusat tahun 2001 (Baja 2012:303). Pada awal-
pemerintahan kesultanan di Keraton nya Kota Baubau terdiri atas empat
Buton tidak berubah namun terjadi kecamatan yakni Kecamatan Wolio,
pergeseran center of network yang ter- Betoambari, Sorawolio, dan Bungi. Da-
letak di sekitar pantai yang merupakan lam perkembangannya, terbentuk lagi
pusat pemerintahan dan administrasi empat kecamatan yakni Kecamatan
pemerintah Hindia Belanda dijalankan Murhum, Kokalukuna, Lea-Lea, dan
(Rabani 2012:161). Batupoaro. Luas wilayah Kota Baubau
Wilayah administrasi Buton yang yakni 22.100 ha dengan panjang garis
berpusat di Baubau ditetapkan sebagai pantai sebesar 42 km (BPS Kota Baubau
ibukota Afdeling Sulawesi Timur pada 2013:3-4).
tanggal 11 September 1911. Penetapan Kota Baubau, melalui Program
ini dimuat dalam Lembaran Negara Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka
(Staatblad) tahun 1911 Nomor 606. (P3KP) oleh Kementrian Pekerjaan
Penetapan ini kian memperlancar dina- Umum bersama Badan Pelestarian Pusa-
mika ekonomi dan perubahan fisik ka Indonesia (BPPI) ditetapkan menjadi
ekologis kota Baubau. Secara fisik, kon- salah satu dari sepuluh kota pusaka pri-
disi ini ditandai dengan dibangunnya oritas di Indonesia untuk dipersiapkan
infrastruktur dan fasilitas kota oleh Be- menjadi world heritage city. Tim kota pu-
landa (Fahimuddin 2011:xlv). Jadi, saka telah melakukan inventarisasi dan
dapat dikatakan pada awal abad ke-20 clustering kawasan pusaka berdasarkan
di wilayah administratif Kota Baubau morfologi aset pusaka dan karakter
saat ini telah ada dua kota yaitu kota yang tumbuh di tiap kawasan namun
pemerintahan Kesultanan Buton dan sama sekali belum menyentuh pusaka
kota pemerintahan Hindia Belanda. Pa- peniggalan kolonial di kota ini (Dirjen
da masa itu kedua kota ini tetap hidup Penataan Ruang 2013:150-170). Data
karena memiliki dua fungsi dan lem- dari Badan Pelestarian Cagar Budaya
baga yang berbeda. Tidak terjadi Makassar juga menunjukkan belum ada
kesurutan pada satu titik seperti yang inventarisasi terhadap peninggalan ko-
dilaporkan Hendro (2014: 17-30) pada lonial di Kota Baubau. Padahal satu-
penelitiannya di kota kolonial Cirebon. satunya daerah di Provinsi Sulawesi
Pada tahun 1952, terbentuk Kabu- Tenggara yang memiliki peninggalan
paten Sulawesi Tenggara di Provinsi kolonial yang tersebar merata, hanya
Sulawesi Selatan Tenggara. Ibukota Ka- b i sa d i t em u kan di K ot a Ba ub au .
bupaten ini berada di Kota Baubau Penelitian ini bertujuan untuk
(Fahimuddin 2011:xlvi). Pada periode menginventarisasi serta menganalisis
tahun 1950an ini, terjadi gejolak dari karakter lanskap peninggalan masa ko-
daerah-daerah di Sulawesi untuk me-

186
Lanskap Kolonial Kota … —Ray March Syahadat, dkk.

lonial yang berada di Kota Baubau Baubau (Gambar 1). Bisa dikatakan
Provinsi Sulawesi Tenggara. keberadaan lanskap bergaya kolonial
dan awal kemerdekaan di Sulawesi
Tenggara hanya terdapat di Kota
METODE PENELITIAN Baubau. Hal ini disebabkan dahulu
Baubau merupakan ibukota Afdeling
P en el i t i an i n i m en gg un aka n Sulawesi Timur pada tahun 1911 dan
metode kualitatif diskriptif dan metode juga ibukota Kabupaten Sulawesi
sejarah sehingga menghasilkan data Tenggara pada tahun 1952. Kota Koloni-
deskriptif berupa sejarah suatu lanskap al dihuni oleh orang-orang Eropa yang
sejarah peninggalan masa kolonial dan dibangun dengan rencana tertentu yang
awal kemerdekaan di Kota Baubau. berciri agama kristen berkembang di
Sumber data berupa informan kunci dalamnya, penekanan pada pengem-
dengan karakter berusia ≥ 60 tahun, bangan wajah fisik kota, kegiatan
tinggal di sekitar lanskap sejarah ekonomi sebagai penggeraknya, dan
berkarakter kolonial di Kota Baubau, infrastruktur yang meniru gaya Eropa
atau memiliki keterkaitan sejarah. Selain (Rabani 2010:13).
informan, sumber data juga diperoleh
dari dokumen sejarah seperti naskah,
foto, video, buku, dan hasil penelitian
terkait dengan lanskap sejarah dan lans-
kap kolonial. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara men-
dalam, observasi lapang, dan analisis
dokumen. Hasil yang diperoleh
kemudian dizonasikan berdasarkan seb-
aran objek pada masing-masing lanskap
sejarah dengan cara melakukan deliniasi
p a d a pe t a d en gan m e n g g un a ka n Gambar 1. Lankap Kolonial dan Awal Ke-
perangkat lunak Adobe Photoshop 7.0. merdekaan
dan CorelDRAW X4.
Karakter kolonial terlihat jelas
terutama di sekitar Jalan Balai Kota dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Jalan Letter Buton yang ditandai dengan
berdirinya beberapa bangunan bergaya
Lanskap yang terkait dengan art deco. Kawasan ini dulunya merupa-
masa kolonial di kota Baubau ada tiga, kan kawasan elit para petinggi Hindia
yaitu lanskap kolonial dan awal ke- Belanda. Beberapa objek sejarah pada
merdekaan, Palabusa, dan Wakonti. kawasan ini yang masih bertahan antara
Lanskap-lanskap tersebut dibangun lain bekas kantor asisten resindence, ru-
dibangun pada masa Belanda mulai mah jabatan asisten residence (Gambar
menetap di Kota Baubau yaitu setelah 2a), perumahan opsir KNIL (Gambar 2b
tahun 1906. dan 2c), rumah controliur, kantor pos
kolonial, pasangrahan kalangan atas,
Kolonial dan Awal kemerdekaan rumah jabatan dokter Belanda, Lapang-
an Merdeka, dan Letter Buton (Gambar
Lanskap kolonial dan awal ke- 3) sebagai landmark yang dibangun
merdekaan berada di pesisir utara Kota pemerintah kolonial (Rabani 2010:151-

187
Paramita Vol. 25, No. 2 tahun 2015

(a) (b) (c)


Gambar 2. Bekas rumah asisten residence (a), salah satu bekas rumah opsir KNIL kini (b) dan
dokumentasi rumah opsir KNIL pada awal abad 20 (c). Gambar rumah opsir KNIL
pada awal abad 20 diproduksi dari Tropenmuseum (1925/1926).

(a) (b) (c)


Gambar 3. Letter Buton tahun 1932 (a) Letter Buton tahun 1950an (b) dan Letter Buton kini (c).
Gambar Letter Buton tahun 1932 diproduksi dari Tropenmuseum. Gambar Letter
Buton tahun 1950an diproduksi dari Anzila WO (2014). Dengan seizin pemilik foto.

155; Disbudpar Kota Baubau 2013:117, mengintervensi keberadaan alun-alun


130-133; Alimudin 2010). dengan mendirikan beberapa bangunan
Pola spasial di lingkar Jalan Balai di sekitar alun-alun yang dimaksudkan
Kota dan Jalan Letter Buton menyerupai untuk dapat mengontrol aktivitas
konsep al un-al un dengan adanya masyarakat pribumi yang intensif ber-
Lapangan Merdeka ditengahnya. Alun- aktivitas di alun-alun yang mengakibat-
alun merupakan simbol kekuasaan ber- kan secara perlahan transformasi alun-
balut budaya yang bersifat sakral dalam alun terbentuk (Rukayah et al. 2010:775-
kebudayaan Jawa yang dikenal sejak 789).
abad ke-13 masehi. Pada masa kolonial, Tidak ada catatan sejarah
Belanda dalam membangun suatu kota mengenai perancang Kota Baubau pada
sering pula membuat alun-alun sebagai masa kolonial maupun alasan
imitasi pencitraan kekuasaan (Sari pemerintah Hindia Belanda menata ka-
2013:13-21). Pandangan Belanda ter- wasan lingkar Jalan Balai Kota dan Jalan
hadap alun-alun yaitu sebagai citra kota Letter Buton dengan sedemikian rupa.
muslim di Indonesia walaupun Indikasi yang timbul, kawasan ini ter-
sebenarnya citra muslim itu lekat karena bentuk karena faktor politis, geografis,
awal kehadiran Belanda pada masa ke- dan juga tren yang berkembang pada
jayaan kerajaan-kerajaan Islam di saat itu. Dari sudut pandang politis,
nusantara. Meskipun pada beberapa kemungkinan Belanda memang ingin
daerah Belanda tidak membangun alun- menunjukkan citra kekuasaannya tetapi
alun baru, tetapi Belanda terlihat kebudayaan alun-alun memang tidak

188
Lanskap Kolonial Kota … —Ray March Syahadat, dkk.

dapat dijumpai di Buton sehingga tidak gedung Wa Ode Wau (Saidu LOM 6
ditangkap oleh masyarakat. Kemudian, April 2014, komunikasi pribadi).
adanya kebijakan Kesultanan Buton Belanda mulai menetap di Kota
menetapkan bahwa orang asing hanya Baubau setelah perjanjian Asyikin-
boleh bermukim di sekitar pantai Brugman pada tanggal 8 April 1906
(Rabani 2010:78). Pada kawasan ini juga (Zahari 1977b:90-96). Belanda benar-
memungkinkan Belanda untuk men- benar merencanakan dan merancang
gontrol perekonomian karena berdeka- sebuah kota di pesisir Kota Baubau
tan dengan laut dan juga memiliki view yang terlihat dari banyaknya fasilitas
yang indah (Gambar 4). yang dibangun pada masa tersebut.
Adapun fasilitas-fasilitas tersebut yang
juga masih dapat ditemui saat ini antara
lain rumah jabatan pegawai kolonial,
rumah sakit, lapangan tenis, rumah ja-
batan bintara Belanda, penjara, gereja di
Jalan Jendral Sudirman, kantor doane di
P e l ab uh an Mu rh um, p em aka ma n
Tionghoa dan Belanda di Tanah Abang
(Gambar 5a), dan pasangrahan kalangan
bawah serta sekolah tionghoa di Jalan
Gambar 4. Kawasan Lingkar Jalan Balai Ko- Kartini (Gambar 5b). Belanda juga mem-
ta dan Jalan Letter Buton dari bangun fasilitas publik berupa taman di
laut. Gambar diproduksi dari tengah kota yang bernama Keboen Raja.
Tropenmuseum (1900-1940). Taman ini berada di perempatan Jalan
Kartini dan Jalan Jendral Sudirman
Beberapa catatan juga menyatakan yang dulunya ditumbuhi aneka semak
apresiasi Belanda terhadap keindahan berbunga dan tiga pohon besar, serta air
panorama laut di Baubau (Schoorl mancur dengan kolam segi enam di
2003:21-23). Pada masa kependudukan tengah-tengah taman (Gambar 6). Ko-
Belanda di Baubau, view tidak pernah lam bekas air mancur tersebut masih
luput dari perencanaan kota dan me- bisa ditemui di tapak namun kini dijadi-
nyebut Baubau sebagai kota landshaft kan tempat sampah (Wawancara Saidu
tetapi masyarakat Buton pada masa itu LOM 6 April 2014).
tidak memahami apa maksud dari ta-
gline tersebut terhadap Baubau. Hal ini
dibuktikan dahulu banyak ditemukan
hardscape berupa patung di sepanjang
jaringan jalan yang dibangun Belanda
untuk menambah keindahan kota.
Bahkan terdapat kantor khusus yang (a) (b)
mengatur tata kota di Baubau pada ma- Gambar 5. Salah satu makam Belanda di
sa kolonial yaitu kantor landshaft yang Tanah Abang (a) dan bekas
dilengkapi dengan bengkel yang dise- bangunan Sekolah sekolah
but bengkel landschaft. Keberadaan kan- Tionghoa (b)
tor dan bengkel landshaft kini masih
dapat ditemui di Jalan Jendral Sudirman Tidak hanya fasilitas untuk pihak
yang kini menjadi kantor ASDP se- pemerintah kolonial, Belanda juga mem-
dangkan bengkelnya berada di samping bangunkan istana untuk Sultan Buton
yang dikenal dengan sebutan Kamali

189
Paramita Vol. 25, No. 2 tahun 2015

(a) (b)
Gambar 6. Bekas kolam air mancur Keboen Raja (a) dan bekas bangunan Sekolah Ke-
pandaian Putri yang dibangun pada tahun 1954, dulunya merupakan tapak Ke-
boen Raja (b)

Baubau (Gambar 7). Rumah jabatan Baubau karena sebelum menjadi Sultan
bonto ogena di Jalan Sultan Hasanuddin Buton, La Ode Falihi pernah bertugas di
serta kantor dan rumah jabatan Kepala daerah tersebut dan ketika masa ja-
Distrik Bungi di Jalan Diponegoro juga batannya habis rumah tersebut turut
turut dibangun Belanda yang masih dibawanya. Rumah adat Buton tidak
dapat dijumpai hari ini. Beberapa men ggun akan paku dan meman g
bangunan yang dibangun pada periode dirancang sedemikian rupa oleh para
yang sama di lanskap ini antara lain ru- leluhur untuk dapat dibongkar pasang
mah pribadi kepala distrik bungi di karena masyarakat Buton merupakan
Jalan M.H. Thamrin, rumah saudagar suku pelaut yang mobilitasnya tinggi
Tionghoa di Jalan Mayjend Sutoyo, ru- (Wawancara Saidu LOM, 6 April 2014).
mah school opziner di Jalan Kartini, ru-
mah Sara Wolio yang ketika itu juga
menjabat sebagai jaksa bagi pemerintah
kolonial di Jalan Jendral Sudirman, ru-
mah kenepulu terakhir di Jalan Yos Su-
darso, rumah kepala Distrik Kabaena
yang juga pernah menjabat sebagai juru
bahasa kesultanan, dan rumah yarona
Kaledupa di Jalan Martadinata.
Pada l anskap ini j uga dapat
ditemui Malige, yaitu kediaman Sultan
Buton ke-37 dan Kamali Batulo (Gambar
8a), istana Sultan Buton ke-38 yang
digunakan permaisuri jika ingin mene- Gambar 7. Kamali Baubau
nangkan diri (Gambar 8b). Kedua
bangunan tersebut dimiliki oleh sultan Sistem pemerintahan yang bukan
yang menjabat pada periode pemerintah monarki di Buton, membuat adanya ke-
Hindia Belanda membangun di Kota tetapan bahwa setiap sultan yang men-
Baubau. Bangunan Kamali Batulo ber- jabat, mempunyai istananya masing-
asal dari Kulisusu (kini Kabupaten masing. Dalam hal ini ditegaskan bahwa
Buton Utara) yang dipindahkan ke istana juga tidak diwariskan sebagaima-
na jabatan sultan. Oleh karenanya, di
190
Lanskap Kolonial Kota … —Ray March Syahadat, dkk.

Baubau sebagai bekas ibukota Kesultan- Beberapa rumah pribadi pejabat


an Buton, masih dapat dijumpai bebera- pada masa itu tersebar di Jalan Kartini
pa istana yang dimiliki oleh masing- seperti rumah kepala perdagangan dan
masing Sultan yang pernah menjabat. rumah jaksa Kabupaten Sul awesi
Penyebutan kamali (istana) mengacu jika Tenggara (Wawancara Saidu LOM, 6
kediaman sultan tersebut ditinggali oleh April 2014). Pada tanggal 14 Mei 1954,
permaisuri. Jika kediaman sultan terse- Keboen Raja dihilangkan dan dibangun
but tidak ditinggali oleh permaisuri, Sekolah Kepandaian Putri (Zahari
maka bangunan tersebut tidak disebut 1977b:128). Landmark baru juga
sebagai istana (Wawancara Zahari dibangun di kilometer nol Kota Baubau
AMM, 13 Februari 2014). tepatnya di depan pelabuhan. Landmark
Setelah Indonesia merdeka dan tersebut menggunakan patung berpa-
Belanda angkat kaki dari tanah air, pem- kaian galangi yang mengangkat tangan
bangunan tahap dua berlangsung di Ko- kanannya ke arah gerbang pelabuhan
ta Baubau. Pada tahun 1952, Baubau sebagai tanda selamat datang di Kota
menjadi ibukota Kabupaten Sulawesi Baubau. Patung tersebut pada masa itu
Tenggara. Untuk menunjang Baubau di sebut patung/tugu galangi
sebagai ibukota kabupaten, beberapa (Wawancara Saidu LOM, 6 April 2014).
fasilitas yang dibangun oleh Belanda Hasil penelitian ini ditemukan
dialih fungsikan. Peninggalan lain pada sebanyak 51 objek situ bersejarah pada
masa ini ditandai dengan berdirinya lanskap kolonial dan awal ke-
beberapa rumah dinas pegawai Kabu- merdekaan. Secara umum, situs-situs
paten Sulawesi Tenggara di sepanjang tersebut belum semuanya didata oleh
Jalan Jendral Sudirman, rumah dinas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
dokter di Jalan Kartini, rumah dinas ke- Baubau. Kondisi diperparah dengan sa-
tua pengadilan dan kepala kejaksaan di tu demi satu bangunan cagar budaya
antara Jalan Balai Kota dan Jalan Letter dijual bahkan beberapa di antaranya
Buton, Kantor Perikanan di Jalan Yos telah hilang dan juga adanya pengerusa-
Sudarso, rumah guru sekolah menengah kan yang direncanakan. Seperti misal-
di Jalan Cut Nyak Dien, Gedung Wa nya penambahan elemen yang
Ode Wau sebagai gedung serba guna di menghilangkan unity pada rumah ja-
Jalan Jendral Sudirman (Wawancara Sai- batan Bupati Buton yang merubuhkan
du LOM dan Anzila WO, 6 April 2014). paviliun di sebelah timur dan didirikan
sebuah bangunan berlantai dua, kantor

(a) (b) Gambar 9. Rumah kenepulu

Gambar 8. Kamali Batulo (a) dan Malige (b)

191
Paramita Vol. 25, No. 2 tahun 2015

doane yan g berada di P elabuhan Wakonti


Murhum terbengkalai dan terancam di-
hilangkan karena akan dibangun sebuah Diriwayatkan bahwa Wakonti
mesjid di pelabuhan, dan rumah kenepu- merupakan katampai Wa Ode Wau yang
lu terakhir (pejabat pemerintah diberikan oleh sultan atas jasanya yang
kesultanan) telah dipasangi spanduk besar. Pada zaman kesultanan, di Buton
bahwa rumah tersebut dijual (Gambar tidak mengenal adanya kepemilikan
9). tanah oleh perseorangan. Katampai
merupakan tanah yang diberikan oleh
kesultanan karena jasa besar seseorang
Palabusa untuk negeri. Hanya ada lima orang
yang memperoleh katampai dan salah
Palabusa berada di Kecamatan satunya adalah Wa Ode Wau. Wa Ode
Bungi. Lokasi ini dikenal sebagai kawa- Wau merupakan seorang saudagar yang
san budidaya rumput laut oleh memiliki kekayaan yang berlimpah. Be-
masyarakat dan adanya PT. Selat Buton liau berprofesi sebagai pedagang yang
yang membudidayakan mutiara. Awal- mengekspor barang dagangannya ke
nya area ini dikelola oleh Belanda yang Makassar, Jawa, Aceh, Singapura, Johor,
kemudian dilanjutkan oleh Jepang dan Maluku (Makmun 2011:118-120).
(Wawancara Saidu LOM, 30 Maret Tanpa jasa beliau, Benteng Keraton
2014). Terdapat empat situs bersejarah Buton sebagai benteng terluas di dunia
pada lanskap ini. Menurut informasi tidak akan berdiri dengan megahnya
dari nelayan sekitar, di dalam area seperti saat ini (Zahari 1977a:135).
perairan PT. Selat Buton ini terdapat
bangkai pesawat Jepang yang menyim-
pan saksi sejarah perang dunia. Ter-
dapat pula monumen seseorang berke-
bangsaan Jepang DR. Sukeyo Fujita pa-
da tahun 1931 dan dua buah bangunan
peninggalan zaman kolonial yang me-
nyimpan foto-foto perjalanan area Pala-
busa.

Gambar 11. Lanskap Wakonti

Objek sejarah yang ada di Wa-


konti yaitu adanya bak air kolonial per-
tama yang di Kota Baubau. Bak air ini
yang menyalurkan air ke pusat Kota
Baubau ketika Belanda membangun ko-
ta pada periode tahun 1900an (Saidu
LOM 9 Februari 2014, komunikasi
pribadi). Bak air ini memiliki nilai ilmu
Gambar 10. Lanskap Palabusa
pengetahuan yang besar untuk melihat
bagaimana cara Belanda membangun
Kota Baubau pada masa itu. Saat ini bak
air di Wakonti masih digunakan oleh

192
Lanskap Kolonial Kota … —Ray March Syahadat, dkk.

masyarakat sekitar namun tidak terawat paling banyak ditemukan pada lanskap
dibandingkan bak air di lanskap pe- pecinan yaitu ruko-ruko yang usianya
ninggalan kesultanan tepatnya di Ke- ratusan tahun. Karakter pertokoan terse-
lurahan Baadia dan juga Air Matapuu di but sesuai dengan karakter daerah peci-
Kelurahan Waborobo yang keduanya nan yang umumnya (Dewi et al. 2005: 17
juga dibangun oleh Belanda. -26). Objek bersejarah lainnya yang
dapat ditemui di lanskap ini yaitu
Mesjid Raya Baubau, jembatan gantung,
Pecinan tanggul jembatan batu, dan pelabuhan
tua Kota Baubau.
Hubungan Buton dan Tiongkok Mesjid Raya Baubau merupakan
sudah terjalin sejak lama bahkan sebe- mesjid yang dibangun masyarakat lokal
lum Kerajaan Buton terbentuk. Etnis karena kecewa terhadap pemerintah
Tionghoa diperkirakan bermigrasi Belanda yang membangun gereja di Ko-
secara bertahap di Kota Baubau (Zahari ta Baubau tetapi tidak membangun
1977a: 28). Lanskap pecinan di Kota mesjid (Saidu LOM 13 Maret 2014,
Baubau terbentuk sekitar akhir abad ke- komunikasi pribadi). Padahal bisa
19 atau abad ke-20. Bukti catatan histor- dikatakan 100% masyarakat Buton ber-
is tercatat pada perjanjian Asyikin Brug- agama muslim. Objek selanjutnya yaitu
man pada 8 April 1906, disebutkan pada jembatan gantung yang merupakan jem-
pasal 22 ayat 2, “Keberadaan orang- batan pertama yan g ada di K ota
orang Cina yang tinggal di Buton telah Baubau. Jembatan ini dibangun oleh
menjadi besar karena Guvermen Be- Belanda di awal tahun 1900an (Suluhu
landa yang karena itu bila mereka 12 Februari 2014, komunikasi pribadi).
diminta bantuan perlu diberikan seperti Saat ini jembatan gantung telah berubah
juga membantu Guvermen Be- yang kini dibuat menjadi jembatan per-
landa” (Zahari 1977c: 94). Mereka da- manen. Sebagian bekas jembatan gan-
tang untuk memperebutkan peluang tung ini masih bisa ditemui di tapak.
ekonomi hingga akhirnya tinggal per-
manen berdekatan dengan permukiman
Belanda (Rabani 2010: 76-78).
Di Kota Baubau hanya terdapat
lanskap pecinan (Gambar 10). Tidak
ditemukan lanskap pekojan yang dihuni
etni s A rab seperti daerah- daerah
dengan pengaruh kolonial lainnya aki-
bat adanya kebijakan wijkenstelsel
(Suprihatin et al. 2009: 1-12;
Suryaningrum et al. 2009: 65-78). Etnis
Arab dapat membaur di lanskap Kera- Gambar 12. Lanskap pecinan
ton Buton sehingga tidak membentuk
permukiman sendiri sebagaimana etnis Dahulu, jembatan batu merupa-
Tionghoa. Hal ini dipengaruhi oleh kan tanggul pemecah ombak. Ben-
adanya ikatan emosional akibat persa- tuknya memanjang ke laut, membuat
maan agama oleh komunitas Arab dan masyarakat lokal mengatakan jembatan.
masyarakat Buton. Struktur tanggul jembatan batu ini da-
Terdapat 5 objek bersejarah pada hulu tidak menyatu tetapi terdiri atas
lanskap pecinan. Objek sejarah yang beberapa bagian tumpukan batu (Saidu

193
Paramita Vol. 25, No. 2 tahun 2015

(a) (b)
Gambar 13. Kawasan pecinan dulu (a) dan kini (b). Gambar kawasan pecinan dulu diproduksi
dari Sudjiton et al. (2012). Dengan seizin penerbit.

LOM 30 Maret 2014, komun i kasi DAFTAR PUSTAKA


pribadi). Bahan baku tanggul jembatan
batu merupakan batu bekas Loji yang Alimudin. 2010. Kembalikan Boetonkoe.
dibangun Belanda untuk pertahanan Baubau Pos. [Internet]. [diunduh 2014
(Razinuddin LM 17 Februari 2014, J u n 6 ] . T e r s ed i a pa d a : h t t p : / /
baubaupos.com/page.php?
komunikasi pribadi). Sebelum adanya
kat=10&id_berita=185.
Pelabuhan Murhum, pelabuhan di Kota Azizu NN, Antariksa, Wardhani DK. 2011.
Baubau yaitu di muara Sungai Baubau Pelestarian kawasan Benteng Keraton
di depan jembatan gantung. Sejak ada- Buton. Jurnal Tata Kota dan Daerah. 3
nya Pelabuhan Murhum, kawasan (1):83-90.
pelabuhan tua ini kini bersih dari kapal- Baja S. 2012. Tinjauan spasial dan tata ruang
kapal. Hanya beberapa kapal kecil saja wilayah Kota Baubau, p.301. Dalam
yang berlalu-lalang. Darmawan Y (Ed). Menyibak Kabut di
Keraton Buton (Baubau:Past, Present,
and Future). Baubau: RESPECT.
Badan Pusat Statistik Kota Baubau. 2013.
SIMPULAN
Kota Baubau dalam Angka 2013.
Baubau: BPS Kota Baubau.
Terdapat empat lanskap sejarah Dewi A, Antariksa, Soesanto S. 2005.
yang menyimpan objek-objek peningga- Pengaruh Kegiatan Berdagang ter-
lan zaman kolonial yaitu lanskap ko- hadap Pola Ruang-Dalam Bangunan
lonial dan awal kemerdekaan (51 objek), Rumah-Toko di Kawasan Pecinan
Palabusa (4 objek), dan Wakonti (1 ob- Kota Malang. Dimensi Teknik Arsi-
jek), dan pecinan (5 objek). Karakter tektur. 33(1): 17-26.
yang menyusun ketiga lanskap tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
umumnya berupa bangunan, struktur, Baubau. 2013. Buku Pengawasan, Moni-
toring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksa-
dan monumen bergaya art deco. Dari
naan Program Pengelolaan Kekayaan
hasil penelitian ini diharapkan Budaya. Baubau: Disbudpar Kota
pemerintah setempat dapat segera Baubau.
melakukan pendataan resmi serta so- Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2013.
sialisasi kepada masyarakat. Hal ini di- Pelaksanaan Program Penataan dan Pe-
maksudkan untuk menghindari keru- lestarian Kota Pusaka Kota Baubau. Ja-
sakan dan kehilangan objek-objek cagar karta: Dirjen Penataan Ruang.
budaya pada lanskap bergaya kolonial Fahimuddin MM. 2011. Tafsir ulang sejarah
di Kota Baubau. Buton, p.ix. Dalam Fahimuddin MM
(Ed). Menafsir Ulang Sejarah dan Bu-
daya Buton. Baubau: RESPECT.

194
Lanskap Kolonial Kota … —Ray March Syahadat, dkk.

Hendro EP. 2014. Perkembangan Morfologi Sari AA. 2013. Transformasi spasial – terito-
Kota Cirebon dari masa kerajaan rial kawasan alun-alun Malang: se-
hingga akhir masa kolonial. Paramita. buah produk budaya akibat perkem-
24(1):17-30. bangan jaman. eJETU. 1(2013):13-21.
Makmun LMS. 2011. Sejarah ekonomi dan Schoorl JW. 2003. Masyarakat, Sejarah, dan
perdagangan kesultanan, p.101. Da- Budaya Buton. Huizen: Djambatan,
lam Fahimuddin MM (Ed). Menafsir KITLV.
Ulang Sejarah dan Budaya Buton. Suprihatin A, Antariksa, Meidiana, C. 2009.
Baubau: RESPECT. Pelestarian Lingkungan dan
Rabani L.O. 2010. Kota-Kota Pantai di Sulawe- Bangunan Kuno di Kawasan Pekojan
si Tenggara. Yogyakarta: Penerbit Om- Jakarta. Jurnal Tata Kota dan Daerah. 1
bak. (1): 1-12.
-------. 2012. Ironi identitas dan sejarah Kota Suryaningrum, S., Antariksa, Usman, F.
Baubau, p.147. Dalam Darmawan Y 2009. Pelestarian Kawasan Pecinan
dan Fahimuddin MM (Ed). Negeri Kota Bogor. Arsitektur e-Journal. 2(1):
Seribu Benteng: Lima Abad Dinamika di 65-78.
Kota Baubau. Baubau: RESPECT. Zahari AM. 1977a. Sejarah dan Adat Fiy Darul
Rukayah RS, Bharoto, Malik A. 2012. Be- Butuni (Buton) I. Jakarta: Proyek
tween colonial, moslem, and post- Pengembangan Media Kebudayaan
independence era, which layer of ur- Departemen Pendidikan dan Ke-
ban patterns should be conserved?. budayaan.
Procedia - Social and Behavioral Sciences. -------. 1977b. Sejarah dan Adat Fiy Darul Bu-
68(2012):775-789. tuni (Buton) III. Jakarta: Proyek
Said D. 2011. Sejarah Kabupaten Sulawesi Pengembangan Media Kebudayaan
Tenggara di Baubau, p.137. Dalam Departemen Pendidikan dan Ke-
Fahimuddin MM (Ed). Menafsir Ulang budayaan.
Sejarah dan Budaya Buton. Baubau: -------. 1977c. Sejarah dan adat Fiy Darul Bu-
RESPECT. t uni ( B ut on) I I . J a ka rt a : Pr oye k
Pengembangan Media Kebudayaan
Departemen Pendidikan dan Ke-
budayaan.

195

View publication stats

You might also like