You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/360261540

TOKOH POLITIS INDONESIA B.J HABIBIE DALAM MASA KEPIMIMPINANNYA

Article · April 2022

CITATIONS READS

0 879

8 authors, including:

Muhammad Isra Oktavianto


Walisongo State Islamic University
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

komunikasi View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Isra Oktavianto on 17 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TOKOH POLITIS INDONESIA B.J HABIBIE DALAM MASA
KEPIMIMPINANNYA
M.Isra Oktavianto (2001026052)
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Email : muhammadisraoktavianto@gmail.com

Abstract
This study aims to describe BJ's political thinking. Habibie. This study uses a
qualitative approach with the type of library research. The data collection technique used in
this research is a research technique using the documentation method. The data analysis used
in this research is content analysis. The results of the study show that the political thinking of
BJ. Habibie began to be seen when he became the 3rd President of the Republic of
Indonesia, where his thoughts were poured into his policies. The role of BJ. Habibie's efforts
to democratize Indonesia can be seen from his leadership style which has changed
President Suharto's authoritarian leadership style to become more democratic, such as the
release of political prisoners, freedom of the press, freedom of expression in public and many
more. With this kind of leadership style, Habibie piecemeal provide space for many people to
be able to aspire to, express opinions in public, and give people the freedom to establish
political organizations and others as the ideals of reform after the collapse of the new order.
Keyword : Political Thought B.J. Habibie, Democratization, Transformational
Leadership Style
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemikiran politik BJ. Habibie. Kajian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitian dengan
menggunakan metode dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis isi atau content analisys. Hasil kajian menunjukkan bahwa pemikiran politik
BJ. Habibie mulai terlihat ketika menjadi Presiden RI ke-3 yang mana pemikiran itu
dituangkan dalam kebijakan kebijakan yang dilakukannya. Peranan BJ. Habibie dalam upaya
demokratisasi di Indonesia terlihat dari gaya kepemimpinannya yang mengubah gaya
kepemimpinan otoriter ala Presiden Soeharto menjadi lebih demokratis seperti pembebasan
para tahanan politik, kebebasan pers, kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum dan
masih banyak lagi. Dengan gaya kepemimpinan seperti ini, Habibie sedikit demi sedikit
memberi ruang bagi banyak orang masyarakat untuk dapat bercita-cita, mengemukakan
pendapat di depan umum, dan
memberikan kebebasan kepada masyarakat mendirikan organisasi politik dan lain-lain
sebagai cita-cita reformasi setelah runtuhnya orde baru.

Kata Kunci : Pemikiran Politik B.J. Habibie, Demokratisasi, Gaya


Kepemimpinan Transformasional
Pendahuluan
Indonesia Adalah negara yang sangat kaya dan rakyatnya terdiri dari beragam-ragam
suku bangsa dengan latar belakang budaya, agama, dan adat istiadat. Indonesia sangat butuh
dengan seorang pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik, bijak, tegas, dan benar.
Indonesia juga membutuhkan pemimpin yang mampu memberikan solusi karena tak ada solusi
tanpa komunikasi. Ruang, jarak, dan juga waktu tak mampu lagi menghambat manusia untuk
berkomunikasi dan mencari atau mendapatkan informasi. Komunikasi menjadi lebih mudah
dan khalayak semakin pintar. Pemimpin Indonesia di masa sekarang adalah model pemimpin
pemimpin era reformasi yang mensyaratkan keterbukaan sebagai karakter yang wajib
dimiliki.1

BJ.Habibie lahir di Pare-pare (Sulawesi Selatan) pada tanggal 25 Juni 1936 anak ke-
4 dari delapan putra dan putri dari keluarga Alwi Abdul Djalil Habibie dan R.A.Tuti
Marini Puspawordoyo. Kuliah selama satu tahun di Institut Teknologi Bandung (ITB), karena
pada tahun 1955, ia dikirim oleh ibunya untuk belajar di Rhenisch Wesfalische
Tehnische Hochscule, Aachen, Jerman. Lalu BJ.Habibie menikah dengan Dr. Hasri Ainun
Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan dikaruniai dua putra dan lima cucu.
Setelah belajar di Jerman selama lima tahun, BJ.Habibie memperoleh
Diplomingenieur dengan prestasi cumlaude dari Fakultas Teknik Mesin Jurusan Desain dan
Kontruksi pesawat terbang. BJ.Habibie muda seorang muslim taat yang sering berpuasa
Sunnah Senin dan Kamis, memperoleh gelar Doctor Ingenieur di Fakultas Teknik Mesin,
jurusan Desain dan Kontruksi Pesawat Terbang dengan predikat summa cumlaude.
Pemikiran politik adalah aspek teoritis dari ilmu politik yang mengkhususkan
diri dalam penyelidikan tentang pemikiran yang terdapat dalam bidang politik. Pemikiran
politik berurusan dengan pokok konseptual yang merajut keseluruhan fenomena politik di
berbagai zaman. Pemikiran politik sering juga digantikan dengan istilah filsafat politik atau
teori politik, namun filsafat politik sering diartikan dengan bentuk pemikiran yang lebih
abstrak (Suryajaya, 2016).
For political science, participation is the effort of the community both individually
and in groups to participate in the formation of public policies in the country. It can be done
directly or indirectly. The direct one is by making contact with officials who determine
public policymaking. Meanwhile, an indirect form of public participation is to write opinions
in newspapers and magazines about the public agenda. Apart from direct and indirect ways,
there are conventional and unconventional forms of public participation (Ardial, 2009).
Bagi ilmu politik, partisipasi adalah upaya masyarakat baik secara individu maupun
kelompok untuk berpartisipasi dalam pembentukan masyarakat kebijakan di negara tersebut.
Bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Langsung salah satunya adalah
dengan melakukan kontak dengan pejabat yang menentukan publik pembuatan kebijakan.
Sedangkan bentuk partisipasi masyarakat secara tidak langsung adalah dengan menulis opini
di surat kabar dan majalah tentang agenda publik. Selain cara langsung dan tidak langsung,
ada cara konvensional dan bentuk partisipasi publik yang tidak konvensional (Ardial, 2009).

Dalam hal kepemimpinan, seorang pemimpin memiliki gaya atau khas tersendiri
dalam memimpin suatu kelompoknya. Begitupun halnya dalam memimpin suatu Negara,

1
Alifa Nur Fitri Imanniatul Afitikha, ‘Strategi Dan Media Komunikasi Politik
dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat dengan cerdas maupun bijak, karena memipin suatu
Negara yang besar tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, terlebih lagi jika Negara
tersebut dihuni oleh beratus jiwa di dalamnya dan masyarakatnya sangat heterogen seperti
Negara kita Indonesia. George R. Terry menyebutkan dalam buku karangan Sutarto
(1998:17) Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau
pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
House (1977) mengidentifikasi empat gaya atau perilaku pemimpin dalam
menghadapi pengikutnya, yaitu : 1. Pemimpin direktif, yaitu pemimpin yang membiarkan
pengikut (followers) mereka mengetahui apa yang diharapkan dari diri mereka, menjadwal
pekerjaan yang harus dilakukan, dan memberi bimbingan spesifik mengenai bagaimana
caranya menyelsaikan tugas. 2. Pemimpin suportif, yaitu pemimpin yang bersahabat dan
memberikan perhatian kepada bawahan. 3. Pemimpin partisipasif, yaitu pemimpin yang selalu
berunding dengan bawahannya, mendengarkan saran-saran mereka sebelum mengambil
keputusan. 4. Pemimpin yang berorientasi prestasi, yaitu pemimpin yang selalu mematok
tujuan-tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk bekerja pada tingkat yang
paling tinggi.
Bacharudin Jusuf Habibie atau yang lebih dikenal dengan B.J. Habibie adalah
tokoh yang pintar dalam hal teknologi pesawat terbang. B.J. Habibie adalah sosok yang
sangat diidolakan oleh masyarakat. Di samping sebagai seorang yang ahli dalam teknologi
pesawat terbang, B.J. Habibie juga terjun dalam dunia politik. B.J. Habibie memulai karier
politiknya di tanah air sebagai Penasihat Pemerintah Indonesia pada bidang teknologi tinggi
dan teknologi pesawat. Pada tahun 1978 B.J. Habibie diangkat menjadi Menteri Negara Riset
dan Teknologi (Menristek) dalam Kabinet Pembangunan III (Makka, 2012). Jabatan ini
dipegangnya selama lima kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan hingga tahun 1998.
Masyarakat Indonesia sebelum menggelar pemilu tahun 1997, sebenarnya B.J.
Habibie pernah menyampaikan niatnya kepada keluarga dan kerabat dekat bahwa ia berencana
akan berhenti dari jabatan selaku menteri setelah Kabinet Pembangunan Enam berakhir. Akan
tetapi pada 11 Maret 1998, MPR memilih dan mengangkat B.J. Habibie sebagai Wakil
Presiden RI ketujuh (Shahab, 2008). B.J. Habibie pun terpilih menjadi pendamping Presiden
Soeharto di akhir Orde Baru, B.J. Habibie kemudian menggantikan Presiden Soeharto ketika
terjadi kerusuhan yang mengakibatkan Presiden Soeharto harus turun dari istana.
Permasalahan yang dihadapi oleh Habibie ketika menjabat menjadi seorang Presiden begitu
kompleks, mencakup semua lapisan: sosial, budaya, ekonomi, politik dan hukum. Sistem yang
ada tidak berjalan, malah penyebab keterpurukannya Negara pada saat itu ialah sistem itu
sendiri yang tersumbat, tidak berjalan dari hilir ke hulu sebagaimana mestinya ungkap Fachry
Ali dalam bukunya Esai Politik tentang Habibie (Ali, 2013).
Puncaknya para demonstran asal semua kalangan turun ke jalanan dan
menuntut supaya Presiden Soeharto segera turun berasal kursi Presiden, yang telah menjabat
selama 30 tahun lebih. Rani (2015) menjelaskan bahwa tepat pada lepas 21 Mei 1998, pukul
09.00, pada Istana Merdeka yang dihadiri Menhankam atau Pangab Wiranto, Mensesneg
Saadilah Mursjid, Menteri penerangan Alwi Dahlan, Menteri Kehakiman Muladi dan Wakil
Presiden B.J. Habibie, bersama Pimpinan Mahkamah Agung, ketua dpr, Sekjen dpr, pada
hadapan wartawan dalam serta luar negeri, Presiden Soeharto memberikan pidato
pengunduran dirinya menjadi Presiden. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Makka
(2012) bahwa tepat di pukul 09.00 Presiden Soeharto menyampaikan pengunduran diri
menjadi Presiden.
Jika kita lihat pulang, apabila seseorang Presiden berhenti dari jabatannya yang
akan dilakukan secara konstitusional, maka Wakil Presiden-lah yg akan menggantikannya. Ini
diatur dalam 9e6815798cbf5360fb1d222bb47f22fc 1945, pasal 8 ayat (1), yg isi lengkapnya
artinya “Jika Presiden tewas, berhenti atau tidak bisa melakukan kewajibannya pada masa
jabatannya, beliau diganti oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya” (Makka, 2012).
Hal ini senada dengan yang diungkapkan Hosen (2003) saat B.J. Habibie mengambil alih
kursi
kepresidenan pada 21 Mei 1998, dia secara konstitusional tidak diwajibkan buat
mengadakan pemilihan. seperti dijelaskan dalam Pasal 8 Undang-UndangUUD 1945 yg
mengatur bahwa Jika Presiden 'berhenti menjabat', Wakil Presiden akan menuntaskan residu
masa jabatan Presiden. oleh sebab itu B.J. Habibie memiliki mandat konstitusional buat
menjalankan masa jabatan Soeharto sampai tahun 2003. serta selanjutnya yg terjadi, sejarah
mencatat, seseorang Fisikawan pesawat terbang memimpin Republik Indonesia selama satu
tahun lima bulan. Mulai hari itu jua Kabinet Pembangunan VII dinyatakan habis masa jabatan,
dan untuk menghindari kekosongan pimpinan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara,
Wakil Presiden mengisi jabatan Presiden (Rani, 2015). Presiden B.J. Habibie dalam saat yang
cukup singkat sudah memelihara pandangan terkini dia dalam demokrasi dan
mengimplementasikannya dalam setiap proses pembuatan keputusan. peran penting B.J.
Habibie dalam akselerasi proses demokrasi pada Indonesia dikenal baik oleh rakyat nasional
maupun internasional sehingga dia diklaim sebagai “Bapak Demokrasi”. Komitmen dia
terhadap demokrasi adalah konkret. saat MPR, institusi tertinggi pada Indonesia mempunyai
kewenangan buat menentukan Presiden dan Wapres, menolak pidato pertanggung-jawaban
Habibie, Habibie secara berani mengundurkan diri berasal pemilihan Presiden yang baru di
pemilu tahun 1999. dia melakukan ini, selain penolakan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas
pidatonya tidak mengekang dia buat terus ikut dan dalam pemilihan, dan keyakinan berasal
pendukung beliau bahwa beliau akan permanen bisa unggul asal kandidat Presiden lainnya,
karena konfiden bahwa pidatonya ditolak MPR akan menjadi tak etis baginya buat tetap ikut
pada pemilu. Keputusan ini jua dimaksudkan menjadi pendidikan politik asal arti sebuah
demokrasi.
dengan demikian di tahun 1998 adanya perubahan suatu sistem baik itu pada
bidang politik, ekonomi, hukum, serta pendidikan. pada masa reformasi inilah yg ialah
pemugaran berasal masa krisis pada zaman kepresidenan Soeharto. Selama 17 bulan
masa pemerintahannya sebagai presiden Indonesia ketiga, Habibie memperkenalkan reformasi
yg menjanjikan suatu masyarakat yg lebih demokratis, adil, dan terbuka. namun krisis
ekonomis yg tidak kunjung berakhir, kekerasan sosial, krisis politik yg berkepanjangan, serta
keabsahan pemerintah sudah memudarkan harapan akan reformasi.
di masa reformasi ini pula BJ. Habibie membentuk suatu kabinet yang senantiasa
buat menaikkan kualitas, produktivitas, serta daya saing ekonomi warga ,
menggunakan memberikan peranan pada perusahaan mungil, menengah, dan koperasi yang
telah terbukti memiliki ketahanan ekonomi yg lebih kuat pada menghadapi krisis yaitu yang
dinamakan menggunakan Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet Reformasi
Pembangunan ini juga disusun buat bisa melaksanakan tugas pokok reformasi menyeluruh
terhadap kehidupan ekonomi, politik, dan aturan.
pada masa Reformasi yang dibawah pimpinan Habibie ini ternyata membuat 66
butir Undang-Undang. galat satu peundang-undangan pada era Habibie yang menegaskan
arah perekonomian negara kita artinya diundangkannya Perubahan Terhadap UU No. 7 Tahun
1992 menjadi UU No. 10 Tahun 1998 perihal perbankan. Jiwa liberalisasi disektor keuangan
serta perbankan kita dievaluasi lebih liberal pada banding dengan Amerika serikat,
Australia, Kanada, dan Singapura asa akbar rakyat supaya segera terjadi perubahan yang lebih
baik pada kehidupan ekonomi di tahun pertama reformasi, yang tentunya tidak praktis buat
digapai.
Membahas demokratisasi tentunya tak bisa terlepas asal demokrasi. Djafar
(2015) menjelaskan demokrasi serta demokratisasi menjadi dua konsep yg tidak mampu
dipisahkan
sebab keterkaitannya yg sangat erat. Secara awam, demokrasi berarti sebuah konsep
kekuasaan atau kehendak masyarakat. ad interim itu, demokratisasi membagikan makna
proses perubahan yg menunjuk di tujuan memperkuat masyarakat serta penumbuhan nilai-
nilai demokrasi. Konsep demokrasi serta demokratisasi bisa dikaji menjadi teori realitas yg
mengacu di perubahan sistem politik otoritarian ke pada sistem politik yang lebih demokratis.
kata demokratisasi merujuk pada akar kata “demokrasi” suatu konsep yang secara esensial
masih menjadi perdebatan (essentially contested concept) pada kalangan akademisi juga
praktisi ilmu sosial politik. tidak terdapat mufakat terhadap pemaknaan tunggal dan absolut
(fixed) atas konsep tersebut. Mereka mendefinisikan konsep-konsep tersebut dengan caranya
masing masing tergantung pada bagaimana mereka menggunakan konsep tersebut baik secara
objektif juga subjektif (Alami, 2016). Purnaweni (2004) pula mengungkapkan bahwa
demokrasi artinya sebuah kata yang acapkali diucapkan. namun, makin banyak beliau dibahas
makin sulit mencari model negara yg memenuhi tatanan demokrasi.
Menurut Dahl & Lijphart, seperti dikutip Rose (1995) demokratlsasi adalah
proses bertahap evolusi menuju satu sistem politik di mana setiap orang memperoleh hak-hak
positif di bidang politik, ekonomi dan sosial. Dengan kata lain demokratisasi adalah proses
atau tahapan perpindahan dari rezim yang otoriter ke rezim yang demokratis dan terjadi
secara perlahan. Demokratisasi ditentukan oleh banyak faktor. Transisi menuju demokrasi
akan
berbenturan dengan kompleksitas faktor yang saling berkaitan. Salah satu faktor
utamanya, tentu saja budaya politik masing-masing negara. Proses demokratisasi akan terjadi
jika di dalam masyarakat tersedia berbagai faktor pendukungnya. Dalam hal ini tentu terkait
dengan prasyarat demokrasi seperti yang dikemukakan oleh Dahl & Leftwich seperti tingginya
tingkat melek huruf, komunikasi dan pendidikan; kelas menengah yang mapan dan aman,
masyarakat sipil yang menggemparkan; bentuk-bentuk ketimpangan material dan sosial yang
relatif terbatas, dan adanya ideologi masyarakat sekuler yang luas (Leftwich, 1994).
METODE
Penelitian mengenai “Pemikiran Politik BJ. Habibie dalam Demokratisasi di
Indonesia” ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini berorientasi
pada pengumpulan data yang terdapat dalam berbagai sumber yang ada. Berbagai bahan
pustaka dan data informasi yang digunakan berasal dari buku, jurnal ilmiah, media massa, data
pemerintah, artikel, dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Penggunaan
metode kepustakaan ini juga sering disebut dengan studi pustaka. Hal ini seperti yang
dijelaskan Zed (2018) bahwa studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian. Dengan demikian, penelitian ini hanya membatasi kegiatannya pada bahan-bahan
koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. Pada penelitian ini bersumber
beruba buku dan
internet. Buku yang digunakan untuk penelitian ini antara lain ada buku yang
berjudul kepemimpinan teori dan pengembangannya, Manajemen, B.J. Habibie 72 hari
menjadi wakil presiden, kepemimpinan menurut islam, B.J. Habibie, Kepemimpinan local dan
implementasi local, visi pemimpin masa depan, konsep kepemimpinan dalam islam, Mr.
Crack dari Parepare, 100 tokoh yang mengubah Indonesia, B.J. Habibie kisah hidup dan
karirnya, ensiklopedi presiden republik Indonesia :Habibie, Islamic leadership membangun
superleadership melalui kecerdasan spiritual, B.J. Habibie Guru terbesar saya adalah otak
saya, dan kepemimpinan yang sukses. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan salah satu kegiatan yang
untuk mencari sumber data mengenai beberapa hal yang dapat berupa catatan, buku, artikel,
jurnal, dokumen, biografi, media massa, dan berbagai sumber bacaan lainnya yang dapat
diterima kebenarannya yang berkaitan dengan pemikiran politik B.J. Habibie, yang kemudian
diolah sesuai dengan metodologi yang digunakan. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis isi (content analisys).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemikiran Politik BJ. Habibie
Karier politik BJ. Habibie sudah dimulai sejak dirinya bergabung dalam
kabinet pembangun sejak pertemuan pertamanya dengan Soeharto usai peristiwa Malari,
tepatnya pada 28 Januari 1974. BJ. Habibie diminta mendampingi Presiden Soeharto sebagai
wakil presiden hingga 25 tahun ke depan hingga Pemilu 1997, waktu itu rentang Habibie
mendampingi Soeharto sudah memasuki tahun ke-23.
Sebelumnya Habibie sudah tampil dalam panggung politik selama 20 tahun menjadi
Menristek dan boleh jadi membuatnya cukup matang dalam berpolitik. Namun, menjadi orang
nomor dua di republik ini, tentu tidak mudah dan membutuhkan persiapan yang besar.
Maka pada pelaksanaannya menjadi pemimpin bangsa, Habibie bisa termasuk
dalam pemimpin visioner. Habibie mampu melihat ke depan bagaimana bangsa ini akan
berkembang serta menggunakan kokoh asal bawah dapat bertahan dari permasalahan yg
nantinya akan datang kembali. sehingga, meskipun hanya kurun saat satu tahun, Habibie
mampu dengan maksimal serta optimis mengendalikan pulang Negara Indonesia, dibawah
pemerintahan baru. Habibie termasuk pada salah satu presiden Indonesia yg bisa membuatkan
serta menjadikan Negara Indonesia menjadi keliru satu Negara yang Produsen pesawat
terbang. Gaya kepemimpinan Habibie tetap cenderung mencangkup energi, pandangan,
pengetahuan serta kecerdasan, imajinasi , agama diri, integritas, kepandaian berbicara,
pengendalian serta ekuilibrium mental maupun emosional.
Pengangkatan B.J Habibie menjadi Presiden menimbulkan aneka macam
macam kontroversi bagi warga Indonesia. Pihak yg pro menganggap pengangkatan
Bacharauddin Jusuf Habibie telah konstitusional. Hal itu sinkron menggunakan ketentuan
dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 8 ayat (1) yg isi lengkapnya adalah “Jika presiden
tewas, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya pada masa jabatan nya, ia diganti
oleh Wapres sampai habis masa jabatanya”. Sedangkan pihak yang kontra menduga bahwa
pengangkatan
Bacharuddin Jusuf Habibie disebut tidak konstitusional. Hal ini bertentangan
menggunakan ketentuan pasal 9 UUD 1945 yg mengungkapkan bahwa “sebelum presiden
memangku jabatan maka presiden wajib mengucapkan sumpah atau janji pada depan MPR
atau dewan perwakilan rakyat”.
Pada era pemerintahannnya yg singkat beliau berhasil meberikan landasan kukuh
bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat,
Perubahan UU Partai Politik serta yg paling krusial ialah UU swatantra wilayah. Melalui
Penerapan UU swatantra daerah inilah gejolak disintegrasi yg diwarisi sejak era Orde Baru
berhasil direndam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
tanpa adanya UU swatantra wilayah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama
seperti Uni Soviet serta Yugoslavia.
Melalui langkah-langkah yang diambil, Habibie menunjukkan perhatian
dan komitmennya terhadap reformasi untuk mengatasi dan memperbaiki kondisi negara.
Jika Habibie hanya peduli untuk memenangkan persetujuan publik, dia mungkin akan lebih
selektif, dengan memperkenalkan reformasi yang lebih populer, dan menghindari kebijakan
yang akan memiliki konsekuensi negatif bagi nasib politiknya sendiri. Sebaliknya, Habibie
tidak menghindar untuk memperkenalkan sejumlah reformasi dan perubahan yang
penting, meskipun dia sendiri mengetahui dengan jelas konsekuensi dari kebijakan dan
perubahan tersebut (Anwar, 2010).
Dalam kepemimpinan BJ. Habibie ada beberapa upaya yang dilakukan dalam
proses demokratisasi, BJ. Habibie memulainya dengan mengubah gaya kepemimpinan dari
model otoriter ala Soeharto menjadi lebih demokratis. Ia mulai membuka keran kebebasan
demokrasi yang sebelumnya ditutup rapat-rapat di era Soeharto. Bahkan, Presiden BJ. Habibie
juga membebaskan tahanan politik era Orde Baru (Sugiharto, 2017).
Gaya Kepemimpinan B.J Habibie
Gaya Kepemimpinan Habibie tak banyak didasari atas kepentingan
politik. Sebenarnya gaya kepemimpinan Presiden Habibie ialah gaya kepemimpinan Dedikatif
Fasilitatif, adalah sendi serta Kepemimpinan Demokratik. di masa pemerintahan B.J
Habibie ini, kebebasan pers dibuka lebar-lebar sebagai akibatnya melahirkan demokratisasi
yang lebih akbar. di saat itu jua peraturan-peraturan perundang-undangan poly dirancang.
Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya Habibie sangat
terbuka dalam berbicara tetapi tidak pintar pada mendengar, akrab dalam berteman, tetapi
tidak sporadis eksplosif. Sangat detailis, senang uji coba tapi namun kurang tekun pada
menuntaskan suatu pekerjaan. pada penyelengaraan Negara Habibie pada dasarnya seseorang
liberal sebab kehidupan serta pendidikan yang usang di global barat.
Konteks yang terjadi di Habibie bisa dimengerti melalui sudut pandang yg
berbeda, karena jalan pemikiran Habibie, dilewati dengan cara yg tidak sinkron. sehingga kita
harus melihat berasal kacamata sama dengan yg ada di latar belakang Habibie. Corak asal
gaya kepemimpinan Habibie tak poly didasari atas kepentingan politik. Bahwa
sesungguhnya, pencapaian Habibie dalam menangani duduk perkara pada negeri ini, tak
dengan upaya dirinya sendiri semata. namun Habibie mencoba membuahkan dirinya model
(role contoh) pada pergerakkan membawa perubahan asal rezim orde baru menuju reformasi
tadi. Habibie berkeinginan, agar pengikutnya bisa mengerti dan Habibie mengerti apa yg pada
inginkan
pengikut supaya perwujudan dari reformasi itu terlaksana. Maka pada pelaksanaannya
menjadi pemimpin bangsa, Habibie mampu termasuk pada pemimpin visioner. Habibie bisa
melihat ke depan bagaimana bangsa ini akan berkembang dan dengan kokoh asal bawah bisa
bertahan dari pertarungan yang nantinya akan datang balik . sehingga, meskipun hanya kurun
ketika satu tahun, Habibie mampu menggunakan maksimal dan optimis mengendalikan
pulang negara Indonesia, dibawah pemerintahan baru.
Sugiharto (2017) menjelaskan bahwa dalam kepemimpinannya presiden BJ.
Habibie memiliki beberapa pendekatan. Pertama, pendekatan dialog. Kedua, proses relaksasi,
Ketiga, metode aproksimasi. Keempat, pendekatan redundansi. Kelima, menghindari polemik
dan memanfaatkan underestimate.
a. Pendekatan Dialog
Presiden BJ. Habibie menerapkan pendekatan dialog untuk pengambilan
keputusan dan penyelesaian masalah. Sebelum Presiden BJ. Habibie mengambil
keputusan, didahului proses diskusi antar anggota kabinet dengan Presiden.
Habibie mengubah forum rapat kabinet menjadi lebih demokratis. Para menteri
menyampaikan aspirasi masyarakat dan keputusan yang diambil dalam sidang
kabinet menunjukkan kualitas intelektual yang dikeluarkan dari proses berpikir
sistemik.
b. Proses Relaksasi
Proses relaksasi merupakan bagian dari pengelolaan atau crisis
management. Dengan tujuan, mengubah keadaan yang tidak menentu menjadi
terkendali. Presiden BJ. Habibie melakukannya dengan sesegera mungkin untuk
menghindari dampak negatif yang memungkinkan terjadi (Habibie, 2006).
c. Aprosimaksi
Aprosimaksi merupakan metode pemecahan masalah untuk mencapai keadaan
yang mendekati sempurna. Dengan kata lain, menyelesaikan masalah dengan
pendekatan perkiraan panjang. Permasalahan dapat diselesaikan sehingga
mencapai kesempurnaan yang mana hal itu ditentukan pula oleh pendidikan,
pengalaman, budaya seseorang, sehingga penyelesaian mendekati 100 persen.
d. Redundansi
Pendekatan mengoptimalkan keberhasilan suatu kebijakan dengan
memanfaatkan cadangan pengaman seefisien mungkin namun dapat menjamin
stabilitas dan keamanannya. Misalnya dalam menyikapi NKRI dan UUD 1945
setiap kebijakan yang dilakukan harus berlandaskan pada upaya mempertahankan
NKRI dan konstitusional atau memiliki dasar hukum yang tidak bertentangan
dengan UUD 1945.
e. Menghindari Polemik dan Memanfaatkan Underestimate
Presiden BJ. Habibie selalu berupaya menghindari polemik yang dinilainya tidak
produktif. BJ. Habibie juga menerima kritik dan cemoohan dari lawan
politiknya tidak dengan reaksi, melainkan dengan memperbaiki perbuatan dengan
lebih baik sebagai jawaban atas kritik dan cemoohan mereka. Sebagai upaya
untuk menghindari polemik, Presiden BJ. Habibie juga memberikan informasi
yang diperolehnya hanya kepada pihak-pihak yang memang perlu mengetahui dan
secara proporsional, tujuannya agar informasi tidak meluas hingga berakibat
kontra produktif. Sedang, kepada pihak yang underestimate dengan merendahkan
dirinya,
Habibie justru menjadikannya sebagai peluang bagi dirinya untuk berbuat
tanpa harus menghadapi risiko gangguan dari pihak tersebut (Habibie, 2006).

Kesimpulan
Gaya kepemimpinan habibie tidak melulu soal politik. pada masa kepemimpinannya
habibie mengumumkan kebebasan pers, kebebasan mengemukakan pendapat. Habibie jua
mampu mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Maka dalam pelaksanaannya
sebagai pemimpin bangsa, Habibie bisa termasuk pada pemimpin visioner. Habibie mampu
melihat ke depan bagaimana bangsa ini akan berkembang dan dengan kokoh berasal bawah
dapat bertahan berasal perseteruan yg nantinya akan datang kembali
Pemikiran politik BJ. Habibie mulai terlihat saat menjadi Presiden RI yg mana pemikiran
itu dituangkan pada kebijakan-kebijakan yang dilakukannya. Pemikiran BJ. Habibie
sebenarnya tidak didasari atas kepentingan politik. tapi, BJ. Habibie mengakibatkan dirinya
menjadi panutan (role model) pada setiap kebijakan serta pergerakannya membawa perubahan
dari rezim Orde Baru menuju Reformasi. Peranan BJ. Habibie pada demokratisasi di
Indonesia terlihat dari gaya kepemimpinannya yang membarui gaya kepemimpinan otoriter
ala Presiden Soeharto menjadi lebih demokratis. Presiden BJ. Habibie menyebarkan sebuah
konsep yg lebih jelas tentang demokrasi sebagai sebuah mesin politik. Konsep ini kemudian
diimplementasikan pada rencana pemerintahannya yang mencakup reformasi pada berbagai
bidang politik, ekonomi, aturan serta keamanan.

Daftar Pustaka
Ali, Fachry. (2013). Esai Politik tentang Habibie. Bandung: Mizan.
Imanniatul Afitikha, Alifa Nur Fitri, ‘Strategi Dan Media Komunikasi Politik’

Anwar, D. F. (2010). The Habibie Presidency: Catapulting Towards Reform. In


Soeharto’s New Order and Its Legacy: Essays in honour of Harold Crouch. ANU Press.
DOI: https://doi.org/10.22459/snol.08.2010.07.
Fitri, Nur Alifa, GROUPTHINK IN POLITICAL PARTICIPATION IN THE
2019 PRESIDENTIAL ELECTION. 2021
Dienaputra, R.D., dkk. (2001). Prosesi Peralihan Kekuasaan Dari Habibie Ke
Abdurahman Wahid : Sebuah Penelitian Awal. Jurnal Sosiohumaniora, 3(3), 177-186.
DOI: (http://jurnal.unpad.ac.id/sosiohumaniora/article/view/5203/2599).
Habibie, B.J. Detik-Detik yang Menentukan. Jakarta: THC Mandiri. 2006.
Shahab, Ahmad. Biografi Politik Presiden RI Ketiga BJ Habibie Berbasis Teknologi.
Jakarta: Peace. 2008.
Ade Makruf, Ensiklopedi Presiden Republic Indonesia:Habibie, (Yogyakarya:Ar-Ruzz
Media, 2016)
Prof. DR. Abdullah Ad-Dumaiji, Konsep Kepemimpinan Dalam Islam, (Jakarta Timur:
Ummul Quran, 2017)
A. Makmur Makka, B.J. Habibie Kisah HIdup dan Karirnya, (Jakarta : Cides, 1936)

Z.A. Mailani, B.J. Habibie 72 Hari Sebagai Wakil Presiden RI, (Jakarta :
Sekretariat Negara,1998)
https://media.neliti.com/media/publications/32272-ID-gaya-kepemimpinan-
bacharuddin jusuf-habibie-pasca-orde-baru-tahun-1998-1999.pdf

View publication stats

You might also like