You are on page 1of 8

Jurnal Suluh Pendidikan (JSP), Vol 9, No 2.

September 2021 P ISSN: 23562596 E-ISSN: 27147037

GEREJA DAN PANDEMI COVID-19

Sukanto Limbong
STT HKBP Pematangsiantar
Email: berbagitakpernahrugi@gmail.com

ABSTRACT
Nearly all people of the church is exposed to pandemic covid-1, instead they are not
exposed to sars virus covid-19, they are exposed to predisposition, frailty, and any other
social impacts. Indicators of ABC, Attendance (crowded by visitors), Building and Cash
flow currently deemed as measurement of successful church service abruptly changed amid
covid-19. In fact, church visitors drastically decreased, church building would be vacant
and cash flow particularly income definitely declines. If in history the world was suffered
from pandemic for several times, it suggested that a pandemic may happens in such a
prolonged time, then church is unlikely to dwell on this condition, church is unlikely to be
underdeveloped with the same pattern. This study offered the possibility to church to
switch to solidarity services, the mission transfers to the deepest part of the church. There
is a challenge for the church to transform into more humanity, pursue solidarity, try to be
more gracious, be concerned about other. Identification of solidarity and brotherhood
becomes indicators of missional Church. The mission shifted into any different form of
loving service, particularly for those who are the most vulnerable.
Key words: church, pandemic covid-19, solidarity, mission, porstmodernism

ABSTRAK
Hampir seluruh warga gereja di Indonesia terpapar pandemi covid-19, kalau bukan dengan
virus sars covid-19, terpapar dengan kerentanan, kerapuhan dan dampak-dampak sosial
lain yang ditimbulkannya. Indikator ABC, Attendance (padatnya pengunjung), Building
(bangunan) dan Cash (arus keuangan) yang selama ini dianggap sebagai alat ukur
keberhasilan sebuah pelayanan gereja mendadak berubah ditengah covid-19. Faktanya
pengunjung gereja berkurang drastis, bangunan gereja kosong dan arus keuangan terutama
uang masuk mengalami penurunan. Jika dalam sejarah berkali-kali dunia dilanda pandemi
terbukti bahwa sebuah pandemi dapat berlangsung begitu lama maka amat tidak mungkin
gereja berdiam diri dengan keadaan ini, tidak mungkin gereja tidak bertumbuh, serta tidak
mungkin gereja dengan pola yang sama. Penelitian ini menawarkan kemungkinan gereja
beralih kepada pelayanan solidaritas, misi bergeser kepada bagian gereja yang paling
dalam. Gereja ditantang berubah menjadi lebih manusiawi, mengedepankan solidaritas,
belajar lebih ramah, peduli kepada orang lain. Tanda-tanda solidaritas dan persaudaraan
menjadi indikator missional Gereja. Misi bergeser ke dalam berbagai bentuk pelayanan
kasih, khususnya kepada mereka yang paling rentan.
Kata Kunci: gereja, pandemi covid-19, solidaritas, misi, postmodernisme

PENDAHULUAN seluruh gereja, tak terkecuali gereja-gereja


Masa normal sudah berlalu, kecil yang ada di Indonesia, sedang diperhadapkan
kemungkinan kehidupan akan dapat kembali kepada sebuah pertanyaan yang amat
persis ke normal yang lampau. Hampir penting, bagaimana gereja dan

72
Jurnal Suluh Pendidikan (JSP), Vol 9, No 2. September 2021 P ISSN: 23562596 E-ISSN: 27147037

pengajarannya tetap bertumbuh di tengah Pandemi secara radikal mengubah


situasi yang amat sulit seperti sekarang ini. berbagai aspek kehidupan dalam jemaat dan
Gereja harus bertanya pada dirinya sendiri masyarakat. Maka bagaimana gereja
tentang bagaimana menjadi gereja di tengah menyikapi lompatan perubahan yang begitu
kenormalan baru ini. besar dan radikal ini. Jangan sampai gereja
Covid-19 bukanlah pandemi yang tidak belajar apa-apa dari pandemi. Sejumlah
pertama dalam sejarah dunia, berkali-kali gereja telah berusaha menghadirkan rupa-
dunia telah menghadapi pandemi. Bahkan rupa peribadahan online dan seiring dengan
jika dibandingkan dengan jumlah korban itu jemaatpun semakin terampil dan semakin
meninggal sampai keadaan saat ini (Agustus terhubung dengan berbagai bentuk
2021), covid-19 belum tergolong wabah yang peribadahan secara online. Namun
paling parah, meski tidak tertutup pertanyaannya, apakah hal ini yang menjadi
kemungkinan bila situasinya terus wujud kehadiran gereja yang paling ideal dan
memburuk. Dari rangkaian sejarah pandemi yang dikehendaki Tuhan di tengah normal
kecil sekali kemungkinan bahwa sebuah yang baru saat ini, mengingat berkali-kali
pandemi terlebih dampak-dampak yang dunia dilanda pandemi dan gereja relatif
ditimbulkannya dapat berakhir dengan begitu berhasil dalam menghadapinya, namun baru
cepat atau dalam rentang waktu yang dekat. kali ini gereja menghadapi pandemi dengan
Sampai saat ini belum ada ahli yang dapat dukungan sarana virtual sebagai sarana
memprediksi kapan pandemi ini akan selesai, penyedia layanan kepada jemaat.
tetapi hampir pasti bahwa dampak ekonomi Sejauhmana tugas dan tanggung jawab gereja
yang ditimbulkannya akan menyamai kalau terpenuhi dengan memindahkan
tidak melampaui dampak kesehatan yang pelayanannya ke ruang digital? Atau di
ditimbulkan oleh covid-19. Mitigasi covid-19 beberapa daerah yang mengalami
yang diberlakukan oleh WHO di berbagai kesenjangan digital, apakah cukup dengan
negara di dunia cukup rentan terhadap orang memindahkan peribadahan secara analog
miskin. Sejumlah orang bukan tidak bersedia dari gereja ke rumah-rumah jemaat, dengan
bekerja dari rumah tetapi menghadapi sejumlah persoalan terkait tata cara
“perjalanan yang cukup panjang” untuk dapat penyelenggaraan peribadahan di rumah-
bekerja dari rumah, kekurangan cadangan rumah?
makanan dan keuangan. Sejumlah orang Jawaban atas pertanyaan ini
hanya dapat makan dari tangan ke mulut, merupakan titik gumul utama penulis dalam
tidak sempat menyimpannya dalam bejana penelitian ini, dengan asumsi awal gereja
persediaan. Sejumlah anggota keluarga yang yang relevan di era covid-19 adalah gereja
selama ini bekerja sebagai pencari nafkah yang berpusat pada solidaritas, jaringan kasih
meninggal dunia atau sebagian yang lain sayang, empati, dukungan emosional dalam
kehilangan pekerjaan, sehingga berpotensi menghadapi penyakit, ketakutan dan rasa
menambah deretan angka kemiskinan yang lapar.
semakin panjang. Maka gereja tidak mungkin METODOLOGI
menunggu dengan cara berdiam diri, tidak Metodologi penelitian yang
mengalami pertumbuhan, tidak digunakan dalam tulisan ini yang pertama
mempersiapkan diri, tidak mengantisipasi adalah pendekatan teologi historis dan
dari dini dampak-dampak yang kontekstual terhadap konteks dan teks.
berkemungkinan terimbas kepada gereja Adapun alasan memadukan kedua metode ini
terlebih kepada jemaat dan masyarakat. adalah yang pertama, karena covid-19 bukan
wabah pertama di dunia, termasuk di

73
Jurnal Suluh Pendidikan (JSP), Vol 9, No 2. September 2021 P ISSN: 23562596 E-ISSN: 27147037

Indonesia. Jauh sebelum covid-19 gereja di Sumaterapun ikut di dalamnya. Memang


Indonesia telah menghadapi pandemi dan penyebarannya tidak seluas covid-19
yang terakhir sebelum covid-19 adalah flu mengingat keterhubungan dunia kala itu
spanyol tahun 1918-1921. Bagaimana gereja belum seperti pada saat ini. Kerugian yang
dalam konteks pandemi seratus tahun yang ditimbulkan diperkirakan melampaui perang
lampau dan direlevansikan dengan kondisi dunia I dan II, dan menelan dunia dalam
kehidupan di tengah covid-19. Kedua, tidak sekejap mata.
dipungkiri bahwa seluruh gereja di Indonesia Dampaknya cukup bervariasi
sebagai gereja yang benar tentulah menurut ruang dan waktu. Lebih banyak
memedomani Alkitab. Penulis menggali orang Kenya yang meninggal dari pada orang
secara historis kritis mengenai apa dan Skotlandia, demikian juga orang Indonesia
bagaimana wabah dalam Alkitab kemudian lebih banyak meninggal dari pada orang
bagaimana teks Alkitab dibumikan di tengah Belanda. Artinya, posisi yang tidak setara
Covid-19 dengan metode teologi kontekstual dalam masyarakat dan ketidakmerataan
yang digagas oleh Bevans dalam bukunya geografis turut menciptakan kerentanan
Models of Contextual Theology. dalam masyarakat. Menurut informasi,
Adapun langkah-langkah dan negera-negara di Asia dan Afrika mencatat
perangkat penelitian secara kwalitatif ini angka kematian tertinggi (Spinney ,
adalah pertama menampilkan sejumlah 2017:167; Mamelund, 2006:923) dan lebih
dokumen sejarah misi di tengah pandemi, rentan meninggal karena flu ketimbang orang
pada bagian ini penulis akan fokus kepada 2 yang tinggal di beberapa bagian Eropa.
lokasi utama di Indonesia, yakni Sumatera Ketiadaan pakaian dan perlengkapan
Utara dan Sumatera Barat dan 1 di Afrika memicu lonjakan yang tinggi di Laguboti,
Selatan. Langkah dan perangkat kedua Sumatera Utara, Indonesia kala itu. Suster
adalah meneliti 3 buah teks dari Alkitab Clara Zenker pada tahun 1919 melaporkan
kepada tiga lokasi epidemi yang dicatat kepada UEM sebagai berikut (Archives and
dalam Alkitab, 1 di tengah bangsa Israel Museum Foundation of UEM ):
sendiri dan 2 epidemi di luar bangsa Israel. “Kami pikir kami akan dapat bekerja
Langkah ketiga adalah dalam keadaan yang lebih
mengkontekstualisaikan 2 langkah analisa menguntungkan pada bulan Agustus dan
historis yang pertama kepada kehidupan September, tetapi ternyata kenyataan
masa kini dengan menggunakan pendekatan menjadi lebih buruk. Wabah Spanyol
teologi kontekstual, khususnya model tiba. Saat pertama kali muncul tampak
analogi dan praksis yang dikemukakan oleh cukup ringan, tetapi karena penduduk di
Bevans. Tanah Batak khususnya Laguboti hanya
HASIL dan PEMBAHASAN memiliki pakaian sekadarnya mereka
Tepat seratus tahun yang lampau rentan terhadap dinginnya malam di
dunia menghadapi pandemi, antara tahun rumah mereka. Pakaian mereka yang
1918 hingga 1921 bernama Flu Spanyol tipis tidak terlampau berguna, kain yang
menelan korban jiwa meninggal sekitar 100 tersedia di pasar mudah sekali rontok
juta orang dan sekitar 500 juta orang jatuh hanya dengan dicuci pertama kali.
sakit di dunia. Wabah ini tidak hanya Akibatnya penyakit ini pun berlangsung
merenggut nyawa di Eropa meski namanya lebih lama. Menular dari desa ke desa,
dari Eropa, tetapi juga di berbagai belahan satu demi satu mengalami kesengsaraan.
dunia seperti Afrika dan Asia, baik Namibia, Awal Oktober terlihat sudah agak
Tanzania, termasuk Indonesia dan menurun namun kemudian wabah ini

74
Jurnal Suluh Pendidikan (JSP), Vol 9, No 2. September 2021 P ISSN: 23562596 E-ISSN: 27147037

justru datang semakin buruk dan dengan radang paru-paru; dalam


berbahaya. Tangisan terdengar dimana- beberapa jam, pasien akan mati. Saya
mana, adik laki-laki meninggal, ibu bekerja untuk mendidik orang Nias,
meninggal, adik perempuan sakit, dan melarang mereka mandi, membungkus
saya sendiripun sakit. Namun demikian mereka dengan handuk wol, dan memberi
kami bersatu hati, hingga saat awal mereka asperin. Setelah seminggu,
Januari ini kami dapat merasakan orang-orang kembali berdiri. Tidak
keadaan berangsur membaik” seorang pun dari jemaat setempat yang
Perhatian utama misi terarah kepada meninggal karena influenza”
korban yang paling rentan dan menderita. Panggilan mendahulukan
Gereja dalam hal ini misi berada di garis pertolongan terhadap yang paling rentan
terdepan menolong dan menyelamatkan menjadi wajah misi pada masa itu. Gereja
korban dan ikut meresikokan diri demi tidak berdiam diri, dan itu tidak hanya terjadi
menghadirkan kehidupan di tengah Pandemi. di Indonesia, juga di beberapa belahan dunia,
Ketersidaan pakaian, distribusi obat-obatan seperti yang dilaporkan Holzapfel dari
dikelola dengan administrasi yang tertib dan Tulbagh Afrika Selatan (Archives and
transparan karena pemerintah membutuhkan Museum Foundation of UEM ):
laporan rinci tentang penggunaan obat- Sebagian besar anggota jemaat saya jatuh
obatan dan bahan-bahan lainnya. Semua ini, sakit, hanya beberapa keluarga yang
dilakukan pihak rumah sakit Zending Pearaja selamat. Dalam enam minggu terakhir,
dengan senang hati. Bantuan yang kontiniu sekitar tiga puluh orang di jemaat telah
tersebut sangat bermanfaat terutama ketika meninggal, selain banyak orang lain yang
tiba-tiba muncul wabah penyakit kolera pada bukan anggota jemaat. Saya pergi dari
1914 di Silindung, penyakit disentri, malaria, rumah ke rumah dan dari kuburan ke
flu pada 1918 di seluruh Tanah Batak, juga kuburan. Akhirnya penyakit itu datang ke
berjangkitnya penyakit cacar pada 1920 di rumah saya juga. Kami telah mendirikan
berbagai daerah Tanah Batak dan lain-lain dapur umum di Tulbagh dan Steintal
(Hutauruk, 2011:282-283). untuk memasak bagi yang termiskin.
Hal serupa juga dilakukan di tengah Semua orang di rumah saya telah pulih.
pergumulan gereja, dalam hal ini misi gereja Jumlah orang yang mengikuti Kebaktian
di Padang oleh misionaris Finke yang Minggu sangat sedikit, semua kebaktian
melayani orang-orang dari suku Nias kala itu malam dihentikan, sekolah-sekolah
(Archives and Museum Foundation of ditutup selama beberapa minggu.
UEM): Simpulan sementara dari penelitian
“Tidak ada hari berlalu tanpa orang historis ini, bahwa tanda-tanda solidaritas
datang kepada saya untuk berobat, tapi misi dan gereja begitu tampak kelihatan.
biasanya sudah terlambat. Di sini, di Gereja menjadi begitu misional, gereja
Padang, empat puluh hingga lima puluh berada di garis terdepan menghadirkan
orang meninggal karena penyakit sebanyak-banyaknya kehidupan, mewakili
mengerikan itu setiap hari, kebanyakan kehaditan Allah sang sumber kehidupan itu
orang Melayu dan Cina. Tetapi seringkali sendiri. Gereja menjadi begitu manusiawi
orang-orang itu sendiri yang harus dan mengedepankan tugas-tugas solidaritas
disalahkan atas hasil menyedihkan dari ketimbang ritual dan seremonial, belajar
penyakit itu. Begitu demam mereka pergi lebih ramah, peduli kepada korban yang
ke sungai untuk mandi, yang paling rentan.
menyebabkan kekambuhan, disertai

75
Jurnal Suluh Pendidikan (JSP), Vol 9, No 2. September 2021 P ISSN: 23562596 E-ISSN: 27147037

Alkitab mencatat kisah epidemi penelitian ini terjadi di tanag Israel. Alkitab
pertama dalam Kitab Suci Perjanjian Lama membuka kitab Rut dengan kisah epidemi
adalah Kejadian 12. Secara historis kritis teks yang melanda tanah Israel. Hingga kemudian
yang mengawali narasi leluhur dengan dilaporkan bahwa Elimelekh dan Naomi
pemanggilan Abraham tidak menyebutkan bersama kedua anaknya, Mahlon dan Kilyon
asal-usul terjadinya epidemi tersebut. ke Moab yang kemudian menikahi
Kelaparan terjadi di Mesir dan Abraham perempuan Moab, Orpa dan Rut dan selama
dilaporkan berada dalam keadaan yang cukup kurang lebih sepuluh tahun mereka tinggal di
sulit sehingga merasa perlu menutup status Moab. Secara ringkas, penelitian historis
Sarai sebagai saudarinya dan bukan sebagai menunjukkan bahwa perjumpaan Rut dan
istrinya, dengan sebuah asumsi jika Abraham Boas diawali dengan narasi epidemi dalam
menyebut Sarai adalah istrinya, maka kitab Rut itu sendiri.
berkemungkinan Firaun sebagai raja kala itu Simpulan sementara dari pembahasan
akan membunuhnya dan mengambil istrinya. kedua ini, berdasarkan ketiga laporan
Namun kemudian dalam Kejadian 12:16 mengenai epidemi yang pernah terjadi dalam
Firaun disebut ‘mengingini’ Sarai dan pada sejarah Alkitab, semua epidemi terjadi
Kejadian Kejadian 12:17 tercatat bahwa bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan.
TUHAN menimpakan tulah yang hebat Tidak terkecuali dalam kisah 10 tulah di
kepada Firaun, demikian juga kepada seisi Mesir bertujuan untuk menyelamatkan
istananya, karena Sarai, isteri Abram itu. Firaun dan bangsa Israel dari perbudakan
Penelitian historis terhadap epidemi dan dalam narasi kitab Keluaran. Wabah tidak
wabah dalam teks ini menunjukkan hanya berbicara mengenai penderitaan tetapi
sedikitnya 4 hal, pertama tulah itu telah jalan Tuhan menyelamatkan kehidupan.
menyelamatkan Firaun dari kesalahannya Bagaimana dengan gereja pada masa
yang ia tidak sengaja, kedua, menyelamatkan kini di tengah Covid-19. Gereja di tengah
Sarai dari maksud dan keinginan Firaun, covid-19 adalah gereja yang berada di tengah
ketiga menyelamatkan rumah tangga revolusi Industri 4.0, era posmodernisme, era
Abraham, serta yang keempat disrupsi, era yang berubah begitu cepat
menyelamatkan janji Tuhan untuk secepat gerakan revolusi. Sejatinya covid-19
memberkati Abraham dan keturunannya bukan satu-satunya alasan mengapa gereja
yang dicatat di awal kitab Kejadian 12. perlu terus memikirkan kehadirannya bagi
Epidemi berikutnya adalah Kejadian dunia, sama seperti pandemi lainnya pandemi
41-47 berupa 7 tahun kelaparan di Mesir dan Covid-19 hanya berupa akselerator yang
di Kanaan, sama halnya dengan Kejadian 12 membuat loncatan perubahan yang terjadi di
teks ini tidak melaporkan asal-usul mengapa tengah dunia. Isu utama ada pada zaman yang
epidemi itu terjadi. Namun epidemi ini sedang berubah sebuah arak-arakan post
menjelaskan bahwa hubungan Yusuf dan truth, lebih dari sekedar pergumulan online
saudara-saudaranya yang telah lama atau analog, smartphone, kecerdasan
memburuk, kecemburuan saudara-saudara artifisial, tetapi pada perubahan peradaban
Yusuf yang berujung pada perilaku kejahatan dunia termasuk cara manusia menghayati
menjatuhkan ke sumur dan perdagangan imannya.
Yusuf ke Mesir, menurut penelitian historis Era baru postmodern dan pandemi
kritis hubungan yang telah rusak itu memulih covid-19 telah mempercepat perubahan di
kembali saat epidemi itu terjadi. berbagai bidang kehidupan. Mau tidak mau
Bila dua epidemi pertama terjadi di dunia sedang menuntut ekspresi gereja secara
luar Israel, epidemi ketiga yang dibahas dalm baru (McNeal, 2003:7), sama halnya dengan

76
Jurnal Suluh Pendidikan (JSP), Vol 9, No 2. September 2021 P ISSN: 23562596 E-ISSN: 27147037

peristiwa kebangkitan dunia modern di masa menjadi indikator misionalnya.


yang lampau, walau harus diakui bahwa kala Keterhubungan satu dengan yang lain secara
itu gereja membutuhkan waktu bertahun- virtual semakin meningkat. Misi bergeser ke
tahun untuk menyesuaikan diri dengan dunia dalam berbagai bentuk pelayanan kasih,
modern di zamannya, seperti lamanya khususnya kepada mereka yang rentan.
menerima pandangan Galileo dan Misi gereja yang kerap kali
Copernicus tentang alam semesta. Gereja dipandang sebagai penyelamatan jiwa,
harus secara efektif menghadapi tantangan pelayanan (diakonia) dan peribadahan
ini. (leiturgia), transformasi masyarakat,
Jauh sebelum covid-19, secara perintisan gereja, dll (Bosch, 1999:205-206).
bersengaja atau tidak gereja-gereja telah Pandemi Covid-19 telah membawa fokus kita
menjadikan indikator ABC (Robbins, tidak hanya kepada gereja tetapi kepada
2006:121) sebagai indikator pemerintahan Allah. Hadirat Tuhan di tengah
pertumbuhannya dalam misi: A (Attendance) pandemi saat jutaan orang terinfeksi,
seberapa banyak pengunjung yang hadir, B kehidupan di berbagai aspek mengalami
(Building), seberapa bagus dan besarnya kehancuran. Penderitaan di tengah pandemi
bangunan. C (Cash) seberapa besar uang telah mendorong kita untuk fokus pada
yang masuk dan keluar. Namun ketika covid- "bagian gereja yang paling dalam".
19 melanda gereja dunia termasuk, ketiga Beberapa gereja telah menghasilkan
indikator yang dianggap sebagai tanda-tanda pelayanan secara online. Gereja mendadak
'pertumbuhan' ini mendadak tidak dapat belajar tekhnologi untuk beribadah tetapi
digunakan sama sekali. Jemaat semakin sekaligus berupaya untuk mengatasi
sedikit yang datang ke gereja oleh karena kesenjangan digital. Gereja-gereja di
pembatasan jumlah, bangunan gereja yang pedesaan mengalami kesulitan untuk
megah terlihat kosong dan sunyi tidak memindahkan pelayanan ke jaringan online.
tampak mobilitas pelayanan, bahkan selama Sejumlah pelayanan seperti paduan suara,
beberapa waktu ditutup, dan aliran kebaktian rumah tangga, dll tidak dapat
pemasukan keuangan masuk merosot jauh. dilakukan secara maksimal. Persekutuan
Secara analogis dari model secara online dan yang analog hanya sebagai
pendekatan teologi kontekstual Bevans dan sarana dalam menunjang wajah solidaritas
secara historis gereja di Indonesia gereja. Sejatinya seperti di berbagai negara di
menghadapi pandemi, maka ruang dan belahan dunia, lonjakan pelayanan yang
peluang gereja di tengah covid-19 adalah signifikan seharusnya terjadi pada ranah
misi solidaritas. Gereja perlu semakin fokus solidaritas. Sejumlah gereja menyediakan
kepada bagian yang paling dalam dari keranjang makanan bagi keluarga yang
kehidupan menggereja. Sepanjang sejarah memerlukan. Hal ini bukan soal tugas
kekristenan, berulangkali masa-masa distribusi makanannya, tetapi tentang
pandemi menjadi alat penguji yang membuat bagaimana sikap tersebut memengaruhi
gereja semakin fokus kepada hal-hal yang kehidupan beriman di tengah gereja.
paling dalam dari gereja yakni belas kasih. Secara praksis dari model pendekatan
Sejumlah kenyataan yang tampak sekarang teologi kontekstual Bevans dan secara
ini adalah gereja-gereja berubah menjadi historis Alkitabiah, gereja perlu
lebih manusiawi, mengedepankan memedomani prinsip sinergitas. Di awal
persekutuan sebagai orang percaya, belajar tulisannya mengenai covid-19 dalam New
lebih ramah, peduli kepada orang lain. York Times, Manjoo menanyakan satu
Tanda-tanda solidaritas dan persaudaraan pertanyaan yang amat menggelitik, “apa

77
Jurnal Suluh Pendidikan (JSP), Vol 9, No 2. September 2021 P ISSN: 23562596 E-ISSN: 27147037

yang terjadi ketika Anda mengabaikan ilmu tetapi sejatinya tidak benar-benar, gereja
pengetahuan?”(Manjoo, 2020). Pertanyaan hanya sedang dibawa kembali ke tempat
ini berbicara mengenai fakta bahwa teologi asalnya, yaitu keluarga. Sebagaimana gereja
memberitahu kehancuran yang akan tiba dalam Kisah Rasul adalah gereja rumah,
ketika manusia melupakan Tuhan, tetapi menghidupi kembali gereja sebagai
covid-19 menunjukkan apa yang terjadi persekutuan keluarga, gereja yang berada di
ketika manusia membutakan diri dengan setiap rumah.
pengetahuan. Sekilas tampak seperti sedang Pilihan untuk menyeberangi batas-
mempertentangkan hubungan iman dan batas denominasi semakin terbuka lebar
pertentangan. Akan tetapi sejarah pandemi (Potter), jemaat akan megikuti apa yang
membuktikan bahwa iman selaras dengan mereka sukai. Platform digital terus
pengetahuan. Buktinya dokter-dokter kristen membuka pintu baru bagi para pengikut
yang merawat korban Ebola di Afrika adalah Kistus dari berbagai budaya dan
yang sehari-hari bertugas sebagai misionaris. latarbelakang di seluruh dunia untuk
Artinya memercaya Tuhan tidak mencegah menanggapi kabar baik, juga memperkuat
mereka menjadi orang yang berpengetahuan. kemungkinan menjangkau mereka yang
Mereka yang menjadi martyr masa kini selama ini tidak terjangkau, memperkuat
adalah mereka yang meresikokan diri, tidak integrasi antara ibadah dan misi.
mengambil keuntungan pribadi sekaligus Sebagaimana Tuhan menghendaki
mempertaruhkan nyawa dengan pengetahuan penebusan dunia dimana gereja ditugaskan
yang mereka miliki untuk menghadirkan untuk melanjutkan perkerjaanNya di dunia
kehidupan dan memberitakan Injil. Gereja dalam kuasa Roh Kudus.
dan pengetahuan bersinergi dan berada di Covid-19 menghasilkan
tujuan yang sama menyelematkan kehidupan. kemungkinan tambahan untuk membuat
Gereja tidak boleh abai dengan hasil-hasil gereja lebih mudah diakses oleh lebih banyak
penelitian pengetahuan terutama yang terkait orang, namun di sisi lain kesenjangan
dengan kehidupan bersama. semakin lebar, antara orang kaya dan orang
Gereja perlu terus-menerus miskin. Realitas penderitaan ini seharusnya
membaharui diri. Pencarian perubahan dalam semakin membuka mata gereja untuk
gereja bukanlah eksplorasi baru dan sudah mengorientasikan pelayanan gereja kepada
bersama gereja sejak waktu dahulu kala. pelayanan menuju cita-cita kerajaan Allah.
Menurut Moltman teologi kristen harus Menyatukan kata dan perbuatan,
menjadi teologi kontemporer, dalam menyediakan makanan, pendampingan,
pengertian berbagi penderitaan dengan pelayanan kepada yang menderita
seluruh ciptaan. Di setiap zaman ia harus merupakan salah satu cara mengulurkan
menemukan indentitas kristennya yang baru harapan dan damai di masa-masa sulit seperti
(Kung, 1989:220-224). Pada masa Covid 19 saat ini.
gereja menjadi revolusioner, tiba-tiba, PENUTUP
dipaksa menjadi gereja yang kreatif dalam Gereja menjadi rekan seperjalanan
memenuhi misinya. Pengalaman bersekutu jemaat dalam mengarungi badai pandemi
(berkumpul) selama berabad-abad dalam covid-19 dengan sikap yang tanggap
ibadah umum di gereja, menjadi dibatasi, terhadap berbagai pergumulan dan situasi
berkumpul di rumah, berkumpul secara yang berubah-ubah di tengah masyarakat,
online. Pandemi memaksa gereja untuk peduli dengan kesehatan spiritual dan mental
memikirkan kembali makna persekutuan. jemaat, semakin tampak dalam wajah
Pada masa PPKM beberapa gereja tutup diakonalnya menolong secara sosial orang-

78
Jurnal Suluh Pendidikan (JSP), Vol 9, No 2. September 2021 P ISSN: 23562596 E-ISSN: 27147037

orang yang jatuh secara finansial, serta Laura Spinney. (2017). Pale Rider: The
antisipatif terhadap segala sesuatu yang Spanish Flu of 1918 and How It
mungkin terjadi di hari depan pasca covid-19. Changed the World, New York:
UCAPAN TERIMA KASIH Avenue of the America
- Kepada Pimpinan HKBP, Ompui Reggie McNeal. (2003). The Present Future:
Ephorus Pdt. Dr Robinson Butarbutar six tough questions for the church.
- Kepada Pimpinan STT HKBP San Francisco: Wiley Imprint
Pematangsiantar, Pdt. Dr Hulman Sinaga S.-E. Mamelund, (2006). ‘A socially neutral
DAFTAR PUSTAKA disease? Individual social class,
Archves and Museum Foundation of UEM, household wealth and mortality from
www.amsdervem.de Spanish influenza in two socially
Bosch D. (1999). Transforming Mission: contrasting parishes in Kristiania
Paradigm Shifts in Theology of 1918–19’, dalam Social Science &
Mission. New York: Orbis Books, Medicine
Brink ER and Detterman P. (2013). Wise Stephen W. Robbins. (2006). Transforming
Church: Exploring Faith and beliefs: spiritual guidance through
Worship with Christians Around the the Apostles' Creed. Oregon: Wipf &
World. Grand Rapids, Michigan: Stock
Faith Alive Farhad Manjoo, ‘Coronavirus Is What You
Jubil Raplan Hutauruk. (2011). Lahir, Get When You IgnoreScience’, The
Berakar dan Bertumbuh di dalam New York Times, 4 Maret 2020
Kristus, Pearaja Tarutung: Kantor (<https://www.nytimes.com/2020/03
Pusat HKBP /04/opinion/coronavirus-
Kung H, Tracy D and Moltmann J. (1989). science.html>, diakses 1 Juni 2021)
Paradigm Change in Theology: A
Symposium for the Future. New

79

You might also like