You are on page 1of 6

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI

(Studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang)

Edi Saputra Pakpahan, Siswidiyanto, Sukanto


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: edipakpahan@rocketmail. com

Abstract: Effect of Education and Training on Employee Performance (Studies in Badan


Kepegawaian Daerah Kota Malang). One way to improve the quality of personnel resources
through education and training is carried out in a planned and systematic. In other words, the
importance of education and training within the organization is improved employee performance
which include knowledge and skills, as well as the formation of the attitude of every employee as
desired by the organization. This research uses explanatory research with quantitative approach.
The independent variables used in this study is education (X1) with indicators of education of
formal and non-formal, training (X2) with indicators of leadership training, functional training
and technical training. The dependent variable in this study is the performance indicators of the
quantity, quality, and attitude/reliability. This studyhas also found that there is a positive and
significant effect between education and training on employee performance demonstrated the
value of F=9.222> F =3.195 as well as a partial test of thet test, for the education variable (X1)
obtained a value of t is greater than t table (3,298>2,011) and significantly smaller than the value
of α= 0.05 level. These tests indicate that education significantly influence employee performance.
For training variables (X2) obtained t-count 0.593 with a significance of 0,556. The values of t
smaller than t table (0.593 <2.011) and significantly greater than the value of α= 0.05 level.
These tests indicated that the training variables had no significant effecton employee
performance.

Keywords: education, training, employee performance

Abstrak: Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada
Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang). Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
sumber daya aparatur ialah melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan secara terencana
dan sistematik. Dengan kata lain pentingnya pendidikan dan pelatihan dalam organisasi adalah
perbaikan kinerja pegawai yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan yang mendukung, serta
pembentukan sikap setiap para pegawai sesuai yang diinginkan oleh organisasi. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendidikan (X1) dengan indikator pendidikan formal dan
non-formal, dan pelatihan (X2) dengan indicator diklat kepemimpinan, diklat fungsional dan
diklat teknis. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja dengan indikator kuantitas,
kualitas, dan sikap/kehandalan. Penelitian ini menghasilkan bahwa terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pegawai ditunjukkan nilai Fhitung
= 9,222 > Ftabel = 3,195demikian pula dengan uji parsial dengan uji t, untuk variabel pendidikan
(X1) diperoleh nilai thitung tersebut lebih besar daripada ttabel (3.298 > 2.011) dan nilai signifikan
lebih kecil daripada α = 0.05. Pengujian ini menunjukkan bahwa pendidikanberpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai. Untuk variabel pelatihan (X2) diperoleh nilai thitung sebesar
0.593 dengan signifikansi sebesar 0.556. Nilai thitung tersebut lebih kecil daripada ttabel (0.593 <
2.011) dan nilai signifikan lebih besar daripada α = 0.05. Pengujian ini menunjukkan bahwa
variabel pelatihan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.

Kata kunci: pendidikan, pelatihan, kinerja pegawai

Pendahuluan “Sebuah instansi harus didukung sumber daya


Sumber daya manusia (man) merupakan manusia yang cakap karena sumber daya
salah satu komponen yang ada dalam organisasi manusia sangat berperan dalam menjalankan
selain machine, money, materials, methods, and usaha atau kegiatan di dalam instansi tersebut.
market. Menurut Notoatmodjo (2003, h. 2), ”Berdasarkan pendapat tersebut sumber

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1,Hal. 116-121 |1


dayamanusia merupakan hal yang terpenting Daerah Kota Malang masih belum bisa
dalam suatu organisasi karena perannya sebagai dikatakan optimal, artinya masih terdapat
subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan kendala-kendala yang dihadapi. Pada dasarnya
operasional suatu organisasi. Oleh karena itu hambatanterbesar kinerja pegawai BKD Kota
organisasi membutuhkan sumber daya manusia Malang terletak pada individu dan kemampuan
dalam hal ini yaitu pegawai yang mempunyai pegawai itu sendiri. Ini berdasarkan hasil
kinerja (jobperformance) yang tinggi. Di mana observasi peneliti sementara ditemukan bahwa
kinerja pegawai yang tinggi atau baik dapat kebanyakan pegawai kurang aktif dalam
dijadikan salah satu faktor dasar tolak ukur menjalankan pekerjaannya ini menyebabkan
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai pegawai yang bekerja pada BKD Kota Malang
tujuannya. Saat ini, kualitas kinerja pegawai terkesan kurang menunjukkan kualitas
negeri sipil di Indonesia masih belum dapat kinerjanya. Hal ini didukung dari penelitian
dikatakan baik secara keseluruhan. Hal ini terdahulu yang dilakukan oleh Endra Dian
terjadi dikarenakan kurangnya kinerja para Prasetia (2012), yang berjudul “Upaya
pegawai/aparatur dalam menjalankan tugas Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur
pokok dan fungsinya sebagai pejabat Studi Pada BKD Kota Malang” menunjukkan
pemerintahan. Hal ini disampaikan oleh Menteri beberapa masalah yang dihadapi. Pertama,
Negara Pemberdayaan Aparatur Negara berkaitan dengan kedisiplinan para pegawai dan
(Mantan Menneg PAN) Taufik Effendi, yang keterampilan pegawai yang tidak terlatih
mengatakan bahwa 55% dari total pegawai sehingga menghambat kinerja pegawai sehari-
negeri sipil yaitu sekitar 3,7 juta orang memiliki hari, yaitu adanya pegawai yang masih kurang
kinerja yang sangat buruk. Para pegawai ini menguasai SIMPEG (Sistem Informasi Kepe-
hanya mengambil gajinya tanpa memiliki gawaian). Disini terlihat rendahnya SDM
kontribusi berarti terhadap pekerjaannya. aparatur dalam pengua-saan teknologi. Kedua,
Pernyataan tersebut menjadikan vonis tersendiri sebagian pegawainya tidak menguasai bidang
bagi pegawai negeri sipil sebagai sebuah pekerjaannya dikarenakan latar belakang
organisasi birokrasi yang paling tidak produktif, pendidikannya yang tidak sesuai dengan apa
lamban, korup, dan inefisien sehingga menjadi- yang dikerjakannya. Dan yang ketiga ia
kan citra pelayanan publik digambarkandengan mengemukakan bahwa adanya pegawai yang
prosedur yang memakan waktu lama dan kurang efektif dalam bekerja. Yang dimaksud
berbiaya mahal. (http://kompasiana. com). Pada kurang efektif adalah adanya pegawai yang
dasarnya kinerja pegawai negeri sipil yang ditempatkan bukan sesuai dengan keahliannya,
buruk disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: seperti calon pegawai mempunyai keahlian
kurangnya kedisiplinan waktu, etos kerja yang dalam bidang keuangan tetapi ditempatkan di
rendah, tanggung jawab terhadap pekerjaan, bidang Pembinaan Disiplin Pegawai. Namun,
masalah gaji, dan tingkat pendidikan dimana meskipun Badan Kepegawaian Daerah Kota
75% dari seluruh pegawai negeri sipil lulusan Malang telah memberikan pendidikan dan
SMA yang berjumlah 4 juta pegawai negeri pelatihan kepada pegawainya demi meningkat-
sipil, 53% diantaranya masih perlu dibina terus kan kinerja pegawainya ternyata pendidikan dan
agar dapat mencapai tingkat kinerja sesuai pelatihan tersebut masih belum memberikan
dengan yang diharapkan(http://sinarharapan. perubahan atau pengaruh yang signifikan
co. id). Dari pernyataan tersebut dapat terhadap kinerja para pegawainya. Hal ini
disimpulkan bahwa terjadinya kinerja pegawai mengakibatkan tujuan dari pendidikan dan
yang buruk adalah akibat dari lemahnya pelatihan belum dapat dicapai secara maksimal.
peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
yaitu melalui program kegiatan pendidikan dan Tinjauan Pustaka
pelatihan yang tidak terencana dan terprogram. 1. Kinerja Pegawai
Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang Pengertian kinerja menurut Nawawi (1997,
merupakan salah satu instansi pemerintah yang h. 89) adalah “Hasil dari pelaksanaan suatu
memiliki tujuan terwujudnya profesio-nalisme pekerjaan, baik yang bersifat fisik/mental
aparatur pemerintah daerah. Oleh sebab itu maupun non fisik/non mental. ”Mangkunegara
diperlukan adanya upaya pengembangan (2000, h. 164) berpendapat bahwa kinerja
kapasitas pegawai yang dimaksudkan untuk adalah “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
mengembangkan kemampuan pegawai agar yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
senantiasa dapat sejalan dengan perkembangan melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
tugas pokok dan fungsinya dalam menyelesai- jawab yang diberikan kepadanya. ”Sedangkan
kan pekerjaan yang diembannya. Saat ini, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005,
kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian h. 770) kinerja diartikan sebagai “Sesuatu yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1,Hal. 116-121 |2


dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan 4. Indikator Pendidikan
kemampuan kerja.” Menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun
2003, indikator pendidikan adalah berdasarkan
2. Pengukuran Kinerja tingkat/jenjang pendidikan (pendidikan formal)
Untuk mengukur tingkat prestasi kerja atau dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal
pelaksanaan yang mengarah pada pencapaian merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sasaran ada 4 ukuran yang dapat digunakan sekolah melalui kegiatan belajar mengajar
menurut Mangkunegara (2001, h. 75), yaitu: secara berjenjang dan berkesinambungan,
1. Kualitas sedangkan pendidikan nonformal merupakan
Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang pendidikan yang diselenggarakan di luar
karyawan mengerjakan apa yang seharusnya sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang
dikerjakan. tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.
2. Kuantitas
Kuantitas kerja adalah seberapa lama 5. Pelatihan
seorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Menurut Hardjanto (2012, h. 69-70),
Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari pelatihan adalah “Bagian dari pen-didikan.
kecepatan kerja setiap pegawai itu masing- Pelatihan bersifat spesifik, praktis, dan segera.
masing. Spesifik berarti pelatihan berhubungan dengan
3. Kehandalan bidang pekerjaan yang dilakukan. Praktis dan
Kehandalan kerja adalah seberapa jauh segera berarti yang sudah dilatihkan dapat
pegawai mampu melakukan pekerjaannya dipraktikkan. ”Pelatihan (training) menurut
dengan akurat atau tidak ada kesalahan. Edwin B. Flippo, sebagaimana dikutip oleh
4. Sikap Hasibuan (2000, h. 70), yaitu merupakan “Suatu
Sikap kerja adalah kemampuan individu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian
untuk dapat melaksanakan pekerjaan yang seorang pegawai untuk mengerjakan suatu
sedang dilakukannya. Adapun aspek-aspek pekerjaan tertentu. ”Menurut pasal 1 ayat 9
psikologi yang termasuk didalamnya adalah: undang-undang No 13 tahun 2003 tentang
a. Daya tahan kerja, adalah kemampuan ketenagakerjaan, pelatihan adalah “Keseluruhan
individu untuk tetap mempertahankan kegiatan untuk memberi, memperoleh, me-
produktivitasnya tanpa kehilangan ningkatkan serta mengembangkan kompetensi
motivasi untuk melakukan kegiatan kerja kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos
tersebut. kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian
b. Kecepatan kerja, yaitu kemampuan tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi
individu untuk mengerjakan suatu jabatan dan pekerjaan. ”
pekerjaan dengan batas waktu tertentu.
c. Sistematika kerja, merupakan kemampu- 6. Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS
an individu untuk melakukan kegiatan Dalam PP RI No. 101 Tahun 2000 pasal 1
atau menyelesaikan pekerjaannya secara yang dimaksud dengan Diklat adalah “Proses
sistematis. penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri
3. Pendidikan Sipil. ”
Menurut Andrew E. Sikula dalam Tujuan Diklat menurut PP RI No. 101
Hardjanto (2012, h. 69) disebutkan bahwa Tahun 2000 pasal 2, yaitu:
“Pendidikan adalah berhubungan dengan a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian,
peningkatan umum dan pemahaman terhadap keterampilan, dan sikap untuk dapat me-
lingkungan kehidupan manusia secara me- laksanakan tugas jabatan secara profesional
nyeluruh dan proses pengembangan pengetahu- dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS
an, kecakapan/keterampilan, pikiran, watak, sesuai dengan kebutuhan instansi.
karakter dan sebagainya. ” Menurut Undang- b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan
Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang sebagai pembaharu dan perekat persatuan
Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dan kesatuan bangsa.
pendidikan adalah “Usaha sadar untuk c. Memantapkan sikap dan semangat peng-
mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan abdian yang berorientasi pada pelayanan,
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi pengayoman, dan pembedayaan masyarakat.
peranannya di masa yang akan datang. ” d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika
pola pikir dalam melaksanakan tugas
pemerintahan umum dan pembangunan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1,Hal. 116-121 |3


demi terwujudnya kepemerintahan yang 7. Hubungan Pendidikan dengan Kinerja
baik. Pegawai
Jenis dan Jenjang Diklat Menurut PP Pendidikan merupakan faktor yang
RI No. 101 Tahun 2000 pasal 4-12, yaitu: mencerminkan kemampuan seseorang untuk
1. Diklat Prajabatan dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan
1) Diklat Prajabatan merupakan syarat menempuh tingkat pendidikan tertentu
pengangkatan CPNS menjadi PNS. menyebabkan seorang pegawai memiliki
2) CPNS wajib diikutsertakan dalam Diklat pengetahuan tertentu sehingga mampu serta
Prajabatan selambat-lambatnya 2 (dua) cakap untuk melaksanakan tugasnya dengan
tahun setelah pengangkatannya sebagai baik. Dengan demikian pendidikan akan
CPNS. mempengaruhi kinerja pegawai.
3) CPNS wajib mengikuti dan lulus Diklat
Prajabatan untuk diangkat sebagai PNS. 8. Hubungan Pelatihan dengan
4) Diklat Prajabatan terdiri dari:
Kinerja Pegawai
a. Diklat Prajabatan Golongan I untuk
Kemapaman pegawai dalam bekerja untuk
menjadi PNS Golongan I mencapai tujuan organisasi/instansi dipengaruhi
b. Diklat Prajabatan Gol II untuk
oleh berbagai faktor secara internal, salah satu-
menjadi PNS Golongan II nya adalah melalui pelatihan, dimana melalui
c. Diklat Prajabatan Gol III untuk program tersebut diharapkan organisasi/instansi
menjadi PNS Golongan III dapat mempertahankan pegawai yang
2. Diklat Dalam Jabatan
berpotensi dan berkualitas. Pelatihan (training)
1) Diklat Dalam Jabatan dilaksanakan
merupakan suatu usaha peningkatan peng-
untuk mengembangkan pengetahuan,
etahuan dan keahlian seseorang pegawai untuk
keterampilan, dan sikap PNS agar dapat
mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Dengan
melaksanakaan tugas-tugas pemerintahan
adanya peningkatan keahlian, pengetahuan,
dan pembangunan dengan sebaik-
wawasan, dan sikap karyawan pada tugas-
baiknya.
tugasnya melalui program pelatihan yang sudah
2) Jenis Diklat dalam jabatan yaitu:
dilaksanakan dalam organisasi dapat me-
a. Diklat kepemimpinan, dilaksanakan
ningkatkan kinerja pegawai organisasi tersebut.
untuk mencapai persyaratan kom-
petensi kepemimpinan aparatur
9. Hubungan Pendidikan dan Pelatihan
pemerintah yang sesuai dengan
dengan Kinerja Pegawai
jenjang jabatan struktural.
Hubungan antara pendidikan dan pelatihan
b. Diklat fungsional,dilaksanakan untuk
dengan kinerja pegawai saling mempengaruhi,
mencapai persyaratan kom-petensi
dimana diasumsikan bahwa pendidikan dan
yang sesuai dengan jenis dan jenjang
pelatihan merupakan respon terhadap suatu
jabatan fungsional masing-masing.
kebutuhan organisasi. Hal ini sejalan dengan
c. Diklat teknis, dilaksanakan untuk
pemikiran dari Sudiro (2009, h. 8), yang
mencapai persyaratan kompetensi
menyatakan bahwa: Salah satu cara untuk
teknis yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melaksanakan tugas PNS.
organisasi ialah melalui program pendidikan
3) Diklat dalam jabatan terdiri dari:
dan pelatihan yang dilaksanakan terencana dan
a. Diklatpim Tingkat IV adalah sistematik. Dengan kata lain pentingnya
Diklatpim untuk Jabatan pendidikan dan pelatihan dalam organisasi
Struktural Eselon IV adalah perbaikan kinerja pegawai yang meliputi
b. Diklatpim Tingkat III adalah knowledge dan ketrampilan yang mendukung,
Diklatpim untuk Jabatan Struktural serta pembentukan sikap setiap para pegawai
Eselon III sesuai yang diinginkan oleh organisasi.
c. Diklatpim Tingkat II adalah
Diklatpim untuk Jabatan Metode Penelitian
Struktural Eselon II Penelitian ini menggunakan metode
d. Diklatpim Tingkat I adalah explanatory research dengan pendekatan
Diklatpim untuk Jabatan Struktural kuantitatif. Konsep dalam penelitian ini ada tiga
Eselon I yaitu, pendidikan, pelatihan dan kinerja pegawai
dengan variabel bebas pendidikan (X1), dan
pelatihan (X2). Teknik pengumpulan data
melalui, penyebaran kuesioner, dan dokumen-
tasi. Analisis data yang digunakan adalah

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1,Hal. 116-121 |4


analisis data statistik korelasi product moment Persamaan regresi yang diperoleh dari
dan parsial, regresi linier berganda dan koefisien regresi pada tabel 1 adalah
koefisien determinasi, uji parsial t dan uji Y = 26,437 + 0,387 X1 + 0,028 X2 + e
simultan F. Dari persamaan regresi linear berganda
tersebut menunjukkan bahwa kinerja pegawai
Pembahasan (Y) sebelum atau tanpa adanya variabel X1 dan
1. Hasil Uji Korelasi Product Moment X2 bernilai 26,437. Besarnya koefisien regresi
dan Parsial β1 dan β2 adalah 0,387 dan 0,028 menunjukkan
Besaran koefisien hubungan antara bahwa apabila variabel pendidikan (X1) dan
variabel bebas (X1,X2) dengan variabel terikat pelatihan (X2) berubah satu satuan, maka akan
(Y) pada perhitungan korelasi product moment mengakibatkan perubahan kinerja pegawai (Y)
dan parsial tidak terlalu berbeda jauh. Ketika sebesar 0,387 dan 0,028 satuan. Koefisien
diuji dengan product moment, dimana pengujian determinasi/R Square (R2) sebesar 0,286 artinya
hubungan masing-masing variabel bebas bahwa 28,6% kinerja pegawai dipengaruhi oleh
(X1,X2) dengan variabel terikat (Y) tanpa variabel X1 dan X2. Sedangkan 71,4% (100% -
mengendalikan variabel bebas yang lain 28,6%) karena faktor-faktor lain.
menghasilkan nilai koefisien masing-masing
0,530 dan 0,343 dengan signifikansi 0,000 dan 3. Hasil Uji simultan F dan Uji Parsial t
0,016. Sedangkan pengujian korelasi parsial Pengujian uji simultan (uji F) dan uji
masing-masing variabel bebas (X1,X2) dengan parsial (uji t) dilakukan dengan cara
variabel terikat (Y) dengan mengendalikan membandingkan antara nilai signifikansi F
variabel bebas yang lain yang dianggap dengan level signifikansi (α) dengan nilai α =
mungkin berpengaruh menghasilan nilai 0,05. Jika signifikansi F ≤ 0,05, maka H0
koefisien 0,437 dan 0,087 dengan signifikansi ditolak dan Ha diterima. Begitu juga sebaliknya,
0,002 dan 0,556. Dalam penelitian ini, apabila signifikansi F > 0,05 , maka H0 diterima
hubungan antara variabel X1,X2 memiliki dan Ha ditolak. Hasil dari pengujian secara
hubungan yang cukup kuat dan searah dengan parsial (uji t) dan simultan (uji F), diketahui
kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian bahwa variabel X1 dan X2 secara bersama-sama
Daerah Kota Malang, hal ini bisa dilihat dari memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
skala korelasi yaitu sebesar 0,535. kinerja dengan nilai signifikansi dibawah 0,05
dan secara sendiri-sendiri pendidikan memiliki
2. Hasil Uji Regresi Linier Berganda pengaruh yang signifikan dengan nilai
dan Koefisien Determinasi signifikansi dibawah 0,05 sedangkan pelatihan
Hasil statistik uji regresi linier berganda tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
dan uji koefisien determinasi dapat dilihat pada pegawai dengan nilai signifikansi diatas 0,05.
tabel 1 berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Tabel 2. Hasil Uji F/Serempak
Linear Berganda dan Koefisien Hipotesis Nilai Kep.
Determinasi H0 : βi = 0 (variabel X1, F = 9.222 Tolak H0
Variabel B thit Sig. Ket. X2 tidak berpengaruh sig = 0.000
signifikan secara Ftabel =
Konstanta 26.437
serentak terhadap Y) 3.195
X1 0.387 3.298 0.00 H1 : βi ≠ 0 (variabel X1,
(Pendidikan 2 Sig. X2 berpengaruh
) signifikan secara
X2 0.028 0.593 0.55 serentak terhadap Y)
(Pelatihan) 6 Tdk Sig. α = 0.05
Α = 0.05 Sumber: Data primer, 2014
R = 0.535

R2 = 0.286 Tabel 3. Hasil Uji t Hipotesis Koefisien


F-hitung = 9.222
Regresi Variabel X1
Hipotesis Nilai Kep.
F-tabel = 3.195 H0 : β1 = 0 (variabel t = 3.298 Tolak H0
X1tidak berpengaruh sig = 0.002
Signifikansi = 0.000 signifikan terhadap Y) ttabel = 2.011
t-tabel = 2.011 H1 : β1 ≠ 0 (variabel
Sumber: Data primer, 2014 X1berpengaruh
signifikan terhadap Y)
α = 0.05
Sumber: Data primer, 2014

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1,Hal. 116-121 |5


Tabel 4. Hasil Uji t Hipotesis Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang
Koefisien Regresi Variabel X2 rendah. Ini dapat dilihat dari skala korelasi yaitu
Hipotesis Nilai Kep.
H0 : β2 = 0 (variabel t = 0.593 Terima H0 sebesar 0,343, dimana angka tersebut berada
X2tidak berpengaruh sig = 0.556 pada posisi rendah. Variabel pelatihan X2
signifikan terhadap Y) ttabel = 2.011 memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,028.
H1 : β2 ≠ 0 (variabel
X2berpengaruh
Dapat dilihat bahwa koefisien yang diperoleh
signifikan terhadap Y) bernilai positif, jadi apabila terjadi peningkatan
α = 0.05 pada variabel pendidikan, maka variabel kinerja
pegawai akan meningkat. Dan peranan pen-
didikan dan pelatihan secara bersama-sama di
Sumber: Data primer, 2014 Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang
cukup baik. Ini dapat dilihat dari skala korelasi
Kesimpulan yaitu sebesar 0,535, dimana angka tersebut
Bahwa peranan pendidikan di Badan berada pada posisi cukup kuat. Nilai Fhitung
Kepegawaian Daerah Kota Malang cukup baik. sebesar 9.222 sedangkan Ftabel sebesar 3.195,
Ini dapat dilihat dari koefisien regresi yang karena Fhitung> Ftabel dan memiliki sig F < 0.05
bernilai positif sebesar 0.387 Dapat dilihat yaitu sebesar 0.000 sehingga secara
bahwa koefisien yang diperoleh bernilai positif, simultan/serentak, variabel pendidikan X1 dan
jadi apabila terjadi peningkatan pada variabel pelatihan X2 berpengaruh signifikan terhadap
pendidikan, maka variabel kinerja pegawai variabel kinerja pegawai Y, sehingga hipotesis
akanmeningkat. Dari skala korelasi vaiabel penulis yang menyatakan bahwa “jika
pendidikan memiliki nilai yaitu sebesar 0,530, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
dimana angka tersebut berada pada posisi dilaksanakan dengan baik, maka kinerja
cukup kuat. Sedangkan peranan pelatihan di pegawai akan meningkat” dapat diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Hardjanto, Imam. (2012) Manajemen Sumber Daya Aparatur (MSDA). Malang


Hasibuan, Malayu. (2000) Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2000) Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2001) Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. (1997) Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: GajahMada University.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003) Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan
PelatihanJabatan PNS. Jakarta, Pemerintah Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta,
Kementerian Tenaga Kerja danTransmigrasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta, Kementerian Pendidikan danKebudayaan Republik Indonesia.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1,Hal. 116-121 |6

You might also like