You are on page 1of 18

Vol. 14 No.

4 / Oktober - Desember 2021

TRADISI MOGAMA’ DALAM PERKAWINAN ADAT


MONGONDOW DI DESA PUSIAN KECAMATAN
DUMOGA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

oleh
Miranda Veronica Pinontoan1
Welly E. Mamosey2 Titiek Mulianti3

ABSTRACT

Marriage is not just about meeting the biological needs and will of
humanity, which is a bond or inner birth relationship between a man and a
woman. Marriage is more precisely a social bond or legal covenant bond
between persons that forms kinship as an institution in the local culture that
formalizes intimate or sexual relations. While marriage, which is a ceremony
to bind marriage vows carried out by two people with the intention of
inaugurating the marriage bond legally religious, customary and state.
The realization of a marriage is inseparable from the various processes that
must be passed. In its implementation, throughout the process towards a
marriage is also influenced by a certain culture. This arises because culture
also determines the social system including influencing the marriage system.
In the people of Pusian Village, Dumoga District, Bolaang Mongondow
Regency, there is a tradition in traditional marriage called the Mogama’
tradition. Mogama’ tradition is a ceremony to pick up the bride or daughter-
in-law by the groom's family which is carried out at the home of the groom'
party.
The first stage begins with preparations that include deliberations between
the two families regarding the timing of implementation, notification to the
government and customary institutions as well as asking for time for the
implementation of Mogama’. The second stage is the initial stage of pick-up
or called Tompangkoi In Gama. The third stage is the stage of eating betel
nut or called Pinomama'an. The fourth stage is the stage of shaking hands
or called Ba Dati..
Keywords: ceremony, marriage, Mogama’

1
Mahasiswa Antropologi Fispol Unsrat
2
Pembimbing KTIS I
3
Pembimbing KTIS II

1
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

Pendahuluan di beberapa daerah, khususnya di

Perkawinan bukan hanya Indonesia selalu berbeda-beda.

sekedar memenuhi kebutuhan Pada masyarakat Desa Pusian


biologis dan kehendak kema- Kecamatan Dumoga Kabupaten
nusiaan, yaitu suatu ikatan atau Bolaang Mongondow terdapat
hubungan lahir batin antara tradisi dalam perkawinan adat
seorang pria dan seorang wanita. yang disebut dengan tradisi
Perkawinan lebih tepatnya adalah Mogama’. Tradisi Mogama’ meru-
sebuah ikatan sosial atau ikatan pakan upacara penjemputan
perjanjian hukum antar pribadi mempelai wanita atau menantu
yang membentuk hubungan oleh keluarga mempelai pria yang
kekerabatan sebagai suatu pra- dilaksanakan di rumah pihak
nata dalam budaya setempat mempelai pria. Tahapan pelak-
yang meresmikan hubungan sanaan tradisi Mogama’ harus
intim atau seksual, Sedangkan memenuhi 13 ukud Mogama’ atau
pernikahan, biasanya lebih di- syarat yang menjadi penentu
gunakan untuk manusia. Yakni, berjalannya tradisi tersebut.
sebuah upacara pengikatan janji
Pelaksanaan upacara Mogama’
nikah yang dilakukan oleh dua
telah mengalami banyak peru-
orang dengan maksud meresmi-
bahan, sebelumnya tahapan pe-
kan ikatan perkawinan secara
laksanaan Mogama’ memiliki 13
hukum agama, adat dan negara.
ukud atau syarat yang harus
Terwujudnya suatu per- dijalankan namun seiring dengan
kawinan tidak terlepas dari berjalannya waktu lembaga adat
berbagai proses yang harus dan masyarakat di desa Pusian
dilewati. Dalam pelaksanaannya, telah menyederhanakan pelak-
sepanjang proses menuju suatu sanaan tersebut sehingga menjadi
perkawinan turut dipengaruhi 4 (empat) tahapan.
oleh kebudayaan tertentu. Hal ini
Tahapan yang pertama diawali
timbul karena kebudayaan juga
dengan persiapan yang meliputi
menentukan sistem kemasya-
musyawarah kedua belah pihak
rakatan termasuk mempengaruhi
keluarga mengenai waktu pelak-
sistem perkawinan. Sehingga,
sanaan, pemberitahuan kepada
pelaksanaan upacara perkawinan
pemerintah dan lembaga adat
Vol. 14 No. 4 / Oktober - Desember 2021

sekaligus meminta waktu untuk mempelai kemudian memberikan


pelaksanaan Mogama’. Tahapan amplop kepada mempelai wanita
kedua adalah tahap awal pen- yang berisi sejumlah uang.
jemputan atau yang disebut Pemberian sejumlah uang tersebut
dengan Tompangkoi In Gama’, merupakan bentuk penerimaan
dalam tahap awal penjemputan keluarga pihak mempelai pria
lembaga adat akan memberikan kepada wanita tersebut sebagai
wejangan kepada kedua mempelai rasa kepedulian kepada kedua
sekaligus memberikan pangkoi in mempelai tersebut. Selain pem-
gama’ yang berupa uang. Pem- berian sejumlah uang, ada juga
berian sejumlah uang tersebut keluarga yang memberikan per-
merupakan wujud ucapan terima lengkapan rumah tangga yang
kasih kedua orang tua mempelai nantinya akan digunakan dalam
pria kepada mempelai wanita. kehidupan mereka sehari-hari.
Tahapan ketiga adalah tahap Upacara Mogama’ adalah ritual
makan sirih pinang atau yang yang sudah dijalankan secara
disebut dengan Pinomama’an. turun temurun oleh masyarakat
Sirih pinang tersebut dimakan Bolaang Mongondow khususnya
oleh mempelai wanita sebagai masyarakat Desa Pusian. Tujuan
tanda persetujuan yang sah ritual ini menjalin serta mem-
sebagai pengakuan bahwa pe- pererat silaturahmi serta me-
rempuan tersebut setuju dengan nyatukan antara kedua bela pihak
pelaksanaan upacara Mogama’. keluarga. Dalam tradisi Mogama’
Setelah itu pinang tersebut terdapat juga istilah gama kon
dimakan oleh anak kecil yang tampat yaitu ritual upacara
berusia 7 (tujuh) tahun, tujuannya Mogama’ dilaksanakan di tempat
adalah bahwa anak kecil itu yang telah disetujui dalam musya-
sebagai saksi atas pelaksanaan warah antara keluarga, pemerintah
upacara Mogama’. Tahapan ke- dan lembaga adat. Esensi dari
empat adalah tahap berjabat Mogama’ bukanlah hanya ritual
tangan atau yang disebut dengan belaka tapi lebih pada satu
Ba Dati. Tahap berjabat tangan kewajiban atau rukun adat yang
merupakan acara berjabat tangan harus dilaksanakan setiap dilang-
antara ibu-ibu dari keluarga pihak sungkannya perkawinan adat.
mempelai pria dengan kedua

3
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

Tradisi digunakan orang dalam

Tradisi adalah segala sesuatu tindakan kini dan untuk

yang disalurkan atau diwariskan membangun masa depan.

dari masa lalu ke masa kini atau 2. Memberikan legitimasi ter-


sekarang. Menurut Coomans hadap pandangan hidup,
(1987) tradisi adalah suatu keyakinan , pranata dan aturan
gambaran perilaku dan tingkah yang sudah ada. Semuanya ini
laku manusia yang telah berproses membutuhkan pembenaran
dalam waktu lama dan dijalankan agar dapat mengikat ang-
secara turun temurun dimulai gotanya.
sejak dari nenek moyang. Tradisi
3. Menyediakan simbol identitas
adalah kegiatan yang dilakukan
yang kolektif yang meyakinkan
oleh sekelompok masyarakat
memperkuat loyalitas pri-
dengan cara berulang-ulang
mordial terhadap bangsa,
(Soekanto 1990).
komunitas, dan kelompok,
Menurut Shils manusia tradisi daerah kota dan
manusia tak mampu hidup tanpa komunitas lokal sama perannya
tradisi meski mereka sering yakni mengikat warga atau
merasa tak puas terhadap tradisi anggotanya dalam bidang
mereka, maka Shils menegaskan tertentu (Sztompka, 2007).
suatu tradisi itu memiliki fungsi
Kebudayaan
bagi masyarakat antara lain :
Menurut Koentjaraningrat
1. Dalam bahasa klise dinyatakan
kebudayaan merupakan kese-
bahwa tradisi adalah kebijakan
luruhan sistem gagasan, tindakan
turun-temurun, tempatnya di
dan hasil karya manusia dalam
dalam kesadaran, keyakinan
kehidupan masyarakat yang
norma dan nilai yang kita anut
dijadikan milik diri manusia
kini serta di dalam benda yang
dengan belajar (Koentjaraningrat,
diciptakan di masa lalu. Tradisi
2015). Kebudayaan sangat luas
pun menyediakan fragmen
cakupannya maka dari itu dapat di
warisan historis yang kita
pilah ke dalam unsur-unsur yang
pandang bermanfaat. Tradisi
disebut dengan tujuh unsur
seperti onggokkan gagasan
kebudayaan yang universal antara
dan material yang dapat
Vol. 14 No. 4 / Oktober - Desember 2021

lain : 1).Bahasa, 2). Sistem penge- loginya, nikah bermakna wath’u


tahuan 3). Sistem kemasyarakatan (bersetubuh) dan aqad sekaligus.
atau organisasi sosial, 4). Peralatan Secara etimologinya nikah adalah
hidup dan teknologi, 5). Sistem aqad yang berisi atas diper-
mata pencaharian hidup, 6). bolehkannya seorang laki-laki
Sistem religi, 7). Kesenian. bersenang-senang dan berhu-
bungan seksual dengan perem-
Nilai Budaya
puan, berciuman, berangkulan,
Menurut Koentjaraningrat
dan lain lain (Almanar, 2006).
(1994) nilai budaya terdiri dari
konsepsi – konsepsi yang hidup Perkawinan menurut Abdullah

dalam alam pikiran warga Sidiq (1983) adalah dengan ikatan

masyarakatnya mengenai hal – hal akad nikah yaitu ijab kabul

yang mereka anggap amat mulia. perkawinan yang merupakan

Sistem nilai pada suatu masya- pertalian yang sah antara seorang

rakat dijadikan orientasi dan lelaki dan seorang perempuan

rujukan dalam bertindak. Oleh yang hidup bersama (bersetubuh)

karena itu, nilai budaya yang dan yang tujuannya membentuk

dimiliki seseorang mempenga- keluarga dan melanjutkan ketu-

ruhinya dalam menentukan runan, serta mencegah perzinaan

alternatif, cara – cara, alat – alat, dan menjaga ketenteraman jiwa

dan tujuan – tujuan pembuatan atau batin. Dapat disimpulkan

yang tersedia. perkawinan adalah suatu hubu-


ngan yang sah antara lelaki dan
Perkawinan
perempuan untuk hidup bersama
Perkawinan atau dengan kata dengan tujuan membentuk kelu-
lain pernikahan adalah bentukan arga dan melanjutkan keturunan
kata benda dari kata dasar nikah; serta mencegah perzinaan.
kata itu berasal dari bahasa Arab
Menurut Van Gennep ( dalam
yaitu kata nikah yang berarti
Haviland, 1993) bahwa upacara-
perjanjian perkawinan. Penge-
upacara dalam perkawinan itu
sahan secara hukum suatu
sebagai upacara peralihan (Rites
pernikahan biasanya terjadi pada
de Passage). Upacara peralihan
saat dokumen tertulis yang
merupakan upacara yang me-
mencatatkan pernikahan ditanda-
lambangkan peralihan status
tangani. Dalam definisi etimo-

5
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

masing-masing mempelai yang dan keagamaan. Begitu juga


semula hidup terpisah dan sendiri, menyangkut kewajiban menaati
dan kemudian setelah upacara perintah dan larangan keagamaan.
adat perkawinan menjadi bersatu (Hadikusuma, 2007)
dalam kehidupan bersama sebagai Menurut Ointoe dan Moko-
suami istri,yakni suatu keluarga dompit (1996) ada beberapa
baru yang berdiri sendiri dan prinsip dalam perkawinan adat.
mereka bina sendiri pula. Upacara Prinsip-prinsip itu sangat diten-
peralihan tersebut terdiri dari 3 tukan oleh peraturan yang
tingkatan yaitu : 1). Upacara mengikat dan golongan mereka
perpisahan dari status semula, 2). yang menikah. Pada masa lalu
Upacara perjalanan ke status yang terjadi perbedaan antara go-
baru. 3). Upacara penerimaan
longan bangsawan dan golongan
dalam status yang baru. masyarakat biasa dalam penen-
Perkawinan Adat Mogama’ tuan langkah-langkah dalam

Menurut hukum adat pada pelaksanaan upacara perkawinan.

umumnya di Indonesia per- Adapun langkah-langkah pada

kawinan adat itu bukan saja golongan bangsawan adalah

berarti sebagai perikatan perdata, sebagai berikut : 1). Vuaso Nganga

tetapi juga merupakan perikatan (buka mulut), 2). Sopoto Reapange,

adat dan sekaligus merupakan 3). Sompa Wafu, 4). Tonda (badan

perikatan kekerabatan dan ke- harta), 5). Londuto (tanda pe-

keluargaan. Jadi terjadinya suatu rawan), 6). Filombo (perintang), 7).

ikatan perkawinan bukan semata- Learo (gosok gigi), 8). Pino-

mata membawa akibat terhadap nimbalea (bertandang), 9). Pino-

hubungan-hubungan keperdataan popotika. Sedangkan bagi golo-

seperti hak dan kewajiban suami- ngan masyarakat biasa terdapat

isteri, harta bersama kedudukan langkah-langkah sebagai berikut :

anak, dan kewajiban orang tua, 1). Pinokumama (pemberitahuan),

tetapi juga menyangkut hubu- 2). Sopoto reapange, 3). Lontupo

ngan-hubungan adat istiadat lima, 4). Tonda (badan harta), 5).

kewarisan, keluarga, kekerabatan Londuto (tanda Perawan), 6).

dan kekeluargaan serta me- Hiyaho (permainan), 7). Learo

nyangkut upacara-upacara adat


Vol. 14 No. 4 / Oktober - Desember 2021

(gosok gigi), 8). Pinonimbalea Pelaksanaan Mogama’


(bertandang), 9). Pinopopotika. Tradisi perkawinan yang ada di
Metode Penelitian Desa Pusian Kecamatan Dumoga
mempunyai tahapan-tahapan
Penelitian ini menggunakan
yang sangat penting untuk di
metode penelitian deskriptif
jalankan, mulai dari persiapan
kualitatif. Bogdan dan Taylor
perkawinan hingga sampai pada
(1975) dalam Moleong (2012)
tahap pelaksanaan Upacara
mendefinisikan metodologi kuali-
Mogama’ memiliki masing-masing
tatif sebagai proses penelitian
tahapan yang tidak boleh
yang menghasilkan data deskriptif
dilewatkan. Begitu pun dengan
berupa kata-kata tertulis atau lisan
tahap persiapan sebelum per-
dari orang-orang dan perilaku
kawinan yang memiliki beberapa
yang dapat di amati. Penelitian
tahap yang harus dijalani oleh
metode kualitatif ini bertujuan
kedua belah pihak keluarga,
agar peneliti bisa observasi secara
sebagaimana hasil wawancara
detail mendalam dan rinci melalui
yang dilakukan oleh penulis
pendekatan langsung dengan
terhadap informan, tahapan-
objek yang di amati.
tahapan tersebut adalah sebagai
Dalam hal ini peneliti
berikut :
mengambil metode kualitatif
Tahap Pelaksanaan Mogama’
karena Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk Mogama’ dapat dilaksanakan
membuat deskripsi, gambaran, sebelum perkawinan atau sesudah
atau lukisan secara sistematis, perkawinan, untuk melaksanakan
faktual dan akurat mengenai Mogama’ keluarga pelaksana
fakta-fakta, sifat-sifat serta memberikan uang sebesar
hubungan antar fenomena yang Rp.100.000 yang akan dimasukkan
diselidiki. Metode ini dipilih karena ke dalam kas lembaga adat
langkahnya terukur dan dengan sebagai biaya administrasi pelak-
hasil yang cukup meyakinkan. sanaan Mogama’. Waktu pelak-
Kebenaran yang diungkapkan sanaan Mogama’ tergantung dari
dapat dibuktikan secara ilmiah. waktu yang telah disepakati
bersama kedua belah pihak
keluarga. Tahapan-tahapan pe-

7
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

laksanaan Mogama’ pada zaman tanggal pelaksanaannya sekaligus


dulu berbeda dengan pelak- meminta waktu mereka untuk
sanaannya pada zaman modern dapat mengambil bagian dalam
ini. Sebelumnya disebut dengan pelaksanaan Mogama’ pada ke-
13 (tiga belas) ukud Mogama’ luarga mereka. Jika Mogama’
yaitu 13 tahapan dalam pe- dilaksanakan sebelum terjadinya
laksanaan Mogama’, namun yang perkawinan maka salah satu dari
terjadi di Desa Pusian kecamatan keluarga pihak laki-laki akan
Dumoga pada saat sekarang ini pergi ke rumah pihak perem-
tidak lagi sama seperti pe- puan untuk mengingatkan
laksanaan pada masa sebelum- kembali serta mengundang me-
nya. Masyarakat desa Pusian reka pada pelaksanaannya.
lebih menyederhanakan pelak-
2. Tompangkoi in gama’ (Tahap
sanaan Mogama’ tersebut tetapi Awal Penjemputan)
pada hakikatnya esensi dari
Sebelum pelaksanaan di mulai,
pelaksanaan Mogama’ itu tidak
kedua mempelai beserta orang
menghilangkan maksud dan arti
tua kedua belah pihak di rias
dari pelaksanaannya. Tahapan-
terlebih dahulu, kemudian me-
tahapan dalam pelaksanaan
makai baju adat beserta akse-
Mogama’ di Desa Pusian se-
sorisnya. Biaya untuk periasan
bagaimana hasil wawancara
tersebut di tanggung bersama dari
yang dilakukan oleh penulis
pihak laki-laki dan pihak pe-
terhadap informan sebagai
rempuan karena telah di atur
berikut:
dalam peraturan desa. Periasan
1. Persiapan dilakukan agar penampilan kedua
Sebelum masuk pada pe- mempelai beserta orang tua
laksanaannya keluarga perlu menjadi lebih indah dan menarik.
mempersiapkan segala sesuatu, Jika Mogama’ dilaksanakan se-
kedua belah pihak keluarga akan belum perkawinan maka tempat
bermusyawarah tentang waktu periasan antara pihak perempuan
pelaksanaan Mogama’, kemudian dan pihak laki-laki dilaksanakan di
dari pihak laki-laki akan mem- rumah masing-masing. Ketika
beritahukan kepada pemerintah pihak perempuan selesai di rias
dan lembaga adat mengenai maka mereka langsung ke rumah
Vol. 14 No. 4 / Oktober - Desember 2021

pihak laki-laki untuk pelaksanaan wanita. Pangkoi in gama’ bisa


Mogama’. ketika semuanya siap, diberikan dalam bentuk tumbuh-
mempelai wanita keluar dari tumbuhan seperti pohon kelapa,
kamar dan dijemput oleh seorang pohon cengkeh atau diganti
ibu dari keluarganya maupun dari dengan sebidang tanah atau apa
keluarga pihak laki-laki kemudian saja yang ingin diberikan oleh
ibu tersebut berjabat tangan pihak laki-laki.
dengan mempelai wanita dan Pangkoi in gama’ merupakan
memberikan amplop yang berisi hak dari perempuan yang akan di
uang. Uang tersebut pemberian gama’. Pangkoi in gama’ akan
dari pihak laki-laki. Setelah diberikan oleh lembaga adat
berjabat tangan kedua mempelai kepada mempelai wanita, ke-
langsung menduduki kursi yang
mudian setelah pemberian
telah disediakan, kemudian RT pangkoi in gama’ lembaga adat
langsung membuka acara ter- akan memberikan wejangan
sebut dengan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Pem-
datang, kemudian dilanjutkan berian pangkoi in gama’ boleh
dengan doa pembuka oleh diberikan atas dasar alat-alat
Penatua (tokoh agama). Dalam rumah tangga tetapi boleh juga
doa tersebut mereka memohon diuangkan. Pemberian pangkoi in
penyertaan Tuhan agar pelak- gama’ sesungguhnya memiliki
sanaan Mogama’ ini dapat arti yaitu perempuan tersebut
berjalan dengan baik. Ketika sudah di akui bahkan sudah
selesai doa RT menyerahkan acara menjadi anak dari keluarga pihak
selanjutnya kepada lembaga adat laki-laki begitu pula sebaliknya
yang akan memberikan sambutan laki-laki tersebut telah menjadi
serta memberikan wejangan bagian dari keluarga di pihak
kepada kedua pengantin se- perempuan itulah arti yang
kaligus memberikan pangkoi in sesungguhnya.
gama’’ berupa uang sebesar
Di Desa Pusian pelaksanaan
Rp.250.000. Pangkoi in gama’
pangkoi in gama’ dinyatakan
merupakan pemberian kedua
ketika lembaga adat berjabat
orang tua dari laki-laki yang
tangan dengan mempelai wanita
merupakan wujud dari ucapan
dan memberikan amplop yang
terima kasih kepada mempelai

9
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

berisi uang sebesar Rp.250.000,- dianggap bertele-tele yang tidak


sebagai bentuk penghargaan lagi relevan dengan saat sekarang
secara formal dari pihak laki-laki ini tidak lagi dilaksanakan, masya-
di depan lembaga adat, peme- rakat desa Pusian tidak ber-
rintah dan kaum keluarga. itulah maksud menghilangkan tahapan-
yang disebut sebagai pemberian tahapan sebelumnya karena
pangkoi in gama’. Uang pangkoi tradisi itu hasil murni dari
in gama’ merupakan pemberian kebudayaan tetapi mereka hanya
dari orang tua laki-laki kepada menyederhanakan
perempuan yang harus digunakan pelaksanaannya.
untuk keperluan sendiri. Setelah 3. Pinomama’an (Tahap makan
itu salah satu lembaga adat Sirih Pinang)
memberikan pangkoi in gama’
Pihak keluarga sudah me-
berupa panci, penggorengan,
nyediakan sirih pinang untuk di
piring, sendok dan peralatan
makan oleh mempelai wanita.
dapur lainnya sudah lengkapi.
Yang akan memakan sirih pinang
Jika berbicara Mogama’ hal tersebut bukan hanya mempelai
yang pertama adalah pangkoi in wanita saja tetapi ada seorang
gama’. Pangkoi in gama’ di- anak kecil yang berusia sekitar 7
berikan dalam bentuk uang, yaitu
tahun yang merupakan keluarga
sejumlah uang yang sudah pihak mempelai wanita. Mem-
ditetapkan oleh lembaga adat pelai wanita harus memakan
yang dimasukkan dalam pe- pinang karena memakan pinang
raturan desa. Pelaksanaan merupakan tanda persetujuan
Mogama’ merupakan inisiatif dari yang sah sebagai pengakuan
keluarga pihak laki-laki karena bahwa perempuan tersebut
Mogama’ merupakan deklarasi setuju dengan pelaksanaan
masyarakat umumnya bahwa anak Mogama’. sirih pinang tersebut
perempuan yang kawin dengan diberikan oleh seorang nenek
anak laki-laki akan di angkat
keluarga pihak laki-laki kepada
sebagai anak sama statusnya mempelai wanita untuk di
dengan anak laki-laki di keluarga makan, alasan dari proses
tersebut, itulah maksud dari tersebut adalah lembaga adat
Mogama’. Pelaksanaan yang telah meresmikan pelaksanaan
Vol. 14 No. 4 / Oktober - Desember 2021

upacara Mogama’ dan juga telah kepada kedua mempelai tersebut


memberikan pangkoi in gama’ dalam istilah adat disebut dengan
agar perempuan itu sudah yakin itum-itum.
bahwa dia sudah di gama’ oleh Proses memakan sirih pinang
pihak laki-laki. Kemudian sirih tersebut dilaksanakan ketika
pinang tersebut di berikan juga lembaga adat selesai memberikan
kepada anak kecil untuk di wejangan kepada kedua mem-
makan. Tujuan dari anak kecil pelai. Setelah proses memakan
memakan sirih pinang tersebut sirih pinang selesai, maka akan
adalah supaya anak tersebut tahu dilanjutkan dengan acara makan
bahwa dia sebagai saksi hidup bersama para tamu undangan
atas pelaksanaan upacara Mo- tetapi acara makan bersama
gama’ pada mempelai wanita,
tersebut tidak dilaksanakan pada
ketika nanti dari pihak pe- saat pelaksanaan Mogama’ itu
rempuan ada yang merasa melainkan ketika pelaksanaan
keberatan pada pihak laki-laki mogama’ selesai.
kemudian menganggap bahwa
4. Ba Dati (Tahap Berjabat
perempuan tersebut tidak di-
Tangan)
laksanakan upacara Mogama’, di
situlah fungsi dari seorang anak Setelah proses memakan sirih
kecil sebagai saksi hidup. Setelah pinang selesai maka dilanjutkan
proses memakan sirih pinang dengan acara berjabat tangan
selesai selanjutnya dari lembaga antara ibu-ibu dari keluarga
adat akan berjabat tangan pihak laki-laki dengan mempelai
dengan mempelai wanita ke- wanita yang disebut ba dati. Di
mudian menyampaikan wejangan Desa Pusian proses pelaksanaan
atau nasihat-nasihat mengenai dati tersebut ketika ibu-ibu akan
perkawinan kepada kedua mem- berjabat tangan dengan mem-
pelai bahwa mereka telah pelai wanita dan memberikan
melaksanakan upacara Mogama’ sejumlah uang pada wanita yang
dan mereka sudah menjadi satu sudah di gama’. Pemberian
rumpun keluarga nasihat itulah sejumlah uang dari ibu-ibu
yang menjadi inti mendalam tersebut merupakan bentuk
pada proses memakan sirih penerimaan keluarga pihak laki-
pinang. Pemberian wejangan laki kepada pihak perempuan,

11
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

sebagai rasa kepedulian terhadap tersebut pada hari dan tanggal


kedua mempelai sehingga dari pelaksanaan ini telah dilak-
keluarga merasa perlu untuk sanakan pelaksanaan upacara
membantu kesejahteraan dari adat Mogama’ dan monali pada
anak-anak mereka. Selain pem- keluarga pelaksana dengan
berian uang, dari pihak laki-laki perincian tali/harta sebesar Rp.
juga memberikan sejumlah 1.500.000,- dan seperangkat alat
perlengkapan rumah tangga dapur yang sudah diterima oleh
yang nantinya digunakan dalam pihak perempuan. Setelah
kehidupan rumah tangga mereka pembacaan berita acara tersebut
berdua. Pemberian perlengkapan akan dilanjutkan dengan penan-
rumah tangga tersebut berbeda datanganan oleh lembaga adat,
dengan pemberian harta dari pemerintah dan orang tua kedua
pihak laki-laki. Ketika Mogama’ belah pihak. Ketika penanda-
dilaksanakan sebelum perka- tanganan selesai maka akan
winan maka setelah proses dati ditutup dengan doa. Jika pihak
mereka akan mengantar pihak perempuan menyediakan ma-
perempuan kembali ke rumahnya kanan, maka proses pelaksanaan
sekaligus membawa perleng- pun selesai.
kapan rumah tangga ke rumah Setelah proses memakan sirih
perempuan. Ketika tiba di rumah pinang, dilanjutkan dengan acara
perempuan maka dilanjutkan keluarga yang disebut ba dati.
dengan penyerahan harta atau Ibu-ibu keluarga besar dari pihak
tali kepada orang tua mempelai laki-laki akan berjabat tangan
wanita yang telah di tetapkan dengan perempuan tersebut,
dengan uang sebesar Rp. proses dati bukan hanya sekedar
1.500.000,- yang sudah diatur berjabat tangan biasa melainkan
dalam peraturan desa. Setelah ibu-ibu tersebut akan memberikan
penyerahan tali kepada pihak sejumlah uang kepada perempuan
perempuan yang disaksikan oleh tersebut. Inti dari proses ba dati
pemerintah, lembaga adat, dan adalah semua keluarga dari pihak
keluarga yang hadir maka akan di laki-laki sudah menerima bahwa
lanjutkan dengan pembacaan perempuan tersebut sudah
berita acara oleh sekretaris menjadi bagian dari anggota
lembaga adat. Isi dari berita acara
Vol. 14 No. 4 / Oktober - Desember 2021

keluarga mereka. Setelah proses rempuan tersebut di tengah-


berjabat tangan selesai maka tengah kaum keluarga mereka.
dilanjutkan dengan pembacaan Melalui proses dati bukan hanya
berita acara, sering kali pada laki-laki yang menghendaki dan
kesempatan ini kepala desa yang mengingini perempuan tersebut
diminta kaum keluarga untuk melainkan semua keluarganya
memberikan wejangan kepada mengakui dan merestui per-
kedua mempelai mengingatkan kawinan mereka.
bahwa mereka sudah melak- Alasan dilaksanakan Mogama’
sanakan gama’ dan telah diberikan
1. Tanggung Jawab dari pihak
alat-alat rumah tangga yang di
laki-laki
berikan orang tua kepada mereka.
Wejangan dari kepala desa Karena pelaksanaan Mo-
mengingatkan mereka agar meng- gama’ adalah salah satu bentuk
gunakan pemberian orang tua upacara adat Bolaang Mo-
dengan sebaik mungkin, karena ngondow, yang merupakan se-
orang tua sudah memodali rumah buah tanggung jawab dari pihak
tangga mereka dengan alat-alat laki-laki sehingga upacara ini
rumah tangga tersebut. Setelah harus dilaksanakan ketika melak-
penyampaian wejangan dari sanakan perkawinan. Alasannya
kepala desa maka dilanjutkan karena laki-laki merupakan
dengan penanda-tanganan berita pemimpin dalam rumah tangga
acara kemudian dilanjutkan sebagai penjaga dalam keluarga,
dengan acara makan bersama pencari nafkah bahkan penang-
para tamu undangan. gung jawab dalam keluarga
sehingga pelaksanaan Mogama’
Setelah proses memakan sirih
ini disebut sebagai tanggung
pinang selesai ibu-ibu dari pihak
jawab dan kewajiban dari pihak
laki-laki datang berjabat tangan
laki-laki. Jika mereka tidak
dengan mempelai wanita dan
melaksanakan Mogama’ maka
memberikan amplop yang berisi
perkawinan mereka di anggap
uang kepada mempelai wanita.
tidak sah secara adat, sehingga
Arti dari pemberian sejumlah uang
mereka dianggap tidak mengikuti
adalah semua keluarga pihak laki-
aturan adat yang ada dan ada
laki mengakui kehadiran pe-
beban moral tersendiri dari pihak

13
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

orang tua laki-laki karena merasa berupa uang maupun alat-alat


berhutang kepada anak mereka, rumah tangga.
ketika proses berjabat tangan 3. Persiapan dalam berumah
atau proses ba dati selesai maka tangga
akan dilanjutkan dengan pe-
Alasan pelaksanaan Mogama’
ngantaran harta yang di sebut
adalah rumah tangga yang baru
tali dan pemberian perlengkapan
terbentuk belum memiliki apapun
rumah tangga, serta mengantar
sehingga pelaksanaan Mogama’
pihak perempuan kembali ke
disebut sebagai persiapan dalam
rumahnya. Jika itu semua tidak
berumah tangga karena sudah
dilaksanakan maka orang tua dari
disiapkan alat-alat dapur, per-
pihak laki-laki telah berhutang
lengkapan tidur, semua sudah
kepada kedua anak tersebut dan
dilengkapi oleh keluarga pihak
di kemudian hari jika dari salah
laki-laki sehingga mereka tidak
satu anak tersebut meninggal
khawatir lagi karena sudah
dunia, maka jenazah mereka
diberikan perlengkapan rumah
belum bisa dikuburkan kalau
tangga, dan untuk kebutuhan
tidak dilaksanakan pemberian
lainnya yang belum terpenuhi
tali/harta.
harus mereka usahakan karena
2. Kasih Sayang Orang Tua
orang tua telah memberikan
Kepada Anaknya sebagian perlengkapan sebagai
Alasan pelaksanaan Mogama’ motivasi untuk kedua anak
terdapat istilah dalam bahasa tersebut agar lebih berusaha
Mongondow yang disebut tabi- memenuhi kebutuhan rumah
tabi yang berarti kasih sayang tangga lainnya.
orang tua kepada anaknya karena 4. Bentuk Rasa Hormat
pada saat mereka melaksanakan
Dalam pelaksanaan Mogama’
perkawinan mereka belum me-
ini perempuan memiliki rasa
miliki dasar apapun, sehingga
hormat yang sangat tinggi
orang tua memberikan perkakas
terhadap kedua orang tua dari
atau alat-alat rumah tangga
pihak laki-laki, maka dalam proses
ketika mereka memasuki kehi-
ini perempuan diberi kepercayaan
dupan berumah tangga berarti
serta rasa tanggung jawab untuk
mereka sudah mempunyai modal
Vol. 14 No. 4 / Oktober - Desember 2021

menjadi anak dari pihak laki-laki nganggap bahwa perempuan itu


karena setelah proses perkawinan sudah menjadi keluarga dari pihak
selesai perempuan sudah men- laki-laki begitu pula sebaliknya,
jadi anggota keluarga yang sah pelaksanaan Mogama’ ini semata-
dari pihak laki-laki sehingga mata adalah acara dari keluarga
perempuan tersebut tidak lagi pihak laki-laki untuk memberikan
merasa takut atau rasa malu modal rumah tangga anak
bahkan tidak enak hati terhadap mereka. Tujuan dari pelaksanaan
orang tua bahkan keluarga dari Mogama’ yaitu untuk mengangkat
pihak laki-laki . anak perempuan menjadi anak
dari keluarga pihak laki-laki.
5. Pengakuan sekaligus pene-
rimaan kepada perempuan Tempat Pelaksanaan Mogama’

Artinya tidak hanya laki-laki Pada masa sebelumnya pen-


yang menyukai dan mengingini jemputan pengantin wanita
perempuan tersebut menjadi dilaksanakan di rumah pihak
istrinya, melainkan kedua orang perempuan dengan beberapa
tua bahkan seluruh keluarga tahapannya, namun seiring
pihak laki-laki mengakui bahkan berjalannya waktu tahap-tahap
menerima perempuan tersebut lain sudah tidak dilaksanakan lagi,
menjadi anggota keluarga karena memakan waktu yang
mereka. cukup lama. Untuk pelaksanaan
tahap-tahap tersebut sudah
Tujuan Pelaksanaan Mogama’
disederhanakan dan tempat
Tujuan dari pelaksanaan
pelaksanaannya untuk masa
Mogama’ adalah menjadikan
sekarang ini hanya dilaksanakan di
perempuan tersebut anggota
rumah pihak laki-laki..
keluarga yang sah dari pihak laki-
Mogama’ dilaksanakan di
laki, intinya adalah perempuan
rumah pihak laki-laki tapi pada
tersebut sudah menjadi anggota
akhirnya barang-barang yang
keluarga laki-laki, dan me-
akan diberikan itu akan di antar di
nganggap orang tua dari laki-laki
rumah pihak perempuan. Jika
sebagai orang tua kandung tidak
berbicara Mogama’ tempat pelak-
lagi menganggap sebagai mertua.
sanaannya di rumah pihak laki-laki
Pelaksanaan Mogama’ me-
karena mereka akan mengambil

15
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

perempuan tersebut menjadi Kesimpulan


bagian dari keluarga di pihak laki- Tradisi Mogama’ dalam
laki. Tempat pelaksanaan Mo- perkawinan adat Mongondow di
gama’ dilaksanakan di rumah Desa Pusian menjadi salah satu
pihak laki-laki karena Mogama’ tradisi yang dilakukan secara
merupakan kewajiban dari pihak turun-temurun dan masih
laki-laki bukan tuntutan dari dipertahankan hingga saat ini.
keluarga perempuan. Tradisi Mogama’ merupakan
Kapan Pelaksanaan Mogama’ upacara penjemputan mempelai
wanita (menantu) untuk menjadi
Waktu pelaksanaan Mogama’
bagian dari keluarga pihak laki-
menyesuaikan dengan pem-
laki. Tradisi Mogama’ ini
bicaraan kedua belah pihak
merupakan bentuk kasih sayang
keluarga. Bisa dilaksanakan
orang tua laki-laki kepada anaknya
sebelum perkawinan atau bisa
dan merupakan penerimaan
juga dilaksanakan setelah
sekaligus penghargaan keluarga
perkawinan
pihak laki-laki terhadap anak
Waktu pelaksanaan Mogama’
perempuan yang nantinya akan
menyesuaikan dengan pembi-
menjadi anggota keluarga pihak
caraan dari kedua belah pihak
laki-laki yang sah.
keluarga, pelaksanaannya bisa
Pelaksanaan Mogama’ dalam
dilaksanakan sebelum perkawinan
agama bisa dilaksanakan sesudah perkawinan adat mongondow di
Desa Pusian memiliki makna
resepsi acara keluarga.
menjunjung tinggi kehormatan
Waktu pelaksanaan Mogama’
dan menghargai wanita, me-
pada umumnya mengambil waktu
ngangkat anak perempuan
1 minggu sebelum akad atau 2
menjadi anak dari keluarga pihak
(dua) minggu sesudah akad
laki-laki dan menganggap tradisi
bahkan pelaksanaannya bisa
ini sebagai ajang menjalin dan
ditentukan sendiri sesuai dengan
mempererat tali silaturahmi serta
perencanaan dari keluarga yang
menyatukan keluarga kedua belah
melaksanakannya.
pihak.
Vol. 14 No. 4 / Oktober - Desember 2021

DAFTAR PUSTAKA

ABD. Shomad. 2010. Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam


Hukum Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Almanar. 2006. Fikih Nikah. Bandung: Syaamil Cipta Media.

Amrih, Pitoyo. 2008. Ilmu Kearifan Jawa. Yogyakarta: Pinus.

Anugerah, Diana. 2016. Analisis Semiotika Terhadap Prosesi Pernikahan


Adat Jawa Temu Manten di Samarinda. Samarinda: Universitas
Mulawarman.

Ashari, Imam. 2016. Makna Mahar Adat dan Status Sosial Perempuan
dalam Perkawinan Adat Bugis di Desa Penengahan Kabupaten
Lampung Selatan. Lampung: Universitas Lampung.

Baran Stanley. 2012. Pengantar Komunikasi Masa Melek Media dan Budaya.
terj. S. Rouli Manalu. Jakarta: Erlangga.

Coomans, M. 1987. Manusia Daya Dahulu Sekarang dan Masa Depan.


Jakarta: Gramedia.

Dayakisni, Tri. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM. Press.

Dilapanga, Rifky. 2013. Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Daerah


Bolaang Mongondow Perspektif Hukum Islam. Lex Privatum.
Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol.1. No.3

Djamil, Abdul, dkk. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa. Semarang: Gama
Media.

Duvall, E. M & Miller, C. M. 1985. Marriage and Family Development 6th ed.
New York: Harper & Row Publisher.

Hadikusuma. 2007. Hukum Perkawinan Di Indonesia Menurut Perundangan


Hukum Adat Hukum Agama. Bandung: Mandar Maju.
Haviland. 1993. Antropologi Edisi 4 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

H. Kaelan, M.S. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner.


Yogyakarta: Paradigma.

Koentjaraningrat. 1994. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Press.

_________________. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

_________________. 1987. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta:


Gramedia.

17
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

__________________. 1972. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian


Rakyat.

Moleong, Lexy. 1993. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Mokoginta, Mia Astuti, dkk., 2015, “Komunikasi dalam Ritual Mogama’


Pada Perkawinan Etnis Bolaang Mongondow”. Jurnal Fakultas
Ilmu Sosial. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Nasution. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito.


Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nur Syam. 2007. Madzha-Madzhab Antropologi. Yogyakarta: LKIS.

Sidiq, Abdullah. 1983. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Tintamas


Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


Bandung: Alfabeta.

Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media


Grup.

Van Peusen. 1992. Perkembangan Tradisi dan Kebudayaan Masyarakat.


Bandung: Tarsito.

You might also like