You are on page 1of 9

PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020


ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP

ANALYSIS OF TEACHER'S DIFFICULTY IN APPLYING LEARNING WITH THE


SAINTIFIC APPROACH

Lisa Rahmayanti1,1, Zariul Antosa1,2, M.Jaya Adiputra1,3


1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
1
Lisarahmacanas@gmail.com, 2Zariul.antosa@lecturer.unri.ac.id, 3Jaya.adiputra@lecturer.unri.ac.id

ANALISIS KESULITAN GURU DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN DENGAN


PENDEKATAN SAINTIFIK

ARTICLE INFO ABSTRACT


Abstract: The scientific approach is one of the methods that must be used in learning in the 2013
curriculum, but in reality not all teachers can apply a scientific approach to every learning process.
This is because teachers still have difficulty applying the scientific approach, and some still do not
understand the concept of each step of the scientific approach. Descriptive qualitative research aims to
identify, and then collect, the factors of teacher difficulties in using learning with a scientific approach
in SD Negeri 30 Pekanbaru with data collection techniques through observation and interviews and
documentation using data analysis techniques Reduce data. the results showed that the teachers at
Pekanbaru 30 Elementary School still had difficulty implementing various activities in a scientific
approach. This is evident from several scientific approaches that have not yet been carried out, e.g. For
example, survey activities in klass I, II, III, IV during the first and third observations and class V on the
Submitted: first observation were not carried out. No experimental activities were also carried out in class II and
12 Desember 2019 III of the first and third surveys. Likewise, in the second observation no communication activities were
carried out in class I, in class II in each observation and in class III in the first and second
12th December 2019 observations.

Keywords: teacher difficulties and scientific approach

Abstrak: Pendekatan ilmiah adalah salah satu metode yang harus digunakan dalam pembelajaran
Accepted: dalam kurikulum 2013, tetapi pada kenyataannya tidak semua guru dapat menerapkan pendekatan
28 Februari 2020 ilmiah untuk setiap proses pembelajaran. Ini karena guru masih mengalami kesulitan menerapkan
28th February 2020 pendekatan ilmiah, dan beberapa masih belum memahami konsep setiap langkah dari pendekatan
ilmiah. Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi, dan kemudian mengumpulkan,
faktor-faktor kesulitan guru dalam menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik di SD
Negeri 30 Pekanbaru dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara serta
dokumentasi menggunakan teknik analisis data reduce data. Hasil penelitian menunjukan, guru di
Published: Sekolah Dasar Negeri 30 Pekanbaru masih kesulitan menerapkan berbagai kegiatan dalam pendekatan
29 Februari 2020 ilmiah. Ini terbukti dari beberapa kegiatan pendekatan ilmiah yang belum dilakukan, mis. Misalnya,
kegiatan survei di Kelas I, II, III, IV selama pengamatan pertama dan ketiga dan kelas V pada
29th February 2020 pengamatan pertama tidak dilakukan. Tidak ada kegiatan eksperimental juga dilakukan di kelas II dan
III dari survei pertama dan ketiga. Demikian juga, pada pengamatan kedua tidak ada kegiatan
komunikasi yang dilakukan di kelas I, di kelas II di setiap pengamatan dan di kelas III di observasi
pertama dan kedua.

Kata Kunci: kesulitan guru dan pendekatan ilmiah

CITATION
Rahmayanti, L., Antosa, Z., & Adiputra, M.J. (2020). Analysis Of Teacher's Difficulty In Applying
Learning With The Saintific Approach. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9
(1), 72-80. DOI: http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850.

PENDAHULUAN
Berdasarkan satuan pendidikan yang Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
tercantum di dalam Surat Keputusan Nomor Menengah Nomor 253/KEP/D/KR/2017 tentang
356/KEP/D/KR/2017 tentang Perubahan atas Penetapan Satuan Pendidikan Pelaksana

Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 72
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP

Kurikulum 2013 dan Nomor 355/KEP/D/KR/2017 melatari pemikiran tentang bagaimana metode
tentang Penetapan Satuan Pendidikan Pelaksana pembelajaran yang diterapkan berdasarkan teori
Kurikulum 2013 secara mandiri, juga menurut tertentu (Permendikbud, 2014).
peraturan presiden nomor 5 tahun 2010 tentang Pemerintah Indonesia kemudian
Rencana Pembangunan Jangka Menengah mengeluarkan kebijakan mengenai pemberlakuan
Nasional 2010-2014 dan peraturan pemerintah kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 melalui
nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan
Pendidikan Nasional, maka hal tersebutlah yang Kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 dalam pasal
menjadi dasar pengembangan kurikulum 2013 1 bahwa satuan pendidikan dasar dan pendidikan
(Permendiknas, 2013) menengah yang melaksanakan kurikulum 2013
Selain itu, penyebab perlu adanya sejak semester pertama tahun pelajaran 2014/2015
pengembangan kurikulum 2013 yaitu beberapa dan kembali melaksanakan kurikulum 2006
hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh (KTSP) mulai semester dua tahun pelajaran
global institute dan progamme for international 2014/2015 sampai ada ketetapan dari Kementerian
student assessment (PISA) yang merujuk pada Pendidikan dan Kebudayaan untuk melaksanakan
suatu simpulan bahwa prestasi peserta didik kurikulum 2013 kembali. Pasal 2 ayat 1
Indonesia tertinggal dan terbelakang (Mulyasa, menjelaskan bahwa satuan pendidikan dasar dan
2017:60). Hasil penelitian yang lain juga pendidikan menengah yang telah melaksanakan
membuktikan bahwa pada pembelajaran kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester tetap
tradisional, retensi informasi dari tenaga pendidik menggunakan kurikulum 2013. Pasal 2 ayat 1
sebesar 10% setelah 15 menit dan perolehan menjelaskan bahwa pendidikan dasar dan
pemahaman kontekstual sebesar 25%. Pada pendidikan menengah yang melaksanakan
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi kurikulum 2013 sebagaimana yang dimaksud pada
informasi dari tenaga pendidik sebesar lebih dari ayat 1 merupakan satuan pendidikan rintisan
90% setelah dua hari dan perolehan pemahaman penerapan kurikulum 2013 (Permendikbud, 2014).
kontekstual sebesar 50 s.d 70% (Musfiqon, 2015). Machin (dalam Maryani & Laila, 2015:2)
Kurikulum 2013 memiliki ciri khas dalam dalam publikasinya menyebutkan bahwa
pelaksanaan pembelajarannya yaitu adanya pembelajaran dengan pendekatan saintifik
penerapan pendidikan pendekatan saintifik (ilmiah) (scientific approach) merupakan suatu proses
dalam setiap proses pembelajarannya. pembelajaran yang dirancang agar peserta didik
Kemendikbud memberikan konsepsi tersendiri secara aktif membangun konsep, hukum atau
bahwa pendekatan saintifik (ilmiah) atau yang prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,
disebut dengan scientific approach dalam merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan,
pembelajarannya mencakup beberapa komponen, atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
yaitu: mengamati, menanya, mencoba, mengolah dengan berbagai teknik, menganalisis data,
data, menyajikan informasi, menyimpulkan, dan menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan
mencipta (Sani, 2014:141). konsep/ informasi, hukum atau prinsip yang
Salah satu pendekatan yang dianggap “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan
berpusat pada siswa adalah pendekatan saintifik untuk memberikan pemahaman kepada peserta
(scientific approach). Permendikbud No. 65 Tahun didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan menggunakan pendekatan ilmiah. Oleh karena itu,
Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya kondisi pembelajaran diharapkan tercipta
proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah- kemudian dapat diarahkan untuk mendorong
kaidah pendekatan saintifik (ilmiah). Pendekatan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
saintifik (ilmiah) merupakan konsep dasar yang sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan tahu. Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 65

Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 73
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP

tahun 2013 tentang Standar Proses, pendekatan terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
saintifik dalam pembelajaran meliputi 5M, yaitu: Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu
mengamati, menanya, mencoba, menalar, pengenalan lapangan prasekolah (PLP) pada bulan
membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. September 2018 banyak guru-guru yang mengeluh
Tentunya dalam setiap perubahan pasti mengenai kurikulum 2013 yang menurut mereka
menemukan hambatan dalam pelaksanaan ataupun sangat jauh berbeda dari kurikulum 2006 (KTSP)
penerapannya. Karena perbedaan yang signifikan sehingga membuat mereka harus mempelajari satu
dari kurikulum 2006 (KTSP) menuju kekurikulum demi satu hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum
2013 seperti dalam pelaksanaan pembelajaran pada 2013. Baik dari segi persiapan pembelajarannya,
kurikulum 2006 setiap mata pelajaran diajarkan proses pembelajaran hingga penilaian hasil belajar
dengan pembelajaran yang berbeda, sedangkan siswa. Dalam hal ini peneliti melihat pada proses
pada kurikulum 2013 semua mata pelajaran pembelajaran yang dilaksanakan tidak sesuai
diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu dengan ketentuan yang berlaku pada kurikulum
pendekatan saintifik (scientific approuch) melalui 2013. Terlihat pada proses pembelajarannya, guru
kegiatan mengamati, menanya, mencoba tidak menerapkan pembelajaran dengan
(mengumpulkan data/ informasi), menalar pendekatan saintifik. Guru SD Negeri 30
(mengasosiasi), dan mengkomunikasikan. Pekanbaru masih ada yang menggunakan metode
Sehingga membuat seluruh tenaga pendidik harus ceramah seperti pada kurikulum 2006 (KTSP).
memulai dari nol untuk mempelajari dan Maka berdasarkan penjelasan diatas,
memahami apa dan bagaimana yang dimaksud peneliti melakukan penelitian yang berjudul
dengan kurikulum 2013 sehingga tenaga pendidik “Analisis kesulitan guru dalam menerapkan
perlu mengasah kemampuannya baik dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik di
memfasilitasi peserta didik agar terlatih berfikir Sekolah Dasar Negeri 30 Pekanbaru”.
logis, sistematis, maupun ilmiah. Kemudian guru Rumusan masalah dalam penelitian ini
juga dituntu untuk menguasi materi dan terampil adalah apa saja kesulitan yang dialami guru dalam
dalam menyajikan/ menyampaikan pembelajaran. menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
Tetapi kenyataan yang kita lihat di lapangan saintifik di Sekolah Dasar Negeri 30 Pekanbaru.

METODE PENELITIAN
Tempat dilakukannya penelitian adalah di kualitatif adalah metode penelitian yang
SD Negeri 30 Pekanbaru Jalan Sultan Syarif berlandaskan pada filsafat postpositifisme,
Qasim, Rintis, Kecamatan Lima Puluh, Kota digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
Pekanbaru. Waktu penelitiannya pada 15 April – alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen
03 Mei 2019. kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
Dalam penelitian ini, peneliti secara purposive dan snowbaal, teknik
menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. pengumpulan dengan triangulasi teknik, analisis
Peneliti kualitatif merupakan metode penelitian data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil
yang berlandasan pada filsafat protisivisme, penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang pada generalisasi.
alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen Metode penelitian kualitatif sering disebut
kunci. Metode deskriptif adalah metode dalam metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
kondisi, sistem pemikiran atau peristiwa pada masa setting) disebut juga sebagai metode etnographi,
sekarang. Kualitatif deskriptif digunakan untuk karena pada awalnya metode ini lebih banyak
mengembangkan teori yang dibangun melalui data digunakan untuk penelitian bidang antropologi
yang diperoleh di lapangan/ tempat meneliti. budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena
Sugiyono (2017:5) metode penelitian data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat

Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 74
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP

kualitatif. berani mengkomunikasikan hasil pengolahan data


Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang yang dilakukan. Pengamatan terus-menerus
dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian tersebut mengakibatkan variasi data yang tinggi
dan merupakan pemanfaatan informasi terkait sekali. Analisis data yang dilakukan bersifat
dengan penelitian. Yang menjadi subjek dalam induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di
penelitian ini adalah seluruh guru kelas di Sekolah lapangan dan kemudian dikontruksikan menjadi
Dasar Negeri 30 Pekanbaru, sebanyak 6 orang guru hipotesis atau teori. Metode kualitatif digunakan
perempuan. untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu
Teknik pengumpulan data dilakukan data yang mengandung makna (Sugiono, 2017).
dengan mengobservasi proses pembelajaran yang 1. Reduksi data
dilakukan oleh guru SD Negeri 30 Pekanbaru Setelah data terkumpul dari hasil
sebanyak 3 kali, kemudian dilakukan wawancara observasi, wawancara dan dokumentasi dari ke 14
langsung oleh guru yang bersangkutan mengenai program unggulan maka selanjutnya data akan
hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan saintifik diambil bagian yang penting dan bagian yang
dan proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh diperlukan yang berkaitan dengan variabel.
guru. Hasil penelitian dari observasi dan 2. Penyajian Data
wawancara akan lebih dapat dipercaya kalau Setelah data dirangkum, selanjutnya data
didukung oleh dokumentasi. disajikan dalam bentuk kualitatif berupa deskripsi
Teknik analisis data yang digunakan kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan
adalah teknik analisis kualitatif, data diperoleh dari untuk melakukan penarikan kesimpulan. Dalam
berbagai sumber, dengan menggunakan triangulasi penelitian ini peneliti menyajikan data berupa teks
teknik, dan dilakukan secara terus-menerus sampai yang berbentuk naratif dan uraian singkat, disertai
datanya jenuh. Dengan mengamati proses dengan tabel.
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yang 3. Kesimpulan dan Verifikasi
kemudian guru meminta siswa untuk mengamati Berdasarkan data yang di reduksi dan
media pembelajaran, lalu siswa diharapkan untuk informasi yang di sajikan tersebut, peneliti
mampu memunculkan pertanyaan dari media yang membuat kesimpulan yang bersifat sementara yang
diamatinya tersebut, kemudian siswa terlibat bisa saja berubah bila bukti-bukti kuat yang
langsung untuk mencobakan/ mengumpulkan mendukung di temukan pada tahap pengumpulan
informasi dari media yang diamatinya, lalu data berikutnya. Kesimpulan di verifikasi selama
mengolah informasi yang didapat dari hasil penelitian berlangsung yang akan menghasilkan
mencobanya tersebut sehingga akhirnya siswa kesimpulan akhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Mengamati mendesain kegiatan pembelajaran, usia dan lama
Kegiatan mengamati dalam proses mengajar, sehingga guru yang sudah lama
pembelajaran di SD Negeri 30 Pekanbaru ini sudah mengajar memiliki pemahaman yang kurang
terlaksana, namun lebih banyak memanfaatkan dalam mengembangkan pembelajaran dengan
buku bacaan siswa. Adapun muatan pembelajaran pendekatan pendekatan saintifik. yang kedua,
yang sekiranya tidak tercantum pada buku bacaan faktor siswa, untuk kelas rendah terutama kelas I,
tersebut, maka guru akan membuat alternatif siswa belum bisa berkonsentrasi penuh saat
lainnya dengan memanfaatkan benda-benda yang melakukan pengamatan, sehingga guru harus
ada di dalam kelas, dan juga lungkungan disekitar membimbingnya dan mengarahkan siswa pada
sekolah. Faktor penyebab tidak maksimalnya objek pengamatan.
kegiatan mengamati di SD Negeri 30 Pekanbaru Kegiatan mengamati, mengutamakan
ini yaitu, yang pertama faktor guru, kesiapan guru kebermaknaan proses pembelajaran (meaning full
dalam menyediakan media, kreatifitas guru dalam learning). Kegiatan ini memiliki keunggulan

Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 75
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP

tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata, dapat mengajukan pertanyaan. Dari situasi dimana
peserta didik senang dan tertantang, dan mudah peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari
pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
rangka pembelajaran pendekatan saintifik ini mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
memerlukan persiapan yang matang. Kegiatan peserta didik mampu mengajukan pertanyaan
mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya
rasa ingin tahu siswa, sehingga proses dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi Semakin terlatih dalam bertanya maka ras ingin
(Ika & Laila, 2015). tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan
Kurangnya keterampilan guru dalam tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi
membuat media adalah hal yang perlu yang lebih lanjut dan beragam (Daryanto, 2014:
diperhatikan, karena dampak dari penggunaan 64).
media diharapkan kegiatan mengamati akan Kompetensi yang diharapkan dalam proses
menjadi suatu pengamatan yang layak. Karena hal menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa
yang perlu ditegaskan adalah bahwa objek yang ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
layak untuk diamati adalah bukan suatu penjelasan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
materi atau deskripsi yang bersifat informatif. hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat
Objek yang tepat untuk dijadikan kegiatan (Daryanto, 2014:65).
mengamati adalah yang dapat “mengantarkan” Pada tahap kegiatan menanya pada
lahirnya masalah yang kelak akan ditinjaklanjuti pembelajaran saintifik sejatinya dilakukan oleh
dengan tahap bertanya dalam pembelajaran siswa yang terjadi akibat adanya stimulus dari guru
saintifik (Yani & Mamat, 2018:104). merupakan kegiatan yang banyak disalahtafsirkan
oleh guru. Guru menganggap bahwa kegiatan
2. Menanya menanya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Kegiatan menanya di SD Negeri 30 guru, kegiatan menanya merupakan kegiatan tanya
Pekanbaru masih mengalami kesulitan sehingga jawab setelah melewati tahap mengamati. Selama
kegiatan menanya sering tidak terlaksana dalam ini guru hanya mengajukan pertanyaan lalu peserta
setiap proses pembelajaran. didik menjawabnya, atau peserta didik mengajukan
Faktor kesulitan guru dalam menerapkan pertanyaan yang dijawab langsung oleh guru, dan
kegiatan menanya ini antara lain: 1) faktor siswa, atau guru melempar kembali pertanyaan tersebut
siswa malu, merasa tidak percaya diri, tidak berani kepada peserta didik lainnya.
untuk mengungkapkan pertanyaan yang ada dalam Seperti yang terjadi pada guru-guru SD
dirinya, dan juga kurangnya rasa ingin tahu dalam Negeri 30 Pekanbaru ini, guru yang lebih banyak
diri siswa; 2) faktor guru, kurangnya pemahaman bertanya apa, kapan, dimana, siapa, kenapa, dan
guru dalam menstimulus siswa, mempersiapkan bagaimana (5W+1H).
pembelajaran yang menarik, dan juga kreatifitas 3. Mencoba
dalam mendesain pembelajaran. Kegiatan mencoba di SD Negeri 30
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan Pekanbaru sudah terlaksana, namun pada kelas II,
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam dan III kegiatan mencoba belum terlaksana sesuai
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah dengan indikator kegiatan mencoba yang telah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara yang
tidak dipahami dari apa yang diamati atau dilakukan peneliti dengan guru SD Negeri 30
pertanyaan untuk mendapatkan informasi Pekanbaru, sebenarnya guru sudah memahami
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari berbagai bentuk kegiatan pada tahap mencoba/
pertanyaan faktual sampai kepertanyaan yang mengumpulkan informasi/ eksperimen, namun
bersifat hipotetik). Dalam melakukan kegiatan banyak yang tidak mampu melaksanakannya
menanya tentunya siswa perlu dibimbing untuk karena keterbatasan waktu, biaya, dan

Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 76
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP

mengganggu jadwal mata pelajaran lainnya di Kegiatan menalar di SD Negeri 30


sekolah. Akhirnya, kegiatan terbatas pada Pekanbaru sudah terlaksana dengan baik. Namun
kunjungan perpustakaan/ pojok baca, diskusi, dan pada kelas I ada beberapa kegiatan menalar yang
mengumpulkan informasi dari internet sebagai tidak sesuai. Konten dari pertanyaannya masih
variasi dalam pembelajaran. belum mencapai kepada tingkat menalar, hanya
Tahap mencoba/ mengumpulkan informasi sampai pada pengetahuan.
sebenarnya adalah tahap yang jarang dilakukan Terlepas dari itu diharapkan kegiatan
oleh guru, sebagian guru ada yang menganggap menalar mampu mengembangkan sikap jujur,
bahwa tahap mencoba/ mengumpulkan informasi teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, dalam diri
cukup dengan kegiatan belajar di perpustakaan dan siswa serta mampu menerapkan prosedur dan
berdiskusi kelompok. Pernyataan ini tentu saja berpikir induktif serta dedukti dalam
bukan sebuah kekeliruan. Namun, kegiatan menyimpulkan sesuatu.
diperpustakaan dan berdiskusi tidak diniatkan Skenario pembelajaran pada tahap
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kegiatan mengasosiasi/ menalar dapat berupa diskusi kelas,
di perpustakaan terpisah dari rangkaian pendekatan diskusi kelompok, penugasan projek, atau problem
saintifik dan tidak diarahkan untuk menjawab solving (memecahkan masalah) secara individual
pertanyaan yang diajukan pada tahap menanya. dan kelompok. Hal yang perlu menjadi catatan
Faktor kesulitan guru dalam menerapkan adalah bahwa setiap tahap mengasosiasi “wajib”
kegiatan mencoba yaitu pertama, faktor konten untuk menghasilkan produk belajar, tujuannya
pembelajaran yang tidak memungkinkan siswa supayaada bahan untuk dikomunikasikan pada
untuk melakukan kegiatan mencoba, karena tidak langkah berikutnya. Produk belajar yang dapat
ada konten yang bisa dilakukan kegiatan mencoba. dibuat oleh peserta didik dari tahap mengasosiasi
Kedua, faktor guru, guru tidak kreatif untuk misalnya mindmap atau peta konsep, sketsa peta,
membangun suasana belajar yang menarik hingga grafik, bagan, laporan singkat, foto, bahan tayang
membuat siswa semangat dalam mengikuti proses power point, hasil projek, dan lain-lain (Yani &
pembelajaran. Ruhimat, 2018:130).
Kegiatan mencoba merupakan tindak
lanjut dari kegiatan bertanya. kegiatan ini 5. Mengkomunikasikan
dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan Kegiatan mengkomunikasikan di SD
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai Negeri 30 Pekanbaru secara umum sudah
cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku terlaksana dengan baik, namun masih ada
lebih banyak, memperhatikan objek yang telah dibeberapa kelas yang belum terlaksana.
diteliti atau bahkan melakukan eksperimen (Fadli, Faktor penyebab tidak terlaksananya
2017). kegiatan mengkomunikasikan dibeberapa kelas
yaitu karena adanya kesulitan yang dialami oleh
4. Menalar guru tersebut. kesulitan tersebut anatara lain yang
Kegiatan menalar pada SD Negeri 30 pertama, faktor guru, pemahaman guru yang
Pekanbaru hasilnya dalam proses kegiatan kurang mengenai pentingnya kegiatan-kegiatan
mengamati, menanya, dan mencoba. Proses dalam pendekatan saintifik disetiap proses
menalar pada SD Negeri 30 Pekanbaru ini sudah pembelajaran. Pemahaman guru tersebut
mencapai kepada menggambarkan apa yang terjadi mempengaruhi persiapan guru yang menjadi tidak
secara akurat dan detail, lalu menggambarkan apa efektif. Kedua hal tersebut tentunya dipengaruhi
yang dirasakan dan dipikirkan, kemudian menilai oleh 1 faktor yang terpenting yaitu faktor usia dan
hal-hal baik dan buruk dari pengalaman tersebut, lamanya guru tersebut mengajar, sehingga guru
dan juga menggambarkan pendapat mengenai sulit untuk melepaskan kebiasaan lama sewaktu
situasi secara kritis dengan melihat hubungan antar menggunakan kurikulum KTSP tentunya dengan
bagian dalam peristiwa dan mencari maknanya. metode ceramah yang sekarang sudah berubah

Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 77
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP

total menjadi metode pendekatan secara ilmiah dan menjadi lebih bermakna (Meliawati., Suarjana.,
menuntut siswa menjadi aktif sementara guru Mahadewi (dalam Yani & Ruhimat, 2018).
hanya sebagai fasilitator. Yang kedua, faktor Berdasarkan hasil observasi dan
siswa, siswa kesulitan untuk mengkomunikasikan wawancara menunjukkan bahwa guru-guru SD
pendapatnya di depan umum, karena malu dan Negeri 30 Pekanbaru masih mengalami kesulitan
merasa tidak percaya diri, sehingga siswa merasa dalam menerapkan kegiatan pendekatan saintifik.
tidak berani. Hal ini dapat dilihat dari tabel di atas yang
Karena pada dasarnya kompetensi yang menunjukkan tidak terlaksananya beberapa
diharapkan dari kegiatan mengkomunikasikan ini kegiatan pendekatan saintifik dibeberapa kelas,
adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, seperti dalam tiga kali observasi yang dilakukan
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, peneliti dienam kelas kegiatan menanya tidak
mengungkapkan pendapat dengan singat dan jelas, terlaksana yaitu di kelas I, II, III, IV sewaktu
dan juga mengembangkan kemampuan berbahasa observasi pertama dan ketiga, dan kelas V pada
yang baik dan benar. observasi pertama. Kegiatan mencoba juga tidak
Peserta didik juga dapat terlaksana pada kelas II, dan III pada observasi
mengkomunikasikan hasil pembelajaran secara pertama dan ketiga. Begitu juga pada kegiatan
individu maupun kelompok. Artinya, pada tahap mengkomunikasikan tidak terlaksana pada kelas I
ini tidak diwajibkan kepada seluruh peserta didik observasi kedua, kelas II pada setiap observasi,
untuk berbicara satu persatu. Tujuan utama yang dan kelas III pada observasi pertama dan kedua.
perlu dicapai adalah kebermaknaan materi Kesulitan yang dialami guru dalam
pembelajaran bagi semua peserta didik. Bahkan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan
pengemasan tahap mengkomunikasikan ini dapat saintifik yaitu, antara lain: 1) Pada kegiatan
divariasikan sesuai dengan kreativitas guru agar mengamati, guru kesulitan dalam menyediakan
partisipasi peserta didik lebih tinggi. Oleh karena media. Sehingga guru lebih banyak menggunakan
itu, tahap mengkomunikasikan dapat dilakukan buku bacaan siswa sebagai media pengamatan
melalui presentase maupun aktivitas lain sehingga siswa; 2) Pada kegiatan menanya, guru kesulitan
proses pembelajaran dan materi yang harus dikuasi untuk menstimulus siswa. Kurangnya pemahaman
menjadi lebih bermakna (Meliawati., Suarjana., & dan kreatifitas guru untuk mengembangkan
Mahadewi 2015 (dalam Yani & Ruhimat, 2018: pembelajaran agar terciptanya pembelajaran yang
132). menarik sehingga memunculkan rasa ingin tahu
Mengkomunikasikan dalam kegiatan dalam diri siswa; 3) Pada kegiatan mencoba, guru
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam kesulitan untuk mempersiapkan pembelajaran yang
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menarik, kreatif, dan berkesan untuk siswa,
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan sehingga pembelajaran sering hanya berupa
bersasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau pemberian ilmu/ informasi dan tugas; 4) Pada
media lainnya (Daryanto, 2017:80). kegiatan menalar, kurangnya pemahaman guru
Mengkomunikasikan merupakan tahap mengenai menalar, guru menganggap bahwa itu
akhir yang berperan untuk menyebarkan hasil sudah termasuk menalar, tetapi bukan. Medianya
mengasosiasi dari satu peserta didik ke peserta (buku) tidak mencapai kepada penalaran, namun
didik lainnya. Peserta didik dapat guru menganggap hal tersebut sudah termasuk
mengkomunikasikan hasil pembelajaran secara kegiatan penalaran; 5) Pada kegiatan
individu maupun kelompok. Tujuan utama yang mengkomunikasikan, guru kesulitan dalam
perlu dicapai adalah adalah kebermaknaan materi mengembangkan/ menerapkan pembelajaran yang
pembelajaran bagi semua peserta didik. Tahap sesuai dengan pendekatan saintifik. Hal ini
mengkomunikasikan ini dapat dilakukan melalui disebabkan karena pemahaman guru yang kurang
presentase maupun aktivitas lain sehingga proses mengenai pentingnya menerapkan langkah dalam
pembelajaran dan materi yang harus dikuasai pendekatan saintifik disetiap pembelajaran.

Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 78
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP

Sehingga persiapan dan pelaksanaan pembelajaran


menjadi tidak maksimal. 2. Faktor siswa
Faktor-faktor kesulitan guru dalam a. Persiapan, kurangnya persiapan siswa dalam
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan mengikuti pembelajaran membuat siswa
saintifik, yaitu: menjadi tidak fokus dan mengikuti
1. Faktor guru pembelajaran dengan seadanya tanpa
a. Pemahaman, kurangnya pemahaman guru mengharapkan dan mendapatkan ilmu yang
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seharusnya ia dapatkan.
pelaksanaan pembelajaran pendekatan saintifik b. Mental, kurangnya mental siswa dalam
membuat beberapa kegiatan dalam pendekatan mengikuti pembelajaran membuat siswa
saintifik tidak berjalan dengan maksimal. menjadi tidak maksimal dalam menerima setiap
b. Persiapan, kurangnya persiapan yang matang pembelajaran yang diberikan oleh guru. Seperti
dari guru dalam memulai pembelajaran keberanian untuk mengutarakan pendapat di
berakibat kepada pembelajaran yang tidak depan teman-temannya. Hal ini disebabkan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada karena perasaan takut diejek, takut salah, dan
pada kurikulum 2013 tertama dalam proses takut dimarahi yang timbul dari diri siswa.
pembelajarannya yaitu dengan menggunakan
pendekatan saintifik. 3. Faktor konten
c. Kreativitas, kurangnya kreativitas guru dalam Ada beberapa konten dalam pembelajaran
mengembangkan pembelajaran yang bermakna, yang tidak mendukung untuk diadakannya
berkesan, dan bervariasi agar siswa menjadi pembelajaran berbasis pendekatan saintifik.seperti
tidak bosan, tidak jenuh, dan bersemangat kegiatan mencoba pada beberapa pembelajaran
dalam setiap pembelajaran yang guru berikan. yang tidak mengharuskan kegiatan tersebut ada di
Sehingga materi yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran.
menjadi melekat dipikiran siswa, agar
pembelajaran menjadi tidak sia-sia.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI


Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Faktor guru (pemahaman, persiapan, dan
data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kreativitas); 2) Faktor siswa (persiapan, dan
guru SD Negeri 30 Pekanbaru masih mengalami mental); 3) Faktor konten.
kesulitan dalam menerapkan kegiatan pendekatan Berdasarkan hasil penelitian ini maka
saintifik. Hal ini dapat dilihat dari tidak dapat diberikan beberapa saran yang diharapkan
terlaksananya beberapa kegiatan pendekatan bermanfaat bagi para pembaca skripsi ini baik itu
saintifik dibeberapa kelas, seperti dalam tiga kali calon guru, maupun guru. Adapun saran yang
observasi yang dilakukan peneliti dienam kelas dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
kegiatan menanya tidak terlaksana yaitu di kelas I, 1) Diharapkan kepada kepala sekolah untuk
II, III, IV sewaktu observasi pertama dan ketiga, memonitoring guru-guru mengikuti pelatihan-
dan kelas V pada observasi pertama. Kegiatan pelatihan peningkatan keterampilan dan
mencoba juga tidak terlaksana pada kelas II, dan pengetahuan kompetensi guru mengenai kurikulum
III pada observasi pertama dan ketiga. Begitu juga 2013 (pendekatan saintifik); 2) Diharapkan kepada
pada kegiatan mengkomunikasikan tidak guru-guru agar dapat mengikuti pelatihan-pelatian
terlaksana pada kelas I observasi kedua, kelas II secara intensif guna meningkatkan keterampilan
pada setiap observasi, dan kelas III pada observasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan
pertama dan kedua. Faktor-faktor tidak pendekatan saintifik; 3) Diharapkan kepada guru-
terlaksananya pendekatan saintifik dalam proses guru agar dapat merencanakan dengan matang
pembelajaran SD Negeri 30 Pekanbaru yaitu: 1) setiap pembelajaran yang akan diterapkan sehingga

Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 79
PRIMARY: JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
VOLUME 9 NOMOR 1 FEBRUARI 2020
ISSN: 2303-1514 | E-ISSN: 2598-5949
DOI : http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v9i1.7850
https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP

langkah kegiatan yang akan diterapkan kesulitan-kesulitan dalam menerapkan pendekatan


mencerminkan langkah kegiatan dari pendekatan saintifik; 4) Diharapkan kepada guru-guru agar
saintifik. salain itu, perencanaan yang baik akan lebih memperhatikan pemahaman siswa dalam
memudahkan guru dalam menentukan strategi apa setiap pembelajaran sehingga pembelajaran tidak
yang akan digunakan untuk mampu sia-sia, dan membuat pembelajaran menjadi lebih
mengorganisasikan siswa dan sumber belajar menarik dengan misalnya dengan penggunaan
dengan baik. Selain itu juga guru harus lebih sering media..
mengevaluasi diri sendiri agar dapat meminimalisir

DAFTAR PUSTAKA
Darnius, S. (2016). Identifikasi Kesulitan Guru Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan
dalam Mengimplementasikan Kurikulum Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
2013 Dengan Pendekatan Saintifik di Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta:
Kelas Tinggi Gugus Mangga Kecamatan Permendikbud.
Jaya Baru Banda Aceh. Jurnal Pesona Permendikbud. (2013). Peraturan Menteri
Dasar 2(4), 40-42. Pendidikan dan Kebudayaan Republik
http://scholar.google.co.id (diakses 20 Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Standar
oktober 2019) Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Jakarta: Permendikbud.
Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media. Permendikbud. (2014). Peraturan Menteri
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Kependidikan Direktorat Pembinaan Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah. Jakarta:
dan Menengah. (2017). Program Permendikbud.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Permendiknas. (2008). Undang-undang
Pengawas Sekolah. Jakarta: Direktorat SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)
Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan. (UU RI No. 20 Th. 2003). Jakarta:
Maryani, I & Fatmawati, L. (2015). Pendekatan Permendiknas.
Scientific dalam Pembelajaran di Sekolah Sani, R.A. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk
Dasar. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT
Mulyasa, E. (2017). Pengembangan dan Bumi Aksara.
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif,
PT Remaja Rosdakarya Offset. Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Musfiqon, H.M & Nurdyansyah. (2015). ALFABETA.
Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Yani, A & Ruhimat, M. (2018). Teori dan
Sidoarjo: Nizamia Learning Center. Implementasi Pembelajaran Saintifik
Ningsih, H.S, Koryati, D., Deskoni. (2016). Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika
Analisis Kesulitan Guru Dalam Aditama.
Menerapkan Pembelajaran Saintifik Pada
Mata Pelajaran IPS Di SMP Negeri Kota
Palembeng. Jurnal Profit 3(2), 130-138.
http://ejournal.unsri.ac.id (diakses 2 maret
2019)
Permendikbud. (2013). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor.69

Lisa Rahmayanti, Zariul Antosa, M.Jaya Adiputra | Kesulitan Guru Dan Pendekatan Ilmiah
Halaman | 80

You might also like