Professional Documents
Culture Documents
Abstrak: Pendekatan ilmiah adalah salah satu metode yang harus digunakan dalam pembelajaran
Accepted: dalam kurikulum 2013, tetapi pada kenyataannya tidak semua guru dapat menerapkan pendekatan
28 Februari 2020 ilmiah untuk setiap proses pembelajaran. Ini karena guru masih mengalami kesulitan menerapkan
28th February 2020 pendekatan ilmiah, dan beberapa masih belum memahami konsep setiap langkah dari pendekatan
ilmiah. Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi, dan kemudian mengumpulkan,
faktor-faktor kesulitan guru dalam menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik di SD
Negeri 30 Pekanbaru dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara serta
dokumentasi menggunakan teknik analisis data reduce data. Hasil penelitian menunjukan, guru di
Published: Sekolah Dasar Negeri 30 Pekanbaru masih kesulitan menerapkan berbagai kegiatan dalam pendekatan
29 Februari 2020 ilmiah. Ini terbukti dari beberapa kegiatan pendekatan ilmiah yang belum dilakukan, mis. Misalnya,
kegiatan survei di Kelas I, II, III, IV selama pengamatan pertama dan ketiga dan kelas V pada
29th February 2020 pengamatan pertama tidak dilakukan. Tidak ada kegiatan eksperimental juga dilakukan di kelas II dan
III dari survei pertama dan ketiga. Demikian juga, pada pengamatan kedua tidak ada kegiatan
komunikasi yang dilakukan di kelas I, di kelas II di setiap pengamatan dan di kelas III di observasi
pertama dan kedua.
CITATION
Rahmayanti, L., Antosa, Z., & Adiputra, M.J. (2020). Analysis Of Teacher's Difficulty In Applying
Learning With The Saintific Approach. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9
(1), 72-80. DOI: http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850.
PENDAHULUAN
Berdasarkan satuan pendidikan yang Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
tercantum di dalam Surat Keputusan Nomor Menengah Nomor 253/KEP/D/KR/2017 tentang
356/KEP/D/KR/2017 tentang Perubahan atas Penetapan Satuan Pendidikan Pelaksana
Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 72
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP
Kurikulum 2013 dan Nomor 355/KEP/D/KR/2017 melatari pemikiran tentang bagaimana metode
tentang Penetapan Satuan Pendidikan Pelaksana pembelajaran yang diterapkan berdasarkan teori
Kurikulum 2013 secara mandiri, juga menurut tertentu (Permendikbud, 2014).
peraturan presiden nomor 5 tahun 2010 tentang Pemerintah Indonesia kemudian
Rencana Pembangunan Jangka Menengah mengeluarkan kebijakan mengenai pemberlakuan
Nasional 2010-2014 dan peraturan pemerintah kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 melalui
nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan
Pendidikan Nasional, maka hal tersebutlah yang Kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 dalam pasal
menjadi dasar pengembangan kurikulum 2013 1 bahwa satuan pendidikan dasar dan pendidikan
(Permendiknas, 2013) menengah yang melaksanakan kurikulum 2013
Selain itu, penyebab perlu adanya sejak semester pertama tahun pelajaran 2014/2015
pengembangan kurikulum 2013 yaitu beberapa dan kembali melaksanakan kurikulum 2006
hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh (KTSP) mulai semester dua tahun pelajaran
global institute dan progamme for international 2014/2015 sampai ada ketetapan dari Kementerian
student assessment (PISA) yang merujuk pada Pendidikan dan Kebudayaan untuk melaksanakan
suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik kurikulum 2013 kembali. Pasal 2 ayat 1
Indonesia tertinggal dan terbelakang (Mulyasa, menjelaskan bahwa satuan pendidikan dasar dan
2017:60). Hasil penelitian yang lain juga pendidikan menengah yang telah melaksanakan
membuktikan bahwa pada pembelajaran kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester tetap
tradisional, retensi informasi dari tenaga pendidik menggunakan kurikulum 2013. Pasal 2 ayat 1
sebesar 10% setelah 15 menit dan perolehan menjelaskan bahwa pendidikan dasar dan
pemahaman kontekstual sebesar 25%. Pada pendidikan menengah yang melaksanakan
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi kurikulum 2013 sebagaimana yang dimaksud pada
informasi dari tenaga pendidik sebesar lebih dari ayat 1 merupakan satuan pendidikan rintisan
90% setelah dua hari dan perolehan pemahaman penerapan kurikulum 2013 (Permendikbud, 2014).
kontekstual sebesar 50 s.d 70% (Musfiqon, 2015). Machin (dalam Maryani & Laila, 2015:2)
Kurikulum 2013 memiliki ciri khas dalam dalam publikasinya menyebutkan bahwa
pelaksanaan pembelajarannya yaitu adanya pembelajaran dengan pendekatan saintifik
penerapan pendidikan pendekatan saintifik (ilmiah) (scientific approach) merupakan suatu proses
dalam setiap proses pembelajarannya. pembelajaran yang dirancang agar peserta didik
Kemendikbud memberikan konsepsi tersendiri secara aktif membangun konsep, hukum atau
bahwa pendekatan saintifik (ilmiah) atau yang prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,
disebut dengan scientific approach dalam merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan,
pembelajarannya mencakup beberapa komponen, atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
yaitu: mengamati, menanya, mencoba, mengolah dengan berbagai teknik, menganalisis data,
data, menyajikan informasi, menyimpulkan, dan menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan
mencipta (Sani, 2014:141). konsep/ informasi, hukum atau prinsip yang
Salah satu pendekatan yang dianggap “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan
berpusat pada siswa adalah pendekatan saintifik untuk memberikan pemahaman kepada peserta
(scientific approach). Permendikbud No. 65 Tahun didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan menggunakan pendekatan ilmiah. Oleh karena itu,
Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya kondisi pembelajaran diharapkan tercipta
proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah- kemudian dapat diarahkan untuk mendorong
kaidah pendekatan saintifik (ilmiah). Pendekatan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
saintifik (ilmiah) merupakan konsep dasar yang sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan tahu. Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 65
Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 73
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP
tahun 2013 tentang Standar Proses, pendekatan terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
saintifik dalam pembelajaran meliputi 5M, yaitu: Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu
mengamati, menanya, mencoba, menalar, pengenalan lapangan prasekolah (PLP) pada bulan
membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. September 2018 banyak guru-guru yang mengeluh
Tentunya dalam setiap perubahan pasti mengenai kurikulum 2013 yang menurut mereka
menemukan hambatan dalam pelaksanaan ataupun sangat jauh berbeda dari kurikulum 2006 (KTSP)
penerapannya. Karena perbedaan yang signifikan sehingga membuat mereka harus mempelajari satu
dari kurikulum 2006 (KTSP) menuju kekurikulum demi satu hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum
2013 seperti dalam pelaksanaan pembelajaran pada 2013. Baik dari segi persiapan pembelajarannya,
kurikulum 2006 setiap mata pelajaran diajarkan proses pembelajaran hingga penilaian hasil belajar
dengan pembelajaran yang berbeda, sedangkan siswa. Dalam hal ini peneliti melihat pada proses
pada kurikulum 2013 semua mata pelajaran pembelajaran yang dilaksanakan tidak sesuai
diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu dengan ketentuan yang berlaku pada kurikulum
pendekatan saintifik (scientific approuch) melalui 2013. Terlihat pada proses pembelajarannya, guru
kegiatan mengamati, menanya, mencoba tidak menerapkan pembelajaran dengan
(mengumpulkan data/ informasi), menalar pendekatan saintifik. Guru SD Negeri 30
(mengasosiasi), dan mengkomunikasikan. Pekanbaru masih ada yang menggunakan metode
Sehingga membuat seluruh tenaga pendidik harus ceramah seperti pada kurikulum 2006 (KTSP).
memulai dari nol untuk mempelajari dan Maka berdasarkan penjelasan diatas,
memahami apa dan bagaimana yang dimaksud peneliti melakukan penelitian yang berjudul
dengan kurikulum 2013 sehingga tenaga pendidik “Analisis kesulitan guru dalam menerapkan
perlu mengasah kemampuannya baik dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik di
memfasilitasi peserta didik agar terlatih berfikir Sekolah Dasar Negeri 30 Pekanbaru”.
logis, sistematis, maupun ilmiah. Kemudian guru Rumusan masalah dalam penelitian ini
juga dituntu untuk menguasi materi dan terampil adalah apa saja kesulitan yang dialami guru dalam
dalam menyajikan/ menyampaikan pembelajaran. menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
Tetapi kenyataan yang kita lihat di lapangan saintifik di Sekolah Dasar Negeri 30 Pekanbaru.
METODE PENELITIAN
Tempat dilakukannya penelitian adalah di kualitatif adalah metode penelitian yang
SD Negeri 30 Pekanbaru Jalan Sultan Syarif berlandaskan pada filsafat postpositifisme,
Qasim, Rintis, Kecamatan Lima Puluh, Kota digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
Pekanbaru. Waktu penelitiannya pada 15 April – alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen
03 Mei 2019. kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
Dalam penelitian ini, peneliti secara purposive dan snowbaal, teknik
menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. pengumpulan dengan triangulasi teknik, analisis
Peneliti kualitatif merupakan metode penelitian data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil
yang berlandasan pada filsafat protisivisme, penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang pada generalisasi.
alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen Metode penelitian kualitatif sering disebut
kunci. Metode deskriptif adalah metode dalam metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
kondisi, sistem pemikiran atau peristiwa pada masa setting) disebut juga sebagai metode etnographi,
sekarang. Kualitatif deskriptif digunakan untuk karena pada awalnya metode ini lebih banyak
mengembangkan teori yang dibangun melalui data digunakan untuk penelitian bidang antropologi
yang diperoleh di lapangan/ tempat meneliti. budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena
Sugiyono (2017:5) metode penelitian data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 74
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP
Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 75
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP
tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata, dapat mengajukan pertanyaan. Dari situasi dimana
peserta didik senang dan tertantang, dan mudah peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari
pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
rangka pembelajaran pendekatan saintifik ini mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
memerlukan persiapan yang matang. Kegiatan peserta didik mampu mengajukan pertanyaan
mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya
rasa ingin tahu siswa, sehingga proses dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi Semakin terlatih dalam bertanya maka ras ingin
(Ika & Laila, 2015). tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan
Kurangnya keterampilan guru dalam tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi
membuat media adalah hal yang perlu yang lebih lanjut dan beragam (Daryanto, 2014:
diperhatikan, karena dampak dari penggunaan 64).
media diharapkan kegiatan mengamati akan Kompetensi yang diharapkan dalam proses
menjadi suatu pengamatan yang layak. Karena hal menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa
yang perlu ditegaskan adalah bahwa objek yang ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
layak untuk diamati adalah bukan suatu penjelasan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
materi atau deskripsi yang bersifat informatif. hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat
Objek yang tepat untuk dijadikan kegiatan (Daryanto, 2014:65).
mengamati adalah yang dapat “mengantarkan” Pada tahap kegiatan menanya pada
lahirnya masalah yang kelak akan ditinjaklanjuti pembelajaran saintifik sejatinya dilakukan oleh
dengan tahap bertanya dalam pembelajaran siswa yang terjadi akibat adanya stimulus dari guru
saintifik (Yani & Mamat, 2018:104). merupakan kegiatan yang banyak disalahtafsirkan
oleh guru. Guru menganggap bahwa kegiatan
2. Menanya menanya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Kegiatan menanya di SD Negeri 30 guru, kegiatan menanya merupakan kegiatan tanya
Pekanbaru masih mengalami kesulitan sehingga jawab setelah melewati tahap mengamati. Selama
kegiatan menanya sering tidak terlaksana dalam ini guru hanya mengajukan pertanyaan lalu peserta
setiap proses pembelajaran. didik menjawabnya, atau peserta didik mengajukan
Faktor kesulitan guru dalam menerapkan pertanyaan yang dijawab langsung oleh guru, dan
kegiatan menanya ini antara lain: 1) faktor siswa, atau guru melempar kembali pertanyaan tersebut
siswa malu, merasa tidak percaya diri, tidak berani kepada peserta didik lainnya.
untuk mengungkapkan pertanyaan yang ada dalam Seperti yang terjadi pada guru-guru SD
dirinya, dan juga kurangnya rasa ingin tahu dalam Negeri 30 Pekanbaru ini, guru yang lebih banyak
diri siswa; 2) faktor guru, kurangnya pemahaman bertanya apa, kapan, dimana, siapa, kenapa, dan
guru dalam menstimulus siswa, mempersiapkan bagaimana (5W+1H).
pembelajaran yang menarik, dan juga kreatifitas 3. Mencoba
dalam mendesain pembelajaran. Kegiatan mencoba di SD Negeri 30
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan Pekanbaru sudah terlaksana, namun pada kelas II,
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam dan III kegiatan mencoba belum terlaksana sesuai
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah dengan indikator kegiatan mencoba yang telah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara yang
tidak dipahami dari apa yang diamati atau dilakukan peneliti dengan guru SD Negeri 30
pertanyaan untuk mendapatkan informasi Pekanbaru, sebenarnya guru sudah memahami
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari berbagai bentuk kegiatan pada tahap mencoba/
pertanyaan faktual sampai kepertanyaan yang mengumpulkan informasi/ eksperimen, namun
bersifat hipotetik). Dalam melakukan kegiatan banyak yang tidak mampu melaksanakannya
menanya tentunya siswa perlu dibimbing untuk karena keterbatasan waktu, biaya, dan
Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 76
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP
Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 77
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP
total menjadi metode pendekatan secara ilmiah dan menjadi lebih bermakna (Meliawati., Suarjana.,
menuntut siswa menjadi aktif sementara guru Mahadewi (dalam Yani & Ruhimat, 2018).
hanya sebagai fasilitator. Yang kedua, faktor Berdasarkan hasil observasi dan
siswa, siswa kesulitan untuk mengkomunikasikan wawancara menunjukkan bahwa guru-guru SD
pendapatnya di depan umum, karena malu dan Negeri 30 Pekanbaru masih mengalami kesulitan
merasa tidak percaya diri, sehingga siswa merasa dalam menerapkan kegiatan pendekatan saintifik.
tidak berani. Hal ini dapat dilihat dari tabel di atas yang
Karena pada dasarnya kompetensi yang menunjukkan tidak terlaksananya beberapa
diharapkan dari kegiatan mengkomunikasikan ini kegiatan pendekatan saintifik dibeberapa kelas,
adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, seperti dalam tiga kali observasi yang dilakukan
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, peneliti dienam kelas kegiatan menanya tidak
mengungkapkan pendapat dengan singat dan jelas, terlaksana yaitu di kelas I, II, III, IV sewaktu
dan juga mengembangkan kemampuan berbahasa observasi pertama dan ketiga, dan kelas V pada
yang baik dan benar. observasi pertama. Kegiatan mencoba juga tidak
Peserta didik juga dapat terlaksana pada kelas II, dan III pada observasi
mengkomunikasikan hasil pembelajaran secara pertama dan ketiga. Begitu juga pada kegiatan
individu maupun kelompok. Artinya, pada tahap mengkomunikasikan tidak terlaksana pada kelas I
ini tidak diwajibkan kepada seluruh peserta didik observasi kedua, kelas II pada setiap observasi,
untuk berbicara satu persatu. Tujuan utama yang dan kelas III pada observasi pertama dan kedua.
perlu dicapai adalah kebermaknaan materi Kesulitan yang dialami guru dalam
pembelajaran bagi semua peserta didik. Bahkan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
pengemasan tahap mengkomunikasikan ini dapat saintifik yaitu, antara lain: 1) Pada kegiatan
divariasikan sesuai dengan kreativitas guru agar mengamati, guru kesulitan dalam menyediakan
partisipasi peserta didik lebih tinggi. Oleh karena media. Sehingga guru lebih banyak menggunakan
itu, tahap mengkomunikasikan dapat dilakukan buku bacaan siswa sebagai media pengamatan
melalui presentase maupun aktivitas lain sehingga siswa; 2) Pada kegiatan menanya, guru kesulitan
proses pembelajaran dan materi yang harus dikuasi untuk menstimulus siswa. Kurangnya pemahaman
menjadi lebih bermakna (Meliawati., Suarjana., & dan kreatifitas guru untuk mengembangkan
Mahadewi 2015 (dalam Yani & Ruhimat, 2018: pembelajaran agar terciptanya pembelajaran yang
132). menarik sehingga memunculkan rasa ingin tahu
Mengkomunikasikan dalam kegiatan dalam diri siswa; 3) Pada kegiatan mencoba, guru
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam kesulitan untuk mempersiapkan pembelajaran yang
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menarik, kreatif, dan berkesan untuk siswa,
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan sehingga pembelajaran sering hanya berupa
bersasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau pemberian ilmu/ informasi dan tugas; 4) Pada
media lainnya (Daryanto, 2017:80). kegiatan menalar, kurangnya pemahaman guru
Mengkomunikasikan merupakan tahap mengenai menalar, guru menganggap bahwa itu
akhir yang berperan untuk menyebarkan hasil sudah termasuk menalar, tetapi bukan. Medianya
mengasosiasi dari satu peserta didik ke peserta (buku) tidak mencapai kepada penalaran, namun
didik lainnya. Peserta didik dapat guru menganggap hal tersebut sudah termasuk
mengkomunikasikan hasil pembelajaran secara kegiatan penalaran; 5) Pada kegiatan
individu maupun kelompok. Tujuan utama yang mengkomunikasikan, guru kesulitan dalam
perlu dicapai adalah adalah kebermaknaan materi mengembangkan/ menerapkan pembelajaran yang
pembelajaran bagi semua peserta didik. Tahap sesuai dengan pendekatan saintifik. Hal ini
mengkomunikasikan ini dapat dilakukan melalui disebabkan karena pemahaman guru yang kurang
presentase maupun aktivitas lain sehingga proses mengenai pentingnya menerapkan langkah dalam
pembelajaran dan materi yang harus dikuasai pendekatan saintifik disetiap pembelajaran.
Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 78
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP
Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 79
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP
DAFTAR PUSTAKA
Darnius, S. (2016). Identifikasi Kesulitan Guru Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan
dalam Mengimplementasikan Kurikulum Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
2013 Dengan Pendekatan Saintifik di Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta:
Kelas Tinggi Gugus Mangga Kecamatan Permendikbud.
Jaya Baru Banda Aceh. Jurnal Pesona Permendikbud. (2013). Peraturan Menteri
Dasar 2(4), 40-42. Pendidikan dan Kebudayaan Republik
http://scholar.google.co.id (diakses 20 Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Standar
oktober 2019) Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Jakarta: Permendikbud.
Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media. Permendikbud. (2014). Peraturan Menteri
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Kependidikan Direktorat Pembinaan Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah. Jakarta:
dan Menengah. (2017). Program Permendikbud.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Permendiknas. (2008). Undang-undang
Pengawas Sekolah. Jakarta: Direktorat SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)
Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan. (UU RI No. 20 Th. 2003). Jakarta:
Maryani, I & Fatmawati, L. (2015). Pendekatan Permendiknas.
Scientific dalam Pembelajaran di Sekolah Sani, R.A. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk
Dasar. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT
Mulyasa, E. (2017). Pengembangan dan Bumi Aksara.
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif,
PT Remaja Rosdakarya Offset. Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Musfiqon, H.M & Nurdyansyah. (2015). ALFABETA.
Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Yani, A & Ruhimat, M. (2018). Teori dan
Sidoarjo: Nizamia Learning Center. Implementasi Pembelajaran Saintifik
Ningsih, H.S, Koryati, D., Deskoni. (2016). Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika
Analisis Kesulitan Guru Dalam Aditama.
Menerapkan Pembelajaran Saintifik Pada
Mata Pelajaran IPS Di SMP Negeri Kota
Palembeng. Jurnal Profit 3(2), 130-138.
http://ejournal.unsri.ac.id (diakses 2 maret
2019)
Permendikbud. (2013). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor.69
Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 80