Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Pembelajaran Jarak Jauh merupakan metode pembelajaran yang diterapkan pada masa
mewabahnya virus Covid-19 khususnya di Indonesia. Permasalahan mengiringi penerapan
pembelajaran jarak jauh sehingga perlu adanya kerjasama dengan model pembelajaran lain
yang dapat mengarahkan siswa untuk lebih aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran berbasis
masalah dalam pembelajaran jarak jauh. Lokasi penelitian dilakukan di SMAN 1 Banjarsari
dengan subjek penelitian siswa kelas XI IPS 2. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian survei dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
instrumen angket yang disusun menggunakan google form. Responden penelitian berjumlah
30 siswa yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan
teknik statistik deskriptif dimana data diolah dan disajikan dalam diagram kemudian dibahas
dengan deskriptif naratif. Hasil penelitian menemukan keefektifan model pembelajaran
berbasis masalah dalam pembelajaran jarak jauh, yaitu 1) meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa dalam pemecahan masalah; 2) meningkatkan keterampilan siswa dalam berinovasi;
3) mendorong siswa untuk lebih aktif berpartisipasi selama kegiatan belajar mengajar; 4)
mendorong kemampuan siswa untuk merumuskan solusi masalah sosial secara mandiri.
1
Indonesian Journal of
Vol. 2 No. 1. 2021: 1-8
Social Sciences and Humanities
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang terus meluas di Indonesia mendorong pemerintah
memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah (work from home) dan belajar dari rumah untuk
sementara waktu. Kebijakan tersebut dipertegas dengan berbagai aturan diantaranya oleh
Presiden, Menteri Kesehatan dan Satgas Covid-19. Berawal dari Surat Edaran Nomor
HK.02.01/ MENKES/ 202/2 020 tentang Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam Penanganan
Coronavirus Disease yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan yang ditujukan kepada seluruh
pimpinan instansi dan lembaga negara di Indonesia (Abidah, Hidaayatullaah, Simamora,
Fehabutar, & Mutakinati, 2020). Surat Edaran tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh
Kemdikbud dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Kemdikbud melalui surat
edarannya menerangkan bahwa untuk menanggapi penyebaran Covid-19 yang semakin
meningkat maka dihimbau untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah melalui model
pembelajaran jarak jauh (PJJ) (Kemdikbud, 2020).
Himbuan berupa surat edaran tersebut menegaskan bahwa pelaksanaan proses
pembelajaran bagi siswa sekolah selama masa pandemi Covid-19 harus mengalami perubahan.
Perubahan utamanya pada model pembelajaran, dimana guru harus menggunakan model
pembelajaran jarak jauh (Lindawati & Rahman, 2020). Kegiatan belajar mengajar selama ini
dilakukan oleh guru dan siswa dalam ruang kelas di sekolah melalui interaksi tatap muka secara
langsung, sedangkan pada masa pandemi Covid-19 keberadaan guru dan siswa terpisah secara
fisik sebab masing-masing harus berada di rumah. Hal tersebut mengakibatkan guru dan siswa
yang terbiasa berinteraksi secara langsung ketika membahas materi pelajaran dan tugas harus
berganti melalui media komunikasi sebagai perantara interaksi diantara mereka. Kebiasaan
baru ini tentu membutuhkan proses adaptasi untuk penyesuaian diri.
Di sisi lain, guru dan siswa tidak memiliki banyak waktu untuk proses adaptasi terhadap
kebiasaan baru tersebut sebab pandemi Covid-19 melanda secara tiba-tiba dan banyak
perubahan sosial berlangsung secara cepat. Guru dan siswa dituntut untuk tetap melakukan
kegiatan belajar mengajar yang efektif meskipun mereka tidak sedang bersama secara fisik.
Salah satu jalan yang harus ditempuh oleh para guru dan siswa, sebagai aktor dalam kegiatan
belajar mengajar, adalah melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pembelajaran jarak jauh
dikatakan sebagai bentuk pembelajaran yang diberikan secara rutin kepada siswa yang tidak
berkumpul di dalam satu tempat agar mendapatkan materi ajar secara langsung dari guru
(Prawiyogi, Purwanugraha, Fakhry, & Firmansyah, 2020). Pembelajaran jarak jauh
menekankan kepada siswa untuk bisa beradaptasi dengan pembelajaran yang serba
menggunakan teknologi, siswa harus terus memiliki kuota internet agar terus bisa mengakses
pembelajaran, yang biasanya belajar di kelas bersama teman secara langsung kini belajar di
rumah masing-masing dengan temen-teman secara daring melalui teknologi canggih.
Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh biasanya lekat dengan pemanfaatan koneksi
internet sehingga sering juga disebut sebagai pembelajaran daring. Moore, Dickson-Dane dan
Galyen mendefinisikan pembelajaran daring sebagai bentuk pembelajaran dengan penggunaan
jaringan internet guna membangun berbagai interaksi pembelajaran (Sadikin & Hamidah,
2020). Kecanggihan teknologi internet yang diterapkan pada proses pembelajaran jarak jauh
dapat memberi dampak positif bagi guru maupun siswa dalam memperluas komunitas
pembelajaran sebab mereka dapat bergabung dengan kelompok-kelompok pembelajaran
daring lainnya (Megawanti, Megawati, & Nurkhafifah, 2020). Selain itu, pembelajaran jarak
jauh juga bersifat efisien dari segi waktu sebab guru dapat menggunggah materi pelajaran dan
siswa dapat mengaksesnya di waktu yang lebih fleksibel. Kelebihan tersebut juga memuncul
sifat efektif dari pembelajaran jarak jauh sebab guru maupun siswa dapat melakukan kegiatan
belajar mengajar dimana pun.
2
Indonesian Journal of
Vol. 2 No. 1. 2021: 1-8
Social Sciences and Humanities
Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak tentu beriringan dengan munculnya
berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar yang dijalani oleh guru dan siswa. Salah
satu permasalahan yang muncul yaitu terkait dengan kegiatan belajar mengajar yang menjadi
kurang efektif karena berjalan tidak sesuai dengan kebiasaan sebelumnya. Kondisi pandemi
yang menyebabkan guru dan siswa tidak bisa berada di satu tempat yang sama, terkadang
membuat fungsi kontrol sosial oleh guru menjadi berkurang. Akibatnya, aktivitas belajar siswa
menjadi kurang terpantau. Ketika pembelajaran dilakukan menggunakan media daring seperti
Zoom meeting, WhatsApp group, Google meet, Google classroom, justru membuat siswa
menjadi pasif dan cenderung kurang fokus terhadap aktivitas belajar sedangkan guru tidak bisa
mengetahui secara langsung hal tersebut. Padahal kegiatan belajar mengajar menggunakan
media daring tersebut seharusnya dipahami sebagai pembelajaran yang sama dengan di ruang
kelas sekolah, dimana siswa harus fokus memperhatikan pembelajaran yang berlangsung.
Melihat permasalah tersebut maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang
mengarahkan siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang
cenderung sibuk dengan gadget secara individu, harus didorong untuk mampu bekerjasama
menyelesaikan suatu pekerjaan menggunakan gadget mereka. Adaptasi yang dapat dilakukan
untuk mengatasi perubahan kondisi tersebut diantaranya adalah melakukan inovasi terhadap
model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar seperti yang dilakukan
oleh guru sosiologi di SMAN 1 Banjarsari. Model pembelajaran jarak jauh harus
dikolaborasikan dengan model pembelajaran lainnya yang mendorong siswa untuk memiliki
aktivitas belajar yang lebih kompleks selama kegiatan belajar mengajar. Ketika siswa memiliki
banyak aktivitas belajar yang harus dikerjakan maka dapat meminimalisir sikap siswa yang
pasif.
Melihat kompetensi siswa jenjang SMA yang tidak hanya sebatas mampu memahami
dan menjelaskan materi ajar, tetapi juga dituntut untuk mampu menganalisis, membuat
rumusan solusi dan mengkomunikasikan temuannya, maka model problem based learning
(PBL) dirasa paling relevan untuk diaplikasikan. Problem based learning secara singkat dapat
dipahami sebagai model pembelajaran yang mendorong siswa untuk memecahkan suatu
masalah (Mulyani, 2020). Problem based learning juga dijelaskan sebagai suatu pendekatan
pembelajaran yang membuat konfrontasi kepada siswa melalui berbagai masalah praktis atau
pembelajaran yang dimulai dengan menyajikan permasalahan yang kontekstual dan realistis
(Gunantara, Suarjana, & Riastini, 2014). Penyajian permasalahan sebagai langkah awal
pembelajaran tersebut diharapkan mampu memacu rasa ingin tahu siswa pada materi pelajaran,
selain itu juga berpotensi guna mendorong berpikir kreatif serta bekerja secara berkelompok
untuk menemukan solusi atas permasalahan yang disajikan (Aldila & Mukhaiyar, 2020).
Implementasi model pembelajaran jarak jauh berbasis problem based learning di
SMAN 1 Banjarsari telah berjalan selama lebih dari satu semester, sebab model tersebut telah
dilakukan sejak diberlakukannya himbauan belajar dari rumah. Siswa yang melakukan model
pembelajaran tersebut diantaranya adalah kelas XI IPS 2. Guna melihat perkembangan yang
terjadi dari adanya inovasi model pembelajaran tersebut maka perlu dilakukan evaluasi
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap bagaimana efektivitas model problem based learning pada pembelajaran
jarak jauh di SMAN 1 Banjarsari. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keefektifan
penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran jarak jauh di SMAN 1
Banjarsari.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey dengan pendekatan
deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMAN 1 Banjarsari sehingga lokasi
penelitian adalah SMAN 1 Banjarsari. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2021 pada
3
Indonesian Journal of
Vol. 2 No. 1. 2021: 1-8
Social Sciences and Humanities
grup whatsapp kelas XI IPS 2 SMAN 1 Banjarsari, sebab peneliti tidak memungkinkan untuk
membagikan angket secara tatap muka di satu tempat, karena menaati himbauan pemerintah
yang harus tetap di rumah juga menjaga jarak. Target dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui
pendapat dari siswa apakah efektif atau tidak jika model pembelajaran Problem Based
Learning diterapkan saat Pembelajaran Jarak Jauh.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrument angket yang disusun
menggunakan google form. Jumlah responden dalam penelitian adalah 30 orang yang dipilih
menggunakan teknik purposive sampling, dimana sampel penelitian diambil berdasarkan
tujuan dan kriteria tertentu. Kriteria yang harus dimiliki oleh responden dalam penelitian ini
adalah siswa SMAN 1 Banjarsari yang telah melakukan kegiatan belajar mengajar
menggunakan model Problem Based Learning. Berdasarkan kriteria tersebut maka yang
memenuhi adalah siswa kelas XI IPS 2 SMAN 1 Banjarsari. Proses pengumpulan data diawali
dengan menyusun instrumen penelitian berupa pernyataan, lalu izin kepada pihak sekolah
untuk menjadikan siswanya subjek dalam penelitian, setelah itu menyebar angket untuk uji
validitas instrumen berupa google formulir melalui grup whatsapp yang diisi oleh 30
responden. Hasil kuesioner lantar diolah menggunakan pendekatan statistik deskriptif dan
disajikan ke dalam bentuk diagram yang disertai narasi deskriptif guna menjelaskan maksud
dari temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian tersebut lantas dianalisis untuk disusun
kesimpulan penelitian.
4
Indonesian Journal of
Vol. 2 No. 1. 2021: 1-8
Social Sciences and Humanities
kerjasama dan meningkatkan berpikir kritis dalam menyusun membuat pemecahan masalah atas
suatu permasalahan nyata.
3%
13% 14% SS
S
TS
70% STS
Gambar 1. PBL dalam PJJ membuat siswa berpikir kritis atas suatu permasalahan
Temuan pada gambar 1 di atas sesuai dengan langkah pembelajaran PBL yang pertama yaitu
mengorientasikan siswa kepada masalah. Pembelajaran akan menjadi efektif ketika permasalahan
sosial yang disajikan oleh guru mendapat tanggapan dari siswa. Tanggapan yang diberikan siswa
atas permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa mereka memperhatikan pelajaran yang
diselenggarakan meskipun tidak sedang diawasi secara langsung oleh guru. Ketika siswa memberi
tanggapan maka argumentasi yang diberikan dapat dikatakan kritis bila relevan dengan materi
pelajaran serta mampu memberikan gagasan-gagasan yang berbeda dengan pada umumnya.
Model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan keterampilan siswa
dalam berinovasi, ditunjukan dari hasil data pada kuesioner bahwa 63 persen siswa menyatakan
setuju pada pernyataan “belajar menyelesaikan sebuah masakah menjadikan saya lebih banyak
berinovasi” dan 37 persen menyatakan sangat setuju pada hal tersebut, dalam hal ini bahwa model
pembelajaran berbasis pemecahan masalah (PBL) dapat dikatakan dapat meningkatkan inovasi pada
siswa. Kemudian Model pembelajaran PBL menjadikan siswa lebih aktif dalam berbicara,
ditunjukkan pada pernyataan bahwa 57 persen siswa menyatakan setuju pada pernyataan “belajar
menggunakan model memecahkan masalah (PBL) menjadikan sebuah kelompok menjadi aktif
berbicara”, dalam model PBL setiap kelompok dituntut untuk memaparkan hasil diskusi terkait
pemecahan masalah yang diberikan, sehingga setiap kelompok harus aktif dalam berbicara baik
berpendapat maupun menanggapi. Dalam hal berdiskusi suatu kelompok ditugaskan untuk saling
toleransi dalam berdiskusi, pada siswa kelas XI IPS 2 berpendapat bahwa dalam berdiskusi 80
persen menyetujui pada pernyataan “saya bertoleransi ketika berbeda pendapat saat diskusi
kelompok secara online”, dengan saling bertoleransi maka proses diskusi akan berjalan dengan baik.
Peneliti juga menemukan bahwa model PBL dapat meningkatan aktivitas belajar siswa, dilihat dari
data penelitian bahwa 54 persen menyatakan setuju pada pernyataan “saya menjadi aktif saat
belajar online ”. sebagaimana menurut Amir (2009) bahwa salah satu kelebihan dalam model PBL
yaitu dapat meningkatkan kemampuan siswa (Gunantara, Suarjana, & Riastini, 2014).
Penerapan model pembelajaran PBL dalam PJJ pada kelas XI IPS 2 SMAN 1 Banjarsari
dinilai efektif untuk mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam berpartisipasi selama kegiatan
belajar mengajar. Pada gambar 2 dapat dilihat dari data pernyataan nomor 61 bahwa 73 persen siswa
menyetujui pernyataan terkait “saya senang melakukan diskusi berkelompok untuk menemukan
solusi” respon tersebut menunjukkan sebuah temuan yang berarti model PBL dapat mendorong
siswa lebih aktif, karena mereka senang ketika belajar secara berkelompok untuk menyelesaikan
sebuah masalah. Hal tersebut juga sesuai dengan pembelajaran saat ini yang mengarah pada students
center atau pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa dituntut untuk lebih berperan
dalam proses pembelajaran, sehingga siswa harus membangun sistem belajar mandiri tanpa
mengandalkan pengajaran dari guru. Siswa menjadi lebih dominan dibanding guru baik dikelas
maupun di luar kelas. Temuan yang menunjukkan bahwa penerapan PBL dalam PJJ mampu
5
Indonesian Journal of
Vol. 2 No. 1. 2021: 1-8
Social Sciences and Humanities
mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dapat mengatasi permasalahan terkait
sikap siswa yang dinilai pasif selama pelaksanaan PJJ karena minimnya kontrol oleh guru.
7%3% 17% SS
S
TS
73% STS
Salah satu ciri proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL yaitu menunjang
pengembangan kecakapan manajemen diri sendiri (self directed) (Amir, 2016). Peneliti menemukan
bahwa model pembelajaran PBL dalam PJJ ternyata efektif untuk mendorong siswa membuat
rumusan solusi masalah secara mandiri, ditunjukan pada diagram 3 bahwa 57 persen responden
menyatakan setuju dalam pernyataan “saya berusaha membuat rumusan pemecahan masalah
sesuai pemikiran saya sendiri”, dengan model pembelajaran PBL siswa terdorong untuk berusaha
berfikir untuk berargumen dan membuat suatu pemecahan masalah secara mandiri. Temuan
tersebut sesuai dengan penjelasan dari Orhan & Ruhan (2007) yaitu model PBL mampu membawa
dampak positif terhadap prestasi akademik siswa dan sikap siswa pada ilmu pengetahuan (Nafiah,
2014).
10%10% SS
23% S
TS
57%
STS
Gambar 3. PBL dalam PJJ mendorong siswa membuat rumusan pemecahan masalah secara
mandiri
Temuan-temuan di atas bila dianalisis maka menunjukkan bahwa penerapan PBL dalam PJJ
di kelas XI IPS 2 selama pandemi Covid-19 membawa dampak yang positif. Permasalahan yang
dikhawatirkan terkait pelaksanaan PJJ seperti siswa menjadi pasif, kurang perhatian dengan
kegiatan belajar mengajar, minim aktivitas belajar, dan sebagainya. Ternyata tidak ditemukan pada
responden penelitian. Hasil penelitian justru menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar dengan
model PBL dalam PJJ di kelas XI IPS 2 berjalan cukup efektif sebab mampu mendorong siswa
menjadi lebih kritis terhadap permasalahan sosial di sekitarnya. Siswa menunjukkan respon yang
baik ketika guru menyajikan permasalahan untuk bahan diskusi dimana mereka menyatakan setuju
bahwa ketika mereka menganalisis suatu permasalahan tidak hanya berorientasi pada buku tetapi
juga berusaha untuk menalar dan merelevansikan teori yang ada di buku dengan realitas sosial yang
ada di masyarakata sehingga mereka mampu menyusun rumusan solusi yang tepat dan realistis.
Temuan kedua menunjukkan bahwa penerapan PBL dalam PJJ di kelas XI IPS 2 juga
mampu mendorong inovasi siswa sebab mereka dihadapkan pada tugas diskusi kelompok untuk
menganalisis suatu permasalahan sosial. Permasalahan sosial yang disajikan guru biasanya bersifat
kontekstual dan terkini sehingga mereka tidak dapat hanya memanfaatkan buku pelajaran sebagai
6
Indonesian Journal of
Vol. 2 No. 1. 2021: 1-8
Social Sciences and Humanities
sumber belajar. Siswa akan berusaha untuk mencari data dan informasi terkait permasalahan yang
didiskusikan melalui berbagai sumber belajar seperti media sosial, artikel online dan sebagainya.
Hal tersebut akhirnya mendorong siswa untuk meningkatkan kecakapan literasi mereka sebab
mereka akan membaca beragam data dari berbagai sumber. Tidak berhenti di situ, setelah mereka
berhasil mengumpulkan data dan informasi maka siswa harus menganalisis data dan informasi mana
yang sesuai dengan materi pelajaran yang sedang mereka diskusikan. Hal tersebut membutuhkan
ketrampilan yang akhirnya mendorong sikap kreatif dan inovatif sebab rumusan solusi yang disusun
didasarkan dari berbagai sumber dan hasil diskusi kelompok sehingga lebih relevan dengan
permasalahan.
Temuan ketiga berkenaan dengan efektivitas PBL dalam PJJ untuk mendorong siswa lebih
aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dikarenakan dalam langkah
pembelajaran PBL terdapat tahapan yang meminta siswa untuk melakukan investigasi secara
mandiri dan mendiskusikan temuannya bersama kelompoknya. Pada dasarnya model PBL memang
mendorong siswa untuk mampu melakukan kegiatan belajar secara berkelompok, sebab pada tahap
diskusi dapat terjadi pembelajaran tutor sebaya. Siswa akan cenderung merasa berani dan nyaman
ketika mereka berdiskusi dengan sesame temannya sehingga proses pembelajaran tidak lagi
menempatkan guru sebagai sumber belajar atau informasi tetapi materi pelajaran dikonstruksi secara
mandiri oleh siswa. Hasilnya pembelajaran akan berlangsung lebih menyenangkan serta siswa dapat
lebih mudah memahami materi sebab mereka sendiri yang saling berdiskusi untuk memahami
materi yang sedang dipelajarinya.
Temuan keempat merupakan salah satu kelebihan utama dari PBL yaitu mendorong siswa
untuk mampu membuat rumusan solusi atas suatu permasalahan sosial secara mandiri. Temuan
tersebut semakin menegaskan bahwa model PBL dalam PJJ di kelas XI IPS2 mampu berjalan efektif
sebab siswa memberi respon setuju bahwa mereka selalu berusaha untuk menyusun rumusan solusi
berdasarkan pemikiran sendiri. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa telah mampu melakukan
proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik PBL dimana mereka diminta untuk membuat
rumusan solusi atas suatu permasalahan tetapi versi mereka sendiri.
SIMPULAN (PENUTUP)
Pembelajaran jarak jauh telah dilaksanakan oleh lingkungan SMAN 1 Banjarsari selama
masa pendemi covid-19 sesuai dengan arahan pemerintah dan kemendikbud. Berdasarkan hasil
penelitian model pembelajaran PBL dalam PJJ pada kelas XI IPS 2 SMAN 1 Banjarsari efektif
terhadap peningkatan kemampuan diskusi kelompok, karena belajar menggunakan model
pembelajaran PBL siswa dituntut untuk menyelesaikan sebuah masalah secara berkelompok,
jadi setiap individu dapat berdiskusi dengan kelompoknya untuk mencari sebuah solusi dari
permasalahan. Jadi model pembelajaran PBL pada PJJ juga efektif untuk meningkatkan
kerjasama untuk memecahkan permasalahan. Selain itu, model PBL pada PJJ juga dapat
meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan inovatif pada siswa, karena dengan model PBL
siswa berfikir secara luas, dalam dan menyesuaikan dengan kondisi secara umum untuk
menemukan sebuah inovasi atau penemuan baru. PBL pada PJJ juga efektif untuk
meningkatkan aktifitas belajar dan keaktifan berbicara, dimana setelah kelompok berdiskusi
untuk menemukan sebuah masalah, kelompok dituntut untuk memaparkan hasil diskusinya,
jadi setiap individu siswa dapat berargument dan menanggapi dengan bebas. PBL dalam PJJ
juga efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan pemecahan masalah.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada keluarga besar SMA Negeri 1 Banjarsari, yang
telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dilingkungan SMA Negeri 1 Banjarsari,
terimakasih kepada siswa kelas XI IPS 2 atas ketersediannya menjadi subjek penelitian, terimakasih
kepada dosen kolaborasi, dosen pembimbing mata kuliah Seminar Ilmu Sosiologi, dan teman serta
7
Indonesian Journal of
Vol. 2 No. 1. 2021: 1-8
Social Sciences and Humanities
keluarga yang terus mendorong untuk terselesaikannya penelitian ini. Tak lupa saya ucapkan
terimakasih banyak pada pihak Indonesian Journal of Social Science and Humanities yang telah
membantu mempublikasikan hasil dari penelitian yang dilakukan, semoga artikel ini bermanfaat
untuk seluruh kalangan pendidikan di Indoesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abidah, A., Hidaayatullaah, H. N., Simamora, R. M., Fehabutar, D., & Mutakinati, L. (2020).
The Impact of Covid-19 to Indonesian Education and Its Relation to the Philosophy of
"Merdeka Belajar". SiPoSE: Studies in Philosophy of Science and Aducation, 38-49.
Aldila, R., & Mukhaiyar, R. (2020). Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pada Mata Pelajaran Dasar Listrik dan Elektronika di Kelas X SMK Negeri 1 Bukittinggi
. Ranah Research, 51-57.
Gunantara, G., Suarjana, I. M., & Riastini, P. N. (2014). Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematika Siswa Kelas V.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.
Kemdikbud. (2020, Maret 17). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Retrieved from
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-pembelajaran-secara-
daring-dan-bekerja-dari-rumah-untuk-mencegah-penyebaran-covid19
Lindawati, Y. I., & Rahman, C. A. (2020). Adaptasi Guru Dalam Implementasi Pembelajaran
Daring di Era Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP (pp. 60-
67). Serang: Universitas Sultang Ageng Tirtayasa.
Megawanti, P., Megawati, E., & Nurkhafifah, S. (2020). Persepsi Peserta Didik Terhadap PJJ
Pada Masa Pandemi Covid-19. Faktor: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 75-82.
Nur, S., Pujiastuti, I. P., & Rahman, S. R. (2016). Efektivitas Model Problem Based Learning
(Pbl) Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Sulawesi
Barat. Jurnal SAINTIFIK, 133-141.
Prawiyogi, A. G., Purwanugraha, A., Fakhry, G., & Firmansyah, M. (2020). Efektivitas
Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Pembelajaran Siswa di SDIT Cendekia Purwakarta.
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar, 94-101.
Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19.
BIODIK: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, 6, 214-224.